Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

(1)

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT

PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP

RSUD KOTA DUMAI

TAHUN 2012

SKRIPSI

Hafsah Jumaini 111121083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

i

PRAKATA

Segala Puji kepada Allah SWT atas segala berkat rahmat dan hidayah Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya dengan judul “Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai”. Peneliti menyadari dalam penelitian in i masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi serta bahasa yang digunakan, hal ini dikarenakan pengetahuan dan kemampuan peneliti masih terbatas. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun agar penelitian ini dapat menjadi lebih baik dikemudian hari.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Syaiful selaku Direktur Rumah Sakit Umum Dumai.

3. Achmat Fathi, S.Kep, Ns. MNS selaku dosen pembimbing Proposal dan Skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Cholina Trisa Srg, S.Kep, Ns. M. Kep, Sp. KMB selaku dosen penguji I Proposal dan Skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 5. Setiawan, S. Kp, MNS, Ph. D selaku dosen penguji II Proposal di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ikram, S. Kep, M. Kep selaku dosen penguji II skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(4)

ii

7. Diah Arrum, S.Kep, M.Kep, selaku dosen pembimbing Akademik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

9. Orang yang paling spesial Ayahanda Zulkifli Syam, ibunda Maryati, kakanda Desliana fadillah beserta suami Juliadi, serta adinda Ridha rahman, Riduwan, Suryawati yang telah banyak memberikan dukungan serta doa yang menjadi inpirasi dalam menggapai kesuksesan.

10.Suami tercinta dan ananda tersayang: Rudy Samsuria dan Rahma Suryani “Thanks for your love and all your motivation”.

11.Rekan-rekan mahasiswa jalur B stambuk 2012 di Fakultas Keperawatan USU semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas kebersamaannya, support serta semangat yang selalu kalian berikan.

Akhir kata peneliti sekali lagi mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Medan, 5 Februari 2013

Penulis


(5)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah... 6

3. Pertanyaan Penelitian... 6

4. Tujuan Penelitian ... 6

5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Stres... 9

1.1. Defenisi Stres ... 9

1.2. Sumber Stres ... 9

1.3. Tahapan Stres ... 10

1.4. Tingkatan Stres ... 12

1.5. Tanda-tanda Stres... 12

2. Stres Kerja... 13

2.1. Defenisi Stres Kerja ... 13

2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja ... 14

2.3. Dampak Stres Kerja ... 16

2.4. Cara Mengatasi Stres Kerja... 17

3. Kinerja... 18

3.1. Defenisi Kinerja ... 18


(6)

iv

3.3. Evaluasi Kinerja ... 18

3.4. Proses Keperawatan ... 19

3.5. Standar Instrumen Penilaian kinerja ... 21

4. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat... 24

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 25

2. Kerangka Operasional... 27

3. Hipotesa Penelitian ... 28

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian... 29

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4. Pertimbangan Etik... 32

5. Instrumen Penelitian ... 32

6. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 35

7. Prosedur Pengumpulan Data ... 37

8. Analisa Data ... 38

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 40

1.1. Karekteristik responden ... 40

1.2. Stres Kerja... 41

1.3. Kinerja Perawat... 42

1.4. Analisa Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat ... 42

2. Pembahasan... 43

2.1. Stres Kerja... 43

2.2. Kinerja Perawat... 45

2.3. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat... 46


(7)

v

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ... 49

2. Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 53

Lampiran-lampiran ... 55

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 56

2. Instrumen Penelitian……….... 57

3. Lembar Bukti Bimbingan ... 63

4. Lembar Surat Pengambilan Data Dari Fakultas Keperawatan ... 65

5. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data Dari RS ... 67

6. Lembar Surat Pengambilan Data Penelitian Dari Fakulta Keperawatan... 68

7. Lembar Surat Izin Penelitian Dari RS ... 70

8. Lembar Surat Selesai Penelitian ... 71

9. Uji Reliabilitas ... 72

10.Korelasi ... 80

11.Taksasi Dana ... 81

12. Jadwal Pelaksanaan Proposal dan Skripsi... 82


(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kerangka Operasional Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja

Perawat Pelaksana ... 27

Tabel 4.1. Tehnik Pengambilan Sampel Dari Tiap-tiap Ruangan ... 31

Tabel 4.2. Kuesioner Stres Kerja ... 33

Tabel 4.3. Kuesioner Kinerja Perawat Pelaksana ... 35

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karekteristik Responden... 40

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tingkat Stres Kerja ... 41

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kinerja Perawat... 42

Tabel 5.4. Hasil Uji Statistik Pearson Correlation... 42


(9)

vii

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Stres Kerja Dengan


(10)

viii

Judul : Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

Penulis : Hafsah Jumaini

Nim : 111121083

Jurusan : Sarjana Keperawatan (SKep) Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu. Saat ini perawat merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja. Stres kerja tersebut disebabkan adanya tuntutan pekerjaannya yang semakin kompleks, karena tugas dan tanggung jawab perawat bukanlah hal yang ringan untuk dipikul. Hal ini yang bisa menimbulkan stres kerja pada perawat. Tingkat stres yang tinggi yang dihadapi oleh perawat didalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi ritme kinerja para perawat.

Desain penelitian adalah deskriptif hubungan/korelasi yaitu penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel dengan jumlah sampel 45 orang, menggunakan Simple Random Sampling, dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang berjumlah 38 pernyataan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Berdasarkan uji yang dilakukan didapat hasil p = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,682, menunjukkan hubungan yang kuat, penelitian bersifat positif. Stres kerja perawat mayoritas kategori sedang (42,2%), kinerja perawat mayoritas cukup (48,9%). Kesimpulan penelitian ini, stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan, yang disebabkan oleh stresor yang datang dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan, organisasi dan individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja antara lain tuntutan fisik, tuntutan peran dan tuntutan interpersonal. Kinerja merupakan suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja. Faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain pengetahuan, pengalaman dan kepribadian.


(11)

viii

Judul : Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

Penulis : Hafsah Jumaini

Nim : 111121083

Jurusan : Sarjana Keperawatan (SKep) Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu. Saat ini perawat merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja. Stres kerja tersebut disebabkan adanya tuntutan pekerjaannya yang semakin kompleks, karena tugas dan tanggung jawab perawat bukanlah hal yang ringan untuk dipikul. Hal ini yang bisa menimbulkan stres kerja pada perawat. Tingkat stres yang tinggi yang dihadapi oleh perawat didalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi ritme kinerja para perawat.

Desain penelitian adalah deskriptif hubungan/korelasi yaitu penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel dengan jumlah sampel 45 orang, menggunakan Simple Random Sampling, dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang berjumlah 38 pernyataan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Berdasarkan uji yang dilakukan didapat hasil p = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,682, menunjukkan hubungan yang kuat, penelitian bersifat positif. Stres kerja perawat mayoritas kategori sedang (42,2%), kinerja perawat mayoritas cukup (48,9%). Kesimpulan penelitian ini, stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan, yang disebabkan oleh stresor yang datang dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan, organisasi dan individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja antara lain tuntutan fisik, tuntutan peran dan tuntutan interpersonal. Kinerja merupakan suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja. Faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain pengetahuan, pengalaman dan kepribadian.


(12)

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Stres kerja merupakan salah satu masalah yang serius didunia bahkan stres ditempat kerja bisa membebani perusahaan dengan biaya yang mahal karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

Annual Labour Day Survey (2001) melaporkan bahwa 1 dari 5 orang

penduduk Amerika mengalami stres kerja disepanjang hidup mereka. Survei ini juga dilakukan oleh Yale University and The Families Work Institute

yang mengatakan bahwa 40% pekerja di Amerika juga mengalami stres berat berkaitan dengan pekerjaan mereka (Akramunnas, 2009).

Selye (1950, dikutip dari Hidayat, 2007) mengatakan bahwa stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Artinya bila seseorang yang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, yang menyebabkan orang tersebut dapat mengalami stres. Sebaliknya apabila seseorang yang dengan beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang itu tidak akan mengalami stres.

Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. Bentuk stresor yang menunjukkan suatu


(13)

kebutuhan yang tidak terpenuhi bisa saja didapat dari kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural (Potter & Perry, 2005).

