Hubungan Kohesivitas dengan Perilaku Agresi pada Anggota Geng Motor di Kota Medan

(1)

HUBUNGAN KOHESIVITAS DENGAN PERILAKU AGRESI PADA

ANGGOTA GENG MOTOR DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

BERIYANTI SUNITA

061301014

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Kohesivitas dengan Perilaku Agresi

pada Anggota Geng Motor di Kota Medan

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2010


(3)

Hubungan Kohesivitas dengan Perilaku Agresi pada Anggota Geng Motor di Kota Medan

Beriyanti Sunita dan Rika Eliana

ABSTRAK

Beberapa tahun belakangan ini kekerasan yang dilakukan oleh anggota komunitas motor yang menyebut dirinya geng motor sangat dekat dengan istilah perilaku agresi. Tindakan yang mereka timbulkan berakibat pada kerusakan atau terlukanya pihak lain. Salah satu faktor penyebab perilaku agresi adalah adanya pengaruh kelompok. Adanya desakan dan provokasi dari kelompok dapat menyebabkan seseorang melakukan periaku agresi. Anggota-anggota kelompok dapat bebas saling mempengaruhi satu sama lain salah satunya jika terdapat kohesivitas dalam kelompok tersebut.

Jenis penelitian ini adalah korelasional, dengan tujuan untuk melihat hubungan dan sumbangan efektif kohesivitas terhadap perilaku agresi anggota geng motor di Kota Medan. Penelitian ini melibatkan 93 anggota geng motor di Kota Medan. Metode pengambilan data yang digunakan adalah teknik sampling insidental. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisia regresi linear sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah skala kohesivitas dengan realibilitas 0,894 dan skala perilaku agresi dengan reliabilitas 0.937. Dari hasil penelitian ini diperoleh rxy = 0.893, R square 0.79 (p<0.05) yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas dengan perilaku agresi anggota geng motor di Kota Medan, dengan sumbangan efektif variabel kohesivitas terhadap perilaku agresi adalah 79%. Hasil penelitian juga menunjukkan mayoritas subjek penelitian memiliki kohesivitas dan perilaku agresi yang tergolong tinggi.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah Bapa di Sorga karena atas berkat, kasih dan penyertaan-Nya saya dapat merampungkan skripsi ini. Saya menyadari, skripsi yang saya tulis ini bukan merupakan sesuatu yang instant. Ini buah dari suatu proses yang relatifpanjang, menyita segenap tenaga dan fikiran. Yang pasti, tanpa segenap motivasi, kesabaran, kerja keras dan doa – mustahil saya sanggup untuk menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik saya di Psikologi USU, 4 (empat) tahun lamanya. Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga, wajib saya berikan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara..

2. Ibu Rika Eliana, M.psi, psikolog, selaku ketua Departemen Psikologi Sosial dan dosen pembimbing saya, yang telah berkenan membimbing saya dalam penulisan skripsi ini. Betapa kesabaran, arahan, petunjuk, dan bimbingan dari beliau telah menyadarkan saya akan pentingnya penguasaan konsep, teori, dan metode dalam sebuah penelitian ilmiah.

3. Ibu Lili Garliah, M.Si., psi., selaku dosen PA (Pembimbing Akademik) yang selama 4 (empat) tahun lamanya menjadi motivator saya menjalani kehidupan akademis yang baik di Fakultas Psikologi.

4. Segenap staf pengajar di Fakultas Psikologi USU – yang sangat berjasa dalam menggembleng saya, terutama dalam menanamkan pemahaman atas pelbagai konsep dalam psikologi.


(5)

5. Kedua Orang tua saya Bapak M. Simanjuntak dan Ibu H.Sitorus yang telah membesarkan dan mendidik saya. Saya merasa sangat berterima kasih kepada mereka, karena doa, ketulusan, kesabaran, kasih sayang, dan motivasi merekalah yang membuat saya tetap bertahan melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi dan tetap melangkah menuju cita-cita saya. Saya juga meminta maaf untuk semua perbuatan saya yang sering membuat mereka resah, khawatir ataupun kecewa, dan saya tahu keberhasilan seperti apapun yang akan saya peroleh tidak akan pernah sebanding dengan pengorbanan mereka demi membesarkan saya. Semoga Allah Bapa senantiasa memberi kesehatan dan perlindungan bagi mereka. 6. Kepada Abang, Kakak, dan Adik saya: Heri Bertoni, Herniyati Metaria, dan Arfianda, saya juga mengucapkan banyak terima kasih. Dukungan mereka yang senantiasa memotivasi saya untuk menyelesaikan pendidikan saya di perguruan tinggi. Dan disetiap suka duka yang saya alami selama menyelesaikan skripsi ini, saya tahu mereka selalu ada untuk saya.

7. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada Eko Martana Siahaan setia menemani saya menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas cinta dan kesabarannya mendengarkan keluh kesah, memberi motivasi, membantu saya kembali bangkit ketika saya terpuruk dan merasa tidak mampu menyelesaikan skripsi ini, menemani saya, memberi doa, perhatian, semangat dan dukungan kepada saya. Saya sadar begitu besar bantuan yang diberikan kepada saya, mulai dari mencari sumber-sumber pustaka, menyebarkan dan mengumpulkan skala. Saya juga tahu tanpa bantuannya memperkenalkan saya dengan teman-temannya


(6)

yang merupakan anggota geng motor, maka saya tidak akan pernah tahu kemana harus mencari subjek penelitian saya.

8. Sahabat terbaik saya di Psikologi Usu: Retnata Ofelia dan Olivia M Siagian, terima kasih karena selalu ada untuk saya. Memotivasi, membantu dan menemani saya menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk doa-doa kalian yang membuat saya kembali bangkit menyelesaikan skripsi ini, dan terima kasih untuk canda tawa yang selalu membuat saya bersemangat kembali.

9. Teman-teman D8: Tisa Muharrani, Rena Elvira, Fitri Andriani, Novalina Tiur, Puteri Aulia Rahman, dan Alrendia Syafrizka yang selalu menjadi sahabat saya dan bersama-sama berjuang di kampus psikologi Usu dari semester awal hingga semester akhir. Terima kasih untuk kebersamaan dan kekompakan kita selama ini. Semoga kebersamaan ini dapat terus berlanjut hingga selamanya.

10.Sahabat-sahabat terbaik saya dari SMA bahkan SMP: Erika Emnina (sahabat dari SMP), Ella Christy, Retnata Ofelia, Sri Masvita, dan Dewi Febrina, terima kasih karena telah mengajarkan saya arti persahabatan yang sebenarnya serta arti berjuang dan berkorban untuk orang-orang yang kita sayangi. Doa, saran dan kritik mereka membuat saya tetap bersemangat menyelesaikan skripsi ini. Semoga persahabatan ini tetap terjalin selamanya.

11.Tidak Lupa saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk teman-teman anggota geng motor terutama RnR, Ezto, dan TIB, yang telah bersedia dengan sukarela menyediakan waktunya untuk membantu saya menyelesaikan skripsi ini serta atas kesabaran dan keramahan mereka selama mengisis skala saya.


(7)

12.Semua pihak yang tidak bisa saya ucapkan satu persatu atas kebaikan mereka selama ini kepada saya. Semoga Tuhan membalas kebaikan mereka.

Semoga skripsi yang amat sederhana ini membawa manfaat dan menjadi awal dari produktivitas pribadi saya di masa-masa mendatang agar lebih dewasa dalam bersikap, termasuk kewajiban berbakti kepada agama, bangsa, negara serta keluarga saya tercinta. Amin.

Dengan segala kerendahan hati, saya meminta maaf jika saya dipersepsikan secara salah/keliru/tidak pada tempatnya dalam bersikap serta membawakan diri selama ini.

Medan, November 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Agresi 1. Definisi Perilaku Agresi ... 13

2. Teori-Teori Perilaku Agresi ... 14


(9)

4. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Agresi ... 23

B. Kohesivitas 1. Definisi Kohesivitas ... 25

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kohesivitas ... 27

3. Dimensi Kohesivitas Kelompok ... 28

C. Geng Motor ... 29

D. Hubungan Kohesivitas dengan Perilaku Agresi pada Anggota Geng Motor ... 29

C. Hipotesa Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 35

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Perilaku Agresi ... 36

2. Kohesivitas ... 38

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel ... 40

2. Metode Pengambilan Sampel ... 40

D. Metode Pengumpulan Data 1. Skala Perilaku Agresi ... 41

2. Skala Kohesivitas ... 43

E. Uji Coba Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur ... 45


(10)

2. Reliabilitas Alat Ukur ... 46

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur 1. Hasil Uji Coba Alat Ukur Skala Perilaku Agresi ... 47

2. Hasil Uji Coba Alat Ukur Skala Kohesivitas ... 49

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap persiapan penelitian ... 50

2. Tahap pelaksanaan penelitian ... 52

3. Tahap pengolahan data penelitian ... 52

H. Metoda Analisa Data ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran subjek penelitian 1. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 54

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Nama Geng Motor ... 55

B. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas Sebaran ... 56

2. Uji Linearitas Hubungan ... 56

3. Hasil Utama Penelitian ... 56

C. Deskrpsi Data Penelitian 1. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Kohesivitas ... 59

2. Nilai Empirik Dan Nilai Hipotetik Perilaku Agresi ... 60

3. Kategorisasi Kohesivitas ... 61


(11)

5. Kategorisasi Kohesivitas dan Perilaku Agresi ... 64 D. Pembahasan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... ...69 B. Saran

1. Saran Metodologis ... ...70 2. Saran Praktis ... ...70

DAFTAR PUSTAKA ... ...73


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Blue print Skala Perilaku Agresi...42

