Uji Variasi Komoditas Terhadap Kapasitas Alat Pada Penggiling Multifucer

TINJAUAN PUSTAKA Shorgum

  Sorgum adalah salah satu tanaman yang kuat dan mampu bertahan pada iklim yang ekstrim lebih dari tanaman serelia lain. Sorgum dapat bertahan pada bermacam-macam temperatur dari 15,5 C - 40,5

  C, dengan curah hujan sekitar 35-150 cm pertahunnya (Thakur, 1980). Menurut hasil penelitian, lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman sorgum adalah: suhu optimum 23 -30

  C, kelembaban relatif 20% - 40% dan suhu tanah ± 25 C ketinggian ≤ 800 m dpl (Deptan , 2012).

  Jagung dengan sorgum dibedakan pada bunga jantan dan betina berada pada ujung tangkai. Malai dapat lepas dan terbuka, dan relatif tebal. Sekitar 95 % bunga sorgum menyerbuk sendiri (Metcalfe and Elkins, 1980). Warna dari biji sorgum bervariasi tergantung kultivar dan jenisnya ada yang berwarna putih hingga berwarna kekuningan dari merah hingga berwarna coklat gelap. Warna pigmen dari biji berasal dari pericarp atau testa bukan dari endosperm. Endosperm pada sorgum berwarna putih sama seperti yang terdapat pada jagung putih. Ukuran biji bervariasi tergantung varietas dan jenis dengan ukuran biji kira-kira 12.000-60.000 biji/pound (Metcalfe and Elkins, 1980).

  Tanaman sorgum mirip dengan jagung. Di Indonesia, biji sorgum dikenal dengan berbagai nama daerah, antara lain yaitu jagung pari, cantel, gandum, oncer (Jawa), jagung cetrik, gandrung, gandrum, degem, kumpay (Sunda), wataru hamu garai, gandum (Minangkabau) (Duljapar, 2000).

  Tanaman sorgum memiliki keunggulan tak kalah dengan tanaman lain seperti daya adaptasi luas, tahan kekeringan, dapat diratun, dan cocok

  4 dikembangkan dilahan marginal. Seluruh bagian tanaman memiliki nilai ekonomis. Selain budidaya yang mudah, sorghum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang, industri alkohol, bahan baku etanol (Pustaka Deptan, 2012).

  Tanaman sorghum dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup) Class : Monocotyledonae (berkeping satu) Ordo : Poales Family : Graminaceae Genus : Sorghum Species : Sorghum bicolor L.

  (Duljapar, 2000).

  Kandungan nutrisi sorgum juga sangat tinggi dibandingkan bahan pangan lain sehingga dapat digunakan sebagai subtitusi beras. Kandungan gizi 100 gr biji sorgum: Kalori 332 kal, Protein 11 gr, Lemak 3,30 gr, Karbohidrat 73 gr, Air 11,20 %, Serat 2,30 %, kalsium 28 mg, Posfor 287 mg, Besi 4,40 mg (Sirappa, 2003).

  Tepung terigu diperoleh dari hasil penggilingan biji sorghum yang mengalami beberapa tahap pengolahan. Beberapa tahap proses pengolahan tersebut adalah tahap persiapan dan tahap penggilingan. Tahap persiapan meliputi proses cleaning (pembersihan), dampening (pelembapan), dan conditioning

  (pengondisian). Pada tahap cleaning, sorghum dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti debu, biji-biji lain selain sorghum (seperti biji jagung, kedelai), kulit sorghum, batang sorghum, batu-batuan, kerikil dan lain-lain. Kontaminan- kontaminan tersebut harus dipisahkan dari sorghum sebelum proses penggilingan.

  Penggunaadapat memisahkan benda-benda asing dan substansi logam yang terdapat pada sorghum. Kontaminan kecil memerlukan perlakuan khusus untuk memisahkannya dari sorghum.

