BAB II URAIAN TEORITIS - Iklan dan Kesadaran Remaja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan BKKBN Versi Pernikahan Dini-Hindari 4T Terhadap Kesadaran Remaja Kelurahan Tegal Sari Mandala II Medan)

BAB II URAIAN TEORITIS

  2.1 Kerangka Teori Teori dalam penelitian kuantitatif menjadi faktor yang sangat penting dalam proses penelitian. Pada penelitian kuantitatif, teori atau paradigma teori digunakan untuk menuntun peneliti menemukan masalah penelitian, menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi serta menemukan alat-alat analisis data. Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan di antara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena (West, Turner, 2009 : 49).

   

  Suatu penelitian memerlukan kejelasan landasan berfikir dalam memecahkan masalah. Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah : komunikasi, komunikasi massa, televisi, iklan, S-O-R, dan kesadaran.

  2.1.1 Teori Komunikasi

  2.1.1.1 Defenisi Komunikasi Istilah komunikasi dalam bahasa inggris berasal dari kata latin

  communication , dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

  Sama disini maksudnya adalah sama makna.Melalui komunikasi orang berusaha mendefenisikan sesuatu, termasuk istilah “komunikasi” itu sendiri.Sampai saat ini terdapat banyak defenisi komunikasi yang berasal dari banyak ahlli.Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Stetner “komunikasi adalah gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindakan atu proses transmisi itulah biasanya disebut komunikasi” (Mulyana, 2007: 68).

  Seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu komunikasi pun menyelidiki gejala komunikasi. Tidak hanya dengan pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi) tetapi juga secara epistimologis (untuk apa komunikasi itu dilaksanakan). Teori Ilmu Komunikasi ini diperlukan sebagai penjelasan awal dari teori komunikasi massa yang dijelaskan di bagian selanjutnya yang akan mendukung penelitian ini

  2.1.1.2 Proses Komunikasi Dalam berkomunikasi tentu ada proses yang terjadi untuk menyamakan pesan dari komunikator ke komunikan. Terdapat dua proses komunikasi yaitu proses komunikas primer dan proses komunikas sekunder a.

  Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

  Bahasa merupakan yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa yang paling mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. Baik berbentuk ide, informasi, atau opini baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi saat sekarang, melainkan juga pada masa lalu dan masa akan datang.

  Kial (gesture) memang dapat menerjemahkan pikiran seseorang sehingga terekspresikan secara fisik.Akan tetapi menggapai tangan, atau memainkan jari-jemari atau mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas).

  Isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirine, dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu. Namun lambang tersebut amat terbatas kemampuannya dalam mentransisikan pikiran seseorang terhadap orang lain.

  Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tidak melebihi bahasa.Buku-buku yang ditulis dengan bahasa sebagai lambang untuk menerjemahkan pemikiran tidak mungkin diganti dengan gambar apalagi oleh lambang-lambang lainnya.Namun demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya. Pikiran atau perasaan seseorang baru diketahuiakan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan oleh media primer tersebut yaitu lambang-lambang. Dengan demikian, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (content) dan lambang (symbol).

  Proses komunikasi berlangsung pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Hal ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Setelah itu komunikan mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator.Ini berarti komunikan menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator dalam konteks pengertiannya. Yang penting dalam proses penyandian (coding) ialah bahwa komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa- sandi hanya ke dalam kata bermakna yang pernah diketahui dalam pengalaman masing-masing.

  Wibur Schramm, dalam karyanya “Communication

  

Research in the United States” , menyatakan bahwa komunikasi

  akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and

  

meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Menurut Schramm,

  bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain (Effendy, 2006: 11-13).

  b.

  Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat/sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media merupakan media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan komunikasi dengan bahasa.Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, komunikasi bermedia (mediated

  communication) mengalami kemajuan dengan memadukan

  komunikasi berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna.Maka film, televisi, dan video pun sebagai media yang mengandung bahasa, gambar, dan warna.

  Pentingnya peranan mediadalam proseskomunikasi disebabkan oleh efisiennya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang banyak.Sementara untuk menyampaikan pesan persuasif komunikasi dengan tatap muka akan lebih efektif dan efisien karena kerangka acuan (frame

  

of reference) komunikan dapat diketahui komunikator, sehingga

  umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat komunikasi tersebut berlangsung.

