BAB I I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Tentang Akta Kelahiran Bagi Anak Yang Belum Terdaftar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kecamatan Medan Denai)

BAB I I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran merupakan peristiwa hukum yang memerlukan adanya suatu

  peraturan yang tegas, jelas dan tertulis sehingga tercipta kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan diantaranya adalah peraturan mengenai kelahiran. Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60

  1 (enam puluh) hari sejak kelahiran.

  Peristiwa kelahiran itu perlu mempunyai bukti yang autentik, karena untuk membuktikan identitas seseorang yang pasti dan sah adalah dapat kita lihat identitas seseorang yang pasti dan sah adalah dapat kita dari akta kelahiran yang dikeluarkan

  2 oleh suatu lembaga yang berwenang mengeluarkan akta tersebut.

  Anak adalah merupakan generasi penerus dari suatu Bangsa dan Negara. Maka sudah selayaknya anak mendapatkan perhatian dan perlindungan baik dari orangtuanya maupun dari Negara. Perlindungan tersebut diberikan tidak hanya pada bidang pendidikan tetapi juga dalam hal kepastian hukum yang diberikan melalui identitas dirinya. Oleh karena itu Negara memberikan perlindungan bagi pemenuhan hak identitas diri anak, baik anak sah maupun anak luar kawin. Tetapi dalam pelaksanaannya pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, hal tersebut tidak sepenuhnya terlaksana, khususnya dalam hal jaminan akan Akta Kelahiran gratis, masih sangat jauh dari harapan. Selain itu ada beberapa hal lagi yang menyebabkan kendala atau halangan dalam pelaksanaan pencatatan dan pembuatan Akta Kelahiran, 1 Indonesia, Undang-undang Administrasi Kependudukan, Undang-undang Nomor 23 Tahun

  2006, Lembaran Negara Nomor 124 Tahun 2006, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4674, Pasal 27 yakni: Asumsi masyarakat akan birokrasi yang berbelit dalam mengurus dokumen kependudukan dan catatan sipil, biaya yang mahal, jarak instansi pelaksana yang cukup jauh dan memakan biaya ekstra.

  Arti penting dari kepemilikan akta kelahiran yakni: menjadi bukti bahwa Negara mengakui atas identitas seseorang yang menjadi warganya, sebagai alat dan data dasar bagi pemerintah untuk menyusun anggaran nasional dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan perlindungan anak, merupakan bukti awal kewarganegaraan dan identitas diri pertama yang dimiliki anak, menjadi bukti yang sangat kuat bagi anak untuk mendapatkan hak waris dari orangtuanya, mencegah pemalsuan umur, perkawinan dibawah umur, tindak kekerasan terhadap anak, perdagangan anak, karena anak secara yuridis berhak untuk mendapatkan perlindungan, kesehatan, pendidikan, pemukiman, dan hak-hak lainnya sebagai warga negara. Sampai saat ini masih banyak anak indonesia yang identitasnya belum tercatat dalam akta kelahiran, secara de jure keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini mengakibatkan banyak permasalahan yang terjadi berpangkal dari manipulasi identitas anak. Semakin tidak jelas identitas seorang anak, maka semakin mudah terjadi eksploitasi terhadap anak seperti anak menjadi korban perdagangan bayi dan anak, tenaga kerja dan kekerasan. Oleh karenanya diharapkan kepada seluruh masyarakat di Indonesia jangan takut dan enggan untukmendaftarkan segera kelahiran anaknya, untuk memberikan perlindungan terbaik bagi anak dan mencegah munculnya segala bentuk eksploitasi bagi anak, beban tugas kepada pemerintah tidaklah mudah dan harus melibatkan semua pihak oleh karenanya harus ada kerjasama dan koordinasi yang sinergi untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang terbaik bagi anak-anak di Indonesia. Dalam pengurusan akte kelahiran sudah ditetapkan prosedur pengurusan, namun masih banyak berbagai keluhan masyarakat terhadap penyelenggaraan

  3 pelayanan pengurusan akte kelahiran.

  Kendala-kendala tersebut terjadi karena tingkat perekonomian dan pendidikan masyarakat yang masih sangat rendah dibeberapa daerah di Kecamatan Medan Denai, selain itu kurangnya sosialisasi dan pendidikan dari pemerintah daerah menjadikan kendala-kendala tersebut semakin kompleks. Keadaan tersebut kemudian menjadikan terhambatnya penyelenggaraan pencatatan kependudukan di Kecamatan Medan Denai.