  Tahap selanjutnya adalah tahap penggilingan yang meliputi proses

  

breaking , reduction, sizing, dan tailing. Prinsip proses penggilingan adalah

  memisahkan endosperma dari lapisan sel aleuron atau lapisan kulit. Diawali dengan proses breaking, endosperma dihancurkan menjadi partikel-partikel dalam ukuran yang seragam dalam bentuk bubuk seukuran tepung. Tahap penggilingan selanjutnya adalah proses reduction, yaitu endosperma yang sudah dihancurkan diperkecil lagi menjadi tepung terigu, untuk selanjutnya diayak untuk dipisahkan dari bran dan pollard. Selama proses penggilingan dihasilkan produk-produk samping seperpollard, pellet, dan tepung industri. Tujuan dari tahap penggilingan ini untuk memperoleh hasil ekstraksi yang tinggi dengan kualitas tepung yang baik.

  Kedelai

  Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna karena bisa digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku berbagai industri manufaktur dan olahan. Adanya upaya penghematan devisa oleh negara menyebabkan kedelai menjadi komoditas yang penting. Nilai impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sangat besar, mencapai jutaan ton setiap tahunnya (Adisarwanto, 2005).

  Kedelai juga merupakan salah satu tanaman sumber protein yang penting di Indonesia. Sedang rata-rata hasil per hektarnya di Indonesia masih rendah dibanding beberapa negara penghasil kedelai lainnya. Untuk meningkatkan hasil kedelai per satuan luas dan produksi kedelai di Indonesia diperlukan pemanfaatan teknologi penanganan pasca panen tanaman kedelai (Suprapto, 1985).

  Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan semakin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Masuknya kedelai ke Indonesia diduga dibawa oleh para imigran Cina yang mengenalkan beberapa jenis masakan yang berbahan baku biji kedelai.

  Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine

  

soja dan Soja Max. Namun demikian, pada tahun 1948 telah disepakati bahwa

  nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Secara botani kedelai memiliki sistimatika penamaan bionominal sebagai berikut:

  Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup) Classis : Dycotyledone (berkeping dua) Ordo : Rosales Familia : Leguminosinae Genus : Glycine Species : Glycine max (L.) Merill.

  (Adisarwanto, 2005).

  Beras Beras adalah bagi

  Sekam secara anatomi disebut(bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengaatau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras. Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari :

  lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan

  • kulit.

  beras berada.

  • yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh

  • lagi, kecuali dengan bantuan tekni. Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras (Wikipedia, 2012).
yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia. Beras biasa yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras. Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu. Beras

  

hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi

  antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam. Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin. Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam. Beberapa jenis beras mengeluarkan aroma wangi bila ditanak. Bau ini disebabkan beras melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek wangi. Sifat ini diatur secara genetik dan menjadi objek beras (Wikipedia , 2012).

  Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam penganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk dijadika Dalam bidang industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras. Sosohan beras (lapis dengan sebutan tepung mata beras. Untuk kepentingaberas dijadikan sebagai salah satu sumber pangan bebasdalam bentuk berondong (Wikipedia, 2012).

  Di antara berbagai jenis beras yang ada di Indonesia, beras yang berwarna merah atau beras merah diyakini memiliki khasiat sebagai obat. Beras merah yang telah dikenal sejak tahun ini, oleh para tabib saat itu dipercaya memiliki nilai nilai medis yang dapat memulihkan kembali rasa tenang dan damai. Meski, dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi hasil analisis Nio (1992) menunjukkan nilai energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Selain lebih kaya protein (6,8 gr : 8,2 gr), hal tersebut mungkin disebabkan kandungayang lebih tinggi (0,12 mg : 0,31 mg) (Wikipedia , 2012).

  Tepung beras adalah tepung yang diperoleh dengan cara menggiling biji beras yang bersih dan baik. Pelepasan kulit luar biji yang cukup sulit dapat diatasi dengan menggunakan mesin penyosoh padi.Proses pembuatan tepung beras adalah biji beras disortasi kemudian disosoh. Proses sortasi untuk menggolongkan bahan atas tingkat kebagusan dan keseragaman serta untuk memisahkan bahan dari benda asing. Sedang penyosohan bertujuan untuk melepaskan kulit, sehingga yang tersisa hanya endosperma saja. Kulit memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga harus dipisahkan karena dapat menyebabkan tekstur tepung menjadi kasar dan tidak sesuai.

