Kesiapan Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS Di RSUD Kota Dumai

(1)

SKRIPSI

Ummi Umaina 111121087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

i PRAKATA

Segala Puji kepada Allah SWT atas segala berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikanskripsi ini tepat pada waktunya dengan judul “Kesiapan Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS Di RSUD Kota Dumai”.

Peneliti menyadari dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi serta bahasa yang digunakan, hal ini dikarenakan pengetahuan dan kemampuan peneliti masih terbatas. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun agar penelitian ini dapat menjadi lebih baik dikemudian hari.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Syaiful selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Dumai

3. Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing Proposal dan Skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Wardiah Daulay, S.Kep, M.Kep, selaku dosen Pembimbing Akademik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Orang yang paling spesial Ayahanda Alm. H. Djamaluddin, Ibunda Hj. Rohana, abang, kakak, adik-adik ku serta semua keluarga yang telah banyak memberikan dukungan baik itu pengorbanan dan perjuangan, setiap tetesan keringat telah


(4)

ii

menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalam menggapai kesuksesan ananda, serta sentuhan kasih sayang dan doa menjadi inspirasi yang mampu melahirkan goresan-goresan indah setiap ananda melangkah.

7. Suamiku tercinta M. Yanis, SE yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan serta buah hatiku Khaizuran Yaumi Zafran yang sudah memberikan perhatian dan motivasi.

8. Rekan-rekan mahasiswa jalur B ekstensi sore stambuk 2011 di Fakultas Keperawatan USU semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas kebersamaannya, support serta semangat yang selalu kalian berikan.

Akhir kata peneliti sekali lagi mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Medan, 4 February2013


(5)

iii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian ... 8

2.2.Patofisiologi ... 8

2.3. Tanda dan Gejala ... 10

2.4. Kriteria Diagnostik HIV/AIDS ... 13

2.5. Penularan ... 15

2.6. Pencegahan Penularan HIV/AIDS ... 16

2.7. Penerapan Teknik Pencegahan ... 17

2.8. Profilaksis Pasca Pajanan ... 21

2.9. Konsep Kesiapan ... 24

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian ... 30

3.2. Kerangka Operasional... 31

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian... 33

4.2. Populasi dan Sampel ... 33

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4.4. Pertimbangan Etik... 35

4.5. Instrumen Penelitian ... 36

4.6. Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 38

4.7. Pengumpulan Data ... 39

4.8. Analisa Data ... 40

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 41

5.2. Pembahasan... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

Lampiran-lampiran ... 54

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden... 55


(6)

iv

3. Lembar Bukti Bimbingan... 62

4. Lembar Surat Pengambilan Data Dari Fakultas Keperawatan ... 64

5. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data Dari Rumah Sakit 65 6. Permohonan Validitas ... 66

7. Lampiran distribusi frekuensi... 67

8. Taksasi Dana ... 68

9. Table waktu pelaksanaan ... 69


(7)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kerangka Operasional ... 31

Tabel 4.1. Teknik Pengambilan sampel ... 35

Tabel 5.1. Deskripsi Karaketristik responden ... 42

Tabel 5.2. Hasil Penelitian kesiapan perawat ... 42 Tabel 5.3. Hasil penelitian kesiapan pengetahuan, mental dan fisik perawat 43


(8)

vi

DAFTAR SKEMA


(9)

vii

Judul : Kesiapan Perawat dalam Memberikan Pelayanan

Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai.

Penulis : Ummi Umaina

Nim : 111121087

Jurusan : Fakultas Ilmu Keperawatan

Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS)atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus yang disebut HIV. Walaupun profesi tenaga kesehatan bukan resiko tinggi tertular HIV, namun tetap ada resiko tertular HIV, melalui kontak dengan darah, cairan tubuh pasien, tertusuk jarum suntik bekas pasien, dan bahaya-bahaya lain yang dapat menjadi media penularan penyakit. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang yang bertujuan untuk mengetahui kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai yang meliputi kesiapan pengetahuan, mental dan fisik. Sampel yang diambil adalah perawat yang bekerja diruang rawat inap dan emergency di RSUD Kota Dumai, sebanyak 64 orang dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di RSUD Kota Dumai siap dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai sebanyak 67,79% yang terdiri dari kesiapan pengetahuan sebanyak 48,4%, kesiapan mental sebanyak 73% dan kesiapan fisik sebanyak 87,5%. Kesimpulan penelitian ini kesiapan merupakan keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi, kondisi individu mencakupsetidaknya pengetahuan, mental dan kondisi fisik.


(10)

vii

Judul : Kesiapan Perawat dalam Memberikan Pelayanan

Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai.

Penulis : Ummi Umaina

Nim : 111121087

Jurusan : Fakultas Ilmu Keperawatan

Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS)atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus yang disebut HIV. Walaupun profesi tenaga kesehatan bukan resiko tinggi tertular HIV, namun tetap ada resiko tertular HIV, melalui kontak dengan darah, cairan tubuh pasien, tertusuk jarum suntik bekas pasien, dan bahaya-bahaya lain yang dapat menjadi media penularan penyakit. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang yang bertujuan untuk mengetahui kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai yang meliputi kesiapan pengetahuan, mental dan fisik. Sampel yang diambil adalah perawat yang bekerja diruang rawat inap dan emergency di RSUD Kota Dumai, sebanyak 64 orang dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di RSUD Kota Dumai siap dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai sebanyak 67,79% yang terdiri dari kesiapan pengetahuan sebanyak 48,4%, kesiapan mental sebanyak 73% dan kesiapan fisik sebanyak 87,5%. Kesimpulan penelitian ini kesiapan merupakan keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi, kondisi individu mencakupsetidaknya pengetahuan, mental dan kondisi fisik.


(11)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Acquired immune deviciency syndrome (AIDS) ditemukan pertama kali di

Amerika Serikat pada tahun 1981, sedangkan di Indonesia kasus AIDS ditemukan pada tahun 1987 di Bali, penderita adalah seorang wisatawan asing. HIV/AIDS merupakan penyakit menular dengan angka kematian yang tinggi dan dapat menjangkiti semua lapisan masyarakat mulai dari bayi sampai dewasa baik laki-laki maupun perempuan (Murtiastutik, 2007).

AIDS sudah menjadi epidemi di Amerika Serikat dengan lebih dari 500.000 orang terjangkit dan 300.000 meninggal sampai bulan oktober 1995. Di Sub Sahara Afrika 22,4 juta orang menderita HIV/AIDS dengan kasus baru 1,9 juta orang, di Amerika Utara, Eropa Tengah dan Eropa Barat terdapat 2,3 juta penderita HIV/AIDS dengan kasus baru 75.000 orang dan jumlah kematian 38.000 orang. Asia merupakan wilayah penduduk terinfeksi HIV terbesar kedua di dunia setelah sub-sahara Afrika. Di Asia terdapat 4,7 juta orang terinfeksi HIV. Jumlah kasus baru 350.000 orang dengan 21.000 orang diantaranya adalah anak-anak (UNAIDS, 2008).

Menurut ditjen PP dan Kemenkes RI (2011), jumlah kasus HIV di Indonesia yang dilaporkan dari 1 januari sampai 31 desember 2011 adalah 21031 kasus, sedangkan kasus AIDS 4162 kasus. Propinsi Riau menduduki peringkat ke-9 dari 33 propinsi se-Indonesia dan untuk wilayah Sumatera Propinsi Riau


(12)

menduduki peringkat teratas dengan kasus HIV 1007 kasus, AIDS 4162 kasus. Sementara itu jumlah pasien HIV/AIDS sekota Dumai pada tahun 2010 HIV 47 orang, AIDS 20 orang. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan HIV 54 orang dan AIDS 19 orang (Dinkes Kota Dumai, 2011).

Menurut Djoerban (2010) walaupun profesi tenaga kesehatan bukan resiko tinggi tertular HIV, namun tetap ada resiko tertular HIV,melalui kontak dengan darah, cairan tubuh pasien, tertusuk jarum suntik bekas pasien, dan bahaya-bahaya lain yang dapat menjadi media penularan penyakit. Walaupunkecil, sehingga harus bekerja dengan hati-hati.

Di Amerika Serikat pada tahun 2001 terdapat 57 kasus tenaga kesehatan yang terinfeksi HIV akibat resiko pekerjaan. Dari 57 kasus tersebut, 24 kasus diantaranya (terbanyak) dialami oleh perawat (Averting HIV and AIDS, 2010). Keadaan tak jauh berbeda dengan data di Indonesia. Walaupun belum ada data yang pasti tentang tenaga kesehatan yang terinfeksi namun ada beberapa tenaga kesehatan yang terpapar. Djoerban (2010) menjelaskan bahwa data tenaga medis di RSCM yang pernah terpapar darah/cairan pasien HIV hingga tahun 2007 adalah 100 orang. Mereka terdiri dari 60 orang di RSUPN Cipto Mangunkusumo berupa 35 orang dokter dan 25 orang perawat. Dari 60 orang ini 50 orang akibat tertusuk, 5 tersayat, dan akibat terciprat darah sebanyak 5 orang. Lalu rujukan dari rumah sakit lain ke RSCM sebanyak 40 orang. Mereka adalah 5 orang dokter, 10 orang perawat, umum 5 orang, serta tertusuk sebanyak 20 orang. Pada tahun 2009 terdapat 51 orang tenaga medis yang terpapar beruntungnya tidak satupun dari mereka terinfeksi.


(13)

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Dumai merupakan sarana pelayanan kesehatan rujukan milik pemerintah kota Dumai yang terletak di tengah-tengah kota yang mempunyai visi “ Menjadi Rumah Sakit Terunggul Di Pantai Timur Sumatera Yang Modern Dengan Nuansa Melayu”. Di rumah sakit ini jumlah tenaga perawat merupakan tenaga terbanyak di antara tenaga kesehatan yang lainnya, dan sebagai ujung tombak pelayanan keperawatan. Dengan jumlah perawat 239 orang. Rumah sakit merupakan sarana yang sangat rentan terjadinya pemaparan HIV dari pasien ke pekerja medisnya maupun kepada pasien lainnya. Di RSUD ini jumlah kasus HIV/AIDS pada tahun 2010 HIV 4 kasus, AIDS 13 kasus. Pada tahun 2011 HIV 15 kasus dan AIDS 16 kasus (RSUD Kota Dumai, 2011).

