Peran Kader Kesehatan Masyarakat Terhadap Optimalisasi Pelayanan Kegiatan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai

(1)

BUKIT KAPUR KOTA DUMAI

Oleh

SKRIPSI

OLEH

J U N A I D I NIM 111121077

FAKULTAS KEPERAWATAN UNVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

i

Judul : Peran Kader Kesehatan Masyarakat Terhadap

Optimalisasi Pelayanan Kegiatan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai

Nama : Junaidi NIM : 111121077 Program : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2012/2013.

Abstrak

Posyandu adalah merupakan salah satu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunya nilai strategis untuk pengembangan sumberdaya manusia. Pelayanan kesehatan selama ini yang di kerjakan petugas kesehatan di bantu oleh masyarakat dengan pembentukan kader kesehatan, Penelitian ini bertujuan untuk me ngetahui peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelayanan kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas bukit kapur kota dumai, desain penelitian ini menggunakan metode Deskriptif. Adapun pengambilan data dilakukan pada tanggal 09 juli s/d 11 agustus 2012, Cara pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner untuk mengidentifikasi kerakteristik dan peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelayanan kegiatan di posyandu, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari kader kesehatan masyarakat memiliki peranan terlaksana dengan baik, dengan kriteria merencanakan kegiatan (100%), melakukan komunikasi (100%), selanjutnya menggerakkan masyarakat (100%), dan melakukan kunjungan rumah (100%) serta melakukan pertemuan kelompok (100%). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa peran kader kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas kecamatan bukit kapur kota dumai sudah optimal (Terlaksana dengan baik) untuk itu disarankan agar puskesmas lebih sering mengitensifkan program pelatihan kader.

Kata Kunci : Kader Kesehatan Masyarakat, Optimalisasi Pelayanan Kegiatan Posyandu.


(4)

ii

Title : Role O f Public Health Cadre IHC Optimization Services Event At Chalk Hill Regional Occupational Health Center Dumai.

Name : Junaidi NIM : 111121077

Program : Bachelor of Nursing Scienea Academic Year : 2012/2013.

Abstrak

IHC is a communication is one of the transfer of technology in the service of public health that have the strategic value of human resources development. Health services for this that was done by the auxiliary health workers in the community with the establishment of health cadres, This study aimed to determine the role of community health services for optimizing growth monitoring sessions in the clinic working dumai limestone hill town, this study design using descriptive, The data collection was conducted on July 09 s/d 11 August 2012, How to capture the data by distributing questionnaires to identify kerakteristik and the role of community health services towards optimizing posyandu activities, results of this study showed that more than a community health worker has implemented role good, the criteria for planning activities (100%), communication (100%), the next move (100%), and conduct home visits (100%) and conduct group meetings (100%). The conclusion of this research is that the role of community health centers in the region of limestone hills district town dumai is optimal (Done well) for it is suggested that more frequent clinic mengitensifkan cadre training program.


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul Peran Kader Kesehatan Masyarakat Terhadap Optimalisasi Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai Tahun 2012.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan arah dalam pembuatan skripsi ini kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, saran serta motivasi dalam penyusunan Proposal. 3. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Marjoko Santoso, SKM, M.Si. Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai

dan ibu dr. Hj. Refliza, DK. Kepala Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai yang telah berkenan memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.


(6)

iv

5. Isteriku tercinta Indah Safarina, AM.Keb. yang selalu berdo’a dan berkorban waktu, moril dan materil, buah hatiku Tasya Syarafina sebagai sumber inspirasi dalam menempuh pendidikan.

6. Ibunda Rofiah, yang telah membantu memberikan materil, moril serta semangat kepada penulis.

7. Kawan – kawan seperjuangan Ekstensi Sore Fakultas Keperawatan tahun 2012 yang telah memberikan semangat untuk tetap tegar hingga menyelesaikan Proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu, waktu dan bahan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini sehingga proposal ini, dapat berma nfaat bagi kita semua.

Akhirnya harapan penulis dengan adanya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi teman-teman seprofesi pada umumnya amin yarabbal ‘alamin.

Medan, Februari 2013.


(7)

v DAFTAR ISI JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

2.2 Tujuan Penelitian... 3

3.3 Manfaat Penelitian... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu ... 7

2.1.1 Defenisi Posyandu ... 7

2.1.2 Pengorganisasian Posyandu... 12

2.1.3 Tujuan Pengorganisasian Posyandu ... 13

2.1.4. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu ... 14

2.1.5. Jenis – jenis Posyandu ... 15

2.1.6. Struktur Posyandu ... 17

2.2 Konsep Kader Kesehatan ... 20

2.2.1 Pengertian Kader ... 20

2.2.2 Persyarat Menjadi Kader ... 20

2.2.3 Peran Kader ... 21

BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep ... 23

3.2 Defenisis Konseptual... 24


(8)

vi BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ... 26

4.2 Populasi dan Sampel ... 26

4.2.1 Populasi ... 26

4.2.2 Sampel ... 26

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 27

4.5 Instrumen Penelitian... 28

4.6 Validitas-Realibitas ... 29

4.7 Pengumpulan Data ... 30

4.8 Analisa Data... ... 31

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil... 32

5.2 Pembahasan... 43

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 54

6.2 Saran... 54 DAFTAR PUSTAKA

Lampiran-lampiran 1. Informed Consent 2. Instrumen Penelitian 3. Rencana Anggaran 4. Jadwal Kegiatan Proposal 5. Daftar Riwayat Hidup 6. Pengantar Survey Awal 7. Lembar Izin Survey Awal


(9)

i

Judul : Peran Kader Kesehatan Masyarakat Terhadap

Optimalisasi Pelayanan Kegiatan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai

Nama : Junaidi NIM : 111121077 Program : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2012/2013.

Abstrak

Posyandu adalah merupakan salah satu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunya nilai strategis untuk pengembangan sumberdaya manusia. Pelayanan kesehatan selama ini yang di kerjakan petugas kesehatan di bantu oleh masyarakat dengan pembentukan kader kesehatan, Penelitian ini bertujuan untuk me ngetahui peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelayanan kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas bukit kapur kota dumai, desain penelitian ini menggunakan metode Deskriptif. Adapun pengambilan data dilakukan pada tanggal 09 juli s/d 11 agustus 2012, Cara pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner untuk mengidentifikasi kerakteristik dan peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelayanan kegiatan di posyandu, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari kader kesehatan masyarakat memiliki peranan terlaksana dengan baik, dengan kriteria merencanakan kegiatan (100%), melakukan komunikasi (100%), selanjutnya menggerakkan masyarakat (100%), dan melakukan kunjungan rumah (100%) serta melakukan pertemuan kelompok (100%). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa peran kader kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas kecamatan bukit kapur kota dumai sudah optimal (Terlaksana dengan baik) untuk itu disarankan agar puskesmas lebih sering mengitensifkan program pelatihan kader.

Kata Kunci : Kader Kesehatan Masyarakat, Optimalisasi Pelayanan Kegiatan Posyandu.


(10)

ii

Title : Role O f Public Health Cadre IHC Optimization Services Event At Chalk Hill Regional Occupational Health Center Dumai.

Name : Junaidi NIM : 111121077

Program : Bachelor of Nursing Scienea Academic Year : 2012/2013.

Abstrak

IHC is a communication is one of the transfer of technology in the service of public health that have the strategic value of human resources development. Health services for this that was done by the auxiliary health workers in the community with the establishment of health cadres, This study aimed to determine the role of community health services for optimizing growth monitoring sessions in the clinic working dumai limestone hill town, this study design using descriptive, The data collection was conducted on July 09 s/d 11 August 2012, How to capture the data by distributing questionnaires to identify kerakteristik and the role of community health services towards optimizing posyandu activities, results of this study showed that more than a community health worker has implemented role good, the criteria for planning activities (100%), communication (100%), the next move (100%), and conduct home visits (100%) and conduct group meetings (100%). The conclusion of this research is that the role of community health centers in the region of limestone hills district town dumai is optimal (Done well) for it is suggested that more frequent clinic mengitensifkan cadre training program.


(11)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Menyadari akan pentingnya peran serta masyarakat dalam membangun kesehatan, maka Depertemen Kesehatan menetapkan visi : “Masyarakat Mandiri Untuk hidup sehat”. Yaitu suatu kondisi dimana masyarakat Indonesia menyadari, mau dan mampu mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan yang dihadapi, maupun lingkungan yang tidak mendukung. Dalam mewujudkan visi tersebut, Departemen Kesehatan harus mampu sebagai penggerak dan fasilitator pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah termasuk swasta, untuk membuat rakyat sehat, baik fisik, sosial, maupun mental dan jiwanya (Depkes, 2006).

Puskesmas adalah suatu unit pelaksanaan fungsional yang berfunsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesenambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar,1996). Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dalam bidang kesehatan sangatlah tergantung pada peran aktif masyarakat bersangkutan, hal ini sebagaimana di terbitkan dalam GBHN yaitu bahwa keberhasilan pembangunan nasional tergantung pada partisipasi seluruh


(12)

rakyat serta pada sikap mental, tekat dan semangat kekuatan disiplin seluruh rakyat Indonesia serta penyelenggara negara (GBHN, 1993:122).

Untuk mencapai tujuan pembanguna n kesehatan di selenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu, puskesmas bagian dari program kerja, penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama, dimana dalam puskesmas ada kegiatan posyandu untuk mendukung pencapaian indonesia sehat 2010 (Depkes RI, 2003).

