BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH - DOCRPIJM 4bf3f8e555 BAB II2. BAB II Review RPJMD

  

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Bab ini menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-dasar analisis

  yang disarikan dari analisis gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Informasi menganai kondisi umum daerah akan memeberikan gambaran mengenai kondisi saat ini sehingga dapat menjadi bahan dan pertimbangan untuk analisis berikutnya khususnya dalam perumusan isu

  • – isu strategis pembangunan daerah kabupaten probolinggo. Namun demikian, tidak seluruh informasi dalam perumusan tentang gambaran umum kondisi daerah ditampilkan dalam penyajian, hanya informasi yang relavan dan penting saja yang perlu dicantumkan untuk mendapatkan fokus yang baik dalam dokumen ini. Suatu informasi dianggap relevan dan penting jika menjelaskan gambaran umum kondisi daerah yang selaras dan mendukung isu strategis, permasalahan pembangunan daerah, visi/misi kepala daerah, dan kebutuhan perumusan strategi.

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

  Analisis pada aspek geografi Kabupaten Probolinggo perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah, dan kerentanan wilayah terhadap bencana. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu pada provinsi/kabupaten/kota. Berikut ini merupakan gambar tentang potensi pengembangan daerah yang mencakup beberapa faktor penunjang untuk dapat menganalisis potensi pengembangan daerah.

  

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Potensi Pengembangan Kawasan

  II-1

2.1.1 Karakteristik dan Lokasi Wilayah 1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi

  Luas wilayah Kabupaten Probolinggo lebih kurang 1.696,17 km², terdiri dari: a). Pemukiman : 147,74 km²

  b). Persawahan : 373,13 km²

  c). Tegal : 513,80 km²

  d). Perkebunan : 32,81 km²

  e). Hutan : 426,46 km²

  f). Tambak/Kolam : 13,99 km²

  g). Lain-lain : 188,24 km² Letak geografis daerah berbatasan dengan :

  : Selat Madura

  • Utara : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso • Timur : Kabupaten Pasuruan • Barat • Selatan : Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember Sedangkan di sebelah Utara bagian tengah terdapat Daerah Otonom yaitu Kota Probolinggo.

  2) Letak dan Kondisi Geografis

  Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang termasuk wilayah Provinsi Jawa Timur, berada pada posisi 7°40’- 8°10’ Lintang Selatan (LS) dan 112°50’-113°30’ Bujur Timur (BT). Secara geografis, Kabupaten Probolinggo terletak di lereng gunung-gunung yang membujur dari Barat ke Timur, yakni Pegunungan Tengger, Gunung Lamongan dan Gunung Argopuro.

  3) Topografi

  Kabupaten Probolinggo merupakan wilayah yang memiliki keragaman topografi berupa dataran rendah, perbukitan dan pegunungan, yang sebagian besar berada pada ketinggian antara 100 - 1.500 meter diatas permukaan laut. Menurut keadaan fisik wilayah Kabupaten Probolinggo terbagi atas 3 bagian yaitu:

  a. Pegunungan, berada pada ketinggian 1.000-1.500 meter di atas permukaan laut, meliputi wilayah-wilayah di sekitar Pegunungan Tengger (di sebelah Barat Daya) dan Gunung Argopuro (di sebelah Tenggara);

  II-2

  II-3

  

12 Kotaanyar 93,25 2.548,28 1.616,47 - - 4.258,00

  

24 Sumberasih 1.367,65 1.657,76 - - 3.025,41

Jumlah (Ha) 23.994,52 34.731,37 47.542,92 30.889,66 32.457,18 169.616,65 Porsentase (%) 14,14 20,47 27,28 18,21 19,88 100

  

23 Tongas 1.761,64 3.764,73 2.268,83 - - 7.795,20

  

22 Lumbang - 340,08 6.029,79 1.632,34 1.268,79 9.271,00

  

21 Wonomerto - 2.721,65 1.845,19 - - 4.566,84

  

20 Dringu 2.943,71 169,83 - - - 3.113,54

  

19 Gending 3.598,98 62,50 - - - 3.661,48

  

18 Maron 743,78 3.311,01 1.084,48 - - 5.139,27

  

17 Pajarakan 1.920,91 213,44 - - - 2.134,35

  

16 Krejengan 2.268,22 1.174,62 - - - 3.442,84

  

15 Kraksaan 3.739,11 40,64 - - - 3.779,75

  

14 Besuk 572,49 2.564,75 366,39 - - 3.503,63

  

13 Paiton 4.535,35 792,59 - - - 5.327,94

  

11 Pakuniran - 2.340,84 6.011,70 2.234,39 798,07 11.385,00

  b. Perbukitan, berada pada ketinggian 500-1000 meter di atas permukaan laut, meliputi wilayah bagian tengah dan di sekitar kaki pegunungan, merupakan bentukan lereng dari pegunungan yang membujur dari arah Barat ke Timur; c. Dataran rendah, berada pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut, meliputi wilayah pesisir dan dataran rendah membentang dari Barat sepanjang garis pantai Utara ke arah Timur kemudian membujur ke arah Selatan.

