71835160 Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batubara merupakan bahan bakar utama yang kini banyak digunakan oleh
industri skala menengah besar karena mampu menghasilkan tenaga yang besar
dengan tingkat efisiensi yang sangat tinggi. Keunggulan batubara sebagai
bahan bakar utama pembangkit tenaga adalah potensi panas yang dihasilkan
relatif stabil, praktis cata pemakaiannya, tersedia dalam jumlah yang relatif
besar dan murah.
Akan tetapi, limbah hasil pembakaran batubara ditengarai banyak mengandung
unsur berbahaya B3 yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada
manusia.
Disisi lain, Lumpur Lapindo atau Lumpur Panas Sidoarjo (Lusi) muncul akibat
peristiwa alam yang mengakibatkan timbulnya pemikiran untuk model
pemanfaatan yang bersifat lokal dengan skala besar. Komponen dasar Lusi
yang terdiri dari clay merupakan kombinasi padatan pasir, cairan dan gas
dengan berbagai kandungan bahan kimia dan senyawa-senyawa yang terdapat
dalam perut bumi terbawa keluar bersama saat terjadi semburan. Hal ini lebih
baik dapat disikapi sebagai suatu potensi bahan baku industri daripada suatu

bencana yang berkepanjangan tanpa pemikiran untuk pemanfaatan dalam skala
besar.
Untuk jangka panjang, dalam upaya pemanfaatan mineral serta mendukung
kegiatan pembangunan infrastruktur serta penanganan masalah lingkungan
maka Lusi dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi. Berdasarkan sifatsifat dasar yang dimiliki serta hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan
ternyata Lusi setelah ditambah dengan abu batubara dapat dikembangkan
menjadi bahan keramik melalui proses pembakaran dengan hasil yang cukup
baik, keras, stabil dan memiliki bobot relatif ringan dibandingkan dengan
bahan keramik pada umumnya.

1

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

Abu batubara yang digunakan sebagai bahan tambahan merupakan limbah dari
pembakaran batubara yang dihasilkan dari beberapa pabrik atau industri seperti
pabrik tekstil, pengolahan kayu serta pabrik lainnya yang memerlukan bahan
bakar berkelanjutan dalam jumlah yang besar dengan harga relatif murah.
Bahan ini potensinya ternyata cukup melimpah dan belum banyak
termanfaatkan dengan baik seiring dengan naiknya harga BBM.

Proses pembakaran batubara untuk menghasilkan tenaga dalam industri akan
menghasilkan sisa pembakaran yang disebut abu terbang (fly ash) serta
endapan abu (bottom ash) yang apabila tidak dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya akan dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Penelitian bermaksud untuk mengetahui seberapa besar potensi limbah
batubara di wilayah kajian yang dapat digunakan sebagai bahan campuran
pembuatan batu bata dari bahan dasar Lusi.
Tujuan penelitian adalah menyelaraskan kapasitas potensi limbah batubara dari
berbagai industri di wilayah kajian dengan kapasitas pengelolaan Lusi menjadi
bata bata serta mempelajari prosedur teknis pengadaan limbah batubara dari
industri di wilayah kajian untuk dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan batu bata berbahan dasar lumpur Lapindo.
1.3. Permasalahan
Besarnya potensi limbah batubara (fly ash maupun bottom ash) sebagai hasil
pembakaran untuk memperoleh tenaga pada industri di beberapa daerah sentra
industri terpadu Jawa Timur hingga kini belum ada program penanganan untuk
mengelola dan memanfaatkannya secara terpadu berskala ekonomis.
Di sisi lain, besarnya luapan Lumpur Sidoarjo (Lusi) juga belum dapat
dimanfaatkan secara maksimal sebagai suatu solusi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah terdampak.

