BAB II KONTEKS PENELITIAN - Geng Motor (Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Medan)

BAB II KONTEKS PENELITIAN Studi etnografi mengenai pengorganisasian geng motor di kota Medan ini

  dilakukan dalam ruang lingkup kota Medan itu sendiri. Secara lebih rinci, studi etnografi penelitian ini dilakukan pada suatu geng motor yang menamakan diri mereka RnR, dimana tempat mereka biasa berkumpul dan pada akhirnya yang menjadi lokasi penelitian saya yaitu di Jln. Abdul Hakim, Kec. Medan Selayang. Di lokasi penelitian inilah saya melakukan penelitian dengan anggota geng motor RnR dari awal penelitian hingga skripsi ini selesai. Lokasi lain sebagai pendukung dalam penelitian saya ini yaitu di Jln. Ringroad Kec. Medan Selayang yang sering menjadi tempat berkumpulnya para geng motor yang ada di kota Medan. Lokasi ini dipilih karena banyaknya aksi balap liar yang dilakukan di daerah tersebut, dimana lokasi Jalan Ring road ini mendukung karena jalur jalannya yang mulus, lebar dan panjang.

  Kedua lokasi penelitian tersebut masih merupakan bagian dari kota Medan.

  Sebagai sebuah penelitian etnografi, saya membuat pendeskripsian kota Medan secara umum, yaitu secara geografis, demografis, sampai pada pendeskripsian perekonomian penduduk sehingga dapat memunculkan keterkaitan dengan perkembangan geng motor yang ada di kota Medan. Untuk dapat menunjukkan hubungan antara keadaan dan perkembangan penduduk kota Medan dengan maraknya kasus geng motor yang semakin sering menimpa kota-kota besar khususnya di kota Medan, berikut disertakan data-data mengenai kota Medan yang diperoleh langsung dari situs

2.1. Kota Medan Secara Geografis

  Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

  Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

  Secara administratif, wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.

  Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

2.2. Kota Medan Secara Demografis

  Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

  Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

  Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

  Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya. Pada tahun 2009, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.121.053 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 216.780 jiwa (11,38 %). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 8.001 jiwa/km².

  

Tabel II. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun

  7.8 40-44 77.067 77.986 155.053

  0.1 Jumlah/Total 1.049.457 1.071.596 2.121.053 100

  1.2 75+ 5.984 12.863 18.847

  2 70-74 11.793 13.230 25.023

  2.4 65-69 21.220 19.092 40.312

  3.5 60-64 27.363 23.351 50.714

  4.9 55-59 36.150 38.715 74.865

  5.2 50-54 47.369 52.936 100.305

  7.4 45-49 57.601 51.876 109.477

  7.5 35-39 75.751 88.369 164.120

  2009

  9.7 30-34 85.089 72.358 157.447

  11.5 25-29 101.077 105.293 206.370

  10.2 20-24 118.376 123.835 242.211

  9.3 15-19 112.384 102.112 214.469

  8.9 10-14 93.816 101.718 195.534

  8.4 5-9 92.938 95.831 188.769

  0-4 85.479 92.031 177.510

  

Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah %

  Sumber. BPS Kota Medan

  2.3. Kota Medan Dalam Dimensi Sejarah

  Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang. Dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh.

  Perkembangan Kota Medan selanjutanya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis Ke Medan, tahun 1887, sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915.

  Secara historis, perkembangan kota Medan sejak awal memposisikan nya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembanganya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. Seiring dijadikanya Medan sebagai ibukota Deli juga telah medorong kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini, di samping merupakan salah satu daerah Kota, juga sekaligus ibukota Propinsi Sumatera Utara.

  2.4. Kota Medan Secara Ekonomi

  Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap. Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan pengangguran faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar 26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen, sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor industri pengolahan sebesar 16,58 persen.

  Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70 persen, sekunder sebesar 28,37 persen dan primer sebesar 2,93 persen. Masing- masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen, industri jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen.

  Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer sebesar 2,86 persen. Masing masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasi/telekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen.

  Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tahun 2009 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 terjadi peningkatan sebesar 6,56 persen terhadap tahun 2008. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 9,22 persen. Disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,47 persen, sektor bangunan 8,22 persen, sektor jasa-jasa 7,42 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 5,06 persen, sektor pertanian 4,18 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 2,94 persen, sektor industri 1,71 persen, dan penggalian tumbuh 0,46 persen. Besaran PDRB Kota Medan pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku tercapai sebesar Rp.72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 33,43 triliun.

  Terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2009 sebesar 6,56 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang perumbuhan sebesar 2,20 persen Disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 1,85 persen, sektor bangunan 0,91 persen, sektor jasa-jasa 0,76 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,43 persen, sektor industri 0,25 persen, sektor pertanian 0,10 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 0,07 persen dan sektor pertambangan dan penggalian menyumbang pertumbuhan 0,00 persen.

  Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Kota Medan pada tahun 2009 digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 36,20 persen, disusul oleh ekspor neto 30,53 persen (ekspor 50,82 persen dan impor 20,29 persen), pembentukan modal tetap bruto 20,61 persen, konsumsi pemerintah 9,54 persen dan pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba 0,64 persen. PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp. 34,26 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp. 31,07 juta.

  Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena penduduk mengalami peningkatan dan berarti pula kebutuhan ekonomi juga akan bertambah. Hal ini hanya bisa diperoleh melalui peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau sering disebut PDRB atas dasar harga konstan setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDRB atas dasar harga konstan. Sejalan dengan peningkatan PDRB ADH Konstan tahun 2000 Kota Medan selama periode 2005-2007, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode yang sama, meningkat rata-rata di atas 7,77 persen. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil.

  Tabel III. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2005 – 2007

Sektor/Lapangan Usaha 2005-2006 2006-2007

  1. Pertanian 0,37 5,14

  2. Pertambangan & Penggalian -6,05 -10,14

  3. Industri Pengolahan 6,59 6,08

  4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,39 -2,81

  5. Konstruksi 11,01 6,43

  6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 6,15 5,94

  7. Transportasi & Telekomunikasi 13,34 10,61

  8. Keuangan & Jasa Perusahaan 5,08 12,81

  9. Jasa-jasa 6,34 6,83 PDRB 7,76 7,78

  2.5. Kota Medan secara Sosial

  Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya . Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang fenomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan.

  Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin.

  2.6. Perkembangan Geng Motor di Medan

  Berdasarkan data kota Medan di atas, secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tersier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.

  Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan menyebabkan semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat kota Medan.

  Akibat perekonomian penduduk yang mengalami peningkatan tiap tahunnya berdasarkan data di atas, berarti semakin meningkat pula pemenuhan akan kebutuhan- kebutuhan hidup masyarakat di kota Medan itu sendiri. Salah satunya adalah pemenuhan akan transportasi. Umumnya kebutuhan akan kendaraan bermotor di kota- kota besar sangatlah tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah sepeda motor di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 80 juta unit. Tanpa merinci tahun, jenis dan model sepeda motor, dapat dibayangkan jumlah sepeda motor tersebut hampir setara

  

  Penjualan sepeda motor di Indonesia pada bulan Januari 2012 kembali melejit, yaitu 645.715 unit. Naik 39,3 persen dibandingkan Desember sebelumnya, 463.431

  

  unit . Tampilnya sepeda motor sebagai populasi kendaraan terbanyak di tanah air kita tentu ada sisi positifnya, misalnya memberikan solusi terhadap persoalan biaya transportasi yang semakin mahal dan tentu saja agar lebih efektif dan efisien mencapai tempat tujuan (terutama bagi yang tergantung pada sepeda motor). Namun 12 selain sisi positif tersebut juga pasti membawa serta beberapa persoalan lainnya,

   akses 20 Mei 2011).

(akses 13 Desember 2012). selain masalah dalam berlalu lintas, juga masalah sosial. Salah satunya adalah hadirnya geng motor yang sekarang menjadi pembahasan hangat nasional.

  Peningkatan penjualan sepeda motor tersebut didukung dengan semakin mudahnya masyarakat dalam membeli sepeda motor dengan angsuran yang cukup ringan, hal inilah yang menyebabkan penjualan sepeda motor selalu tinggi setiap tahunnya. Karena semakin mudahnya dalam mengkredit sepeda motor, hal inilah yang menjadi faktor para orang tua ingin memfasilitasi anaknya yang mulai memasuki masa SMA membelikan sepeda motor. Hal ini dilakukan para orang tua agar memudahkan anaknya dapat pulang pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor, itulah tujuan awal dari pemikiran dari orang tua. Namun, kurangnya antisipasi orang tua dengan semakin tingginya pergaulan anak remaja zaman sekarang, mengakibatkan para remaja tersebut menyalahgunakan fasilitas yang telah diberikan oleh orang tua mereka.