  

10 Gading - 2.569,81 6.450,75 2.989,38 2.674,70 14.684,64

  9 Krucil - - 3.039,40 7.497,18 9.716,08 20.252,66

  8 Tiris - - 7.013,17 9.101,22 452,30 16.566,69

  7 Banyuanyar 92,25 2.859,91 1.617,47 - - 4.569,63

  6 Tegal Siwalan 357,18 2.073,48 1.742,90 - - 4.173,56

  5 Leces - 2.439,20 1.241,77 - - 3.680,97

  4 Bantaran - 2.948,98 1.263,85 - - 4.212,83

  3 Kuripan - 137,27 4.324,01 1.870,30 343,18 6.674,76

  2 Sumber - - 150,62 3.898,15 10.139,36 14.188,13

  1 Sukapura - - 208,34 1.666,70 8.333,49 10.208,53

  No Kecamatan Ketinggian (mdpl) 0-25 25-100 100-500 500-1000 >1000 Jumlah (Ha)

Tabel 2.1 Ketinggian per Kecamatan di Kabupaten Probolinggo

  Untuk melihat lebih jelas kondisi ketinggian di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

  Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo, Tahun 2015

  4) Geologi

  Struktur geografis Kabupaten Probolinggo terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda. Sedangkan bentuk permukaan daratan di Kabupaten Probolinggo di klasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu :

  a) Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0

  • – 100 m diatas permukaan laut. Daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai dari Barat ke Timur kemudian membujur ke Selatan.

  b) Daerah perbukitan dengan ketinggian 100-1.000 m diatas permukaan laut. Daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah sepanjang Pegunungan Tengger serta pada bagian selatan sisi Timur sekitar Gunung Lamongan.

  c) Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan laut. Daerah ini terletak di sebelah Barat Daya yaitu sekitar Pegunungan Tengger dan sebelah Tenggara yaitu di sekitar Gunung Argopuro.

  5) Hidrologi

  Terdapat 25 sungai yang mengalir dan mengairi wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 km, sedangkan sungai terpendek adalah Afour Bujel dengan panjang hanya 2 km saja. Hulu sungai-sungai tersebut kebanyakan berada di bagian tengah maupun selatan wilayah Kabupaten Probolinggo (merupakan daerah agak tinggi dan banyak terdapat hutan) yang bermuara di Selat Madura. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Probolinggo sebagian besar digunakan irigasi disamping untuk industri, air minum dan mandi cuci. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim yang berlangsung tiap tahun. Pada saat musim kemarau, sebagian besar sungai yang mengalir mengalami kekeringan kecuali sungai-sungai besar (yaitu sungai-sungai utama) yang masih tergenang terus sepanjang tahun.

  II-4

  II-5

Tabel 2. 1

Panjang, Lebar, Debit Air dan Baku Lahan Sungai

  14 K. Lumbang/Bayeman 17,50 13,00 ± 75 125

  Sumber : Dinas PU Pengairan Kabupaten Probolinggo Tahun 2015

  25 K. Lawean 16,70 25,00 ± 200 369

  24 Afour Bujel 2,00 5,00 - -

  23 K. Pekalen 35,10 35,00 ± 3.300 6.983

  22 K. Klaseman 11,00 15,00 ± 100-200 -

  21 K. Gending 20,00 20,00 ± 300 -

  20 K. Banyubiru 11,00 18,00 ± 300 697

  19 K. Kedung Galeng 38,00 35,00 ± 100 564

  72

  18 K. Patalan 22,50 18,00 ± 50

  17 K. Besi 15,50 15,00 ± 5 - 10 183

  16 K. Blabo 10,00 10,00 ± 50 213

  15 K. Blibis 20,00 15,00 - -

  53

  

Di Kabupaten Probolinggo

No. Nama Sungai Panjang (km) Lebar (m) Debit Air (Minimum) Baku Lahan (Ha)

  13 K. Klumprit 12,50 12,00 ± 50

  34

  12 K. Curah Manjangan 5,00 9,00 ± 50

  11 K. Taman 24,10 12,00 ± 5-10 240

  10 K. Kresek 24,50 25,00 ± 100 786

  9 K. Paiton 18,00 20,00 ± 100 454

  8 K. Legundi 12,50 6,00 - -

  7 K. Pancarlagas 85,70 50,00 ± 200 3.303

  6 K. Jabung 20,50 8,00 ± 300 465

  5 K. Besuk 13,20 8,00 ± 100-200 173

  4 K. Kandang Jati 8,00 8,00 ± 100 507

  3 K. Kertosono 39,70 25,00 ± 100 570

  2 K. Pandan Laras 43,50 26,00 ± 1.300 2.847

  1 K. Rondoningo 95,20 26,00 ± 200 3.357

  Di Kabupaten Probolinggo juga terdapat danau/ranu yaitu Ranu Segaran, Ranu Agung dan Ranu Petak (Taman Hidup) yang belum didayagunakan sebagaimana mestinya. Selain air hujan dan air permukaan, maka air tanah juga merupakan sumber air yang potensial di Kabupaten Probolinggo. Air tanah antara lain dijumpai dalam bentuk sumur dangkal maupun sumur dalam. Adapun wilayah yang cukup potensial air tanahnya antara lain ialah wilayah bagian utara dan bagian tengah yakni meliputi wilayah Paiton, Kraksaan, Pajarakan, Gending, Dringu, Sumberasih dan Tongas. Selain itu di Kabupaten Probolinggo juga dijumpai sumber-sumber mata air. Mata air tersebut umumnya mengalir terus-menerus sepanjang tahun. Sumber mata air tersebut terutama terdapat di Kecamatan Sumber, Sukapura, Tegalsiwalan, Dringu, Tiris dan Krucil.