Rosiana (2008) mengatakan bahwa saat ini perawat merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja. Stres kerja tersebut disebabkan karena adanya tuntutan pekerjaannya yang semakin kompleks. Pernyataan ini didukung juga oleh Robbins (1998, dalam Rosiana, 2008) yang mengatakan bahwa perawat yang bekerja di dalam bidang kesehatan cenderung mempunyai tingkat stres yang tinggi, karena tugas dan tanggung jawab perawat bukanla h hal yang ringan untuk dipikul. Hal inilah yang bisa menimbulkan stres kerja pada perawat. Tingkat stres yang tinggi yang dihadapi oleh perawat didalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan secara tidak langsung akan mempengaruhi ritme kinerja para perawat yang dituntut untuk memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan skill, knowledge

dan kemampuan psikologis dalam menghadapi tantangan kerja pada perawatan pekerjaan untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada pasien dan keluarganya.

Febriani (2009) mengatakan bahwa perawat merupakan salah satu komponen utama dalam pemberian layanan kesehatan, sehingga memiliki peranan penting terkait dengan mutu layanan kesehatan yang diberikan. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang sering bertemu dengan pasien


(14)

tidak memungkinkan juga perawat bisa mengalami stres. Semakin banyak jumlah pasien yang dirawat dan semakin beragamnya penyakit serta tingkat kebutuhan juga bisa memicu terjadinya stres. Dari satu sisi, seorang perawat harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup pasien yang dirawatnya. Disisi lain, keadaan psikologis perawat sendiri juga harus tetap terjaga. Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan rasa tertekan pada perawat, sehingga perawat mudah mengalami stres. Stres yang berlebihan akan berakibat buruk terhadap individu untuk berhubungan langsung dengan lingkungan secara normal. Akibatnya kinerja perawat menjadi buruk dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap organisasi dimana mereka berkerja.

Hasil survey Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2006 dalam Febrianti (2009) yang melaporkan bahwa sekitar setengah (50,9 %) perawat Indonesia yang bekerja di empat provinsi mengalami stres kerja, dengan keluhan yang sering dialami yaitu pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena adanya beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji yang rendah serta insentif yang tidak memadai.

Penelitian lain yang dilakukan terkait stres kerja , stres kerja yang dialami perawat dapat membantu dalam meningkatkan kinerja dan bisa juga dapat menyebabkan menurunnya kinerja. Seperti hasil penelitian Yesi (2010) yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat stres kerja perawat dengan tingkat kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit


(15)

Umum (RSUD) Pasaman Barat dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah persen (67,5%) responden memiliki tingkat stres kerja yang menengah dan sekitar setengah persen (52,5% ) responden memiliki kinerja baik.

Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Rony (2008) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang menunjukkan bahwa perawat yang dapat mengatasi stres kerja di Instalasi Gawat Darurat secara adekuat hanya sebesar 37,5%, sebagian besar perawat mengalami stres kerja dengan tingkat stres rendah sebesar 50% dan ditemui juga stres tingkat sedang, namun masih dalam persentase yang rendah yaitu 12,5%.

Kinerja perawat dirumah sakit terutama sebagai perawat pelaksana dapat dilihat dari hasil yang dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan. Dengan demikian pencapaian standar praktik keperawatan yang tinggi atau kinerja perawat yang tinggi dalam pelayanan keperawatan akan mempengaruhi tingkat kualitas dalam keperawatan. Asuhan keperawatan yang optimal merupakan salah satu indikator dari kinerja perawat. Oleh karena itu kinerja perawat harus selalu ditingkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan (Nathalia,R, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Joeharno (2008) menunjukkan bahwa tingkat kinerja perawat pelaksana memiliki kategori cukup sebesar 64,8% dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Lansirang.


(16)

Pada tanggal 26 April 2012 peneliti melakukan survey awal di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai terhadap 10 (sepuluh) orang perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap, didapatkan informasi bahwa perawat mengatakan stres yang dialami akibat adanya risiko penularan penyakit seperti TBC, Hepatitis, Flu Burung dan AIDS. Selain itu perawat juga mengatakan ada faktor lain yang menimbulkan stres kerja yaitu beban kerja yang berlebihan, adanya konflik/perselisihan antar teman sejawat, kesulitan dalam merawat pasien kritis, kurangnya perhatian dari pihak rumah sakit terhadap perlindungan perawat dari penyakit infeksi, dan sering terjadi miskomunikasi dengan keluarga pasien karena keluarga pasien merasa kurang puas dengan pelayanan dan kinerja perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Dumai merupakan sarana pelayanan kesehatan rujukan milik pemerintah Kota Dumai memiliki 8 (delapan) ruangan rawat inap dengan jumlah pasien yang dirawat pada setiap tahunnya mengalami peningkatan. Bertambahnya jumlah pasien yang dirawat dapat menimbulkan permasalahan bagi perawat, terutama perawat yang bertugas diruang rawat inap, untuk itu diperlukan perhatian khusus agar perawat mampu bekerja secara optimal sehingga menghasilkan pelayanan keperawatan yang bermutu dengan menggunakan proses keperawatan yang terstruktur dan sistimatis. Proses keperawatan inilah yang nantinya dapat dijadikan tolak ukur evaluasi kinerja bagi perawat.


(17)

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melihat fenomena nyata apakah ada hubungan antara stres kerja terhadap kinerja perawat pelaksana yang bekerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai?

3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana tingkat stres kerja yang dialami perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai?

2. Bagaimana tingkat kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai?

3. Apakah ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

4. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai.


(18)

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

a. Mengidentifikasi stres kerja yang dialami perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

b. Mengidentifikasi kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian : 1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Menambah wawasan dan memberikan informasi dalam bidang manajemen keperawatan, khususnya tentang stres kerja yang dialami perawat dan sebagai bahan masukan untuk institusi pendidikan dalam hal pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan terkait stres dan kinerja perawat di rumah sakit.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan stres kerja perawat dengan kinerja perawat diruang Rawat Inap RSUD Kota Dumai dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada perawat agar stres pada saat bekerja tidak mempengaruhi kinerjanya, sehingga mutu pelayanan keperawatan yang diberikan dapat menjadi lebih baik.


(19)

3. Bagi penelitian selanjutnya

Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian yang terkait di masa yang akan datang


(20)

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stres

1.1. Defenisi Stres

Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman atau tuntutan non-spesifik yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia. Stres pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia dalam melakukan tindakan. Perasaan stres terhadap situasi atau kondisi lingkungan ditempat kerja dapat diekspresikan sebagai: sikap yang pesimis, tidak puas, produktivitas rendah, dan sering absen (National Safety Council,

2003 ; Potter & Perry, 2005).

Imogene King dalam Asmadi (2008) mengatakan bahwa stres adalah suatu keadaan yang dinamis yang berlangsung setiap kali manusia berinteraksi dengan lingkungan yang bertujuan memelihara keseimbangan pertumbuhan, perkembangan dan perbuatan yang meliputi pertukaran energi dan informasi antara individu dan lingkungannya guna mengatur stresor.

1.2. Sumber Stres

Sumber stres merupakan asal penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat stresor seperti individu, keluarga, dan lingkungan. Sumber stres yang berasal dari dalam diri individu umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini


(21)

adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi maka dapat menimbulkan stres. Sumber stres dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan keadaan yang dinamakan stres begitu juga dengan sumber stres dalam masyarakat dan lingkungan umumnya, yang dapat dilihat dari hubungan pekerjaan yang secara umum disebut dengan stres pekerja karena lingkungan fisik, hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang (Hidayat, 2007).

1.3. Tahapan Stres

Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan. Menurut van Amberg (1979), tahapan stres dapat dibagi menjadi enam tahap. Tahap pertama merupakan tahapan yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat bekerja keras, penglihatannya tajam tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, kemudia n merasa senang akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang dimilikinya semakin berkurang. Tahap kedua, pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri-ciri adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung, denyut jantung berdebar-debar lebih keras


(22)

dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.

Tahap ketiga, pada tahap ini seseorang memiliki ciri-ciri adanya gangguan lambung dan usus seperti buang air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak senang, gangguan pola tidur seperti sukar untuk memulai waktu tidur, terbangun tengah malam, lemah dan terasa seperti tidak memiliki tena ga. Tahap keempat, pada tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari- hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, daya konsentrasi dan daya ingat menurun, dan adanya rasa ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya.

Tahap kelima, stres tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat. Tahap keena m, tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut mati dengan ditemukannya gejala seperti detak jantung semakin keras susah bernafas, terasa gemetar dan seluruh tubuh berkeringat, serta kemungkinan terjadi pingsan (Hidayat, 2007).