  Sementara dengan menggunakan komunikasi bermedia, komunikator tidak dapat mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung pada saat itu dan dinamakan umpan balik tertunda

  

(delayed feedback) .Hal ini karena sampainya tanggapan atau reaksi

  khalayak pada komunikator memerlukan tenggang waktu. Namun, bagaimanapun juga dalam komunikasi bermedia, misalnya surat, poster, spanduk, radio, televisi, atau film,umpan balik akan terjadi.

  Komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Untuk menentukan media yang akan digunakan perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film (Effendy, 2006 : 16-18).

  2.1.1.3 Bentuk Komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendy ada beberapa bentuk komunikasi, antara lain sebagai berikut:

  1. Komunikasi pribadi (personal communication) a.

  Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi kelompok (group communication) a.

  Komunikasikelompok kecil (small group communication) 1.

  Ceramah (lecture) 2. Diskusi panel (panel discussion) 3. Forum 4. Seminar 5. Curahsaran (brainstorming) b.

   Komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking)

  3. Komunikasi organisasi (organization communication) 4.

  Komunikasi massa (mass communication) a.

  Komunikasi massa cetak (printed mass communication) 1.

  Surat kabar 2. Majalah 3. Buku, dan lain-lain b. Komunikasi massa elektronik (electronic mass

  communication)

1. Radio 2.

  Televisi 3. Film, dan lain-lain (Effendy, 2006: 7).

  2.1.2 Komunikasi Massa

  2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai iklan televisi.

  Iklan merupakan salah satu jenis komunikasi massa karena sifatnya ditujukan kepada massa. Menurut pendapat Tan dan Wright, dalam Liwert 1991, komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Defenisi komunikasi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, 2004: 3).

  Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa antara lain, radio, dan televisi (keduanya dikenal sebagai media elektronik) ; surat kabar dan majalah (keduanya disebut sebagai media cetak) ; serta media film.

  Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan defenisi komunikasi massa pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan defenisinya dalam dua item, yakni “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang liar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar- pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa akan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya : televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film (Ardianto, 2004, 6).

  Dari beberapa defenisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar, bahkan defenisi tersebut saling melengkapi satu sama lainnya. Bahkan secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dengan bentuk komunikasi lainnya.

  2.1.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, Jr bahwa komunikasi itu adalah keterampilan, seni, dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa melalui media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi-komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya (Effendy, 2006: 21).

  Ada beberapa karakteristik komunikasi massa menurut Ardianto, yaitu sebagai berikut: 1.

  Komunikasi massa berlangsung satu arah Hal ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik (feedback) dari komunikan kepada komunikator. Karena komunikasi yang dilakukan menggunakan media massa maka komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung.

  Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog atau percakapan secara langsung. Dengan demikian, komunikasi massa bersifat satu arah.

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga

  Media massa sebagai saluran komunikasi merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Komunikator pada media massa, misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi, karena media yang digunakan merupakan suatu lembaga dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sesuai dengan ketentuan surat kabar atau stasiun televisi yang diwakilinya.

  3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan secara khusus untuk sekelompok tertentu. Oleh karena itu, pesan komunikasinya bersifat dan mengenai kepentingan umum.

  4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan Ciri lain dari komunikasi massa adalah memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Dengan jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak terbatas, dan komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang sama dan memperoleh pesan yang sama pula.

  5. Komunikasi bersifat heterogen Khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen (bermacam- macam). Dalam keberadaannya yang terpencar-pencar satu sama lain, tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, serta perbedaan-perbedaan lain seperti : jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, dan sebagainya.

  6. Komunikasi massa mengutamakan isi ketimbang hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan.Pada komunikasi antarpribadi, hal tersebut sangat penting. Sebaliknya, pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi dari pesan. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang digunakan serta khalayak yang dituju.

  7. Stimulasi alat indra terbatas Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

  8. Umpan balik tertunda (delayedfeedback) Pada komunikasi massa, komunikator tidak dapat mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung pada saat itu juga dan dinamakan umpan balik tertunda (delayed

  feedback). Hal ini karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu.