Tabel 2 Blue print Skala Kohesivitas...43

Tabel 3 Distribusi Aitem Skala Perilaku Agresi Setelah Uji Coba ...47

Tabel 4 Distribusi Aitem Skala Perilaku Agresi Untuk Penelitian...48

Tabel 5 Distribusi Aitem Skala Kohesivitas Setelah Uji Coba...49

Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Kohesivitas Untuk Penelitian...50

Tabel 7 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia...54

Tabel 8 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Nama Geng Motor...55

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas...56

Tabel 10 Hasil Uji Linearitas...57

Tabel 11 Hasil Analisis Korelasi...58

Tabel 12 Hasil Analisis Varians...58

Tabel 13 Koefisien b0 dan b1...59

Tabel 14 Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Kohesivitas...60

Tabel 15 Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Perilaku Agresi ...61

Tabel 16 Norma Kategorisasi...62

Tabel 17 Kategorisasi Kohesivitas...62

Tabel 18 Kategorisasi Perilaku Agresi...63


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Data Mentah Skor dan Hasil Reliabilitas Try Out ... 76

Lampiran B Skala Penelitian ... 93

Lampiran C Data Mentah Penelitian ... 103


(14)

Hubungan Kohesivitas dengan Perilaku Agresi pada Anggota Geng Motor di Kota Medan

Beriyanti Sunita dan Rika Eliana

ABSTRAK

Beberapa tahun belakangan ini kekerasan yang dilakukan oleh anggota komunitas motor yang menyebut dirinya geng motor sangat dekat dengan istilah perilaku agresi. Tindakan yang mereka timbulkan berakibat pada kerusakan atau terlukanya pihak lain. Salah satu faktor penyebab perilaku agresi adalah adanya pengaruh kelompok. Adanya desakan dan provokasi dari kelompok dapat menyebabkan seseorang melakukan periaku agresi. Anggota-anggota kelompok dapat bebas saling mempengaruhi satu sama lain salah satunya jika terdapat kohesivitas dalam kelompok tersebut.

Jenis penelitian ini adalah korelasional, dengan tujuan untuk melihat hubungan dan sumbangan efektif kohesivitas terhadap perilaku agresi anggota geng motor di Kota Medan. Penelitian ini melibatkan 93 anggota geng motor di Kota Medan. Metode pengambilan data yang digunakan adalah teknik sampling insidental. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisia regresi linear sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah skala kohesivitas dengan realibilitas 0,894 dan skala perilaku agresi dengan reliabilitas 0.937. Dari hasil penelitian ini diperoleh rxy = 0.893, R square 0.79 (p<0.05) yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas dengan perilaku agresi anggota geng motor di Kota Medan, dengan sumbangan efektif variabel kohesivitas terhadap perilaku agresi adalah 79%. Hasil penelitian juga menunjukkan mayoritas subjek penelitian memiliki kohesivitas dan perilaku agresi yang tergolong tinggi.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia sering mendengar ataupun membaca dari media massa mengenai kemunculan geng-geng yang perilaku para anggotanya sangat meresahkan masyarakat karena sering melakukan tindakan diluar batas-batas norma yang berlaku baik agama maupun sosial (Satrya , 2006). Misalnya saja, kemunculan geng pelajar atau geng nero yaitu sekelompok anak perempuan yang melakukan kekerasan terhadap adik kelasnya dan sering menggencet orang-orang yang tidak mereka sukai. Salah satunya adalah geng nero Juwana yang beranggotakan empat remaja putri di Juwana, sebuah kota kecil di Kabupaten Pati, sekitar 75 kilometer di sisi timur Semarang. Mereka sering melakukan pelecehan, menampar atau meludahi korbannya yang dianggap lebih lemah dari mereka (Herdjoko, 2007). Kelompok serupa yaitu Geng Gazper diadukan ke pihak polisi oleh salah seorang murid SMA 34 ke Polsek Cilandak. Korbannya Muhammad Fadhil Harkasaputra yang terluka dan patah tulang karena dipaksa berkelahi dengan orang yang lebih tua di Geng Gazper.

Banyak lagi geng-geng lain yang bermunculan seperti yang terjadi di daerah Bandung. Mereka sering melakukan kekerasan terhadap korbannya yang lebih lemah seperti geng Antimo (Anak Timoho), Brised (Brigade Senang Damai), Bazooka(Baziingan Azoo Kabeh), Bose(Bocah Serangan), Gali (Gabungan Anak Liar), GNB (Gerakan Non Bojo), Gondes (Gondrong nDeso) Gelit(Gembel Elit), Jojoba


(16)

(Jomblo-jomblo Bahagia), Kansas(KAmi Anak Nakal Suatu Saat Akan Sadar), Lapendoz (Lelaki penuh dosa), PSIM, dan lain-lain (Sastro, 2007).

Geng memiliki pengertian suatu kelompok yang memiliki kesamaan karakteristik seperti penampilan, tindakan, konflik dan perencanaan. Namun karena hasil dari evolusi, kelompok ini akhirnya menjadi suatu bentuk gengster yang sering melakukan aktivitas yang becorak anti sosial ( Thrasher, 1963). Geng sangat jelas identik dengan kehidupan berkelompok, hanya saja geng memang memiliki makna yang sedemikian negatif. Geng bukan sekadar kumpulan remaja yang bersifat informal. Geng adalah sebuah kelompok penjahat yang terorganisasi secara rapi. Dalam konsep yang lebih moderat, geng merupakan sebuah kelompok kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan seringkali menyebabkan keributan (Triyono Lukmantoro, 2007). Geng seringkali mengadopsi fitur-fitur tertentu yang dapat dilihat dengan jelas seperti cara berpakaian, potongan rambut, atau lambang tertentu yang berfungsi memperkuat kohesivitas dalam geng dan mewakili citra kelompok koheren di mata kelompok-kelompok lain.

Pada fenomena dan realitas keberadaan geng sekarang ini pola terbentuknya sebuah geng, dimulai dari sebuah ikatan kebersamaan dan emosional dari sebuah komunitas tertentu, misalnya komunitas sekolah atau komunitas otomotif (Muliyani Hasan, 2007) . Salah satu bentuk geng yang awalnya dimulai dari komunitas otomotif adalah geng motor. Geng motor merupakan kumpulan orang pencinta motor yang menyukai kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai, semua membaur menjadi satu. (Muliyani Hasan, 2007).


(17)

Sebelum muncul geng motor, ada beberapa geng yang terbentuk di kalangan siswa SMP, seperti gengTuji (anak-anak SMP di daerah Medan Barat), GBR (anak-anak SMP di sekitar Jln. L.L.R.E. Martadinata Bandung), Neo Nazi (anak-anak SMP daerah Buahbatu ke atas dan bawah, Ciwastra,Cirebon dan sekitarnya), serta STRG (anak-anak SMP di sekitar Gegerkalong, Semarang).

Geng-geng itu bubar ketika lulus SMP, namun beberapa beberapa geng, seperti GBR (Bandung) dan STRG (Semarang) tetap memiliki penerus dan mengubah gengnya menjadi geng-geng baru, salah satunya adalah Geng Moonraker (M2R) (Satrya, 2007). Anggota M2R berasal dari berbagai sekolah, khususnya SMA. Kebanyakan anggota memakai sepeda motor Yamaha RX-King. Nama Moonraker diambil dari judul film agen 007 James Bond pada dekade 1980-an.

Geng-geng motor lainnya bermunculan yaitu XTC di daerah Guruminda Semarang dan Brigez di SMAN 7 Bandung. Pemilihan nama-nama geng itu memiliki cerita masing-masing. Nama XTC misalnya, merupakan kepanjangan dari "Exalt to Coitus" yang bisa diartikan menyenangi segala sesuatu yang berbau seks. Geng Motor

Brigez didirikan sebagai bentuk perlawanan terhadap Sakas (Satuan Keamanan Sekolah),anggotanya siswa SMAN 7 Bandung, oleh karena itu disebut disebut Brigez

alias Brigade Seven, kemudian meluas menjadi beberapa versi yaitu Brigade Setan atau Brigade Gestapu. Jumlah anggota geng motor tersebut kini mencapai ribuan. Geng XTC dan Brigez berani mengklaim bahwa anggotanya juga ada yang tercatat di Sumatra, Kalimantan, dan Bali (Satrya, 2007).

Menurut observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan maka ada beberapa geng motor di Kota Medan yang perilaku anggotanya sering mengarah ke perilaku


(18)

negatif, seperti tawuran antar geng atau pemukulan dan perkelahian dengan orang-orang di luar geng mereka yang tidak mereka senangi. Geng-geng itu diantaranya adalah geng motor RnR, Simple life, TIB dan geng-geng motor lainnya.

Tindakan yang dilakukan geng motor belakangan ini kian meresahkan warga. Geng motor kini memang menjadi salah satu perhatian utama pihak berwenang karena tindakan mereka kian berani, seperti salah satu wacana di surat kabar harian Pikiran Rakyat yang menyatakan bahwa perilaku geng motor di beberapa kota di Indonesia akhir-akhir ini bisa dianggap sudah sangat meresahkan masyarakat, sehingga dapat dikategorikan sebagai kondisi patologi sosial atau penyakit masyarakat yang perlu segera diobati (Pikiran Rakyat, Juni, 2008)

Banyak pemberitaan di media massa, terjadinya tawuran, dan perkelahian antar geng motor dipicu oleh hal-hal yang kurang rasional dan perilaku agresi yang dilakukan oleh anggota geng motor menimbulkan banyak kerugian yang mesti ditanggung oleh masyarakat. Seperti yang diberitakan di Surat Kabar Harian Kompas (November, 2007) tentang penyerbuan dan pengerusakan markas polisi di Jakarta timur yang diduga dilakukan oleh oknum komunitas motor. Kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan kerugian materiil yang cukup besar karena banyak kaca-kaca bangunan yang pecah, serta beberapa kendaraan patroli polisi yang juga menjadi obyek pelemparan batu oleh mereka.Tindakan yang dilakukan oleh oknum ini terjadi karena telah terjadi penangkapan terhadap salah seorang anggota sebuah geng motor oleh polisi saat mereka terlibat dalam kegiatan balap liar beberapa hari sebelumnya. (Wiryo, dalam Kompas, November, 2007).