(23)

1.4. Tingkatan Stres

Potter & Perry (2005) membagi tingkatan stres menjadi tiga situasi yaitu situasi stres ringan, situasi stres sedang dan situasi stres berat. Situasi stres ringan merupakan stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan, stres ini berlangsung beberapa menit atau jam.

Sementara situasi stres sedang, berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari, misalnya perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga, sedangkan situasi stres berat, merupakan situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus- menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan.

1.5. Tanda-tanda stres

Agoes, dkk (2003) menjelaskan bahwa ada beberapa tanda atau gejala yang dapat menunjukkan ada tidaknya seseorang sudah atau belum terkena stres. Tanda-tanda stres pada umumnya dapat dilihat melalui perasaan, pikiran, perilaku, tubuh. Pada perasaan, tanda atau gejala yang dapat dilihat meliputi merasa khawatir, cemas, gelisah, merasa ketakutan, mudah marah, merasa suka murung, dan merasa tidak dapat menanggulanginya.

Tanda-tanda pada pikiran, hal ini meliputi penghargaan atas dirinya yang rendah, takut gagal, tidak mampu berkonsentrasi, mudah lupa, cemas


(24)

akan masa depannya, emosi dan tidak stabil. Pada perilaku, hal ini meliputi sulit bekerja sama, tidak mampu rileks, menangis tanpa alasan yang jelas, bertindak menurut kata hati, mudah terkejut, penggunaan obat-obatan dan alkohol meningkat, kehilangan nafsu atau selera makan. Pada tubuh, hal ini meliputi berkeringat, serangan jantung meningkat, menggigil atau gemetar, gelisah, mulut dan kerongkongan kering, sering buang air kecil, sakit kepala, tekanan darah tinggi, rentan terhadap penyakit, dan sulit tidur.

2. Stres Kerja

2.1. Defenisi Stres Kerja

Rini (2004) mengatakan stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu.Istinjo (2006) mengatakan bahwa stres pekerjaan dapat diartikan tekanan yang dirasakan karyawan karena tugas-tugas pekerjaan tidak dapat mereka penuhi. Artinya, stres muncul saat karyawan tidak mampu melawan apa yang menjadi tuntutan-tuntutan pekerjaan. Ketidakjelasan apa yang menjadi tanggung jawab pekerjaan, kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas, tidak ada dukungan fasilitas untuk menjalankan pekerjaan, tugas-tugas pekerjaan yang saling bertentangan, merupakan contoh pemicu stres.

Ilmi (2003) mengatakan bahwa stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan, yang


(25)

disebabkan oleh stresor yang datang dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan , organisasi dan individu.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja

Griffin (2004) mengatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi stres kerja antara lain tuntutan fisik, tuntutan peran, dan tuntutan interpersonal. Tuntutan fisik yang terkait dengan lingkungan kerja misalnya bekerja diluar ruangan dalam suhu yang sangat dingin atau panas,atau bahkan didalam ruangan yang tidak mempunyai AC, cahaya ruangan yang buruk, lingkungan kerja yang bising dan ruangan kerja yang sempit desain rua ngan yang buruk yang membuat pegawai kurang memiliki privasi atau menghambat interaksi sosial yang bisa menimbulkan stres. Tuntutan peran, tuntutan peran bisa terkait dengan ketidakjelasan peran atau konflik peran yang mungkin dialami individu dalam kelompok misalnya seorang pegawai yang merasa ditekan atasannya unt uk bekerja lebih panjang. Tuntut an interpersonal, merupakan stresor yang dikaitkan dengan hubungan dalam organisasi, walaupun dalam beberapa kasus hubungan interpersonal dapat mengurangi stres, hal ini juga dapat menjadi sumber stres ketika kelompok menekan individu atau ketika terjadi konflik. Konflik interpersonal terjadi ketika dua atau lebih individu merasakan bahwa sikap atau tujuan berbeda, kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk juga dapat menimbulkan stres yang cukup besar.


(26)

Dewe (1989, dikutip dalam Abraham, 1997) menyatakan bahwa penyebab stres kerja perawat terdiri dari beban kerja yang berlebihan seperti merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman dalam bekerja dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain seperti mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan dan gagal membentuk tim kerja dengan staf. Kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis seperti menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.

Kemudian dalam hal berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya bekerja dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional pasien, terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien atau keluarga dan merawat pasien sulit atau tidak kerjasama. Serta merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia, pasien nyeri kronis atau mereka yang meninggal selama dirawat.

Menurut National Safety Council (2004), penyebab atau sumber stres kerja dikelompokkan dalam tiga kategori. Penyebab organisasional, penyebab individual dan penyebab dari lingkungan. Faktor penyebab organisasional antara lain disebabkan karena kurangnya otonomi dan kreativitas, harapan,


(27)

tenggat waktu dan kuota yang tidak logis, relokasi pekerjaan, kurangnya pelatihan, karier yang melelahkan, hubungan dengan majikan (penyelia yang buruk), selalu mengikuti perkembangan teknologi (mesin faks,voice mail,dll),

Downsizing (bertambahnya tanggung jawab tanpa penambahan gaji),

pekerjaan dikorbankan (penurunan laba yang didapat). Penyebab Individual, antara lain pertentangan antara karier dan tanggung jawab keluarga, ketidakpastian ekonomi, kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja, kejenuhan, ketidakpuasan kerja, kebosanan, perawatan anak yang tidak adekuat, konflik dengan rekan kerja. Penyebab dari lingkungan yang bisa menjadi penyebab stres karena adanya kondisi lingkungan kerja yang buruk (pencahayaan, kebisingan, ventilasi, suhu, dll), diskriminasi ras, pelecehan seksual, kekerasan di tempat kerja, serta kemacetan saat berangkat dan pulang kerja.

2.3. Dampak Stres Kerja

Rini (2004) mengatakan bahwadampak stres kerja bagi individu adalah munculnya masalah- masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologis, dan interaksi interpersonal. Dampak bagi kesehatan, tubuh akan mudah terserang penyakit. Dampak psikologis, stres yang berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus- menerus, dan dampak secara interaksi interpersonal, akan sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan prilaku orang lain.


(28)

2.4. Cara Mengatasi Stres Kerja

Yates (1979, dikutip dari Rini 2004) mengatakan stres kerja sekecil apapun juga harus ditangani dengan segera. Ada delapan aturan main yang harus diikuti dalam mengatasi stres yaitumempertahankan kesehatan sebaik mungkin, dengan berbagai cara agar individu tidak jatuh sakit, menerima diri apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan serta kegagalan maupun keberhasilan sebagai bagian dari kehidupan yang dialami, tetap memelihara hubungan persahabatan yang indah dengan seseorang yang dianggap paling bisa untuk curhat.

Melakukan tindakan positif dan konstruktif dalam mengatasi sumber stres di dalam pekerjaan, misalnya segera mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaan, tetap selalu memelihara hubungan stres dengan orang-orang diluar lingkungan pekerjaan, misalnya, tenaga atau kerabat dekat, berusaha mempertahankan aktivitas yang kreatif diluar pekerjaan, misalnya berolahraga atau berekreasi, selalu melibatkan diri dalam pekerjaan-pekerjaan yang berguna, misalnya kegiatan stres dan keaga maan, serta menggunakan metode analisa yang cukup ilmiah dan rasional dalam melihat atau menganalisa masalah stres kerja.


(29)

3. Kinerja

3.1. Defenisi Kinerja

Gordon dalam Nawawi (2006), kinerja merupakan suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja.

3.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain pengetahuan, pengalaman dan kepribadian. Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja, mencakup jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti dibidangnya. Pengalaman, berkaitan dengan jumlah waktu atau lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan yang jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan suatu bidang tertentu. Kepribadian, berupa kondisi didalam diri seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti minat, bakat, kemampuan bekerjasama/ keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan sikap terhadap pekerjaan (Nawawi, 2006).

3.3. Evaluasi kinerja

Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku


(30)

pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi (Nursalam, 2008).

Menurut Nawawi (2006), mengatakan bahwa evaluasi kinerja merupakan kegiatan mengukur/menilai pelaksanaan pekerjaan yang hasilnya dijadikan umpan balik (feed back) untuk membuat keput usan mengenai keberhasilan atau kegagalan seseoarang pekerja dalam melaksanakan tugas pokoknya

3.4. Proses Keperawatan

Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Ada lima tahap proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi.