Diperlukan kewaspadaan universal mencakup berbagai upaya pencegahan. Mengingat sangat besarnya bahaya penularan AIDS, semua cairan tubuh pasien AIDS dianggap potensial menularkan virus. Karena itu rumah sakit harus melakukan pengawasan bangunan dan peralatan, pelaksanaan prosedur baku dan pengadaan alat pelindung. Selain itu sarana perawatan juga merupakan situasi yang paling beresiko memberikan pemaparan yang bisa berakibat kontaminasi. Karenanya para petugas, perawat maupun yang lainnya diwajibkan melakukan upaya pencegahan diantaranya dengan mencegah kontak lansung dengan darah, cairan tubuh yang tercampur darah, jaringan dan cairan tubuh lainnya. Memakai perangkat pengamanan seperti sarung tangan, masker, kacamata, baju, gaun dan sebagainya (Smart, 2009; Isselbacher, 2002).


(14)

Perawat dari segala bidang pekerjaan dapat diminta untuk dapat memberikan perawatan kepada penderita HIV. Dalam melaksanakan perawatan, mereka bukan saja menghadapi tantangan fisik penyakit yang bersifat epidemic tetapi juga masalah emosi dan etis. Kekhawatiran oleh petugas kesehatan meliputi persoalan seperti takut tertular,pertanggung jawaban untuk memberikan perawatan, penghargaan terhadap klarifikasi, kerahasiaan atau konfidensialitas tahap perkembangan pasien serta orang yang merawatnya, dan prognosis penyakit yang buruk (Smeltzer&Bare, 2008).

Banyak penderita HIV sudah terikat dalam prilaku yang terstigmatisasi yaitu orang yang terkena HIV/AIDS dianggap pasti disebabkan prilaku yang dekat dengan narkoba, seks bebas, amoral dan sebagainya. Karena prilaku ini dianggap berlawanan dengan agama dan moral maka perawat memiliki keengganan merawat pasien-pasien ini. Disamping itu petugas mungkin masih mempunyai perasaan takut dan cemas terhadap kemungkinan tertular bila harus menangani pasien ODHA kendati tahu bahwa HIV/AIDS hanya menular lewat hubungan seks darah yang tercemar dan sebagainya (Haroen, 2011).

Menurut hasil penelitian Iqbal (2010) di Jogjakarta tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Prilaku Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS dengan 47 responden, (48,9%) 23 responden memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 40 responden (85,1%) memiliki prilaku yang cukup saat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS.

Sementara itu penelitian Ibrahim (2007) di Garut tentang Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam Pelaksanaan Teknik Pencegahan Umum


(15)

Perawat dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS dengan 90 responden menunjukkan 74% perawat melaporkan pernah mengalami kecelakaan kerja cedera benda tajam dengan jenis cedera terbanyak berupa tertusuk jarum suntik (32,8%), diikuti tergores pecahan ampul (24,5%), dan teriris pisau (3,3%). Kecelakaan cedera tersebut terjadi paling sering ketika menutup kembali jarum suntik, membuka obat ampul, dan saat menusukkan jarum suntik ke botol obat. Lebih dari 52% memiliki pengetahuan tentang pencegahan umum penularan HIV AIDS. Berdasarkan kedua penelitian diatas peneliti menyimpulkan bahwa masih banyak hal- hal yang menyebabkan perawat beresiko terinfeksi HIV/AIDS.

Berdasarkan fenomena diatas, dan belum ada yang meneliti tentang kesiapan perawat maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Kesiapan Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimanakah kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD kota Dumai?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Dumai.


(16)

1.3.2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang penularan dan

pencegahan HIV/AIDS

b. Untuk mengetahui kesiapan mental perawat dalam memberikan

pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS

c. Untuk mengetahui kesiapan fisik perawat dalam melaksanakan

Universal Precaution meliputi: mencuci tangan, pemakaian alat pelindung, pengelolaan alat bekas pakai, pengelolaan jarum dan benda tajam, pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan. Dalam rangka memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS

1.4.Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi pihak Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana kesiapan perawat RSUD kota Dumai dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada perawat dan pihak Rumah Sakit agar pada saat bekerja menunjukkan sikap yang siap baik secara fisik maupun mental atau pengetahuan sehingga dapat menjaga mutu pelayanan keperawatan.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu keperawatan sebagai bahan kajian dan sosialisasi.


(17)

1.4.3. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi perawat dalam memberikan pelaya nan kesehatan khususnya RSUD Kota Dumai.

1.4.4. Bagi peneliti

Memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan serta menambah pengalaman dibidang keperawatan.


(18)

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau sindrom kehilangan

kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus yang disebut HIV (human Immunodevficiency virus) (Djoerban, 1999).Syndrome imunodefisiensi

yang didapat (AIDS, acquired immunodeficiency syndrom) diartikan sebagai

bentuk paling berat dari keadaan sakit terus-menerus yang berkaitan dengan infeksi human immunodefiency virus (HIV) (Smeltzer&Bare, 2008).

Jadi dapat disimpulkan AIDS merupakan penyakit menular seksual yang ditularkan oleh virus HIV yang menyerang system kekebalan tubuh.

2.2.Patofisiologi

Muma (1997); Rachimhadhi (1999) mengatakan HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA). HIV bersifat limfotropik dan neurotropik. Setelah menginfeksi seseorang, HIV dapat diisolasi dari limfosit (terutama limfosit T-4), limfosit B, monosit, sel glia, dan makrofag. Virus sebenarnya bukan satu sel yang lengkap dan hanya mengandung bahan genetic, yaitu bahan yang diperlukan untuk berkembang biak. Untuk berkembang biak virus membutuhkan sel lain karena tidak dapat berkembang


(19)

sendiri, dengan cara masuk kedalam sel tersebut dan selanjutnya melalui bantuan sel itu dapat dihasilkan virus-virus baru dari jenis yang sama.

Rachimhadhi (1999) mengatakan sebelum seseorang menderita penyakit AIDS pada umumnya selalu didahului oleh infeksi HIV. Agar dapat masuk ke dalam sel tubuh, virus membutuhkan reseptor khusus yang dikenal dengan nama CD4 antigen, yang hanya terdapat pada permukaan sel limfosit T-4, monosit dan makrofag. Setelah HIV melekat ke reseptor CD4 antigen, selanjutnya HIV masuk kedalam sel itu dengan cara endositosis. Selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun HIV dalam sel tersebut dalam keadaan tidak aktif. Fase ini dikenal sebagai fase laten. Fase laten berakhir setelah virus menjadi aktif berkembang biak.

Murtiastutik (2007); Smeltzer&Bare (2008) mengatakan, Untuk mengaktifkan HIV dalam fase produktif diperlukan faktor- faktor tertentu. Faktor-faktor ini belum jelas benar, namun diduga apabila penderita tersebut mendapatkan infeksi virus lain, seperti misalnya infeksi cytomegalo virus, virus herpes simpleks, dan virus hepatitis B, maka HIV akan menjadi aktif dan berkembang biak. Dalam proses pengaktifan virus ini sel dimana HIV bersarang, yaitu sel limfosit T-4 dihancurkan. Akibatnya tubuh penderita akan mengalami kehilangan banyak sel limfosit T-4 dan akibat selanjutnya ialah kelemahan dan kerusakan kekebalan tubuhnya. Kerusakan system kekebalan tubuh penderita akan menyebabkan penderita lebih mudah mendapat infeksi parasit, virus dan jamur jenis tertentu, disamping mungkin pula menderita kanker jenis tertentu.

Pada infeksi HIV jumlah limfosit B normal atau malah meningkat, menyebabkan terbentuknya antibody spesifik terhadap HIV. Seperti pada infeksi


(20)

lain, adanya antibody spesifik ini merupakan pertanda bahwa orang itu pernah terpapar HIV. Immunoglobin dalam sirkulasi darah bertambah terutama IgA dan IgB. Akibat kelainan fungsi limfosit T-4 dan karena limfosit B terinfeksi HIV, maka fungsi limfosit B berkurang, yang akan menyebabkan respon limfosit B terhadap antigen lain juga berkurang. Kerusakan kekebalan tubuh penderita akibat HIV berbeda dengan penyakit infeksi lainnya yang dapat menurunkan kekebalan tubuh dalam jangka waktu tertentu, dan setelah infeksi tersebut sembuh, kekebalan tubuh akan kembali normal. Hal ini tidak berlaku untuk infeksi HIV karena kerusakan tubuh yang tejadi bersifat menetap (Rachimhadhi,1999).

2.3.Tanda dan gejala

Menurut Murtiastutik (2007); Smeltzer&Bare (2008); Tengadi (1996) tanda dan gejala HIV/AIDS dibagi menjadi 4 sub- grup yaitu gejala konstitusi, gejala neurologis, gejala infeksi, dan gejala tumor.

1. Gejala konstitusi

Penderita mengalami paling sedikit dua gejala klinis yang menetap selama 3 bulan atau lebih. Gejala tersebut berupa :

a. Demam terus menerus lebih dari 37°C

b. Kehilangan berat badan 10% atau lebih

c. Radang kelenjer getah bening yang meliputi 2 atau lebih kelenjer getah

bening diluar daerah inguinal

d. Diare yang tidak dapat dijelaskan sebabnya


(21)

2. Gejala neurologis

Stadium ini memberikan gejala neurologi yang beraneka ragam seperti kelemahan otot, kesulitan berbicara, gangguan keseimbangan, disorientasi, halusinansi, mudah lupa, psikosis dan dapat sampai koma (gejala radang otak) 3. Gejala infeksi

Infeksi oportunistik merupakan kondisi dimana daya tahan tubuh penderita sudah sangat lemah sehingga tidak ada kemampuan melawan infeksi sama sekali bahkan pathogen yang normal dalam tubuh manusia. Infeksi ditemukan antara lain :

a. Pneumocystic carinii pneumonia (PCP)

Merupakan infeksi paling sering ditemukan pada penderita AIDS (80%). Dengan gejala batuk-batuk, sesak nafas (dispnea), nyeri dada.

b. Tuberculosis

Penyakit ini cenderung terjadi secara dini dalam perjalanan infeksi HIV dan biasanya mendahului diagnosis AIDS

c. Infeksi mukokutan

Herpes simplex, herpes zoster dan kandidiasis oris merupakan penyakit paling sering ditemukan. Infeksi mukokutan yang timbul bisa satu jenis atau beberapa jenis secara bersama.