  Akta kelahiran akan ikut menentukan nasib kita kelak kemudian hari. Misalnya, jika mencari kerja perlu melampirkan akta kelahiran, apabila meneruskan sekolah perlu melampirkan akta kelahiran. Namun persoalannya, tidak setiap orang memiliki akta kelahiran. Di berbagai daerah masih banyak terjadi anak-anak Indonesia yang tidak mempunyai akta kelahiran karena menganggap akta kelahiran tidak terlalu penting. Tetapi Pemerintah dengan sangat jelas memberikan perhatian khusus terhadap akta kelahiran, seperti yang tercantum di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 45 Pasal 28 ayat dua jelas sekali menyatakan setiap anak mempunyai hak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Kemudian di dalam berbagai undang-undang (UU) di bawah UUD 45, baik UU tentang UU tentang Perlindungan Anak jelas menyatakan akta kelahiran menjadi hak anak dan tanggung jawab pemerintah untuk memenuhinya.

  Indonesia termasuk salah satu negara yang cakupan pencatatan kelahirannya paling rendah, dan keadaan di daerah pedesaan lebih buruk daripada di perkotaan.

  Kesenjangan ini termasuk yang tertinggi di dunia. Banyak faktor yang memengaruhi rendahnya cakupan pencatatan kelahiran, mulai dari kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pencatatan kelahiran, biaya yang tinggi untuk pencatatan, prosedur yang sulit, serta kurangnya akses terhadap pelayanan pencatatan yang biasanya berada di tingkat kabupaten/kota. Masih banyak orangtua yang belum memahami tentang pentingnya akta kelahiran. Akta kelahiran baru ada Undang-undangnya pada tahun 2002 melalui undang-undang perlindungan anak sehingga belum tersosialisasi. Dalam UU 23 tahun 2002 menyatakan bahwa pemberian akta kelahiran harus diberikan tanpa biaya. Kemudian ada UU No. 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudkan yang mengatur lebih lanjut tentang pemberian akta kelahiran.Memang menurut UU setiap bayi yang lahir, 60 hari setelah itu harus dicatat dan diberikan akta kelahiran.

  Masalahnya negara kita ini geografisnya sangat luas, dan masih banyak masyarakat adat terpencil. Departemen Dalam Negeri dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) memberikan alternatif, bahwa seorang anak yang lahir dari perkawinan tanpa dokumen maka dianggap sebagai anak dari orang tua tunggal (ibu), tetapi masih diberikan catatan pinggir bagian kiri ”anak diluar nikah” ini yang kita inginkan agar dihapus. Ini memberikan labelisasi pada seorang anak, yang menurut perlindungan anak tidak pas, karena memberikan stigmanisasi pada anak. Meski dengan adanya Dinas Pencatatan Sipil yang bertujuan untuk mempermudah dalam proses pencatatan sipil tentu tidak luput dari kekurangan yang sewaktu-waktu bisa menghambat kelancaran dalam proses pencatatan sipil. Seperti masih digunakannya mesin tik sebagai alat bantu untuk memproses penerbitan akta kelahiran tentu membutuhkan waktu yang cukup lama, banyak kemungkinan terjadi baik dari kesalahan penulisan nama atau lain sebagainya yang menyebabkan harus mengetik ulang akta kelahiran tersebut sampai memperoleh hasil yang seharusnya.

  Fungsi akta kelahiran untuk negara yaitu mengetahui data anak secara akurat di seluruh Indonesia untuk kepentingan perencanaan dan guna menyusun data statistik negara yang dapat menggambarkan demografi, kecenderungan dan karaktaristik penduduk serta arah perubahan sosial yang terjadi. Bagi mereka yang lewat 60 hari s/d 1 tahun masih dapat membuat akta kelahiran asal disetujui oleh Kepala Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Bila sudah lebih dari 1 tahun harus melalui penetapan pengadilan, yang biayanya tidak sedikit.

  Setelah melihat uraian tersebut, maka penulis mengambil judul tentang : “Analisis

  Yuridis Tentang Akta Kelahiran Bagi Anak Yang Belum Terdaftar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kecamatan Medan Denai)

  .”

