Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR

23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT

UNTUK MENGURUS AKTA KELAHIRAN

DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

T E S I S

Oleh :

ROY SUSANTO SIAGIAN

117003005/PWD

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR

23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT

UNTUK MENGURUS AKTA KELAHIRAN

DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Perdesaan pada

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ROY SUSANTO SIAGIAN

117003005/PWD

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG

ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK MENGURUS AKTA KELAHIRAN DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Nama Mahasiswa : ROY SUSANTO SIAGIAN Nomor Pokok : 117003005

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD)

Menyetujui :

KOMISI PEMBIMBING

Dr. Rujiman, MA

Ketua Anggota

Agus Suriadi,S.Sos,M.Si

Ketua Program Studi, Direktur,


(4)

Tanggal lulus : 29 Juli 2013 Telah diuji pada

Tanggal : 29 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : DR.Rujiman, MA

Anggota : 1. Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, AK 2. DR. Irsyad Lubis, M.Sos

3. Agus Suriadi S.Sos, M.Si 4. Ir. Supriadi, MS


(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Roy Susanto Siagian, dengan ini menyatakan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa tesis saya yang berjudul “ Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan “ adalah hasil karya saya sendiri dan di dalam tesis ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi / lembaga pendidikan manapun. Pengambilan karya orang lain dalam tesis ini dilakukan dengan menyebutkan sumbernya sebagaimana tercantum dalam Daftar Pustaka. 2. Tidak berkeberatan untuk dipublikasikan oleh Universitas Sumatera Utara,

baik seluruhnya atau sebagian, untuk kepentingan akademik / ilmiah yang non komersial sifatnya.

Medan, Juli 2013 Yang membuat pernyataan,


(6)

A B S T R A K

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk yang berada di dalam atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penghormatan akan keberagaman suatu bangsa, merupakan ciri dari penyelenggaraan Negara yang bersifat demokratis. Perwujudan Indonesia sebagai negara demokratis tersebut, salah satunya dilakukan dengan meletakkan dasar - dasar pelaksanaan hak asasi manusia dalam konstitusi. Dengan dimasukkanya hak asasi manusia ke dalam konstitusi Undang -Undang Dasar 1945 maka setiap warga negara Indonesia mempunyai hak dan kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintah. Untuk menciptakan suatu bangsa yang besar dalam menjalankan roda pembangunan diperlukan Sumber Daya Manusia yang handal. Untuk mencetak kader bangsa yang handal dan sumber daya manusia yang handal maka setiap warga negara harus memperoleh pendidikan yang baik dan mempunyai status hukum yang sah dan diakui oleh negara. Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap anak yang akan bersekolah , status hukum anak tersebut akan ditanyakan oleh pihak sekolah apabila ingin mendaftar sekolah, misalnya apakah sudah mempunyai Akta Kelahiran atau tidak. Seandainya putra putri terbaik bangsa Indonesia yang seyogiyanya menjadi penurus generasi bangsa di masa depan banyak yang tidak bisa memperoleh pendidikan /bersekolah karena tidak mempunyai Akta Kelahiran, hal tersebut sangatlah disayangkan.

Kabupaten Tapanuli Selatan sejak tahun 2012 telah mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terutama pasal 32 ayat 2, dimana setiap anak yang berumur 1 (satu) tahun lebih apabila mengurus Akta Kelahirannya harus melalui proses Pengadilan Negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektif atau tidak efektifnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan bagaimana tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Tapanuli selatan sejak Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 diimplementasikan.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa, dengan diimplementasikannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan sangat tidak efektif dan tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah. Untuk mengantisipasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 terutama pasal 32 ayat 2 maka Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan melaksanakan kerjasama dengan Pengeadilan Negeri padangsidimpuan untuk melaksanakan sidang keliling di Kecamatan se Kabupaten Tapanuli Selatan.


(7)

ABSTRACT

The Unitary State of the Republic of Indonesia, based on Pancasila (National Ideology) and the Indonesian 1945 Constitution, is principally responsible for providing protection and recognition in determining personal status and legal status of people and other important events experienced by citizens, whether they are in or outside the Indonesian territory. A sense of respect for diversity of a nation is the characteristic of a democratic government. The existence of Indonesia as a democratic country is shown by the implementation of human rights in its constitution. The 1945 Constitution states that every citizen has the same right and position before law and the government. In order to build a big nation in generating its development, reliable human resources and the nation’s cadres are needed. Therefore, each individual has to obtain good education and have valid legal status which is acknowledged by the government. We all know that every child who wants to attend school will be asked for his legal status by the management of the school. During his registration, they will ask his Birth Certificate. It is very unfortunate if a boy or a girl who is expected to become the next generation of the nation cannot join school only because he or she does not have Birth Certificate.