Diyakini bahwa posyandu merupakan wahana keterpaduan kegiatan kesehatan di tingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan diare. Posyandu merupakan “Pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB–Kesehatan”. Sebagai salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Zulkifli, 2003).

Optimalisasi posyandu bertujuan untuk memperdayakan masyarakat dalam menunjang dan meningkatkan status gizi, kesehatan ibu dan anak. Peningkatan menajemen dan fungsi terhadap kualitas pelayanan di posyandu tidak lepas dari peran dan keaktifan kader posyandu sebagai penyelenggara kegiatan posyandu. Namun hal ini tidaklah mudah (PUSKA UI, 1997).

Salah satu pembinaan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh dan untuk masyarakat melalu kader yang telah di latih (Effendi, 1998). Kader kesehatan masyarakat adalah laki- laki atau


(13)

wanita yang di pilih oleh masyarakat dan dilantik untuk menangani masalah-masalah kesehatan serta untuk bekerja dalam lingkungan yang amat dekat dengan tempat -tempat pemberian pelayanan dan bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta pimpinan-pimpinan oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan (Sutomo, 1995). Keberadaan kader diambil dari unsur masyarakat karena sebagian besar masalah kesehatan masyarakat hasil prilaku masyarakat. Sehingga kader kesehatan masyarakat lebih mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat serta pelayanan yang di butuhkan (Effendi, 1998).

Pembinaan kader memang sukar di kerjakan oleh pihak puskesmas karena kader kesehatan bekerja secara sukarela. Kader kesehatan itu mungkin saja bekerja penuh atau hanya memberikan sebahagian waktunya di bidang pelayanan kesehatan karena kader kesehatan tersebut juga harus bekerja untuk menanggung kebutuhan ekonomi dan dirinya sendiri (Muninjaya, 2004). Kinerja sangat menurun, khususnya kader yang tidak memiliki motivasi atau tidak adanya dorongan yang kuat untuk melaksanakan tugasnya oleh karena itu, wawasan dan motivasi kader sebaiknya dapat harus terbina agar tugas yang di bebankan kepada mereka dapat di kerjakan secara optimal dan mereka harus di sadarkan bahwa tugas mereka sangat penting artinya bagi pembangunan kesehatan warga bukan semata mata untuk kepentingan program kesehatan puskesmas (Muninjaya, 2004). Selain itu petugas kesehatan khususnya perawat kesehatan masyarakat memegang peranan penting untuk menciptakan situasi belajar mengajar tertentu yang membuat masyarakat khususnya kader kesehatan memperoleh pengalaman belajar yang optimal sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk


(14)

dapat melaksanakan kegiatan secara mandiri tanpa tergantung pada pihak lain (Effendi, 1998). Hal yang sama juga di kemukakan oleh Haryuni, dkk (1997) bahwa kader dapat ber prilaku positif dan aktif dalam melaksanakan berbagai kegiatan di posyandu (Zulkifli, 2003).

Posyandu merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi untuk penimbangan balita yaitu sebesar 78,3%; balita yang ditimbang secara rutin sebanyak (4 kali atau lebih), ditimbang 1-3 kali dan yang tidak pernah ditimbang berturut-turut adalah 45,4%, 29,1%, dan 25,5%. Sedangkan kegiatan di posyandu untuk pemberian suplemen gizi (47,6%), PMT (45,7%), pengobatan (41,2%) dan imunisasi (55,8%). Secara keseluruhan, cakupan imunisasi pada anak usia 12 – 23 bulan menurut jenisnya yang tertinggi sampai terendah adalah untuk BCG (86,9%), campak (81,6%), polio tiga kali (71,0%), DPT tiga kali (67,7%) dan terendah hepatitis B (62,8%) (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Dumai telah diketahui kader Pusyandu Puskesmas Bukit Kapur berjumlah 140 0rang dengan jumlah posyandu sebanyak 28 Posyandu.

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan, untuk mengana lisa peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai, untuk mendapatkan suatu hasil yang bisa di kembangkan sebagai upaya optimalisasi pelaksanaan kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai.


(15)

1.2 TUJUAN PENELITIAN 1.2.1 Tujuan Umum.

Untuk mengetahui peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai.

1.3 MANFAAT PENELITIAN. 1.3.1 Praktek Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi penting untuk mengevaluasi dan pengembangan program kegiatan posyandu dalam hal peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai.

1.3.2 Puskesmas Bukit Kapur.

Dengan diketahuinya peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur dapat di jadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengoptimalisasi pelaksanaan kegiatan penduduk di Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai. 1.3.3 Masyarakat Bukit Kapur.

Dengan di ketahui peran serta kader kesehatan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk berperan serta secara aktif dan bekerja secara sukarela untuk menjadi kader kesehatan masyarakat dalam membantu program program pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Bukit Kapur Kota Dumai.


(16)

1.3.4 Keperawatan.

Hasil Penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi peneliti berikutnya terutama keperawatan komunitas yang berhubungan dengan peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai.


(17)

7 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Posyandu

2.1.1 Defenisi Posyandu

Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas, Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai kelurahan, RW dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu (Posyandu). Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di posyandu adalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana), P2M (Pemberantasan Penyakit Menular dengan Imunisasi dan penanggulangan diare), Gizi (penimbangan balita).

Sasaran penduduk yandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur (PUS), dan balita (Muninjaya, 2004). Program yandu merupakan strategi jangka panjang untuk menurunkan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate-IMR), angka kelahiran bayi (Birth Rate-BR), dan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate-MMR). Turunnya IMR, BR, dan MMR di suatu wilayah merupakan standar keberhasilan pelaksanaan program terpadu di wilayah tersebut. Untuk mempercepat penurunan IMR, BR, dan MMR tersebut, secara nasional diperlukan tumbuhnya peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan posyandu karena posyandu adalah milik masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan


(18)

masyarakat. Untuk mengembangkan peran serta masyarakat di posyandu dapat dilakukan dengan penerapan asas-asas manajemen kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat diukur dengan menggunakan analisis cakupan program yandu dibandingkan dengan target kegiatan masing- masing program tersebut (Muninjaya, 2004).

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Penjelasan yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 aspek intervensi yaitu : (Sembiring, 2004). Pertama adalah pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita Sedangkan, kedua merupakan Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh. Selanjutnya ketiga Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.


(19)

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi revitalisasi Posyandu yaitu Pelatihan dan dukungan. Pelatihan adalah suatu upaya kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan teknis dan dedikasi kader posyandu. Memperluas sistem posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah. Serta menciptakan iklim kondusif untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan pemenuhan sarana, prasarana, pelaporan dan pendataan kerja posyandu (Nilawati, 2008).

Pelatihan kader bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk dapat melaksanakan tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat, baik di Posyandu maupun pada saat melakukan kunjungan rumah.

Materi dalam pelatihan kader dititik beratkan pada keterampilan teknis menyusun rencana kerja kegiatan di Posyandu, cara menghitung kelompok sasaran yang menjadi tanggung jawab Posyandu, cara menimbang, menilai pertumbuhan anak, cara menyiapkan kegiatan pelayanan sesuai kebutuhan anak dan ibu, menyiapkan peragaan cara pemberian makanan pendamping ASI dan PMT untuk anak yang pertumbuhannya tidak cukup sebagaimana pertambahan umurnya dan anak yang berat badannya tidak naik, memantau perkembangan ibu hamil dan ibu menyusui, dan sebagainya (Depdagri RI, 2001). Agar pelatihan kader dapat berjalan efektif, maka diperlukan unsur pelatih kader yang mampu dan berdedikasi dalam memberikan materi pelatihan secara efektif dan berkesinambungan, yakni melalui


(20)

pendampingan dan bimbingan. Pelatihan kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang berpedoman pada modul pelatihan kader (Depdagri RI, 2001).

Dukungan dalam Pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu oleh masyarakat sangat ditentukan oleh peran kader sebagai motor penggerak yang mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat (TOMA) dan petugas kesehatan. Hal tersebut dikarenakan salah satu tugas utama kader adalah menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu. Dukungan tokoh masyarakat (kepala desa) kepada kader posyandu sangat penting, hal ini disebabkan karena tokoh masya rakat tersebut merupakan tokoh yang paling disegani dan yang paling berpengaruh di wilayah tersebut. Dukungan dan anjuran dari tokoh masyarakat merupakan salah satu bentuk motivasi dan semangat bagi kader posyandu dalam menjalankan tugasnya dalam kegiatan posyandu (Sucipto, 2009).

Peran puskesmas atau petugas kesehatan dalam kegiatan posyandu adalah sebagai fasilitator dan lebih memberdayakan masyarakat dalam kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti penimbangan, pemantauan tumbuh kembang balita, imunisasi, pemeriksaan ibu hamil dan KB yang meningkat. Menurut Sucipto, (2009) Bentuk dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap kegiatan posyandu adalah 1) Dukungan petugas kesehatan terhadap pelaksanaan posyandu yaitu a. Memberikan pelayanan kesehatan


(21)

dasar kepada masyarakat, b. Memberikan imunisasi pada bayi dan Wanita Usia Subur, c. Menyediakan mobil ambulan untuk merujuk pasien, d. Menyediakan leafled atau buku untuk materi penyuluhan kesehatan, e. Membantu membuat rencana tindak lanjut kegiatan posyandu. 2) Dukungan petugas kesehatan terhadap individu kader posyandu yaitu a. Selalu datang tepat waktu, b. Pemberian pelatihan kepada kader posyandu, c. Pemberian pengobatan rawat jalan gratis di posyandu kepada kader posyandu dan keluarganya, d. Pemberian seragam.