  Beras sosoh lalu dibuat tepung dengan melakukan penggilingan. Penggilingan merupakan proses pengecilan ukuran dengan gaya mekanis menjadi beberapa fraksi ukuran yang lebih kecil. Alat penggilingan yang digunakan untuk membuat tepung terdiri dari alat penghancur dan penggilas

  (grinder dan ultra fine grinder). Hasil penggilingan kemudian diayak untuk memisahkan bagian kulit dan serat-seratnya.

  Pengayakan (Mesh)

  Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan dipakai untuk skala laboratorium (Idrial, 1987).

  Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan. Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak (Idrial, 1987).

  Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedangkan yang di atas ukuran atau yang besar (oversize) atau buntut (tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), pada mesin penghalus tipe Burr mill dipasang ayakan 200 mesh.

  Ayakan dibuat dari logam, pelat logam yang berlubang-lubang, tenunan kain dan sebagainya. Logam yang digunakan adalah besi, besi tahan karat, tembaga, nikel dan perak. Ukuran lubang ayakan antara 4 inci sampai 400 mesh, tapi ayakan yang sangat halus (100 – 150 mesh) jarang digunakan. Ukuran lubang ayakan yang digunakan tergantung dari ukuran bahan yang akan diayak (Idrial, 1987).

  Sebuah ayakan dapat memisahkan bahan atas dua fraksi, tapi umumnya ayakan terdiri dari dua macam ayakan, bahkan ada yang terdiri dari delapan macam ayakan. Letak rangka ayakan dibuat miring agar bahan mudah mengalir dari atas ke bawah. Pengayakan bahan yang kasar atau besar dapat dilakukan dengan mengalirkan bahan di atas permukaan ayakan yang berdiri tetap (statis), tapi pengayakan partikel yang halus, permukaan ayakan harus digerakkan (bergetar) biasanya dilakukan dengan silinder ayakan yang berputar pada sumbu horizontal atau dengan ayakan datar yang digoncang, diputar, atau digetarkan dengan mekanik atau listrik (Idrial, 1987).

  Mengayak berarti memisahkan suatu bahan dengan menuangkannya melalui ayakan sehingga didapat butir-butir dengan berbagai daerah ukuran (kelas-kelas butir) atau biasa disebut proses klarifikasi. Dalam proses pengayakan, bahan dibagi menjadi dua bagian, yaitu bahan kasar yang tertinggal dan bahan yang lebih halus yang lolos melalui ayakan. Nilai efisiensi mesin ini menunjukkan nilai penyimpangan atau perbandingan antara jumlah bahan yang lolos dalam kenyataan dan jumlah bahan yang lolos secara teoritik (Idrial, 1987).

  Semakin halus bahan yang diayak, semakin cepat terjadinya penyumbatan lubang ayakan. Oleh sebab itu pada ayakan umumnya dipakai alat perlengkapan pembantu dalam bentuk sikat, rol, bola karet atau potongan- potongan karet. Dilihat dari bahannya, proses penghancuran atau pengecilan ukuran bahan dapat dibagi menjadi dua, yaitu proses pengecilan ukuran untuk bahan padat dan proses pengecilan ukuran untuk bahan cair. Pada proses pengecilan ukuran untuk bahan padat dikenal berbagai macam istilah, misalnya pemotongan, penggilingan, penggerusan, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk bahan cair dikenal proses emulsifikasi atau atomisasi (Idrial, 1987).

  Penggunaan sistem penghancuran pada industri pengolahan hasil pertanian diantaranya adalah penggilingan tebu, pengupasan kulit tanduk dan penghancuran pada kopi, penggilingan cokelat, perajangan bahan yang akan disuling (minyak atsiri), pemotongan pada pengolahan karet remah dan lain sebagainya.