  (Ardianto, 2004: 7-12).

  2.1.2.3 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut

  Dominick,terdiri dari surveilance (pengawasan), interpretation (penafsiran), (pertalian), transmission of values

  linkage (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).

  1. Surveilance (pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (1) warning of beware surfeilance (pengawasan peringatan), (2) instrumental surfeilance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media menginformasikan hal-hal tentang ancaman seperti angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer.

  Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman.Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang apa yang sedang dimainkan dibioskop, bagaimana harga-harga saham, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan, dan sebagainya.

  2. Interpretation (penafsiran) Fungsi penafsiran ini mirip dengan fungsi pengawasan.

  Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.Tujuan penafsiran media ini yaitu ingin mengajak para pembaca atau pemirsa memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau dalam komunikasi kelompok.

  3. Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarkat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang suatu hal.

  4. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak terlihat.Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa mewakili dengan model peran yang kita amati dan diharapkan menirunya.

  5. Entertainment (hiburan) Mengenai hal ini memang jelas tampak pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, misalnya cerita pendek, cerita panjang, atau cerita bergambar. (Arianto, 2004: 15-18).

  2.1.2.4 Efek Komunikasi Massa Donald K. Robert (Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999) mengungkapkan ada yang beranggapan bahwa “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Oleh karena fokusnya adalah pesan, maka efek harus berkaitan dengan isi pesan yang disampaikan oleh media massa.Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa tersebutdapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung.

1. Efek Pesan

  Penelitian tentang efek ini telah menjadi pusat perhatian berbagai pihak, baik para praktisi maupun teoritisi.Mereka berusaha mencari dan menemukan media (saluran) yang paling efektif untuk mempengaruhi khalayak. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai efek pesan media massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral.

  a.

  Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.

  b.

  Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu tetapi lebih dari itu. Efek afektif memiliki sasaran perasaan khalayak.Khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.

  c.

  Efek Behavioral Efek behavioral merupkan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Siaran kesejahteraan keluarga yang banyak disiarkan dalam televisi menyebabkan para ibu rumah tangga memiliki keterampilan baru. Pernyataan-pernyataan ini mencoba mengungkapkan tentang efek komunikasi massa pada perilaku, tindakan dan gerakan khalayak yang tampak dalam kehidupan mereka sehari-hari.

  2.1.3 Iklan

  2.1.3.1 Defenisi Iklan Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid form

  ofnonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor” (setiap bentuk komunikasi non personal

  mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui). Adapun maksud ‘dibayar’ pada definisi tersebut menunjukkan fakta bahwa ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Maksud kata ‘nonpersonal’ berarti suatu iklan melibatkan media massamisalnya TV, radio, majalah, koran yang dapat mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu pada saat yang bersamaan (serentak). Dengan demikian, sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan (kecuali dalam hal direct

  

response advertising ).Karena itu, sebelum pesan iklan dikirimkan,

  pemasang iklan harus betul-betul mempertimbangkan bagaimana audiensis menginterpretasikan dan memberikan respons terhadap pesan iklan dimaksud.

  Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling banyak dibahas oleh masyarakat, hal ini kemungkinan karena daya jangkau iklan yang luas.Iklan juga menjadi instrumen promosi yang sangat penting, khususnya bagi perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang ditujukan kepada masyarakat luas. Keuntungan lain dari iklan melalui media massa adalah kemampuannya menarik perhatian konsumen terutama produk yang iklannya populer atau sangat dikenal masyarakat.

  Sifat dan tujuan iklan berbeda antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya, antara satu jenis dengan industri lainnya, dan antara satu situasi dengan situasi lainnya. Demikian juga, konsumen yang menjadi target suatu iklan juga berbeda antara satu jenis produk dengan produk lainnya. Suatu perusahaan beriklan dengan tujuan untuk mendapatkan respons atau aksi segera melalui iklan media massa. Perusahaan lain mungkin bertujuan untuk lebih mengembangkan kesadaran atau ingin membentuk suatu citra positif dalam jangka panjang bagi barang atau jasa yang dihasilkannya (Morissan, 2010 : 19).