  Selain dari faktor peningkatan perekonomian dan semakin tingginya kebutuhan masyarakat kota Medan akan sarana transportasi terutama sepeda motor, perkembangan geng motor yang biasanya terjadi di kota-kota besar didukung juga dengan keadaan penduduknya. Perkembangan geng motor didukung oleh semakin besarnya pertumbuhan usia remaja. Hal ini dikarenakan geng motor pada umumnya beranggotakan para remaja pria yang berumur 10-24 tahun. Berdasarkan data statistik BPS pada tahun 2009 di atas, jumlah remaja laki-laki yang berumur 10 tahun sampai 24 tahun sebanyak 324.576 jiwa atau sekitar 30,9% dari total jumlah penduduk laki- laki yaitu 1.049.457 jiwa. Semakin banyaknya jumlah pria usia remaja, sehingga semakin mendukung perkembangan geng motor. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi setiap tahunnya mengakibatkan jumlah remaja (10-24 tahun) semakin meningkat pula, dimana di kota-kota besar jumlah penduduk remaja umumnya lebih besar dibandingkan jumlah penduduk lainnya.

  Terbentuknya geng motor kebanyakan diawali dari kumpulan remaja yang melakukan balapan liar dan aksi-aksi menantang bahaya lainnya di jalan raya. Namun ada juga geng motor yang terbentuk dari kumpulan remaja yang berasal dari satu wilayah tempat tinggal atau berasal dari lingkungan sekolah yang sama. Setelah terbentuk kelompok, bukan hanya hubungan emosi para remaja saja yang menguat, dorongan untuk menunjukkan kehebatan masing-masing kelompok geng motor juga terjadi. Mereka ingin tampil beda dan dikenal luas, yaitu dengan cara membuat aksi- aksi yang meresahkan masyarakat, mulai dari kebut-kebutan (balap liar), tawuran antar geng, tindakan kriminal, hingga perlawanan terhadap aparat keamanan. Mereka biasanya melakukan aktivitas-aktivitas balap liar tengah malam. Balap liar dilakukan antar anggota geng motor yang sering dilakukan di kawsan Ringroad, Krakatau, Tasbi, Kapten Muslim dan Komplek MMTC.

  Seperti yang di beritakan dalam Medan News, geng motor di kota Medan mulai menjadi perhatian serius bagi masyarakat Medan setelah terjadinya kasus pengeroyokan di depan petronas jalan Patimura, 6 Februari 2011 yang lalu yang didominasi oleh pelajar dari sejumlah sekolah di kota Medan. Kejadian ini berawal ketika para pengendara mobil sedang berkumpul di Petronas, jalan Patimura. Tiba- tiba saja ratusan anggota geng motor, yang mengendarai berbagai jenis sepeda motor, melakukan penyerangan. Kejadian tersebut berawal sekitar pukul 01.00 WIB. Tiba- tiba datang sekelompok orang berboncengan mengendarai sekitar 50 sepeda motor masuk ke Petronas melakukan penyerangan kepada pengendara mobil Jazz dan KIA. Para korban di dalam mobil dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Brimob. Tiga

   penumpang mobil tersebut mengalami luka serius terutama di bagian kepala .

  Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Polresta Medan, total kejahatan yang melibatkan geng motor yang ada di Medan tahun 2011 sebanyak 23 kasus.

  Kasus tersebut terdiri dari 12 kasus curanmor (pencurian kendaraan bermotor), dan 11 kasus jatanras (kejahatan dan kekerasan) yang dilakukan oleh kelompok geng motor yang ada di kota Medan. Untuk kasus geng motor di tahun 2012 mulai dari bulan januari sampai bulan Mei belum ada, dikarenakan gencarnya patroli polisi kota Medan guna meredam aksi dari geng motor tersebut.

  Masing-masing jajaran Polresta Medan telah mengerahkan personil untuk melakukan patroli rutin di berbagai lokasi rawan aksi geng motor. Polsekta Medan Baru mengerahkan 55 personil, Medan Sunggal 47 personil, Medan Helvetia 32 personil, Percut Sei Tuan 44, Medan Kota 32, Delitua 30, Medan Barat 30, Medan Timur 30 personil, Medan Area 30, Pancurbatu 20 personil dan Polsek Kutalimbaru

  

  20 personil . Ulah geng motor sudah sangat meresahkan warga Kota Medan akhir- akhir ini. Berdasarkan data dari Polresta Medan, setidaknya ada empat geng motor yang paling berpengaruh di Kota Medan yaitu: RnR (Rock n Roll), Ezto (Ezeon Thoelia), NKB (Nekat Kami Bang) dan SL (Simple Life). Dalam penelitian ini penulis memilih salah satu komunitas geng motor yang akan dijadikan sebagai informan, yaitu geng motor RnR. Namun identitas dan peranan informan dalam geng 14 motor tersebut akan disamarkan sesuai dengan kesepakatan antara penulis dengan

  (akses 1 Juni 15 2012). razia-geng-motor- diintensifkan&catid=14:medan&itemid=27 (akses 1 Juni 2012). informan demi menjaga keamanan informan karena geng motor ini menjadi incaran dari pihak kepolisian.

