RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KOTA PEMATANGSIANTAR

BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KOTA PEMATANGSIANTAR Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana

  

yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis

memiliki hubungan fungsional (Pasal 1 UU No. 27 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang).

Perencanaan struktur ruang diarahkan untuk menentukan hierarki dan fungsi pusat-pusat

permukiman serta sistem jaringan prasarana dan sarana, sehingga dapat menciptakan tingkat

perkembangan fisik, ekonomi dan sosial yang diinginkan selama kurun waktu perencanaan.

Rencana struktur ruang Kota Pematangsiantar terdiri dari 2 bagian utama yaitu rencana sistem

pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana dan sarana. Keduanya mencakup

beberapa elemen yang masing-masing dijelaskan secara spasial.

3.1 Rencana Sistem Pusat Kegiatan

3.1.1 Kriteria Penentuan Pusat-Pusat Kegiatan

  

Suatu kota pada dasarnya terbentuk dari pusat-pusat kegiatan yang membentuk hierarki dan pola

keterkaitan satu dengan lainnya. Karena itu rencana sistem pusat kegiatan dirumuskan dengan

menentukan hierarki serta fungsi setiap pusat kegiatan berdasarkan pertimbangan tertentu. Sesuai

Permen PU No. 17/PRT/M/2009, rencana sistem pusat kegiatan dirumuskan dengan kriteria:

a. Memperhatikan rencana struktur ruang wilayah Kabupaten/Kota yang berbatasan;

  

b. Jelas, realistis dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah

kabupaten bersangkutan;

  

c. Penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus berhierarki dan tersebar

secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem;

Gambar 3.1 Diagram Sistem Pusat-Pusat Kegiatan

   2

3

4 3 10 T he Concentric Zone T heory Loop District (CBD) III Zone of workmens IV V II I Central Business Zone in transition Commuters zone homes Residential zone 3. Low-class residential

1. Central Business District (CBD)

2. Wholesale light manufacturing

3 2 III 1

3

`

3

  

3

4 5 3 6 2 1 3 4 7 5 of Metropolitan Growth 5. High-class residential

  4. Medium-class residential

of Urban Growth

Sector T heory

6. Heavy manufacturing 5. High-class residential 4. Medium-class residential 3. Low-class residential 2. Wholesale light manufacturing 1. Central Business District (CBD) 9 10 8

   7. Outlying business district Gambar. 6.4. 9. Industrial sub-urban 8. Residential sub-urban TEORI-TEORI POLA PERKEMBANGAN / 10. Commuters zone PENGGUNAAN TANAH PERKOTAAN Multiple Nuclei T heory of Urban Growth

  Dengan mengacu pada kriteria di atas dan berdasarkan hasil analisis, maka berikut ini diuraikan pertimbangan dalam penentuan rencana sistem pusat kegiatan Kota Pematangsiantar, yaitu:

  a. Potensi dan pergeseran perekonomian kota, yang dicirikan dengan bertambahnya sektor-sektor perekonomian yang mendominasi perekonomian kota; b. Hasil identifikasi pada sistem pusat kegiatan Kota Pematangsiantar saat ini (existing), yang menunjukkan bahwa:

  1) Pusat primer adalah Kawasan Jl. Sutomo - Jl. Merdeka 2) Pusat sekunder antara lain adalah Parluasan, USI, sentra kegiatan Jl. Asahan

3) Pusat lingkungan antara lain adalah Lapangan Bola Atas.

c. Limitasi dan kendala pengembangan kota.

3.1.2 Sistem Pusat Kegiatan

  Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka disusun rencana hirarki pusat pelayanan pada Kota Pematangsiantar sebagai berikut: a. Pusat Pelayanan Kota, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani seluruh wilayah kota dan hinterland kota. Pusat pelayanan kota ditetapkan 1 buah, yaitu di

  Kawasan Jalan Sutomo - Jalan Merdeka.

  b. Sub Pusat Pelayanan Kota, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani sub wilayah kota. Sub pusat pelayanan kota ditetapkan ada 5 buah yaitu di Kawasan Tanjung Pinggir, Kawasan Gurilla, Kawasan Tojai, Kawasan Simpang Dua, Kawasan Megaland Asahan.

  c. Pusat Lingkungan, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani skala lingkungan. Pusat lingkungan ditetapkan sebanyak 9 buah yaitu di Kelurahan Tambun Nabolon, Kelurahan Nagapita, Kelurahan Tanjung Pinggir, Kelurahan Gurilla, USI, Kelurahan Setia Negara, Kelurahan Simarimbun, Kelurahan Marihat Jaya, Lapangan Bola Atas.

Setiap pusat kegiatan di Kota Pematangsiantar tersebut mempunyai fungsi-fungsi tersendiri sesuai

dengan hierarkinya. Semakin tinggi hierarki pusat permukiman, maka semakin kompleks fungsi

sebagai pusat pelayanan dan semakin rendah hierarki pusat permukiman, maka semakin kecil

fungsi sebagai pusat pelayanan. Secara lengkap fungsi pusat-pusat kegiatan di Kota

Pematangsiantar digambarkan dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1 Rencana Hierarki dan Fungsi Pusat-Pusat Pelayanan di Kota Pematangsiantar Hierarki No. Pusat Lokasi Fungsi Arahan Kegiatan Kegiatan

   Pusat perbelanjaan  perdagangan dan jasa skala regional (pasar dan pertokoan)