Menurut Inspektur Polisi Wadi Sa’bani, Kepala Unit Reserse Kriminal Polisi


(19)

belakangan ini jenis kejahatannya beragam, mulai pengrusakan tempat umum,kebut-kebutan di jalan umum, pencurian, tawuran antar geng motor, perampokan dengan kekerasan. Banyak dari mereka yang membawa senjata tajam, Samurai, jenis golok berukuran panjang yang biasa digunakan oleh kelompok Ninja di Jepang, menjadi senjata (Pikiran Rakyat. 27 November 2007).

Hal serupa juga terjadi di Kota Medan ,banyak bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh anggota geng motor seperti perkelahian antar geng motor, pemukulan yang dilakukan pada anggota geng motor lain yang tidak disukai, pemalakan atau pemerasan yang dilakukan terhadap anak-anak sekolah, perkelahian dengan anak sekolah, mencaci maki orang-orang yang tidak disukai terutama yang berasal dari kelompok atau geng lain (Reno Nugraha, 2009).

Bahkan beberapa dari anggota geng motor pernah dipenjarakan akibat melakukan pengeroyokan dan pemukulan terhadap siswa SMA (Adam, dalam Lagi, Anggota Geng Motor Berulah, 2009). Muliyani mengatakan bahwa perkelahian, kebut-kebutan, tawuran dan perilaku kriminal lainnya adalah upaya anggota geng motor menunjukkan dari geng motor mana mereka berasal dan ingin membuat geng motor mereka menjadi yang terbaik dari geng motor lainnya (Muliyani, 2007).

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara informal yang dilakukan peneliti kepada Rimo (bukan nama sebenarnya), salah seorang anggota geng motor RnR di Kota Medan:

”Aku udah pernah dipenjara Kak karena mukulin anak orang. Dia anggota geng laen. Dendam aku sama dia Kak, karena dah pernah dijelek-jelekinnya geng kami.

Katanya kami kebanyakan gaya aja, pengecut semua. Ya ku pukulkan lah dia”


(20)

Psikolog sosial Ratna Djuwita (2007) berpendapat bahwa perilaku-perilaku kekerasan yang dilakukan oleh geng motor bisa disebut sebagai perilaku agresi, yang dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Triyono (dalam Geng, Distorsi dalam Komunikasi) menambahkan lagi anggota-anggota geng memiliki preferensi untuk memaksa, dan setidaknya menggertak pihak yang dianggap lebih lemah untuk mengikuti kehendak mereka. Cara-cara kekerasan fisik dan verbal sengaja dilakukan untuk menundukkan pihak yang dipandang tidak sejalan.

Menurut Myers (1996), perilaku agresi merupakan perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Begitu juga dengan Atkinson dan Hilgard (1999) yang menyatakan bahwa perilaku agresi adalah perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain secara fisik atau verbal atau merusak harta benda.

Secara umum menurut Myers (1996) ada dua jenis agresi, yaitu agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) dan agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental agrgression). Agresi rasa benci atau agresi emosi, merupakan ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Perilaku jenis ini disebut juga dengan agresi jenis panas. Akibat dari agresi ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat. Lain halnya dengan agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain, yang pada umumnya tidak disertai emosi bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi, jadi tujuannya adalah untuk mencapai tujuan lain.

Avin Faddilah (1998) menambahkan bahwa perilaku agresi juga sering kali didasarkan oleh konflik antar kelompok. Seperti yang terjadi pada perkelahian atau


(21)

tawuran antara dua geng motor. Konflik antar kelompok sering dipicu oleh perasaan in-group versus out in-group sehingga anggota kelompok diwarnai prasangka. Menurut salah satu teori prasangka yaitu Realistic Conflict Theory, prasangka berakar dari kompetisi antar kelompok terhadap sejumlah komoditi atau peluang. Jika kompetisi ini berlanjut maka akan memunculkan rasa permusuhan terhadap anggota kelompok lain yang memicu perilaku agresi.

Decker dan vin Winkle (1996) menjelaskan dinamika yang mendasari tindakan kekerasan geng berdasarkan signifikansi konstruk ancaman. Menurut pandangan ini, geng seringkali lahir untuk merespons ancaman (menurut persepsi yang bersangkutan atau yang sungguh-sungguh ada) yang berasal dari individu-individu atau kelompok lain yang berada diluar kelompoknya. Ancaman bisa diarahkan, atau dipersepsi diarahkan pada keselamatan fisik, wilayah kekuasaan, atau identitas psikologis para anggotanya. Bila geng lawan mengadopsi persepsi yang sama mengenai ancaman dan mencoba mendahului menyerang maka kekerasaan geng berpotensi kuat untuk bereskalasi.

Salah satu faktor yang menyebabkan perilaku agresi adalah adanya pengaruh kelompok (Sarwono, 1999). Seseorang dapat ikut terpengaruh oleh kelompok dalam melakukan perilaku agresi. Pengaruh kelompok dalam perilaku agresi antara lain adalah menurunkan kendali moral. Adanya provokasi secara langsung dari pihak lain dalam kelompok merupakan pendorong terjadi perilaku agresi. Seseorang akan mudah terpengaruh melakukan perilaku agresi pada saat mendapat provokasi secara langsung dari kelompoknya. Selain itu adanya desakan dari kelompok dan identitas kelompok (kalau tidak ikut melakukan dianggap bukan anggota kelompok) dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi (Sarwono, 1999).


(22)

Menurut Forsyth (1999) anggota-anggota dalam satu kelompok bisa bebas saling mempengaruhi satu sama lain jika terdapat kohesivitas dalam kelompok tersebut. Selain itu anggota kelompok yang kohesif akan lebih menyadari identitasnya sebagai bagian dari kelompok. Forsyth (1999) menyatakan bahwa kelompok yang kohesif memiliki ciri-ciri antara lain, masing-masing anggota timbul keterdekatan, sehingga bisa mempengaruhi satu sama lain, rasa toleran, saling membagi, saling mendukung terutama dalam menghadapi masalah, keeratan hubungan, saling tergantung untuk tetap tinggal dalam kelompoknya. rasa saling percaya, timbul suasana yang nyaman (merasa aman dalam bekerja, untuk mengungkapkan pendapat & berinteraksi, saling pengertian) dan adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok. Forsyth (1999) menambahkan bahwa kohesivitas merupakan derajat kekuatan ikatan dalam suatu kelompok yang mana masing-masing anggotanya saling tarik-menarik, saling tergantung dan saling

bekerjasama secara kompak, sehingga akan membentuk suatu “konformitas” yang akan

meningkatkan kapasitas kelompok untuk mempertahankan keanggotaan para anggotanya dalam mencapai tujuannya.

Mc Shane dan Glinow (2003) menyatakan bahwa kohesivitas kelompok merupakan perasaan daya tarik individu terhadap kelompok dan memotivasi mereka untuk tetap bersama kelompok, dimana hal tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan kelompok. Gibson (2003) mengungkapkan juga bahwa kohesivitas kelompok adalah kekuatan ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya daripada kelompok lain. mengikuti kelompoknya akan memberikan rasa kebersamaan dan rasa senang.


(23)

Walgito (2007) juga menjelaskan mengenai adanya peran kohesivitas dalam mempengaruhi perilaku-perilaku anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang kohesif akan memberikan respon positif terhadap para anggota dalam kelompok. Secara teoritis, kelompok yang kohesif akan terdorong untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok dan merespon positif terhadap perilaku anggota kelompok yang lain. Hal ini di dukung dengan penemuan Festinger, Schacter, dan Black (dalam Shaw 1979) yang mendapati bahwa anggota kelompok yang kohesif mempunyai opini yang seragam dan umumnya dalam tindakan menyesuaikan diri dengan standar atau keinginan kelompok. Jadi pressure atau tekanan terhadap keseragaman naik searah atau sejajar dengan naiknya kohesi kelompok. Dalam hal ini kohesivitas dalam suatu kelompok menjadikan anggotanya bersedia melakukan norma-norma atau perilaku yang diinginkan kelompok, termasuk perilaku agresi terhadap kelompok lain.

Oleh karena itu berdasakan uraian di atas peneliti berasumsi bahwa kohesivitas kelompok dalam hal ini geng motor akan berhubungan dengan perilaku agresi anggota geng motor terhadap orang lain ataupun anggota geng motor lain untuk mempertahankan dan melindungi kelompoknya. Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kohesivitas geng motor dengan perilaku agresi

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara kohesivitas geng motor dengan perilaku agresi


(24)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan data secara langsung mengenai hubungan antara kohesivitas geng motor dengan perilaku agresi anggotanya. Data yang diperoleh nantinya akan digunakan dan diolah untuk menguji hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Berdasakan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kohesivitas geng motor dengan perilaku agresi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi sosial, mengenai kohesivitas dan perilaku agresi , serta memberi sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya .

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini kita dapat mengetahui mengenai perilaku agresi yang dilakukan oleh geng motor sehingga masyarakat ataupun pemerintah diharapkan dapat membuat program-program prevensi ataupun intervensi untuk mengurangi berkembangnya perilaku agresi yang dilakukan oleh geng motor tersebut.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Bab I : Pendahuluan


(25)

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang geng motor, kohesivitas dan perilaku agresi

Bab III: Metode Penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen dan alat ukur yang digunakan dan metode analisis data.