  Periklanan adalahbagian penting dari dari banyak strategi pemasaran.Positioningdan komunikasi yang disampaikan melalui iklan seringkali menentukan kejelasan dan waktu untuk usaha penjualan serta promosi lainnya.iklan tidak hanya merupakan elemen yang menentukan dari bauran pemasaran (marketing mix) tetapi juga menghabiskan biaya yang sulit dievaluasi. Ini disebabkan karena tidak mudah untuk menulusuri naiknya tingkat penjualan yang terkait dengan keputusan beriklan(Sumarwan, dkk 2013: 345). Kasali (1993: 10) mengemukakan kata iklan (advertising) berasal dari bahasa yunani yang artinya “mengubah jalan konsumn untuk membeli”. Iklan adalah segala bentuk presentasi non-pribadi dan promosi gagasan barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Kotler, 2001:277).

  2.1.3.2 Fungsi Iklan Iklan berfungsi agar pesan yang disampaikan dalam iklan dapat sampai kepada audience (khalayak). Ada beberapa fungsi iklan antara lain adalah sebagai berikut: 1.

  Informing (memberi informasi) Periklanan membuat konsumen sadar (aware)akan merek (brand) baru dan mendidik mereka terhadap berbagai fitur dan manfaat merek, serta menciptakan citra merek (brand image) yang positif karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya yang relatif rendah.Periklanan memfasilitasi pengenalan

  (introducing) merek baru, meningkatkan jumlah permintaan

  terhadap merek yang sudah ada dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA- top of mind

  awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang.

  2. Persuading (membujuk) Iklan yang efektif pada umunya akan mampu membujuk pelanggan untuk mencoba produk dan atau jasa yang diiklankan. Persuasi berbentuk mempengaruhi permintaan primer.Yakni, menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk, lebih sering iklan berupaya untuk membangun permintaan sekunder, yaitu permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.

  3. Reminding (mengingatkan) Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen saat kebutuhan muncul yang berhubungan dengan produk yang diiklankan. Dampak periklanan di masa lalu dapat memungkinkan merek pengiklan untuk hadir di benak konsumen sebagai suatu kandidat merek yang akan dibeli.

  4. Adding value ( memberikan nilai tambah) Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen.Periklananyang efektif menyebabkan merek dipandang lebih unggul dari tawaran pesaing.

  5. Assisting (bantuan untuk upaya lain perusahaan) Pada saat-saat lain, peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dari proses komunikasi pemasaran. Peran penting lain dari periklanan adalah membantu perwakilan penjualan.

  Iklan mengawali produk-produk penjualan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang perspektif. (Shimp, 2003: 357).

  2.1.3.4 Jenis Iklan Bitter membagi iklan menjadi dua jenis, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Iklan standar atau biasa disebut iklan komersil adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui media periklanan. Tujuan iklan standar ini adalah untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan ekonomi. Kategori yang kedua adalah iklan layanan masyarakat, yaitu iklan yang bersifat non-profit. Iklan ini berupaya mencari keuntungan yang bersifat sosial, bukan keuntungan komersial secara langsung. Tujuan dari iklan ini adalah membentuk citra baik di tengah masyarakat.

  Tujuan iklan ini juga mencakup memberi pengetahuan kepada masyarakat yang biasanya diadakan oleh lembaga pemerintah.Selain itu, ada jenis iklan yaitu Corporate Advertising.

  Iklan yang bertujuan membangun citra suatu perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Iklan

  

Corporate sering kali berbicara tentang nilai-nilai warisan

  perusahaan, komitmen perusahaan kepada pengawasan mutu, peluncuran merek dagang atau logo perusahaan yang baru atau mengkomunikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Alo Liliweri mempunyai pendapat sendiri tentang pembagian jenis-jenis iklan. Ia membaginya dalam dua kelompok besar, yaitu pembagian secara umum dan pembagian secara khusus.

  Pembagian Iklan Secara Umum

   Iklan Tanggung Jawab Sosial merupakan iklan yang bertujuan untuk menyebarkan pesan yang bersifat informatif, penerangan, pendidikan agar membentuk sikap warga sehingga mereka bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan kemasyarakatan tertentu. Misalnya iklan anjuran dan iklan penggambaran sosial.

