ANALISIS KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 3 SINTANG

  

ANALISIS KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI KELAS X

SMA NEGERI 3 SINTANG

1)  1) 1)

  Siti Aisah , Dedeh Kurniasih dan Fitriani

  1)

  Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat

  

  email : chiethie@yahoo.com

  

ABSTRACT

An observation was conducted to the X MIPA students of SMA Negeri 3

Sintang indicated the low learning independence in Chemistry class. This study aimed

to investigate the student learning independence and its factors in Chemistry class at

SMA Negeri 3 Sintang. This study used the descriptive method of observation case

design. The data were collected using direct observation, interview, and

documentation. The subjects were 68 students of the X MIPA. The instruments were

interview and observation sheets. Before analyzing the data, it was conducted two

times observation and interview. The study revealed that the students’ learning

independence was significantly increased. It could be seen from their discipline,

responsibility, initiation, and motivation. Based on the internal factor for discipline

aspect was excellent (90,81%) while the motivation aspect was good (72,07%). The

responsibility (44,73%) and initiation (42,81%) aspects were considered satisfactory,

however the self-confidence required more improvement (7,2%). In addition, the results

of the interview showed that the external factors played a major role in students’

learning independence. The school environment aspect were considered satisfactory

(44,60%) while the family environment (66,66%), learning facilities (69,69%), and

teacher competence (71,80%) was good category. In conclusion, the students learning

independence of the X MIPA student of SMA Negeri 3 Sintang based on the fifth

aspect of the internal factors were satisfactory (51,52%), and the external factors were

good (63,18%).

  Keywords: Analysis, Chemistry, Learning Independence PENDAHULUAN

  Kemandirian belajar telah menjadi salah satu aspek sikap dalam pendidikan karakter (Saefullah, dkk, 2013:27). Karakter kemandirian adalah satu karakter yang harus ditanamkan di sekolah karena penting bagi proses pembelajaran. Kemandirian belajar akan membawa perubahan yang positif terhadap intelektualitas apabila siswa menyadari tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan kemandirian belajar kimia dengan sebaik-baiknya (Yamin, 2008:128). Kemandirian belajar sangat diperlukan dalam pembelajaran kimia, karena didalam kimia diperlukan cara pembelajaran terpadu yang dapat mengintegrasikan keterampilan kimia sebagai proses dan produk, serta mengaplikasikan kimia dalam kehidupan sehari-hari, mampu mengintegrasikan aspek akademik/intelektual dengan aspek emosi dan spiritual siswa sehingga tujuan pembelajaran kimia yang ditetapkan pemerintah dapat tercapai (Saefullah, dkk, 2013:27).

  Menurut Cahyo (2013:212-213) pada prinsipnya, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya menyampaikan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip atau penyampaian materi abstrak saja, akan tetapi pembelajaran IPA merupakan suatu proses penemuan pengetahuan, pembentukkan sikap ilmiah, juga kemampuan untuk menerapkan prinsip-prinsip IPA itu sendiri ke dalam kehidupan sehari-hari. Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk kedalam mata pelajaran IPA.

  Kemandirian belajar kimia yang rendah juga terjadi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Sintang. Berdasarkan hasil observasi bahwa kemandirian belajar siswa di SMA Negeri 3 Sintang masih rendah. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang masih kurang disiplin, tidak percaya diri, kurangnya inisiatif siswa dan kurang bertanggung jawab. Ketidakdisiplinan siswa dapat dilihat ketika guru kelas tidak hadir siswa harus diingatkan oleh guru pengganti untuk mengerjakan tugasnya. Kurang percaya dirinya siswa dapat dilihat dari siswa belum berani menjawab pertanyaan dari guru, siswa juga menyontek pekerjaan temannya karena tidak yakin dengan jawabannya sendiri.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di SMA Negeri 3 Sintang menggunakan kurikulum 2013 tetapi guru masih menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi dan siswa mencatat, sehingga dalam pembelajaran guru berperan lebih aktif dibandingkan siswa. Hal inilah yang dapat menjadi penyebab kurangnya kemandirian siswa karena siswa terbiasa diberikan materi sehingga siswa akan selalu bergantung kepada guru. Permasalahan-permasalahan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa, sebagian besar siswa tidak yakin dengan kemampuannya dan persiapan belajar siswa masih rendah. Selain itu, siswa tidak belajar lagi di rumah setelah belajar di sekolah, dan siswa juga tidak belajar jika tidak ada Pekerjaan Rumah (PR).