  Kel. Melayu,  Pasar regional agro

  1. Pusat Kel. Dwikora,  pelayanan kesehatan skala  Jasa hotel dan wisata Pelayanan Kel. Proklamasi, regional

  Kota (PPK) Kel. Simalungun,  simpul transportasi regional  Bank, asuransi Kel. Baru,

   perkantoran  Rumah Sakit Kel. Sukadame perumahan kepadatan tinggi  Kantor pemerintahan kota dan swasta Lapangan Olah Raga

   pusat perdagangan skala Sub Pusat sebagian Kelurahan  Pasar Pelayanan  kota,  Rumah Sakit Tanjung Pinggir 2. dan sebagian

   simpul transportasi regional  Terminal Angkutan Kota (SPPK) Kelurahan Tambun Tanjung Tonga  pendidikan menengah Penumpang Tipe C Pinggir  Perdagangan retail

   pelayanan kesehatan perumahan kepadatan SLTA/SMK rendah – sedang  perdagangan dan jasa

   Kantor pemerintahan  Gedung serba guna

   pendidikan menengah sebagian Kelurahan dan tinggi  Stadion olahraga Gurila Kecamatan  SLTA/SMA

  Siantar Sitalasari  pelayanan kesehatan Sub Pusat dan sebagian

   Perguruan tinggi

  3. Pelayanan Kelurahan Tanjung  perumahan kepadatan rendah

   Puskesmas Pinggir Kota (SPPK)

  • sedang Gurila  perkantoran

   pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan  SD  Puskesmas Pembantu

  Sub Pusat Pelayanan

  Kelurahan Nagapita

  Lingkungan (PPL) 2

  Pusat Pelayanan

   pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan  SD  Puskesmas Pembantu 8.

  Kelurahan Tambun Nabolon

  Lingkungan (PPL) 1

  Pusat Pelayanan

   Perdagangan grosir  Perguruan Tinggi  SLTA/SMK  Puskemas 7.

   perdagangan dan jasa  perkantoran  pendidikan menengah dan tinggi  pelayanan kesehatan  perumahan kepadatan sedang

  Kelurahan Siopatsuhu

  Kota (SPPK) Megaland

   perdagangan dan jasa  pendidikan menengah dan tinggi  pelayanan kesehatan  perumahan kepadatan rendah - sedang 6.

  4 Sub Pusat Pelayanan

   Perdagangan skala kota  Perkantoran  Pendidikan menengah dan tinggi  Pelayanan kesehatan  Perumahan kepadatan rendah- sedang

  Marimbun dan Simarimbun

  Nagahuta, sebagian Nagahuta Timur, sebagian Tong

  Kota (SPPK) Simpang Dua sebagian Kelurahan

  Sub Pusat Pelayanan

   Perguruan Tinggi  SLTA/SMK  Rumah Sakit  Perumahan 5.

   Perumahan kepadatan rendah- sedang  Pendidikan menengah dan tinggi  perdagangan  Pelayanan kesehatan skala kota

  Sorma dan sebagian Kelurahan Bah Kapul

  Gurila, sebagian Kelurahan Bah

  Tojay Sebagian Keurahan

  Kota (SPPK) Perumahan

  • tinggi

  9. Pusat Pelayanan

  Kelurahan Simarimbun

   SD  Puskesmas Pembantu

  Toba  pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan

  Pardamean, Sukamaju, Kel.

  Lapangan Bola Atas, sebagian Kel.

  Lingkungan (PPL) 9

  14 Pusat Pelayanan

   pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan  SD  Puskesmas Pembantu

  Pematang Marihat, dan sebagian Kelurahan Sukaraja

  Jaya, sebagian Kelurahan

  Sebagian Kelurahan Marihat

  Lingkungan (PPL) 8

  13 Pusat Pelayanan

   pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan  SD  Puskesmas Pembantu

  Lingkungan (PPL) 7

  Lingkungan (PPL) 3

  12 Pusat Pelayanan

   SD  Puskesmas Pembantu

   pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan,  pelayanan kesehatan

  Negara dan sebagian Kelurahan Sipinggol-pinggol

  Rindam, sebagian Kelurahan Setia

  Lingkungan (PPL) 6

  Pusat Pelayanan

   SD  Puskesmas Pembantu 11.

  Kelurahan Gurilla  pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan

  Lingkungan (PPL) 4

  Pusat Pelayanan

   pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan  SD  Puskesmas Pembantu 10.

  Pinggir dan sebagian Kelurahan Pondok Sayur

  Sebagian Kelurahan Tanjung

  Sumber : Hasil Analisis Konsultan 2010

3.2 Rencana Sistem Prasarana Di Wilayah Kota

3.2.1 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

  

Jaringan transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu

wilayah, yaitu memberi kemudahan atau meningkatkan interaksi antar wilayah/pusat pelayanan.

Dengan demikian akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan kewilayahan (membuka

keterisolasian dengan wilayah lainnya), karena hubungan antar wilayah yang semakin mudah

akan mendorong pergerakan penduduk. Dengan terbukanya wilayah yang terisolasi maka wilayah

tersebut akan semakin berkembang, yang pada akhirnya akan meningkatkan perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi. Tujuan pengembangan sistem transportasi di wilayah Kota Pematangsiantar adalah: 1. Menciptakan aksesibilitas dan mobilitas yang sesuai untuk pertumbuhan aktifitas.

  2. Meningkatkan kemudahan pergerakan antar lokasi.

  

3. Menyediakan kegiatan transportasi yang murah, aman, nyaman dan cepat dengan menata

sistem transportasi angkutan umum.

  

4. Meningkatkan fungsi sarana transportasi yang ada dengan memperbaiki dan melengkapi

prasarana dan sarana pendukungnya.