  Penghancuran bahan padat dilakukan secara mekanis yaitu membaginya atau memecahnya menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Di dalam proses penggilingan, ukuran bahan diperkecil dengan cara diretak atau diremuk. Mekanismenya adalah bahan ditekan oleh gaya mekanis dari mesin penghancur, penekanan awal masuk ke tengah sebagai energi desakan (Wirakartakusumah, 1992).

  Apabila suatu bahan yang seragam dipecahkan, setelah penggilingan pertama ukuran bahan yang dihasilkan akan sangat bervariasi, yaitu dari yang berukuran kasar sampai halus. Dalam penerapannya, waktu juga berpengaruh dalam proses penghancuran bahan, dan terlihat bahwa bahan akan retak pada tingkat tekanan yang rendah apabila tekanan itu berlangsung cukup lama. Bentuk, ukuran, kerapatan, gravitasi spesifik, kekerasan merupakan beberapa sifat fisik hasil pertanian yang penting diperhatikan dalam proses penghancuran untuk mendesain suatu mesin penghancur (Wirakartakusumah, 1992).

  Motor Listrik

  Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik disebut

  Motor asinkron IEC berbasis metrik , sedangkan motor listrik NEMA berbasis imperial ), dalam aplikasi ada satuan daya dalam horse

  

power (HP) maupun kiloWatt (kW). Pada motor listrik tenaga listrik dirubah

  menjadi tenaga mekanik. Perubahan ini dilakukan dengan merubah tenaga listrik menjadiyang disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub- kutub tidak senama, tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap. Motor listrik kemudian akan menggerakkan piringan penggiling untuk menggiling.

  Motor listrik dapat digolongkan menjadi dua golongan sesuai dengan sumber arus listrik, yaitu motor listrik arus searah atau DC dan motor listrik arus bolak-balik atau AC. Motor listrik AC yang kecil banyak dipakai pada peralatan rumah tangga misalnya alat cukur, alat kecantikan, alat dapur, dan sebagainya.

  Sedangkan motor listrik yang besar banyak digunakan pada kompresor, penggiling jagung, dan alat-alat bengkel atau pabrik. Dasar utama yang menyebabkan motor berputar ialah reaksi antar kutub magnet. Kutub yang senama tolak - menolak dan kutub yang tak senama tarik - menarik. Reaksi medan magnet listrik pada stator dan medan magnet penghantar yang dialiri arus listrik (Hartanto, 1997).

  Motor listrik mempunyai keuntungan yakni dapat dihidupkan dengan hanya memutar saklar, suara dan getaran tidak menjadi gangguan, udara tidak ada yang dihisap juga tidak ada gas buang dan pada motor DC mempunyai daya besar pada putaran rendah dan pada motor AC menggunakan sumber daya umum yang tidak mudah mengubah putarannya. Namun motor listrik memiliki kekurangan yakni, motor listrik ini membutuhkan sumber daya, kabel harus dapat dihubungkan dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunannya sangat terbatas oleh panjang kabel, kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya maka beratnya akan menjadi besar, secara umum biaya listrik motor listrik ini lebih tinggi daripada harga bahan bakar minyak dan untuk menghasilkan daya yang sama dihasilkan oleh sebuah motor pembakaran, maka motor listrik akan lebih berat (Soenarta, 2002).

  Motor listrik sering digunakan sebagai tenaga penggerak dibandingkan dengan jenis tenaga-tenaga yang lain karena :

  1. Dapat disesuaikan, motor listrik dapat digunakan dihampir setiap lokasi termasuk di dalam air.

  2. Otomatis, motor listrik dengan mudah dikontrol dengan alat otomatis.

  3. Rapi, sebuah unit kecil memperkembangkan sejumlah kekuatan besar secara bersama-sama.

  4. Dapat dipercaya, motor listrik secara khusus untuk pekerjaan jarang mengalami gangguan.

  5. Ekonomis dan efisien, motor listrik memiliki efisiensi hingga 95 %.

  6. Perawatan mudah, jika melindungi dari debu dan kotoran, motor listrik hanya membutuhkan sedikit perawatan.

  7. Tenang, motor listrik secara umum lebih tenang dari pada mesin yang dijalankan.

  8. Aman, apabila dipasang dengan tepat, dipelihara, dan digunakan, motor listrik sangat aman untuk dioperasikan.

  (Cooper, 1992).