   Iklan Bantahan ialah iklan yang digunakan untuk membantah atau melawan atas sesuatu isu yang merugikan. Iklan bantahan juga berfungsi untuk memperbaiki citra seseorang, perusahaan atau merek yang tercemar akibat informasi yang tidak benar.

   Iklan Pembelaan Iklan ini merupakan ‘lawan’ dari iklan bantahan. Bila iklan bantahan si pengiklan berada pada posisi membantah, maka dalam iklan pembelaan, komunikator justru berada dalam posisi membela komunikator. Contoh yang biasanya ditemunkan tentang iklan jenis ini adalah iklan yang terkait dengan hak paten.

   Iklan Perbaikan ialah iklan untuk memperbaiki pesan-pesan tentang sesuatu hal yang terlanjur salah dan disebarluaskan melalui media. Istilah lain iklan ini adalah iklan ralat atau iklan pembetulan. Iklan ini bertujuan untuk meralat informasi yang salah, sehingga publik tetap mendapatkan informasi yang benar. Sisi negatif iklan ini adalah dengan menyampaikan iklan perbaikan, terkesan bahwa pengiklan tidak cermat dalam perencanaan tentang sesuatu, sehingga kredibilitas pengiklan akan turun.

   Iklan Keluarga Yaitu iklan dimana isi pesan-pesannya merupakan sebuah pemberitahuan dari pengiklan tentang terjadinya suatu peristiwa kekeluargaan kepada keluarga/khalayak lainnya. Iklan ini pada umumnya terdapat di media surat kabar. Contoh iklan ini adalah iklan tentang kematian, pernikahan, wisuda, dan lain-lain.

  Pembagian Iklan Secara Khusus  Iklan berdasarkan khalayak sasaran psikologis: khalayak sasaran iklan dapat digolongkan atas khalayak demografis (usia, jenis kelamin, status sosial, pekerjaan, pendapatan); dan psikografis (gaya hidup, motif membeli, sikap terhadap produk tertentu).

   Iklan berdasarkan khalayak sasaran geografis :jenis iklan ini diarahkan untuk menjangkau khalayak dalam wilayah tertentu. Berdasarkan hal ini kita mengenal; iklan internasional, iklan nasional, iklan regional, iklan lokal.

   Iklan berdasarkan penggunaan media: jenis iklan yakni iklan yang menggunakan media cetak dan media elektronik.

   Iklan berdasarkan fungsi dan tujuan : setiap iklan tentunya mempunyai fungsi tertentu serta mempunyai tujuan tertentu juga. Jenis iklan ini terdiri atas, iklan tentang produk dengan bukan produk, iklan komersial dengan bukan komersial, iklan berdampak langsung dengan tidak langsung.

  2.1.4 Media iklan Televisi Perangkat televisi menjadi sumber informasi yang utama di dalam keluarga.Sektor komunikasi terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan perkembangan perekonomian.Televisi merupakan salah satu media yang digemari oleh perusahaan dalam mengiklankan produknya agar lebih dikenal masyarakat.Televisi menjadi media yang begitu digemari dalam mengiklankanproduk yaitu karena memasang iklan di televisi memberi dampak yang besar dan cepat.

  2.1.4.1 Bentuk Iklan di Televisi Iklan televisi terdiri dari beberapa bentuk, Kasali mengemukakan bentuk- bentuk iklan di televisi:

  1. Pensponsoran Banyak sekali acara televisi yang penayangannya dan pembuatannya dilakukan atas biaya sponsor atau pengiklan. Pihak sponsor bersedia membiayai seluruh biaya produksi plus fee untuk televisi.

  2. Partisipasi Bentuk iklan di televisi ini agak berbeda dengan bentuk sebelumnya,namun akan dapat mengurangi beban biaya dan resiko.

  Melalui iklan sepanjang 15, 30 dan 60 detik, iklan disisipkan diantara satu atau beberapa acara (spots)

  3. Spots announcements

  Bentuk iklan televisi ini mengacu pada pengertian announcement iklan tersebut ditempatkan pada pergantian acara.

