PPT Penurunan Nilai MATERI AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH ( AKM ) | Maria Suryaningsih, SE, M.Ak PPT Penurunan Nilai

PENURUNAN NILAI
Kelompok 5
Anggota:

-Aliefia Liza Kusnuranti

-Aulia Kusumastuti
-Cindy Oktaviani
-Laras Putri Maidina

~Akuntansi Keuangan

Definisi Penurunan Nilai

 Penurunan nilai dari asset merupakan suatu kondisi di mana
nilai tercatat asset (carrying amount) melebihi jumlah
terpulihkan (recoverable amount). Dalam kondisi dimana
suatu entitas menghadapi penurunan nilai dari aset-asetnya,
maka banyak entitas yang melakukan penghapusan (writeoff) terhadap aset jangka panjangnya. Standart akuntansi
menyatakan bahwa suatu entitas harus mengevaluasi apakah
terdapat indikasi penurunan nilai terhadap aset yang

dimilikinya.

Indikasi Penurunan Nilai

 Menurut PSAK 48 (revisi 2009) tentang Penurunan Asset bahwa pada setiap
akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi
suatu asset pengalami penurunan nilai. Dalam menilai apakah indikasi bahwa
asset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas harus mempertimbangkan
minimum:
-

Informasi dari sumber-sumber ekternal

-

Informasi dari sumber-sumber internal

Entitas juga harus melakukan hal berikut.
1) Menguji penurunan nilai asset takterwujud dengan masa manfaat tidak
terbatas atau asset tak terwujud yang belum dapat digunakan, secara

tahunan,
2) Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam satu kombinasi
bisnis secara tahunan.

 Namun, penghitungan terperinci terkini atas jumlah terpulihkan aset
yang dilakukan periode terdahulu dapat digunakan dalam menguji
penurunan nilai untuk aset tersebut pada periode berjalan, sepanjang
semua kriteria berikut dipenuhi.
1) Jika aset tak berwujud tidak menghasilkan arus kas masuk dari
penggunaan secara berkelanjutan yang sebagian besar independen
dari arus kas masuk dari aset-aset atau kelompok aset.
2) Penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu
jumlah yang melebihi jumlah tercatat aset dengan margin yang
substansial.
3) Kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan saat ini
akan lebih kecil dari jumlah tercatat aset.

Pengukuran Penurunan
Nilai


 Setelah suatu entitas mengevaluasi adanya indikasi penurunan
nilai, dan ternyata menemukan adanya indikasi tersebut maka
harus dilakukan pengujian atas penurunan nilai. Pengujian tersebut
dilakukan dengan membandingkan antara jumlah tercatat dari asset
dengan jumlah terpulihkannya. Apabila tercatatnya lebih tinggi
dari jumlah terpulihkan, maka selisih antara keduanya tersebut
diakui sebagai rugi penurunan nilai dan nilai tercatat asset
diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan tersebut. Apabila
tercatat lebih rendah dari jumlah terpulihkan, maka tidak terdapat
penurunan nilai. Apabila terdapat indikasi-indikasi penurunan
nilai, maka entitas diharuskan membuat estimasi formal jumlah
terpulihkannya.

 Jumlah terpulihkan merupakan jumlah yang lebih tinggi antara nilai
wajar asset atau unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan
dengan nilai pakainya sedangkan nilai wajar dikurangi biaya
penjualan adalah jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu
asset atau unit penghasilan kas dalam transaksi antara pihak-pihak
yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi
biaya pelepasan asset. Nilai ini mencerminkan nilai yang dapat

dihasilkan oleh asset tersebut bila asset terjual setelah dikurangi
biaya untuk melakukan penjualan. Nilai pakai adalah nilai kini dari
taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima dari suatu asset
atau unit penghasil kas.

