BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal - Analisis Hubungan Kepemilikan insider Dengan Fund Return, Fund Turn Over, dan Fund Tax Cost Reksa Dana Saham periode 2010-2013

  Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta menjadi referensi bagi para peneliti selanjutnya yang dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Pasar Modal

  Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai pasar uang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak (Tandelilin, 2001: 25).

  Sedangkan menurut Abdul (2005: 1), Pasar modal secara formal dapat diartikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang diperjual belikan. Sekuritas di indonesia yang umumnya diperdagangkan ialah saham, obligasi, dan reksa dana. Menurut Dermawan (2007: 188) pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan.

  2.2. Reksa Dana

  Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Reksa Dana menurut Gunawan dan Almira (2006: 7) merupakan suatu bentuk pemberian jasa yang didirikan untuk membantu investor yang ingin berpartisipasi dalam pasar modal tanpa adanya keterlibatan secara langsung dlam prosedur,administrasi,dan analisis dalam sebuah pasar modal. Dalam kamus keuangan Reksa Dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersih.

2.2.1. Jenis-Jenis Reksa Dana

  Pada umumnya semua reksa dana memiliki kesamaan struktur namun berbeda tujuannya. Membedakan reksa dana dibedakan melalui beberapa sudut pandang yaitu dari segi sifat, instrumen reksa dana, segi hukum dan dari klasifikasi lainnya.

2.2.1.1.Reksa Dana Dilihat dari Segi Sifat

  Menurut Gunawan dan Almira (2006: 10) dilihat dari segi sifatnya, reksa dana dibagi atas:

1. Open-end Fund

  Open-end Fund atau Reksa dana terbuka mempunyai arti bahwa reksa dana

  memberi kemungkinan bagi investor untuk membeli saham atau unit penyertaan dari reksa dana dan dapat menjual kembali pada reksa dana tanpa dibatasi jumlah saham atau unit penyertaan yang diterbitkan.

  2. Closed-end Fund

  

Closed-end Fund adalah suatu bentuk reksa dana di Amerika Serikat yang serupa

  dengan reksa dana tertutup di Indonesia. closed-end fund disebut juga dengan reksa dan tertutup yang hanya ada dalam reksa dana berbentuk perseroan terbatas dan reksa dana ini melakukan operasi dengan jumlah saham yang tetap dan tidak mengatur secara reguler penerbitan saham baru.

  3. Unit Investment Trusts

  Unit Investment Trusts merupakan suatu perusahaan dibidang investasi yang

  memebeli portofolio efek (berdasarkan pada perjanjian Trust Indenture) dengan menggunakan kumpulan dana dari pemegang saham atau unit penyertaan.

2.2.1.2. Reksa Dana Dilihat dari Instrumen Reksa Dana Melakukan Investasi

  Berdasarkan instrumen dimana reksa dana melakukan investasi, maka reksa dana dibagi menjadi empat kategori (Gunawan dan Almira, 2006: 24):

  1. Reksa Dana Pasar Uang ( Money Market) Reksa dana ini melakukan pilihan investasi pada jenis instrumen investasi pasar uang dengan masa jatuh tempo kurang dari satu tahun dan mempunyai tingkat resiko lebih rendah dibanding investasi lainnya. Bentuk instrumen investasinya antara lain ialah Time Deposit (Deposito Berjangka), Certificate of Deposit (Sertifikat Deposito), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).

  2. Reksa Dana Obligasi

  Reksa dana ini mempunyai jenis portofolio investasi dalam efek yang berbentuk surat utang, seperti obligasi dengan komposisi jumlah minimal sebanyak 80% dari total asetnya. Instrumen obligasi yang paling banyak diminati oleh Manajer Investasi adalah jenis Surat Utang Negara (Government Bond) yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia.

  3. Reksa Dana Saham Reksa Dana Saham ialah reksa dana yang portofolio investasinya pada instrumen berbentuk saham (equity) dengan jumlah sekurang-kurangnya 80% dari total aset investasi. Investor yang membeli reksa dana saham akan mendapatkan hasil keuntungan yang berbentuk dividen dan capital gain.

  4. Reksa Dana Campuran Reksa dana ini mengalokasikan dana investasinya dalam bentuk portofolio investasi yang bervariasi. Instrumen reksa dana campuran dapat berbentuk saham dan dikombinasikan dengan instrumen obligasi.