Since 2012, South Tapanuli District Administration has implemented Article 32, paragraph 2 of Law No. 23/2006 on the Administration of the Population. It states that Birth Certificate of every child who is one or more years old should be administered through the District Court. The objective of the research was to analyze whether Law No. 23/2006 on the Administration of the Population in South Tapanuli was effective or not and how about the level of the people’s participation in implementing Law No. 23/2006 in South Tapanuli District.

It could be concluded that the implementation of Law No. 23/2006 on the Administration of the Population in South Tapanuli District was not effective, and the level of the people’s participation was very low. It is recommended that, in order to anticipate the effectiveness of Article 32, paragraph 2 of Law No. 23/2006, the South Tapanuli District Administration should cooperate with Padangsidempuan District Court in conducting touring court sessions in all subdistricts of South Tapanuli District.


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul " Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2006 Tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran Di Kabupaten Tapanuli Selatan ". Tesis ini

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan S-2 Magister Perencanaan Wilayah dan Perdesaan pada Universitas Sumatera Utara.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan tesis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan koreksi, saran dan kritikan yang bersifat membangun guna penyempurnaan tesis ini.

Berbagai hambatan penulis hadapi dalam penyusunan tesis ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM dan H, M.Sc, (GM), SP. A(K), Sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, MSc sebagai Direktur sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Lic. rer. Reg. Sirojuzilam, SE selaku ketua Program studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.


(9)

4. Bapak Dr. Rujiman, MA dan Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyususnan tesis ini.

5. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, AK, Bapak Ir. Supriadi, MS dan Bapak DR. Irsyad Lubis, M.Sos, Fc selaku dosen pembanding yang telah memberikan koreksi dan masukan yang positif untuk kesempurnaan Tesis saya ini.

6. Seluruh dosen, karyawan serta seluruh Civitas Akademika Universitas Sumatera Utara, khususnya program studi Perancanaan Wilayah dan Pedesaan yang telah memberikan bekal ilmu dan bantuannya selama ini kepada penulis.

7. Terkhusus kepada Orang Tua dan keluarga yang tanpa lelah mendoakan untuk kesuksesan penulis.

8. Isteri saya tercinta Sri Dewi Riski Lubis serta anak-anak saya tercinta Aiska Fawwaz Deanra Siagian, Alya Naurah Siagian dan Muhammad Aditya Pranata Siagian sebagai penyemangat dan inspirasi saya dalam mengikuti perkuliahan dan dalam peyelesaian tesis ini.

9. Seluruh sahabat-sahabat saya yang kuliah di PWD USU semester ganjil TA.2011, yang menemani kebersamaan menuntut ilmu selama dua tahun ini.

10.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, semoga amal kebaikannya mendapat balasan dari Allah SWT.


(10)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis sangat berharap kepada semua pihak agar tesis ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Medan, Juli 2013 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : ROY SUSANTO SIAGIAN, S.STP

2. Jenis Kelamin : Laki-Laki

3. Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 15 Januari 1978

4. Agama : Islam

5. Riwayat Pendidikan :

a. 1984 – 1990 : SD Negeri 142423 (7) Padangsidimpuan b. 1990 – 1993 : SMP Negeri 1 Padangsidimpuan

c. 1993 – 1996 : SMA Negeri 1 Padangsidimpuan d. 1996 – 2000 : STPDN Jatinagor, Jawa Barat 6. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) 7. Nama Orang Tua : - H. Forma Siagian (Ayah)

- Hj. Delima Sari Rangkuti (Ibu)

8. Alamat : Jalan Raja Inal Siregar Komplek Batunadua Indah No.1 C Padangsidimpuan, Sumatera Utara 9. Nomor Telepon : 081362888810


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

PERNYATAAN TESIS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1Penilitian Sebelumnya ... 8