  

5. Menyusun pengelolaan sistem pergerakan di wilayah perencanaan lalu lintas dengan

mengintegrasikan tiap elemen transportasi.

A. Rencana Sistem Jaringan Jalan

   Tinjauan Konsep Hierarki Jalan Pengaturan hierarki fungsi dan status (kewenangan penyelenggaraan) untuk jaringan jalan seyogyanya mengadopsi kebutuhan hubungan antar pusat kegiatan sebagaimana disampaikan dalam rencana tata ruang wilayah kota. Konsep terbaru mengenai hierarki fungsi dan status jalan yang dimuat dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan secara ringkas disampaikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konsep Hierarki Fungsi dan Status Jalan di Indonesia Kewenangan Level Fungsi Jalan yang Dilingkupi Status Penyelenggaraan Pemerintahan

  Jalan Status Jalan

  Jalan Nasional (a) Jalan arteri primer dan kolektor primer yang (ref: ps 14 (1) UU No 38 menghubungkan antar ibukota provinsi,

  Pemerintah/ Pusat Tahun 2004 tentang (b) jalan strategis nasional, Jalan) (c) jalan toll

  (ref: ps 9 (2) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan) Jalan Provinsi (a) Jalan kolektor primer yang menghubungkan

  Pemerintah (ref: ps 15 (1) UU No 38 ibukota provinsi dengan ibukota kab/kota, Provinsi Tahun 2004 tentang antar ibukota Kab/Kota,

  Jalan) (b) Jalan strategis provinsi (ref: ps 9 (2) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan) 1. (a) Jalan lokal primer yang menghubungkan: ibukota Kab dgn ibukota kecamatan dan

  PKL, antar ibukota kecamatan, antara

  1. Jalan Kabupaten PKL,

  2. Jalan desa Pemerintah (b) Jalan sekunder dalam wilayah kabupaten

  (ref: ps 16 (1) UU No 38 Kabupaten (c) Jalan strategis kabupaten

  Tahun 2004 tentang 2. (a) Jalan yang menghubungkan kawasan

  Jalan) dan/atau antar permukiman di dalam desa,

  (b) Jalan lingkungan (ref: ps 9 (4 dan 6) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan) (a) Jalan sekunder yang menghubungkan antar

  Jalan Kota pusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan (ref: ps 16 (2) UU No 38 dengan persil, antar persil, antar pusat

  Pemerintah Kota Tahun 2004 tentang permukiman di dalam kota Jalan)

  (ref: ps 9 (5) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan)

   Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

Berdasarkan analisis terhadap kondisi existing dan tantangan pengembangan spasial di

masa mendatang, maka dirumuskan konsep pengembangan jaringan jalan Kota

Pematangsiantar sebagai berikut:

  • - Pengembangan jaringan jalan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas di Pusat

    Kota dengan Pusat Kegiatan Wilayah yang lainnya di Provinsi Sumatera Utara;

  • - Pengembangan jaringan jalan diarahkan untuk mengembangkan aksesibilitas jalur

    outer ringroad (Siantar Martoba - Siantar Sitalasari - Siantar Marimbun);

  • Pengembangan jalan lokal (feeder road) menuju Pusat Lingkungan dan sentra- sentra pertanian, perdagangan dan jasa demi meningkatkan aksesibilitas internal dan memperlancar arus pergerakan komoditas.

  Dalam menterjemahkan konsep tersebut, maka disusun rencana fungsi, status, kewenangan dan pengembangan jaringan jalan secara berurut berikut ini.

   Rencana Jalan Menurut Sistem

Berdasarkan status jalan dilihat dari pelayanan distribusi barang, maka Kota

Pematangsiantar direncanakan atas:

  • Sistem jaringan jalan primer, merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
  • Sistem jaringan jalan sekunder, merupakan sistem jaringan jalan dengan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan lokal, dapat dilihat pada Peta 3.2.

   Rencana Jalan Menurut Fungsi

Berdasarkan fungsi suatu jalan yang dilihat dari tingkat hubungan antar pusat pelayanan

penduduk, prospek pengembangan dan tingkat kemudahannya terdapat tiga kategori

jalan yang antara lain sebagai berikut:

  • - Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri

    perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi

    secara berdaya guna. Dimensi jaringan jalan arteri direncanakan sebagai berikut :

    Rumaja = 18 M, Rumija = 23 M, Ruwasja = 30 M (Gambar 3.2).
  • - Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau

    pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan

  • - jumlah jalan masuk dibatasi. Dimensi jaringan jalan kolektor direncanakan sbb:

    Rumaja = 9 M, Rumija = 14 M, Ruwasja = 18 M (Gambar 3.2).

  • - Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan

    ciri perjalanan jarak dekat. Dimensi jaringan jalan lokal direncanakan sbb: Rumaja = 5 M, Rumija = 10 M, Ruwasja = 14 M (Gambar 3.2).

