Analisis Peran Perawat Sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan Di Puskesmas Dumai Barat Kota Dumai Tahun 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Peran Perawat

1.1. Defenisi Peran Perawat

   Upaya keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan

  profesional yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di puskesmas yang dilaksanakan oleh perawat. Perawat puskesmas mempunyai tugas pokok memberikan keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

  Peran dapat diartikan sebaga i seperangkat prilaku yang diharapkan oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Jika seorang perawat, peran yang dijalankannya harus sesuai dengan lingkup kewenangan perawat. Peran menggambarkan otoritas seseorang dalam memiliki peran yang sama. Kesamaan peran bukan berarti sama dalam segala hal. Peran boleh sama tetapi ruang lingkup atau kewenangan masing- masing profesi tentu berbeda (Asmadi, 2008).

   Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat

  dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik professional (Mubarak, 2005).

  9

1.2. Ele men Peran Perawat

  Menurut pendapat Doheny (1982, dalam Mubarak, 2009) ada beberapa elemen peran perawat professional antara lain : a. Pemberi Perawatan (Care Giver)

  Pada peran ini perawat harus mampu memberikan pelayanan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai masalah yang kompleks. Memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis (Mubarak, 2009).

  b. Pembela Klien (Client Advocate) Sebagai pembela klien tugas perawat disini adalah bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberi informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform consent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien yang sakit dan dirawat akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2009).

  Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan tersebut termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien. Hak- hak klien antara lain, hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sediri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan. Hak- hak tenaga kesehatan antara lain, hak atas informasi yang benar, hak untuk bekerja sesuai standar, hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien, hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok, hak atas rahasia pribadi dan hak atas balas jasa (Disparty, 1998, dalam Mubarak, 2009).

  c. Konselor (Conselor) Peran konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarak, 2009).

  d. Pendidik (Educator) Sebagai pendidik klien sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang didapat.

  Perawat membantu pasien meningkatkan kesehatannnya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik sehingga pasien dan kelua rga dapat menerimanya (Mubarak, 2005).

  e. Kolabolator (Collabolator) Peran perawat sebagai kolabolator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan tim kesehatan yang lain, baik perawat dengan dokter, perawat dengan ahli gizi, perawat dengan ahli radiologi dan lain- lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kesehatan pasien (Murwani, 2008).

  f. Koordinator (Coordinator) Pada peran ini, perawat diharapkan mampu untuk mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesi (Mubarak, 2009).

  g. Pembawa Perubahan/Pembaharu (Change Agent) Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. (Kemp, 1986). Peningkatan dan perubahan adalah komponen esensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien unutk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti, pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan klien tersebut (Mubarak, 2009).

  h. Konsultan (Consultant) Sebagai konsultan perawat berperan sebagai tempat konsultasi bagi pasien terhadap masalah yang dialami oleh pasien atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Menurut CHS (1989) peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelajaran pelayanan keperawatan (Mubarak, 2009).

  Selain peran perawat dari Doheny (1982, dalam Mubarak, 2009), berdasarkan hasil Lokakarya Keperawatan (1983), peran perawat dibagi menjadi empat, yaitu: a. Pelaksana pelayanan keperawatan

  Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan, dari yang bersifat sederhana sampai yang paling kompleks, secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Hal ini merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional, menerapkan ilmu atau teori, prinsip, konsep, dan menguji kebenarannya dalam situasi nyata, apakah kriteria profesi dapat ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima jasa keperawatan. Masyarakat mengharapkan perawat mempunyai kemampuan khusus untuk menanggulangi masalah- masalah individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Perawat harus menguasai konsep-konsep dalam lingkup kesehatan dan melatih diri, sehingga dapat memiliki kemampuan tersebut (Lokakarya, 1983).

  b. Pengelola pelayanan dan institusi keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan, baik di masyarakat maupun di dalam institusi. Dalam mengelola pelayana n keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu sekolah atau program pendidikan keperawatan. Sebagai administrator, bukan berarti perawat harus berperan dalam kegiatan administratif secara umum. Mengingat perawat merupakan anggota profesional yang paling lama bertemu dengan klien, maka perawat harus merencanakan, melaksanakan, dan mengatur berbagai alternatif terapi yang harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya kemampuan manajerial yang andal dari perawat (Lokakarya, 1983).