  Awal berdirinya geng motor RnR terbentuk mulai dari tahun 2007 dan masih bertahan sampai sekarang. Pada awalnya geng motor RnR ini berbentuk kumpulan pertemanan (komunitas) pelajar-pelajar dari beberapa sekolah SMA di kota Medan dan belum berbentuk suatu geng motor. Namun, ada beberapa faktor yang menyebabkan akhirnya mereka membentuk suatu geng motor, yaitu akibat terjadinya pertengkaran dengan kumpulan (komunitas) lain dan akibat dari setiap anggotanya memiliki sepeda motor saat bersekolah, dan mereka sering konvoi di jalanan beramai- ramai sehabis pulang sekolah sehingga mereka pun membentuk dan menganut nilai dari geng motor. Hal ini didukung juga pada tahun 2007 geng motor menjadi pusat pemberitaan, karena pada saat itu sering terjadi kasus-kasus kriminal yang dilakukan geng motor khususnya geng motor yang ada di Bandung.

  Maraknya kasus kriminal yang dilakukan geng motor di Bandung, menyebabkan gencarnya pemberitaan mengenai geng motor di berbagai media masa.

  Hal ini menimbulkan pandangan dari masyarakat umum kelompok remaja yang bergerombol menggunakan sepeda motor pastilah geng motor. Hal ini pun akhirnya secara tidak langsung menginspirasi mereka untuk membentuk suatu geng motor dan mengasuh nilai dan norma yang ada dalam geng motor khususnya geng motor di Bandung, walaupun ada beberapa nilai dan norma yang mereka tentukan sendiri untuk membentuk identitas dari geng motor RnR itu sendiri. Seperti yang diungkapkan salah seorang pengurus mereka Kristian (21) saat diwawancarai:

  “Gak tau kenapa tiba-tiba kami bisa dibilang geng motor, padahal awalnya kami cuma ngumpul bareng-bareng teman satu tongkrongan aja, kadang konvoi pake kereta. Tapi lama kelamaan kami pun jadi geng motor betulan, padahal awalnya kami ini lebih sering ngumpul sama kawan-kawan di studio musik untuk ngejam bareng, mungkin gara-gara musim geng motor waktu itu, jadi kami pun ikut-ikutan dibilang geng motor”.

  Sebutan RnR itu berasal dari singkatan Rock ‘n Roll, dimana kata penghubung ‘n tersebut merupakan singkatan dari kata dalam bahasa inggris and. Kadang ada juga yang menyebut RnR’07. Tambahan angka “07” dibuat sesuai dengan tahun terbentuknya geng motor tersebut. Kata Rock ‘n Roll dipakai untuk mencerminkan gaya dan kesukaan mereka terhadap aliran musik rock ‘n roll itu sendiri. Tidak seperti geng motor pada umumnya yang terbentuk dari kesamaan hobi balap motor, geng motor ini terbentuk karena para anggota RnR pada masa itu menyukai dan hobi bermain musik beraliran rock and roll dan mereka sering ngejam (bermain musik di studio) bersama.

2.7. Identitas Pada Geng Motor

  Identitas diperlukan selain untuk memperkenalkan jati diri seorang individu maupun kelompok yang dimulai melalui sebuah nama, dimana nama yang diberikan pada sebuah geng harus benar-benar mencerminkan jati diri dari geng tersebut. Pada geng motor RnR, nama RnR tersebut mencerminkan gaya Rock ‘n Roll yang memiliki makna sesuai dengan suatu aliran musik yang biasanya digemari para anak muda usia remaja. Suatu identitas juga dapat mencerminkan kepribadian seorang individu maupun kelompok yang mereka tunjukan kepada masyarakat umum. Pada geng motor sebagai suatu kelompok remaja, juga diperlukan cara lain untuk menunjukkan identitas mereka selain nama yang mereka sepakati bersama. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan keterangan akan keberadaan kelompoknya kepada orang lain maupun geng motor yang lainnya, dimana identitas tersebut mereka bangun dan mereka ciptakan dengan konsep pemikiran yang lebih modern agar anggota- anggota dalam geng tersebut kelihatan gaul dan mengikuti zaman. Hal ini dilakukan agar geng mereka dianggap mengikuti tren yang ada dan tidak kalah gaul dengan geng yang lainnya.