  Berdasarkan katagori fungsi jalan tersebut di atas, maka bagi wilayah perencanaan dapat ditentukan memiliki fungsi jalan sebagai berikut: 1.a. Jalan Arteri primer, meliputi:

   ruas jalan Medan – Batas Kabupaten Simalungun  ruas jalan Parapat Simpang Dua – batas Kabupaten Simalungun 1.b. Jalan Kolektor primer, meliputi:

   ruas jalan Saribudolok Simpang Dua - batas Kabupaten Simalungun sebagai kolektor 1  ruas jalan Melanton Siregar – batas Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor 2  ruas jalan Bombongan – batas Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor 2  ruas jalan Sidamanik – batas Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor 3

  2.a. Jalan arteri sekunder, meliputi:  ruas jalan Sisingamangaraja;  ruas jalan Merdeka;  ruas jalan Sutomo;  ruas jalan Sudirman;  ruas jalan Gereja;  ruas jalan DI Panjaitan

  2.b. Jalan Kolektor sekunder, meliputi:  ruas jalan Seram  ruas jalan Rajimin Purba  ruas jalan Dahlia  ruas jalan Kartini  ruas jalan Sudirman  ruas jalan Merdeka Lapangan Merdeka

   ruas jalan DR. Sutomo Lapangan Merdeka  ruas jalan Ade Irma Suryani  ruas jalan Pendidikan  ruas jalan Patuan Anggi  ruas jalan HOS Cokroaminoto,  ruas jalan Sibolga  ruas jalan Numuronda  ruas jalan Pendeta J Sihombing  ruas jalan Rakuta Sembiring  ruas jalan AMD 1981  ruas jalan Pendeta Wismar Saragih.

  2.c. Jalan Lokal dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf f, meliputi jaringan jalan di luar jalan arteri dan kolektor sekunder yang ada.

   Rencana Jalan Menurut Status Berdasarkan Status jalan maka kota Pematangsiantar direncanakan atas: i. Jalan Nasional yang menghubungkan ibukota kabupaten/kota dan jalan strategis yang menghubungkan Jalan Medan – Jalan Sisingamangaraja – Jalan Parapat.

ii. Jalan Propinsi yang menghubungkan ibukota kabupaten/kota dan jalan strategis yang

menghubungkan:

  Jalur jalan Asahan - Jalur jalan Melanton Siregar - Jalur jalan Menuju Sidamanik -

iii. Jalan Kota yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota yakni

menghupungkan pusat kota dengan sup pusat kota dan pusat lingkungan.

   Rencana Pengembangan Jalan

Rencana pengembangan jaringan jalan di Kota Pematangsiantar meliputi beberapa

aspek sebagai berikut :

a. Perubahan fungsi dari jalan primer menjadi jalan primer, yang meliputi:

   ruas jalan DI Panjaitan – Simpang Dua diusulkan diubah dari Kolektor Primer  ruas jalan Gereja diusulkan diubah dari Kolektor Primer  ruas jalan Sisingangamangaraja diusulkan diubah dari Arteri Primer  ruas Jalan Sudirman diusulkan diubah dari Kolektor Primer  ruas Jalan Merdeka diusulkan diubah dari Kolektor Primer  ruas Jalan Sutomo diusulkan diubah dari Kolektor Primer  ruas Jalan Medan ujung Jalan Sutomo – simpang Jalan Sisingamangaraja diusulkan diubah dari Kolektor Primer  ruas jalan Medan simpang Sisingamangaraja – simpang Jalan Bombongan diusulkan diubah dari Arteri Primer  ruas jalan Sangnaualuh diusulkan diubah dari Kolektor Primer  ruas jalan S. Parman diusulkan diubah dari Kolektor Primer

  

b. Rencana pembangunan jaringan jalan bebas hambatan ruas Tebing Tinggi -

Pematangsiantar - Parapat - Sibolga

c. pembangunan jalan lingkar luar barat menghubungkan Jalan Parapat menuju Jalan

Medan diusulkan memiliki fungsi arteri primer

d. Pembangunan ruas jalan lingkar luar timur dari Simpang Dua Jalan Parapat menuju

Jalan Sangnawaluh diusulkan memiliki fungsi Kolektor 2

e. Pelebaran dimensi karena peningkatan fungsi jalan-jalan arteri sekunder dan kolektor

penghubung PPK serta keseluruhan SPPK, juga jalan kolektor primer dan lokal primer ke arah luar kota

  

f. Peningkatan jalan lokal ruas jalan Suka Samosir Kelurahan Sukaraja ke Jalan Lingkar Luar Timur Kelurahan Tomuan Adapun rencana pengembangan jaringan jalan di Kota Pematangsiantar, adalah :

  a. Peningkatan ruas jalan, yang meliputi: 1. ruas Jalan DI Panjaitan

  • – Simpang Dua 2.

  ruas Jalan Gereja 3. ruas Jalan Sisingangamangaraja 4. ruas Jalan Sudirman 5. ruas Jalan Merdeka 6. ruas Jalan Sutomo

  7. ruas Jalan Medan ujung Jalan Sutomo

  • – simpang Jalan Sisingamangaraja

  8. ruas Jalan Medan simpang Sisingamangaraja

  • – simpang Jalan Bombongan 9.

  ruas Jalan Sangnaualuh 10. ruas Jalan S. Parman

  

b. Pengembangan jalan bebas hambatan ruas Kota Tebing Tinggi - Kota Pematangsiantar

  • Parapat - Sibolga;

  

c. Pengembangan jalan lingkar luar barat yang menghubungkan Jalan Parapat menuju

Jalan Medan menjadi jalan arteri primer;

  

d. Pengembangan jalan lingkar luar timur dari Simpang Dua Jalan Parapat menuju Jalan

Sangnaualuh menjadi jalan Kolektor Primer 2;

  

e. Peningkatan ruas jalan arteri sekunder dan kolektor penghubung PPK serta

keseluruhan SPPK meliputi: ruas jalan Sibolga, ruas jalan Melanton Siregar, ruas jalan Ade Irma Suryani, ruas Jalan Patuan Anggi, ruas Jalan Tuan Nagari, ruas jalan Rakuta Sembiring, ruas Jalan Wismar Saragih, ruas Jalan ABRI Masuk Desa, ruas Jalan Justin Sihombing, ruas Jalan Handayani, ruas Jalan Seram, ruas Jalan Kartini, ruas Jalan Rajamin Purba, ruas Jalan Sibatu-batu, ruas jalan Setia Negara;

  

f. Pengembangan ruas jalan yang menghubungkan Jalan Rakuta Sembiring menuju Jalan

Justin Sihombing di Kelurahan Nagapita, dan jalan tembus ruas Jalan Handayani menuju ruas Jalan Rajamin Purba di Kelurahan Simarito g. peningkatan ruas jalan Suka Samosir Kelurahan Sukaraja menuju ke Jalan Lingkar Luar Timur Kelurahan Tomuan.