  Selain itu tercatat pula sumur yang umumnya berupa sumur gali dan beberapa sumur bor. Kedalaman dari sumur-sumur gali berkisar 3

  • – 30 m. Kedalaman ini berarti air tanah dangkal sampai sedang dan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, sedangkan kedalaman sumur bor yang merupakan air tanah dalam berkisar 40-200 m. Sumur bor yang sudah ada mempunyai debit yang cukup besar, sebagian untuk kebutuhan air minum dan sebagian besar lainnya diperuntukkan irigasi, hal ini mengingat pada saat musim kemarau sebagian besar daerah mengalami kekeringan.

  Ditinjau dari sisi kedalaman air tanah, 62,56% dari luas wilayah Kabupaten Probolinggo memiliki kedalaman > 90 m; seluas 11,17% kedalaman air tanahnya antara 60 -90 m; dan selebihnya 26,27% mempunyai kedalaman air tanah < 60 m.

6) Klimatologi

  Lokasi Kabupaten Probolinggo yang berada di sekitar garis katulistiwa menyebabkan daerah ini mengalami perubahan iklim dua jenis setiap tahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berkisar pada bulan April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga April.

  Curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret. Curah hujan selama tahun 2011 berkisar antara 1.100-1.700 mm untuk dataran rendah, dan berkisar 1.700-5.700 mm untuk dataran tinggi dengan rata-rata intensitas hujan sebesar 24,211 mm/hari. Jumlah curah hujan rata-rata dalam setahun di Kabupaten Probolinggo sebesar 1.713 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 75.41 hari. Suhu udara beragam rata-rata antara 27 C hingga 32C pada bagian Utara, sedangkan di wilayah pegunungan Argopuro dan Tengger, yaitu di Kecamatan Tiris, Krucil, Sumber dan Sukapura suhu udaranya berkisar antara 5 C hingga 15C.

  Di antara dua musim tersebut terdapat musim pancaroba, di mana biasanya ditandai dengan tiupan angin kering yang cukup kencang yang biasa disebut “Angin Gending”.

  II-6

  • – 2029 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

1 Kawasan Hutan Produksi 23,971.50

  a. Peruntukan Pariwisata Budaya - -

  c. Peruntukan Panas Bumi - -

  d. Peruntukan Air Tanah di kawasan Pertambangan - -

  a. Peruntukan Industri Besar 77,801.00

  8.24

  b. Peruntukan Industri Sedang 1,204.53

  0.13

  c. Peruntukan Indutri Rumah Tangga - -

  c. Peruntukan Pariwisata Buatan - -

  b. Peruntukan Pariwisata Alam - -

  c. Peruntukan Kawasan Pengolahan Ikan - -

  a. Peruntukan Permukiman Perkotaan 4,715.23

  0.50

  b. Peruntukan Permukiman Perdesaan 12,052.56

  1.28

  a. Kawasan Peternakan - -

  b. Kawasan Khusus - -

  c. Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Pesisir dan Pulau Gili Ketapang

  b. Peruntukan Minyak dan Gas Bumi - -

  a. Peruntukan Mineral dan Batu Bara - -

  0.21

  a. Peruntukan Pertanian Lahan Basah 29,009.56

  II-7 7) Penggunaan Lahan

  Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan sebagai fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Klasifikasi kawasan budidaya berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010

  

Tabel 2. 2

Luas Peruntukan Kawasan Budidaya (Ha)

No Pola Ruang Wilayah Luas (Ha) Prosentase (%)

  2.54

  a. Peruntukan Hutan Produksi Terbatas - -

  b. Peruntukan Hutan Produksi Tetap - -

  c. Peruntukan Hutan Produksi yang dapat dikonversi - -

  2 Kawasan Hutan Rakyat - -

  b. Peruntukan Budi daya Perikanan 1,996.76

  3 Kawasan Peruntukan Pertanian - -

  3.07

  b. Peruntukan Pertanian lahan Kering 697,644.00

  73.86

  

c. Peruntukan Peruntukan Hortikultura - -

  4 Kawasan Peruntukan Perkebunan 28,137.58

  2.98

  5 Kawasan Peruntukan Perikanan - -

  a. Peruntukan Perikanan Tangkap 51,908.79

  5.50

6 Kawasan Peruntukan Pertambangan - -

7 Kawasan Peruntukan Industri - -

8 Kawasan Peruntukan Pariwisata - -

9 Kawasan Peruntukan Permukiman - -

10 Kawasan Peruntukan lainnya - -

  Prosentase No Pola Ruang Wilayah Luas (Ha) (%)

  d. Kawasan Terbuka Hijau

  e. Lahan Cadangan 13,368.75

  1.42 2,714.24

  0.29 944,524.50 100.00

  JUMLAH Sumber : Perda RTRW No. 3 Tahun 2011

  Dari Tabel 2.3 terlihat bahwa peruntukan lahan di Kabupaten Probolinggo digunakan untuk pertanian lahan kering (73.86%), industri besar (8.24%), perikanan tangkap (5.50%), serta.pertanian lahan basah (3.07%). Sedangkan lahan permukiman yang merupakan kawasan terbangun, baik di perkotaan dan perdesaan hanya meliputi (1.78%) dari seluruh luas lahan. Berdasarkan kondisi eksisting di Kabupaten Probolinggo Tahun 2017, kawasan budidaya dapat dilihat pada Tabel 2.4.