2.2Landasan Teori ... 9

2.2.1 Pengertian Umum Pencatatan Sipil... 9

2.2.2 Pengertian Partisipasi Masyarakat... 11

2.2.3 Hubungan Perencanaan Wilayah dan Kebijakan Publik ... 12

2.2.4 Implementasi Kebijakan ... 15

2.3Fungsi dan Mamfaat Akta Kelahiran ... 17

2.4Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan dalam kepemilikan Akta Kelahiran ... 19

2.5 Fenomena sebelum dan sesudah diimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 20


(13)

2.5.1 Fenomena Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan sebelum diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan 20 2.5.2 Fenomena Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

Tentang Adsministrasi Kependudukan sesudah diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan 21 2.6Tinjauan Pemerintah Daerah kaitannya dengan Perencanaan

Perencanaan wilayah ... 22

2.7Kerangka Pemikiran ... 26

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1Lokasi Penelitian ... 29

3.2Jenis dan Sumber Data ... 29

3.3Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4Teknik Analisis Data ... 32

3.5Bentuk Penelitian ... 33

3.6Teknik Cuplikan ... 33

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 35

4.1.1 Propil Kabupaten Tapanuli Selatan ... 35

4.1.2 Visi Misi Kabupaten Tapanuli Selatan ... 36

4.1.3 Wilayah Administrasi ... 36

4.1.4 Kondisi Kependudukan ... 38

4.1.5 Mata Pencaharian ... 39

4.1.6 Tingkat Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 39

4.1.7 Tinjauan Umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan ... 41

4.1.8 Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan ... 41 4.2 Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23


(14)

Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan 42

4.3Pembahasan ... 45

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 53

5.2Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan ... 38 Tabel 4.2 Jumlah Masyarakat yang mengurus Akta Kelahiran di

Kabupaten Tapanuli Selatan Selama Tahun 2012 ... 40 Tabel 4.3 Jumlah Kepala Keluarga yang mengikuti Sidang Keliling


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Tugas Bidan ... 18

2.2 Hak Bidan ... 18

2.3 Kerangka Pikir Penelitian ... 28


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Hasil Wawancara ... Lampiran 2 Foto Wawancara ... Lampiran 3 Foto Sidang Keliling di Kecamatan


(18)

A B S T R A K

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk yang berada di dalam atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penghormatan akan keberagaman suatu bangsa, merupakan ciri dari penyelenggaraan Negara yang bersifat demokratis. Perwujudan Indonesia sebagai negara demokratis tersebut, salah satunya dilakukan dengan meletakkan dasar - dasar pelaksanaan hak asasi manusia dalam konstitusi. Dengan dimasukkanya hak asasi manusia ke dalam konstitusi Undang -Undang Dasar 1945 maka setiap warga negara Indonesia mempunyai hak dan kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintah. Untuk menciptakan suatu bangsa yang besar dalam menjalankan roda pembangunan diperlukan Sumber Daya Manusia yang handal. Untuk mencetak kader bangsa yang handal dan sumber daya manusia yang handal maka setiap warga negara harus memperoleh pendidikan yang baik dan mempunyai status hukum yang sah dan diakui oleh negara. Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap anak yang akan bersekolah , status hukum anak tersebut akan ditanyakan oleh pihak sekolah apabila ingin mendaftar sekolah, misalnya apakah sudah mempunyai Akta Kelahiran atau tidak. Seandainya putra putri terbaik bangsa Indonesia yang seyogiyanya menjadi penurus generasi bangsa di masa depan banyak yang tidak bisa memperoleh pendidikan /bersekolah karena tidak mempunyai Akta Kelahiran, hal tersebut sangatlah disayangkan.

Kabupaten Tapanuli Selatan sejak tahun 2012 telah mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terutama pasal 32 ayat 2, dimana setiap anak yang berumur 1 (satu) tahun lebih apabila mengurus Akta Kelahirannya harus melalui proses Pengadilan Negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektif atau tidak efektifnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan bagaimana tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Tapanuli selatan sejak Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 diimplementasikan.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa, dengan diimplementasikannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan sangat tidak efektif dan tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah. Untuk mengantisipasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 terutama pasal 32 ayat 2 maka Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan melaksanakan kerjasama dengan Pengeadilan Negeri padangsidimpuan untuk melaksanakan sidang keliling di Kecamatan se Kabupaten Tapanuli Selatan.