  Dari fakta di atas diketahui masalah-masalah kemandirian pada SMA Negeri 3 Sintang yaitu pada mata pelajaran kimia siswa kurang memahami pembelajaran karena siswa selalu menunggu materi yang diberikan oleh guru dan masih malu bertanya ketika kurang memahami pembelajaran. Hal ini akan berpengaruh terhadap rendahnya nilai yang didapat siswa ketika melakukan tes atau ulangan. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian.

  Penelitian yang dilakukan oleh Bey dkk (2013) tentang Pengaruh Kemandirian Belajar Matematika Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kendari. Hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa kemandirian belajar matematika pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kendari berada pada kategori baik dengan rata-rata persentase sebesar 66,29%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sopianida dkk (2015), tentang Analisis Kemandirian Belajar Ditinjau Dari Hasil Belajar Materi Persamaan Akuntansi di SMAN 1 Ambawang, menunjukkan bahwa pada analisis kemandirian belajar pada proses pembelajaran pertama sebesar 79,33 dengan kategori baik, sedangkan kemandirian belajar pada proses pembelajaran kedua sebesar 88,3 dengan kategori sangat baik.

  Berdasarkan uraian di atas, kemandirian belajar pada mata pelajaran kimia belum pernah dilakukan sehingga peneliti tertarik untuk meneliti analisis kemandirian siswa pada mata pelajaran kimia di kelas X SMA Negeri 3 Sintang. Melalui penelitian ini maka diharapkan dapat memacu siswa di SMA Negeri 3 Sintang untuk mandiri dalam belajar yang akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

  METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif jenis studi kasus observasi.

  Melalui penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan kemandirian siswa kelas X di SMA Negeri 3 Sintang. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 yang berjumlah 68 Siswa.

  Tahapan pengumpulan data secara umum dalam penelitian ini adalah pada tahapan awal dilakukan identifikasi masalah berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan wawancara kepada guru serta siswa. Selanjutnya tahap persiapan yaitu menyiapkan instrumen penelitian, yaitu berupa lembar observasi dan pedoman wawancara kemudian melakukan validasi instrumen penelitian beruba lembar observasi dan pedoman wawancara, jika sudah valid maka melanjutkan ketahap selanjutnya. Jika masih belum valid maka melakukan revisi hingga instrumen tersebut valid. Kemudian tahap pelaksanaan yaitu melaksanakan observasi dan wawancara dengan siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 3 Sintang yang dilakukan oleh 3 orang observer. Dan tahap akhir yaitu menganalisis lembar observasi dan lembar wawancara kemudian membuat kesimpulan darn menyusun laporan penelitian.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Data hasil observasi kemandirian belajar siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan cara mengelompokkan masing- masing butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati. Selanjutnya nilai persentase dihitung berdasarkan lembar observasi dan di kategorikan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan. Kemudian hasil kemandirian belajar siswa dideskripsikan berdasarkan persentase dan kategori menurut Arikunto (2006:18).

  Tabel 1 Kategori Nilai Kemandirian Belajar Siswa Persentase Kategori

  81% < p < 100% Sangat Baik 61% < p < 80% Baik 41% < p < 60% Cukup 21% < p < 40% Kurang 0% < p < 20% Sangat Kurang

  Data hasil wawancara dianalisis dengan cara mengkelompokkan Masing- masing butir pertanyaan sesuai aspek yang diamati. Menghitung jumlah jawaban berdasarkan aspek yang diamati lalu menghitung nilai persentase kemandirian belajar siswa berdasarkan jumlah jawaban siswa kemudian mengkategorikan nilai kemandirian belajar siswa berdasarkan pedoman penskoran sesuai dengan Tabel 1. Selanjutnya mendeskripsikan kemandirian belajar siswa berdasarkan persentase dan kategori.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kemandirian Belajar

  Kemandirian belajar siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 3 Sintang sudah baik hal ini terlihat dari siswa yang sudah memiliki kedisiplinan baik dalam hal waktu maupun tugas, selain itu siswa juga sudah bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan telah berinisiatif dalam proses pembelajaran. Hal lain yaitu terlihat dari siswa yang telah mampu memotivasi dirinya saat mengalami kegagalan.

  Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun dalam faktor internal, aspek yang diamati yaitu disiplin, tanggung jawab, percaya diri, inisiatif dan motivasi. Aspek yang diamati pada faktor eksternal adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, fasilitas belajar dan kompetensi profesionalisme guru.

1. Faktor Internal

  Data kemandirian belajar siswa berdasarkan faktor internal ditampilkan seperti Tabel 2.

  Tabel 2. Hasil Observasi Kemandirian Belajar Siswa

  Kelas X MIPA 1 Kelas X MIPA 2 Larutan Larutan

  • – Hukum Rata Hukum Rata- No Aspek Elektrolit Elektrolit Dasar Rata Dasar Rata dan Non dan Non Kimia Kimia Elektrolit Elektrolit

  1 Disiplin 75,69% 99,30% 87,84% 88,28% 100% 94,14% Tanggung 2 38,33% 40% 39,16% 43,75% 56,87% 50,31% Jawab Percaya 3 10.18% 0,92% 5,55% 15,62% 2,08% 8,85% Diri

  4 Inisiatif 39,81% 48,18% 43,97% 50% 33,33% 41,66%

  5 Motivasi 63,33% 80% 71,66% 70,62% 74,37% 72,49% Total

  • 227,34% 268,36% 268,27% 266,65%
  • Rata-Rata 45,46% 53,67% 53,33% 53,33% NB: Observasi I : Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit,

  Observasi II : Hukum Dasar Kimia Tabel 2, menunjukkan hasil observasi kemandirian belajar siswa berdasarkan faktor internal. Berdasarkan analisis di atas, diketahui bahwa kedisiplinan siswa berada pada kategori baik dan sangat baik. Hal itu ditandai dengan siswa yang telah disiplin dalam kehadiran, memperhatikan penjelasan guru dengan baik dan berkonsentrasi saat mengerjakan soal dari guru, namun siswa tidak dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Kedisiplinan yang dikatakan sangat baik dalam hal menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat waktu. Namun masih ada siswa yang tidak menyiapkan perlengkapannya pada malam hari, bahkan masih ada siswa yang tidak memiliki jam ataupun jadwal belajar ketika di rumah. Hal ini menjadi indikator disiplin belajar dengan menyiapkan perlengkapan dan jadwal belajar siswa telah memiliki kemandirian dalam menyiapkan dirinya untuk memperoleh pembelajaran di sekolah. Menurut

  Tu’u (2004:37) disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan kelas akan menjadi tidak kondusif bagi kegiatan pembelajaran yang positif.

  Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tanggung jawab siswa berada dalam kategori kurang dan cukup. Hal itu ditandai dengan siswa yang telah mengerjakan soal yang diberikan sesuai dengan kemampuannya namun hanya sebagian siswa yang memanfaatkan waktu yang ada untuk berdiskusi dengan teman maupun gurunya pada saat jam belajar berlangsung maupun saat istirahat. Tanggung jawab dikatakan berada dalam kategori cukup karena semua siswa memanfaatkan waktu yang ada untuk berdiskusi dengan teman maupun gurunya dan juga siswa mampu mngerjakan soal yang diberikan guru sesuai dengan kemampuannya. Walaupun hasil wawancara menunjukkan sebesar 67,64% (46 orang) siswa yang mengerjakan PR yang diberikan oleh guru di rumah, dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan serius sebesar 55,88% (38 siswa).

  Data di atas menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa berada pada kategori

  

kurang terlihat dari sebagian besar siswa yang masih ragu ketika disuruh mengerjakan

  soal di depan kelas, siswa tidak mau mengerjakan karena takut jawaban miliknya salah dan siswa saling menunjuk satu sama lain sehingga siswa yang sering maju adalah siswa yang sama dan guru juga biasanya menunjuk siswa yang dianggap pandai. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Desmita (2011: 184) yaitu saat kepercayaan diri siswa meningkat maka kemandirian belajar siswa pun akan muncul. Hasil wawancara memperkuat data di atas yaitu siswa yang yakin akan kemampuannya saat mengerjakan soal hanya sebesar 35,29% (24 orang), siswa lebih suka mengerjakan soal secara diskusi dengan temannya sebesar 72,05% (49 orang) dan juga siswa mengatasi kesulitan yang dialaminya dengan cara bertanya kepada temannya yang lebih memahami tanpa berusaha mengerjakannya sendiri terlebih dahulu. Siswa baru bertanya kepada gurunya jika temannya tidak mengerti.