  Selain identitas yang mereka ciptakan bertujuan untuk membuat mereka kelihatan gaul dikalangan remaja, identitas pada geng motor umumnya digunakan juga untuk menunjukkan kehebatan dan kegarangan dari geng motor tersebut. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan eksistensi dari keberadaan suatu geng motor pada lingkungan sekitarnya. Bentuk-bentuk identitas tersebut mereka tunjukkan dalam berbagai cara seperti slogan-slogan maupun simbol-simbol tertentu yang mereka pakai untuk memperkenalkan geng mereka maupun dari pakaian yang mereka kenakan.

  

Gambar.1 Anggota-anggota Geng Motor RnR

2.7.1. Slogan Geng

  Setiap geng motor umumnya memiliki slogan untuk mencerminkan semboyan suatu geng motor. Tidak seperti slogan pada umumnya yang berisi kalimat yang menarik dan bersifat persuasif (ajakan) dan untuk menunjukkan sifat suatu organisasi, semboyan pada geng motor umumnya bercirikan kata-kata yang keras dan bersifat ajakan yang tujuannya menuju perkelahian atau pertengkaran dengan kelompok lain. Dalam geng motor slogan dipakai untuk menunjukkan tanda bahwa suatu geng motor itu sangar atau kejam, dan slogan memberikan pesan peringatan kepada geng motor yang lain agar jangan sampai mengganggu salah satu dari anggota geng motor tersebut.

  Pada geng motor RnR, terdapat beberapa slogan yang mereka ciptakan bersama yang digunakan untuk menunjukkan eksistensi dan kehebatan mereka terhadap masyarakat umum dan geng motor lainnya, diantaranya ada yang berasal dari bahasa asing. Slogan pada geng motor RnR antara lain:

  • Chaos : kata chaos berasal dari bahasa Inggris yang berarti “kekacauan”. Hal ini ditunjukkan untuk menunjukkan ancaman kepada masyarakat atau geng motor lain agar waspada saat geng motor RnR ini apabila mereka sedang

  konvoi di jalanan, sebab jika geng motor RnR ini sedang konvoi bersama,

  maka akan tercipta kekacauan. Sehinggga baik itu masyarakat maupun geng motor lain yang berjumpa dengan mereka saat ada konvoi, maka akan terjadi kekacauan kepada siapa saja yang menghalangi jalan mereka.

  • Jumpa libas : kalimat ini dipakai untuk memberikan semangat dan arahan kepada seluruh anggota geng motor apabila terjadi perkelahian dengan kelompok lain. Maka saat berjumpa individu atau kelompok yang menjadi

  Setiap geng motor umumnya memiliki benderanya masing-masing dengan bentuk dan corak yang berbeda-beda. Bendera tersebut menggambarkan simbol atau lambang dari suatu geng motor dan yang menjadi ciri khas geng motor tersebut. Lambang digunakan untuk mewakili maksud dan pikiran yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Sebuah lambang umumnya dibuat oleh suatu kelompok, partai politik, dan pribadi. Pemakaian lambang ditujukan kepada pihak lain di luar kelompok agar dapat memahami maksud dan pesan yang disampaikan kelompok tersebut hanya dengan melihat lambangnya saja. Lambang selalu mempunyai makna. Pada geng motor RnR, bendera memiliki makna yang berasal dari pola pikir mereka secara bersama, dengan tujuan supaya dapat memperkenalkan dan menunjukkan jati diri dari geng motor mereka, yaitu dengan membuat nama geng dan slogan geng

  musuh, mereka harus langsung menyerang tanpa belas kasihan. Asal “jumpa” langsung “libas”.

  • Jumpa tengah : kalimat ini dipakai untuk mengajak perkelahian antar geng motor. Jika terjadi permasalahan dengan geng motor lain, maka salah satu akan mengajak bertempur yang berisi ajakan berperang di suatu tempat tertentu agar jangan terlalu dekat dengan markas atau wilayah masing-masing, melainkan harus di daerah yang netral. Maksud daerah netral disini merupakan daerah yang tidak terlalu dekat dengan wilayah atau markas salah satu geng motor, karena sebagian geng motor terbentuk dari pertemanan remaja-remaja yang tinggal dalam satu wilayah tempat tinggal.