  

Tabel 2. 3

Kondisi Eksisting Kawasan Budidaya (Ha)

Prosentase No Pemanfaatan Pola Ruang Luas (Ha) (%)

  Kawasan Peruntukan

  1 Hutan Produksi 27331.3

  28.05 Kawasan Peruntukan

  2 Industri 162.28

  0.17 Kawasan Peruntukan

  3 Perikanan 2160.85

  2.22 Kawasan Peruntukan

  4 Perkebunan 6326.6

  6.49 Kawasan Peruntukan

  5 Permukiman 11729.3

  12.04

  6 Pertanian Lahan Basah 49735.5

  51.04 Jumlah 97445.83 100.00 Sumber : Peninjauan Kembali RTRW Kab Probolinggo Tahun 2017

  Kebijakan yang melindungi keberadaan lahan pertanian, pemerintah telah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Konversi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT.140/9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian. Peraturan tersebut dimaksudkan untuk melakukan

  II-8 perlindungan terhadap lahan pertanian terkait stabilitas pangan nasional. Peraturan ini juga menjadi salah satu bahan masukan yang harus diimplementasikan dalam peraturan tata ruang setempat.

  Pembagian peran dalam mendukung ketahanan pangan nasional harus disikapi secara positif oleh tiap-tiap pemerintah daerah, termasuk didalamnya adalah Pemerintah Kabupaten Probolinggo. Peran yang diemban oleh Kabupaten Probolinggo dalam hal ini adalah kebijakan untuk tetap mempertahankan lahan pertanian beririgasi seluas + 38.269 Ha. Kebijakan tersebut telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010

  • – 2029. Oleh karena itu penting untuk segera menetapkan suatu kebijakan terhadap permasalahan yang akan mengancam keberadaan lahan pertanian pangan agar tetap berkelanjutan.

  Dalam rangka mendukung perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Probolinggo serta menjabarkan Perda RTRW dimaksud, maka pada tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Probolinggo telah menerbitkan Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2015 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Probolinggo.

  Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

  Salah satu kawasan lindung yang perlu terus menerus dimantapkan adalah kawasan suaka alam. Kawasan ini di Kabupaten Probolinggo telah ditetapkan sesuai dengan arahan RTRW Provinsi Jawa Timur. Pada dasarnya pemantapan kawasan ini bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan melindungi biota, ekosistem, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Perlindungan kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa. Kawasan suaka alam selain untuk mempertahankan kelestarian alam itu sendiri, juga berperan dalam pengembangan dunia ilmu pengetahuan dan kegiatan wisata. Pemanfaatan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan wisata tetap harus berdasarkan pada konsepsi menjaga kawasan suaka alam itu sendiri, termasuk dalam kawasan suaka alam Taman Nasional

  II-9 Bromo Tengger Semeru. Jenis kawasan lindung di Kabupaten Probolinggo yang akan dikembangkan dalam 5 Tahun ke depan antara lain kawasan suaka alam, hutan lindung, sempadan sungai, dan sempadan pantai. Luas rencana kawasan lindung di Kabupaten Probolinggo sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010 - 2029 dapat dilihat pada Tabel 2.5.

  

Tabel 2. 4

Luas Peruntukan Kawasan Lindung (Ha)

Prosentase No Pola Ruang Wilayah Luas (Ha) (%)

  1 Kawasan Hutan Lindung 22,650.800

  0.96

  2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya:

  • a. Kawasan bergambut

  b. Kawasan resapan air 2,507.794

  0.11

  3 Kawasan perlindungan setempat:

  a. Sempadan Pantai 1,087.622

  0.05

  b. Sempadan Sungai 2,507.794

  0.11

  c. Kawasan sekitar danau atau waduk 237,906.000

  10.05

  d. Kawasan sekitar mata air 899,208.000

  37.99

  • e. Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal

  f. Kawasan perlindungan setempat lainnya 1) Sempadan Rel Kereta Api 72,827.000

  3.08

  2) Sempadan SUTET 0.003

  0.00

  3) Hutan mangrove 209,310.000

  8.84

  4 Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya:

  • a. Kawasan Suaka Alam -

  b. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya

  c. Hutan Konservasi 11,052.370

  0.47

  1) Suaka Margasatwa 7,452.000

  0.31

  2) Taman nasional BTS (Bromo, Tengger, Semeru) 3,600.370

  0.15

  d. Cagar alam 18.800

  0.00

  e. Kawasan pantai berhutan bakau 258,459.000

  10.92 f.

  • Taman hutan raya
  • g. Taman wisata alam dan taman wisata alam laut

  h. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan -

  5 Kawasan rawan bencana alam

  a. Kawasan rawan tanah longsor 32,423.500

  1.37

  b. Kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan 1,461.072

  0.06

  rawan banjir

  c. Kawasan rawan bencana alam lainnya

   Abrasi Pantai 596,742.000 

  25.21

  6 Kawasan lindung geologi:

  • a. Kawasan cagar alam geologi

  II-10 b. Kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah:

  Letusan Gunung - Tipe A 3,165.450

  0.13 Tipe B 2,356.890

  0.10 Tipe C 2,364.950

  0.10 2,367,101.415 100.00 JUMLAH

  Sumber : Perda RTRW No. 3 Tahun 2011 Dari tabel 2.5 diatas, bahwa peruntukan lahan kawasan lindung di

  Kabupaten Probolinggo digunakan untuk kawasan sekitar mata air (37.99%), kawasan rawan bencana alam lainnya

  • – abrasi pantai (25,21%). Berdasarkan kondisi eksisting di Kabupaten Probolinggo Tahun 2017, kawasan lindung dapat dilihat pada Tabel 2.6.