Gambar 3.2 Rencana Dimensi Jalan Arteri, Kolektor dan Lokal

  

  Rumaja 18 M RUMIJA 23 M Rumija 23 M RUWASJA 30 M

JALAN ARTERI 

   Rumaja 9 M

   Rumija 14

   M JALAN KOLEKTOR

   

  Rumaja 5 

  M 

   JALAN LOKAL

Gambar 3.3 Rencana Dimensi Jalan Arteri / Outer RingroadGambar 3.4 Rencana Pola Persimpangan Pada Jalan Outer Ringroad 

  a c d e

a

c d e a

  Jalur Lalu Lintas = 7 m = c

  Bahu Jalan 2 m = d

  Saluran Tepi 2 m = e

  Ambang Pengaman = 2,5 m =

   b b

  Median Jalan = 1 m =

  

B. Rencana Sistem Jaringan Jalan Angkutan Umum

  Untuk memberikan pelayanan pergerakan dan angkutan penumpang dan barang di dalam Kota Pematangsiantar yang lebih baik disusun rencana sistem jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, yang terdiri dari:

  1. Terminal penumpang

  2. Terminal barang

  3. Jalur angkutan umum Berdasarkan permasalahan yang ada dan antisipasi kebutuhan bagi perkembangan kota maka, maka rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri dari:

1. Terminal Penumpang

  Berdasarkan permasalahan tersebut serta dengan melihat rencana struktur ruang kota, maka rencana pengembangan terminal dan sub terminal meliputi: a. Terminal penumpang tipe A Sarantama di Kelurahan Tanjung Tonga

  b. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat

  c. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Tojay Kecamatan Siantar Sitalasari

  d. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Sihopat Suhu Kecamatan Siantar Timur e. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Gurilla Kecamatan Siantar Sitalasari f. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Simpang Dua Kecamatan Siantar Marimbun.

2. Terminal Barang

  Terminal barang sebagaimana meliputi Terminal Regional Agribisnis Perluasan di Kelurahan Sukadame Kecamatan Siantar Barat.

  Pemanfaatan terminal masih berpusat di Parluasan dan Pasar Horas, di mana hal ini menyebabkan tingginya beban pergerakan kawasan pusat kota. Di sisi lain, Terminal Parluasan akan diarahkan sebagai pusat terminal agropolitan. Rencana terminal dapat dlihat pada Peta 3.2.

3. Jaringan Angkutan Umum

  Pengembangan sarana dan moda angkutan dalam rangka pengembangan Kota Pematangsiantar perlu dilakukan mengingat tingginya arus pergerakan komoditas dan orang terutama pada pusat-pusat pelayanan (kota). Permasalahan dalam sistem angkutan umum selama ini adalah:  Moda angkutan umum masih berorientasi pada angkutan skala kecil, sementara bangkitan pergerakan yang terjadi sudah dalam skala massal yang merupakan akumulasi dari pergerakan regional maupun lokal  Pemilihan rute yang melalui semua hirarki jalan (arteri, kolektor dan lokal) dimana semuanya melalui kawasan pusat kota. Hal ini menyebabkan tidak berkembangnya moda transportasi skala lokal (mis. becak motor) dan kemacetan di kawasan pusat kota.

  

Berdasarkan permasalahan tersebut serta dengan melihat rencana struktur ruang

kota, maka rencana pengembangan sistem jaringan angkutan umum meliputi:

a. rute angkutan umum penumpang Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) melalui

ruas Jalan Parapat - Jalan Lingkar Barat – Jalan ABRI Manunggal Desa – Jalan

  Medan

  

b. rute angkutan umum penumpang Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) melalui

ruas jalan Jalan Parapat - Jalan Lingkar Barat – Jalan AMD – Jalan Medan, Jalan Sangnaualuh, Jalan Bongbongan

  

c. rute angkutan barang regional diarahkan untuk melayani pusat pergudangan di Kawasan Megaland Kecamatan Siantar Timur, Kawasan Terminal Agrobisnis (Sukadame) dan Kawasan Stasiun KA melalui alan Parapat - Jalan Lingkar Luar Barat - Jalan AMD - Jalan Medan - Jalan Lingkar Luar Timur - Jalan Sisingamangaraja - Jalan Ade Irma Suryani d. rute angkutan umum ukuran kecil, meliputi:

  1. Terminal Sarantama – Jalan AMD – Jalan Rakuta Sembiring – Jalan Patuan Nagari

  • – Jalan Mojopahit – Jalan Sutomo – Terminal C Dwikora – Jalan Merdeka – Jalan Diponegoro – Jalan Gereja – Jalan DI Panjaitan – Terminal C Simpang Dua

  2. Terminal C Siopat Suhu - Jalan Sutomo - Terminal C Dwikora - Jalan Ade Irma Suryani - Jalan Patuan Nagari - Jalan Sisingamangaraja - Jalan Seram - Jalan Rajiman Purba - Jalan Batu-batu - Terminal C Gurila - jalan Lingkar Luar Barat - Terminal Sarantama