2.2.1.3. Reksa dana Berdasarkan Bentuk Hukum

  Menurut Mangasa (2010: 188) Reksa dana berdasarkan bentuk hukum dibagi atas:

1. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (PT)

  Reksa Dana berbentuk perseroan adalah suatu perusahaan yang kegiatannya usahanya secara khusus menghimpun dana dengan menjual saham reksa dana, dan selanjutnya dana yang diperoleh dengan penjualan saham reksa dana tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang seperti saham-saham, surat utang obligasi, deposito dan lain-lain.

  Ketentuan mekanisme kegiatan reksa dana berbentuk perseroan juga dapat bersifat tertutup dan terbuka dimana semua kekayaannya wajib disimpan pada bank kustodian sesuai dengn kontrak pengelolaan dan penyimpanan kekayaan reksa dana yang dibuat oleh direksi dengan manajer investasi sebagai pihak yang mengelola reksa dana dan bank kustodian sebagai pihak yang menyimpan atau pengamanan dari seluruh aset reksa dana.

2. Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

  Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) adalah kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan dimana manajer investasi diberikan wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Reksa dana berbentuk KIK juga hanya diperkenakan bersifat terbuka, yang berarti penjualan unit penyertaan reksa dana (redemtion) oleh nasabah wajib dibeli oleh manajer investasi yang bersangkutan.

  Disamping klasifikasi reksa dana yang telah dikemukan tersebut, reksa dana juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis reksa dana sebagai berikut (Mangasa, 2010: 194): 1. Reksa Dana Saham

  Reksa Dana Saham (Equity Fund) adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas atau saham. Reksa dana ini mengupayakan untuk memperoleh capital

  

gain dalam jangka panjang. Dengan komposisi saham sebagai komposisi utama

  dalam portofolio reksa dana saham, maka secara teoritis pergerakan harga atau NAB reksa dana saham akan lebih fluktuatif atau lebih beresiko dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya, dalam jangka panjang reksa dana saham akan memberikan potensi pertumbuhan NAB yang lebih besar dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya.

  2. Reksa Dana Pendapatan Tetap Reksa dana pendapatan tetap (fixed income) adalah reksa dana yang portofolio efeknya sekurang-kurangnya 80% terdiri dari efek-efek yang bersifat utang.

  Reksa dana ini mengkhususkan pada efek yang memberikan pendapatan secara tetap.

  3. Reksa Dana Pasar Uang Reksa dana pasar uang adalah reksa dana dimana portofolio asetnya terdiri dari sekurang-kurangnya 80% dalam bentuk efek bersifat utang jangka pendek dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksa dana ini mengutamakan investasi pada jenis-jenis efek di pasar uang dengan orientasi pendapatan jangka pendek, seperti deposito ,Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat-surat utang jangka pendek lainnya.

  4. Reksa Dana Campuran Reksa dana campuran (Balance Fund) adalah komposisi yang portofolionya tidak mengacu kepada komposisi sekurangkurangnya 80% untuk saham, surat utang dan pasar uang pada masing-masing reksa dana saham, reksa dana berpendapatan tetap atau reksa dana pasar uang. Reksa dana campuran dapat melakukan investasi baik pada efek utang maupun ekuitas atau saham dan pasar uang dengan porsi yang berbeda-beda. Tujuan reksa dana campuran dimaksudkan agar Manajer Investasi dapat lebih fleksibel melakukan diversifikasi terhadap portofolio reksa dana yang dikelolanya.

  5. Reksa Dana Terproteksi Pengertian reksa dana terproteksi menurut peraturan Bapepem-LK No.IV.C.4 adalah reksa dana yang memberikan jaminan kepada para investor bahwa dana yang diinvestasikannya tidak akan mengalami kerugian, karena dana yang diinvestasikan para investor pada produk reksa dana terproteksi diharapkan sekurang-kurangnya tetap sama denga jumlah investasi awal.

  6. Reksa Dana Penjaminan Reksa dana penjaminan adalah reksa dana yang memberikan jaminan atas nilai investasi awal pada saat jatuh tempo. Namun penjaminan bukan oleh manajer investasi, tetapi melalui penjaminan oleh pihak ketiga seperti bank asuransi dan sebagainya. Investasi reksa dana penjaminan adalah pada efek utang dengan peringkat layak investasi, sekurang-kurangnya 80% dari NAB.