Sebagai unit pelayanan yang berbasis masyarakat, Posyandu perlu mendapat dukungan luas dari masyarakat melalui peran sertanya agar kegiatan Posyandu dapat berkelanjutan dan jangkauannya meluas sesuai kebutuhan kelompok sasaran yang dilayaninya (Depdagri RI, 2001). Peningkatan peran serta masyarakat untuk mendukung kegiatan Posyandu dapat dilakukan melalui 1). Pembentukan suatu lembaga atau unit pengelola Posyandu didesa yang anggotanya dipilih dari masyarakat, dengan tugas untuk mengelola secara professional penyelenggaraan Posyandu, termasuk memperhatikan masalah ketenagaan, sarana dan pembiayaan bagi kelangsungan Posyandu yang bersumber dari masyarakat. 2). Pemberian penghargaan kepada kader berupa dana hibah atau pinjaman modal usaha bagi kader yang kinerjanya baik sebagai suatu perangsang agar terus tekun dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dimasukan pula sebagai upaya pemberdayaan ekonomi kader. 3). Pemberian bantuan pembiayaan untuk penyelenggaraan Posyandu yang bersumber dari dana masyarakat, seperti


(22)

zakat dan sumbangan keagamaan yang sejenis, maupun pemberian bantuan sarana dasar untuk pelaksanaan fungsi pokok Posyandu. 4). Pemberian bimbingan dalam rangka pengelolaan Posyandu maupun kegiatan langsung berupa pelayanan seperti konseling dan rujukan yang dapat meningkatkan mutu Posyandu secara menyeluruh. 5). Kemitraan yang dapat diwujudkan dengan cara membentuk dan memperkua t jejaring antar dan atau beberapa Posyandu yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi kemasyarakatan, baik yang berada dalam satu desa atau sebutan lain, ataupun pada wilayah yang lebih luas.

Dalam kemitraan, inti kegiatannya dapat berupa pelayanan langsung maupun bentuk lainnya yang berkaitan dengan peningkatan fungsi Posyandu, seperti pelatihan, orientasi, temu kerja, temu konsultasi, sarasehan, supervisi, dan evaluasi serta penggerakan peran serta masyarakat agar memperhatikan Posyandu sebagai unit pelayanan yang membantu keluarga dalam pengembangan kualitas generasi masa depan.

2.1.2 Pengorganisasian Posyandu

Sebagai unit yang memberi pelayanan langsung kepada masyarakat dan bersifat sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat terutama ibu dan anak, maka organisasi Posyandu sesungguhnya bersifat organisasi fungsional yang dipimpin oleh seorang Pimpinan/Penanggungjawab dan dibantu oleh para pelaksana pelayanan yang terdiri dari kader Posyandu sebanyak 4-5 orang. Agar Posyandu dapat dikelola secara baik, perlu dukungan tenaga administrasi yang bertugas mengadministrasikan kegiatan


(23)

Posyandu. kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (Kelurahan/Desa atau dengan sebutan lain) selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok (nama lain) Pengelola Posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu ini dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari para anggota (Depdagri RI, 2001).

Bentuk susunan organisasi Unit Pengelola Posyandu di Desa, ditetapkan melalui kesepakatan dari para anggota Pengelola Posyandu. Tugas dan tanggung jawab masing- masing unsur pada setiap kepengurusan juga disepakati dalam unit/kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat. Namun pada hakekatnya susunan kepengurusan itu sifatnya fleksibel, tergantung pada kondisi setempat.

Dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di desa, unit Pengelola Posyandu mempunyai kewajiban melaporkan keberadaannya kepada Kepala Desa/Lurah. Oleh karena itu Kepala Desa/Lurah berkewajiban pula untuk membina keberadaan unit Pengelola Posyandu, karena kegiatan Posyandu yang dikelola oleh masyarakat itu pada dasarnya adalah untuk kepentingan kemajuan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) dini di daerahnya, yang berarti sebagai suatu aset di desa (Depdagri RI, 2001).

2.1.3 Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

Penyelenggaraa Posyandu bertujuan untuk : Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu yaitu ibu Hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas. Selain itu adalah untuk membudayakan NKKBS


(24)

yang dikenal dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB, serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk. Selanjutnya Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, dan Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (Sembiring, 2004).

2.1.4 Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu : Meja I : Pendaftaran, Meja II : Penimbangan, Meja III : Pengisian KMS, Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS, dan Meja V : Pelayanan KB Kesehatan (Imunisasi, Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat, tetes ke mulut tiap Februari dan Agustus, Pembagian pil atau kondom, Pengobatan ringan dan Kosultasi KB-Kesehatan). Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).

Sasaran Posyandu adalah Ibu dengan Bayi/Balita, Ibu hamil/ibu menyusui, dan WUS dan PUS. Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi : 1) Kesehatan ibu dan anak : Pemberian pil tambah darah (ibu hamil), Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februari dan Agustus), PMT, Imunisasi, dan Penimbangan balita rutin


(25)

perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan. 2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom 3) Pemberian Oralit dan pengobatan. 4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS balita dan ibu hamil.

Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN yaitu S adalah Semua balita diwilayah kerja Posyandu. Sedangkan K adalah Semua balita yang memiliki KMS selanjutnya D adalah Balita yang ditimbang dan N adalah Balita yang naik berat badannya. Keberhasilan Posyandu berdasarkan dari Baik/kurangnya peran serta masyarakat, Berhasil tidaknya Program posyandu.

Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh Kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan para medis (Jurim, Bindes, Perawat dan Petugas KB) Pendanaan kegiatan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpunan melalui kegiatan Dana Sehat (Sembiring, 2004).

2.1.5 Jenis posyandu

Untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu diperlukan intervensi terhadap Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu Biru.


(26)

Posyandu Pratama merupakan Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai ‘gawat’ sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi. Posyandu madya (warna kuning) merupakan Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya terdiri dari Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi dan Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Posyandu purnama (warna hijau) merupakan Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini adalah Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan masyarakat menetukan sendiri pengembangan program di posyandu dan Pelatihan Dana Sehat, agar


(27)

di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.

Selanjutnya Posyandu mandiri (warna biru) merupakan Posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur dengan cakupan 5 program utama yang sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50% kepala keluarga. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM

2.1.6 Struktur

Struktur adalah merupakan suatu titik organisasi posyandu untuk mengendalikan atau membedakan bagian yang satu dengan bagian yang lain, kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain yang akan memudahkan organisasi dalam mengendalikan perilaku para karyawan/petani. Artinya para pegawai tidak mampu membuat pilihan yang mutlak dan bebas dalam melakukan sesuatu pekerjaan dan cara mengerjakannya. Struktur juga sangat mempengaruhi perilaku dan fungsi kegiatan di dalam organisasi. Untuk dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi organisasi diperlukan keputusan yang sarat dengan mendesain struktur organisasi, isi dari keputusan sangat penting dipusatkan kepada pekerjaan individu bagaimana membagi tugas secara menyeluruh menjadi tugas yang lebih kecil secara berurutan, dan bagaimana membagi wewenang kepada pekerjaan (Nilawati, 2008).


(28)

Untuk mendukung kegiatan Posyand u sebagai wahana yang memberi pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan kualitas manusia dini, perlu dibentuk institusi Pembina Posyandu yang berfungsimemfasilitasi, membina, memantau dan mengevaluasi kegiatan Posyandu sesuai kebutuhan. Institusi tersebut mempunyai struktur seperti PokjanalPosyandu yang berada di Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. Bila Pokjanal Posyandu di daerah masih berfungsi, maka diharapkan dapat memanfaatkan keberadaan organisasi tersebut sebagai institusi Pembina Posyandu yang keanggotaannya terdiri dari wakil-wakil dinas/instansi/lembaga terkait dan organisasi kemasyarakatan yang memiliki kepedulian terhadap kegiatan pelayanan masyarakat di Posyandu (Depdagri RI, 2001).

Dalam melaksanakan tugasnya, institus i Pembina Posyandu tersebut dipimpin oleh seorang Ketua, yang dibantu oleh beberapa anggota yang mewakili instansi- instansi dan unsur yang terlibat dalam Posyandu. Susunan organisasi institusi Pembina Posyandu ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing- masing. Namun dengan tidak bermaksud untuk menyeragamkan bentuk susunan organisasi dan tata kerja institusi Pembina Posyandu seyogyanya untuk mencegah kerancuan perlu ada uraian peran masing- masing unsur dinas/instansi/lembaga yang terkait dalam pembinaan Posyandu, misalnya Dinas/Badan/Kantor PMD/Bina Pemberdayaan Masyarakat : berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan pembinaan, penggerakan dan pengembangan masyarakat,


(29)

pengembangan metode pendampingan masyarakat, teknis advokasi, dan sebagainya, Dinas Kesehatan berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan seperti pengadaan alat timbangan, distribusi KMS, dis tribusi obat-obatan dan vitamin serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan, BKKBN/PLKB : berperan dalam pelayanan kontrasepsi, penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat dan sebagainya, BAPPEDA : berperan dalam perencanaan umum dan evaluasi, TP-PKK : berperan dalam pendayagunaan Kader, motivasi masyarakat, penyuluhan dan bimbingan teknis, dan sebagainya, Dinas Pendidikan, LSM dan sebagainya : berperan dalam mendukung teknis operasional Posyandu (Depdagri RI, 2001).