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan, dimulai perawat dengan menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk menyimpulkan data tentang klien. Pengkajian digunakan dalam peran kolaboratif perawat. Perawat membuat pengamatan klinis tentang klien, melaporkan situasi klien yang berhubungan degan masalah medis. Dalam peran mandiri memberikan perawatan kesehatan, perawat mengaji kebutuhan kesehatan klien dan melakukan intervensi.Pengkajian yang akurat penting untuk memastikan kebutuhan klien telah diidentifikasi dengan tepat.


(31)

Diagnosa keperawatan, setelah menyelesaikan pengkajian keperawatan, perawat melanjutkan pada diagnosa keperawatan yang merupakan penilaian khusus tentang respon individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan yaitu pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial terhadap masalah kesehatan, perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Perencanaan merupakan kategori dari prilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan diintervensi keperawatan dipilih untuk tujuan tersebut. Selama perencanaan dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarga klien, perawatan berkolaborasi dengan anggota tim perawatan kesehatan lainnya, memodifikasi asuhan dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawat kesehatan dan penatalaksanaan klinis.

Implementasi, implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan. Implementasi mencakup melakukan, membantu atau mengarah kinerja aktivitas kehidupan sehari- hari, memberikan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien. Selama implementasi, perawatan mengkaji kembali klien, memodifikasi rencana asuhan dan menulis kembali hasil yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan klien.


(32)

Evaluasi, tahap evaluasi dari proses keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah prilaku atau respon klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan stasus yang sehat. Selama evaluasi perawatan memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif.

3.5.Standar Instrumen Penilaian Kinerja Perawat dalam Melaksanakan Asuhan keperawatan

Penilaian kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien di dalam melaksanakan asuhan keperawatan digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawatan dala m melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan yang telah dijabarkan oleh PPNI (2000 dikutip dari Nursalam, 2008) yang mengacudalam keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Standar pertama yaitu pengkajian,pada pengkajian perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian yaitu, pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain. Standar kedua yaitu diagnosa keperawatan,pada diagnosa perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa


(33)

keperawatan. Kriteria proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi masalah pasien dan perumusan diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan terdiri dari masala h, penyebab, tanda atau gejala. Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainuntuk memvalidasi diagnosa keperawatan, melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data baru. Standar ketiga yaitu perencanaan keperawatan, pada perencanaan perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria pada perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan, bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan, perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien, mendokumentasikan rencana keperawatan. Standar keempat yaitu Implementasi, perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria, bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien, memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan, mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan yang berdasarkan respon pasien.


(34)

Standar kelima yaitu evaluasi keperawatan, perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawtan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Kriteria evaluasi terdiri dari,menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus, menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan, memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat, bekerjasama dengan pasien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan, mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Menurut Departemen Kesehatan (Depkes), 2005 bahwa instrument evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit dilihat dari beberapa aspek, yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi (perencanaan), implementasi (tindakan), evaluasi. Tahap pertama pengkajian terdiri dari mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian, data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spritual), data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang, masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan. Tahap kedua yaitu diagnosa yang terdiri dari diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES, merumuskan diagnosa keperawatan actual/potensial. Tahap ketiga yaitu intervensi yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan, disusun berdasarkan menurut urutan prioritas, rumusan tujuan mengandung komponen


(35)

pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria waktu, rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas, rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga, dan rencana tindakan menggambarkan kerjasama dengan tim kesehatan lain. Tahap implementasi, tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana keperawatan, perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan, revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi, semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas. Tahap evaluasi, pada tahap ini mengacu pada tujuan dan hasil evaluasi kemudian dicatat.

4. Hubungan stres kerja dengan kinerja perawat

Hubungan stres kerja dengan kinerja merupakan hubungan U terbalik, artinya semakin tinggi tingkat stres, tantangan kerja juga bertambah maka akan mengakibatkan prestasi juga bertambah, apabila tingkat stres sudah optimal maka akan menyebabkan gangguan kesehatan dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi kerja (Iswanto,1999 dan Higgins, 2000 dikutip dalam Ilmi, 2003).


(36)

25

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu (Rini, 2004). Adapun kerangka konsep dari stres kerja yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi stres kerja menurut Griffin, 2004 & Dewe, 1989 dalam Abraham, 1997 antara lain adalah tuntutan fisik, tuntutan peran, tuntutan interpersonal, beban kerja yang berlebihan, kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, dan kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis. Dimana faktor- faktor stres kerja perawat akan mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Gordon dalam Nawawi (2006) mengatakan bahwa kinerja merupakan suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja. Kinerja perawat yang akan diteliti dalam penelitian ini menggunakan standar praktik keperawatan yang telah dijabarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2000 dalam Nursalam, 2008 antara lain meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.


(37)

Skema 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat pelaksana

Variabel Independen Variabel Dependen

Stres Kerja - Tuntutan fisik - Tuntutan peran

- Tuntutan interpersonal (Griffin, 2004).

- Beban kerja yang berlebih - Kesulitan menjalin hubungan

dengan staf lain

- Kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis (Dewe, 1989 dikutip dalam

Abraham, 1997).

Kinerja Perawat - Pengkajian

- Diagnosa keperawatan - Perencanaan

- Implementasi

- Evaluasi(PPNI, 2000 dalam Nursalam, 2008).


(38)

2. Kerangka Operasional

Tabel 3.1

Kerangka Operasional

Hubungan stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana No Variabel Defenisi

Operasional

Alat ukur Skala ukur

Hasil ukur

1 Stres kerja Suatu keadaan stres yang dialami oleh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai akibat dari stresor yang datang dari lingkungan kerja. Stimulus yang muncul meliputi tuntutan fisik, tuntutan peran, tuntutan interpersonal, beban kerja yang berlebih dan kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain dan kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis. Kuesioner sebanyak 15 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1.Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3.Sering 4.Selalu

Ordinal Ringan: 15-30 Sedang: 31-45 Berat: 46-60


(39)

Tabel 3.1

Kerangka Operasional

Hubungan stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana

No Variabel Defenisi Operasional

Alat ukur Skala ukur

Hasil ukur

2. Kinerja perawat Suatu usaha yang dilakukan oleh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien diruang rawat inap. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi. Kuesioner sebanyak 23 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3.Sering 4.Selalu

Ordinal Baik : 70-92 Cukup: 47-69 Kurang: 23-46

3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu terdapat hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat inap Kota Dumai RSUD Kota Dumai.


(40)

29

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif korelasidengan cara melihat skor atau nilai rata-rata dari variabel stres kerja dengan variabel kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai. Koefisien korelasi yang diperoleh selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk menguji hipotesis penelitian yang dikemukakan dengan membuktikan apakah ada hubungan antara kedua variabel tersebut (Hidayat, 2007).

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1.Populasi Penelitian

Populasi penelitian merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai dengan kriteria ruangan yaitu : ruangan irna A, irna B, irna C dan irna D yang berjumlah 82 perawat.

2.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tehnik purposive sampling, yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang


(41)

dihendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian) sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Arikunto, 2006). Penelitian ini dilakukan pada perawat pelaksana yang bekerja di 4 unit instalasi rawat inap dengan jumlah sampel sebanyak 45 orang.

Perhitungan besar sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus Notoatmodjo (2005) :

n = N

1+ N (d²) Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan n = 82

1+ 82 (0,1²) n = 82 1+ 82 (0,01) n = 45,05

Pengambilan sampel dari setiap unit ditentukan dengan menggunakan rumus Isgiyanto (2009) :

N i x n ni =


(42)

Keterangan :

ni = Besar sampel yang harus diambil dari unit 1 Ni = Besar populasi dari unit 1

N = Besar Populasi n = Besar sampel

ni = 13,1

Tabel 4.1.

Tehnik Pengambilan Sampel dari Tiap-Tiap Ruangan

No Ruangan Populasi Sampel

1 IRNA A 24 13

2 IRNA B 21 11

3 IRNA C 19 10

4 IRNA D 18 11

Jumlah 82 45

Kriteria sampel yang diteliti adalah perawat pelaksana di Instalasi rawat Inap RSUD Kota Dumai di unit irna A, irna B, irna C dan irna D.