  3. Terminal C Tojay - Jalan Handayani - Jalan Sisingamangaraja - Terminal C Simpang Dua - Jalan Sisingamangaraja - Jalan Rajiman Purba - Jalan Kartini

  • Jalan AD Irma Suryani - Jalan Patuan Nagari - Jalan Mohopahit - Jalan Sutomo - Terminal C Dwikora - Jalan Sudirman - kembali melalui Jalan Kartini

  

e. rute angkutan umum massal bus melalui - Jalan Parapat (Kelurahan

Simarimbun) - Terminal C Simpang Dua - jalan DI Panjaitan - jalan Gereja - Jalan Diponegoro - Jalan Merdeka - Jalan Sutomo

  

f. rute angkutan umum massal bus Terminal C Siopat Suhu - Jalan Sutomo -

Terminal C Dwikora - Jalan Sangnaualuh - Jalan Medan - Jalan AMD - Terminal Sarantama

C. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Perkeretaapian

  Sistem Rel Kereta Api merupakan moda transportasi dengan multi keunggulan komparatif: hemat lahan & energi, rendah polusi, besifat massal dan adaptif dengan perubahan teknologi. Memasuki era kompetisi, potensinya diharapkan dapat dimobilisasi dalam skala

  Stasiun Kereta Api nasional, sehingga mampu menciptakan keunggulan kompetitif terhadap produksi dan jasa domestik di pasar global. Jaringan kereta api Kota Pematangsiantar merupakan bagian dari jalur keretaapi Kota Medan - Tebing Tinggi - Pematangsiantar. Keberadaannya bermanfaat untuk meningkatkan aksesibilitas dengan pusat pertumbuhan primer provinsi, yaitu Kota Medan. Sesuai dengan rencana pengembangan jaringan jalan kereta api pada RTRW Provinsi Sumater Utara untuk mendorong pengembangan kawasan agropolitan Dataran Tinggi diperluas jaringan kereta api dari pusat kawasan agropolitan Merek melalui Pematangsiantar menuju Kota Medan dan pusat pemasaran dan distribusi produk agropolitan lainnya.

  Dengan pertimbangan tersebut maka rencana pengembangan sistem jaringan prasarana perkeretaapian meliputi: a. Peningkatan kualitas pelayanan Stasiun Kereta Api Kota Pematangsiantar ahan di Kelurahan Proklamasi Kecamatan Siantar Barat.

  b. Pengembangan sistem jaringan pelayanan kereta api yang terkoneksi dengan sistem angkutan umum penumpang dan barang, c. Pengembangan jaringan kereta api ruas Merek

  • – Pematangsiantar – Tebingtinggi

  d. Pengembangan stasiun kereta api khusus barang regional di Kecamatan Siantar Martoba.

3.2.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi Sampai saat ini, sistem energi yang dimanfaatkan di Kota Pematangsiantar adalah energi listrik.

  

Keuntungan pemakaian energi listrik adalah bebas polusi, mudah dimanfaatkan, biaya cukup

murah dan relatif stabil. Penggunaan listrik terbesar di Wilayah Perencanaan adalah untuk

penerangan, rumah tangga, dan sebagainya. Listrik sebenarnya berpotensi ekonomis, yaitu

merangsang pertumbuhan industri dan penggunaan barang elektronika.

  Rencana sistem jaringan prasarana energi Kota Pematangsiantar tersusun oleh:

  a. Bangunan pembangkit energi listrik Pembangkit listrik yang melayani rencana kebutuhan listrik Kota sebesar lebih kurang 65,92 Mwatt berasal dari PLTU Sicanang Belawan

b. Instalasi gardu listrik

  Gardu induk yang melayani Kota adalah Gardu Induk yang berada di jalan Asahan Kabupaten Simalungun c. Jaringan distribusi listrik Jaringan distribusi listrik membawa daya dalam jumlah terbatas pada tegangan lebih rendah dengan jarak yang pendek dari Gardu Induk melalui jaringan jalan arteri dan kolektor yang melalui kelurahan Siopat Suhu, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Dwikora, Kelurahan Proklamasi, Kelurahan Merdeka, Kelurahan Asuhan, Kelurahan Nagapitu, Kelurahan Sumber Jaya dan Kelurahan Tambun Nabolon.

  d. Depo Bahan Bakar Minyak Depo bahan bakar minyak penyimpanan bakar minyak untuk kebutuhan Kota Pematangsiantar dan sekitarnya berada pada Depo Bahan Bakar Pertamina di Kelurahan Banjar Kecamatan Siantar Barat Rencana pengembangan prasarana energi Kota Pematangsiantar hingga tahun 2031, meliputi:  Penambahan kapasitas daya listrik Kota Pematangsiantar pada akhir tahun perencanaan adalah 5.866,27 KVA, dengan standar kebutuhan listrik sebesar 450

  VA/kepala keluarga. Kebutuhan listrik untuk fasilitas sosial dan penerangan jalan diasumsikan masing-masing menyerap 10% dari kebutuhan rumah tangga, sehingga kebutuhan listrik total untuk penduduk dan fasilitas sosial adalah sebesar 65,926 KVA (Tabel 3.3).  Pengembangan jaringan distribusi listrik pada pada Jalan Lingkar Luar Barat dan Jalan Lingkar Luar Timur dan kawasan perumahan baru  Pengembangan sistem prasarana energi lainnya, meliputi: pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada Sungai Bah Bolon, pembangkit listrik tenaga surya pada lahan pertanian, dan bioenergi dengan memanfaatkan sampah pertanian pada lokasi kegiatan agro industri.