Tugas dan fungsi institusi Pembina Posyandu secara keseluruhan ialah mendukung kelangsungan Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat khususnya dari kelmpok paling rentan Ibu dan Anak. Secara Nasional, kelembagaan sejenis yang berperan dalam mengkoordinasikan kegia tan lintas sektoral dan lintas program yang mendukung kegiatan Posyandu tetap diperlukan. Fungsi tersebut pada hakekatnya dapat dilakukan oleh Pokjanal Posyandu yang selama ini melaksanakan fasilitasi, pembinaan dan pemantauan serta evaluasi kegiatan Revitalisasi Posyandu dan jika masih dianggap relevan keberadaannya dapat dimanfaatkan atau membuat Kelompok Kerja baru sesuai dengan kondisi daerah (Depdagri RI, 2001).


(30)

2.2 Konsep Kader Kesehatan 2.2.1 Pengertian Kader

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kegiatan di Posyandu, dimana anggotanya berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan bekerjasama secara sukarela. Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader yang dipilih oleh masyarakat tadi menjadi penyelenggara Posyandu.

Banyak para ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader kesehatan antara lain: L. A. Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan “kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehtan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat”. Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI me mberikan batasan kader “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela” (Zulkifli, 2003).

2.2.2 Persyaratan Menjadi Kader

Proses pemilihan kader hendaknya melalui musyawarah melalui masyarakat dan para pamong desa harus juga mendukung, Persyaratan Umum yang harus di pertimbangkan untuk pemilihan kader antara lain Dapat baca, tulis dengan bahasa indonesia, Secara fisik dapat melaksanakan tugas sebagai kader, Mempunyai penghasilan sendiri, Aktif dalam kegiatan sosial maupun pembangunan desanya, Di kenal masyarakat dan dapat bekerja sama dengan masyarakat, Berwibawa, Sanggup membina paling


(31)

sedikit 10 Kepala Keluarga untuk meningkatkan keadaan kesehatan keluarga.

Pendapat lain yang di kemukakan oleh Dr. Ida Bagus, mengenai persyaratan menjadi seorang kader antara lain Berdasar dari keluarga setempat, Tinggal di desa tersebut, Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama, diterima oleh masyarakat setempat, Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat di samping mencari nafkah, Dari persyaratan diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria pemiilihan kader kesehtan antara lain adalah sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat, mempunya kredibilitas yang baik dimana prilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan yang tetap, pandai baca tulis, dan sanggup membina masyarakat.

2.2.3 Peran Kader

Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, kader juga berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukuan, Merencanakan kegiatan, antara lain menyiapkan dan melaksanakan sur vei mawas diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMD, menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja, Melakukan komunikasi, informasi


(32)

dan motivasi wawan muka (kunjungan), alat peraga dan percontohan, Menggerakkan masyarakat dan mendorong masyarakat untuk gotong ronyong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain- lain, Memberikan pelayanan yaitu Membagi obat, membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang didesanya dan melapor, memberikan pertolongan pemantauan penyakit, memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya, Melakukan pencatatan yaitu: Keluarga Berencana atau jumlah Pasangan Usia Subur, jumlah peserta aktif dsb, KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya, Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan, Gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang danyang naik timbangan, Diare : jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk melakukan pembinaan mengenai lima program keterpaduan KB-kesehatan dan upanya kesehatan lainnya, Keluarga binaan yang masing- masing untuk berjumlah 10-20 Kepala Keluarga atau diserahkan dengan kader setempat, hal ini dilakukan denganmemberikan informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan, Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan, Melakukan pertemuan kelompok.


(33)

23 BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai. Peran kader kesehatan masyarakat untuk mengoptimalisasi kegiatan posyandu tersebut meliputi kegiatan meja 1, meja 2, meja 3, meja 4, meja 5, yg dapat di nilai berdasarkan kegiatan posyandu terlaksana penuh, terlaksana sebagian dan tidak terlaksana ( Zulkifli, 2003 ).

Berdasarkan tujuan penelitian serta tinjauan pustaka, kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka konseptual peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai.

Peran Kader di Posyandu - Merencanakan kegiatan - Melakukan komunikasi - Menggerakkan masyarakat - Memberi pelayanan - Melakukan pencatatan - Melakukan pembinaan - Melakukan kunjungan rumah - Melakukan pertemuan

kelompok

Kegiat an Posyandu

- Terlaksana dengan baik - Terlaksana

sebagian - Tidak

terlaksana

Kader Kesehat an M asyarakat


(34)

3. 2 Defenisi Konseptual

Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi, peran juga dapat diartikan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soejono Sokanto, 2000).

Peran menunjuk pada organisasi tindakan dalam suatu tipe hubungan interaksi khusus. Dua dimensi peran adalah: kewajiban dan hak. Tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang merupakan kewajiban suatu peran, tindakan atau respon orang lain merupakan hak. Konsep peran dihubungkan dengan konsep status. Dalam pengunaan ini status hanya menunjuk pada posisi seseorang dalam suatu hubungan interaksi, bukan pada prestise yang terdapat pada seseorang. Sehingga peran-status adalah satuan struktural yang paling mendasar sebagai syarat fungsional yang harus dipenuhi (Sofyan Cholid, 2009).

Kader Kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat, sedangkan Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat.


(35)

3.3 Defenisi Operasional

Kader adalah Suatu tanggung jawab yang dilakukan seseorang tenaga sukarela yang bertugas mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat termasuk Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai meliputi Merencanakan kegiatan adalah Menyiapkan data mawas diri membahas hasil survey menyajikan MMD pada Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai, Melakukan komunikasi adalah Informasi, wawasan muka dengan menggunakan alat peraga dan contohnya pada Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai, Menggerakkan masyarakat adalah Mendorong masyarakat untuk bergotong royong, informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan pada Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai, Memberikan pelayanan adalah Membagi obat, membantu mengumpul bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang di desa dan melapor, pemantauan penyakit, pertolongan kecelakaan pada Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai, Melakukan pencatatan adalah Jumlah akseptor KB dan PUS, KIA, Ibu hamil, membagikan vitamin A, jumlah imunisasi TT pada ibu hamil pada Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai, Melakukan pembinaan Mengenai lima faktor keterpaduan KB- Kesehatan, keluarga binaan masing kader 10-20 KK pada Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai dan melakukan Kunjungan Rumah adalah Memantau masalah kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat pada Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai.


(36)

26 BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan tujuan untuk mengidentifikasi peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi yang di ambil dalam penelitian ini adalah seluruh kader kesehatan masyarakat yang aktif di 28 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai berjumlah 140 orang.

4.2.2 Sampel

Pengambilan sampel di lakukan dengan menggunakan Convenience sampling sesuai dengan inklusi kriteria penelitian. Penentuan besarnya jumlah sampel di dasarkan pada rumus Arikunto (2002). Yaitu 20-25% dari total populasi. Dari data survei ke puskesmas Bukit Kapur terdapat 140 orang kader posyandu yang aktif sehingga dengan menggunakan rumusan tersebut terdapat sampling sebanyak 35 orang dengan kriteria sebagai berikut : (1) Bekerja secara sukarela sebagai kader kesehatan. (2) Bersedia Menjadi Responden.


(37)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang di gunakan untuk penelitian ini adalah di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai pada tahun 2012. Pertimbangan pemilihan puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi kegiatan posyandu dan memiliki populasi kader yang besar.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini akan dilakukan setelah Proposal penelitian disetujui, dan selanjutnya mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara selanjutnya dikirim surat permohonan untuk mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai. Pertimbangan etik yaitu memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian, Calon responden diminta kesediannya untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Bila responden bersedia maka akan di minta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika calon responden menolak maka penelitian tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak- haknya, untuk menjaga kerahasiaan calon responden, penelitian mencantumkan inisial nama responden atau dengan kode Kuesioner. Penelitian tidak ada merugikan responden dan tidak akan memberikan rasa sakit baik secara fisik maupu psikislogis dan responden dapat mengundurkan diri setiap waktu bila berubah fikiran.


(38)

4.5 Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data untuk mencari informasi menggunakan Kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman dengan tujuan pustaka dan kerangka konsep. Kuesioner ini terbagi 2 yaitu Kuesioner untuk data demografi (KDD) yang meliputi kerakteristik responden, umur, jenis kelamin, agama dan pendidikan. Kuesioner peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu (KKKM) meliputi peran kader sebagai pelaksanaan posyandu yaitu merencanakan kegiatan, melakukan komunikasi untuk menggerakkan masyarakat, memberi pelayanan, melakukan pencatatan, melakukan pembinaan, melakukan kunjungan, melakukan pertemuan kelompok. KKD terdiri dari 4 pertanyaan tertutup. Sedangkan KKKM terdiri dari 30 pertanyaan tertutup dengan komponen merencanakan kegiatan 4 pertanyaan (1-4), melakukan komunikasi 4 pertanyaan (5-8), menggerakkan masyarakat 4 pertanyaan (9-12), memberikan pelayanan 4 pertanyaan (13-16), melakukan pencatatan 4 pertanyaan (17-20), melakukan pembinaan 4 pertanyaan (21-24), melakukan kunjungan rumah 3 pertanyaan (25-27), melakukan pertemuan kelompok 3 pertanyaan (28-30).

Kuesioner ini terdiri pertanyaan tertutup sebanyak 30 soal dengan skala pengukuran menggunakan linkert scale dengan kemungkinan jawaban sering (skor=3). Kadang-kadang (skor=2), tidak pernah (skor=1) dengan jumlah skor 30-90. Berdasarkan Rumus statistika menurut Sudjana (1992)


(39)

Rentang

P = ___________________ Banyak kelas

Dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang ( selisih nilai tinggi dan nilai rendah) sebesar 60 menggunakan p = 20 dan nilai terendah 30 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di katagorikan sebagai berikut : 30–49 tidak terlaksana, 50–69 terlaksana sebagian, 70 – 90 terlaksana dengan baik.