3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD Kota Dumai. Adapun pertimbangan pemilihan rumah sakit tersebut karena merupakan rumah

24 x 45 ni =


(43)

sakit tipe B, rumah sakit pendidikan, perawat bekerja selama 24 jam dan sampel penelitian jumlahnya tersedia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus- September 2012.

4. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini peneliti memberi penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian serta prosedur penelitian yang dilakukan. Jika responden bersedia diteliti maka diminta kepada responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden. Kerahasiaan catatan menge nai responden dijamin dengan menggunakan inisial responden atau memberi kode pada masing- masing lembar kuesioner dan menyimpan instrument penelitian selesai digunakan untuk kepentingan peneliti. (Nursalam, 2003).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner stres kerja disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dari faktor- faktor yang mempengaruhi stres kerja menurut Griffin, 2004 &Dewe, 1989 dalam Abraham,1997 dan untuk kuesioner kinerja perawat pelaksana juga disusun sendiri oleh peneliti sesuai dengan tinjauan pustaka yang dijabarkan oleh PPNI, 2000 dalam Nursalam, 2002. Kuesioner ini dibagi dalam tiga bagian


(44)

yaitu bagian pertama tentang data demografi meliputi, kode responden, status, pendidikan, status kepegawaian, lama bekerja dan besar gaji/tunjangan.

Bagian kedua tentang stres kerja terdiri dari 15 pernyataan. Pilihan jawaban yang diberikan adalah tidak pernah diberi skor 1, kadang-kadang diberi skor 2, sering diberi skor 3, selalu diberi skor 4. Menurut Wahyuni (2011) berdasarkan rumus statistika p= rentang/banyak kelas. Rentang merupakan pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah, nilai terendah yang mungkin diperoleh oleh setiap responden adalah 15 dan nilai tertinggi adalah 60. Rentang kelas sebesar 45 (60-15) dan banyak kelas yang diinginkan adalah 3 yaitu stres kerja ringan (15-30), stres kerja sedang (31-45), stres kerja berat (46-60).

Berdasarkan uraian diatas kuesioner stres kerja dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kuesioner Stres Kerja

Variabel Sub variable No Soal Jumlah

soal

Stres kerja Tuntutan fisik Tuntutan peran

Tuntutan interpersonal Beban kerja yang berlebihan

Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain

Kesulitan dalam merawat pasien kritis 1,2,3,4,5 6,7 8,9 10,11,12 13 14,15 5 2 2 3 1 2


(45)

Bagian ketiga tentang kinerja perawat pelaksana terdiri dari 23 pernyataan. Pilihan yang diberikan adalah tidak pernah diberi skor 1, kadang-kadaing diberi skor 3, selalu diberi skor 4. Menurut Wahyuni (2011) berdasarkan k kelas. Rentang merupakan pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah, nilai terendah yang mungkin diperoleh oleh setiap responden adalah 23 tertinggi adalah 92. Rentang kelas sebesar 69 (92-23) dan banyak kelas yang diiginkan adalah 3 yaitu, kinerja baik (70-92), kinerja cukup (47-69), kinerja kurang (23-46). Berdasarkan uraian diatas lembaran kuesioner kinerja perawat pelaksana dapat dilihat pada tabel 4.3.


(46)

Tabel 4.3.

Kuesioner Kinerja Perawat Pelaksana

Variabel Sub variable No soal Jumlah soal

Kinerja perawat Pengkajian Diagnosa keperawatan Perencanaan Implementasi Evaluasi 1,2,3,4,5 6,7,8 9,10,11,12,13,14 15,16,17,18,19 20,21,22,23 5 3 6 5 4

Total 23

6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey, 2002). Untuk menguji validitas berdasarkan tinjauan pustaka selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut (Setiadi, 2007). Pada instrument penelitian ini, uji validitas dilakukan sebelum pengumpulan data dengan melakukan konsultasi kepada beberapa ahli administrasi keperawatan yakni kepada Diah Arrum, S.Kep,Ns, M.Kep di Departemen Keperawatan Dasar & Medikal Bedah Fakultas Keperawatan USU dan Ns Junaina Ridwan S.Kep selaku Kepala Seksi (Ka.Sie) Keperawatan di RSUD Kota Dumai dan telah dinyatakan valid.


(47)

6.2. Uji Reliabilitas

Uji realiabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrument sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Sebuah instrument disebut reliabel jika instrument itu melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan cara yang sama (Dempsey, 2002).

Pada penelitian ini peneliti melakukan reliabel di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai ( Irna A, Irna B, Irna C, Irna D) yang dilakukan sebelum penelitian dengan menggunakan teknik tes ulang dimana kuesioner yang sama diteskan kepada kelompok responden yang bukan menjadi sampel dalam penelitian ini tetapi masih termasuk dalam populasi yang sama yang diberikan kepada perawat pelaksana yang terpilih berdasarkan pertimbangan pribadi peneliti sendiri sebanyak 30 sampel dengan menggunakan

Cronbach’s alpha dengan program komputerisasi. Adapun alasan peneliti menggunakan rumus Cronbach’s alpha karena skala pengukuran kuesioner menggunakan skala ordinal. Untuk kuesioner stres kerja diperoleh hasil 0,842 dan untuk kuesioner kinerja perawat pelaksana hasil yang diperoleh 0,948. Hasil ini sudah dikatakan reliabel sesuai dengan pendapat Dempsey (2002) yang mengatakan bahwa suatu instrument pengukuran yang memiliki reliabilitas sempurna koefisiennya 1,00 yaitu 0,80 ; 0,70 ; atau 0,50.


(48)

7. Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Institusi Pendidikan Program Studi Ilmu keperawatan FK USU yang dilanjutkan dengan mengajukan permohonan izin penelitian di RSUD Kota Dumai. Setelah mendapat izin dari Direktur RSUD Kota Dumai. Mula- mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi dengan mengadakan studi pendahuluan/dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi. Kemudian peneliti menetapkan sampel berdasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian dan sebagian populasi menjadi uji ulang reliabel. Sampel pertama dari tiap unit diambil secara acak oleh perwakilan perawat pelaksana dari tiap unit yang pengambilannya diberikan nomor urut dengan teknik undian. Kemudian sampel berikutnya dipilih dengan mengambil setiap anggota populasi dari setiap unit dengan menggunakan rumus interval tertentu. Interval disini merupakan kelipatan atau pola yang digunakan dalam pengambilan sampel populasi dari tiap unit yang menyerupai deret ukur yang akan mempengaruhi terpilih tidaknya sampel berikutnya (Istijanto,2006).

Jumlah populasi setiap unit

Jumlah sampel yang diambil

24 13 = 1,8 Rumus Interval =


(49)

Setelah sampel terpilih sesuai rumus interval kemudian peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk mendapatkan persetujuan sebagai sampel penelitian, responden diambil sesuai rumus dari tiap-tiap ruang rawat inap dan responden diberi kesempatan membaca lembar persetujuan kemudian menandatangani lembar persetujuan tersebut.

Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner sesuai dengan petunjuk masing- masing bagian. Peneliti memberitahu responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilakukan oleh responden dan harus diisi sendiri oleh responden. Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa jika kuesioner yang diberikan terlalu banyak akan memakan waktu yang panjang dan dapat menimbulkan kebosanan dari responden. Apabila responden sudah bosan maka jawaban yang akan diberikan akan bias.

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek kelengkapan identitas responden serta memastikan bahwa semua pertanyaan telah diisi sesuai petunjuk, tahap coding yaitu memb eri kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mmpermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga

processing yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer dengan menggunakan komputerisasi, tahap keempat adalah melakukan cleaning


(50)

yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Data yang sudah diolah, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, deskripsi tentang sampel penelitian berupa frekuensi dan presentase yaitu pada data demografi, stres kerja dan kinerja perawat pelaksana.

Hubungan antara dua variabel dalam penelitian diuji dengan menggunakan korelasi pearson, sebab kedua variabel termasuk kelompok data ordinal dan berdistribusi normal. Ada tidaknya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks. Arah korelasi dinyatakan dalam tanda (+) menyatakan adanya korelasi sejajar searah, dan tanda (-) menyatakan korelasi sejajar berlawanan arah (Arikunto, 2002).Pada uji ini, ada dua jenis kelompok data- interval berbeda saling dibandingkan untuk menentukan derajat hubungan diantara keduanya, karena r berkisar antara -1,0 sampai +1,0 sehingga dapat dikatakan bahwa poin ini saling berhubungan baik secara positif atau secara negatif. Di sisi lain, jika koefisien korelasi mendekati 0, maka poin-poin tersebut hubungannya lemah atau tidak ada hubungan .