Hasil kajian awal secara teoritis menyebutkan, bahwa penambahan limbah
batubara dalam pembuatan batu bata dengan bahan baku utama Lusi diduga
akan menghasilkan batu bata dengan tingkat kekuatan yang lebih baik, lebih
kuat dan relatif murah harganya karena potensi sumber bahan baku yang
melimpah, baik Lusi maupun limbah batu bara.
2

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

Dalam aspek teknis pengelolaan limbah batubara dengan memanfaatkannya
sebagai bahan baku pembuatan batu bata berbahan dasar lumpur Lapindo, saat
ini belum ada keterpaduan prosedur administratif antara para pengelola industri
yang menghasilkan limbah batubara dengan pengelola industri batu bata
berbahan dasar lumpur Lapindo, sehingga perlu dirancang suatu program kerja
teknis bersama yang dapat mendukung pembuatan batu bata tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menelaah sejauh mana potensi
limbah batu bara dari segi kuantitas, kualitas serta keterpaduan teknis detil
pemanfaatannya sehingga dapat menghasilkan batu bata yang bermutu tinggi.
1.4. Manfaat
Hasil kajian sangat bermanfaat untuk memberikan gambaran luas kepada

Pemerintah dan industri yang mengolah Lusi dengan campuran limbah
batubara menjadi batu bata dan bahan bangunan berupa seberapa besar potensi
limbah batu bara yang secara ekonomis dapat menunjang operasional
pembuatan batu bata dari bahan dasar lumpur.
1.5. Out Put
Diperolehnya data-data konkret dan akurat mengenai jumlah potensi limbah
batubara (baik dalam bentuk fly ash maupun dalam bentuk bottom ash) dan
jumlah potensi lumpur Lapindo yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang
pengadaan bahan baku pembuatan batu bata di sekitar wilayah terdampak
Lumpur Lapindo, Porong – Sidoarjo.
Diperolehnya rancangan prosedur teknis administratif pengelolaan limbah
batubara dari para pengelola industri untuk mendukung pengadaan bahan baku
limbah batubara sebagai campuran dalam pembuatan batu bata berbahan dasar
lumpur Lapindo secara berkesinambungan.
Terbukanya peluang jalinan kerjasama multisektoral antara para pengelola
industri penghasil limbah batubara dengan pengelola industri batu bata
berbahan dasar lumpur Lapindo.
1.6. Out Come
Bagi dunia Industri pengguna batubara akan diperoleh solusi mengenai
program perencanaan pembuangan limbah batubara yang nantinya dapat

ditingkatkan menjadi hasil samping (by product) untuk campuran bahan baku
3

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

pembuatan batu bata dengan bahan utama Lusi. Dengan demikian, potensi
cemaran (terutama kandungan logam berat B3) dapat dieliminasi sekaligus
dapat menciptakan nilai tambah baik dari segi distribusi, mobilitas kerja bagi
masyarakat dan tumbuhnya industri baru.
Bagi masyarakat di wilayah terdampak lumpur lapindo akan memberikan
solusi nyata berupa pola pemanfaatan Lusi menjadi batu bata dengan
penambahan limbah batubara sehingga akan dihasilkan batu bata berkualitas
tinggi dengan teknologi madya.
Bagi Pemerintah merupakan jalan keluar (way out) bagi pemecahan masalah
penanganan dan pengelolaan Lusi sekaligus limbah batubara menjadi batu bata
berkualitas tinggi sehingga menumbuhkan lapangan kerja baru dan
meningkatkan dinamika perekonomian di propinsi Jawa Timur dalam arti luas.
Bagi khalayak luas merupakan alternatif baru dalam memilih batu bata untuk
pembangunan properti terutama sarana/prasarana fasilitas umum dengan
memanfaatkan batu bata yang dibuat dari bahan baku utama Lusi dengan

campuran limbah batubara yang aman bagi kesehatan, mudah diperoleh dan
murah harganya.

4

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

BAB 2
TELAAH PUSTAKA
2.1. Pemanfaatan Batubara dan Potensi Limbahnya
Di Indonesia batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar yang telah
umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih
hemat dibandingkan solar dengan perbandingan sebagai berikut :
Solar Rp. 0,74 / kg kalori sedangkan batu bara hanya Rp. 0,09 / kg kalori
(berdasarkan harga solar industri Rp. 6.200,- / liter).
Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi
Indonesia, sangat berlimpah dan mencapai puluhan milyar ton. Keberadaan
limbah batubara di Jawa Timur cukup melimpah karena keberadaan
perusahaan pemakai batubara seperti pabrik kertas serta industri-industri besar
yang tersebar di daerah Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto dan Gresik.