Bab IV: Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini akan menguraikan tentang analisa data dan pembahasannya yang dikaitkan dengan teori yang ada

Bab V: Kesimpulan dan Saran

Bab ini menguraikan kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang meliputi saran praktis dan saran untuk penelitian selanjutnya


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Agresi

1. Definisi Perilaku Agresi

J.S Badudu dalam bukunya Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (dalam Nadeak, 2003) mengatakan bahwa agresi adalah tindakan atau perbuatan yang bersifat kekerasan atau kasar terhadap yang lain

Sementara ahli-ahli psikologi sosial seperti Baron dan Richardson (1994) mendefiniskan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perlakuan itu. Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan Myers (1996), yang menyebutkan bahwa perilaku agresi merupakan perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Atkinson dan Hilgard (1999) menyatakan bahwa perilaku agresi adalah perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain secara fisik atau verbal atau merusak harta benda.

Menurut Buss (dalam Morgan, 1989), yang terkenal dalam penelitiannya mengenai agresi, menyatakan secara lebih spesifik mengenai perilaku agresi. Buss (1989) mendefenisikan perilaku agresi sebagai suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek yang menjadi sasaran perilaku tersebut baik secara fisik atau verbal dan langsung atau tidak langsung.


(27)

Jika menelaah beberapa defenisi yang ditampilkan maka penelitian dalam hal ini akan menggunakan konsep perilaku agresi menurut Buss dengan asumi defenisi ini cukup lengkap dan detil dalam menjelaskan perilaku agresi.

2. Teori-Teori Perilaku Agresi

a. Teori Genetik dan Biologis

Sejumlah teori mempostulasikan bahwa agresi berhubungan dengan faktor genetik dan biologis. Teori-teori genetik berargumen bahwa agresivitas merupakan warisan genetik yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lain. Freud (Moeller, 2001) mengganggap bahwa agresi berakar dari biologis. Ia percaya bahwa manusia dilahirkan dengan dorongan yang disebut Thanatos yaitu dorongan mencari akhir dari kehidupan (kematian). Meskipun mungkin dorongan ini secara langsung melukai diri sendiri, namun bisa juga dilepaskan ke orang lain. Freud juga memperkenalkan ide katarsis (pelepasan energi), yang menekankan bahwa jika kekuatan dari dorongan agresi mulai timbul dari dalam diri, sesuatu harus dilakukan untuk melepaskan enerhi tersebut sebelum menjadi sangat kuat. Menurut hipotesis katarsis, tekanan yang berhubungan dengan dorongan agresi dikurangi dengan perilaku agresi, termasuk melakukan respon

displacement dari dorongan agresi tersebut (Moeller, 2001).

b. Teori Instinctual Behaviour

Teori ini dikemukakan oleh Lorenz (1966;1974). Ia mengemukakan perspektif evolusi dari agresi, dengan pandangannya mengenai sifat manusia yang hampir sama dengan pandangan Freud (Lorenz 1966; Baron dan Ricardshon, 1994). Salah satu pandangan Freud mengenai agresi adalah bahwa agresi adalah sesuatu yang dibawa sejak


(28)

lahir, insting kematian yang bisa dilepaskan dan mengalihkannya ke orang lain (Brain, dalam Lorenz 1966). Sama halnya dengan Freud, Lorenz percaya bahwa agresi tidak dapat dihindarkan, merupakan penerusan secara luas dari dorongan lahiriah.

Lorenz (1966) mengemukakan salah satu teori etologis mengenai insting yang sangat berpengaruh penting. Lorenz berpandangan bahwa beberapa pola perilaku individu merupakan warisan keturunan, dan perlu beberapa dorongan untuk memunculkan perilaku tersebut. Ia menjelaskan bahwa perilaku agresi tidak hanya sebuah reaksi terhadap stimulus dari luar, melainkan juga hasil dari dorongan agresi atau rangsangan dari dalam diri yang harus diekspresikan atau dikeluarkan tanpa menghiraukan ada tidaknya objek pelepasan (Lorenz 1996). Brain (1986) menambahkan bahwa agresi berasal dari insting menyerang yang dibawa sejak lahir dan umum ada pada semua manusia.

c. Teori Frustasi Agresi

Dalam hipotesi frustasi-agresi yang awal (Dollard dkk., 1939), agresi dijelaskan sebagai hasil dari suatu dorongan yang dimaksudkan untuk mengakhiri keadaan devprivasi, sedangkan frustasi disefenisikan sebagai interferensi eksternal terhadap perilaku yang diarahkan pada tujuan. Jadi, pengalaman frustasi mengaktifkan keinginan bertindak agresi terhadap sumber frustasi yang, sebagai akibatnya, mencetuskan perilaku agresi. Tetapi tidak semua frustasi menimbulkan respon agresi. Individu mungkin akan menarik diri dari situasi itu atau menjadi depresi. Selain itu tidak semua tindakan agresi merupakanhasil dari frustasi yang dialami sebelumnya. Miller (1941) menyatakan bahwa frustasi menyebabkan sejumlah respon yang berbeda. Salah satu diantaranya adalah bentuk agresi tertentu. Kemungkinan frustasi akan memunculkan respon agresi


(29)

bergantung pada pengaruh variabel-variabel moderator. Takut akan hukuman atas tindakan agresi atau ketiadaan penyebab frustasi merupakan variabel moderator yang menghambat agresi.

d. Teori Agressive-Cue

Teori ini dikemukakan oleh Berkowitz (1962). Ia berargumen bahwa frustasi adalah satu dari sejumlah stimulus tidak menyenangkan yang mungkin memancing reaksi agresi. Stimulus tidak menyenangkan ini mungkin tidak secara langsung mengasilkan perilaku agresi, tetapi dapat menciptakan kesiapan untuk melakukan tindakan agresi. Hal ini dapat meningkat jika ada stimulus dari lingkungan yang diasosiasikan dengan kemarahan pada saat itu atau sebelumnya.

Berkowitz pada tahun 1993 merevisi teori lamanya dengan teori cognitive neoassociation model. Pada teori ini ia menekankan bahwa frustasi atau stimulus tidak menyenangkan lain dapat memancing agresi jika tercipta perasaan (affect) negatif. Respon hanya ditentukan oleh interpretasi individu terhadap perasaan negatifnya. Singkatnya, adanya hambatan dalam mencapai tujuan tidak akan menciptakan agresi jika individu tidak merasakan hal tersebut sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan. Berkowitz (1993) berargumen bahwa rintangan atau hambatan dapat meinmbulkan agresi ketika individu mengalami perasaan negatif.

e. Teori Social Learning

Teori social learning perspective (e.g., Bandura, dalam Lorenz 1966) berawal dari sebuah ide bahwa manusia tidak lahir dengan sejumlah respons-respons agresi tetapi mereka harus memperoleh respons ini dengan cara mengalaminya secara langsung (direct


(30)

experience) atau dengan mengobservasi tingkah laku manusia lainnya (Anderson & Bushman, 2001; Bushman & Anderson, 2002). Dengan demikian, berdasarkan pengalaman masa lalu mereka dan kebudayaan dimana mereka tinggal, individu mempelajari: (1) berbagai cara untuk menyakiti yang lain, (2) kelompok mana yang tepat untuk target agresi, (3) tindakan apa yang dibenarkan sebagai tindakan balas dendam, (4) situasi atau konteks apa yang mengizinkan seseorang untuk berperilaku agresi. Singkatnya, teori social learning perspective berusaha menjelaskan bahwa kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresi tergantung pada banyak faktor situasional, yaitu: pengalaman masa lalu orang tersebut, rewards yang diasosiasikan dengan tindakan agresi pada masa lalu atau saat ini, dan sikap serta nilai yang membentuk pemikiran orang tersebut mengenai perilaku agresi.

Proses-proses belajar sosial yang dapat menimbulkan perilaku agresi adalah: 1) Classical conditioning. Perilaku agresi terjadi karena adanya proses mengasosiasikan suatu stimulus dengan stimulus lainnya, 2) Opera nt Conditioning. Perilaku agresi terjadi akibat adanya reward yang diperoleh setelah melakukan perilaku agresi tersebut. Reward

tersebut bersifat tangible (memperoleh sesuatu yang dia mau), sosial (dikagumi/disegani oleh kelompoknya), dan internal (meningkatkan self-esteem orang tersebut), 3) Modelling

(meniru). Perilaku agresi terjadi karena seseorang meniru seseorang yang ia kagumi, 4)

Observational Learning. Perilaku agresi terjadi karena seseorang mengobservasi individu lain melakukannya baik secara langsung maaupun tidak langsung, 5) Social Comparison.

Perilaku agresi terjadi karena seseorang membandingkan dirinya dengan kelompok atau orang lain yang disukai, 5) Learning by Experience. Perilaku agresi terjadi karena pengalaman masa lalu yang dimiliki oleh orang tersebut.


(31)

f. Teori Agresi Buss

Teori ini dikemukakan oleh Arnold.H.Buss tahun 1961. ia mengaplikasikan teori instrumental learning dari Thorndike dan Skinner terhadap perilaku agresi. Menurut Buss, perilaku agresi dipelajari seperti perilaku intrumental lainnya melalui reward dan punishment. Buss berpendapat perilaku menjadi agresi ketika individu menyalurkan stimulus berbahaya ke orang lain. Ia berpendapat bahwa agresi instrumental adalah agresi yang lebih penting dan digambarkan dalam agresi fisik dan verbal, agresi aktif dan pasif, dan agresi langsung dan tidak langsung..

Buss (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003) menyebutkan, menjelaskan dan memperluas penjelasan dari bentuk perilaku tersebut:

1) Agresi Fisik Aktif Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung seperti memukul, mendorong, menembak, dan sebagainya.

2) Agresi Fisik Aktif Tidak Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya seperti merusak harta korban, membakar rumah, menyewa tukang pukul, dan sebagainya.