  4. Public service announcement

  Bentuk iklan ini biasanya dimuat atas permintaan pemerintah atau suatu LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk menggalang solidaritas masyarakat atas suatu masalah. (Kasali, 1993: 121)

  2.1.4.2 komponen dalam Iklan Televisi Iklan televisi biasanya mempunyai empat komponen yang penting dalam mendesain tampilannya, yaitu: gaya penyampaian, nada penyampaian, pilihan kata-kata, dan unsur format. Keempat komponen tersebut merupakan bagian dari kreativitas dalam menyampaikan suatu citra dan pesan yang terpadu dalam melaksanankan pesan.

  Menurut Kotler (2001: 154-160) para pembuat atau pemasang iklan televisi harus mempunyai konsep kreatif. Biasanya, penulis naskah iklan dan pengarah seni akan bekerjasama untuk menghasilkan banyak konsep kreatif, dengan harapan salah satu dari konsep-konsep tersebut akan menjadi ide besar yang menarik. Oleh karena itu, para pembuat iklan harus menentukan gaya penyampaian, pilihan kata, dan unsur format yang menarik perhatian pemirsa.

  a.

  Pilihan kata-kata Pembuat iklan harus menggunakan kata-kata yang dapat menarik perhatian konsumen. Selain itu juga penulis iklan di tuntut untuk jeli melihat bagaimana kata-kata yang dirangkainya akan muncul dimata para calon pembeli. Pilihan kata-kata dalam iklan mencakup isi pesan dan juga slogan iklan. Penataan kata yang teliti dan cermat akan sangat membantu menarik perhatian(Kasali, 1993: 84-85).

  b.

  Nada penyampaian Komunikator harus memilih nada yang tepat untuk iklannya. Setiap iklan harus menyatakan sesuatu yang bersifat positif tentang produk atau dengan kata lain bahwa produknya adalah yang terbaik. Komunikator harus bisa menggunakan nada penyampaian yang tepat, bentuk bahasa yang tepat, serta musik/jingle yang dipilih, sehingga pesan yang telah disampaikan akan dipercaya oleh konsumen (Sulaksana, 2003: 61-64).

  c.

  Unsur format Unsur format dalam iklan akan mempengaruhi dampak iklan maupun biayanya. Yang menjadi bagian dalam unsur format iklan yakni ilustrasi dan pemilihan bintang iklan. Ilustrasi merupakan hasil visualisasi informasi yang dibuat ke dalam gambar pada iklan. Ilustrasi inilah yang nantinya akan dimainkan oleh bintang iklan.

  d.

  Gaya penyampaian Semua pesan biasanya dapat disajikan dengan berbagai gaya penyampaian, sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada konsumen. Gaya penyampaian haruslah dapat dimengerti, dapat dipahami, sopan, dan mudah diingat, sehingga konsumen akan mudah memahami pesan yang disampaikan yang pada akhirnya pesan tersebut akan dengan mudah mendapat respon dari konsumen

  2.1.5 S-O-R Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.

  Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaiaan antara pesan dan reaksi komunikasi. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: a.

  Pesan (stimulus, S) b.

  Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

  Dalam proses komunikasi berkenaan dengan sikap adalah aspek “how”bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change attitude , bagaimana mengubah sikap komunikan.

  Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu: a.

  Perhatian b.

  Pengertian c. Penerimaan

  Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima juga mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan itu sendiri. Proses berikutnya, maka komunikan akan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka akan terjadi kesediaan untuk mengubah sikap. (Effendy, 2003: 256)

  2.1.6 Kesadaran Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi kesadaran.Dalam

  (1995) ada sejumlah definisi

  Cambridge International Dictionary of English

  tentang kesadaran. Pertama, kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau suatu keadaan dimana seseorang mampu mengerti apa yang sedang terjadi. Kedua, kesadaran diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, dan sebagainya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Selain itu kesadaran diartikan sebagai pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya.

  Kesadaran adalah hal yang sangat penting untuk memahami konsep diri dan standar, nilai serta tujuan yang dimiliki seseorang. Orang yang berada dalam kondisi kesadaran tinggi pada umumnya akan bertingkah laku dalam cara-cara yang lebih konsisten dengan sikap dan nilai yang dimilikinya (Gibbon, 1978; Wicklund, 1982).