  Puli (Pulley) Menurut Stolk dan Kros (1981), pulley dibuat dari besi-cor atau dari baja.

  Pulley kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium. Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (di atas 35 m/det). Menurut Smith dan Wilkes (1990) dalam menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.

  Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan pasangan roda gigi. Dalam demikian, cara transmisi putaran dan daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk atau rantai yang dibelitkan di sekeliling puli (pulley) atau sproket pada poros. Jika pada suatu konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan N

  1 dengan diameter D p

  dan puli yang digerakkan n

  2 dan diameternya d p , maka perbandingan putaran d p

  dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: (Roth, dkk., 1982)

  1 N =

  n D 2 p

  SD (penggerak) = SD (yang digerakkan) ………………………………….........................(1) S = adalah kecepatan putar pulley (rpm) D= adalah diameter pulley (mm)

  Dalam buku Mabie and Ocvirk (1967), pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara:

  • pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

  Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar di mana

  • adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.

  Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli

  Sabuk-V

  Sabuk/belt berfungsi untuk memindahkan putaran dari satu poros ke poros lainnya, baik putaran tersebut pada kecepatan putar yang sama maupun putarannya dinaikkan maupun diperlambat, searah dan kebalikannya. Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan di sekitar alur pulley yang berbentuk V pula. Menurut Daryanto (1984), transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan.

  Transmisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomotif, mesin pertanian, alat kedokteran, mesin kantor, dan alat-alat listrik. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya selip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap. Sabuk bentuk trapesium atau V dinamakan demikian karena sisi sabuk dibuat serong, agar cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V.

  Sabuk-V mempunyai penampang trapesium yang terbuat dari karet, tenunan atau semacamnya digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk V. Selain koefisien gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk-V lebih sering dipakai (Sularso dan Suga, 2004).

  Adapun faktor yang menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan tenaga tergantung dari :

  1. Regangan sabuk pada pulley.

  2. Gesekan antara sabuk dan pulley.

  3. Lengkung persinggungan antara sabuk dan pulley.

  4. Kecepatan sabuk (Pratomo dan Irwanto, 1983).

  Menurut Daywin et al (2008), kelemahan dari sabuk-V adalah tidak dapat digunakan pada jarak yang panjang dan tidak cocok untuk beban yang berat pada kecepatan rendah. Sedangkan kelebihan sabuk-V adalah sebagai berikut: Rasio kecepatan yang tepat tidak pernah dipertahankan.

  • Selip yang terjadi tidak lebih dari 1-2 %.
  • Efisiensi penyaluran daya (dengan mengabaikan kehilangan daya pada
  • bantalan shaft) berkisar 97-99 %.

  Mampu meredam beban mendadak, tidak memerlukan pelumasan

  • Tidak berisik
  • Dapat dioperasikan pada kecepatan linear lebih dari 5000 rpm
  • Model Alat Penggiling yang Sama

  Penggiling Fuller Dalam penggiling pusingan (Fuller) ini sebuah peluru atau lebih yang bergerak bebas dalam rumah-rumah atau lintasan giling akan bergerak berkeliling dalam sebuah lintasan akibat pergerakan dari tangan-tangan yang diputarkan oleh suatu sumbu. Bila tangan-tangan ini berputar semakin cepat, maka semakin besar pula gaya sentrifugal yang terjadi pada peluru terhadap lintasan gilingnya.

  Menurut Pratiwi (2011), biasanya hasil giling dari penggiling semacam ini sangat halus, sehingga pengeluaran hasil gilingnya ditiup oleh udara dari lintasan giling dan ditangkap oleh sebuah penampung. Penggiling ini sering dipakai untuk membuat arang bubuk dan semen.

  Gambar Alat Penggiling Pusingan (Fuller)