Tahapan terakhir dalam analisa data adalah mengidentifikasi hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSUD Kota Dumai. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji statistik korelasi pearson, dengan batas kemaknaan a= 0,05. Dengan ketentuan jika P < a maka Ho ditolak (Notoatmodjo, 2010).


(51)

40

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 45 perawat di Instalasi rawat inap Irna A, Irna B, Irna C dan Irna D di RSUD Kota Dumai. Penyajian data penelitian ini meliputi deskriptif karakteristik responden, stres kerja, kinerja perawat pelaksana, dan korelasi stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di RSUD Kota Dumai.

1. Hasil Penelitian

1.1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai (N=45)

Karakteristik responden Frekuensi (n) Persentase (%)

Status Perkawinan

Belum menikah 19 42,2 Menikah 26 57,8

Pendidikan

DIII Keperawatan 40 88,9 S1 Keperawatan 5 11,1

Status Kepegawaian

PNS 21 46,7 TKL 24 53,3

Lama Bekerja

< 5 Tahun 35 77,8 > 5 Tahun 10 22,2

Besar gaji/Tunjangan

< Rp. 800.000 4 8,9 Rp. 800.000- Rp. 1 Juta 20 44,4 Rp. 1 Juta- Rp. 2 Juta 12 26,7 Rp. 2 Juta- Rp. 3 Juta 6 13,3 Rp. 3 Juta- Rp. 5 Juta 3 6,7


(52)

Berdasarkan tabel 5.1 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berstatus menikah yaitu 26 orang (57,8%) dengan tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan DIII Keperawatan yaitu 40 orang (88,9%) dan dilihat dari status kepegawaiannya mayoritas responden berstatus sebagai tenaga kerja lepas (TKL) yaitu 24 orang (53,3%) dan mayoritas responden dengan lama bekerja < 5 tahun yaitu 35 orang (77,8%) serta menerima gaji/ pendapatan mayoritas responden sebesar RP. 800.000- RP.1 Juta yaitu 20 orang (44,4%).

1.2. Stres Kerja

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Dumai (N=45)

Tingkat Stres kerja Perawat Frekuensi (n) Persentase (%) Stres kerja ringan 17 37,8

Stres kerja sedang 19 42,2

Stres kerja Berat 9 20,0

Total 45 100%

Berdasarkan tabel 5.2 hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Kota Dumai 17perawat (37,8%) mengalami stres kerja ringan, 19 perawat (42,2%) mengalami stres kerja sedang dan 9 perawat (20,0%) mengalami stres kerja berat.


(53)

1.3. Kinerja Perawat

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Dumai (N=45)

Tingkat Kinerja Perawat Frekuensi (n) Persentase (%) Kinerja Baik 14 31,1

Kinerja Cukup 22 48,9 Kinerja Kurang 9 20,0 Total 45 100%

Berdasarkan tabel 5.3 pengelompokan tingkat kinerja perawat, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat memiliki kinerja cukup yaitu 22 perawat (48,9 %), 14 perawat (31,1%) memiliki kinerja baik, 9 perawat (20,0%) memiliki kinerja kurang.

1.4. Analisa Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat

Inap RSUD Kota Dumai

Tabel 5.4. Hasil Uji Statistik Pearson Correlation Stres Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Dumai (N=45)

Hasil Korelasi Stres Kerja Kinerja

Perawat Stres Kerja Kinerja Perawat Koefisien korelasi Sig. (2-arah) N Koefisien korelasi Sig. (2-arah) N 1 45 0,682 ,000 45 0,682 ,000 45 1 45 **Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)


(54)

Berdasarkan tabel 5.4 hasil uji statistik secara komputerisasi menggunakan pearson correlation. Koefisien korelasi stres kerja dengan kinerja perawat diperoleh 0,682 berarti korelasi stres kerja dengan kinerja perawat mempunyai hubungan yang kuat dan nilai p- value pada kolom sig (2-tailed) sebesar 0,000. Angka ini lebih kecil dari nilai a= 0,05. Hal ini diinterpretasikan bahwa Ho di tolak, yang artinya ada hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

2. Pembahasan 2.1. Stres Kerja

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas perawat mengalami stres kerja sedang sebanyak 19 perawat (42,2%) yang memberikan gambaran tentang bahwa masih adanya faktor yang mempengaruhi timbulnya stres pada perawat terkait dengan lingkungan kerja dan faktor beban kerja yang berlebihan dan kesulitan menjalin hubungan dengan staf yang lain yang dirasakan perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Dumai.

Stres kerja pada kategori sedang pada penelitian ini salah satunya merupakan kondisi tempat kerja yang kurang sehat dikarenakan masih adanya resiko penularan penyakit di setiap ruangan rawat inap dan perawat mayoritas masih mempunyai keterbatasan tenaga, masih mempunyai beban


(55)

kerja yang berat dan masih mempunyai konflik dengan teman sejawat sehingga menimbulkan stres pada perawat. Hal ini sesuai dengan pendapat Griffin (2004) yang mengatakan bahwa tuntutan fisik terkait dengan lingkungan kerja yaitu kondisi tempat kerja yang kurang sehat dapat menimbulkan stres. Penyebab stres juga dikemukakan oleh Dewe (1989, dikutip dalam Abraham, 1997) yang menyatakan bahwa beban kerja yang terlalu berlebihan, masalah keterbatasan tenaga dan kesulitan menjalin hubungan dengan teman staf lain seperti mengalami konflik dengan teman sejawat. Hasil penelitian sebelumnya yang di kemukakan oleh Febriani (2009) juga mengatakan bahwa semakin banyak jumlah pasien yang dirawat dan semakin beragamnya penyakit serta tingkat kebutuhan juga bisa memicu terjadinya stres.

Menurut asumsi peneliti, jika dilihat dari status kepegawaian, rata-rata tenaga keperawatan masih berstatus Tenaga Kerja Lepas (TKL), ini berarti adanya perbedaan atau diskriminasi struktur organisasi yang menggambarkan garis tanggung jawab dalam suatu pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pendapat National Safety Council (2004) salah satu penyebab stres adalah kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja.

Di lihat dari besar gaji dan tunjangan perbulan, penghasilan responden yang paling banyak adalah antara Rp. 800.000- Rp. 1 Juta perbulan dengan jumlah responden sebanyak 20 orang (44,4%). Menurut


(56)

satunya adalah Downsizing (bertambahnya tanggung jawab tanpa penambahan gaji) yang bisa menimbulkan stres.Sesuai dengan hasil survey Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2006 dalam Febrianti (2009) yang melaporkan bahwa sekitar setengah (50,9 %) perawat Indonesia yang bekerja di empat provinsi mengalami stres kerja, dengan keluhan yang sering dialami yaitu pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena adanya beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji yangrendah serta insentif yang tidak memadai.

2.2. Kine rja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Kota Dumaimempunyai kinerja dalam kategori cukup dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebanyak 22 perawat (48,9%). Kinerja perawat pelaksana pada kategori cukup pada penelitian ini dikategorikan dari kemampuan yang dimiliki oleh tenaga perawat pelaksana dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien yang terkait dengan perawat lebih banyak melakukan pengkajian pada klien dengan melengkapi format pengkajian, melakukan pengkajian melalui anamnesa dan observasi, perawat lebih banyak merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah, penyebab atau gejala, perawat membuat rencana perawatan pasien berdasarkan kondisi dan kebutuhan pasien, perawat mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan saat melakukan implementasi, melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi


(57)

kondisi kesehatan pasien dan perawat mengevaluasi kondisi pasien secara terus menerus.

PPNI (2000 dikutip dari Nursalam,2008) yang mengatakan bahwa penilaian kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien di dalam melaksanakan asuhan keperawatan maka digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang menjadi standar instrument dalam penilaian kinerja perawat yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Berdasarkan kine rja perawat dalam pemberian layanan, hasil penelitian ini belum sesuai dengan penelitian Natalia R (2004) yang mengatakan bahwa asuhan keperawatan yang optimal merupakan salah satu indikator dari kinerja perawat tetapi hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joeharno (2008) menunjukkan bahwa tingkat kinerja perawat pelaksana memiliki kategori cukup sebesar 64,8 % dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Lansirang.