(22)

4. Gejala tumor

Tumor yang paling sering menyertai penderita AIDS adalah Sarkoma Kaposi dan limfoma maligna non- hodkin. Diantara kedua keganasan ini, yang paling sering ditemukan adalah Sarkoma Kaposi dengan gejala berupa bercak merah coklat, ungu atau kebiruan pada kulit yang pada awalnya hanya berdiameter beberapa millimeter, tetapi dalam perkembangan selanjutnya membesar sampai beberapa sentimeter.

Infeksi HIV menyebabkan suatu penyakit dengan spectrum yang luas, mulai dari golongan penyakit tanpa gejala tetapi pemeriksaan darahnya menunjukkan adanya infeksi HIV, sampai pada go longan AIDS yang merupakan stadium akhir dan mematikan dari spectrum ini. Karena penyakit HIV itu mempunyai spectrum yang luas, maka penyakit ini mulai dari awal infeksi HIV sampai stadium akhir (Rachimhadhi, 1999).

Menurut Hudak&Gallo (1996) transmisi infeksi HIV/AIDS terdiri dari lima fase, yaitu:

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi, tidak ada gejala

2. Fase infeksi primer akut. Lamanya 1-2 minggu, sakit seperti flu. 3. Infeksi asimtomatik. 1-15 tahun atau lebih dengan tidak ada gejala.

4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun, dengan gejala demam, keringat pada malam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan, ruam kulit, limpadenopati, perlambatan kognitif, lesi oral.


(23)

5. AIDS lamanya bervariasi: 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS. Didapatkan infeksi oportunistik berat dan tumor-tumor pada setiap system tubuh, manifestasi neurologic.

2.4.Kriteria Diagnostik HIV/AIDS.

Nursalam dan Dian. K (2007) mengatakan WHO mengklasifikasikan HIV/AIDS menjadi klasifikasi laboratorium dan klinis.

a) Klasifikasi laboratorium Limfosit CD4+/

mm3

Stadium klinis 1 : Asimtomatik

Stadium klinis 2 : Awal

Stadium klinis 3 : Intermediet

Stadium Klinis 4 : Lanjut

>2000 >500 1A 2A 3A 4A

1000-2000

200-500

1B 2B 3B 4B

<1000 <200 1C 2C 3C 4C

b) Klasifikasi klinis

Pada beberapa negara, pemeriksaan limfosit CD4+ tidak tersedia. Dalam hal ini pasien bisa didiagnosis berdasarkan gejala klinis, yaitu berdasarkan tanda dan gejala mayor dan minor. Dua gejala mayor ditambah dua gejala minor didefenisikan sebagai HIV simptomatik. Gejala Mayor :

• Penurunan berat badan = 10%


(24)

• Diare kronis

• Tuberculosis

Gejala Minor :

• Kandidiasis orofaringeal

• Batuk menetap lebih dari satu bulan

• Kelemahan tubuh

• Berkeringat malam

• Hilang nafsu makan

• Infeksi kulit generalisata

• Limfadenopati generalisata

• Herpes zoster

• Infeksi Herpes simplex kronis

• Pneumonia

• Sarcoma Kaposi

Diagnosis HIV pada anak

Nursalam dan Dian. K (2007) mengatakan bayi yang tertular dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama periode neonatal. Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali. Untuk pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction), bayi harus dilakukan pengambilan sampel darah untuk tes PCR pada dua saat yang berlainan. DNA PCR pertama diambil saat bayi berusia 1 bulan karena tes ini kurang sensitif selama periode 1 bulan setelah lahir. CDC (Centre for Diasease Control and Prevention) merekomendasikan


(25)

pemeriksaan DNA PCR setidaknya diulang pada saat bayi berusia empat bulan. Jika tes ini negatif, maka bayi tidak terinfeksi HIV. Tetapi bila bayi tersebut mendapatkan ASI maka bayi beresiko tertular HIV sehingga tes PCR perlu diulang setelah bayi disapih. Pada usia 18 bulan, pemeriksaan ELISA bisa dilakukan pada bayi bila tidak tersedia sarana pemeriksaan yang lain.

2.5.Penularan

Isselbacher (2000); Murtiastutik (2007) mengatakan, HIV ditularkan melalui kontak seksual, homoseksual dan heteroseksual; melalui darah atau produk darah; dan oleh ibu yang terinfeksi kepada bayinya intrapartum, secara perinatal, atau melalui air susu ibu. Sampai dekade kedua epidemic, tidak terdapat bukti bahwa HIV ditularkan melalui kontak biasa atau bahwa vir us dapat disebarkan oleh serangga misalnya gigitan nyamuk.

a. Penularan seksual. Kontak seksual adalah cara utama penularan diseluruh

dunia. Walaupun penularan melalui kontak homoseksual merupakan cara tersering penularan seksual di Amerika, diseluruh dunia penularan heteroseksual merupakan cara penularan tersering, terutama di negara- negara yang sedang berkembang.

b. Penularan juga terjadi dari ibu keanak. Kebanyakan infeksi HIV pada anak

didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir. Penularan HIV juga bisa terjadi melalui pemberian ASI. Dalam hal ini dianjurkan bagi wanita HIV positif untuk tidak menyusui bayinya dan menggantikan dengan susu formula.


(26)

c. Disamping itu kontak dengan darah atau sekret yang infeksius terjadi melalui tranfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV. Penularan lainnya dapat terjadi melalui jarum suntik atau alat kesehatan lainnya yang ditusukkan atau tertusuk kedalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Hal ini bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan. Penularan juga dapat terjadi melalui transplantasi organ pengidap HIV.

2.6.Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Dengan memahami cara penularan HIV, maka akan lebih mudah melakukan langkah- langkah pencegahannya. Menurut UNAIDS (2006) secara mudah pencegahan HIV dapat dilakukan dengan rumusan ABCD yaitu:

A = Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

B = Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari berganti-ganti pasangan seksual.

C = Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan kondom secara benar selama berhubungan seksual.

D= Drugs injection, jangan menggunakan obat (narkotika) suntik dengan jarum tidak steril atau digunakan secara bergantian.

Dengan semakin meningkatnya kasus HIV/AIDS diperlukan kesiapan para tenaga kesehatan untuk memberikan bantuan dan pelayanan pada pasien-pasien


(27)

HIV/AIDS. Disisi lain, dengan kemajuan ilmu dan teknologi dibidang kesehatan, HIV/AIDS yang tadinya merupakan penyakit progresif yang mematikan bergeser menjadi penyakit kronis yang bisa dikelola. Meskipun belum ditemukan obat yang bisa membunuh virus secara tuntas, dengan ditemukannya obat antiretroviral, para penderita HIV/AIDS bisa lebih meningkat usia harapan hidupnya. Hal ini tentunya harus didukung oleh upaya perawatan yang adekuat agar tercapai kualitas hidup yang optimal (Djoerban, 1999).

2.7.Penerapan tehnik pencegahan umum dipelayanan kesehatan dalam mencegah resiko penularan HIV/AIDS

Menurut Yanri (2005) pencegahan umum atau dengan kata lain “kewaspadaan universal (universal precaution)” merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi disarana pelayanan kesehatan yang telah dikembangkan oleh Departemen Kesehatan RI sejak tahun 1980-an. Penerapan pencegahan umum didasarkan pada keyakinan bahwa darah dan cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit baik yang berasal dari pasien maupun petugas kesehatan. Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal adalah menjaga hygiene individu, sanitasi ruangan, dan sanitasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu:

1) Cuci tangan untuk mencegah infeksi silang.

Cuci tangan yang dilakukan secara benar dapat menghilangkan mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan ke pasien, memakai sarung tangan,


(28)

menyentuh darah, cairan tubuh, atau ekskresi pasien. Tiga cara cuci tangan dilaksanakan sesuai kebutuhan yaitu cuci tangan hygienis atau rutin untuk menghilangkan kotoran dengan menggunakan sabun atau deterjen, cuci tangan aseptic yang dilakukan sebelum melakukan tindakan aseptic ke pasien, cuci tangan ini dilakukan dengan menggunakan zat antiseptic, dan cuci tangan bedah yang dilakukan sebelum melakukan tindakan bedah cara aseptic. Sarana yang perlu dipersiapkan untuk melakukan cuci tangan adalah air mengalir, sabun dan deterjen, larutan antiseptic, dan pengering dari mulai handuk/lap bersih, kain lap atau handuk steril sampai alat pengering tangan (hand drier).

2) Pemakaian alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, kaca mata, barak short dan sepatu pelindung.

Tidak semua alat pelindung diri harus dipakai pada waktu bersamaan, tergantung pada jenis tindakan yang akan dikerjakan. Misalnya ketika akan menolong persalinan sebaiknya semua pelindung diri dipakai untuk mengurangi kemungkinan terpajan darah/cairan tubuh pada petugas, namun untuk tindakan menyuntik atau memasang infus, cukup dengan memakai sarung tangan.

3) Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.