3) Agresi Fisik Pasif Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak


(32)

terjadi kontak fisik secara langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam, dan sebagainya.

4) Agresi Fisik Pasif Tidak Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung, seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh, dan sebagainya.

5) Agresi Verbal Aktif Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menghina, memaki, marah , mengumpat.

6) Agresi Verbal Aktif Tidak Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar fitnah, mengadu domba, dan sebgainya.

7) Agresi Verbal Pasif Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti menolak berbicara, bungkam dan sebagainya.

8) Agresi Verbal Pasif Tidak Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberikan dukungan, tidak menggunakan hak suara, dan sebagainya.


(33)

Walaupun Buss menerima bahwa frustasi kadang memicu agresi, namun ia juga menyatakan bahwa individu mungkin memperlajari respon frustasi dari orang lain. Ia menyatakan bahwa beberapa faktor berkontribusi pada perilaku agresi seperti pengalaman yang secara spesifik berhubungan dengan frustasi dari orang lain dan dan kepribadian dari individu. Ia menekankan bahwa pengalaman terdahulu dari individu adalah penyebab utama dari perilaku yang ditampilkan pada saat itu.

3. Dimensi Perilaku Agresi

Buss (dalam Morgan, 1989) menyatakan bahwa tingkah laku agresi dapat digolongkan menjadi tiga dimensi, yaitu fisik-verbal, aktif-pasif, dan langsung tidak langsung. Perbedaan dimensi fisik-verbal terletak pada perbedaan antara menyakiti fisik (tubuh) orang lain dan menyerang dengan kata-kata. Perbedaan dimensi aktif-pasif adalah pada perbedaan antara tindakan nyata dan kegagalan untuk bertindak. Sementara agresi langsung berarti kontak face-to-face dengan orang yang diserang, dan agresi tidak langsung terjadi tanpa kontak dengan orang yang diserang.

Kombinasi dari ketiga dimensi ini menghasilkan suatu framework untuk mengkategorikan berbagai bentuk perilaku agresi (Buss, dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003) antara lain:

a. Agresi Fisik Aktif Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung seperti memukul, mendorong, menembak, dan sebagainya.


(34)

b. Agresi Fisik Aktif Tidak Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya seperti merusak harta korban, membakar rumah, menyewa tukang pukul, dan sebagainya.

c. Agresi Fisik Pasif Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam, dan sebagainya.

d. Agresi Fisik Pasif Tidak Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung, seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh, dan sebagainya.

e. Agresi Verbal Aktif Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menghina, memaki, marah , mengumpat.


(35)

f. Agresi Verbal Aktif Tidak Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar fitnah, mengadu domba, dan sebgainya.

g. Agresi Verbal Pasif Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti menolak berbicara, bungkam dan sebagainya.

h. Agresi Verbal Pasif Tidak Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberikan dukungan, tidak menggunakan hak suara, dan sebagainya.

4. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Agresi

Sarwono (2002), menyatakan rangsangan atau pengaruh terhadap perilaku agresi dapat datang dari luar diri sendiri yaitu dari kondisi lingkungan atau pengaruh kelompok atau dari pelaku sendiri yaitu pengaruh kondisi fisik dan kepribadian.

a. Kondisi Lingkungan

Rasa sakit pada hewan dapat memicu agresi. Pada manusia, bukan hanya sakit fisik yang dapat memicu agresi, melainkan juga sakit psikis. Adanya serangan juga cenderung memicu agresi karena pihak yang diserang cenderung membalas.


(36)

b. Pengaruh Kelompok

Pengaruh kelompok terhadap perilaku agresi , antara lain adalah menurunkan kendali moral. Adanya provokasi secara langsung dari pihak lain merupakan salah satu faktor pendorong terjadi perilaku agresi. Seseorang akan mudah terpengaruh melakukan perilaku agresi pada saat mendapat provokasi secara langsung dari pihak lain dalam kelompok, penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa hal ini dapat terjadi baik karena provokasi verbal maupun fisik.

Selain karena faktor ikut terpengaruh, perilaku agresi juga disebabkan karena adanya perancuan tanggung jawab (tidak merasa ikut bertanggung jawab karena dikerjakan beramai-ramai), ada desakan kelompok dan identitas kelompok (karena kalau tidak ikut dianggap bukan anggota kelompok), dan ada deindividuasi (identitas sebagai individu tidak akan dikenal).

c. Pengaruh Kepribadian dan Kondisi Fisik

Salah satu faktor kepribadian yang berpengaruh terhadap perilaku agresi adalah peran jenis kelamin. Pria yang maskulin pada umumnya lebih agresif daripada wanita yang feminin. Gejala ini ada hubungannya dengan faktor kebudayaan, yaitu pada umumnya wanita diharapkan oleh norma masyarakat untuk lebih mengekang perilaku agresi. Perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi tingkat dan bentuk perilaku agresi, dimana laki-laki diasumsikan lebih agresif dari wanita (Nasution, 1990). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bandura (dalam Nasution, 1990) yang menemukan bahwa anak laki-laki menunjukkan perilaku agresi yang lebih dari anak perempuan. Begitu juga dengan Rahardjo (dalam Nasution, 1990) yang mengatakan bahwa laki-laki lebih agresif dari perempuan. Maccoby dan Jacklin (1974) menemukan bahwa


(37)

pria lebih agresif secara fisik, demikian juga dengan Glaude (1991) yang menemukan bahwa tingkatan yang lebih tinggi dalam agresi yang nyata atau tampak pada pria dibandingkan dengan wanita.

Selain karena pengaruh dari faktor kepradian, perilaku agresi juga selalu saja ada keterkaitannya dengan situasi-situasi sesaat yang merupakan indikasi bahwa perilaku agresi lebih disebabkan oleh faktor situasi daripada faktor kepribadian. Faktor situasi selain dapat berasal dari kondisi lingkungan dan pengaruh kelompok, dapat juga disebabkan oleh kondisi diri atau fisik seseorang.

B. Kohesivitas

1. Definisi Kohesivitas

Menurut George & Jones (2002) kohesivitas adalah anggota kelompok yang memiliki daya tarik satu sama lain. Kelompok yang kohesivitasnya tinggi adalah saling tertarik pada setiap anggota, kelompok yang kohesivitasnya rendah adalah tidak saling tertarik satu sama lain. Mcshane & Glinow (2003) mengatakan kohesivitas dalam kelompok merupakan perasaan daya tarik individu terhadap kelompok dan motivasi mereka untuk tetap bersama kelompok dimana hal tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan kelompok. Anggota kelompok merasa kompak adalah ketika mereka percaya kelompok mereka membantu tujuan mereka, saling mengisi kebutuhan mereka, atau memberikan dukungan sosial selama masa krisis.

Greenberg (2005) menyatakan bahwa kohesivitas kelompok adalah perasaan dalam kebersamaan antar anggota kelompok. Tingginya kohesivitas kelompok berarti tiap anggota dalam kelompok saling berinteraksi satu sama lain, mendapatkan tujuan mereka,


(38)

dan saling membantu di tiap pertemuan, dan bila kelompok tidak kompak maka tiap anggota kelompok akan saling tidak menyukai satu sama lain dan mungkin terjadi perbedaan pendapat. Robbins (2001) menyatakan bahwa kohesivitas kelompok adalah sejauh mana anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap berada dalam kelompok tersebut. Misalnya, kelompok yang telah berpengalaman dalam menghadapi ancaman dari luar menyebabkan anggotanya lebih dekat satu sama lain. Gibson (2003) mengungkapkan bahwa kohesivitas kelompok adalah kekuatan ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya dari pada terhadap kelompok lain. Mengikuti kelompok akan memberikan rasa kebersamaan dan rasa semangat dalam bekerja. Certo, S (2003) menyatakan bahwa kohesivitas kelompok merupakan memiliki anggota yang ingin tetap tinggal dalam kelompok selama mengalami tekanan dalam kelompok. Forsyth (1999) menyatakan bahwa kohesivitas kelompok merupakan kesatuan yang terjalin dalam kelompok, menikmati interaksi satu sama lain, dan memiliki waktu tertentu dan di dalamnya terdapat semangat kerja yang tinggi.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kohesivitas merupakan derajat kekuatan ikatan dalam suatu kelompok, yang mana masing-masing anggotanya saling tarik-menarik, saling tergantung dan saling bekerjasama secara

kompak, sehingga akan membentuk suatu “konformitas” yang akan meningkatkan

kapasitas kelompok untuk mempertahankan keanggotaan para anggotanya dalam mencapai tujuannya.


(39)

2. Faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas

Menurut McShane & Glinow (2003) faktor yang mempengaruhi kohesivitaskelompok, yaitu :

a. Adanya Kesamaan

Kelompok yang homogen akan lebih kohesif dari pada kelompok yang heterogen. anggota yang berada dalam kelompok yang homogen dimana memiliki kesamaan latar belakang, membuat mereka lebih mudah bekerja secara objektif, dan mudah menjalankan peran dalam kelompok.

b. Ukuran kelompok

Kelompok yang berukuran kecil akan lebih kohesif dari pada kelompok yang berukuran besar karena akan lebih mudah untuk beberapa orang untuk mendapatkan satu tujuan dan lebih mudah untuk melakukan aktifitas.

c. Adanya interaksi

Kelompok akan lebih kohesif bila kelompok melakukan interaksi berulang antar anggota kelompok.

d. Ketika ada masalah

Kelompok yang kohesif mau bekerja sama untuk mengatasi masalah. e. Keberhasilan kelompok

Kohesivitas kelompok terjadi ketika kelompok telah berhasil memasuki level keberhasilan. Anggota kelompok akan lebih mendekati keberhasilan mereka dari pada mendekati kegagalan.


(40)

f. Tantangan

Kelompok kohesif akan menerima tantangan dari beban kerja yang diberikan. Tiap anggota akan bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan, bukan menganggap itu sebagai masalah melainkan tantangan.