(19)

ABSTRACT

The Unitary State of the Republic of Indonesia, based on Pancasila (National Ideology) and the Indonesian 1945 Constitution, is principally responsible for providing protection and recognition in determining personal status and legal status of people and other important events experienced by citizens, whether they are in or outside the Indonesian territory. A sense of respect for diversity of a nation is the characteristic of a democratic government. The existence of Indonesia as a democratic country is shown by the implementation of human rights in its constitution. The 1945 Constitution states that every citizen has the same right and position before law and the government. In order to build a big nation in generating its development, reliable human resources and the nation’s cadres are needed. Therefore, each individual has to obtain good education and have valid legal status which is acknowledged by the government. We all know that every child who wants to attend school will be asked for his legal status by the management of the school. During his registration, they will ask his Birth Certificate. It is very unfortunate if a boy or a girl who is expected to become the next generation of the nation cannot join school only because he or she does not have Birth Certificate.

Since 2012, South Tapanuli District Administration has implemented Article 32, paragraph 2 of Law No. 23/2006 on the Administration of the Population. It states that Birth Certificate of every child who is one or more years old should be administered through the District Court. The objective of the research was to analyze whether Law No. 23/2006 on the Administration of the Population in South Tapanuli was effective or not and how about the level of the people’s participation in implementing Law No. 23/2006 in South Tapanuli District.

It could be concluded that the implementation of Law No. 23/2006 on the Administration of the Population in South Tapanuli District was not effective, and the level of the people’s participation was very low. It is recommended that, in order to anticipate the effectiveness of Article 32, paragraph 2 of Law No. 23/2006, the South Tapanuli District Administration should cooperate with Padangsidempuan District Court in conducting touring court sessions in all subdistricts of South Tapanuli District.


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pelayanan Pencatatan Sipil sebagai salah satu sub sistem dari sistem Administrasi Kependudukan secara baik, tepat dan menjamin kepastian hukum terhadap semua peristiwa penting dalam kehidupan seseorang yang meliputi kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, pengangkatan anak, pengakuan anak, pengesahan anak, perubahan nama, perubahan kewarganegaraan dan perubahan nama serta peristiwa penting lainnya.

Pencatatan Sipil di Indonesia telah diselenggarakan sejak Pemerintahan Kolonial Belanda. Namun penyelenggaraan Pencatatan Sipil di Indonesia, masih dihadapkan pada beberapa permasalahan, utamanya yang berkaitan dengan Undang-Undang, kelembagaan, mekanisme, sumber daya aparatur, partisipasi masyarakat dan pengelolaan data. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk yang berada di dalam atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbagai Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan tegas menjamin hak setiap penduduk untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, memperoleh


(21)

tempat tinggal di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

Peristiwa kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap dan peristiwa penting antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, dan perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan dan pengesahan anak, serta perubahan status kewarganegaraan, ganti nama dan peristiwa penting lainnya yang dialami oleh seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Untuk itu, setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.

Isu kependudukan saat ini telah menjadi isu aktual di Indonesia seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan dinamika kependudukan global. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia telah mendorong terjadinya perubahan paradigma kebijakan kependudukan secara mendasar di Indonesia. Masalah kependudukan yang menonjol di masa depan sungguh merupakan persoalan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Penduduk masa depan akan semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkannya. Konsekuensi dari keadaan ini sudah dapat diperkirakan semakin banyak pencari kerja, sementara itu lapangan kerja yang tersedia amat terbatas. Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan akan semakin banyak sehingga akan menimbulkan, kepadatan, kemacetan, kesempatan kerja dan persoalan umum lainnya.


(22)

Kebijakan Publik merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi setiap Negara khususnya dalam hal Pemerintahan, karena suatu kebijakan yang baik akan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dibuat oleh suatu organisasi publik (publik organization, Pemerintah). Pemerintah mengambil keputusan untuk mengarahkan masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan publik tertentu. Peran setiap Negara/Daerah (Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah) semakin penting, dalam rangka membangun daya saing global bagi negara atau daerahnya. Pencapaiannya sangat tergantung pada kebijakan publik yang ditetapkan (Miraza, 2010).