  Terjadi perbedaan yang sangat signifikan saat observasi pertama dan kedua. Perbedaan karakteristik materi yaitu pada observasi pertama (larutan elektrolit dan non elektrolit) merupakan materi konsep dengan materi observasi kedua (hukum-hukum dasar kimia) yang merupakan materi perhitungan, dapat menjadi penyebab hal tersebut terjadi. Penyebab lainnya adalah pada saat observasi pertama materi larutan elektrolit dan non elektrolit telah dipelajari oleh siswa sebanyak empat kali sedangkan materi hukum-hukum dasar kimia dipelajari siswa sebanyak satu kali pertemuan. Siswa belum memahami materi hukum-hukum dasar kimia sehingga siswa tidak berani menjawab atau mengerjakan tugas yang diberikan guru. Idealnya siswa telah mempersiapkan diri dengan mempelajari materi tersebut di rumah. Namun hasil wawancara menunjukkan siswa tidak melakukan persiapan apa-apa sebelum guru memberikan materi hukum-hukum dasar kimia.

  Berdasarkan hasil analisis diketahui inisiatif siswa berada dalam kategori

  

kurang terlihat pada saat proses belajar mengajar siswa mencari jawaban saat

  mengerjakan tugas secara mandiri di dalam buku tetapi siswa tidak berani bertanya kepada guru meskipun siswa belum memahami materi yang diajarkan saat itu. Ketika diskusi kelompok berlangsung guru meminta siswa untuk menjelaskan hasil diskusinya, siswa juga tidak berani untuk menyampaikan pendapat sehingga guru harus menunjuk salah satu siswa untuk menyampaikan pendapatnya. Inisiatif siswa yang berada dalam kategori cukup terlihat dari siswa yang berani menyampaikan pendapatnya dalam diskusi tanpa perlu ditunjuk oleh guru sebesar 5,2% (5 orang), mencari jawaban dari soal yang diberikan dengan membaca kembali buku paket dan LKS di kelas X MIPA 1 sebesar 33,33% (36 orang) dan di kelas X MIPA 2 sebesar 32,29% (31 orang). Selain itu juga siswa berani untuk mengajukan pertanyaan kepada guru pada kelas X MIPA 1 sebesar 1,85% (2 orang) dan X MIPA 2 sebesar 12,5% (12 orang). Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun masih berada pada kategori cukup tetapi siswa telah memiliki inisiatif. Hasil wawancara memperkuat hasil observasi diatas, siswa yang berani bertanya kepada guru saat ada materi yang tidak dipahami hanya sebesar 52,94% (36 orang). Terdapat usaha siswa untuk mencari informasi dari buku namun tidak besar yaitu sekitar 33,83%. Meskipun demikian siswa masih banyak yang memeriksa jawabanya kembali sebelum mengumpulkan jawabannya ketika ulangan karena takut ada yang terlewat atau ada yang keliru yaitu sebesar 89,70% (61 orang).

  Berdasarkan hasil analisis diketahui sebesar 62,77% (observasi pertama), motivasi siswa dikatakan berada dalam kategori baik, siswa telah mampu memotivasi diri sendiri untuk tidak mudah putus asa dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dengan sempurna sesuai dengan kemampuannya dan tanpa mengeluh. Observasi kedua motivasi siswa dikatakan sangat baik (81,11%) dilihat dari siswa yang ingin mencoba kembali ketika mengalami kegagalan saat melakukan praktikum, serta tidak malu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh gurunya lebih banyak dibandingkan observasi pertama. Adapun hasil observasi yang dilakukan pada kedua kelas tersebut ditampilkan pada Gambar 1.

  94,14% 100 87,84%

  90 71,66% 72,49%

  80

  70

  60 50,31% 43,97%

  50 41,66% 39,16%

  40

  30 8,85% 20

5,55%

10 Disiplin Tanggung Jawab Percaya Diri Inisiatif Motivasi

  X MIPA 1

  X MIPA 2

Gambar 1. Grafik Hasil Observasi

  Berdasarkan Gambar 1. terlihat bahwa aspek percaya diri siswa di kelas X MIPA 1 masih berada pada kategori sangat kurang yaitu hanya sebesar 5,55% dan di kelas X MIPA 2 sebesar 8,85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih tidak yakin pada kemampuan dirinya sendiri sehingga siswa tidak berani mengerjakan soal di depan kelas ketika diberikan soal oleh guru. Siswa juga tidak yakin akan jawabannya sendiri sehingga masih banyak siswa yang memilih mengikuti jawaban temannya dari pada berusaha menyelesaikan tugasnya sendiri.