Pengelolaan alat-alat kesehatan bekas pakai ini bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau untuk menjamin bahwa alat-alat tersebut dalam kondisi steril dan siap digunakan. Semua alat yang akan dimasukkan ke dalam jaringan bawah kulit pasien harus dalam keadaan steril. Proses pengelolaan alat-alat kesehatan ini dilakukan melalui empat tahap kegiatan yaitu:


(29)

a. Dekontaminasi, yaitu menghilangkan mikroorganisme pathogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya. Cara dekontaminasi yang lazim dilakukan adalah dengan merendam alat kesehatan dalam larutan desinfektan misalnya klorin 0,5% selama 10 menit.

b. Pencucian, dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang kasat mata dengan

cara mencuci dengan air, sabun/deterjen, dan sikat.

c. Sterilisasi, yaitu proses menghilangkan seluruh mikroorganisme termasuk

endosporanya dari alat kesehatan. Cara sterilisasi yang sering dilakukan adalah dengan uap panas bertekanan, pemanasan kering, gas etilin oksida, dan zat kimia cair. Dengan kata lain, penggolongan cara sterilisasi juga dapat dikategorikan cara fisik seperti pemanasan, radiasi, filtrasi, dan cara kimiawi dengan menggunakan zat kimia.

d. Penyimpanan, penyimpanan yang baik sama pentingnya dengan proses

sterilisasi atau desinfeksi itu sendiri. Ada dua metoda penyimpanan yaitu cara terbungkus dan tidak terbungkus.

4) Pengelolaan jarum dan benda tajam untuk mencegah perlukaan

Jarum suntik sebaiknya digunakan sekali pakai dan jarum bekas atau benda tajam lainnya dibuang ke tempat khusus (safety box) yang memiliki dinding keras atau tidak tembus oleh jarum atau benda tajam yang dibuang ke dalamnya. Kecelakaan yang sering terjadi pada prosedur penyuntikan adalah ketika petugas berusaha memasukkan kembali jarum suntik bekas pakai ke dalam tutupnya (recapping). Oleh karenanya menurut rekomendasi teknik kewaspadaan universal dari WHO (2004) pentupan kembali jarum suntik setelah digunakan sebaiknya


(30)

tidak perlu dilakukan, jadi jarum suntik bersama syringnya lansung saja dibuang ke kotak khusus. Jika sangat diperlukan untuk menutup kembali, misalnya karena masih ada sisa obat yang bisa digunakan, maka penutupan jarum suntik kembali

dianjurkan dengan menggunakan teknik satu tangan (single handed recapping

method).

5) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

Secara umum limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair dan limbah padat, namun lebih khusus lagi limbah yang berasal dari rumah sakit dibedakan menjadi:

a. Limbah rumah tangga atau limbah non medis

b. Limbah medis terdiri dari limbah klinis, laboratorium

c. Limbah berbahaya yaitu limbah kimia yang mempunyai sifat beracun

misalnya senyawa radioaktif dan bahan sitotoksik.

Cara penanganan limbah di sarana pelayanan kesehatan harus dimulai dari tempat sampah diproduksi dengan cara :

a. Pemilahan, dilakukan dengan menyediakan wadah yang sesuai dengan jenis

sampah, misalnya hitam untuk limbah non medis, kuning untuk limbah medis infectious, dan merah untuk bahan beracun, dan seterusnya.

b. Semua jenis limbah ditampung dalam wadah berupa kantong palstik yang

kedap air.

c. Bila sudah terisi 2/3 volume kantong sampah, kantong sampah harus diikat


(31)

d. Pengumpulan sampah dari ruang perawatan atau pengobatan harus tetap pada wadahnya jangan dituangkan pada gerobak terbuka.

e. Petugas yang menangani sampah harus selalu menggunakan sarung tangan

dan sepatu serta selalu mencuci tangan selesai mengambil sampah.

f. Sampah dari tempat penampungan sementara diangkut ke tempat

pemusnahan. System pemusnahan yang dianjurkan adalah dengan pembakaran (insenerasi) pada suhu tinggi (>1200°C).

2.8.Profilaksis Pasca Pajanan HIV (PPP)

Menurut Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (2011) profilaksis pasca pajanan HIV merupakan tindakan pencegahan terhadap petugas kesehatan yang tertular HIV akibat tertusuk jarum, tercemar darah dari penderita atau mayat penderita HIV.

1. Faktor yang mempengaruhi profilaksis pasca pajanan HIV yaitu jumlah dan

jenis cairan yang mengenai, dalamnya tusukan/luka, dan tempat perlukaan/paparan

2. Indikasi pemberian PPP

a. Tertusuk/luka superficial yang merusak kulit oleh jarum yang telah

terpapar sumber dengan HIV yang asimptomatik. Membran mukosa terpapar oleh darah terinfeksi dalam jumlah banyak, dari sumber HIV yang asimtomatik (tergantung dari banyak tidaknya volume tetesan)

b. Membran mukosa terpapar darah yang terinfeksi HIV dalam jumlah sedikit, dari sumber dengan HIVyang simtomatik


(32)

c. Terpapar dengan orang HIV yang asimtomatik lewat tusukan yang dalam jarum berlubang yang berukuran besar.

d. Luka tusukan jarum dengan darah yang terlihat dipermukaan jarum

e. Luka tusukan jarum yang telah digunakan untuk mengambil darah arteri

atau vena pasien

f. Luka tusuk dari jenis jarum apapun yang telah digunakan pada sumber

dengan HIV yang asimtomatik

g. Membran mukosa yang terpapar oleh darah yang terinfeksi HIV dalam

jumlah yang banyak dari sumber HIV yang simtomatik.

h. Tusukan jarum dengan tipe jarum apapun dan berbagai derajat paparan dari sumber dengan status HIV tidak diketahui tetapi memiliki faktor resiko HIV

i. Tusukan jarum dengan tipe jarum apapun dan berbagai derajat paparan dari sunber yang tidak diketahui status HIV dan tidak diketahui faktor resikonya namun dianggap sebagai sumber HIV

j. Membran mukosa yang terpapar darah dalam jumlah berapapun dari

sumber yang tidak diketahui status HIV tetapi memiliki faktor resiko HIV

k. Membran mukosa yang terpapar darah dalam jumlah berapa pun dari

sumber yang tidak diketahui statusnya HIVnya, namun sumber tersebut dianggap sebagai sumber HIV

3. Penatalaksanaan Pasca Pajanan

a. Keputusan pemberian ARV harus segera diambil dan ARV diberikan < 4


(33)

b. Penanganan luka c. Beri Informed consent d. Lakukan test HIV

e. Pemberian ARV profilaksis

f. Penanganan tempat paparan/luka : segera

1) Luka tusuk : bilas air mengalir dan sabun/antiseptic

2) Pajanan mukosa mulut : ludahkan dan kumur

3) Pajanan mukosa mata : irigasi dengan air/garam fisiologis

4) Pajanan mukosa hidung : hembuskan keluar dan bersihkan dengan air,

jangan dihisap dengan mulut, jangan ditelan. Desinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu : 1) Betadine (povidon iodine 2,5%) selama 5 menit

2) Alcohol 70% selama 3 menit

a. Pelaporan terjadinya paparan. Rincian waktu, tempat, paparan dan

konseling serta manajemen pasca paparan b. Evaluasi dan resiko transmisi

c. Konseling berupa resiko transmisi, pencegahan transmisi sekunder, tidak boleh hamil dan sebagainya.

d. Pertimbangan pemakaian terapi profilaksis pasca paparan


(34)

4. Pengobatan

Penggunaan ART dilakukan sesegera mungkin setelah terpapar cairan atau bahan yang mengandung HIV dengan mempertimbangkan resiko (drug toxicity) dan manfaat pemakaian ART tersebut.

1) Diberikan selama 1 bulan

2) Diberikan ha nya hasil test HIV negative

3) Diberikan 4 jam setelah paparan maksimal 48 jam setelah paparan 4) Rejimen yang digunakan adalah :

a) AZT/TDF + 3TC + EFV

b) AZT/TDF + 3TC + Lop/r

c) AZT + 3TC

5. Pemantauan

Tes antibody dilakukan pada minggu ke-6, minggu ke -12, dan bulan ke 6. Dapat diperpanjang sampai bulan ke 12.

2.9.Konsep kesiapan

Menurut Slameto (1995), kesiapan sangat penting untuk memulai pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan pekerjaan, apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar dan hasil yang baik. Kesiapan merupakan keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi, kondisi individu mencakup setidaknya tiga aspek yaitu:


(35)

a. Kondisi fisik, mental dan emosional

b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan

c. Ketrampilan dan pengetahuan 2.9.1. Konsep pengetahuan

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya (Keraf; Dua, 2001). Baik secara perorangan atau bersama, ternyata pengetahuan berlansung dalam dua bentuk dasar yang berbeda. Bentuk pertama adalah pengetahuan hanya untuk memenuhi kepuasan hati manusia. Bentuk yang kedua adalah pengetahuan untuk digunakan dan diterapkan, misalnya untuk melindungi dan membela diri, memperbaiki tempat tinggal, mempermudah pekerjaannya, memperlancar hubungan dengan orang lain, mencegah bencana, meningkatkan kesehatan, dan lain sebagainya (Verhaak & Iman, 1991).

Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan dalam kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: mengetahui (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis),dan evaluasi (evaluation).

Tingkat pertama adalah mengetahui (know) yaitu tingkatan pengetahuan

yang paling rendah, pada tahap ini tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kedua, memahami (comprehension) yaitu suatu


(36)

kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi secara benar. Ketiga, aplikasi (application) yaitu kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi nyata. Keempat, analisis (analysis) yang diartikan sebagai menguraikan materi kedalam komponen-komponen yang berkaitan satu dengan lainnya. Tingkatan kelima adalah sintesis (syhthesis) yaitu kemampuan menyimpulkan materi sebagai suatu bentuk keseluruhan yang baru. Tingkatan tertinggi yaitu evaluasi (evaluation) yang berkaitan dengan kemampuan.