  7. Reksa Dana Indeks Reksa Dana Indeks adalah reksa dana yang portofolio efeknya terdiri atas efek yang menjadi bagian dari suatu indeks yang menjadi acuannya sekurang- kurangnya 80% dari NAB diinvestasikan pada efek yang merupakan bagian dari kumpulan efek yang ada dalam indeks tersebut. Dimana pembobotan masing- masing efek antara 80%-120%.

  8. Reksa Dana Syariah Reksa dana syariah merupakan suatu produk keuangan yang harus mengacu pada sistem keuangan islam. Misalnya tidak diinvestasikan pada saham-saham atau obligasi dari perusahaan yang produknya bertentangan dengan syariah islam, seperti pabrik makanan dan minuman yang mengandung alkohol, daging babi, rokok, jasa keuangan konvensional seperti produk perbankan yang menggunakan bunga sebagai imbal hasilnya, seperti bisnis hiburan yang berbau maksiat.

  9. Reksa Dana Exchange Trade Fund (ETF) Reksa dana Exchange Trade Fund (ETF) adalah suatu bentuk reksa dana karena seluruh portofolio reksa dana dikelola oleh manajer investasi dan disimpan oleh bank kustodian, aset portofolio reksa dana ETF mengacu kepada suatu indeks tertentu seperti reksa dana yang kinerjanya pada indeks LQ-45.

  10. Reksa Dana Real Estat (Dire) Reksa dana real estat adalah suatu jenis reksa dana dimana manajer investasi membeli dan mengelola gedung seperti misalnya gedung perkantoran atau apartemen.

2.2.2. Nilai Aktiva Bersih (NAB)

  Menurut Mangasa (2010: 158) Ukuran dari nilai portofolio efek suatu reksa dana adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV). Dengan demikian kinerja suatu produk reksa dana dapat dilihat dari NAB masing-masing reksa dana yang menjadi satuan dari nilai aset suatu reksa dana. Nilai Aktiva Bersih suatu reksa dana dapat berfluktuasi walaupun fluktuasi reksa dana tersebut tidak sesering dan sebesar fluktuasi dari saham.

  Secara umum NAB suatu reksa dana dangat tergantung kepada kinerja sekuritas yang menjadi portofolio reksa dana yang bersangkutan yaitu apabila harga pasar dari aset-aset yang menjadi portofolio reksa dana mengalami kenaikan, maka secara otomatis NAB reksa dana yang bersangkutan juga akan mengalami kenaikan dan sebaliknya apabila aset-aset dalam prtofolio reksa dana mengalami penurunan di pasar maka otomatis total NAB reksa dana yang bersangkutan juga akan mengalami penurunan. Nilai Aktiva Bersih (NAB) dapat ditulis dengan formula: NAB = Market value of asset – liabilities / shares outstanding

2.2.3. Return Reksa Dana

  Reksa dana (mutual fund) merupakan portofolio yang dibentuk oleh perusahaan reksa dana dan dijual kembali kepada masyarakat dalam bentuk unit penyertaan. Salah satu tujuan dari reksa dana adalah untuk meminimumkan resiko tidak sistematik (dengan membentuk portofolio) dan untuk menghasilkan return yang tinggi (Jogiyanto, 2013: 605). Perhitungan return portofolio dapat dihitung dengan cara sebagai berikut ini: NABt − NAB t−1

  R p =

  NAB t−1

  Notasi : R p = Return portofolio NAB t = NAB yang merupakan nilai portofolio periode sekarang (t) NAB = NAB yang merupakan nilai portofolio periode tahun lalu (t-1)

  t-1

  Perhitungan portofolio diatas hanya melibatkan satu periode saja, yaitu antara waktu membeli portofolionya sampai waktu menjual portofolionya. Jika investasi portofolio melibatkan beberapa periode, maka perhitungan return rata-rata dapat dilakukan dengan cara rata-rata geometrik dan rata-rata timbangan rupiah (rupiah-

  

weighted ). Return rata-rata geometrik (geometric mean) disebut juga dengan istilah

return timbangan waktu (time-weighted return) yang dapat dihitung dengan rumus: 1/n

  RG = [(1+R

  1 ) + (1+R 2 ) ... (1+ Rn)] – 1

  Notasi : RG = Rata-rata Geometrik Ri = return untuk periode ke-i n = Jumlah dari return

2.2.4. Kinerja Reksa Dana

  Untuk mengukur kinerja reksa dana terdapat beberapa model return sesuaian

  • resiko (risk-adjusted return): a.