B. Perumusan Masalah

  Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi dan harus diselesaikan oleh peneliti dalam penelitian. Dengan adanya rumusan masalah maka akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada hal-hal diluar permasalahan.

  Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaturan pencatatan kelahiran bagi anak ditinjau dari administrasi kependudukan?

2. Bagaimana pelaksanaan pendaftaran akta kelahiran di Kecamatan Medan Denai? 3.

  Bagaimana analisa terhadap akta kelahiran bagi anak yang belum terdaftar studi kecamatan medan denai menurut undang-undang no.23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaturan pencatatan kelahiran bagi anak ditinjau dari administrasi kependudukan. b.

  Untuk mengetahui kendala-kendala yang menyebabkan sulitnya pencatatan akta kelahiran anak yang belum terdaftar.

  c.

  Untuk mengetahui analisa terhadap akta kelahiran bagi anak yang belum terdaftar studi kecamatan medan denai menurut undang-undang no.23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan

  2. Manfaat penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak, yaitu diantaranya sebagai berikut : 1) Kegunaan Bagi Peneliti

  Kegunaan meneliti masalah kualitas pelayanan aparatur ini bagi peneliti yaitu untuk melatih kemandirian dan agar dapat memiliki sikap dan rasa tanggungjawab dalam pengerjaan meneliti suatu masalah. Selain itu juga sebagai gambaran praktis bagi peneliti berkaitan dengan akta kelahiran, serta peneliti pun dapat mengetahui Akta Kelahiran Bagi Anak Yang Belum Terdaftar di Kecamatan Medan Denai. 2) Kegunaan Teoritis

  Kegunaan teoritis dalam penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori yang peneliti gunakan serta dapat berguna untuk penelitian selanjutnya sebagai kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan, khususnya mengenai akta kelahiran bagi anak yang belum terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 3) Kegunaan Praktis

  Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelayanan pembuatan dan pengurusan akta kelahiran.

  D. Keaslian Penulisan

  Adapun judul tulisan ini adalah Analisis Yuridis Tentang Akta Kelahiran Bagi Anak Yang Belum Terdaftar Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kecamatan Medan Denai). Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa Fakultas Hukum USU. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

  E. Tinjauan Kepustakaan

  Anak merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi sumber daya pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Anak memiliki peran strategis yang secara tegas dinyatakan bahwa Negara menjamin hak setiap anak atas

  4

  kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta atas perlindungannnya. Anak

  5

  merupakan bagian dari generasi muda yang tidak dapat dipisahkan. Terlebih dalam pemenuhan haknya, seorang anak tidak dapat melakukannya sendiri disebabkan kemampuan dan pengalamannya yang masih terbatas, khusus orang tua memegang

  6 peranan penting dalam memenuhi hak-hak anak.

  Dalam konteks pemenuhan hak atas akta kelahiran, maka apabila negara tidak mengalokasikan anggarannya secara khusus bagi pemenuhan hak asasi anak-anak dari keluarga miskin, dapat dikatakan negara telah melanggar HAM melalui tindakannya 4 Widodo, Prisonisasi Anak Nakal : Fenomena dan Penanggulangan, Penerbit Aswaja

  Pressindo, Yogyakarta, 2013, hlm 10 5 Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Cetakan kedua, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2005, hlm 1

  

(act commission) karena negara secara sistematis melalui kebijkan politik anggarannya

  mengabaikan pemenuhan hak asasi keluarga miskin. Di samping melakukan pelanggaran melalui tindakannya, negara juga melanggar hak keluarga miskin melalui pembiaran (act ommision) karena kegagalannya memanfaatkan anggaran publiknya untuk kepentingan pemenuhan hak-hak asasi anak-anak keluarga miskin. Kondisi ini bertentangan dengan Pasal 27 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menegaskan bahwa identitas diri setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya yang dituangkan dalam akta kelahiran. Lebih jauh Pasal 28 menyatakan bahwa pembuatan akta kelahiran menjadi tanggungjawab pemerintah dan pembuatannya tidak

  7 dikenai biaya.