3. Dimensi Kohesivitas Kelompok

Forsyth (1999) mengemukakan bahwa ada empat dimensi kohesivitas kelompok, yaitu :

a. Kekuatan sosial

Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang menjadikan anggota kelompok selalu berhubungan. Kumpulan dari dorongan tersebut membuat mereka bersatu. b. Kesatuan dalam kelompok

Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Setiap individu dalam kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan komunitasnya serta memiliki perasaan kebersamaan.

c. Daya tarik

Daya tarik merupakan properti kelompok yang berasal dari jumlah dan kekuatan sikap positif antara anggota kelompok. Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri daripada melihat dari anggotanya secara spesifik.


(41)

Sebuah proses yang dinamis yang direfleksikan dengan kecenderungan suatu kelompok untuk tetap terikat bersama dan mempertahankan kesatuan dalam usaha untuk mencapai tujuan. Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok.

C. Geng Motor

Thrasher (1963), mendefenisikan geng sebagai suatu kelompok yang memiliki kesamaan karakteristik seperti penampilan, tindakan, konflik dan perencanaan. Sedangkan menurut Triyono Lukmantoro (2007), geng adalah sebuah kelompok penjahat yang terorganisasi secara rapi. Dalam konsep yang lebih moderat, geng merupakan sebuah kelompok kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan seringkali menyebabkan keributan. Pola terbentuknya sebuah geng, dimulai dari sebuah ikatan kebersamaan dan eemosional dari sebuah komunitas tertentu, misalnya komunitas sekolah atau komunitas otomotif (Triyono Lukmantoro, 2007).

Geng motor merupakan suatu bentuk geng yang di dalamnya merupakan kumpulan orang pencinta motor yang menyukai kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai (Muliyani Hasan, 2007). Ada perbedaan antara geng motor dengan kelompok pengguna motor (club motor) yang harus dipahami oleh masyarakat luas. Perbedaannya adalah club motor merupakan kelompok yang mengusung merek atau spesifikasi tertentu dengan perangkat organisasi formal untuk menjadi anggotanya dan kegiatan club motor jauh dari hal-hal yang berbau negatif. Mereka sekedar kumpul dan konvoi. Hal ini bertolak belakang dengan berbagai jenis kegiatan geng motor yang cenderung negatif seperti mencuri, tawuran, merusak tempat umum bahkan membunuh.


(42)

Di daerah Semarang, Bandung dan sekitarnya aktivitas yang dilakukan geng motor seperti pengrusakan tempat umum,kebut-kebutan di jalan umum, pencurian, tawuran antar geng motor, perampokan dengan kekerasan sudah sangat meresehakan. Banyak dari mereka yang membawa senjata tajam, Samurai, jenis golok berukuran panjang yang biasa digunakan oleh kelompok Ninja di Jepang, menjadi senjata (Pikiran Rakyat. 27 November 2007). Sementara di Medan perilaku agresi yang dilakukan anggota-anggota geng motor antara lain yang seperti perkelahian antar geng motor, pemukulan yang dilakukan pada anggota geng motor lain yang tidak disukai, pemalakan atau pemerasan yang dilakukan terhadap anak-anak sekolah, perkelahian dengan anak sekolah, mencaci maki orang-orang yang tidak disukai terutama yang berasal dari kelompok atau geng lain. Khususnya di medan,ada beberapa geng motor seperti RnR dan TIB yang perilaku agresinya lebih berorientasi pada tawuran atau perkelahian antar gang, hal ini berbeda dengan geng motor di daerah lain yang sudah melakukan kekerasan terhadap publik atau sarana publik.

D. Hubungan Kohesivitas dengan Perilaku Agresi pada Anggota Geng Motor

Decker dan vin Winkle (1996) menjelaskan dinamika yang mendasari tindakan kekerasan geng berdasarkan signifikansi konstruk ancaman. Menurut pandangan ini, geng seringkali lahir untuk merespons ancaman (menurut persepsi yang bersangkutan atau yang sungguh-sungguh ada) yang berasal dari individu-individu atau kelompok lain yang berada diluar kelompoknya. Ancaman bisa diarahkan, atau dipersepsi diarahkan pada keselamatan fisik, wilayah kekuasaan, atau identitas psikologis para anggotanya. Bila


(43)

geng lawan mengadopsi persepi yang sama mengenai ancaman dan mencoba mendahului menyerang maka kekerasaan geng berpotensi kuat untuk bereskalasi.

Selain itu perilaku agresi sudah menjadi perilaku khas dari anggota geng. Perilaku-perilaku agresi ini menjadi perilaku yang dipilih anggota geng untuk melindungi geng mereka dari ancaman geng lain. Muliyani mengatakan bahwa perkelahian, kebut-kebutan, tawuran dan perilaku kriminal lainnya adalah upaya anggota geng motor menunjukkan dari geng motor mana mereka berasal dan ingin membuat geng motor mereka menjadi yang terbaik dari geng motor lainnya. Triyono (dalam Geng, Distorsi dalam Komunikasi) menambahkan lagi anggota-anggota geng memiliki preferensi untuk memaksa, dan setidaknya menggertak pihak yang dianggap lebih lemah untuk mengikuti kehendak mereka. Cara-cara kekerasan fisik dan verbal sengaja dilakukan untuk menundukkan pihak yang dipandang tidak sejalan.

Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi adalah adanya pengaruh kelompok (Sarwono, 1999). Seseorang dapat ikut terpengaruh oleh kelompok dalam melakukan perilaku agresi. Pengaruh kelompok dalam perilaku agresi antara lain adalah menurunkan kendali moral. Adanya provokasi secara langsung dari pihak lain dalam kelompok merupakan pendorong terjadi perilaku agresi. Seseorang akan mudah terpengaruh melakukan perilaku agresi pada saat mendapat provokasi secara langsung dari kelompoknya. Selain itu adanya desakan dari kelompok dan identitas kelompok (kalau tidak ikut melakukan dianggap bukan anggota kelompok) dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi (Sarwono, 1999).

Menurut Forsyth (1999) anggota-anggota dalam satu kelompok bisa bebas saling mempengaruhi satu sama lain jika terdapat kohesivitas dalam kelompok tersebut. Selain


(44)

itu anggota kelompok yang kohesif akan lebih menyadari identitasnya sebagai bagian dari kelompok. Forsyth (1999) menyatakan bahwa kelompok yang kohesif memiliki ciri-ciri antara lain, masing-masing anggota timbul keterdekatan, sehingga bisa mempengaruhi satu sama lain, rasa toleran, saling membagi, saling mendukung terutama dalam menghadapi masalah, keeratan hubungan, saling tergantung untuk tetap tinggal dalam kelompoknya. rasa saling percaya, timbul suasana yang nyaman (merasa aman dalam bekerja, untuk mengungkapkan pendapat & berinteraksi, saling pengertian) dan adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok. Forsyth (1999) menambahkan bahwa kohesivitas merupakan derajat kekuatan ikatan dalam suatu kelompok yang mana masing-masing anggotanya saling tarik-menarik, saling tergantung dan saling

bekerjasama secara kompak, sehingga akan membentuk suatu “konformitas” yang akan

meningkatkan kapasitas kelompok untuk mempertahankan keanggotaan para anggotanya dalam mencapai tujuannya.

Mc Shane dan Glinow (2003) menyatakan bahwa kohesivitas kelompok merupakan perasaan daya tarik individu terhadap kelompok dan memotivasi mereka untuk tetap bersama kelompok, dimana hal tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan kelompok. Gibson (2003) mengungkapkan juga bahwa kohesivitas kelompok adalah kekuatan ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya daripada kelompok lain. mengikuti kelompoknya akan memberikan rasa kebersamaan dan rasa senang.

Walgito (2007) juga menjelaskan mengenai adanya peran kohesivitas dalam mempengaruhi perilaku-perilaku anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang kohesif akan memberikan respon positif terhadap para anggota dalam kelompok. Secara


(45)

teoritis, kelompok yang kohesif akan terdorong untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok dan merespon positif terhadap perilaku anggota kelompok yang lain. Hal ini di dukung dengan penemuan Festinger, Schacter, dan Black (dalam Shaw 1979) yang mendapati bahwa anggota kelompok yang kohesif mempunyai opini yang seragam dan umumnya dalam tindakan menyesuaikan diri dengan standar atau keinginan kelompok. Jadi pressure atau tekanan terhadap keseragaman naik searah atau sejajar dengan naiknya kohesi kelompok. Dalam hal ini kohesivitas dalam suatu kelompok menjadikan anggotanya bersedia melakukan norma-norma atau perilaku yang diinginkan kelompok, termasuk perilaku agresi terhadap kelompok lain.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas peneliti berasumsi bahwa semakin kohesif suatu kelompok, maka anggota-anggotanya akan semakin bebas saling mempengaruhi perilaku anggotanya yang lain, dalam hal ini kelompok dapat mempengaruhi atau mendesak anggota untuk melakukan perilaku agresi. Jadi semakin kuat kohesivitas dalam kelompok, semakin tinggi perilaku agresi yang dilakukan anggotanya.

E. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Tujuan metode penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2002).

Permasalahan yang ingin dilihat dalam penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan pada Bab I Pendahuluan adalah untuk melihat hubungan antara kohesivias geng motor dengan perilaku agresi anggota-anggota geng motor tersebut.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diuji yakni masing-masing satu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Bebas (Independent Variable) : Kohesivitas Variabel Tergantung (Dependent Variable) : Perilaku Agresi


(47)

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variabe penelitian ini, maka definisi operasional dari penelitian ini dibatasi secara jelas sebagai berikut :

1. Perilaku Agresi

Perilaku agresi adalah segala macam bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk melukai, menyakiti, atau merugikan orang lain secara fisik atau verbal dan langsung atau tidak langsung, ataupun merusak harta benda yang dapat menyebabkan luka fisik ataupun psikis pada orang lain. Perilaku agresi diukur dengan menggunakan skala perilaku agresi yang disusun berdasarkan dimensi perilaku agresi oleh Buss (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003) antara lain:

a. Agresi Fisik Aktif Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung seperti memukul, mendorong, menembak, dan sebagainya.

b. Agresi Fisik Aktif Tidak Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya seperti merusak harta korban, membakar rumah, menyewa tukang pukul, dan sebagainya.