4.6 Uji Validitas dan Reliabitas

Kuesioner peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu disusun sendiri oleh penelitian sendiri, maka perlu untuk dilakukan uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur secara Kuesioner sasaran yang akan di ukur. Alat ukur yang baik adalah apabila beberapa kali dipakai sebagi alat ukur kelompok yang sama. Uji reabilitas untuk Kuesioner peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksaan kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai menggunakan rumus cronbach alpha dimana Kuesioner menggunakan skala linkert. Dari hasil uji reliabilitas terhadap 10 orang yang diambil dari populasi di peroleh bahwa koefisien reliabilitas a sebesar 0,796. Suatu instrumen dikatakan realibilitasnya lebih dari 0,70


(40)

(Polit da Hunger, 1995). Berarti instrumen (Kuesioner) pada penelitian ini telah realibiliti.

4.7 Pengumpulan Data

Peneliti akan mengumpulkan data untuk meneliti dan akan menentukan reponden sesuai dengan kriteria yang di buat sebelumnya, apabila peneliti menemukan calon responden yang memenuhi kriteria cukup banyak maka peneliti akan memilih calon reponden secara acak setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti akan menjelaskan tujuan dan manfaat peneliti serta proses pengisian Kuesioner kemudian calon responden yang bersedia akan diminta untuk menandatangani surat persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini. Setelah responden akan diminta untuk mengisi Kuesioner yang akan diberi kesempatan untuk bertanya selama pengisian Kuesioner, bila ada yang dimengerti sehubungan dengan pertanyaan dalam Kuesioner, setelah semua responden mengisi Kuesioner tersebut maka seluruh data dikumpulkan untuk analisa.

4.8 Analisa Data

Analisa yang dilakukan meliputi 1). Editing yaitu Upaya memeriksa kembali data yang diperoleh serta memastikan semua jawaban Kuesioner di isi sesuai dengan petunjuk. 2). Codding yaitu Upaya Memberikan kode tertentu pada masing – masing kategori/jawaban yang diberikan responden. 3). Entri yaitu Upaya Memasukan data yang diperoleh kedalam master tabel atau database komputer dan 4). Analize yaitu Upaya yang dilakukan dengan


(41)

menggunakan statistik deskriptif yaitu dengan membuat distribusi frekuensi dan persentase dan pengolahan data dengan bantuan komputerilisasi.


(42)

32 BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas kecamatan bukit kapur kota dumai.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mencakup kerakteristik responden dan peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas kecamatan bukit kapur kota dumai. Adapun Kerakteristik responden pada penelitian ini mencakup umur, jenis kelamin, agama dan pendidikan berdasarkan hasil penelitian pada (Tabel 5.1) dapat dilihat gambaran sejumlah responden pada penelitian ini ada 35 orang yang berusia rata – rata 38 tahun ( M=38,37 Tahun, SD=8,997 ) sebagian responden berada pada rentang usia 19–35 tahun (34% ) dan usia 36 -54 tahun sebanyak (66%), semua responden adalah perempuan (100%) dan beragama Islam (100%), sedangkan berdasarkan jenjang pendidikan kader umumnya pendidikan SLTA (48,6%) dan pendidikan SLTP (22,9%) sedangkan pendidkan SD (28,6%).


(43)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

1. Peran kader Kesehatan Masyarakat Terhadap Optimalisasi Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai. Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh menunjukkan bahwa (100%) kader kesehatan masyarakat telah berperan dengan optimal (terlaksana dengan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur

19 - 35 Tahun 36 – 54 Tahun (M=38,37 SD=8,997)

12 23

34 66

Jenis Kelamin

Perempuan 35 100

Agama

Islam 35 100

Tingkat Pendidikan SD

SLTP SLTA

10 8 17

28,6 22,9 48,6


(44)

baik) dalam pelaksanaan kegiatan posyandu dalam hal mengidentifasikan bahwa peran kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai sudah optimal. Untuk lebih jelas tentang kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu dapat dilihat pada (tabel 5.2).

Peran kader menggerakkan masyarakat mayoritas terlaksana dengan baik, peran ini terlihat pada pernyataan seringnya para ibu datang ke posyandu(100%) dan di ikuti (95%), serta mengajak masyarakat melakukan pembersihan sarang nyamuk (100%), dan mengajak masyarakat bergotong royo ng membersihkan parit (tabel 5.3)

Sedangkan peran kader dalam kunjungan rumah masih telah terlaksana sebagian, ini terlihat bahwa kader telah melakukan kunjungan rumah pada keluarga binaan (32%) sedangkan untuk memberikan informasi serta penyuluhan pada saat kunjungan ke keluarga masih terlaksana sebagian (60%) sedangkan memantau dan memperhatikan keluarga binaan pada saat posyandu (83%) dan keluarga binaan melakukan dan melaksanakan yang di sarankan (71%).

Selanjtnya dalam melakukan komunikasi lebih umum peran kader adalah sudah terlaksana dengan baik, data ini bila dilihat dari pertanyaan terdapat (100%), responden memberikan penyuluhan pada ibu balita berdasarkan hasil penimbangan, memberikan informasi penyuluhan, pada saat kunjungan rumah, memberikan penyuluhan tentang gizi dan ibu hamil (71%) tabel 5.3.

Demikian juga dalam melakukan pertemuan kelompok, mayoritas peran kader terlaksana dengan baik (77%), hal ini di dukung pertanyaan kader dimana


(45)

responden pada umumnya melakukan pertemuan kelompok unt uk melakukan penyuluhan, arisan, dan tukar pikiran sesama kader dalam masyarakat (77%), memberikan penyuluhan tentang kegiatan bulanan di luar jam posyandu (80%). Dari tabel 5.2. diketahui bahwa peran kader kesehatan masyarakat dalam merencanakan kegiatan umumnya terlaksana dengan baik (100%).

Tabel 5.2 Peran Kader Kesehatan masyarakat Terhadap Optimalisasi Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Terlaksana dengan Baik

35 100

Terlaksana Sebagian

0 0

Tidak Terlaksana

0 0

Berdasarkan dari hasil penelitian peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas bukit kapur kota dumai sudah terlaksana dengan baik (100%). Ini dapat terlihat pada tabel 5.2.


(46)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi peran kader kesehatan masyarakat dalam kegiatan pelayanan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

No Pernyataan Sering Jarang Tidak

Pernah

Fr % Fr % Fr %

1 Merencanakan kegiatan 35 100 0 0 0 0 2 Melakukan penyuluhan 35 100 0 0 0 0 3 Menggerakkan masyarakat 35 100 0 0 0 0 4 Memberikan pelayanan 35 100 0 0 0 0 5 Melakukan pencatatan 35 100 0 0 0 0 6 Melakukan pembinaan 35 100 0 0 0 0 7 Melakukan kunjungan rumah 35 100 0 0 0 0 8 Melakukan pertemuan kelompok 35 100 0 0 0 0

Pada hasil penelitian peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegitan posyandu di puskesmas bukit kapur kota dumai sudah terlaksana dengan baik dan optimal, ini terlihat dari semua pernyataan tentang merencanakan kegiatan, melakukan penyuluhan, menggerakkan masyarakat, memberi pelayanan, melakukan pencatatan, melakukan pembinaan serta melakukan kunjungan rumah dan melakukan pertemuan kelompok sudah terlaksana dengan baik (100%), ini dapat di lihat pada tabel 5.3.


(47)

Tabel. 1 Distribusi frekuensi peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi merencanakan kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

Pernyataan Sering Jarang Tidak Pernah Fr % Fr % Fr %

1 Melakukan pembagian tugas kepada para ibu dan kader lainnya.

35 100 0 0 0 0

2 Merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada penyuluhan diluar jam Posyandu.

29 83 6 17 0 0

3 Memberikan usulan perencanaan penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat.

29 83 6 17 0 0

4 Merencanakan kegiatan bulanan di luar jam posyandu.

28 80 6 17 1 3

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam perencanaan kegiatan sudah terlaksana dengan baik dan optimal, ini terlihat dari pertanyaan tentang melakukan pembagian tugas kepada para ibu dan kader lainnya (100%), selanjutnya merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada penyuluhan di luar jam posyandu serta memberikan usulan perencanaan penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (83%), begitu juga dalam merencana kegiatan bulanan di luar jam posyandu (80%).


(48)

Tabel. 2 Distribusi frekuensi peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi penyuluhan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

No Pernyataan Sering Jarang Tidak

Pernah Fr % Fr % Fr %

5 Memberikan penyuluhan pada saat kegiatan posyandu.

35 100 0 0 0 0

6 Melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi pada ibu yang enggan mengimunisasikan anaknya.

34 97 1 3 0 0

7 Memberikan penyuluhan gizi bagi ibu balita berdasarkan hasil penimbangan.

34 97 1 3 0 0

8 Memberikan penyuluhan tentang gizi balita dan ibu hamil pada sasarannya posyandu.

34 97 1 3 0 0

Sedangkan dalam melakukan penyuluhan sudah terlaksana dengan baik, ini terlihat dari pertanyaan tentang memberikan penyuluhan pada saatkegiatan posyandu sudah terlaksanan dengan baik, selanjutnya pertanyaan memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi pada saat ibu enggan mengimunisasi anaknya (97%), begitu juga selanjutnya pertanyaan memberikan penyuluhan gizi balita dan ibu hamil pada sasaran posyandu (97%), selanjutnya untuk pertanyaan tentang memberikan penyuluhan tentang gizi balita dan ibu hamil pada sasaran posyandu (97%).