Oleh karena itu Pemerintah mengeluarkan kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Adimistrasi kependudukan, yang di harapkan akan dapat memberikan manfaat antara lain, untuk merancang program pendidikan, kesehatan dan pelayanan-pelayanan lain yang membutuhkan data kependudukan yang akurat, untuk keperluan perencanaan pembangunan dalam penyediaan fasilitas-fasilitas sosial ekonomi, seperti penyediaan rumah sakit, puskesmas, pasar, fasilitas pendidikan dan lain sebagainya, untuk alokasi pendanaan atau bantuan seperti alokasi subsidi perkapita, alokasi dana bantuan pendidikan, kesehatan, penentuan Dana Alokasi Umum dan lain sebagainya.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Adminitrasi Kependudukan, pada Pasal 32 ayat 2 dijelaskan bahwa Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri. Oleh sebab itu setiap anak yang sudah berumur 1 (satu) tahun lebih maka pengurusan Akta Kelahirannya harus melalui penetapan Pengadilan Negeri. Ini


(23)

menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti tentang implementasi Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan ini terutama pasal 32 ayat 2, dimana menurut penulis hal ini sangat memberatkan masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan.

Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari sisi kepentingan penduduk, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan dokumen kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif. Secara keseluruhan, ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi hak dan kewajiban penduduk, penyelenggara dan instansi pelaksana, pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, data dan dokumen kependudukan. Pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada saat negara dalam keadaan darurat, pemberian kepastian hukum, dan perlindungan terhadap data pribadi penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan dari kemungkinan pelanggaran, baik administratif maupun ketentuan material yang bersifat pidana, Undang-Undang ini juga mengatur ketentuan mengenai tata cara penyidikan serta pengaturan mengenai Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana.

Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan pusat kegiatan pertanian, perkebunan, perdagangan dan pertambangan hal ini merupakan salah satu faktor penarik yang menyebabkan banyak orang untuk mendatanginya. Keinginan mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama orang untuk mendatangi Kabupaten Tapanuli Selatan untuk mengadu nasib dan peruntungan di Kabupaten Tapanuli Selatan, faktor lain


(24)

yang menyebabkan orang datang ke Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sarana dan prasarana pendidikan dan rekreasi yang tersedia.

Semua ini menimbulkan kecenderungan ketidaktertiban masalah Administrasi Kependudukan. Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan sudah barang tentu dituntut untuk dapat mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 khususnya berkaitan dengan pencatatan kelahiran secara efektif. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Desember 2006 hingga saat ini sudah waktunya dievaluasi dan di teliti khususnya dalam hal pecatatan kelahiran. Karena masyarakat telah dianggap tahu akan aturan tersebut. Hal ini yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2011 memberikan penghargaan kepada Bupati Tapanuli Selatan karena telah memberikan pelayanan Akta Kelahiran bebas biaya (gratis) kepada masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan dan telah menyelenggarakan program/kegiatan yang inovatif dalam upaya percepatan kepemilikan Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan. Data pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan jumlah anak yang belum memiliki Akta Kelahiran sebanyak 31.951 anak.

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan segenap potensi dan sumber daya manusia yang ada harus dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam melaksanakan dan mempercepat kepemilikan Akta Kelahiran bagi masyarakat di Kabupaten Tapanuli Selatan. Atas dasar kondisi tersebut, maka dalam penelitian ini


(25)

akan dikaji bagaimana peran dan fungsi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dalam implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berkaitan dengan partisipasi masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah tingkat efektifitas implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berkaitan dengan partisipasi masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk antara lain :

1. Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi efektif atau tidak efektifnya implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berkaitan dengan pencatatan kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Untuk menganalisa partisipasi masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun mengenai mamfaat penelitian ini adalah sebagai berik ut :

1. Secara teoretis, mampu memberikan pandangan pemikiran berupa konsep / teori, asumsi dan cara-cara bagi perumusan kebijakan yang berkenaan


(26)

dengan Administrasi Kependudukan.

2. Secara praktis, mampu menunjukkan arti penting adanya peraturan yang mengatur Administrasi Kependudukan secara khusus berkenaan dengan pelaksanaan tertib Administrasi Kependudukan. Di samping itu hasil penelitian ini dapat pula digunakan sebagai masukan bagi peneliti yang akan datang.