Menurut Nursalam dan Dian. K (2007) dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS perawat perlu mempunyai pemahaman yang benar mengenai AIDS dan perlu disebarluaskan.Kenyataan bahwa dalam era obat antiretroviral, AIDS sudah menjadi penyakit kronik yang dapat dikendalikan juga perlu dimasyarakatkan karena konsep tersebut dapat memberi harapan pada masyarakat dan penderita HIV/AIDS bahwa penderita AIDS dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik dan berfungsi di masyarakat.Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling, edukasi yang benar tentang HIV/AIDS baik pada penderita, keluarga dan masyarakat. Sehingga penderita, keluarga maupun masyarakat dapat menerima kondisinya dengan sikap yang benar dan memberikan dukungan kepada penderita.

Menurut Notoadmodjo (2003) bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, pengalaman, budaya, kepercayaan/agama. Dan menurut Notoadmodjo (2007) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka


(37)

akan semakin tinggi daya serapnya terhadap informasi yang didapatkannya, sehingga tingkat pengetahuannya semakin tinggi.

2.9.2. Konsep kesiapan mental

Seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan penderita, keluarga, teman seprofesi, dan profesi lain yang memiliki kepribadian bermacam- macam dan unik. Oleh karena itu, seorang perawat hendaknya dapat memahami kepribadian pasien, keluarga pasien, teman sejawat, penyelia, instruktur. Disamping itu seorang perawat hendaknya dapat memahami perbedaan kepribadian yang ia miliki dan menyadari ciri-ciri yang khas yang ia miliki agar dapat membantu memudahkan berinteraksi secara positif dengan orang lain (Sunaryo, 2004).

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS perawat mampu memberikan dukungan emosional, membuat pasien merasa nyaman; dihargai; dicintai dan diperhatikan.Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang penderita AIDS sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang sering dengan pasien sehingga pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien. Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan perawat (Nursalam & Dian 2007).

Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat stigma negatif dan diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat, perawat perlu mengidentifikasi adakah sistem pendukung yang tersedia bagi pasien. Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika memungkinkan),


(38)

hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan bagi pasien. Partisipasi orang lain, bantuan dari orang terdekat dapat mengurangi perasaan kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu melakukan pendampingan pada keluarga sehingga keluarga dapat berespons dan memberi dukungan bagi penderita.

Dalam memberikan perawatan mereka bukan saja menghadapi tantangan fisik tetapi juga muncul kekhawatiran, yang dikemukakan oleh para profesional kesehatan meliputi persoalan seperti perasaan takut tertular. Penderita yang sudah terikat dengan prilaku yang terstigmatisasi yang berlawanan dengan nilai agama, moral, perawat dapat memiliki keengganan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien ini. Disamping itu para petugas masih mempunyai perasaan takut dan cemas terhadap kemungkinan tertular penyakit tersebut kendati mereka sudah diberikan penyuluhan tentang pengendalian infeksi, perawat dianjurkan untuk memeriksa kepercayaan dirinya dan menggunakan proses klarifikasi nilai untuk mendekati persoalan yang kontroversial (Smeltzer & Bare, 2002).

2.9.3. Konsep kesiapan Fisik

Petugas kesehatan sangat beresiko terpapar bahan infeksius termasuk virus HIV, paparan yang sering terjadi biasanya berupa tusukan jarum atau tusukan benda tajam lainnya, kontak mukosa atau kulit yang tidak utuh dengan darah, jaringan atau cairan tubuh yang telah terkontaminasi virus HIV. Pencegahan terhadap paparan tersebut yaitu dengan menerapkan standar universal precaution untuk paparan (Murtiastutik, 2007).


(39)

29 BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1.Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Syarat kerangka penelitian adalah harus didasarkan pada teori yang ada, adanya hubungan antara variabel, dan berupa gambar atau diagram. Kerangka penelitian ini akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008). Dan kerangka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai.

Adapun kerangka penelitian yang digunakan pada penelitian yang berjudul kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan HIV/AIDS di RSUD Dumai sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka Penelitian Kesiapan perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS:

a. Pengetahuan

b. Mental

c. Fisik (universal Precaution)


(40)

3.2.Kerangka Operasional

Kerangka Operasional Kesiapan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS

Tabel3.1. Kerangka Operasional

Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Ska

la Kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan : Pengetahuan Kondisi dimana perawat siap dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS yang terdiri dari kesiapan penge tahuan, kesiapan mental dan kesiapan fisik. Segala sesuatu

yang diketahui

perawat RSUD kota Dumai tentang HIV/AIDS : a) Defenisi HIV/AIDS b) Etiologi HIV/AIDS

c) Tanda dan

gejala HIV/AIDS d) Penularan HIV/AIDS e) Pencegahan Kuisioner tentang kesiapan perawat yang terdiri dari kuisioner tentang kesiapan

pengetahuan, mental dan fisik.

Kuisioner tentang pengetahuan

dengan 11 pertanyaan pilihan berganda

a)Baik : total kesiapan (baik) di bagi tiga b)Kurang baik

: total

kesiapan (tidak baik ) di bagi tiga.

a) Baik : jika responden menjawab dengan total nilai 6-11 pertanyaan dengan benar b) Kurang baik jika responden menjawab 0-5 dengan benar. Ord inal Ord inal


(41)

Mental Fisik HIV/AIDS Suatu kondisi dimana perawat merasa cemas/takut/kha watir dalam memberikan pelayanan keperawatan pasien HIV/AIDS Persiapan fisik perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS

a) Cuci tangan

untuk mencegah infeksi silang b) Pemakaian alat pelindung diri c) Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai d) Pengelolaan jarum dan benda tajam untuk mencegah perlukaan e) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan Kuisioner tentang kecemasan sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban :

1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Sering 4. Selalu Kuisioner tentang kesiapan fisik sebanyak 11 pertanyaan dengan pilihan jawaban : 1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering 4. Selalu

a) Baik : jika responden menjawab dengan total nilai 25-40 b) Kurang baik jika responden menjawab dengan total nilai 10-24 a) Baik : jika

responden menjawab dengan total nilai 26-44 b) Kurang baik jika responden menjawab dengan total nilai 10-25 Ord inal Ord inal


(42)

32 BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Kesiapan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai.

4.2Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Perawat yang bekerja di RSUD Kota Dumai di ruang rawat inapdan IGD yang berjumlah 173 orang.

4.2.2 Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode Simple

Random Sampling setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoadmojo, 2005). Penelitian ini dilakukan pada perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap dan IGD, dengan jumlah sampel sebanyak 64 orang.

Perhitungan besar sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus Notoadmojo (2005):


(43)

n= N 1+ N (d²) Keterangan :

N = Besar populasi

N = Besar sampel

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan

n= 173

1 + 173 (0,1²) n= 173

1 + 173 (0,01) n= 63,3

Berdasarkan perhitungan di atas, maka sampel yang digunakan adalah sebanyak 64 orang.

Pengambilan sampel dari tiap unit ditentukan dengan menggunakan rumus Isgiyanto (2009) :

n1 = N1 x n N

Keterangan :

n1 = Besar sampel yang harus diambil dari 1 unit N1 = Besar populasi dari 1 unit

N = Besar Populasi N = Besar sampel

n1 = 23 x 64 173


(44)

Tabel 4.1

Tehnik Pengambilan Sampel dari Tiap-Tiap Ruangan

NO Ruangan Populasi Sampel

1. IRNA A 23 9

2. IRNA B 24 9

3. IRNA C 19 7

4. IRNA D 19 7

5. VIP 19 7

6. VVIP 28 10

7. IGD 30 11

8. HIGHCARE 11 4

Jumlah 173 64

Sampel diambil dari tiap unit dengan teknik lottery technique. Sampel yang diambil mempunyai beberapa ketetapan dan kriteria yang ditetapkan yaitu, perawat, bekerja di RSUD kota Dumai dirawat inap IGD dan bersedia menjadi responden.

4.3Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan di RSUD Kota Dumai pada bulan November 2012. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tipe B, rumah sakit pendidikan dan sampel penelitian jumlahnya tersedia.

4.4Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah institusi pendidikan mengirimkan surat persetujuan untuk dilakukan penelitian disampaikan kepada Direktur RSUD Kota Dumai dan pihak Direktur menyetujui penelitian tersebut dan memberikan balasannya kembali ke Instans i Pendidikan. Peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan kepada responden, kemudian peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka diminta kepada responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).


(45)

Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden. Kerahasiaan catatan mengenai responden dijamin dengan menggunakan inisial responden atau memberi kode pada masing- masing lembar kuesioner dan menyimpan instrumen penelitian selesai digunakan untuk kepentingan peneliti.

4.5Instrument Penelitian

Dalam pengumpulan informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data dalam bentuk kuesioner. Data lembar kuesioner berisi data demografi dan data quesione r tentang kesiapan Perawat.

4.5.1 Kuisioner Demografi

Kuesioner data demografi pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, pengalaman mengikuti pelatihan HIV/AIDS. Data demografi ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden dan sebagai pendukung untuk variabel penelitian.

4.5.2 Kuisioner Kesiapan Perawat

Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang dilakukan dengan kuesioner yang akan dibagikan, kemudian lemb aran kuesioner dibagi kepada perawat di RSUD kota Dumai untuk diisi dan dijawab sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner yang berisi tentang kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS. Jumlah pertanyaan tersebut sebanyak 32 pertanyaan, diantaranya 1-11 berisi tentang pengetahuan perawat tentang HIV AIDS, 12-21 berisi tentang kesiapan mental perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien


(46)

HIV/AIDS dan 22-32 berisi tentang kesiapan fisik perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS. Untuk kesiapan pengetahuan terdiri dari pertanyaan pilihan berganda jika jawaban benar nilainya 1 jika salah nilainya 0. Pilihan berganda terdiri dari 11 pertanyaan yaitu pada nomor 1-11.

Untuk kesiapan mental dan fisik terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Pada pertanyaan positif apabila responden menjawab selalu nilai nya 4, sering nilai nya 3, kadang-kadang 2, tidak pernah 1, pada pertanyaan negatif apabila responden menjawab selalu nilai nya 1, sering nilai nya 2, kadang-kadang nilai nya 3 dan tidak pernah nila nya 4. Pernyataan positif terdiri dari 13 pernyataan terdapat pada nomor 12, 14, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32 dan pernyataan negatif terdiri dari 7 pernyataan terdapat pada nomor 13, 15, 16, 17, 18, 19, 29.