Tabel 3.3 Rencana Kebutuhan Penerangan Listrik Kota Pematangsiantar Hingga Tahun 2032

  Jumlah Penduduk Standard KEBUTUHAN Jenis Kecamatan 2012 2022 2032 2012 Penggunaan (VA/Org) 2022 2032 (jiwa) (jiwa) (jiwa)

VA KVA

VA KVA

  Domestik 18,797 20,121 24,446 90.00 1,691,701 1,692 1,810,919 1,811 2,200,140 2,200 Sarana

  18,797 20,121 24,446 22.50 422,925 423 452,730 453 550,035 550 Umum/Sosial

  Siantar Marihat Komersial/lain-

  18,797 20,121 24,446 112.50 2,114,627 2,115 2,263,649 2,264 2,750,175 2,750 lain

  4,229,254 4,229 4,527,299 4,527 5,500,350 5,500

  Domestik 12,745 12,899 18,219 90.00 1,147,013 1,147 1,160,950 1,161 1,639,680 1,640 Sarana

  12,745 12,899 18,219 22.50 286,753 287 290,238 290 409,920 410 Umum/Sosial

  Siantar Marimbun Komersial/lain-

  12,745 12,899 18,219 112.50 1,433,766 1,434 1,451,188 1,451 2,049,600 2,050 lain

  2,867,532 2,868 2,902,376 2,902 4,099,199 4,099

  Domestik 20,952 22,769 26,495 90.00 1,885,660 1,886 2,049,232 2,049 2,384,535 2,385 Sarana

  20,952 22,769 26,495 22.50 471,415 471 512,308 512 596,134 596 Umum/Sosial

  Siantar Selatan Komersial/lain-

  20,952 22,769 26,495 112.50 2,357,075 2,357 2,561,539 2,562 2,980,668 2,981 lain

  4,714,150 4,714 5,123,079 5,123 5,961,337 5,961

  Domestik 46,525 53,034 53,366 90.00 4,187,278 4,187 4,773,036 4,773 4,802,959 4,803 Siantar Barat Sarana

  46,525 53,034 53,366 22.50 1,046,820 1,047 1,193,259 1,193 1,200,740 1,201 Umum/Sosial Komersial/lain-

  46,525 53,034 53,366 112.50 5,234,098 5,234 5,966,295 5,966 6,003,699 6,004 lain

  3 - 21 3-21

  10,468,196 10,468 11,932,590 11,933 12,007,398 12,007

  Domestik 49,305 56,505 55,886 90.00 4,437,492 4,437 5,085,474 5,085 5,029,762 5,030 Sarana

  49,305 56,505 55,886 22.50 1,109,373 1,109 1,271,369 1,271 1,257,440 1,257 Umum/Sosial

  Siantar Utara Komersial/lain-

  49,305 56,505 55,886 112.50 5,546,865 5,547 6,356,843 6,357 6,287,202 6,287 lain

  11,093,729 11,094 12,713,686 12,714 12,574,404 12,574

  Domestik 42,254 48,046 48,731 90.00 3,802,899 3,803 4,324,172 4,324 4,385,754 4,386 Sarana

  42,254 48,046 48,731 22.50 950,725 951 1,081,043 1,081 1,096,439 1,096 Siantar Umum/Sosial

  Timur Komersial/lain- 42,254 48,046 48,731 112.50 4,753,623 4,754 5,405,215 5,405 5,482,193 5,482 lain

  9,507,247 9,507 10,810,430 10,810 10,964,385 10,964

  Domestik 26,948 28,472 35,877 90.00 2,425,344 2,425 2,562,498 2,562 3,228,949 3,229 Sarana

  26,948 28,472 35,877 22.50 606,336 606 640,624 641 807,237 807 Siantar Umum/Sosial

  Martoba Komersial/lain- 26,948 28,472 35,877 112.50 3,031,681 3,032 3,203,122 3,203 4,036,186 4,036 lain

  6,063,361 6,063 6,406,245 6,406 8,072,373 8,072

  Domestik 22,127 23,141 29,983 90.00 1,991,440 1,991 2,082,723 2,083 2,698,454 2,698 Sarana

  22,127 23,141 29,983 22.50 497,860 498 520,681 521 674,613 675 Siantar Umum/Sosial

  Sitalasari Komersial/lain- 22,127 23,141 29,983 112.50 2,489,300 2,489 2,603,403 2,603 3,373,067 3,373 lain

  4,978,600 4,979 5,206,806 5,207 6,746,134 6,746 TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK 53,922 59,623 65,926 Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2010

  3 - 22 3-22

3.2.3 Rencana Jaringan Prasarana Telekomunikasi

  Kebutuhan sambungan telepon menggunakan standard proporsi kapasitas sambungan per 50 penduduk yaitu minimal 1 SST. Kebutuhan sambungan telepon untuk kegiatan lain adalah sebagai berikut:  Kebutuhan sambungan telepon untuk sarana umum/sosial adalah 1 SST untuk 250 jiwa;  Kebutuhan sambungan telepon untuk kegiatan komersial adalah 1 SST setiap 150 jiwa;  Kebutuhan untuk telepon umum adalah 1 SST setiap 1000 jiwa. Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi di Kota Pematangsiantar terdiri dari:

  a. Jaringan kabel

Jaringan kabel berupa rencana kebutuhan jaringan tetap lokal, sambungan langsung jarak jauh,

sambungan internasional dan tertutup

  b. Jaringan nirkabel (seluler)

Jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi : jaringan bergerak,

terestrial, seluler dan satelit

  c. Stasiun Telepon Otomatis

Stasion Telepon Otomatis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c meliputi STO di Jalan