  Untuk mewujudkan Kabupaten/Kota Layak Anak, salah satunya setiap anak memiliki akta kelahiran. Hanya selembar kertas, namun akta kelahiran memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Bagi anak yang belum memiliki akta kelahiran, sudah dipastikan anak tersebut terabaikan dalam segala hal, seperti tidak dapat bersekolah, tidak dapat pelayanan imigrasi, dan lain sebagainya. Intinya, akta kelahiran sangat berguna sebagai awal pengakuan Negara terhadap warga negaranya.

  Kementerian Dalam Negeri yang berwenang menerbitkan Akta Kelahiran sebagaimana perintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, telah memberi kemudahan bagi orang tua untuk mengurus akta kelahiran. Begitu juga dengan sebagian kabupaten/kota, Bupati/Walikota bersama DPRD telah menerbitkan Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Bupati/Walikota untuk mengratiskan akta kelahiran. Sebagai contoh Kota Tangerang Selatan, Dinas Catatan Sipil membuka layanan langsung melalui Mobil Keliling. Meskipun demikian, sampai tegat waktu sesuai dengan Rencana Strategi Kementerian Dalam Negeri, setiap anak Indonesia memiliki akta kelahiran 2011, masih banyak anak belum memiliki akta kelahiran.

  Salah satu penyebab belum semua anak memiliki akta kelahiran, karena orang tua belum serius menjadi ayah dan ibu dari anak mereka. Selain itu, sosialisasi

  8 pentingnya memiliki akta kelahiran belum menyentuh semua ayah dan ibu.

  Peristiwa kelahiran merupakan peristiwa hukum yang memerlukan adanya suatu pengaturan yang tegas, jelas dan tertulis sehingga terciptanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu peristiwa kelahiran perlu mempunyai bukti yang otentik, karena untuk membuktikan identitas sese-orang yang pasti dan sah adalah dapat kita li- hat dari akta kelahiran yang di keluarkan oleh suatu lembaga yang berwenang

  9 mengeluarkan akta tersebut.

  Pencatatan kelahiran merupakan hal yang sangat penting bagi orang yang bersang-kutan maupun bagi negara, karena dengan adanya pencatatan kelahiran yang teratur maka dapat diketahui persentase pertambahan penduduk setiap tahunnya, hal ini akan mem-bantu pemerintah dalam menetapkan kebijak-sanaan yang berhubungan dengan masalah ke-pendudukan. Penduduk di satu pihak meru- pakan modal dasar pembangunan, di lain pihak penduduk juga penentu sasaran pem-bangunan. Dengan kata lain penduduk sebagai pelaku utama dalam pembangunan. Namun apabila pertumbuhan penduduk berlangsung tanpa kendali dan tanpa dibarengi dengan per- kembangan teknologi dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik, maka yang terjadi bukan perkembangan Negara yang ma-ju, justru akan menimbulkan masalah lain se-perti kemiskinan dan tingkat kriminalitas yang meningkat. 8 Ada tiga alasan mengapa pencatatan kelahiran itu penting, yaitu sebagai berikut:

  s tgl 3 Oktober 2014

  1. Pencatatan kelahiran adalah pengakuan formal mengenai keberadaan seorang anak, secara individual terhadap Negara dalam hukum.

  2. Pencatatan kelahiran adalah elemen penting dari perencanaan nasional. Untuk anak- anak, memberikan dasar demografis agar strategi yang efektif dapat dibentuk.

  3. Pencatatan kelahiran adalah cara untuk me-ngamankan hak anak lain, misalnya iden-tifikasi anak sesudah berperang, anak dite-lantarkan atau diculik, agar anak dapat me-ngetahui orang tuanya (khususnya jika la-hir diluar nikah), sehingga mereka men-dapat akses pada sarana atau prasarana da-lam perlindungan negara dalam batas usia hukum (misalnya : pekerjaan, dan dalam sistem peradilan anak)

  10 serta mengurangi atau kemungkinan penjualan bayi atau pembunuhan bayi.

  Sebagaimana pemikiran Aristoteles yang menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial atau disebut dengan istilah “Zoon Politikon”, dimana manusia tidak akan bisa hidup secara individual dan cenderung hidup berserikat dan bersosialisasi. Begitu pula seorang anak (termasuk anak luar kawin) yang akan hidup bersosialisasi dengan lingkungan-nya, maka untuk kebutuhan tersebut seorang anak memerlukan identitas diri yang dibuktikan dengan adanya Akta Kelahiran.