Pengakuan Rugi Penurunan
Nilai

 Rugi penurunan nilai adalah nilai terpulihkan lebih kecil dari nilai tercatat,
nilai tercatat asset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan. Rugi
penurunan nilai asset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif. Namun demikian, kerugian penurunan nilai atas asset
revaluasian diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang
kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk
asset yang sama. Rugi penurunan nilai atas asset revaluasian mengurangi
surplus revaluasi untuk asset tersebut. Ketika jumlah estimasi rugi
penurunan nilai lebih besar dari nilai tercatat asset yang terkait, entitas
mengakui liabilitas jika, dan hanya jika, hal ini disyaratkan oleh standar
akuntansi lainnya. Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban
penyusutan (amortisasi) asset disesuaikan di masa depan untuk

mengalokasikan nilai tercatat asset revision, setelah dikurangi nilai sisa (jika
ada), secara sisitematis selama sisa manfaatnya.

Penurunan Nilai pada Unit
Penghasil Kas
 Unit Penghasil Kas (UPK) asset adalah kelompok terkecil dari asset yang termasuk asset
tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari asset atau kelompok asset
lain. Jika terdapat indikasi bahwa suatu asset turun nilainya, jumlah terpulihkan diestimasi
untuk asset individual. Jika tidak mungkin mengestimasi jumlah terpulihkan asset individual,
entitas menentukan nilai terpulihkan dari UPK yang mana asset tercakup (asset dari unit
penghasil kas). Mengidentifikasi UPK memerlukan pertimbangan tersendiri. Jika jumlah
terpulihkan tidak dapat ditentukan untuk asset individual, entitas mengidentifikasi agregasi
terendah atas asset yang menghasilkan arus kas masuk yang berdiri sendiri. UPK diidentifikasi
secara konsisten dari periode ke periode untuk asset atau jenis asset yang sama, kecuali
perubahan dapat dijustifikasi.
Jumlah terpulihkan dari suatu asset individual tidak dapat ditentukan jika:
1) Nilai pakai asset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi nilai biaya
penjualan (contoh, apabila arus kas masa depan dari penggunaan asset tidak dapat
diestimasikan menjadi tak berarti)
2) Asset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok asset lain


Goodwill
 Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dalam suatu
kombinasi bisnis harus, sejak tanggal akuisisi, dialokasikan pada unit
penghasil kas pihak pengakuisisi, (atau kelompok unit penghasil kas) yang
diharapkan memberikan manfaat dari senergi kombinasi. Rugi penurunan
nilai dialokasikan untuk menurunkan jumlah tercatat dari asset dengan
tahapan sebagai berikut:
1) Menurunkan jumlah tercatat dari goodwill yang telah dialokasikan pada
UPK.
2) Mengalokasikan pada asset lainnya pada UPK secara perorate dari
jumlah tercatat pada masing-masing asset dalam UPK.



Sebagai ilustrasi, PT Lolipop melakukan pengujian atas penurunan nilai UPK Z dan memperoleh informasi
sebagai berikut.
Jumlah tercatat
Goodwill Rp 2.000.000.000
Aset tetap, pada biaya terdepresiasi


Rp 6.000.000.000

Aset tak berwujud, pada biaya terdepresiasi

Rp 4.000.000.000

Properti investasi, pada biaya terdepresiasi

Rp 5.000.000.000

Aset keuangan, pada nilai wajar
Persediaan, pada biaya
Piutang dagang
Total

Rp 2.140.000.000

Rp 1.000.000.000


Rp 2.600.000.000

Rp 22.740.000.000

Setelah melakukan pengujian penurunan nilai, PT Lolipop menemukan bahwa jumlah terpulihkan pada UPK
Z adalah Rp 16.000.000.000 dan property investasi adalah Rp 4.000.000.000. Alokasi penurunan nilai pada
asset individual adalah sebagai berikut.
Pertama, kerugian penurunan nilai yang diakui adalah terhadap property investasi yang memiliki nilai wajar
yang jelas yaitu Rp 4.000.000.000 sehingga diakui penurunan nilai sebesar Rp 1.000.000.000. Jurnal untuk
mengakui
penurunan
nilaiNilai
adalah
sebagai berikut.
Rugi
Penurunan
– Properti
Investasi
Rp 90.000.000