  Definisi lain tentang kesadaran antara lain : (1) tahu dan mampu mengekspresikan dampak dari suatu perilaku, (2) tahu dan mampu mengekspresikan tentang berbagai penyelesaian, (3) memahami perlunya langkah penelitian sebagai pengambilan keputusan, (4) memahami pentingnya kerja sama dalam menyelesaikan masalah. Dalam psikologi, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness).Menurut Soekamto (1982) terdapat empat indikator kesadaran yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahap selanjutnya dan menunjuk pada tingkat kesadaran tertentu, mulai dari terendah sampai pada tertinggi, antara lain : pengetahuan, pemahaman, sikap, pola perilaku (tindakan).

  Priyono (1996) mengemukakan, awareness of environmental issues means

  

being environmentally knowledgeable and understanding the informed actions

required for finding the solutions to the issues. Jadi, dari teori di atas dapat

  dijelaskan bahwa indikator kesadaran adalah pengetahuan dan pemahaman. Lain halnya dalam bidang psikologi menyebutkan bahwa kesadaran mencakup tiga hal yaitu : persepsi, pikiran, dan perasaan (Atkinson dkk, 1997 : 287). ( http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122795-S-5345-Studi%20tentang-

  Literatur.pdf )

  Berdasarkan indikator-indikator tersebut di atas, dapat dikembangkan dengan menggunakan teori Benyamin Bloom (1908) yang membagi perilaku manusia dalam tiga domain yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi menjadi pengetahuan, sikap, dan praktik (tindakan).

1. Pengetahuan

  Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan yaitu: a.

  Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Orang yang telah “tahu” harus dapat mendefinisikan materi atau objek tersebut.

  b.

  Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c.

  Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

  d.

  Analisis (analysis) Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan suatu materi atau objek.

  e.

  Sintesis (syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

  f.

  Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Sikap (attitude)

  Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: a.

  Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

  b.

  Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan (terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah), menunjukkan bahwa orang menerima ide tersebut. c.

  Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

  d.

  Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Tindakan

  Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: a. Persepsi (perception)

  Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang diambil.

  b.

  Respon terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

  c.

  Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan kebiasaan.

  d.

  Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik atau sudah dimodifikasi.

  2.1.7 Remaja Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan dewasa. Telah diketahui bahwa antara anak-anak dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat biologis atau fisiologis juga bersifat psikologis. Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua aspek tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada perilaku remaja (Agustiani, 2009:29). Secara ringkas, proses perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa aspek yang berubah selama masa remaja bisa diuraikan seperti berikut ini (Lerner & Hultsch, 1983:318-320) : 1.

  Perubahan Fisik Rangkaian perubahan fisik yang paling jelas terlihat dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau pada masa awal remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria (Hurlock, 1973:2021).

  2. Perubahan Emosional Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal tadi adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal tadi, dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan fisik tersebut. Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan menimbulkan dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan baru. Keseimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu merasakan hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya.Keterbatasannya untuk secara kognitif mengolah perubahan-perubahan baru tersebut bisa membawa perubahan besar dalamemosinya. Dikombinasikan dengan pengaruh-pengaruh sosial yang juga senantiasa berubah, seperti tekanan dari teman sebaya, media massa, dan minat pada lawan jenis, remaja menjadi lebih terorientasi secara seksual. Ini semua menuntut kemampuan pengendalian dan pengaturan baru atas perilakunya.

  3. Perubahan Kognitif Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan emosional tersebut makin dirumitkan oleh fakta bahwa individu juga sedang mengalami perubahan kognitif.Perubahan dalam kemampuan berpikir ini diungkapkan oleh Piaget (1972) sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan kognitifnya.

  Kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotetis, dan kontrafaktual, yang pada gilirannya kemudian memberikan peluang bagi individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.

4. Implikasi Psikososial

  Semua perubahan yang terjadi dalam waktu yang singkat itu membawa akibat bahwa fokus utama dari perubahan perhatian remaja adalah dirinya sendiri.Secara psikologis proses-proses dalam diri remaja semuanya tengah mengalami perubahan, dan komponen-komponen fisik, fisiologis, emosional, dan kognitif sedang mengalami perubahan besar.