Diponegoro Kelurahan Melayu

  d. Kantor Pos, berupa Kantor Pos Cabang di Jalan Sutomo Kelurahan Timbang Galung Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi di Kota Pematangsiantar meliputi: (1) Jaringan kabel mencakup:

a. Pengembangan jaringan telekomunikasi kabel secara merata di seluruh kecamatan.

  b. Stasion Telepon Otomatis (STO) meliputi STO di Kelurahan Proklamasi (2) Jaringan nirkabel mencakup:

  a. Penyediaan dan pemanfaatan menara BTS (base transceiver station) yang digunakan secara bersama menjangkau seluruh wilayah kota; dan b. Penyebaran jaringan internet hotspot pada pusat-pusat kegiatan dan kawasan strategis.

  c. Pengaturan zona/kawasan dan lokasi sebaran dan peletakan menara bersama telekomunikasi 3 - 23 Untuk menjamin pelayanan komunikasi yang semakin merata dan mendukung kebutuhan perkembangan kota dan menjamin keindahan kota maka dilakukan pengaturan terkait menara telekomunikasi bersama akan ditetapkan dengan Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  3 - 24

Tabel 3.4 Rencana Kebutuhan Telepon di kota Pematangsiantar sampai dengan Hingga Tahun 2032 Jumlah Penduduk Standard KEBUTUHAN Jenis Penggunaan 2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 (SST/Org) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) SST SST SST SST SST

  Sambungan 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1/50 org 375.93 382.71 402.43 464.96 488.92

  Langsung Sarana Umum/Sosial 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1/250 org

  75.19

  76.54

  80.49

  92.99

  97.78 Komersial/lain-lain 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1/150 0rg 125.31 127.57 134.14 154.99 162.97 Telepon Umum 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1/1000 org

  18.80

  19.14

  20.12

  23.25

  24.45 JUMLAH 576.43 586.82 617.05 712.94 749.68 Sambungan

  12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1/50 org 254.89 245.35 257.99 346.52 364.37 Langsung Sarana Umum/Sosial 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1/250 org

  50.98

  49.07

  51.60

  69.30

  72.87 Komersial/lain-lain 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1/150 0rg

  84.96

  81.78 86.00 115.51 121.46 Telepon Umum 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1/1000 org

  12.74

  12.27

  12.90

  17.33

  18.22 JUMLAH 390.83 376.20 395.58 531.33 558.71 Sambungan

  20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1/50 org 419.04 433.07 455.38 503.93 529.90 Langsung Sarana Umum/Sosial 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1/250 org

  83.81

  86.61 91.08 100.79 105.98 Komersial/lain-lain 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1/150 0rg 139.68 144.36 151.79 167.98 176.63 Telepon Umum 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1/1000 org

  20.95

  21.65

  22.77

  25.20

  26.49 JUMLAH 642.52 664.04 698.26 772.69 812.51 Sambungan

  46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1/50 org 930.51 1,008.70 1,060.67 1,015.02 1,067.32 Langsung Sarana Umum/Sosial 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1/250 org 186.10 201.74 212.13 203.00 213.46 Komersial/lain-lain 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1/150 0rg 310.17 336.23 353.56 338.34 355.77 Telepon Umum 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1/1000 org

  46.53

  50.43

  53.03

  50.75

  53.37 JUMLAH 1,426.78 1,546.67 1,626.37 1,556.36 1,636.56

  3 - 25 3-25 Sambungan 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1/50 org 986.11 1,074.72 1,130.11 1,062.95 1,117.72

  Langsung Sarana Umum/Sosial 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1/250 org 197.22 214.94 226.02 212.59 223.54 Komersial/lain-lain 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1/150 0rg 328.70 358.24 376.70 354.32 372.57 Telepon Umum 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1/1000 org

  49.31

  53.74

  56.51

  53.15

  55.89 JUMLAH 1,512.03 1,647.91 1,732.83 1,629.86 1,713.84 Sambungan

  42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1/50 org 845.09 913.84 960.93 926.85 974.61 Langsung Sarana Umum/Sosial 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1/250 org 169.02 182.77 192.19 185.37 194.92 Komersial/lain-lain 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1/150 0rg 281.70 304.61 320.31 308.95 324.87 Telepon Umum 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1/1000 org

  42.25

  45.69

  48.05

  46.34

  48.73 JUMLAH 1,295.80 1,401.22 1,473.42 1,421.17 1,494.41 Sambungan

  26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1/50 org 538.97 541.54 569.44 682.38 717.54 Langsung Sarana Umum/Sosial 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1/250 org 107.79 108.31 113.89 136.48 143.51 Komersial/lain-lain 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1/150 0rg 179.66 180.51 189.81 227.46 239.18 Telepon Umum 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1/1000 org

  26.95

  27.08

  28.47

  34.12

  35.88 JUMLAH 826.41 830.36 873.15 1,046.32 1,100.23 Sambungan

  22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1/50 org 442.54 440.15 462.83 570.27 599.66 Langsung Sarana Umum/Sosial 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1/250 org

  88.51

  88.03 92.57 114.05 119.93 Komersial/lain-lain 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1/150 0rg 147.51 146.72 154.28 190.09 199.89 Telepon Umum 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1/1000 org

  22.13

  22.01

  23.14

  28.51

  29.98 JUMLAH 678.56 674.89 709.67 874.41 919.47

  7,349 7,728 8,126 8,545 8,985 Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2010

  3 - 26 3-26

3.2.4 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

  3 - 27

  Untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kota diperlukan sistem jaringan sumber daya air wilayah Kota Pematangsiantar dibangun oleh i: a. Wilayah sungai

  b. Jaringan prasarana air baku untuk air baku

  c. Jaringan irigasi