Dalam penelitian ini indikator yang digunakan dalam mengkaji kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan yang terdiri dari tiga sub variabel yaitu kesiapan pengetahuan, mental dan fisik dikategorikan atas 2 kelas interval yaitu baik (47-95) dan kurang baik (0-47). Untuk kuisioner tentang kesiapan pengetahuan menggunakan pilihan berganda nilai terendah yang mungkin diperoleh oleh setiap responden adalah 0 dan nilai tertinggi 11. Berdasarkanrumus statistika P = rentang dibagi dengan banyak kelas (menurut sudjana, 1992). Dimana p merupakan panjang kelas, dengan rent ang (nilai tertinggi dikurang dengan nilai terendah) sebesar 11 (11-0) dan dibagi atas 2 kategori kelas yaitu baik (6-11) dan kurang baik (0-5). Untuk kuisioner kesiapan mental terdiri dari 10 pernyataan dengan nilai terendah yang diperoleh dari setiap


(47)

responden adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 40. Rentang kelas sebesar 30 (40-10) dan banyak kelas yang diinginkan 2 yaitu, baik (25-40), kurang baik (10-24). Untuk kuisioner kesiapan fisik terdiri dari 11 pernyataan dengan nilai terendah yang diperoleh dari setiap responden adalah 11 dan nilai tertinggi adalah 44 rentang kelas sebesar 30 (44-11). Dan banyak kelas yang diinginkan 2 yaitu, baik (28-44), kurang baik (11-27). Untuk mengukur kesiapan perawat secara keseluruhan terdiri dari 2 kelas yang di inginkan baik (total kesiapan baik dibagi tiga) dan kurang baik (total kesiapan kurang baik dibagi tiga).

4.6Validitas dan Reliabilitas instrumen 4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoadmojo, 2005). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang yang dikumpulkan (Arikunto, 2002). Untuk kuisioner kesiapan perawat uji validitas ini menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan sebuah instrument pengukuran yang mengukur sampai sejauh mana instrumen tersebut dapat mewakili faktor yang diteliti. Beberapa ahli yang menguasai topik studi tersebut kemudian diminta untuk menguji setiap poin dan untuk menilai seberapa jauh poin dan instrumen keseluruhan mewakili area isi yang tadi sudah ditetapkan (Dempsey, dkk, 2002). Dalam penelitian ini dilakukan uji validitas isi oleh tiga orang ahli dibidang HIV/AIDS di RSUD kota Dumai.


(48)

4.6.2 Uji Reliabilitas

Demsey, P. (2002) menjelaskan Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana instrument cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu. Untuk kuisioner kesiapan

perawat pelaksanaan uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Cronbach Alpa

dengan menggunakan program komputerisasi, pada 30 orang perawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan hasil 0, 818. Dari hasil analisis Cronbach Alpa tersebut dinyatakan bahwa kuisioner penelitian ini telah memenuhi nilai reliable, karena berdasarkan tabel taraf significant yang reliabel diperlukan 0, 463 (Aziz. A, 2009).

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU), mengirim surat ijin dari permohonan izin institusi pendidikan ketempat penelitian (RSUD Kota Dumai), peneliti hadir di RSUD Kota Dumai untuk bertemu responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya, memberikan lembar persetujuan menjadi responden dan melakukan observasi, menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur yang dilakukan dan manfaat penelitian, peneliti membagi kuesioner dan meminta responden untuk mena ndatangani lembar persetujuan menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian, setelah mendapat persetujuan responden, pengumpulan data


(49)

dimulai dengan waktu 15 menit, setelah dibagi dikumpulkan dan diperiksa, data yang tidak lengkap dilengkapi saat itu juga.

4.8 Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah – langkah yaitu memeriksa kembali semua kuisioner yang telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuisioner telah diisi sesuai dengan petunjuk (editing). Memberikan kode tertentu pada kuisioner yang telah diajukan untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (coding). Untuk mempermudah analisa data, pengolahan dan pengambilan kesimpulan melakukan tabulasi (tabulating). Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengo lahan dan secara komputerisasi. Disajikandalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai.


(50)

40 BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD kota Dumai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012. Dengan jumlah responden sebanyak 64 orang perawat di RSUD kota Dumai. Hasil penelitian ini diuraikan dalam empat bagian yaitu: karakteristik responden, kesiapan pengetahuan, kesiapan mental dan kesiapan fisik perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di RSUD kota Dumai.

5.1Hasil penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden, berdasarkan latar belakang pendidikan responden paling banyak adalah DIII keperawatan sebanyak 57 orang (89,1%). Sedangkan berdasarkan, masa kerja diperoleh data yang bekerja selama 1-5 tahun sebanyak 38 orang (59,4%). Mayoritas responden tidak pernah mengikuti pelatihan HIV/AIDS sebanyak 61 orang (95,3%). Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(51)

Tabel 5.1. Deskripsi karakteristik responden tentang Kesiapan Perawat dalam memberikan Pelayanan Keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai (n=64)

No Karakteristik Responden Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1 Tingkat pendidikan

SPK AKPER Sarjana Keperawatan 3 57 4 4,7% 89,1% 6,3%

2 Lama Bekerja

<1tahun 1-5 tahun 5-10 tahun >10 tahun 4 38 16 6 6,3% 59,4% 25,0% 9,4%

3 Pelatihan HIV/AIDS

Pernah Tidak pernah 3 61 4,7% 95,3%

5.1.2 Kesiapan Perawat

Pada tabel 5.2. hasil analisa untuk kesiapan perawat diperoleh bahwa perawat yang memiliki kesiapan baik yaitu 45 perawat(69,77%) dan perawat yang memiliki kesiapan yang kurang baik yaitu 19 perawat (30,23%).

Tabel 5.2. Kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai (n=64)

No Variabel

Baik Kurang baik

Frekuensi (n)

Persentase Frekuensi (n)

Persentase


(52)

Pada tabel 5.3 hasil analisa untuk ketiga sub variabel kesiapan yaitu kesiapan pengetahuan, kesiapan mental dan kesiapan fisik pada perawat, diperoleh bahwa mayoritas perawat memiliki kesiapan pengetahuan yang kurang baik yaitu 33 perawat (51,6%), 47 perawat (73,4%) memiliki kesiapan mental yang baik dan 56 perawat (87,5%) memiliki kesiapan fisik yang baik.

Tabel 5.3. Kesiapan pengetahuan, mental dan fisik perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS diRSUD Kota Dumai (n=64)

No Kesiapan Perawat

Baik Tidak baik

Frekuensi (n)

Persentase Frekuensi (n)

Persentase

1 Kesiapan Pengetahuan 31 48,4% 33 51,6%

2 Kesiapan Mental 47 73,4% 17 26,6%

3 Kesiapan Fisik 56 87,5% 8 12,5%

5.2Pembahasan

5.2.1. Kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

Hasil penelitian tentang kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai didapatkan hasil bahwa sebagian besar perawat (67,79%) sudah memiliki kesiapan yang baik dalam memberikan pelayanan pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai. Halini mengambarkan bahwa perawat RSUD Kota Dumai mempunyai kesiapan dalam hal mental dan fisikseperti misalnya perawat tidak mengalami kesulitan jika kontak dengan pasien HIV/AIDS (71,9%), tetapi pengetahuannya kurang seperti

tentang gejala minor HIV/AIDS (29,7%), prinsip utama Universal Precaution


(53)

memulai pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan pekerjaan, apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar dan hasil yang baik. Kesiapan merupakan keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi, kondisi individu mencakup setidaknya tiga aspek yaitu kondisi fisik, mental, emosional, kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, ketrampilan dan pengetahuan.

5.2.2. Kesiapan Pengetahuan Perawat dalam memberikan Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian yang telah dilakukan lebih dari setengah responden memiliki pengetahuan yang kurang baik. Yang memberikan gambaran tentang masih adanya faktor yang mempengaruhi kurangnya pengetahuan pada perawat, terkait dengan pendidikan, pengalaman kerja dan juga pelatihan di ruang rawat inap, high care dan IGD.

Seperti misalnya tingkat pendidikan perawat yang bekerja di ruang rawat inap, high care dan IGD RSUD Kota Dumai mayoritas berpendidikan DIII (89,1%), dilihat dari masa kerja sebagian besar perawat di RSUD Kota Dumai mempunyai masa kerja 1-5 tahun (59,4%), dilihat dari pelatihan yang pernah diikuti oleh perawat hanya 4,7% perawat yang pernah mengikuti pelatihan HIV/AIDS hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, pengalaman, budaya, kepercayaan/agama.Notoatmodjo (2007) juga menyatakan bahwa semakin banyak sumber informasi yang didapat maka semakin tinggi tingkat pengetahuan


(54)

seseorang.Perawat di RSUD Kota Dumai harus mempunyai pengetahuan baik tentang HIV/AIDS agar dapat memberikan pelayanan menyangkut informasi atau pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS kepada pasien maupun kepada keluarga pasien seperti tentang gejala minor HIV/AIDS, pendiagnosaan HIV/AIDS, dan prinsip utama Universal Precaution. Sesuai dengan pernyataan Nursalam & Dian (2007) dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS perawat perlu mempunyai pemahaman yang benar mengenai AIDS dan perlu disebarluaskan.