  Reward To variability ( Sharpe Measure )

  Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukuran ini dilakukan dengan membagi return lebih (excess return) dengan variabilitas (variability) return portofolio. Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Sharpe (Sharpe Measure) atau disebut dengan Reward to Variability ( RVAR). Adapun rumus perhitungan RVAR ialah sebagai berikut:

  ������ ������−

  RVAR = Notasi: RVAR = reward to variability atau pengukur Sharpe ������ = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu ����� = rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu

  = variabilitas yang diukur dengan deviasi standar dari return potofolio dalam perioda tertentu ����� = return lebih (excess return) portofolio

  ������ − Nilai RVAR menunjukkan kinerja dari portofolio, semakin besar nilai RVAR maka semakin baik kinerja dari portofolionya.

  b.

   Reward To Volatility (Treynor Measure)

  kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi

  

return lebih ( excess return) dengan volatilitas ( risikio sitematik beta dari aktiva)

  portofolio. Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Treynor (Treynor Measure) atau disebut juga dengan reward to valatility (RVOL).

  Adapun rumus perhitungan RVOL ialah sebagai berikut:

  ������ ������−

  RVOL = Notasi : RVOL = reward to volatility atau pengukur Treynor ������

  = rata-rata return total portofolio perioda tertentu = rata-rata return aktuiva bebas risiko perioda tertentu

  ����� = volatilitas yang diukur dengan beta portofolio perioda tertentu

  ����� = return lebih (excess return) portofolio ������ − Nilai RVOL menunjukkan kinerja portofolio, semakin besar nilai RVOL semakin baik kinerja portofolionya. Berbeda dengan Sharpe, Treynor membagi return lebih portofolio (reward) dengan beta portofolio. Treynor beragumentasi bahwa portofolio yang dibentuk mestinya adalah portofolio optimal, maka risiko unik (unsystematic risk) dapat diabaikan dan yang maih tertinggal adalah resiko sistematik (systematic risk) yang diukur dengan beta.

  c.

  Reward to Market Risk Karena skala pembagi antara pengukur Sharpe dan pengukur Treynor berbeda, maka hasil keduanya tidak dapat dibandingkan. Sehingga solusinya ialah dengan memodifikasi pengukuran Treynor dengan menggunakan pembagi yang sama dengan yang digunakan sharpe. Nilai pembagi di pengukur Treynor ini akan dimodifikasi supaya mempunyai skala persentase dengan merubah risiko sistematik dan skala desimal menjadi rieiko sistematik dalam skala persentase.

  2

  2

  • M

  . Adapun pengukuran Reward to Nilai risiko sistematik adalah sebesar βp

  Market Risk (RMAR) ialah sebagai berikut: ������ ������−

  RMAR = . RMAR = reward to market risk atau pengukur Treynor modifikasian • M = risiko pasar (risiko sistematik) portofolio dalam perioda tertentu. βp d.

   Reward to Diversification

  Pengukur Reward to Market Risk (RMAR) sebagai modifikasi dari pengukur Treynor masih belum dapat menjelaskan seberapa besar diversifikasi yang seharusnya dicapai oleh portofolio. Besarnya diversifikasi yang tidak dilakukan oleh portofolio adalah sebesar risiko total yang terjadi ( p ) dikurangi dengan risiko sistematiknya( . M ) atau sebesar ( p - . M ). Nilai ini adalah besarnya

  βp βp diversifikasi yang tidak mampu dilakukan oleh portofolio. Semakin besar nilai ( p - . M ) semakin jelek kinerja dari portofolionya. Dengan demikian Reward

  βp

  to Diversification (RDIV) dapat dirumuskan sebagai: ������ ������−

  RDIV = − . Notasi : RDIV = reward to diversification

  . M = risiko pasar portofolio jika terjadi diversifikasi penuh βp ( p - . M ) = risiko yang tidak mampu didiversifikasi oleh portofolio

  βp e.