(49)

Tabel. 3 Distribusi frekuensi peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi menggerakkan masyarakat Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

No Pernyataan Sering Jarang Tidak

Pernah Fr % Fr % Fr % 9 Mengajak para ibu untuk datang ke

posyandu

34 97 1 3 0 0

10 Mengajak masyarakat untuk bersama-sama bergotong royong melakukan kegiatan kebersihan lingkungan

18 51 17 49 0 0

11 Melalui Rukun Tetangga (RT) serta bersama kader yang lain menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama membersihkan lingkungan

17 49 18 51 0 0

12 Menghimbau para ibu muda untuk ber KB

33 94 2 6 0 0

Sedangkan menggerakkan masyarakat sudah terlaksana dengan baik, ini dapat terlihat dari pernyataan mengajak para ibu untuk datang ke posyandu (97%), begitu juga selanjutnya menghimbau para ibu muda untuk ber KB (94%).

Selanjutnya pemberian pelayanan sudah terlaksana dengan baik, ini juga dapat di lihat dari pernyataan memberikan pertolongan untuk membantu masalah kesehatan di masyarakat seperti gizi buruk (89%). Begitu juga pernyataan memberi makanan tambahan dalam lingkungan di setiap posyandu (100%), melakukan imunisasi polio pada saat posyandu (100%) dan memberikan serta membantu pelayanan di saat posyandu (100%), serta melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi pada ibu yang enggan mengimunisasikan anaknya sudah terlaksana dengan baik (97%).


(50)

Tabel. 4 Distribusi frekuensi peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi memberikan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

No Pernyataan Sering Jarang Tidak

Pernah Fr % Fr % Fr % 13 Memberikan pertolongan untuk

membantu masalah kesehatan di masyarakat seperti gizi buruk.

31 89 4 11 0 0

14 Member makanan tambahan dalam lingkungan di setiap posyandu.

35 100 0 0 0 0

15 Melakukan imunisasi polio pada saat posyandu.

35 100 0 0 0 0

16 Memberikan dan membantu pelayanan di saat posyandu.

35 100 0 0 0 0

Selanjutnya pernyataan tentang pemberian pelayanan sudah terlaksana dengan baik, ini juga dapat di lihat dari pernyataan memberikan pertolongan untuk membantu masalah kesehatan di masyarakat seperti gizi buruk (89%). Begitu juga pernyataan memberi makanantambahan dalam lingkungan di setiap posyandu (100%), melakukan imunisasi polio pada saat posyandu (100%) dan memberikan dan membantu pelayanan di saat posyandu (100%), selanjutnya melakukan penyuluhan tentangp entingnya imunisasi pada ibu yang enggan mengimunisasikan anaknya (97%).


(51)

Tabel. 5 Distribusi frekuensi peran kade r kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi melakukan pencatatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

No Pernyataan Sering Jarang Tidak

Pernah Fr % Fr % Fr % 17 Melakukan pencatatan hasil

penimbangan balita di KMS.

35 100 0 0 0 0

18 Melakukan pencatatan jumlah ibu hamil di lingkungan anda.

34 97 0 0 1 3

19 Melakukan pencatatan jumlah bayi yang di imunisasi di lingkungan anda.

35 100 0 0 0 0

20 Melakukan pencatatan jumlah peserta yang KB aktif di lingkungan anda

24 69 11 31 0 0

Selanjutnya dalam melakukan pencatatan sudah terlaksana dengan baik, ini juda terlihat pada pernyataan melakukan pencatatan hasil penimbangan balita di KMS (100%), dan melakukan pencatatan jumlah ibu hamil di lingkungan (97%), serta pernyataan tentang melakukan pencatatan jumlah bayi yang di imunisasi (100%).


(52)

Tabel. 6 Distribusi frekuensi peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi melakukan pembinaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

No Pernyataan Sering Jarang Tidak

Pernah Fr % Fr % Fr % 21 Memiliki keluarga binaan kira-kira

10-20 KK untuk dibina dalam upaya meningkatkan kesehatan

11 32 19 54 5 14

22 Melakukan pembinaan tentang pentingnya KB, KIA, imunisasi, Gizi dan Diare pada PUS lingkungannya

28 80 7 80 0 0

23 Menyarankan pada ibu hamil agar menjaga pola makan dan istirahat agar terhindar dari anemia

35 100 0 0 0 0

24 Menyarankan pada ibu muda untuk mengatur jarak kehamilan

34 97 1 3 0 0

Begitu juga selanjutnya tentang melakukan pembinaan sudah terlaksana dengan baik, ini juga dapat terlihat pada pernyataanmelakukan pembinaan tentang pentingnya KB, KIA, imunisasi, Gizi dan Diare pada PUS lingkungannya (80%), menyarankan pada ibu hamil agar menjaga pola makan dan istirahat agar terhindar dari anemia (100%), serta menyarankan pada ibu muda untuk mengatur jarak kehamilan (97%).


(53)

Tabel. 7 Distribusi frekuensi peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi kunjungan rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

No Pernyataan Sering Jarang Tidak

Pernah Fr % Fr % Fr % 25 Memberikan informasi pada saat

kunjungan keluarga dengan menggunakan alat peraga

21 60 10 29 4 11

26 Memantau kesehatan bagi belita pada keluarga binaan pada saat posyandu

29 83 6 17 0 0

27 Keluarga binaan melakukan dan melaksanakan yang disarankan

25 71 10 29 0 0

Sedangkan kunjungan rumah sudah terlaksana dengan baik, ini terlihat dari pernyataan memantau kesehatan bagi belita pada keluarga binaan pada saat posyandu (83%) selanjutnya pernyataan tentang apakah keluarga binaan melakukan dan melaksanakan yang disarankan (71%).


(54)

Tabel. 8 Distribusi frekuensi peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pertemuan kelompok di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai (N=35)

No Pernyataan Sering Jarang Tidak

Pernah Fr % Fr % Fr % 28 Melakukan pertemuan kelompok untuk

melakukan penyuluhan, arisan dan tukar fikiran sesama kader dalam masyarakat.

27 77 8 23 0 0

29 Melakukan pertemuanm yang anda lakukan selalu dihadiri seluruh kader.

34 97 1 3 0 0

30 Jika anda mengadakan pertemuan dengan seluruh masyarakat, apakah mereka antusias mendengar dan bertanya

28 80 7 20 0 0

Selanjutnya tentang pertemuan kelompok sudah terlaksana dengan baik, ini terlihat pada pernyataan melakukan pertemuan kelompok untuk melakukan penyuluhan, arisan dan tukar fikiran sesama kader dalam masyarakat (77%), sedangakan pernyataan melakukan pertemuan yang anda lakukan selalu dihadiri seluruh kader (97%), dan pernyataan jika anda mengadakan pertemuan dengan seluruh masyarakat, apakah mereka antusias mendengar dan bertanya (80%).

Pada hasil penelitian peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi pelaksanaan kegiatan posyandu di puskesmas bukit kapur kota dumai sudah terlaksana dengan baik dan optimal, ini terlihat dari semua pernyataan tentang merencanakan kegiatan, melakukan penyuluhan, menggerakkan masyarakat, memberi pelayanan, melakukan pencatatan, melakukan pembinaan


(55)

serta melakukan kunjungan rumah dan melakukan pertemuan kelompok (100%), ini dapat di lihat pada tabel 5.3.

Dari pertanyaan kader, untuk melakukan pembagian tugas kepada para ibu dan kader lainnya (100%), memberikan usulan perencanaan penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat pada saat pertemuan kader pada (83%), merencanakan kegiatan bulanan (80%).

Demikian halnya memberikan pelayanan peran kader terlaksana dengan baik (89%), hal ini di dukung olah pertanyaan kader bahwa responden umumnya memberikan pertolongan untuk membantu masalah kesehatan di masyarakat seperti gizi buruk di lingkungan pada petugas kesehatan (89%), memberi dan membantu pelayanan pada saat posyandu (100%) lihat pada tabel 5.3.

Selain terlaksana dengan baik tiga aspek yaitu untuk peran kader melakukan pencatatan juga sudah terlaksana dengan baik (100%), hal ini diperkuat dengan pernyataan kader dimana responden pada umumnya melakukan pencatatan jumlah ibu hamil di lingkungan anda (97%), melakukan pencatatan hasil penimbangan balita di KMS (100%), sedangkan untuk melakukan pencatatan jumlah peserta KB aktif masih terlaksana sebagian (69%).

Berdasarkan uraian diatas dapat di peroleh kesimpulan bahwa pada umumnya peran kader kesehatan masyarakat telah terlaksana dengan baik dan sudah bekerja optimal (100%) dalam upaya pelaksanaan optimalisasi kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu sesuai peranan kader dan sudah terlaksana dengan baik dan optimal.


(56)

2.1 Pembahasan

Pada penelitian ini menunjukkan untuk menjadi persyaratan seorang kader kesehatan masyarakat adalah bekerja sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai kredibilitas yang baik yg mana prilaku menjadi panutan bagi masyarakat, memiliki jiwa dan keperibadian dan pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, dan yang paling penting pandai dan bisa baca tulis serta mampu membina masyarakat kearah yang lebih baik serta berprilaku hidup sehat.