  

Tabel 2. 6

Kondisi Eksisting Kawasan Lindung (Ha)

Prosentase No Pemanfaatan Pola Ruang Luas (Ha) (%)

  1 Kawasan Hutan Lindung 23640.9

  67.14

  2 Kawasan Lindung Lainnya 7700.72

  21.87 Kawasan Perlindungan

  3 Setempat 3869.29

  10.99 Jumlah 35210.91 100.00 Sumber : Peninjauan Kembali RTRW Kab Probolinggo Tahun 2017

  Dari tabel 2.6 diatas dapat diamati bahwa di Kabupaten Probolinggo kondisi eksisting hutan lindung menempati wilayah paling luas dengan luas kawasan sebesar 67.14%. Hal ini disebabkan karena masih banyak kawasan di Kabupaten Probolinggo yang masih asri dan potensial untuk dijadikan kawasan tersebut.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

  Adapun potensi pengembangan wilayah Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut.

  a. Potensi kawasan hutan lindung di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Cagar Alam Pegunungan Argopuro.

  b. Potensi kawasan perdagangan dan jasa yaitu lebih dari sepuluh buah pasar yang terdiri dari sepuluh jenis pasar (pasar buah, pasar sayur, pasar buah- sayur, pasar hewan, pasar hewan dan umum, pasar induk, pasar ikan/daging, pasar palawija, pasar pelelangan ikan, pasar sayur, dan pasar umum), potensi pasar Semampir yang ada di Kecamatan Kraksaan dan

  II-11 pasar kelas II yaitu 3 unit yaitu Pasar Maron, Pasar Leces, dan Pusat Perbelanjaan Kraksaan, potensi Pasar Bawang merah di Dringu.

  c. Potensi kawasan pertambangan dan energi berupa PLTU Paiton sebagai salah satu sumber energi listrik Jawa-Bali dan pertambangan gas bumi terbesar di Jawa Timur yang terdapat di kawasan pegunungan Hyang/ pegunungan Argopuro.

  d. Potensi kawasan industri kecil, industri kerajinan dan industri menengah.

  Potensi industri kecil dan kerajinan antara lain: industri konvensi di Tongas, indutri kerajinan meubel di Tongas dan Dringgu. Potensi industri menengah dan pergungan di sepanjang jalur Pantura terutama di Tongas, Dringu dan Paiton.

  e. Potensi kawasan pariwisata berupa kawasan pariwisata alam (antara lain: Gunung Bromo, Pantai Bentar, Arung Jeram Sungai Pekalen dan Pulau Giliketapang) dan pariwisata budaya (antara lain:candi, upacara adat Kasodo, Upacara Larung Sesaji, Tarian kuda kecak, Tari Glipang).

  f. Potensi kawasan perikanan antara lain kawasan perikanan darat (perikanan kolam dan keramba di Kecamatan Paiton, Krakasan, Pajarakan, Gending, Dringu, Tongas dan Sumberasih). Potensi kawasan perikanan laut di Kecamatan Paiton, Krakasan, Pajarakan, Gending, Dringu, Tongas, Sumberasih.

  g. Potensi kawasan perkebunan sebagian besar terdapat di wilayah bagian selatan yaitu: tanaman semusim (antara lain:Tembakau, Tebu, Jarak, kapas, jahe) dan tanaman tahunan (antara lain: kelapa, kopi, aren, asem, cengkeh, lada, kapuk randu, jambu mente, pinang) h. Potensi kawasan pertanian tanaman pangan pada umumnya terdapat di wilayah utara (misalnya: padi jagung, kedelai, kacang tanah) dan tanaman holtikultura pada umumnya terdapat di wilayah selatan (misalnya: kentang, kobis dan cabe, durian dan mangga). i. Potensi kawasan peternakan sebagian besar terdapat di wilayah selatan antara lain: ternak besar (sapi, kuda, kerbau), ternak kecil (kambing, domba, babi) dan unggas (ayam ras, ayam kampung, itik, entok, kelinci). j. Potensi kawasan militer TNI AL di Paiton sebagai kawasan khusus untuk pertahanan dan keamanan.

  II-12

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

  Kawasan rawan bencana di Kabupaten Probolinggo merupakan wilayah yang sering dan atau mempunyai potensi bencana alam, seperti letusan gunung berapi, angin gending, banjir dan kebakaran yang disebabkan oleh alam.  Letusan Gunung Berapi Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif mempunyai potensi di samping sebagai obyek wisata, juga dapat menimbulkan bencana letusan gunung berapi. Wilayah-wilayah yang masih berada dalam jangkauan letusan gunung berapi seperti Kecamatan Sukapura dan Kecamatan Sumber perlu mewaspadai aktifitas yang terjadi di kawah Gunung Bromo.