   Jensen’s Alpha

  Pengukuran Jensen’s Alpha adalah pengukuran yang dikembangkan dari CAPM. Pengukuran Jensen’s Alpha atau disebut juga dengan nama pengukur return diferensial (Jensen’s differential return measure) adalah selisih antara return rata- rata portofolio dengan nilai menurut CAPM sebagai berikut:

  �����

  P = ( ) - �����)

  α ������ − ( ����� − = Jensen’s Alpha

  P

  α ������

  = rata-rata return portofolio perioda tertentu ����� = rata-rata return aktiva bebas risiko perioda tertentu

  ����� = rata-rata premium risiko portofolio (portofolio risk premium)

  ������ − �����) = rata-rata premium risiko pasar (market risk premium)

  ����� − f. Rasio Informasi

  Pengukuran ini merupakan rasio an ) dengan risiko unik portofolio tar alpha (α p atau risiko nonsistematik portofolio yang disebut sebagai tracking error dari

  ep ) sebagai berikut ini:

  industri (σ

  ∝

  RI= Notasi: RI = rasio informasi

  = alpha portofolio

  p

  α

  ep = risiko unik portofolio

  σ Nilai rasio informasi ini mengukur return tidak normal per unit risiko yang dapat didiversifikasi dengan memegang portofolio indeks pasar.

2.2.5. Resiko Reksa Dana

  Resiko-resiko investasi di Reksa Dana Gunawan dan Almira (2009: 21): 1.

  Resiko menurunnya Nilai Aktiva Bersih / Net Asset Value Unit Penyertaan Penurunan NAB/NAV Unit Penyertaan dapat disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan ke dalam portofolio Reksa Dana mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal.

2. Resiko Likuiditas

  Likuiditas merupakan salah satu syarat penting dalam melakukan investasi agar pengelolaan dana dapat dlakukan secara maksimal. Tanpa adanya likuiditas, investor dapat mengalami kesulitan dana dalam bentuk kerugian tunai akibat tidak dapat menjual portofolio investasinya. Pemilik reksa dana yang akan menjual kembali unit penyertaannya diharapkan dapat menerima uang tunai secepat mungkin. Potensi risiko likuiditas dapat terjadi apabila pemegang unit penyertaan pada salah satu manajer investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas unit penyertaan reksa dana. Penundaan pembayaran atau kesulitan likuiditas dapat dialami oleh manajer investasi dan bank pembayar apabila belum terdapat dana yang cukup pada hari penarikan dana secara besar- besaran tersebut. Hal ini bisa terjadi apabila pemegang unit penyertaan reksa dana melakukan penjualan kembali kepada satu manajer investasi dalam jumlah yang cukup besar.

  3. Resiko pasar Resiko pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Keadaan ini biasa disebut dengan kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis.

  4. Resiko default

  Jenis resiko default merupakan kategori resiko yang paling fatal. Risiko default terjadi, misalnya jika pihak manajer investasi membeli obligasi yang emitmennya mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak mampu membayar bunga. Untuk menghindari risiko default, pihak manajer investasi biasanya melakukan seleksi peringkat (rating) obligasi yang layak dijadikan portofolio investsi reksa dana mereka.

2.2.6. Variabel yang mempengaruhi kinerja reksa dana

  Menurut Allison dalam Woelandari (2009) adapun variabel yang memengaruhi kinerja reksa dana ialah:

1. Fund Return

  

Fund Return merupakan dasar perhitungan kinerja portofolio termasuk reksa dana

  adalah dalam bentuk imbal hasil (return). Adapun pengukuran fund return dapat dilihat dari: a.

  Annual return

  annual return merupakan peningkatan nilai dari sebuah investasi yang

  dinyatakan dalam bentuk persentase setiap tahunnya b. Annual return after tax (distribusi dan penjualan)

  

Annual return after tax merupakan peningkatan nilai dari sebuah investasi

  yang dinyatakan dalam bentuk persentase tiap tahunnya setelah dikenakan pajak Variabel kontrol : a.

  Low (variabel kepemilikan) Variabel ini menjelaskan mengenai besarnya kepemilikan unit penyertaan oleh Manajer Investasi.

  b.

  Fund Expense Ratio yang merupakan ratio beban investasi c. Systematic risk (beta)

  Systematic risk merupakan risiko yang berasal dari faktor-faktor yang

  mempengaruhi perusahaan secara langsung, seperti ketidakpastian kondisi ekonomi (gejolak kurs tukar mata uang,tingkat inflasi dan tingkat suku bunga yang tidak menentu) dan ketidakpastian politik.

  d.

  Inflows

  

Inflows = [Total Net Assets t / Total Net Assets t-1 – ( NAV t + Div t + Gains t ) /

NAV t-1 ] / (1+ANNRTN t /2)

  e.