Berdasarkan usia responden pada penelitian ini sebagian besar berada pada rentang 19-36 tahun (36%), dan bila di kaji kemungkinan kerena pada usia mendukung lebih leluasa kader untuk melaksanakan tugasnya karena usia tersebut merupakan usia dewasa, masa produktif, memiliki motivasi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mamapu mengatur diri dan kelompok dalam bekerja,

Pada penelitian ini juga terlihat bahwa dari tingkat pendidikan responden umumnya SMA (49%) dan SMP sebanyak (23%), pentingnya pendidikan kesehatan untuk kader kesehatan masyarakat karena mereka di tuntut dapat mencatat dan melaporkan hasil kegiatan mereka setiap bulannya lalu mereka selalu mendapat pelatihan dan bimbingan tekhnis yang di berikan oleh petugas kesehatan, agar mudah mengerti dan lancar dalam mengerjakan mereka harus punya pendidikan yang standar, hal ini beralasan bila di tinjau dari aspek syarat menjadi kader bahwaa mereka harus memiliki kemampuan untuk membaca dan


(57)

menulis(Effendi, 2003), dengan demikian pendidikan SMA dan SMP yang di miliki kader sudah mendukung kader untuk dapat membaca dan menulis. (Zulkifli, 2003). Menurut hasi penelitian Susanti, (2012) terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pelaksanaan tugas kader. Analisa hasil penelitian motivasi dan pelaksanaan tugas kader dengan sperman rho, diperoleh hasil p value 0,001 (<0,01) berarti terdapat hubungan yang sangat bermakana antara motivasi kader dengan pelaksanaan tugas kader. Saran tenaga kesehatan harus sering memberikan pelatihaan kader serta memberi pemahaman pada kader tentang pentingnya peran kader.

2.2 Peran kader Kesehatan Masyarakat terhadap optimalisasi kegiatan pelayanan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Bukit Kapur Dumai

Posyandu sebagai sarana pelayanan terdepan yang ada di desa, perlu diaktifkan dan di tingkatkan kembali keadaannya, sehingga masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan, sebagai kader posyandu haruslah memiliki pengetahuan dan tanggung jawab agar posya ndu bisa berjalan dengan baik sesuai dengan program pemerintah. (GAPURA, 2006).

Kader kesehatan masyarakat mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya serta mencapai derajat kesehatan dalam bidang kesehatan melalui kegiatan posyandu, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kader kesehatan masyarakat telah memiliki peran kader yang terlaksana dengan baik (100%), terhadap optimalisasi kegiatan pelayanan di posyandu, hal ini menggambarkan bahwa peran kader terhadap optimalisasi kegitan pelayanan di posyandu sudah terlaksana dengan


(58)

optimal, optimalnya peran kader kesehatan masyarakat karena mereka selalu di bimbing oleh petugas kesehatan baik itu di posyandu maupun dalam program yg lainnya, para kader juga punya bapak angkat untuk setiap posyandu dan mereka juga di kasi intensif oleh bapak angkat di posyandu masing- masing, dan juga petugas kesehatan terutama dinas kesehatan dan puskesmas selalu membuat pertandingan dan perlombaan yg sifatnya memberi motivasi kepada para kader supaya lebih bisa berperan aktif dalam masyarakat di wilayahnya masing- masing. Peran kader juga sebagai menggerakkan masyarakat seperti memotivasi untuk bergotong royang melakukan kegiatan kebersihan lingkungan, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan yang akan dilaksanakan, dalam penelitian ini sudah telaksana dengan baik , ini sangat sering dilakukan kader, dalam mengajakkan ibu ke posyandu (97%), dan menggerakkan masyarakat sudah terlaksana dengan baik (100%) ini sudah optimal karena di dukung oleh pihak kelurahan dengan mengadakan jum’at bersih, pihak kelurahan juga datang ke posyandu. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sari, (2009) yang menunjukkan adanya hubungan positif antara performance kader, kegiatan kader dan hasil dari kegiatan kader dalam memotivasi ibu membawa balita ke Posyandu terhadap status kesehatan balita di RW 07 Kelurahan Pasir Biru Cibiru.

Dalam hal menggerakkan masyarakat para kader dapat langsung di tengah masyarakat ataupun melalui tokoh masyarakat, pemuka agama ataupun ketua Rukun Tetangga (RT). Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan segala upaya fasilitasi yang bersifat noninstruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi ma salah, merencanakan


(59)

dan mencari pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan tokoh masyarakat (UNICEF, 1999). Semua upaya pengembangan Posyandu harus melibatkan lintas sektoral karena pembangunan kesehatan masyarakat terutama kesehatan masyarakat desa merupakan tanggung jawab semua pihak. Perawat yang dalam paradigmanya menempatkan masyarakat sebagai salah satu unsurnya, merupakan profesi yang kompetensinya dibutuhkan dalam upaya pengembangan Posyandu. Hal ini disebabkan karena Posyandu membutuhkan pelayanan professional dan non professional. Perpaduan keduanya akan meningkatkan efektifitas Posyandu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang menjadi tujuannya (Studi tentang Pelaksanaan Posyandu, 2006).

Pada peran dalam melakukan kunjungan ke keluarga dengan menggunakan alat peraga terlaksana sebagian (60%), kunjungan rumah dilaksanakan jika ibu tidak memungkinkan membawa bayinya ke posyandu, kunjungan rumah di lakukan apabila dalam catatan kader masih ada bayi yang belum di imunisasi sesuai dengan jadwal yang seharusnya untuk di berikan imunisasi. Berdasarkan hasil penelitian latif, (2011), dapat disimpulkan sebanyak 67,1% kader atau sejumlah (47 kader) masih kurang baik pada praktik kader dalam pelaksanaan posyandu, hanya 32,9% kader (23 kader) sudah baik pada praktik kader dalam pelaksanaan posyandu, praktik kader yang kurang optimal dalam hal penyusunan RTL (Rencana Tindak Lanjut) ketrampilan dalam memberikan penyuluhan, dan kunjungan ke rumah/ wawan muka untuk sasaran


(60)

posyandu dikarenakan kurangnya pendampingan petugas kesehatan utamanya dalam pembekalan ketrampilan administratif dan penyuluhan, minimnya media suluh yang ada, keterbatasan waktu, dana dan alat transportasi bagi kader untuk melaksanakan kunjungan rumah.

Peran kader dalam melakukan komunikasi umumnya terlaksana dengan baik, selama penelitian terlihat para keder sering melakukan komunikasi dan memeberi usulan perencanaan penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (83%).

Berupa informasi penyuluhan berdasarkan hasil timbangan dan memberikan informasi tentang gizi balita dan ibu hamil pada sasaran, peran ini sudah optimal karena kader telah berkomunikasi dengan memberikan penyuluhan dengan memakai alat peraga, sesuai dengan anjuran Depkes R.I (2011) menerangkan dalam memberikan informasi kunjungan dan komunikasi di butuhkan alat peraga dan percontohan, ini merupakan pendukung sehingga para ibu mengerti dan lebih mema hami penjelasan yang di sampaikan oleh kader, adapun pengertian penyuluhan itu sendiri adalah kegiatan atau penyampaian atau menerangkan pesan yang berisi informasi , gagasan dan emosi serta keterampilan dari satu lembaga ke kelompok dan individu (komunokator), kepada lembaga, kelompok dan individu lain (komunikan) dengan tujuan mengubah pengetahuan dan kesadaran dengan kata lain penyuluhan merupakan proses komunikasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, Silvia, AR. (2011) didapatkan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa fungsi peran kader posyandu dalam melaksanakan kegiataannya, peran kader sebagai motivator meliputi tugas-tugas


(61)

yang dilakukan oleh kader posyandu antara lain: a). Mengerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), b). Memberikan materi tentang informasi tentang pemanfaatkan pakarangan untuk meningkatkan gizi keluarga pada saat kegiatan posyandu berlangsung, c). Memberikan informasi seputar kesehatan dan menanamkan perilaku-perilaku yang mendukung perbaikan gizi keluarga, d). Memberikan materi tentang perawatan dini bagi ibu baru melahirkan dan bayi baru lahir, e). Memberikan kritik, teguran, dan pujian pada anggota posyandu yang dapat memenuhi target maupun yang tidak, f). Menberikan informasi kepada anggota psyandu tentang hari buka posyandu, g). Menyediakan sarana dan prasarana dalam kegiatan posyandu. Selanjutnya peran kader posyandu sebagai petugas penyuluhan, meliputi tugas-tugas yang dilakuakn oleh kader posya ndu antara lain: a). Menjelaskan materi tentang konsep perawatan dini bagi ibu hamil dan bayi baru lahir, b). Memberikan atau menyampaikan informasi tentang pemanfaatan pakarangan rumah, c). Memberikan pengarahan kepada balita yang mengalami permasalahan, d). Memeriksa dan memberikan pengarahan kepada rumah-rumah yang tidak layak huni, e). Memberikan materi dan mempraktekkan prilaku-prilaku yang mendukung dalam perbaikan gizi keluarga, f). Melakukan kunjungan rumah terhadap bayi-bayi yang belum mendapatkan imunisasi, g). Memberikan pelatihan Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK), h). Melakukan kunjungan rumah dalam kegiatan jumantik. Dan yang terakhir adalah peran kader posyandu sebagai pelayanan kesehatan, meliputi tugas-tugas yang dilakuakn oleh kader posyandu antara lain: a). Memberikan informasi- informasi tentang imunisasi dan pemberian


(62)

vitamin bagi anak, b). Melakukan pendaftaran kepada para anggota posyandu, c). Melakukan pencatatan tentang perkembangan balita, d). Melakukan pengisian kepada buku kesehatan ib u dan anak tentang perkembangan balita, e). Melakukan penimbangan pada BALITA, f). Melakukan pendataan ulang anggota posyandu, g). Pemberian kapsul vitamin kepada para anggota posyandu, h). Penyuntikan imunisasi kepada anggota pada saat hari buka posyandu, i). Menilai tentang kualitas kader sebagai pemberi materi pada anggota posyandu. Berdasarkan hasil penelitian dapat pula disimpulkan bahwa Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) di Desa Tambakasri Kec. Sumbermanjing Kab. Malang kegiatan yang dilakukan oleh para anggota antara lain: a). Pemenuhan kebutuhan kalori sehari- hari, b). Pemenuhan kebutuhan protein sehari-hari, c). Pemenuhan kebutuhan vitamin sehari- hari, d). Pemenuhan kebutuhan mineral sehari- hari

Saat pertemuan kelompok peran kader terlaksana denga n baik, hal ini terlihat pada point pertemuan pembahasan tentang kesehatan di lingkungan anda dan mencari selusi bersama ditemani oleh petugas kesehatan sudah terlaksana dengan baik (100%).