  Pada masa remaja, selain perubahan fisik, remaja juga akan mengalami perubahan kejiwaan. Perubahan kejiwaan ini sendiri terjadi lebih lambat dari fisik dan labil (Pinem: 2009:304), meliputi: 1.

  Perubahan Emosi; sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan frustasi), mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi.

  2. Perkembangan Inteligensia: mampu berpikir abstrak dan senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba hal yang baru. Di dalam buku Psikologi Perkembangan oleh DR. Hendriati Agustiani, dikemukakan bahwa secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut (Konopa, 1973 dalam Pikunas, 1976; Ingersoll 1989): 1.

  Masa remaja awal (12-15 tahun) Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua.Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman-teman sebaya.

  2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun) Masa remaja pertengahan ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru.Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self directed).Pada msaa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

  3. Masa remaja akhir (19-22 tahun) Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini. Penelitian ini menggunakan batasan usia masa remaja akhir (19-22 tahun). Remaja akhir usia19-22 tahun dipilih sebagai objek penelitian, karena memiliki pemikiran yang lebih matang dan akan melanjutkan jenjang kehidupan selanjutnya yaitu salah satunya pernikahan.

  2.1.8 Pendewasaan Usia Perkawinan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahunbagi wanita dan 25 tahun bagi pria. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan agar kehamilan pertamapun terjadi pada usia yang cukup dewasa. Bahkan harus diusahakan apabila seseorang gagal mendewasakan usia perkawinannya, maka penundaan kelahiran anak pertama harus dilakukan. Menurut BKKBN, usia minimal wanita untuk menikah adalah 21 tahun sedangkan untuk pria adalah 25 tahun.

  Pendewasaan usia perkawinan diperlukan krena dilatarbelakangi beberapa faktor sebagai berikut:

  1. Semakin banyaknya kasus perkawinan usia muda.

  2. Banyaknya kasus kehamilan tidak diinginkan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Terhadap Kesadaran Perokok (Studi Korelasional Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Pada Bungkus Rokok Terhadap Kesadaran Perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan)

4 36 140

Iklan dan Kesadaran Remaja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan BKKBN Versi Pernikahan Dini-Hindari 4T Terhadap Kesadaran Remaja Kelurahan Tegal Sari Mandala II Medan)

1 41 128

Iklan dan Kesadaran Remaja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan BKKBN Versi Pernikahan Dini – Hindari 4T Terhadap Kesadaran Masyarakat Kelurahan Tegal Sari Mandala II Medan)

1 43 128

Iklan KB ditelevisi dan Persepsi Remaja Tentang Pernikahan Diusia Dini (Studi Korelasional Iklan KB Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di Televisi Terhadap Persepsi Remaja Tentang Pernikahan Diusia Dini Pada Pelajar di SMA Gajah Mada Padang Bulan dan R

3 52 128

Gambaran Tingkat Kenakalan Remaja Ditinjau dari Karakteristik Remaja Dan Status Sosial Ekonomi Orang tua di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Tahun 2006

0 37 79

Iklan Bahaya Kanker Serviks dan Peningkatan Kesadaran (Studi Korelasional antara Iklan Layanan Masyarakat Bahaya Kanker Serviks di Televisi Swasta dengan Peningkatan Kesadaran Mahasiswa FISIP USU)

1 43 143

Pengaruh Desain Iklan XL Versi "Jaka Tarub" Terhadap Kesadaran Merek Konsumen di Bandar Lampung

0 17 75

BAB II URAIAN TEORITIS A. Kerangka Teori - Iklan di Televisi dan Keputusan Membeli

0 0 35

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Karangka Teori - Dampak Penggunaan Game Online Terhadap Perilaku Remaja (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Remaja Di Kelurahan Asam Kumbang Medan)

0 0 25

Iklan dan Kesadaran Remaja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan BKKBN Versi Pernikahan Dini-Hindari 4T Terhadap Kesadaran Remaja Kelurahan Tegal Sari Mandala II Medan)

0 0 18