(48)

c. Agresi Fisik Pasif Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam, dan sebagainya.

d. Agresi Fisik Pasif Tidak Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung, seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh, dan sebagainya.

e. Agresi Verbal Aktif Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menghina, memaki, marah , mengumpat.

f. Agresi Verbal Aktif Tidak Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar fitnah, mengadu domba, dan sebgainya.

g. Agresi Verbal Pasif Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti menolak berbicara, bungkam dan sebagainya.


(49)

h. Agresi Verbal Pasif Tidak Langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberikan dukungan, tidak menggunakan hak suara, dan sebagainya.

Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala perilaku agresi, maka semakin tinggi perilaku agresi anggota geng motor. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh pada skala perilaku agresi, maka semakin rendah perilaku agresi yang dilakukan anggota geng motor

2. Kohesivitas

Kohesivitas merupakan derajat kekuatan ikatan terhadap suatu kelompok, yang mana masing-masing anggotanya saling tarik-menarik, saling tergantung dan saling

bekerjasama secara kompak, sehingga akan membentuk suatu “konformitas” yang akan

meningkatkan kapasitas kelompok untuk mempertahankan keanggotaan para anggotanya dalam mencapai tujuannya. Kohesivitas diukur dengan menggunakan skala kohesivitas berdasarkan empat dimensi kohesivitas kelompok oleh Forsyth (1999), yaitu :

a. Kekuatan sosial

Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang menjadikan anggota kelompok selalu berhubungan kumpulan dari dorongan tersebut membuat mereka bersatu.


(50)

Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Setiap individudalam kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan komunitasnya serta memiliki perasaan kebersamaan.

c. Daya tarik

Daya tarik merupakan properti kelompok yang berasal dari jumlah dan kekuatan sikap positif antara anggota kelompok. Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri daripada melihat dari anggotanya secara spesifik.

d. Kerja sama kelompok

Sebuah proses yang dinamis yang direfleksikan dengan kecenderungan suatu kelompok untuk tetap terikat bersama dan mempertahankan kesatuan dalam usaha untuk mencapai tujuan. Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok.

Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala kohesivitas, maka semakin tinggi kohesivitas anggota geng motor terhadap kelompoknya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh pada skala kohesivitas, maka semakin rendah kohesivitas anggota geng motor terhadap kelompoknya.

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua anggota geng


(51)

motor. Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi, maka peneliti hanya meneliti sebahagian dari populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian yang lebih dikenal dengan nama sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama. (Hadi, 2000). Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah semua orang yang masih menjadi anggota dari geng motor di Kota Medan .

2. Metode Pengambilan Sampel

Responden dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik non probability

sampling secara incidental yang berarti setiap anggota populasi tidak mendapat kesempatan yang sama untuk dapat terpilih menjadi anggota sampel. Pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik tertentu (Hadi, 2000)

Menurut Azwar (2004), secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Namun, sesungguhnya tidak ada angka yang dapat dikatakan dengan pasti. Hadi (2000) menyatakan bahwa menetapkan jumlah sampel yang lebih banyak lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 80 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologi yang berbentuk skala likert dengan beberapa pilihan, yaitu dengan cara menyebarkan skala yang berisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan


(52)

disusun sedemikian rupa sehingga subjek penelitian dapat mengisi dengan mudah (Azwar, 2000).

Dalam penelitian ini menggunakan dua buah skala psikologi yaitu skala perilaku agresi dan skala kohesivitas.

1. Skala Perilaku Agresi

Skala perilaku agresi disusun berdasarkan bentuk-bentuk perilaku agresi yang dikemukakan oleh Buss (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003) yaitu:

a. Agresi fisik aktif langsung b. Agresi fisik aktif tidak langsung c. Agresi fisik pasif langsung d. Agresi fisik pasif tidak langsung e. Agresi verbal aktif langsung f. Agresi verbal aktif tidak langsung g. Agresi verbal pasif langsung h. Agresi verbal pasif tidak langsung.


(1)

54 OR 3 1 1 4 4 1 3 3 3 3 2 2 3 4 4 4 2 3 2 3 3 4 4 4 3 3 76 55 PH 4 1 2 4 1 4 1 3 4 3 4 3 4 4 4 2 3 3 2 2 2 4 2 3 3 1 73 56 MM 4 4 3 3 1 1 3 3 1 3 4 3 1 4 1 3 3 3 2 1 4 4 1 3 3 4 70 57 BB 4 1 1 4 1 4 1 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 1 3 3 4 4 3 3 2 1 73 58 KY 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 87 59 PT 4 3 1 2 4 1 2 1 3 1 2 3 3 4 3 3 4 2 2 4 4 4 1 4 4 2 71 60 FP 4 2 1 4 3 2 4 1 3 3 4 1 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 2 3 2 77 61 CPT 4 2 3 3 1 1 2 1 3 1 2 4 3 4 1 3 1 3 4 3 2 3 3 3 4 3 67 62 CP 4 2 4 3 1 4 4 3 4 1 2 4 3 4 1 3 2 3 1 3 4 4 2 3 3 4 76 63 AS 4 3 3 4 1 3 1 3 4 3 3 1 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 1 3 70 64 HJ 4 1 1 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 87 65 RG 4 2 2 4 2 4 2 3 4 3 3 3 4 4 2 4 3 2 3 2 1 4 2 3 1 3 74 66 AP 3 1 1 4 4 3 1 3 4 3 2 4 3 4 4 4 3 3 1 4 4 3 3 4 1 3 77 67 BR 4 1 3 3 2 3 1 2 3 4 1 1 4 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 2 3 1 64 68 HJ 4 1 2 4 4 4 1 3 4 4 1 2 4 4 3 4 3 1 1 1 4 4 3 4 2 4 76 69 AL 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100 70 CR 3 3 1 1 2 4 3 4 2 4 4 2 2 2 3 1 2 2 1 2 3 3 3 3 3 2 65 71 RS 4 1 3 3 4 3 1 4 4 2 3 1 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 2 2 1 1 72 72 SS 3 1 2 2 1 3 1 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 2 4 2 74 73 MM 4 1 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 2 3 4 91 74 TPL 4 4 2 1 1 1 3 1 2 3 4 3 3 4 1 2 3 4 3 1 2 4 3 2 3 4 68 75 BK 3 1 1 2 2 4 1 1 3 2 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3 2 72 76 ZK 4 1 3 2 4 4 1 2 3 4 1 3 1 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 3 3 4 77 77 BJ 4 3 3 4 4 1 1 4 2 2 3 3 3 2 4 3 3 4 1 2 4 4 4 3 2 4 77 78 LH 4 1 1 3 1 4 4 4 4 4 3 1 3 4 4 2 2 2 3 3 4 4 4 4 3 3 79 79 FM 3 4 2 2 1 2 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3 72 80 PS 3 1 3 4 3 4 3 3 4 1 2 1 3 4 3 4 2 4 3 1 4 3 4 2 2 4 75 81 OS 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 97 82 PK 3 1 1 4 2 4 1 3 4 3 1 4 4 4 4 4 3 2 2 3 3 3 4 4 2 3 76 83 BI 4 1 3 2 1 4 3 2 4 3 2 2 3 1 2 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2 2 67 84 AS 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 4 4 4 1 4 4 4 96 85 RB 4 1 1 4 2 4 2 2 4 4 1 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 1 3 4 1 2 75 86 CB 4 1 1 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 3 3 4 1 3 4 3 3 3 3 1 79 87 FK 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 88 88 KS 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 2 2 4 3 4 1 1 4 3 4 3 3 3 3 84 89 BJ 4 1 4 1 4 3 1 4 4 4 4 3 2 2 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 76 90 TL 4 2 3 1 4 2 1 2 4 2 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 4 1 75 91 BK 3 1 1 2 2 4 1 1 3 2 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3 1 71 92 AR 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 100 93 AR 4 3 2 4 1 2 2 1 2 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 2 3 1 77


(2)