  c. Pendidik dalam keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan, baik kepada klien, tenaga keperawatan, maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Lokakarya, 1983).

  d. Peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan Seorang perawat dapat menjadi pembaharu (inovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, dan cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui kegiatan riset atau penelitian. Dengan hasil penelitian, perawat dapat menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Oleh karena itu, perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu keperawatan, pendidikan keperawatan, dan administrasi keperawatan. Perawat juga menunjang pengembangan dibidang kesehatan dengan berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan (Lokakarya, 1983).

2. Puskesmas

  2.1. Defenisi Puskesmas

  Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah kerjanya. Program kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas merupakan program pokok yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah untuk melindungi warga negaranya, termasuk mengembangkan program khusus untuk penduduk miskin.

  Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Trihono, 2005).

  Puskesmas juga dapat didefenisikan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Dep Kes, 2006).

  2.2. Wilayah Kerja Puskesmas

  Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati atau walikota, dengan sarana teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap puskesmas.

  Untuk perluasan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan (Efendi, 2009).

2.3. Visi dan Misi Puskesmas

  Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni lingkunga n sehat, prilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta derajat kesehatan penduduk kecamatan. Rumusan visi untuk masing- masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya kecamatan sehat yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat (Trihono, 2005).

  Puskesmas sebagai unit organisasi pelayanan terdepan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu (Muninjaya, 2004).

  Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas yaitu mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Trihono, 2005). Setiap Puskesmas dapat menambah misinya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat setempat dan potensi yang dapat digali dari masyarakat dan lembaga lain di wilayah kerjanya (Muninjaya, 2004).

2.4. Tujuan Puskesmas

  Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi- tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010 (Trihono, 2005).

  2.5. Fungsi Puskesmas

  Menurut Efendi (2009), fungsi- fungsi puskesmas:

  a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

  b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

  c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

  Untuk melakukan fungsi tersebut puskesmas malakukan kegiatan, yaitu: a. Perencanaan program kesehatan di wilayahnya.

  b. Pergerakan pelaksanaan kegiatan.

  c. Pengawasan, pengendalian dan penelitian kegiatan.

  2.6. Peran Puskesmas

  Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realitas, tata laksana sistem kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat (Efendi, 2009).

2.7. Pelayanan Puskesmas

  Bentuk pelayanan Puskesmas bersifat menyeluruh yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi aspek promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit dan pemulihan dari penyakit. Prioritas pelayanan yang dikembangkan puskesmas lebih diarahkan ke bent uk pelayanan kesehatan dasar yang lebih mengutamakan upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit (Muninjaya, 1999). Puskesmas bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan di tingkat kecamatannya sendiri yang meliputi upaya pelayanan kesehatan perorangan (UKP) dan upaya pelayanan kesehatan masyarakat (Kepmenkes, 2006).

  Upaya pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit serta pemulihan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan tersedianya fasilitas rawat inap.

  Sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat publik dengan tujuan utama untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

  (Trihono, 2005). Sedangkan di dalam Depkes (2003) Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, kesehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan lainnya. Fungsi pelayanan puskesmas dituntut lebih memiliki nilai- nilai efisiensi, efektif dan produktif baik dari sisi tenaga pelayanan maupun yang dilayani pada masa yang akan datang (Trihono, 2005).

2.8. Pelayanan Keperawatan di Puskesmas

  Suatu pelayanan kesehatan keperawatan memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok hal ini dimaksudkan adalah persyaratan pokok tersebut dapat memberi pengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihannya terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas

  Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat harus memperhatikan prinsip Pleasantness, seseorang petugas harus mampu menyenangkan pelanggan, Eagerness to help others, seseorang memiliki keinginan yang kuat dari dalam dirinya untuk membantu dan menyukai pelanggan, Respect for other people, seorang harus menghargai dan menghormati pelanggan, Sense of responsibility is a

  realization that what one does and says is important, seseorang harus

  memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan perkataannya terhadap pelanggan, Orderly mind is essenial for methodical and

  accurate work, seseorang harus memiliki jalan pemikiran yang terarah

  dan tingkat ketepatan yang tinggi, Neatness indicates pride in self and

  job, seorang harus memiliki kerapian dan bangga dengan pekerjaannya

  sendiri, dan Accurate in everything done, maknanya seseorang harus melakukan pekerjaan dengan keakuratan atau ketepatan /ketelitian,