2.3. Hubungan antara Stres Kerja dengan Kinerja perawat

Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan didapat hasil yang signifikan untuk terjadinya hubungan (r = 0,682), p value = 0,000 sehingga Ho ditolak atau ada hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai. Griffin (2004) menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi stres


(58)

kerja seseorang yaitu tuntutan fisik berupa lingkungan kerja yang panas, dingin atau AC dan tidak ada AC, pencahayaan, luas ruangan kerja,. Tuntutan peran seperti peran dan konflik yang dialami perawat. Tuntutan interpersonal terjadi apabila sikap dan tujuan dari setiap individu berbeda. Stres juga disebabkan oleh beban kerja yang berat sehingga kesulitan dalam mempertahankan kualitas pekerjaan yang tinggi. Penyebab organisasional berupa prosedur atau tindakan baru yang selalu mengikuti perkembangan teknologi. Sedangkan dari individual berupa pertentangan karier dan tanggung jawab keluarga, ekonomi, serta kejenuhan saat bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Yesi (2010) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres kerja perawat dengan kinerja perawat pelaksanadi Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum (RSUD) Pasaman Barat.

Dari hasil tersebut sesuai juga dengan penelitian(Iswanto,1999 dan Higgins, 2000 dikutip dalam Ilmi, 2003) bahwa semakin tinggi tingkat stres, tantangan kerja juga bertambah maka akan mengakibatkan prestasi juga bertambah, apabila tingkat stres sudah optimal maka akan menyebabkan gangguan kesehatan dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi kerja.


(59)

48

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, mayoritas responden berstatus menikah yaitu 26 orang dengan tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan DIII Keperawatan yaitu 40 orang dan dilihat dari status kepegawaiannya mayoritas responden berstatus sebagai tenaga kerja lepas (TKL) yaitu 24 orang dan mayoritas responden dengan lama bekerja < 5 tahun yaitu 35 orang serta menerima gaji/pendapatan mayoritas responden sebesar RP. 800.000- RP.1 Juta yaitu 20 orang. 2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, mayoritas stres kerja

perawat adalah kategori stres sedang yaitu sebanyak 19 responden. 3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, mayoritas kinerja

perawat adalah kategori kinerja cukup yaitu sebanyak 22 responden. 4. Hasil uji Korelasi Pearson yang dilakukan didapat adanya hubungan

antara stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai yaitu r = 0,682 (kuat) dengan p value = 0,000


(60)

2. Saran

Instalasi Rawat Inap (IRNA) merupakan suatu tempat yang ditujukan untuk perawatan pasien yang memerlukan asuhan keperawatan secara terus-menerus hingga terjadi penyembuhan, disinilah tenaga keperawatan dituntut menjadi perawat yang mempu memberikan asuhan keperawatan secara profesional, untuk menjadikan tenaga keperawatan yang profesional tidak hanya dituntut memberikan pelayanan yang baik, namun timbal balik terhadap kinerja mereka yang harus seimbang agar dapat memenuhi kebutuhan perawat. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi stres kerja pada perawat yang dapat mempengaruhi kinerja dan pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : a. Bagi pihak RSUD Kota Dumai

Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit agar memperhatikan kondisi atau lingkungan kerja sehingga resiko penularan penyakit di setiap ruangan rawat inap dapat di hindari, bagi pihak Rumah Sakit juga di sarankan untuk mengadakan perekrutan bagi perawat yang lebih professional terutama S1 Keperawatan agar masalah keterbatasan tenaga dapat teratasi,dan bagi pihak Rumah Sakit agar memperhatikan kebutuhan finansial bagi perawat agar sesuai dengan beban kerja yang berat yang dialami perawat.


(61)

b. Bagi Perawat

Bagi perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap (IRNA) agar dapat mengenal sedini mungkin ciri dari stres kerja berat, sedang dan ringan sehingga manajemen stres dapat lebih efektif, menggunakan teknik manajemen stres yang tepat sesuai dengan pilihannya, dan memberikan asuhan keperawatan yang optimal kepada pasien sehingga perawat lebih mampu meningkatkan kinerja dan memberikan pelayanan yang holistik terhadap pasien, hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat agar stres pada saat bekerja tidak mempengaruhi kinerjanya sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat diberikan secara optimal dalam memberikan asuhan keperawatan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya di RSUD Kota Dumai mengenai stres kerja dengan kinerja perawat, peneliti menyarankan agar menganalisa pengaruh stres kerja dengan kinerja perawat, peneliti merekomendasikan agar peneliti selanjutnya meneliti stres kerja berdasarkan faktor psikologis, faktor internal dan faktor eksternal, meneliti kinerja perawat pelaksana berdasarkan penerapan standar asuhan keperawatan dari Depkes dan menambah jumlah sampel dengan menggunakan random sampling pada penelitian agar penelitian mencangkup secara keseluruhan perawat pelaksana yang bekerja di


(62)

ruangan rawat inap dan tehnik yang digunakan lebih teliti sehingga penelitian menjadi lebih sempurna.

d. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini he ndaknya dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa dalam proses belajar dan mutu mahasiswa ilmu keperawatan terutama dalam bidang manajemen keperawatan.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, C. (1997). Psikologi Sosial Untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Agoes, dkk. (2003). Teori dan Manajemen Stres. Taroda: EGC. Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Akramunnas. (2009). Penyebab Stres Kerja menurut Para Pakar. www..blogcatalog.com/blogs/manajemen- ide- inspirasi- motivasi. Dibuka 10 April 2012.

Basuki. (2009). Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Gangguan Kesehatan

Perawat di IRD Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. http:

skripsistikes.wordpress.com/2009/04/27/hubungan-antara-stres-kerja-dengan- gangguan-kesehatan-perawat-di- ird-dr.soeradji-tirtonegoro-klaten. Dibuka 10 April 2012.

Dempsey & Dempsey. (2002). Riset Keperawatan Buku ajar & Latihan. Edisi 4: Jakarta. EGC.

Febrianti, L. (2009). Stres Kerja Pada Perawat Unit Gawat Darurat. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Griffin, R. (2004). Manajemen. Edisi VII. Jakarta: Erlangga.

Hidayat, A. A. A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika.

(2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Surabaya: Salemba Medika.

Ilmi, B. (2003). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja dan Identifikasi Manajemen Stres Yang Digunakan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Ulin Banjarmasin. http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-S2-2003-Ilmi2c. Dibuka 8 Mei 2012.

Isgiyanto. A. (2009). Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Non-Eksperimental. Jogjakarta. Mitra Cendikia.

Istijanto. (2006). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(64)

Joeharno. (2008). Kinerja Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di

Rumah Sakit dan Faktor yang Mempengaruhinya.

http://logjoeharno.blogspot.com. Dib uka 1 Mei 2012.

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

(2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika.

Nathalia, R. (2004). Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Bangsal Inap Rumah sakit Umum

Pirngadi Medan. Medan: FK USU.

National Safety Council. (2004). Manajemen Stres. Jakarta: EGC.

Nawawi. (2006). Evaluasi dan Manajemen Kinerja di lingkungan Perusahaan dan Industri. Yogyakarta. Jakarta: Gadjah Mada University Press.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Rini. (2004). Stress Kerja. www.baliusada.com/content/view/333/2/. Dibuka 10 April 2012.

Roni. (2008). Analisis Stres Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Darurat

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Pekanbaru. PSIKM STIKES

Hangtuah.

Rosiana. (2008). Penerapan Regresi Linier Berganda Pada Pengaruh Stres Terhadap

Kinerja Perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri.

http://digilib.stikom.ac.id/detil.php?id=259&q= ujian. Dibuka 11 April 2012. Setiadi, (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta : Graha

Ilmu.


(65)

(66)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Judul : Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

Peneliti : Hafsah Jumaini

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU yang melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stres kerja perawat, mengidentifikasi kinerja perawat, dan untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

Saya mengharapkan kesediaan saudara berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Saudara berhak menolak untuk menjadi responden dalam penelitian tanpa ada sanksi apapun dikemudian hari. Peran serta saudara dalam penelitian ini tidak akan diminta biaya.

Semua informasi tentang saudara tidak akan disebarluaskan dan informasi yang ada digunakan hanya untuk tujuan penelitian.