  Pada kelas X MIPA 1, aspek inisiatif juga masih berada pada kategori kurang yaitu sebesar 39,16%, serta di kelas X MIPA 2 berada pada kategori cukup yaitu sebesar 41,66%. Pada kelas X MIPA 1 aspek tanggung jawab termasuk dalam kategori kurang yaitu sebesar 39,16%, dan di kelas X MIPA 2 berada pada kategori

  

cukup yaitu sebesar 50,31%. Selanjutnya di kelas X MIPA 1 aspek motivasi sebesar

  71,66% dan di kelas X MIPA 2 sebesar 72,49% dan termasuk dalam kategori baik. Di kelas X MIPA 1 aspek disiplin sebesar 87,49% dan di kelas X MIPA 2 sebesar 94,14% yaitu berada pada kategori sangat baik.

  Setelah dilakukan observasi sebanyak dua kali dan wawancara sebanyak satu kali pada siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 3 Sintang dapat disimpulkan berdasarkan faktor internal bahwa kedua kelas memiliki nilai yaitu aspek disiplin (90,81%) berada pada kategori sangat baik sedangkan motivasi (72,07%) dalam kategori baik. Kemudian aspek tanggung jawab (44,73%) dan inisiatif (42,81%) berada pada kategori cukup sedangkan aspek percaya diri (7,2%) berada pada kategori sangat kurang.

  Adanya perbedaan antara kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 disebabkan oleh karena pada X MIPA 2 jam pelajaran kimia dilakukan pada pagi hari (3x45 menit), sedangkan pada X MIPA 1 jam pelajaran kimia dilakukan pada siang hari (2x45 menit) dan pada pagi hari (1x45 menit). Selain itu, pada X MIPA 1 semua siswa dilibatkan dalam observasi dan semua datanya diolah yaitu sebanyak 36 siswa sedangkan pada X MIPA 2 hanya 32 siswa yang terlibat dalam observasi.

2. Faktor Eksternal

  Berdasarkan faktor eksternal terdapat empat aspek yang diamati yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, fasilitas belajar dan kompetensi profesionalisme guru. Adapun keempat aspek tersebut diuraikan sebagai berikut:

  a. Lingkungan Sekolah

  

Gambar 2. Persentase Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap

Kemandirian Belajar Siswa

  Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa siswa yang telah dilibatkan dalam pembelajaran sebanyak 26,47% (18 orang). Siswa lebih banyak memilih menunggu ditunjuk oleh guru dari pada mengajukan diri saat diberi soal atau pun menjawab petanyaan dari guru. Hal ini menunjukkan kepercayaan diri siswa yang rendah karena takut jawabannya salah.

  Tata letak sekolah dengan jalan raya dan gedung olahraga dan stadion olahraga juga mempengaruhi kemandirian belajar siswa sebesar 44,11% (30 orang) siswa merasa terganggu dan tidak nyaman dengan suara yang ditimbulkan oleh kendaraan yang melewati jalan raya karena terletak kurang lebih 5 meter dari posisi kelas. Suara yang berasal dari gedung olahraga dan stadion yang berada di belakang kelas juga mengganggu konsentrasi siswa ketika ada acara yang berlangsung di tempat tersebut.

  Posisi duduk siswa juga menjadi pengaruh kemandirian belajar siswa, sebesar 63,23 % (43 siswa). Upaya guru untuk mengacak tempat duduk rupanya menyulitkan siswa untuk melihat ke arah depan. Meskipun siswa dapat mendengarkan dengan jelas penjelasan dari guru, terkadang siswa yang memiliki postur tubuh kecil berada di posisi belakang sehingga terhalang oleh teman yang duduk di depannya. Selain itu siswa yang duduk di sudut bagian belakang merasa terganggu penglihatannya oleh cahaya yang masuk ketika melihat ke arah papan tulis.

  b. Lingkungan Keluarga

  