  Kabupaten Probolinggo memiliki 2 buah gunung berapi yang berpotensi menimbulkan bencana yaitu Gunung Bromo dan Gunung Lamongan. Gunung Bromo merupakan gunung api yang sering meletus lemah, berupa letusan freatik atau magmatik tipe Stromboli. Material yang diletuskan berupa batu (pijar) dan hembusan gas beracun hanya terbatas disekeliling kawah atau dasar kaldera Lautan Pasir. Ancaman hujan abu lebat tidak lebih dari jarak 6 Km dari kawah Gunung Bromo.  Tanah Longsor Kawasan rawan bencana di Kabupaten Probolinggo berupa tanah longsor yang terdapat di berbagai kecamatan. Wilayah yang peka terhadap bahaya ini adalah wilayah yang memiliki tingkat erosi tinggi, kawasan pantai dan tanah-tanah gundul di kawasan hutan lindung, serta kawasan yang mempunyai kelerengan tanah lebih dari 40 %. Berdasarkan Studi identifikasi kawasan rawan bencana Kab. Probolinggo tahun 2007, kawasan dengan tipologi gerakan tanah tertinggi adalah Kecamatan Gading, Krucil, Lumbang, Pakuniran, Sukapura, Sumber, Kota Anyar dan Tiris.

   Banjir Kawasan-kawasan yang berada di sepanjang daerah aliran sungai perlu mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir. Demikian pula perluasan kawasan permukiman di perkotaan akan mengurangi luas wilayah resapan air, sehingga tanpa sistem drainase yang baik akan dapat menimbulkan banjir. Wilayah yang potensial terhadap bahaya banjir adalah Perkotaan Gending, Dringu, Kraksaan, Tongas, Sumberasih, Krejengan dan Kotaanyar.

  II-13

   Daerah Rawan Abrasi Laut Kabupaten Probolinggo memiliki panjang kawasan pesisir sekitar 71,893 Km dan seperti kabupaten lain di Indonesia juga memiliki masalah dengan ekosistem pantainya terutama dengan masalah abrasi pantai.

  Ada banyak faktor yang mengakibatkan sebuah pantai mengalami abrasi, dari sekian faktor yang mempengaruhi ada satu faktor yang sangat domininan yaitu ketahanan pantai itu sendiri dalam menghadapi gelombang air laut. Ketahanan pantai akan tercipta dengan sendirinya jika ekosistem di kawasan tersebut masih terjaga, salah satu ekosistem pantai yang berperan pengobatan pada korban bencana dan melakukan kerjasama dengan lintas penting dalam menciptakan ketahan pantai adalah keberadaaan dari hutan mangrove atau rawa di wilayah pantai tersebut.

  Dari beberapa hal di atas maka, deliniasi kawasan rawan abrasi pantai dicari dengan menganalisa kawasan pantai yang tidak mempunyai vegetasi rawa atau mangrove di pesisirnya. Dari hasil analisa spasial pada peta tata guna lahan didapat distribusi kawasan rawan abrasi pantai meliputi Kecamatan-kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Kraksaan, Gending, Pajarakan dan Paiton.  Bencana Angin Ribut.

  Bencana angin puting beliung di Kecamatan Lumbang, angin puyuh di Kecamatan Krucil. Kegiatan penanggulangan yang dilakukan dengan melakukan survey lokasi bencana, memberikan sektor untuk mengatasi bencana susulan.

  Data spasial/peta potensi bencana skala kabupaten terlihat pada gambar berikut ini :

  II-14

  BAB II II-15 Gambar 2.2 Peta Kawasan Rawan Bencana Kab. Probolinggo

2.1.4 Demografi

  Kabupaten Probolinggo, secara yuridis formal dibentuk dengan Undang

  • – Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah –daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur. Adapun pembagian wilayah Kabupaten Probolinggo terdiri dari 24 Kecamatan, 325 Desa dan 5 Kelurahan, 1.375 Dusun, 1.643 RW)dan 5.869 Rukun Tangga.

  Pada periode empat tahun terakhir, jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo meningkat terus hingga mencapai 1.108.136 jiwa pada tahun 2012. Dengan luas wilayah sekitar 1.696,16 km2, maka kepadatan penduduk ini lebih tinggi dibandingkan tiga tahun sebelumnya yang masing-masing mencapai 616 jiwa per km2 (2009), 636 jiwa per km2 (2008), dan 631 jiwa per km2 (2007). Sedangkan perkembangan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin mulai tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

  13 Paiton 68,579 64,014 71,987 73,137

  24 Sumberasih 64,672 57,401 62,003 62,946

Total 1,191,875 1,072,182 1,136,598 1,151,613

Sumber Data : Jumlah Penduduk Hasil Registrasi BPS

  23 Tongas 69,014 62,273 66,016 66,906

  22 Lumbang 32,501 29,856 32,060 32,448

  21 Wonomerto 45,806 37,488 39,992 40,521

  20 Dringu 54,651 51,790 52,708 53,443

  19 Gending 43,013 39,959 40,519 41,047

  18 Maron 67,717 60,932 63,936 64,705

  17 Pajarakan 34,645 32,820 35,001 35,496

  16 Krejengan 41,454 39,657 39,419 39,932

  15 Kraksaan 69,925 64,465 68,784 69,984

  14 Besuk 50,334 45,000 47,185 47,752

  12 Kotaanyar 38,297 35,038 36,180 36,569

  

Tabel 2. 7

Perkembangan Jumlah Penduduk Per Kecamatan

di Kabupaten Probolinggo Tahun 2012 – 2016 No Kecamatan Jumlah Penduduk 2013 2014 2015 2016

  II-16

  10 Gading 54,623 49,373 49,823 50,457

  