Walaupun peran kader kesehatan masyarakat terhadap optimalisasi kegiatan posyandu terlaksana dengan baik, ada beberapa aspek dari kader tersebut yang terlaksana dengan baik, seperti pencatatan, ini terlihat dari pencatatan hasil penimbangan balita sudah terlaksana dengan baik (100%), pada pencatatan jumlah bayi yang di imunisasi (100%) dan pencatatan jumlah peserta KB yang aktif masih terlaksana sebagian (69%), sudah terlaksana dengan baik (97%) para kader mencatat jumlah ibu hamil, inipun jika ada ibu hamil yang ada di daerah


(63)

posyandu mereka, penyelenggaraan dilakukan dengan sistem “Pola lima Meja” sebagaimana di uraikan antara lain Meja pertama pendaftaran, kader melakukan identitas peserta posyandu, pendaftaran balita bila anak sudah pernah di timbang maka kader meminta KMS balita tersebut, jika belum pernah ditimbang maka menggunakan KMS baru dengan diselipkan secara kertas untuk dilanjutkan ke penimbangan, ibu hamil setelah di daftarkan maka langsung menuju meja 4 dan dilanjutkan kemeja 5, ibu yang belum menjadi peserta KB setelah namanya di catat pada secarik kertas ibu tersebut langsung menuju meja 5 dan pola lima meja inilah para pencatatan terjadi (Zulkifli, 2003).

Para kader dalam melakukan pembinaan telah terlaksana sebagian (100%), ini terlihat seringnya mereka melakukan pembinaan terhadap ibu hamil agar menjaga pola makan dan istirahat mereka dan menyarankan kepada ibu muda agar mengatur jarak kehamilan (97%), mereka menyarankan agar para KK membersihkan perkarangan rumah agar tidak ada tempat berkembangnya jentik nyamuk dan ada juga yang tidak pernah, ini terlihat bahwa perkarangan rumah di wilayah para kader tergolong bersih dan tidak ada barang yang bertumpuk, bila di beri pendidikan kesehatan akan berdampak terhadap prilaku masyarakat dalam hal ini adalah merapikan halaman rumah dan tidak membiarkan semak-semak di halaman tidak terurus dan cukup sinar matahari (Effendi, kristian, 1995). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bintanah, S. (2010) Hasil penelitian menunjukkan bahwa diwilayah kerja puskesmas halmahera terdapat 30 posyandu terletak di 14 RW dengan program 5 kegiatan yang dilakukan dengan jumlah kader aktif sebanyak 115 orang. Profil Posyandu: Klafifikasi posyandu di wilayah kerja


(1)

Bagian 2.

Kusioner : PERAN KADER KESEHATAN MASYARAKAT TERHADAP

OPTIMALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BUKIT KAPUR KOTA DUMAI.

NO PERNYATAAN SERING JARANG TIDAK

PERNAH

Kuisioner tentang merencanakan kegiatan

1. Melakukan pembagian tugas kepada para ibu dan

kader lainnya.

2. Merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada

penyuluhan diluar jam Posyandu.

3. Memberikan usulan perencanaan penyuluhan

kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat.

4. Merencanakan kegiatan bulanan di luar jam

posyandu.

kuisioner tentang melakukan penyuluhan

5. Memberikan penyuluhan pada saat kegiatan

posyandu.

6. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya

imunisasi pada ibu yang enggan mengimunisasikan anaknya.

7. Memberikan penyuluhan Gizi bagi ibu balita

berdasarkan hasil penimbangan.

8. Memberikan penyuluhan tentang gizi balita dan

ibu hamil pada sasarannya posyandu.

Kuisioner tentang menggerakkan masyarakat

9. Mengajak para ibu untuk datang ke posyandu.

10.

Mengajak masyarakat untuk bersama-sama bergotong royong melakuka kegiatan kebersihan lingkungan.

11. Melalui Rukun Tetangga (RT) serta bersama

kader yang lain menggerakkan masyarakat untuk bersama- sama membersihkan lingkungan

12. Menghimbau para ibu muda untuk ber KB.

Kuisioner tentang memberikan pelayanan

13. Memberikan pertolongan untuk membantu

masalah kesehatan di masyarakat seperti gizi buruk.


(2)

14. Memberi makanan tambahan dalam lingkungan di setiap posyandu.

15. Melakukan imunisasi polio pada saat Posyandu.

16. Memberikan dan membantu pelayanan di saat

Posyandu.

Kuisioner tentang melakukan pencatatan

17. Melakukan pencatatan hasil penimbangan belita di

KMS.

18. Melakukan pencatatan jumlah ibu hamil di

lingkungan anda.

19. Melakukan pencatatan jumlah bayi yang di

imunisasi di lingkungan anda.

20. Melakukan pencatatan jumlah peserta yang KB

aktif di lingkungan anda.

Kuisioner tentang melakukan pembinaan

21. Memiliki keluarga binaan kira-kira 10-20 KK

untuk dibina dalam upaya meningkatkan kesehatan.

22. Melakukan pembinaan tentang pentingnya KB,

KIA, imunisasi Gizi dan Diare pada PUS lingkungannya.

23. Menyarankan pada ibu hamil agar menjaga pola

makan dan istirahat agar terhindar dari anemia.

24. Menyarankan pada ibu muda untuk mengatur

jarak kehamilan.

Kuisioner tentang kunjungan rumah

25. Memberikan informasi pada saat kunjungan ke

luarga dengan menggunakan alat peraga.

26. Memantau kesehatan bagi belita Pada keluarga

binaan pada saat posyandu.

27. Keluarga binaan melakukan dan melaksanakan

yang disarankan.

Kuisioner tentang pertemuan kelompok

28. Melakukan pertemuan kelompok untuk

melakukan penyuluhan, arisan dan tukar fikiran sesama kader dalam masyarakat.

29. Melakukan pertemuan yang anda lakukan selalu

di hadiri seluruh kader.

30. Jika anda mengadakan pertemuan dengan seluruh

masyarakat, apakah mereka antusias mendengar dan bertanya.


(3)

Lampiran 3

TAKSASI DANA

Keterangan dana yang akan digunakan untuk keperluan pembiayaan kegiatan penelitian mulai dari proposal sampai skripsi.

I. Skripsi

a. Biaya pengetikan dan print proposal Rp. 150.000,-

b. Pencarian literatur internet Rp. 50.000,-

c. Foto copi sumber literatur Rp. 50.000,-

d. Foto copi skripsi Rp. 100.000,-

II. Pengumpulan data

a. Izin surver awal diperlukan Rp. 50.000,-

b. Transportasi Rp. 600.000,-

c. Foto copi kuisioner Rp. 50.000,-

d. ATK Rp. 100.000,-

III. Analisa data dan penyusunan laporan

a. Biaya pengetikan dan skripsi Rp. 100.000,-

b. Penjilidan Rp. 75.000,-

c. Foto copi laporan penelitian Rp. 50.000,-

Biaya tak terduga Rp. 100.000,-


(4)

Lampiran 4

JADWAL PENELITIAN

N o

KEGIATAN

Mar - 2012 Apr -2012 Mei - 2012 Juni

-2012 Juli -2012

Agust -2012 Sept - 2012 Okt - 2012 Novem-2012 Desem- 2012 Jan- 2013 Febr - 2013 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Mengajukan judul penelitian

2. Menetapkan judul penelitian 3. Menyelesaikan

proposal

4. Mengajukan sidang proposal

5. Sidang Proposal

6. Memperbaiki Proposal

7. Melakukan Uji Validitas

8. Melakukan Uji Reliabelitas 9. Pengumpulan data

10. Analisa data 11. Menyusunan

laporan/skripsi

12. Mengajukan sidang skripsi

13. Ujian sidang skripsi 14. Revisi


(5)

Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

1. Nama : Junaidi

2. Jenis Kelamin : Laki – Laki

3. Agama : Islam

4. Tempat/Tanggal Lahir : Teluk Pulau, 24 – Februari 1980

5. Status Perkawinan : Menikah

6. Alamat rumah : Jl. Soekarno – Hatta. RT/025

Dumai.

II. Riwayat Pendidikan

1. SDN 057 Teluk Pulau Hulu : 1988 s.d

1993

2. Madrasyah Tsanawiyah Nurul Bilad Teluk Pulau Hulu : 1993 s.d

1996

3. Pondok Pesantren Al-Jamiah Baiturrahman Dumai : 1997 s.d

1999

4. Akademi Keperawatan Wirahusada Medan : 1999 s.d

2002

5. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan : 2011


(6)

III. Pengalaman Lainnya

1. Unit Gawat Darurat Puskesmas Bukit kapur : 2003

s.d 2004

2. Ka.Pustu Gurun Panjang : 2004

s.d 2006

3. Ka.Pustu Bukit Nenas : 2006

s.d 2008

4. Ka.Pustu Kampung Baru : 2008