  

Loyalty to both management and collagues, seorang harus bersikap

  setia kepada manajemen dan rekan kerja, Intelligence use of common

  

sense at all time, seseorang harus senantiasa menggunakan akal sehat

  hal ini merupakan sebuah nilai dalam memahami pelanggan dari waktu ke waktu, Tact saying, seseorang harus memiliki kepribadian, Yearning

  to be good service, seorang mempunyai keinginan menjadi pelayan

  yang baik. Selain itu dalam memberikan pelayanan sangat penting memperhatikan prinsip “Service”, yaitu Service for everyone dengan selalu senyum kepada setiap orang, Exellence in everything we do atau selalu melakukan yang terbaik dalam bekerja, Reaching out to very

  

guest with puskesmas, artinya menghadapi tamu dengan puskesmas,

Viewing every guest as special adalah perlakukan tamu sebagai orang

  istimewa, Inviting guest to return, mengundang tamu untuk kembali, menciptakan suasana kehangatan dan

  Creating a warm atmosphere,

  keakrapan dengan tamu, serta Eye contact that show we care, artinya kontak mata dengan tamu sebagai wujud perhatian. Membentuk karakter pribadi dalam suatu profesi dalam arti, memberikan kesan dan penilaian, bahwa kegiatan profesi yang dilakukan adalah merupakan bagian dari agenda/kegiatan yang biasa dilakukan (Mubarak, 2005).

3. Peran Perawat di Puskesmas

  Untuk dapat meningkatkan kinerjanya dalam masa transisi, perawat puskesmas diharapkan minimal dapat melaksanakan enam peran yaitu sebagai: penemu kasus (Case Finder), pendidik kesehatan (Educator), pemberi pelayanan kesehatan (Care Giver), koordinator dan kolaborasi, konselor dan panutan atau model peran (Role Model) (Dep Kes RI, 2006). Secara lebih rinci, keenam peran perawat tersebut, yaitu:

  a. Penemu Kasus (Case Finder) Perawat puskesmas berperan dalam mendeteksi dan menemukan kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit sehingga tidak terjadi wabah atau kejadian luar biasa (KLB) (Murwani, 2008).

  b. Pemberi pelayanan keperawatan (Care Giver) Perawat puskesmas memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok/masyarakat berupa asuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang utuh/holistik, komprehensif mulai dari masalah yang bersifat sederhana, sampai masalah yang kompleks.

  Memerhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien berdasarkan kebutuhan signifikannya (Mubarak, 2009).

  c. Pendidik/Penyuluh Kesehatan (Health Teacher/Educator)

  Pembelajaran merupakan dasar dari pendidikan kesehatan yang berhubungan semua tahap kesehatan dan semua tingkat pencegahan.

  Sebagai pendidik kesehatan, perawat puskesmas mampu mengkaji kebutuha n klien seperti, mengajarkan agar melakukan pencegahan tingkat pertama dan peningkatan kesehatan klien kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit, menyusun program penyuluhan/pendidikan kesehatan, baik untuk topik sehat maupun sakit, seperi nutrisi, latihan olah raga, manajemen stres, memberikan informasi yang tepat untuk kesehatan dan gaya hidup antara lain informasi yang tepat tentang penyakit, pengobatan, serta menolong pasien/klien menyeleksi informasi keseha tan yang bersumber dari buku, koran, televisi atau teman (Mubarak, 2005).

  d. Koordinator dan Kolabolator Perawat puskesmas melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarga dari program, dan bekerja sama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya (Mubarak, 2009).

  e. Pemberi Nasehat (Conseling) Perawat puskesmas memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, mengubah perilaku hidup sehat (Murwani, 2008). f. Panutan (Role Model) Perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan.

  Panutan ini digunakan pada semua tingkat pencegahan terutama perilaku hidup bersih dan sehat dengan menampilkan profesionalisme dalam bekerja (Asmadi, 2008).