9 Krucil 60,265 52,270 54,632 55,480

  

8 Tiris 72,952 58,557 65,566 66,368

  

7 Banyuanyar 56,914 51,593 53,916 54,550

  

6 Tegalsiwalan 37,356 33,939 37,593 38,103

  

5 Leces 60,283 53,618 56,980 57,829

  

4 Bantaran 44,197 38,823 41,845 42,288

  

3 Kuripan 31,644 27,652 30,027 30,312

  

2 Sumber 26,344 23,949 26,980 27,291

  

1 Sukapura 20,588 19,513 19,993 20,149

  11 Pakuniran 46,101 42,202 43,453 43,900

Tabel 2.8 Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

  di Kabupaten Probolinggo Tahun 2012 – 2016 U R A I A N Ket 2012 2013 2014 2015 2016 No

  546.287 554.345 558.150 Laki Jiwa 550.390 561.855

  • – laki 1.

  Perempuan Jiwa 573.510 577.557 582.240 586.096 589.758 2.

  Jiwa 1.119.797 1.127.947 1.136.585 1.144.246 1.151.613 Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Probolinggo ( Ket. *) Angka Sementara Tahun 2016

  Dari tabel 2.7 dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk total dari tahun-ketahun cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan dari tabel 2.8 dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk perempuan dalam lima tahun cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

  Kecamatan Sumberasih merupakan kecamatan terpadat di Kabupaten Probolinggo dengan kepadatan 2.057 jiwa per km2. Kecamatan terpadat kedua adalah kecamatan Kraksaan dengan kepadatan 1.828 jiwa per km2. Kecamatan Kraksaan yang merupakan ibukota Kabupaten Probolinggo, mempunyai pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 tercatat 0.87 persen. Tingkat pertumbuhan penduduk tercepat adalah di Kecamatan Kraksaan yakni sebesar 1,4 persen per tahun.

  Dari jumlah penduduk yang ada, sebagian besar terdiri dari suku Madura dan Jawa yang mayoritas beragama Islam dan didukung oleh adanya keberadaan sejumlah Pondok Pesantren yang tersebar di beberapa Kecamatan. Sedangkan di Kecamatan Sukapura dan Sumber terdapat kelompok penduduk yang mempunyai sifat sosial dan budaya khas, yaitu suku Tengger dengan sebagian besar penduduknya beragama Hindu.

  Berdasarkan karakteristik daerah ±70 % mata pencaharian penduduk bekerja di bidang pertanian, sedangkan untuk daerah pantai seperti di Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Dari perkembangan penyerapan tenaga kerja di bidang pertanian tersebut semakin lama peranannya cenderung menurun dan tergeser oleh sektor non pertanian seperti industri, perdagangan dan jasa yang cenderung meningkat.

  II-17

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

  Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

  Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi provinsi, PDRB per kapita, indeks gini, pemerataan pendapatan versi Bank Dunia, Indeks Ketimpangan Williamson (indeks ketimpangan regional), persentase penduduk diatas garis kemiskinan, angka kriminalitas yang tertangani.

1) Pertumbuhan PDRB

  Untuk mengetahui prestasi ekonomi makro suatu daerah dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat, yang secara umum diukur melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Meskipun bukan merupakan satu-satunya ukuran untuk menilai prestasi ekonomi suatu daerah, PDRB cukup representatif dan sangat lazim digunakan. PDRB mengukur total nilai barang dan jasa yang bisa dinikmati oleh suatu penduduk.

  Berdasarkan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tertuang dalan System of National Account (SNA) 2008 bahwa Badan Pusat Statistik melakukan perubahan Tahun Dasar atas perhitungan pertumbuhan ekonomi dari Tahun 2000 menjadi Tahun 2010.

  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan Tahun Dasar 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mengalami kenaikan dari Tahun 2011 hingga Tahun 2016. PDRB ADHB Tahun 2016 sebesar Rp. 28.045.855.800.000,- meningkat 8,44 % dibanding PDRB ADHB Tahun 2015 sebesar Rp. 25.678.239.400.000,-. Sementara pada Tahun 2016 PDRB ADHK sebesar Rp. 20.504.068.700.000,- sedangkan Tahun 2015 PDRB ADHK sebesar Rp. 19.570.350.700.000,- atau meningkat sebesar 4,55 %. Kenaikan PDRB ini mengindikasikan bahwa kegiatan ekonomi Kabupaten Probolinggo secara makro khususnya produksi barang dan jasa mengalami peningkatan.

  II-18

  Grafik 2.1 PERBANDINGAN HASIL PENGHITUNGAN PDRB ADHB dan ADHK TAHUN DASAR 2000 DAN TAHUN DASAR 2010 (dalam juta Rp.) Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo Tahun 2016

  PDRB Perkapita

  PDRB perkapita adalah total nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut. PDRB perkapita menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Dengan angka dari BPS Kabupaten Probolinggo, PDRB perkapita Kabupaten Probolinggo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2016 PDRB perkapita Kabupaten Probolinggo dengan Tahun Dasar 2010 mencapai Rp. 24.406.716,71,- dibanding Tahun 2015 sebesar Rp. 22.515.291,24,-. Dari perspektif kesejahteraan masyarakat, kenaikan pendapatan regional perkapita tersebut memiliki makna sebagai kenaikan status ekonomi masyarakat pula. Dengan lain kata, kondisi empiris tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian daerah Kabupaten Probolinggo memang mengalami pergerakan positif hingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan penduduknya. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Probolinggo dapat dilihat dalam grafik berikut :