Properti Investasi

Rp

 Kedua, membandingkan jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkan. Nilai tercatat UPK Z
kini adalah Rp 21.740.000.000 (Rp 22.740.000.000 – Rp 1.000.000.000). Nilai tersebut
lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, sehingga PT Lolipop akan mengakui kerugian
penurunan nilai pada UPK Z sebesar Rp 5.740.000.000 (Rp 21.740.000.000 – Rp
16.000.000.000). Jumlah kerugian tersebut hanya dialokasikan pada asset tetap dan asset
tak berwujud karena property investasi telah diturunkan nilainya menjadi sebesar jumlah
terpulihkan dan asset selain asset tetap dan asset tak berwujud di luar dari ruang lingkup
PSAK 48. Alokasi kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut.
Jumlah

Alokasi Kerugian

Jumlah Tercatat Setelah

Tercatat


Penurunan Nilai

Alokasi Penurunan Nilai

(Rp Juta)

(Rp Juta)

(Rp Juta)

Goodwill

2.000

- 2.000

0

Aset tetap


6.000

- 2.244

3.756

Aset tak berwujud

4.000

- 1.496

2.504

4.000

-

4.000

Aset keuangan

2.140

-

2.140

Persediaan

1.000

-

1.000

Piutang dagang

2.600

-

2.600

21.740

- 5.740

16.000

Properti investasi
(Rp 5 miliar – Rp 1 miliar)

Total

 Pertama, dialokasikan terlebih dahulu pada nilai goodwill yaitu sebesar Rp 2.000.000.000.
Kedua, dialokasikan pada asset tetap dan asset tak berwujud.
Alokasi terhadap asset tetap adalah sebagai berikut.
Alokasi Kerugian Penurunan Nilai pada Aset Tetap
= (Rp 5.740.000.000 – Rp 2.000.000.000) x 0,6
= Rp 2.244.000.000
Alokasi terhadap asset tak berwujud adalah sebagai berikut.
Alokasi Kerugian Penurunan Nilai pada Aset Tak Berwujud
= (Rp 5.740.000.000 – Rp 2.000.000.000) x 0,4
= Rp 1.496.000.000
Pencatatan atas alokasi tersebut adalah sebagai berikut.
Rugi penurunan Nilai – Aset Tetap

Rp 5.740.000.000

Goodwill

Rp 2.000.000.000

Aset Tetap

Rp 2.244.000.000

Aset Tak Berwujud

Rp 1.496.000.000

Aset Korporat
 Aset korporat termasuk asset kelompok atau divisi seperti bangunan
kantor pusat atau divisi dari entitas, perlengkapan EDP, atau pusat
penelitian. Karakteristik khusus asset korporat adalah bahwa asset
korporat tidak menghasilkan arus kas masuk secara independen dari asset
atau kelompok asset lain dan jumlah tercatatnya tidak sepenuhnya
diatribusikan ke unit penghasil kas yang sedang ditelaah. Jika sebagian
jumlah tercatat asset korporat, adalah sebagai berikut:
1) Dapat dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten terhadap
unit tersebut.
2) Tidak dapat dialokasikan pada suatu dasar yang layak dan konsisten
ke unit itu



Pemulihan Rugi Penurunan
Aset
Entitas menilai pada akhir setiap periode laporan
apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan
nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk asset (selain Goodwill, karena
untuk Goodwill tidak diperbolehkan adanya pemulihan rugi penurunan nilai) mungkin tidak ada
lagi atau mungkin telah menurun. entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini:
 Informasi yang bersumber dari luar, antara lain sebagai berikut.
1) Nilai wajar asset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut.
2) Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi selama
periode tersebut.
3) Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun selama
periode itu.
 Informasi yang bersumber dari dalam, antara lain sebagai berikut.
1) Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama
periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat
2) Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengidikasikan bahwa kinerja ekonomi asset
lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.

Penyajian dan Pengungkapan
 Terkait dengan depresiasi dan penurunan nilai, maka dalam
penyajiannya pada laporan keuangan suatu entitas harus
mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut.
1) Keberadaan dan jumlah pembatasan hak milik dan aset tetap yang
dijaminkan untuk utang.
2) Jumlah pengeluaran yang diakui sebagai aset dalam penyelesaian.
3) Jumlah komitemen kontraktual dalam memperoleh aset tetap.
4) Jumlah kompensasi pihak ketiga atas aset tetap yang dimasukkan ke
laba rugi.
5) Jika ada perubahan estimasi terkait dengan masa manfaat, nilai
residu atau metode penyusutan.

 ANY QUESTION