Abu terbang batubara umumnya dibuang di landfill atau ditumpuk begitu saja
di dalam area industri. Penumpukan abu terbang batubara ini menimbulkan
masalah bagi lingkungan. Berbagai penelitian mengenai pemanfaatan abu
terbang batubara sedang dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomisnya
serta mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) disebutkan bahwa fly ash tidak boleh dipaparkan
di tempat terbuka.
Namun penggunaan batubara itu sendiri masih menimbulkan masalah yang
membutuhkan penyelesaian secara bersama antara pemerintah dan dunia usaha,
yaitu dalam pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)
batubara “bottom ash and fly ash”, mengingat volume limbah yang semakin
meningkat dengan kualitas yang bervariasi. Pengelolaan limbah batubara
(bottom ash and fly ash ) melalui upaya pemanfaatan sebagai bahan bakar dan
sebagai filler pada industri semen, batu bata serta untuk bahan baku lainnya,
maka penanganan permasalahan sebagian limbah batu bara telah mendapatkan
solusinya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang
5

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO


Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) disebutkan bahwa fly
ash tidak boleh dipaparkan di tempat terbuka.

Abu terbang sebagai limbah pembakaran batubara selama ini masih ditimbun
di lahan kosong. Hal ini berpotensi bahaya bagi lingkungan dan masyarakat
sekitar seperti, logam-logam dalam abu terbang terekstrak dan terbawa ke
perairan, abu terbang tertiup angin sehingga mengganggu pernafasan. Sudut
pandang terhadap abu terbang harus dirubah, abu terbang adalah bahan baku
potensial yang dapat digunakan sebagai adsorben murah. Beberapa investigasi
menyimpulkan bahwa abu terbang memiliki kapasitas adsorpsi yang baik untuk
menyerap gas organik, ion logam berat, gas polutan. Modifikasi sifat fisik dan
kimia perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi.
2.2. Lumpur Lapindo
Lumpur Lapindo sering disebut juga dengan Lumpur Sidoarjo (Lusi) diduga
berasal dari paduan formasi Kalibeng dan formasi Kujung yang banyak
mengandung silt dan sisipan pasir. Silt adalah nama umum clay dengan mineral
utama monmorilonit mengandung 50 % partikel klasik berdiameter kurang dari
0,0625 mm. Mineral umum yang terdapat dalam kandungan lumpur Lapindo
antara lain kuarsa, kalsedon, opal, feldspar, mika, hydromika (illit), khlorit,

besi oksida, kaolit, monmorilonit, karbonat, material karbonaseus, glaukonit

dan campuran komposit mineral amorphous. Kandungan ini secara umum tidak
membahayakan manusia, akan tetapi saat terjadi semburan ke permukaan bumi
melalui beberapa lapisan dalam tanah diduga akan terbawa gas metan dan gas
sulfida, maka kandungan akhir yang terjadi di permukaan bumi menjadi
bermacam-macam.
Beberapa hasil uji kandungan bahan/mineral yang terkandung dalam lumpur
Lapindo antara lain:
a. Hasil analisa Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan ITS Surabaya,
lumpur Lapindo mengandung Fenol 4 kali lebih besar, raksa 2 kali lipat dan
nitrit 6 kali lipat dari baku mutu limbah cair sesuai SK Gubernur Jatim
Nomer 45 tahun 2002.
b. Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri juga melakukan analisa bahwa
lumpur Lapindo mengandung hidrogen sulfida (H2S).
6

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

c. Balai Besar Teknik Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular

(BBTKL PPM) melaporkan bahwa lumpur Lapindo memiliki pH dan
salinitas seperti pada air laut, disamping kandungan fenol dan senyawa
lainnya. Lumpur juga mengandung beberapa senyawa logam berat seperti:
Parameter

Satuan

Batas Maks.

Hasil Pengujian

Limit Deteksi

Merkuri (Hg)

Mg/l

0,2