  II-19

  Grafik 2.2 LAJU PERKEMBANGAN PDRB PERKAPITA KABUPATEN PROBOLINGGO (dalam Rp.) 25,000,000.00

  24,406,716.71 20,000,000.00

  22,515,291.24 15,000,000.00

  20,442,534.98 18,545,944.60 10,000,000.00

  16,837,170.36 5,000,000.00

  15,230,778.68

  0.00 2011 2012 2013 2014 2015 2016

PDRB PERKAPITA

  Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo

2) Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Probolinggo

  Laju pertumbuhan ekonomi Tahun 2016 berdasarkan Tahun Dasar 2010 sebesar 4,77 %, meningkat dibanding Tahun 2015 sebesar 4,76 %. Pertumbuhan ekonomi Tahun 2016 tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yaitu sebesar 8,31 %, disusul lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 7,67 % serta Transportasi Pergudangan sebesar 7,11 %. Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Probolinggo Tahun 2011

  • – 2016 dapat dilihat dalam grafik berikut :

  II-20

  • – 2016 mengalami perlambatan yaitu pada tahun 2012 sebesar 6,44, tahun 2013 sebesar 5,15, tahun 2014 sebesar 4,90 dan tahun 2015 sebesar 4,76. Sedangkan pada tahun 2016, dengan angka sangat sementara, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Probolinggo mengalami percepatan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 4.81%. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Probolinggo secara umum masih di bawah Jawa Timur.

  7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,00 5,87 6,76 6,30 6,32 6,38

  13 Jasa Perusahaan 4,18 3,98 6,84 6,78 5,48 5,22

  12 Real Estate 6,73 6,38 6,72 6,54 4,94 5,23

  11 Jasa Keuangan dan Asuransi 6,02 7,60 9,23 6,16 6,45 7,04

  10 Informasi dan Komunikasi 6,13 8,00 9,50 8,02 6,59 7,67

  9 Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 6,26 3,23 4,36 6,17 7,98 8,31

  8 Transportasi dan Pergudangan 3,06 1,40 5,36 7,87 6,58 7,11

  6 Konstruksi 7,65 7,92 6,91 6,15 2,49 5,17

  II-21 Grafik 2.3 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN DASAR 2010 (dalam %) Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo

  5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7,16 1,09 4,94 1,45 5,27 5,18

  4 Pengadaan Listrik dan Gas 12,84 12,01 5,81 4,65 1,25 3,89

  3 Industri Pengolahan 6,65 5,75 7,90 6,01 6,55 5,58

  2 Pertambangan dan Penggalian 5,17 1,88 1,84 2,40 4,24 2,87

  1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,58 7,55 2,66 3,16 3,23 3,08

Tabel 2.9 PERTUMBUHAN EKONOMI ATAS DASAR HARGA KONSTAN KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN DASAR 2010 (dalam %) No. LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

  Dari grafik diatas dapat kecenderungan pertumbuhan ekonomi kabupaten Probolinggo tahun 2012

  14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,35 2,21 1,46 1,71 5,32 4,94

  

15 Jasa Pendidikan 7,46 6,29 6,85 8,34 6,24 6,02

  

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 18,98 10,21 6,89 13,09 1,54 6,09

  

17 Jasa lainnya 5,73 2,91 5,02 4,98 4,95 4,84

Pertumbuhan Ekonomi 5,88 6,44 5,15 4,90 4,76 4,77

  Ket : Tahun 2015* Angka sememtara Tahun 2016** Angka sangat sementara Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo .

2) Laju Inflasi

  Selain variabel PDRB (sisi pertumbuhan), variabel ekonomi makro daerah lainnya yang seringkali menjadi indikator bagi perekonomian daerah adalah tingkat penyerapan tenaga kerja dan inflasi. Faktor-faktor lokal yang juga mempengaruhi perekonomian daerah adalah sumberdaya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan kewirausahaan. Pembangunan ekonomi daerah harus berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah tersebut melalui tingginya penyerapan tenaga kerja dan kestabilan tingkat harga-harga umum. Dalam inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Secara umum, inflasi di Kabupaten Probolinggo mengalami peningkatan di tahun 2012 sampai tahun 2014. Kemudian menurun di tahun 2015 hingga tahun 2016. Pada Tahun 2016 Kabupaten Probolinggo mengalami inflasi (kumulatif inflasi) terendah yaitu sebesar 1,98 %.

  II-22

  II-23 Grafik 2.4 PERKEMBANGAN INFLASI KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2011-2016

  6.00

  Berdasarkan beberapa data yang telah di sajikan pada fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi diatas, permasalahan yang ada antara lain :

  

7. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan -1,99 -0,4382

Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo Tahun 2016

  

6. Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 3,77 0,2157

  

5. Kesehatan 4,65 0,2073

  4. Sandang 6,73 0,3609

  

3. Perumahan 5,97 0,9894

  

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5,44 0,8499

  

1. Bahan Makanan 1,08 0,3275

  INFLASI DAN ANDIL INFLASI (%) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2016 Kelompok Pengeluaran Inflasi Andil Umum 2,51 2,5124

  7.00 2011 2012 2013 2014 2015 2016 INFLASI Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo Tahun 2016 Tabel 2.10

  5.00

  6.05

  4.00

  3.00