Data Mentah Penelitian Skala Keterlibatan kerja

NO NAMA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 jlh 1 Jo 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 116 2 Rb 4 1 4 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 4 4 115 3 KB 4 4 3 2 3 2 3 4 4 3 4 2 3 3 1 2 3 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 2 3 4 3 3 3 4 3 109 4 Haryo 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 128 5 S 4 1 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 2 1 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 119 6 NN 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 111 7 TT 4 1 4 2 4 2 3 4 3 3 4 4 3 3 1 1 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 117 8 Budi 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 111 9 RO 4 2 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3 111 10 Suma 4 2 4 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 113 11 SO 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 1 3 2 2 4 4 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 99 12 Ni 4 2 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 1 3 2 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 115 13 A 3 4 3 3 3 2 4 3 4 1 4 4 2 3 4 3 2 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 2 4 1 4 2 2 4 109 14 FU 3 2 2 3 3 2 4 3 4 2 3 4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 2 3 3 4 2 2 3 96 15 ISA 3 4 2 3 3 2 4 3 4 2 3 4 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 2 3 2 109 16 Jay 3 3 3 2 3 2 4 3 4 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 107 17 AA 4 1 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 1 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 123 18 ABC 3 2 3 4 3 2 4 3 4 3 4 3 4 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 2 3 2 105 19 Abi 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 4 2 3 3 115 20 FF 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 117 21 CR 4 1 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 1 1 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 111 22 ED 3 2 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 120 23 Ridwa 4 1 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 1 1 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 101 24 Ando 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 112 25 GG 3 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 91 26 Oka 3 4 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 105 27 Izal 3 2 3 4 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 105 28 Koko 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 107 29 EE 3 2 3 3 3 3 2 4 2 3 4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 99 30 Dedi 2 3 3 3 4 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 3 2 3 101 31 Roi 3 2 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 2 2 4 3 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 2 2 2 104 32 TM 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 104 33 Robi 3 2 3 3 3 3 2 4 2 3 4 4 2 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 4 4 3 106 34 Asril 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 119 35 Bo 4 2 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3 111 36 Stan 4 2 4 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 112 37 Chaos 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 4 3 2 2 4 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 114 38 Agek 4 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 2 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 118 39 Nokoh 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 4 4 2 3 4 2 2 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 2 2 4 113 40 Aden 3 2 2 3 3 3 4 3 4 2 3 4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 113 41 Roni 3 4 2 3 3 4 4 3 4 2 3 4 3 2 3 2 2 4 3 3 4 3 3 2 3 4 4 4 2 4 4 4 2 3 2 109 42 Asrul 3 3 3 2 3 4 4 3 4 2 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 108 43 Chandr

a

4 4 4 2 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 130 44 Rock 3 2 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 4 2 4 3 4 2 3 2 106 45 Enemy 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 4 2 3 3 115 46 Jon 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 117 47 Joki 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 117 48 Aries 3 2 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 1 2 2 2 1 3 1 2 3 2 2 2 102 49 HH 4 3 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 123 50 NN 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 112 51 Kt 1 2 4 4 2 1 4 3 2 3 4 4 3 2 3 1 4 4 2 3 3 2 4 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 2 102 52 Af 1 3 3 3 3 4 1 4 3 4 4 3 4 4 2 4 1 1 3 4 4 2 1 2 3 4 4 2 4 2 3 2 1 4 4 101


(3)

53 LL 4 1 4 4 2 3 3 3 3 3 1 4 2 3 3 2 1 1 4 1 3 1 4 4 1 2 2 1 4 4 4 2 3 3 1 91 54 OR 4 1 4 4 2 4 4 1 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 4 4 4 2 3 1 1 4 4 2 3 1 1 103 55 PH 4 2 2 2 3 2 3 2 3 4 4 2 2 1 4 2 4 1 4 4 4 4 3 4 1 1 3 3 1 4 4 3 3 2 1 96 56 MM 1 1 4 2 3 4 3 3 4 1 3 4 3 4 3 1 3 2 3 4 3 1 3 1 2 2 1 4 1 1 4 4 2 4 2 91 57 BB 1 4 2 3 4 4 3 2 3 1 4 3 3 4 4 2 1 2 4 4 2 3 3 3 2 1 4 3 2 4 4 3 2 1 1 96 58 KY 2 2 2 2 3 3 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 2 4 3 3 4 3 3 1 4 3 109 59 PT 1 3 4 3 1 3 4 3 4 4 1 3 4 3 2 3 3 3 3 1 3 1 3 1 2 1 4 3 3 4 2 2 4 2 1 92 60 FP 4 2 2 3 2 3 4 4 2 4 4 3 2 2 4 1 4 3 4 4 2 2 4 4 4 4 1 1 3 3 2 1 4 1 4 101 61 CPT 1 3 4 3 1 1 4 3 4 4 1 1 4 2 1 1 3 3 3 1 3 2 2 4 4 1 4 1 3 4 4 2 4 2 1 89 62 CP 1 3 2 1 3 4 3 2 2 4 4 4 4 3 2 4 2 2 3 4 3 1 2 3 4 2 4 3 4 4 4 2 4 1 1 99 63 AS 4 3 1 2 1 4 3 4 4 3 3 2 2 1 4 1 4 1 4 4 1 3 3 1 1 4 1 4 4 4 3 1 4 1 1 91 64 HJ 4 1 4 4 2 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 1 4 3 3 4 4 1 4 4 2 2 4 3 4 1 110 65 RG 3 4 3 4 4 2 3 3 3 4 2 2 3 4 3 1 2 3 3 3 2 4 1 3 3 1 2 3 4 3 3 2 1 4 2 97 66 AP 4 4 2 3 4 1 4 3 4 3 3 1 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 3 1 4 1 2 4 3 3 4 2 1 4 107 67 BR 3 2 1 4 4 2 1 3 2 3 2 2 2 2 3 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 3 2 3 95 68 HJ 4 2 1 2 4 2 3 1 1 4 4 2 2 1 3 1 3 1 4 3 4 3 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 98 69 AL 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 125 70 CR 3 4 2 4 4 4 1 2 4 3 4 1 2 1 1 3 4 3 4 1 3 2 3 1 1 3 2 1 1 3 1 3 3 2 2 86 71 RS 4 2 2 2 3 2 3 2 4 1 4 2 4 3 1 4 1 3 4 4 4 3 2 2 3 2 1 3 3 4 2 4 1 2 2 93 72 SS 2 1 4 3 3 3 1 3 4 3 1 2 4 3 3 1 3 2 3 4 1 3 3 4 3 2 3 1 4 3 3 4 3 2 2 94 73 MM 4 4 2 4 4 2 1 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 3 1 115 74 TPL 1 2 4 2 1 1 4 2 1 4 4 4 3 2 3 2 3 2 1 2 2 4 2 3 4 4 4 3 1 1 3 4 2 4 1 90 75 BK 4 4 4 4 4 4 1 3 1 3 4 1 4 3 3 2 3 2 4 1 3 4 2 3 2 2 4 3 2 1 1 2 1 2 2 93 76 ZK 4 3 3 4 4 2 1 4 1 3 3 3 2 4 1 2 1 1 4 4 1 2 3 3 2 1 4 4 2 4 4 3 2 3 1 93 77 BJ 3 1 4 4 3 2 2 3 2 3 3 4 4 4 3 3 1 1 4 4 4 3 3 3 3 1 4 4 2 4 4 3 3 1 1 101 78 LH 4 1 3 3 4 4 2 4 4 4 1 4 2 3 3 2 3 2 4 4 1 1 3 3 2 1 1 4 3 2 3 2 4 2 1 94 79 FM 4 3 1 3 2 3 2 4 2 3 2 1 3 2 4 3 2 3 3 4 2 3 4 2 2 2 3 1 2 4 4 2 2 3 3 93 80 PS 3 4 2 3 4 2 4 2 1 4 3 2 3 4 1 1 3 2 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 1 4 1 2 96 81 OS 4 4 2 3 3 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 1 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 1 119 82 PK 4 1 2 3 4 2 1 3 4 3 4 2 1 2 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 2 2 3 1 3 3 3 2 1 1 4 97 83 BI 4 1 3 3 4 1 4 1 4 4 4 1 2 1 4 3 2 3 1 3 3 2 2 3 2 1 1 2 2 1 2 2 4 3 4 87 84 AS 4 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 2 1 118 85 RB 4 1 3 2 4 4 4 1 1 4 4 3 2 4 4 4 1 1 2 2 4 4 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 1 1 95 86 CB 4 4 1 3 4 2 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 4 1 4 4 3 4 4 3 1 4 1 4 3 4 1 4 4 2 1 104 87 FK 4 4 3 3 2 4 3 2 3 2 2 3 4 3 2 3 1 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 112 88 KS 4 1 3 4 1 1 4 1 4 4 4 1 3 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 1 4 4 3 4 4 4 2 1 4 107 89 BJ 4 1 4 3 4 2 2 4 2 4 4 4 2 1 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 1 4 1 4 4 3 3 2 3 2 1 98 90 TL 3 1 1 3 4 1 1 3 1 4 4 4 3 2 4 3 4 3 2 2 4 2 4 4 1 3 3 3 4 4 3 3 2 1 3 97 91 BK 4 1 4 4 4 4 1 3 1 3 4 1 4 3 3 2 3 3 4 1 3 4 2 3 2 2 4 3 2 1 1 2 1 2 2 91 92 AR 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 125 93 AR 4 1 2 4 2 3 3 3 3 4 4 1 3 3 4 1 2 3 1 3 4 4 4 2 1 4 4 3 1 4 3 4 2 4 1 99


(4)

LAMPIRAN D

HASIL UJI NORMALITAS

DAN


(5)

Uji Normalitas

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum kohesivitas 93 82.7419 9.58475 64.00 102.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kohesivitas

N 93

Normal Parametersa Mean 82.7419

Std. Deviation 9.58475 Most Extreme Differences Absolute .123

Positive .123

Negative -.085

Kolmogorov-Smirnov Z 1.189

Asymp. Sig. (2-tailed) .118

a. Test distribution is Normal.

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum agresi 93 1.0581E2 10.35590 86.00 130.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

agresi

N 93

Normal Parametersa Mean 1.0581E2

Std. Deviation 1.03559E1 Most Extreme Differences Absolute .078

Positive .078

Negative -.068

Kolmogorov-Smirnov Z .751


(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

agresi

N 93

Normal Parametersa Mean 1.0581E2

Std. Deviation 1.03559E1 Most Extreme Differences Absolute .078

Positive .078

Negative -.068

Kolmogorov-Smirnov Z .751

Asymp. Sig. (2-tailed) .626

a. Test distribution is Normal.

Uji Linieritas

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

agresi * kohesivitas 93 100.0% 0 .0% 93 100.0%

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig. agresi *

kohesivitas

Between Groups (Combined) 8811.846 36 244.773 12.997 .000

Linearity 7873.162 1 7873.162 418.043 .000

Deviation from Linearity 938.684 35 26.820 1.424 .117

Within Groups 1054.670 56 18.833

Total 9866.516 92

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared agresi * kohesivitas .893 .798 .945 .893