Gambar 3. Persentase Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap

Kemandirian Belajar Siswa

  Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa sebanyak 60,29% (41 orang), siswa yang tidak ditetapkan jam belajarnya oleh orang tua dan bahkan siswa juga tidak memiliki jadwal belajar. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa tidak tinggal dengan orang tuanya. Siswa juga tidak melibatkan orang tua dalam proses pembelajarannya, siswa tidak bertanya kepada orang tuanya jika ada materi yang tidak dipahami yaitu sebanyak 60,29% (41 orang). Siswa mengatakan jika siswa bertanya kepada orang tua, orang tua tidak memahami materi yang dipelajari siswa sehingga orang tua akan meminta siswa untuk mencari sendiri jawabannya dan ada juga yang meminta untuk browsing di internet. Meskipun beberapa siswa tidak tinggal dengan orang tuanya, sebanyak 79,41% orang tua siswa telah menyediakan fasilitas berupa akses internet serta memfasilitasi siswa dengan membelikan buku yang diperlukan oleh siswa.

  c. Fasilitas Belajar

  

Gambar 4. Persentase Pengaruh Fasilitas Belajar terhadap

Kemandirian Belajar Siswa Bardasarkan Gambar 4, diketahui bahwa fasilitas belajar menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar. Ketersediaan sumber belajar di sekolah (perpustakaan dan laboratorium) maupun di rumah menjadi salah satu indikator yang dilihat dalam penelitian ini. Perpustakaan sekolah menjadi salah satu sarana penunjang dalam pembelajaran sehingga kelengkapan sumber belajar yang terdapat di dalamnya juga menjadi faktor penting dalam kemandirian siswa. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan sebanyak 89,70% (61 orang) mengatakan bahwa di perpustakaan bukunya telah lengkap. Selain itu juga sebanyak 95,58% (65 orang) menyatakan bahwa laboratorium sekolah telah mendukung dalam pembelajaran kimia. Selanjutnya orang tua siswa juga memfasilitasi belajar dengan baik salah satunya menyediakan fasilitas agar siswa bisa mengakses internet yaitu sebanyak 77,94% ( 53 orang). Adapun total persentase indikator ketersediaan sumber belajar di rumah dan di sekolah adalah sebanyak 87,74%.

  Sebanyak 31,64% (27orang) siswa mengatakan bahwa guru masih mengajar dengan metode ceramah dengan bantuan papan tulis, belum menggunakan media pembelajaran seperti power point. Sebanyak 89,70% (61 orang) siswa mengatakan menyukai belajar di laboratorium dibandingkan di kelas (Lampiran D3). Ketika di laboratorium siswa dapat langsung berhubungan dengan penggunaan alat-alat laboratorium dan siswa juga mendapatkan suasana belajar yang baru sehingga mengurangi rasa bosan siswa dibandingkan di dalam kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Bahkan saat melakukan observasi, gutu memindahkan pembelajaran dari kelas ke laboratorium karena menurut guru laboratorium memiliki ruangan yang lebih besar dibandingkan dengan di kelas sehingga siswa tidak terganggu dengan kehadiran observer.

  d. Kompetensi Profesionalisme Guru

  

Gambar 5. Persentase Pengaruh Kompetensi Profesionalisme Guru terhadap

Kemandirian Belajar Siswa

  Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa sebesar 72,05% (49 orang) siswa mengatakan bahwa guru selalu masuk kelas tepat waktu ketika bel belajar atau bel masuk berbunyi. Guru juga selalu hadir dalam setiap proses pemebalajaran, sebanyak 64,70% (44 orang) siswa mengatakan bahwa jika guru berhalangan hadir maka guru akan meninggalkan tugas kepada siswa untuk dikerjakan. Artinya guru sudah memiliki tanggung jawab karena meskipun tidak hadir guru tetap meninggalkan tugas untuk siswa.

  Indikator ketiga yaitu pemberian reward dan hukuman dalam proses pembelajaran memperoleh persentase sebesar 78,67% dengan penjabaran sebagai berikut: sebanyak 94,11% (64 orang) siswa menyukai cara guru dalam mengajar meskipun beberapa siswa mengatakan bahwa terkadang guru menyampaikan materi terlalu cepat. Guru juga memberikan reward berupa nilai kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaannya, menyampaikan pendapat dan mengerjakan soal di depan kelas sebesar 79,41% (54 orang). Selain itu guru juga bersikap tegas terhadap siswa yang melanggar aturan dalam proses pembelajaran sebesar 95,58% (65 orang). Sebanyak 45,58% (31 orang) siswa mengatakan guru tidak pernah bertindak terhadap siswa yang tidak menyelesaikan tugas tepat waktu, biasa nya guru akan memberikan tenggang waktu untuk mengumpulkan tugas tersebut.