5.2.3. Kesiapan MentalPerawat dalam memberikan Pelayanan Keperawatan

Di lihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa lebih dari setengah responden memiliki kesiapan mental baik. Hal ini menggambarkan bahwa perawat di RSUD Kota Dumai dalam memberikan pelayanan keperawatan padapasien HIV/AIDStidak merasa kesulitan, mau untuk kontak dan selalu bisa mendampingi pasien ketika dilakukan tindakan. Sejalan dengan pernyataan Nursalam & Dian. K (2007) dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS perawat mampu memberikan dukungan emosional, membuat pasien merasa nyaman; dihargai; dicintai dan diperhatikan. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang sering dengan pasien sehingga pasien tidak merasa sendiri dan telantarkan. Perawat di RSUD Kota Dumai lebih dari setengah (51,6%) tidak pernah mempunyai perasaan was-was dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS. Sejalan dengan Smeltzer& Bare(2008) yang menyatakan bahwa Perawat dari segala bidang


(55)

pekerjaan dapat diminta untuk dapat memberikan perawatan kepada penderita HIV. Dalam melaksanakan perawatan, mereka bukan saja menghadapi tantangan fisik penyakit yang bersifat epidemic tetapi juga masalah emosi dan etis.

5.2.3 Kesiapan Fisik Perawat dalam memberikan Pelayanan Keperawatan Pada penelitian tentang kesiapan fisik didapatkan hasil perawat di RSUD Kota Dumai memiliki kesiapan fisik yang mayoritas baik seperti mencuci tangan sebelum tindakan, memakai sarung tangan jika melakukan tindakan pada pasien HIV/AIDS, meletakkan limbah tajam, mendesinfeksi dan mensterilkan alat, melakukan prosedur kerja yang jelas yang sesuai dengan standar RSUD Kota Dumai pada pasien HIV/AIDS. Hal ini sejalan dengan pernyataan menurut Yanri (2005) pencegahan umum atau dengan kata lain “kewaspadaan universal (universal precaution)” merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi disarana pelayanan kesehatan yang telah dikembangkan oleh Departemen Kesehatan RI sejak tahun 1980-an. Penerapan pencegahan umum didasarkan pada keyakinan bahwa darah dan cairan tub uh sangat potensial menularkan penyakit baik yang berasal dari pasien maupun petugas kesehatan. Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal adalah menjaga hygiene individu, sanitasi ruangan, dan sanitasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu mencuci tangan, pemakaian alat pelindung diri seperti masker, kacamata pelindung, schort dan sepatu pelindung, pengelolaan alat bekas pakai, pengelolaan jarum dan benda tajam, pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa masih ditemukan kekurangan fasilitas universal precaution seperti kaca mata pelindung, schort


(56)

(celemek) dan sepatu pelindung. Pihak rumah sakit masih kurang dalam memberikan pengarahan tentang profilaksis pasca pajanan pada perawat di RSUD Kota Dumai salah satunya mengadakan test HIV bagi petugas kesehatan di RSUD Kota Dumai. Hal ini sejalan dengan Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (2011)yang menyatakan bahwa profilaksis pasca pajanan HIV merupakan tindakan pencegahan terhadap petugas kesehatan yang tertular HIV akibat tertusuk jarum, tercemar darah dari penderita atau mayat penderita HIV.


(57)

47 BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS diRSUD Kota Dumai. Penelitian ini dilakukan terhadap 64 responden yaitu perawat di RSUD

Kota Dumai. Pengambilan sampel dilakukan denga n cara simple random

sampling.

1. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa mayoritas pendidikan perawat di RSUD Kota Dumai yaitu AKPER sebanyak 57 responden (89,1%), mayoritas masa kerja responden selama 1-5 tahun sebanyak 38 responden (59,4%). Mayoritas responden tidak mengikuti pelatihan sebanyak 61 responden (95,3%).

2. Hasil penelitian tentang kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai didapatkan bahwa sebagian besar (69,77%) perawat memiliki kesiapan yang baik.

3. Hasil penelitian tentang kesiapan pengetahuan perawat di RSUD Kota Dumai

mayoritas kurang baik sebanyak 33 responden (51,6%).

4. Hasil penelitian tentang kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai untuk berdasarkan kesiapan mental mayoritas baik sebanyak 47 responden (73,4%)


(58)

5. Hasil penelitian tentang kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai untuk berdasarkan kesiapan fisik mayoritas baik sebanyak 58 responden (87,5%).

6.2Rekomendasi

1. Praktek Keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan hendaknya tenaga keperawatan harus aktif dan berinisiatif untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan baru tentang perkembangan ilmu keperawatan khususnya HIV/AIDS.

2. Rumah Sakit

Rumah sakit diharapkan agar berupaya meningkatkan pengetahuan tenaga pelayanan kesehatan terutama perawat tentang HIV/AIDS, profilaksis pasca pajanan. Selain pemberian pendidikan dan latihan dirumah sakit tentang HIV/AIDS secara rutin, hendaknya juga diberikan kesempatan kepada tenaga perawat dan memfasilitasi perawat untuk mengikuti seminar ataupun pelatihan resmi tentang HIV/AIDS. Pihak rumah sakit diharapkan dapat membuat ruangan rawat inap khusus untuk pasien HIV/AIDS dan ruangan bagi orang terkena pasca pajanan HIV/AIDS. Peneliti juga menyarankan agar fasilitas seperti kacamata pelindung, schort, sepatu pelindung dilengkapi oleh pihak rumah sakit agar rumah sakit lebih siap lagi dalam memberikan pelayanan pada pasien HIV/AIDS.


(59)

3. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini hanya menunjukkan gambaran tentang kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai. Hal ini dapat dijadikan sebagai sumber data baru bagi penelitian selanjutnya yang lebih menekankan pada pengaruh kesiapan perawat terhadap penanganan pasien HIV/AIDS.

4. Pendidikan Keperawatan

Dalam bidang pendidikan keperawatan hendaknya diberikan materi perkuliahan yang lebih mendalam tentang kesiapan perawat dalam menangani pasien HIV/AIDS sehingga pendidikan keperawatan memiliki lulusan tenaga perawat yang trampil dalam penanganan pasien HIV/AIDS.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2010). Blood safety and HIV, diambil dari

www.avert.org/aids.htmpada tanggal 15 maret 2012

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta

Dail, S. (2007). Infeksi Menular Seksual, Jakarta: FKUI Dempsey, P.A. (2002). Riset Keperawatan, Jakarta: EGC

Dinkes Kota Dumai. (2011). Laporan HIV/AIDS. Dinas Kesehatan Kota Dumai. Ditjen PP danPL Kemenkes RI. (2011). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia,

Jakarta

Djoerban,Z. (1999). Ikhtiar memahami HIV dan ODHA, Yogyakarta: Galang

Press

Granich,R. (2010). Ancaman HIV dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Insist

Press

Hidayat, A.A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah,

Surabaya: Salemba Medika

Hudak, C, Gallo, B. (1996). Keperawatan Kritis, Jakarta: EGC

Ibrahim, K. (2007). Hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam

pelaksanaan teknik pencegahan umum perawat dalam pencegahan

penularan HIV/AIDS. (Online) http://

resources.unpad.ac.id/unpad-content/.../1A%20Laplit%20garut.pdfpada tanggal 29 maret 2012

Isgiyanto, A. (2009). Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Non-Eksperimental. Jogjakarta. Mitra Cendikia.

Isselbacher. (2000). Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: EGC

Iqbal, M. (2010). Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Prilaku Perawat Dalam

Pemberian Asuhan keperawatan Pada Pasein Terinfeksi HIV/AIDS. (Online) publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/2613/1652 pada tanggal 30 maret 2012


(61)

Muninjaya G. (1999). AIDS di Indonesia Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya. Jakarta: EGC

Murtiastutik, D. (2007). Infeksi Menular Seksual, Jakarta: Airlangga University Press

Nasronudin. (2007). Konseling, Dukungan, Perawatan, dan Pengobatan ODHA,

Surabaya: Airlangga University Press

Nursalam, Dian.K. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV.

Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan Ketiga,

Jakarta: Rhineka Cipta

Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Panduan praktis pedoman pelayanan penderita HIV/AIDS difasilitas kesehatan TNI-Angkatan Darat. (2011). Direktorat kesehatan angkatan darat. Jakarta Rachimhadhi, T. (1999). Sindroma AIDS Penanggulangan penyebarannya dalam

praktek dokter gigi, Jakarta: EGC

RSUD Kota Dumai. (2011). Profil RSUD Kota Dumai. RSUD Kota Dumai. Slameto. (1995). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Smart, T. (2009). Memperhatikan perawat dalam menghadapi HIV dan TB.

http://spiritia.or.id. Dibuka 29 maret 2012.

Smeltzer, S, Bare, B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Vol 2. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Soedarto. (2009). Penyakit Menular di Indonesia, Jakarta: CV Sagung Seto Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan, Jakarta: EGC

Tengadi. (1996). Petunjuk Penting AIDS, Jakarta: EGC


(62)

Verhaak, C, Iman, R. (1991). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yanri, Z. (2005). Pedoman bersama ILO/WHO tentang pelayanan kesehatan dan

HIV/AIDS, direktorat pengawasan kesehatan kerja, direktorat jendral


(63)

(64)

Lampiran 1

Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kesiapan Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS di

RSUD Kota Dumai Oleh:

Ummi Umaina

Saya , Ummi Umaina mahasiswa Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD kota Dumai. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dan syarat kelulusan menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, di mana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk menggundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangani formulir ini.

Medan


(65)

Lampiran 2 INSTRUMEN PENELITIAN

KESIAPAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS DI RSUD KOTA DUMAI Petunjuk pengisian :

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar sesuai dengan situasi dan kondisi anda saat ini, dengan memberi tanda check list ( v ) pada kotak yang telah disediakan.

I. Data Responden

Nomor :

Umur :

Jenis Kelamin : ( ) laki- laki

( ) perempuan

Pendidikan : ( ) SPK

( ) AKPER

( ) S1 Keperawatan

Masa kerja : ( ) < 1 Tahun

( ) 1-5 tahun ( ) 5-10 tahun ( ) > 10 tahun


(66)

Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan mengenai HIV/AIDS, baik yang diadakan oleh RSUD Kota Dumai atau Institusi lain?

Ya/Tidak*)

Jika ya, sebutkan tahun terakhir pelatihan tersebut, sebutkan!

……… ……… ……… Sebutkan alat Universal Precaution yang tersedia diruangan anda dan jumlahnya, jika tersedia seberapa seringkah Anda menggunakannya untuk pasien HIV/AIDS!