  Bond

  Bond merupakan persentase jumlah asset yang diinvestasikan ke dalam

  obligasi 2.

   Fund Turn Over

Fund Turn Over merupakan persentase dari besarnya dana yang dimiliki setelah

  mengalami perubahan selama kurun waktu satu tahun atau dapat juga diartikan jumlah kotor dari penjualan dibagi dengan seluruh aset dalam reksa dana. Adapun variabel kontrol ialah sebagai berikut: a.

  Low (variabel kepemilikan) Variabel ini menjelaskan mengenai besarnya kepemilikan unit penyertaan oleh Manajer Investasi.

  b.

  Inflows

  

Inflows = [Total Net Assets t / Total Net Assets t-1 – ( NAV t + Div t + Gains t ) /

NAV t-1 ] / (1+ANNRTN t /2)

  c.

  Netta yaitu total aktiva bersih 3.

   Fund Tax Cost Fund Tax Cost dapat diukur melalui tiga ukuran sebagai berikut: a.

   Ratio of Long Term to Total Capital Gain (Lttot) Ratio of Long Term to Total Capital Gain (Lttot) merupakan rasio dari

  investasi jangka panjang terhadap total keuntungan b. Paid Cost to Gain (Pctgain) Pctgain merupakan pembayaran keuntungan dari saham yang dipersentasekan pada nilai aktiva bersih c. Paid Cost to Tax (Pcttax)

  Paid Cost to Tax (Pcttax) merupakan besarnya beban pengenaan pajak pada nilai aktiva bersih (NAB).

  ( x )+ ( ℎ x )+ ( x )

  Pcttax =

2.3. Kepemilikan Insider

  Kepemilikan Insider atau Insider Ownership adalah kepemilikan manajerial dan merupakan variabel determinan yang penting dalam kebijakan deviden suatu perusahaan. Serta Insider Ownership juga merupakan persentase atas kepemilikan saham dan option yang dimiliki oleh direksi dan komisaris perusahan. Insider

  

Ownership terjadi apabila pemegang saham suatu perusahaan sekaligus bertindak

sebagai manajer perusahaan.

  Teori pecking order hypotheses mengasumsikan bahwa keberadaan kepemilikan insider tidak memberikan pengaruh terhadap keputusan capital

  

expenditures perusahaan karena teori hipotesis ini berasumsi bahwa perusahaan telah

  melakukan pembelanjaan modal sesuai dengan yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan tanpa mengorbankan kepentingan pihak manapun. Sedangkan berdasarkan teori managerial hypotheses yang menitikberatkan pada pemisahan antara fungsi kepemilikan dan fungsi kontrol pada perusahaan mengasumsikan bahwa manajer yang kepemilikan sahamnya pada kepemilikan insider kurang dari seratus persen akan mendapat insentif dan kesempatan untuk melakukan tindakan yang menguntungkan bagi kepentingan dirinya serta mengesampingkan keuntungan pemilik lain. Insentif tersebut muncul karena manajer menikmati keuntungan nonfinansial dari tindakan pengambilan keputusan yang mengesampingkan pemaksimalan nilai, tanpa harus menanggung beban finansial yang mungkin muncul.

  Ketidakmampuan pemegang saham untuk melakukan tindakan pengawasan terhadap setiap tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen memunculkan celah bagi manajer untuk melakukan tindakan moral hazard. Oleh karena itu, Perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham menyebabkan munculnya perbedaan preferensi antara manajer dan pemegang saham mengarah pada penggunaan beberapa mekanisme untuk menyelaraskan kepentingan kedua pihak tersebut yang mana salah satu mekanismenya ialah adanya kepemilikan insider atau insider ownership .

  Rumus kepemilikan insider atau insider ownership:

  Jumlah saham yang dimiliki komisaris dan direktur

  INSIDER =

  Total saham

2.4. Agency Costs

  Menurut Dermawan (2007: 234) Agency Costs atau Biaya Keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan utang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini mucul dari problem keagenan (agency problem). Dalam mengatasi masalah keagenan, adanya kepemilikan saham oleh manajerial (kepemilikan insider) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost.

2.5. Penelitian Terdahulu

  Penelitian Evans (2008) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan positif terhadap return perusahaan dan berhubungan negatif terhadap

  turn over perusahaan serta tidak memiliki hubungan terhadap fund tax burden.