Medan, Agustus 2012

Peneliti Responden


(67)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA DUMAI

Bersama ini saya mohon kesediaan saudara untuk mengisi daftar kuesioner yang diberikan kepada saudara. Informasi yang saudara berikan merupakan bantuan yang sangat berarti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Atas bantuan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Petunjuk pengisian :

1. Saudara diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang tersedia di lembar kuesioner

2. Tuliskan tanda check list (v) pada kotak untuk pilihan jawaban yang tepat menurut saudara.

I. Data Demografi

1. No. Responden :

2. Status : ( ) Belum Menikah ( ) Menikah

3. Pendidikan : ( ) SPK

( ) D3 Keperawatan

( ) S1 Keperawatan

4. Status Kepegawaian : ( ) PNS ( ) TKL 5. Lama Bekerja : ( ) < 5 tahun ( ) > 5 tahun 6. Besar gaji & tunjangan : ( ) < Rp. 800.000,-

( ) 2 Jt- 3. Jt

( ) Rp. 800.000- Rp. 1Jt

( ) 3 Jt- 5 Jt ( ) Rp. 1 Jt – Rp. 2 Jt


(68)

II. Dibawah ini adalah Kuesioner Stres Kerja

Tuliskan tanda check list (v) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban yang tepat menurut saudara.

Tidak pernah diberi skor 1 Kadang -kadang diberi skor 2 Sering diberi skor 3

Selalu diberi skor 4

No Pernyataan Tidak

pernah

Kadang-kadang Sering Selalu 1 Saya merasa tempat kerja saya

tidak nyaman

2 Saya merasa ruangan kerja saya kurang pencahayaan

3 Saya merasa ruangan kerja saya sempit

4 Saya merasa kondisi tempat kerja saya kurang sehat ( misalnya penularan penyakit dari pasien dan polusi)

5 Saya bekerja dilingkungan kerja yang bising

6 Saya merasa saat saya bekerja, pembagian tugas tiap staf tidak jelas

7 Saya mengalami konflik peran dengan dokter

8 Saya merasa kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan kerja saya 9 Pada saat saya bekerja, sering

terjadi kesalahpahaman atau koflik hubungan antar pribadi 10 Pada saat saya bekerja, saya

mempunyai kesulitan dalam mengerjakan tindakan sesuai standar yang berlaku ditetapkan di ruangan


(69)

11 Saya merasa beban kerja saya terlalu berat

12 Saya merasa pada saat bekerja, mempunyai keterbatasan tenaga 13 Saya merasa pada saat bekerja,

terjadi konflik dengan sejawat 14 Saya merasa saat bekerja, saya

tidak bisa menggunakan peralatan medis yang sulit

15 Saya merasa pada saat bekerja, saya mengerjakan prosedur atau tindakan baru yang belum pernah saya kerjakan


(70)

III. Dibawah ini adalah Kuesioner Kinerja perawat pelaksana

Tuliskan tanda check list (v) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban yang tepat menurut saudara

Tidak pernah diberi skor 1 Kadang -kadang diberi skor 2 Sering diberi skor 3

Selalu diberi skor 4

No Pernyataan Tidak

pernah

Kadang-kadang Sering Selalu 1 Saya melaksanakan pengkajian

pada klien pada saat masuk ke Rumah sakit

2 Saya melengkapi format catatan pengkajian pasien dengan cara mengumpulkan data melalui anamnesa dan observasi

3 Saya melengkapi format catatan pengkajian pasien dengan cara mengumpulkan data melalui pemeriksaan fisik

4 Saya melakukan pengumpulan data yang bersumber dari pasien, keluarga, tim kesehatan lainnya 5 Saya mengumpulkan data

tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan 6 Saya menganalisa data

pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan

7 Saya merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah, penyebab, tanda atau gejala

8 Saya melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa


(71)

keperawatan berdasarkan data baru

9 Saya membuat dan menetapkan prioritas masalah pasien (jika anda ketua tim)

10 Saya memberi masukan kepada ketua tim untuk membuat dan menetapkan prioritas masalah pasien (jika anda perawat pelaksana)

11 Saya membuat rencana

perawatan berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien (jika anda ketua tim)

12 Saya memberi masukan kepada ketua tim untuk membuat rencana perawatan berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien (jika anda perawat pelaksana) 13 Saya mendokumentasikan

rencana keperawatan

14 Saya membuat kontrak waktu dalam melaksanakan rencana keperawatan

15 Saya bekerjasama dengan klien dalam melaksanakan tindakan keperawatan

16 Saya berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan

17 Saya melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kondisi kesehatan pasien 18 Saya memberikan program

pendidikan kepada pasien dan keluarga


(1)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Melaksanakan pengkajian pada klien saat masuk RS

2.8333 1.11675 30

Melengkapi format pengkajian dengan anamnesa

2.9333 .94443 30

Melengkapi format pengkajian melalui pemeriksaan fisik

2.6333 .99943 30

Mengumpulkan data dari pasien, keluarga dan timkes

2.4000 1.10172 30

Mengumpulkan data secara sistematis

2.5000 .93772 30

Menganalisa data pengkajian

2.8000 1.06350 30

Merumuskan diagnosa berdasarkan

masalah,penyebab dan tanda

2.9000 1.09387 30

Merevisi diagnosa keperawatan

2.7667 1.10433 30

Menetapkan prioritas masalah oleh ketua tim


(2)

Memberi masukan kepada ketua tim membuat prioritas masalah

2.1000 .99481 30

Membuat renpra sesuai kondisi klien oleh ketua tim

2.7333 1.33735 30

Memberi masukan kepada ketua tim untuk mmbuat renpra

2.6333 1.12903 30

Mendokumentasikan renpra 2.2667 1.20153 30

Membuat kontrak waktu dalam renpra

2.2333 1.00630 30

Melaksanakan tindakan keperawatan dengan klien

2.5667 1.00630 30

Berkolaborasi dengan timkes dalam pemberian askep

2.5000 1.22474 30

Melakukan askep untuk mengatasi kondisi kesehatan klien

2.9667 1.18855 30

Memberikan program pendidikan kepada pasien dan keluarga

2.6000 1.24845 30

Merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

3.0000 1.23176 30

Mengevalua kondisi pasien secara terus- menerus


(3)

Menyusun perencanaan evaluasi hasil secara komprehensif oleh ketua tim

2.2333 1.04000 30

Membantu ketua tim menyusun perencanan evaluasi hasil

2.0667 1.04826 30

Mendokumentasikan hasil evaluasi

2.9000 1.06188 30

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(4)

Lampiran 10

Correlations

Stres Kerja Dan Kinerja Perawat Pelaksana

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Stress kerja 36.0889 10.09685 45

kinerja perawat rs 61.5556 16.71901 45

Correlations

Stress kerja kinerja perawat rs

Stress kerja Pearson Correlation 1 .682**

Sig. (2-tailed) .000

N 45 45

kinerja perawat rs Pearson Correlation .682** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 45 45


(5)

Lampiran 10

TAKSASI DANA

A.

Persiapan Proposal

1.

Fotokopi materi dan pembelian buku

= Rp. 200.000

2.

Pencarian materi dari internet

= Rp. 20.000

3.

Print proposal

= Rp. 100.000

4.

Penggandaan dan penjilidan proposal

= Rp. 50.000

5.

Fotokopi transparan untuk persentasi

= Rp. 30.000

B.

Pengumpulan dan Analisa Data

1.

Print lembar persetujuan dan lembar observasi

= Rp. 15.000

2.

Print kuesioner

= Rp. 80.000

3.

Biaya survey awal

= Rp. 50.000

4.

Biaya transportasi

= Rp. 150.000

C.

Penyusunan Hasil Perbaiakan

1.

Print Perbaikan Laporan Skirpsi

= Rp. 100.000

2.

Penggandaan dan penjilidan laporan penelitian

= Rp. 100.000

3.

Registrasi Sidang skripsi

= Rp. 350.000

D.

Biaya tak terduga

= Rp. 50.000

TOTAL JUMLAH

=Rp. 1.295.000


(6)

Lampiran 12

Tabel Waktu Pelaksanaan Proposal dan Skripsi

Nama

: Hafsah Jumaini

Nim

: 111121083

Judul penelitian

: Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana

Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

Dosen pembimbing : Achmad Fathi, S.Kep,Ns,MNS

No

Kegiatan

2012

2013

Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb

1.

Pengajuan

Judul

2.

Survey Awal

3.

Penyelesaian

dan

Bimbingan

Proposal dari

BAB I - 4

4.

Sidang

Proposal

5.

Penelitian

6.

Bimbingan

Skripsi dari

BAB 5- 6

7.

Sidang Skripsi