  Anak luar kawin seperti halnya anak sah, berhak mendapatkan hak-hak yang sama dimata hukum. Sebagai contoh adalah hak memperoleh identitas diri, sebagaimana diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang menyatakan bahwa: Ayat (1) ”Identitas diri setiap anak

  harus diberikan seja k kelahirannya”; Ayat (2) ”Identitas sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dituangkan dalam Akta Kelahiran”. Anak Luar kawin juga

  mencerminkan adanya suatu Kepastian Hukum atas Kepemi-likan Dokumen, sebagaimana yang telah dise-butkan dalam Pasal 2 (point d) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

  Banyak pengertian administrasi yang dikemukakan oleh para ahli administrasi, ada pengertian adminitrasi secara luas dan ada pengertian administrasi secara sempit, dan bahkan ada yang mengartikan sebagai proses sosial. Dalam pengertian yang luas menyebutkan bahwa :

  ”Administrasi adalah kegiatan sekelompok manusia melalui tahapan-tahapan yang teratur dan dipimpin secara efektif dan efisien, dengan menggunakan sarana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan Dalam implementasinya, administasi berkembang dan mempunyai tugas-tugas yang biasa disebut sebagai fungsi administrasi diantaranya adalah fungsi

  11 perencanaan, pengorganisasian sampai dengan fungsi pengawasan ”.

  Sedangkan dalam pengertian sempit, menyebutkan bahwa : ” Administrasi adalah suatu kegiatan yang meliputi catat-mencatat, surat- menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda dan sebagainya yang

  12 bersifat teknis ketatausahaan ’.

  Menurut Prajudi mengemukakan sebagai berikut : Administrasi adalah suatu sistem atau sistema yang tertentu, yang memerlukan input, transportasi, pengolahan dan

  13

output tertentu. Sedangkan Siagian merngemukakan pengertian administrasi sebagai

  berikut : ”Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan- keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah

  14 ditentukan sebelumnya ”.

  Dari beberapa pengertian administrasi dari para ahli diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : 11 Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Jilid 1, PT Toko Gunung Agung, Jakarta,

  1996, hlm 1 12 Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1996, hlm 2

13 Prajudi Atmosudirjo, Administrasi Manajemen Umum, Penerbit CV Mas Haji, Jakarta, 2000,

  hlm 17

  Administrasi adalah keseluruhan proses rangkaian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terlibat dalam suatu bentuk usaha bersama demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Meskipun rumusannya sederhana, pengertiannya tetap mempunyai cakupan yang luas, yaitu seluruh proses kegiatan yang berencana dan melibatkan seluruh anggota kelompok. Dalam administrasi juga dibutuhkan input, transportasi, pengolahan dan output tertentu.

  Dalam peraturan pemerintah pada Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang dimaksud dengan Administrasi kependudukan adalah :

  ”Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui program pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan

  15 sektor lain ”.

  Negara juga mewajibkan seluruh ma-syarakat untuk melaporkan kelahiran dan me-ngurus pembuatan Akta Kelahiran, hal ini tertuang dalam Pasal 27 UU Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, yang berbunyi: Ayat (1)

  ”Setiap

kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat

terjadinya pe- ristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran”

  Ayat (2)

  ”Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), Pejabat

Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan

Akta Kelahiran” Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut

  adalah Pejabat yang melakukan pencatatan peristiwa penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelak-sana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Dalam pasal tersebut juga menegaskan bahwa dalam peristiwa kelahiran ada suatu ke-wajiban bagi penduduk untuk melaporkannya kepada Instansi 15 Undang-undang No. 23 tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Penerbit Rineka terkait. Kemudian menjadi ke-wajiban Instansi tersebut untuk mencatat pe-ristiwa kelahiran tersebut dan menerbitkan Akta Kelahiran sebagai hak dari setiap pen-duduk.

  Instansi yang dimaksud dalam hal ini adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Berdasarkan uraian kedua Undang-Undang tersebut, baik Undang-Undang No- mor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak maupun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Negara dalam hal ini melalui pemerintah mewujudkan perlindungan bagi Anak Luar Kawin dalam bentuk sebagai berikut: 1.