……… ……… ………

Petunjuk I.

Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap benar dengan memberikan tanda silang. Bacalah dengan cermat.

1. Apakah yang dimaksud dengan AIDS?

a. Kumpulan gejala penyakit yang diakibatkan menurunnya sistem

kekebalan tubuh

b. Penyakit yang disebabkan oleh hepatitis B

c. Suatu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk demam berdarah


(67)

2. Yang merupakan gejala mayor pada pasien HIV/AIDS adalah…. a. Penurunan berat badan > 10% berat badan

b. Batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan c. Pruritus dermatitis menyeluruh d. Kandidiasis orofaringeal

3. Yang merupakan gejala minor pada HIV/AIDS adalah…..

a. Batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan b. Penurunan berat badan > 10% berat badan c. Diare kronis lebih dari 1 bulan

d. Demam lebih dari 1 bulan

4. Apakah yang diserang oleh virus HIV?

a. System kekebalan tubuh (imun)

b. Saraf

c. Mata

d. Kulit

5. Seseorang dicurigai menderita AIDS apabila mengalami….

a. 2 gejala mayor dan 1 gejala minor b. 1 gejala mayor dan 2 gejala minor c. 1 gejala mayor dan 1 gejala minor d. 2 gejala mayor saja

6. HIV/AIDS menular melalui media yaitu kecuali…

a. Darah


(68)

c. Air susu d. Air liur

7. Salah satu pencegahan penyakit HIVdipelayanan kesehatan adalah…

a. Melaksanakan Universal Precaution

b. Memberi penyuluhan kepada pasien

c. Mengisolasi pasien

d. Memberi pasien obat sebanyak-banyaknya

8. Prinsip utama Universal Precaution adalah….. a. Hygiene Individu

b. Sanitasi ruangan c. Sanitasi peralatan d. A,B,C benar.

9. Universal Precaution merupakan…..

a. Salah satu pengendalian infeksi disarana pelayanan kesehatan b. Tindakan pencegahan terhadap petugas yang tertular HIV c. Pemantauan antibody pada yang sudah terpapar

d. Menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat kesehatan 10.Profilaksis Pasca Pajanan adalah….

a. Tindakan pencegahan pasien keracunan

b. Tindakan pencegahan pasien kecelakaan

c. Tindakan pencegahan terhadap petugas yang tertular HIV d. Tindakan pencegahan terhadap Hygiene individu dan ruangan


(69)

11.Yang bukan termasuk komponen utama Universal Precaution adalah… a. Pengelolaan instrument tajam

b. Pemakaian Alat pelindung diri c. Pembersihan lingkungan

d. Pemberian ARV dan memantau efek sampingnya

Petunjuk II.

Berilah tanda (v) pada kolom yang tersedia yang mewakili pendapat anda

NO Pernyataan Tidak

pernah

Kadang-kadang Sering Selalu

12. Ada Perhatian Rumah sakit terhadap kemungkinan timbulnya bahaya penularan HIV/AIDS 13. Saya merasa terganggu bila ada

pasien HIV/AIDS

14. Saya memberikan edukasi yang benar tentang HIV/AIDS kepada pasien, keluarga dan masyarakat. 15. Saya merasa enggan untuk kontak

dengan pasien

16. Saya merasa kesulitan dalam melayani pasien HIV karena kurangnya kemampuan saya. 17. Saya mengalami ketegangan dalam

berinteraksi dengan pasien

18. Saya merasakan was-was ketika

kontak dengan pasien

19. Tugas saya saat ini tidak sesuai dengan keahlian dan pengalaman saya

20. Saya mendampingi pasien

HIV/AIDS disaat dilakukan

tindakan

21. Saya merasa siap jika ada pasien HIV/AIDS


(1)

PERMOHONAN

VALIDITAS KUISIONER PENELITIAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ummi Umaina

Nim : 111121087

Jurusan : Keperawatan

Judul Penelitian : Kesiapan Perawat dalam memberikan Pelayanan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai.

Dengan ini mengajukan permohonan kepada dr. Amrizal Amir. Sppd, dr. Rita Novery, Ns. Jenita S.Kep untuk melakukan validitas kuisioner yang saya buat, sebagaimana sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Medan, 6 Agustus 2012 Yang membuat Permohonan

Ummi Umaina Mengetahui

Dosen Pembimbing

Yesi Ariani, S. Kep, Ns, M.Kep Nip: 198009092005012004


(2)

Lampiran 12 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden tentang Kesiapan Pengetahuan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai.

No Pernyataan Benar Salah

F % F %

1 Pengertian AIDS 47 73,4 17 26,6

2 Gejala Mayor HIV/AIDS 40 62,5 24 37,5

3 Gejala Minor HIV/AIDS 19 29,7 45 70,3

4 Patofisiologi HIV/AIDS 42 65,6 22 34,4

5 Pendiagnosaan HIV/AIDS 31 48,4 33 51,6

6 Penularan HIV/AIDS 35 54,7 29 45,3

7 Pencegahan HIV di Pelayanan Kesehatan 35 54,7 29 45,3 8 Prinsip Utama Universal Precaution 30 46,9 34 53,1 9 Pengertian Universal Precaution 33 51,6 31 48,4 10 Komponen Utama Universal Precaution 34 53,1 30 46,9 11 Pengertian Profilaksis Pasca Pajanan 32 50 32 50

Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden tentang Kesiapan Mental Perawat dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai.

No Pernyataan

Tidak pernah

Kadang

-kadang Sering Selalu

F % F % F % F %

1 Perhatian Rumah Sakit terhadap penularan HIV/AIDS

12 18,8 9 14,1 25 39,1 18 28,1 2 Terganggu bila ada pasien

HIV/AIDS

22 34,4 14 21,9 12 18,8 16 25 3 Edukasi HIV/AIDS kepada

pasien, keluarga dan masyarakat

17 26,6 7 10,9 24 37,5 16 25 4 Enggan kontak dengan pasien

HIV/AIDS

9 14,1 31 48,4 10 15,6 14 21,9 5 Kesulitan dalam memberikan

perawatan Pasien HIV/AIDS

46 71,9 5 7,8 9 14,1 4 6,3 6 Ketegangan ketika berinteraksi

dengan pasien HIV/AIDS

39 60,9 7 10,9 10 15,6 8 12,5 7 Was-wasketika kontak dengan

pasien

34 53,1 15 23,4 9 14,1 6 9,4 8 Tugas dan keahlian tidak sesuai

dengan keahlian

33 51,6 8 12,5 18 28,1 5 7,8 9 Mendampingi pasien HIV/AIDS 12 18,8 7 10,9 36 56,3 9 14,1 10 Siap jika menghadapi pasien

HIV/AIDS


(3)

Fisik Perawat dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai.

No Pernyataan

Tidak pernah

Kadang

-kadang Sering Selalu

F % F % F % F %

1 Memakai sarung tangan 5 7,8 6 9,4 28 43,8 25 39,1 2 Memakai masker 5 7,8 17 26,6 20 31,3 22 34,4 3 Mencuci tangan 4 6,3 9 14,1 20 31,3 31 48,4 4 Meletakkan limbah tajam 2 3,1 7 10,9 19 29,7 36 56,3 5 Mendesinfeksi alat bekas pakai 6 9,4 8 12,5 17 26,6 33 51,6 6 Mensterilkan alat bekas pakai 4 6,3 7 10,9 18 28,1 35 54,7 7 Mendapatkan fasilitas

Universal precaution

18 28,1 19 29,7 17 26,6 10 15,6 8 Kecelakaan tertusuk jarum 43 67,2 11 17,2 5 7,8 5 7,8 9 Pengarahan profilaksis pasca

pajanan

28 43,8 16 25 10 15,6 10 15,6 10 Tes HIV bagi petugas

kesehatan

34 53,1 12 18,8 8 12,5 10 15,6 11 Prosedur kerja yang jelas 11 17,2 7 10,9 23 35,9 23 35,9


(4)

Lampiran 13 TAKSASI DANA

A. Persiapan Proposal

1. Fotokopi materi dan pembelian buku = Rp. 300.000 2. Pencarian materi dari internet = Rp. 100.000

3. Print proposal = Rp. 100.000

4. Penggandaan dan penjilidan proposal = Rp. 50.000

5. Transportasi = Rp. 200.000

B. Pengumpulan dan Analisa Data

1. Print lembar persetujuan dan lembar observasi = Rp. 20.000

2. Print kuesioner = Rp. 80.000

3. Biaya survey awal = Rp. 150.000

4. Biaya pengumpulan data = Rp. 250.000

5. Biaya transportasi = Rp. 250.000

C.Penyusunan hasil perbaikan

1. Print Perbaikan Laporan Skripsi = Rp. 100.000 2. Penggandaan dan penjilidan laporan penelitian = Rp. 50.000

D.Biaya tak terduga = Rp. 150.000


(5)

Tabel Waktu Pelaksanaan Proposal dan Skripsi

Nama : Ummi Umaina

Nim : 111121087

Judul penelitian : Kesiapan Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai Tahun 2012

Dosen pembimbing : Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep

No Kegiatan 2012 2013

Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb 1. Pengajuan Judul

2. Survey Awal

3. Penyelesaian dan Bimbingan Proposal dari BAB I - 4 4. Sidang Proposal

5. Perbaikan Propsal 6. Penelitian

7. Bimbingan skripsi dari BAB 5-6 8. Sidang Skripsi


(6)

Lampiran 15 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ummi Umaina

Tempat/Tanggal lahir : Dumai, 19 Agustus 1982 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Datuk Laksamana Gg. Mawar No. 380 Dumai-Riau Pendidikan :

1. SD Negeri Buluh Kasap 012 Dumai 1989-1995 2. SMP Negeri Karang Anyar Dumai tahun 1995-1998 3. SPK DepKes RI Pekanbaru-Riau tahun 1998-2001 4. Akademi Keperawatan Payung Negeri tahun 2001-2004 5. Fakultas Keperawatan USU Tahun 2011