  Berdasarkan hasil penelitian Harjito (2006) disimpulkan bahwa hubungan saling mengganti antara kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan hutang dalam peranan pengawasan masalah agensi tidak sepenuhnya terjadi di Indonesia.

  Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Woelandari Oetami (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan unit penyertaan oleh manajer investasi dengan return sebelum dikenakan pajak pada reksa dana saham dan besarnya kepemilikan unit penyertaan manajer investasi berpengaruh pada dana yang diinvestasikan pada investasi jangka panjang serta terdapat hubungan antara kepemilikan unit penyertaan oleh manajer investasi dengan turn over reksa dana saham.

  Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu ialah terletak pada periode yang digunakan dalam penelitian ini selama empat tahun, penelitian ini juga menggunakan sampel data yang lebih baru, serta pada penelitian ini fund tax cost yang digunakan ialah berfokus dengan mengukur besarnya beban pengenaan pajak pada nilai aktiva bersih.

2.6. Kerangka Konseptual

  Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang membuktikan bahwa ada pengaruh dan ada yang tidak berpengaruh kepemilikan insider dengan fund return, fund turn over, dan fund tax cost .

  Fund return merupakan dasar perhitungan kinerja portofolio dalam bentuk

  imbal hasil (return) dan menjelaskan bagaimana return saham reksa dana dipengaruhi oleh besarnya kepemilikan unit penyertaan oleh manajer investasi. Semakin meningkatnya kepemilikan unit penyertaan oleh manajer investasi maka imbal hassil akan meningkat.

  Fund turn over merupakan jumlah kotor dari penjualan yang dibagi dengan

  seluruh asset reksa dana. Semakin tinggi perputaran portofolio maka akan semakin sering manajer investasi melakukan aktivitas trading.

  Fund tax cost adalah analisis untuk mengetahui sejauh mana pajak

  mempengaruhi pemilihan investasi oleh manajer investasi dan hubungannya dengan kepemilikan unit penyertaan dengan manajer investasi. Koefisien kepemilikan unit penyertaan manajer investasi yang negatif menunjukkan bahwa setiap peningkatan kepemilikan unit penyertaan oleh manajer investasi akan menyebabkan rasio dari investasi jangka panjang terhadap total keuntungan reksa dana mengalami penurunan dans sebaliknya.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Analisis Kepemilikan Insider dengan Fund Return, Fund Turn Over, dan Fund

Tax Cost Reksa Dana Saham Periode 2010-2013

  FUND RETURN KEPEMILIKAN FUND TURN OVER

  INSIDER

Dokumen yang terkait

Exchange Traded Fund (Etf) Sebagai Instrumen Alternatif Dalam Investasi Di Pasar Modal Indonesia

9 85 125

Analisis Hubungan Kepemilikan insider Dengan Fund Return, Fund Turn Over, dan Fund Tax Cost Reksa Dana Saham periode 2010-2013

0 32 97

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal - Analisis Tingkat Underpricing Saham Pada Saat Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia

0 0 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi - Hubungan Antara Risiko Yang Diukur Dengan Metode Value At Risk (Var) Terhadap Imbal Hasil Reksa Dana Saham Di Indonesia

0 0 23

BAB II LANDASAN HUKUM MENGENAI REKSA DANA PERSEROAN A. Ketentuan Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal - Hubungan Hukum Para Pihak dalam Reksa Dana Perseroan terkait Transaksi Reksa Dana Saham

0 0 23

BAB II PENGATURAN REKSA DANA DI PASAR MODAL INDONESIA A. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Reksa dana - Exchange Traded Fund (Etf) Sebagai Instrumen Alternatif Dalam Investasi Di Pasar Modal Indonesia

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Exchange Traded Fund (Etf) Sebagai Instrumen Alternatif Dalam Investasi Di Pasar Modal Indonesia

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Stock Selection Skills dan Market Timing Abiliites Manajer Investasi Terhadap Reksa Dana Saham Periode 2010-2013

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.1.1. Pengertian Pasar Modal - Analisis Tingkat Pemahaman Mahasiswa Terhadap Pasar Modal di Indonesia

0 0 25

Analisis Hubungan Kepemilikan insider Dengan Fund Return, Fund Turn Over, dan Fund Tax Cost Reksa Dana Saham periode 2010-2013

0 0 16