  Memberikan jaminan atas Kepastian hukum perolehan Akta Kelahiran sebagai- mana yang diperoleh anak sah pada umumnya;

2. Memberikan jaminan dalam pelaksanaan-nya tidak dipungut biaya apapun; 3.

  Menjamin setiap Anak Luar Kawin berhak memperoleh pendidikan layak sebagaimana diperoleh anak-anak bangsa Indonesia pada umumnya; Pencatatan Kelahiran, selain membawa manfaat bagi anak yang bersangkutan, juga memberikan manfaat bagi pemerintah dalam mengetahui jumlah pertumbuhan penduduk dan menentukan kebijakan atau langkah yang akan dilaksanakan dalam menentukan arah dan tujuan Pembangunan Nasional.

  Selain itu, jaminan perolehan akta kela-hiran juga tertuang dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Admi-nistrasi Kependudukan, yang menyebutkan bahwa: “Setiap penduduk mempunyai hak un-tuk memperoleh: a.

  Dokumen Kependudukan; b.

  Pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; c. Perlindungan atas Data Pribadi; d.

  Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen; e.

  Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; f.

  Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, serta pe-nyalahgunaan data pribadi oleh Instansi Pelaksana.”

F. Metode Penelitian

  Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Karena dengan menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan dari penelitian maka penulis menggunakan metode penelitian yakni :

  1. Tipe Penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif.

  16 Bagi penelitian

  hukum normatif yang hanya mengenal data sekunder saja, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

  17 Langkah pertama

  dilakukan penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Undang- undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif akte kelahiran.

  2. Data dan Sumber Data Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari:

16 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke 15,

  PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm 33 a.

  Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri

  18

  dari: Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

  b.

  Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian

  19 atau pendapat pakar hukum.

  c.

  Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti

  20 kamus (hukum), ensiklopedia.

  3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara : studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

  4. Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh. 18 Ibid, hlm 31

G. Sistematika penulisan

  Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidak terjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub-sub bab.

  Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II PENGATURAN PENCATATAN KELAHIRAN BAGI ANAK DITINJAU DARI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Bab ini berisikan tentang Pencatatan Kelahiran Menurut KUHPerdata, Pengertian Pencatatan Kelahiran Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Hak Anak Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Persyaratan untuk memperoleh akta kelahiran bagi anak menurut Undang-undang No.23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan.

  BAB III PENDIDIKAN PENDAFTARAN AKTA KELAHIRAN DI KECAMATAN DENAI Bab ini berisikan tentang Gambaran umum Kecamatan Medan Denai, Prosedur pendaftaran dan pelaksanaan pendaftaran.

  BAB IV ANALISA TERHADAP AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG BELUM TERDAFTAR STUDI KECAMATAN MEDAN DENAI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Bab ini berisikan tentang faktor-faktor yang membuat tidak mendaftarkan kelahiran, proses pendaftaran kelahiran setelah lewat waktu, syarat-syarat untuk mendapatkan akta kelahiran setelah lewat waktu di Kecamatan Medan Denai, Hambatan dalam Pelaksanaan Pencacatan Kelahiran di Kecamatan Medan Denai, Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan dalam . pelaksanaan pendaftaran kelahiran di Kecamatan Medan Denai

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini adalah merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, dimana dalam bab V ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari penulis.

Dokumen yang terkait

Studi Tentang Penerbitan Akta Catatan Sipil Oleh Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

4 74 90

Analisis Yuridis Tentang Akta Kelahiran Bagi Anak Yang Belum Terdaftar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kecamatan Medan Denai)

19 118 91

Prosedur Penerbitan Akta Kematian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kota Medan).

21 161 89

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 54 86

Analisis Yuridis Perkawinan Beda Agama Di Indonesia Setelah Berlakunya Undang-Undang Administrasi Kependudukan Nomor 23 Tahun 2006

1 10 144

Analisis Yuridis Perkawinan Beda Agama di Indonesia Setelah Berlakunya Undang-Undang Administrasi Kependudukan Nomor 23 Tahun 2006

0 14 0

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 19

Studi Tentang Penerbitan Akta Catatan Sipil Oleh Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Studi Tentang Penerbitan Akta Catatan Sipil Oleh Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

0 0 17

BAB II PENGATURAN PENCATATAN KELAHIRAN BAGI ANAK DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN A. Pencatatan Kelahiran Menurut KUHPerdata - Analisis Yuridis Tentang Akta Kelahiran Bagi Anak Yang Belum Terdaftar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 200

0 0 27