  Berdasarkan data tersebut dapat dideskripsikan bahwa aspek pada faktor eksternal berada pada kategori cukup adalah aspek lingkungan sekolah (44,60%) dan menjadi aspek paling rendah. Ketiga aspek lainnya yaitu lingkungan keluarga (66,66%), fasilitas belajar (69,69%), dan kompetensi profesionalisme guru (71,80%) telah berada dalam kategori baik.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Siswa

  Berdasarkan pendapat Teguh (2012: 14) menyebutkan bahwa pengukuran kemandirian belajar siswa berdasarkan faktor internal yaitu percaya diri, disiplin, motivasi, inisiatif dan tanggung jawab. Menurut Slameto (2010: 54-60) faktor eksternal juga dapat mempengaruhi kemandirian belajar siswa yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, fasilitas belajar, dan kompetensi profesionalisme guru.

  Adapun faktor internal yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa yaitu aspek disiplin (90,18%) dalam kategori sangat baik, aspek motivasi (72,07%) dalam kategori baik, aspek tanggung jawab (44,33%) dan aspek inisiatif (42,81%) dalam kategori cukup. Faktor eksternal juga mempengaruhi kemandirian belajar siswa yaitu aspek lingkungan sekolah (44,60%) dalam kategori cukup, sedangkan lingkungan keluarga (66,66%), fasilitas belajar (69,69%) dan aspek kompetensi profesionaliasme guru (71,80%) dalam kategori baik.

  Berdasarkan nilai rata-rata faktor internal kedua kelas adalah sebesar 51,52% sehingga termasuk ke dalam kategori cukup, sedangkan nilai rata-rata faktor ekternal sebesar 63,18% dan termasuk ke dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa faktor eksternal lebih dominan mempengaruhi kemandirian belajar siswa.

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian kemandirian belajar siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 3 Sintang sudah baik. Hal ini terlihat dari siswa yang sudah disiplin, sudah bertanggung jawab, sudah memiliki inisiatif dan mampu memotivasi diri.

  Faktor internal yang mempengaruhi kemandirian siswa yaitu aspek disiplin (90,81%) berada pada kategori sangat baik sedangkan motivasi (72,07%) dalam kategori baik. Kemudian aspek tanggung jawab (44,73%) dan inisiatif (42,81%) berada pada kategori cukup sedangkan aspek percaya diri (7,2%) berada pada kategori

  

sangat kurang. Berdasarkan faktor internal diperoleh nilai rata-rata 51,52% sehingga

termasuk dalam kategori cukup.

  Faktor eksternal juga mempengaruhi kemandirian belajar siswa yaitu lingkungan sekolah (44,60%) berada pada kategori cukup, lingkungan keluarga

  (66,66%), fasilitas belajar (69,69%), dan kompetensi profesionalisme guru (71,80%) berada pada kategori baik. Berdasarkan faktor eksternal nilai rata-ratanya sebesar 63,18% dan termasuk dalam kategori baik.

  SARAN

  Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah guru perlu untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran yang bisa memicu siswa untuk mandiri. Selain itu, orang tua juga perlu terlibat dan bekerja sama dengan guru dalam pembelajaran siswa agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

  Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Bey, A., & Narfin, L. (2013). Pengaruh Kemandirian Belajar Matematika Terhadap Hasil

  Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kendari. Jurnal PMIPA/Matematika FKIP Unhalu Kampus Bumi Tridharma Kendari. Saefullah., Siahaan, P. & Sari I, M. (2013). Hubungan Antara Sikap Kemandirian

  Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X pada Pembelajaran Fisika Berbasis Portofolio. Jurnal Wahana Pendidikan Fisika. Sopianida, E., Purwaningsih, E., & Rosyid, R. (2015). Analisis Kemandirian Belajar Ditinjau dari Hasil Belajar Materi Persamaan Akutansi di SMAN I Ambawang.

  Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan Pontianak.

  Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta : Grasindo. Yamin, M. (2008). Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa .

  Jakarta : Gaung Persada Press.