2.7.2. Bendera Geng

  mereka menjadi logo dari bendera yang dituliskan dengan warna merah dengan dasar bendera berwarna hitam.

  Bendera digunakan sebagai simbol untuk menjelaskan identitas dari suatu geng motor. Oleh karena itu, pada saat geng motor akan konvoi, mereka akan membawa benderanya untuk memperkenalkan identitas geng mereka baik kepada geng motor lain maupun kepada masyarakat umum. Namun, karena kasus yang melibatkan geng motor mereka dan gencarnya pembasmian geng motor oleh pihak kepolisian kota Medan yang mengakibatkan geng motor RnR diincar. Hal ini menyebabkan geng motor RnR ini menjadi vakum dan melakukan kegiatan sembunyi-sembunyi dan jarang mengadakan konvoi bersama akibat dari gencarnya pihak kepolisian melakukan razia terhadap geng motor tersebut.

  

Gambar 2. Bendera Geng Motor RnR yang bertuliskan Slogan Geng Tersebut

  Ada alasan pemilihan warna merah dan hitam sebagai bagian dari warna bendera mereka. Warna merah yang pada umumnya memiliki arti dari keberanian.

  Mereka ingin menunjukkan bahwa dengan mengusung warna merah, setiap anggota RnR tersebut memiliki keberanian yang tinggi dan warna hitam itu sebagai simbol dari anarki. Anarki yang mereka anut bukan seperti arti sebenarnya yaitu tindakan anti kapitalisme (perlawanan terhadap pemerintahan), melainkan tindakan anarkis itu sendiri, yaitu perlawanan dengan menggunakan tindakan kekerasan.

2.7.3. Seragam Geng

  Seragam merupakan pakaian (outfit) yang digunakan oleh anggota dalam suatu kelompok tertentu, untuk menandakan setiap anggotanya merupakan bagian dari kelompok tersebut. Seragam dalam suatu kelompok diperlukan untuk menunjukkan identitas kelompok, sehingga mencerminkan kekompakan antar anggotanya. Seragam pada geng motor memiliki corak dan warna yang khas, yang dimaksudkan untuk membedakan antara geng motor yang satu dengan geng motor yang lainnya.

  Pada geng motor RnR, warna yang dipilih untuk seragam mereka sesuai dengan warna pada bendera geng mereka, yaitu dengan dasar hitam dan corak loreng berwarna merah. Corak loreng yang dipilih seperti loreng pada kelompok organisasi- organisasi kepemudaan (OKP) yang ada di Medan. Namun corak loreng hanya diberikan sedikit di bagian depan seragam, agar tidak terlalu mirip dengan seragam OKP tersebut.

  

Gambar 3. Anggota-anggota RnR yang Mengenakan Seragam

  Corak loreng di sini ingin menunjukkan seperti seragam ala militer yang memiliki corak loreng. Pemakaian seragam sangat berpengaruh terhadap psikologi pemakainya. Terjadi semacam peningkatan derajat dalam perasaan mereka. Seseorang akan merasa menjadi lebih superior, lebih hebat ketika diseragami memiliki corak ala militer. Mereka menggunakan seragam seperti itu karena ingin dipandang gagah seperti militer. Namun, mereka juga menerjemahkannya bahwa mereka juga harus bertindak ala militer, yaitu mengedepankan ‘kekerasan’.

  Seragam pada geng motor sangatlah penting, hal ini dikarenakan seragam memiliki fungsi mewakili dari bendera geng motor mereka, dan seragam berfungsi juga sebagai identitas setiap anggota geng motor tersebut. Pada saat kegiatan yang menyangkut seluruh anggota geng, mereka akan secara bersama mereka akan mengenakan seragam kebesaran geng motor mereka. Biasanya mereka menggunakan seragam jika ada kegiatan besar seperti pada saat melakukan konvoi atau jika ada acara-acara tertentu.

  Tidak hanya pada lembaga resmi saja suatu identitas perlu ditunjukkan, namun pada sebuah komunitas seperi geng motor ini identitas juga perlu ditunjukkan, dimana mereka menunjukkannya dengan berbagai cara yang umumnya berbeda. Mereka menunjukkan identitas kelompoknya kepada masyarakat di jalan-jalan raya saat mereka sedang konvoi. Mereka merasa seperti raja jalanan dengan segala macam atribut yang mereka kenakan, sehingga menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi pada diri mereka masing-masing.