(27)

BAB II

TINJAUANPUSTAKA

2.1Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai Administrasi Kependudukan telah diteliti oleh penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut sebagai wacana peneliti untuk mencari celah baru suatu permasalahan yang diperlukan solusi pemecahan masalahnya. Penelitian tersebut antara lain :

Penelitian Dhari (2009), penelitian berjudul Dampak Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Terhadap Pelayanan Publik. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa dampak dari penyelenggaraan kebijakan SIAK yang diterapkan di Kabupaten Bandar Lampung mengacu pada indikator standar pelayanan publik (prosedur, waktu, biaya, produk, sarana dan prasarana serta kompetensi petugas pemberi layanan) negatif, karena secara keseluruhan belum terjadi peningkatan kualitas pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sebagai pengguna layanan SIAK. Hal ini ditunjukkan dengan waktu proses penyelesaian yang lama, tingginya biaya pembuatan dokumen kependudukan dan terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pemerintah.

Dipahandi (2009), tentang Aspek Hukum Akta Pencatatan Sipil yang Diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipill Kota Cirebon. Studi kasus tentang pelayanan Akta Pencatatan Sipil di Kota Cirebon suatu kajian yuridis terhadap Undang -Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Dalam penilitian ini peniliti memfokuskan terhadap Dokumen Pencatatan Sipil antara lain : Akta Kelahiran , Akta Perkawinan, Akta Perceraian,


(28)

Akta Kematian, Akta pengakuan anak dan ganti nama. Setelah dilaksanakan penelitian dapat diamati bahwa: a) perlunya keseragaman dan koordinasi pencatatan pencatatan perkawinan antar instansi Departemen Agama dan Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil Kota Cirebon.

Fajarsari (2010), tentang Implementasi Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta. Dari hasil penelitian ini diperlukan komitmen yang kuat dan konsistensi dari Pemerintah, baik Pusat maupun pada tingkat Pemerintah Daerah Kota Surakarta untuk melaksanakan dengan cara menetapkan peraturan yang mengatur secara rinci tentang pelaksanaan Undang-Undang Tentang Administrasi Kependudukan, agar Undang-Undang tersebut dapat berlaku secara efektif dengan segera di buat Peraturan Daerah (Perda).

2.2Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Umum Pencatatan Sipil Di Indonesia

Di Indonesia dikenal adanya satu lembaga Pencatatan Sipil yang diusahakan oleh Pemerintah. Lembaga Pencatatan Sipil ini sebelumnya merupakan kelanjutan dari lembaga Pencatatan Sipil pada jaman Pemerintahan Kolonial Belanda yang dikenal dengan nama “Burgerlijke Stand” atau dikenal dengan singkatan B.S dan mengandung arti suatu lembaga yang ditugaskan untuk memelihara daftar-daftar atau catatan-catatan guna pembuktian status atau peristiwa-peristiwa penting bagi para warga negara, seperti kelahiran, perkawinan, kematian.


(29)

dari kata golongan militer, akan tetapi, Pencatatan Sipil itu merupakan suatu catatan yang menyangkut kedudukan hukum seseorang. Dapat dilihat dari kelembagaan Pencatatan Sipil, lembaga ini tugas utamanya melakukan Pencatatan Sipil. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada instansi pelaksana.

Oleh karena Negara Indonesia adalah suatu Negara Hukum, maka kedudukan hukum dari satu peristiwa penting pada setiap warga negaranya harus jelas dan pasti. Manusia dalam menjalankan hidupnya mengalami peristiwa - peristiwa penting, antara lain : peristiwa perkawinan, peristiwa kelahiran, peristiwa perceraian, peristiwa pengakuan anak, peristiwa pengesahan anak, peristiwa pengangkatan anak, peristiwa perubahan nama, peristiwa perubahan status kewarganegaraan dan peristiwa kematian.

Berkaitan dengan pengertian kelembagaan Pencatatan Sipil itu ada beberapa pendapat para sarjana yang memberikan pengertian tentang Pencatatan Sipil, antara lain adalah Vollmar (1992) berpendapat bahwa, Pencatatan Sipil adalah suatu lembaga yang diadakan oleh penguasa atau Pemerintah yang dimaksudkan untuk membukukan selengkap mungkin dan karena itu memberikan kepastian sebesar - besarnya tentang semua peristiwa yang penting -penting bagi status keperdataan seseorang seperti perkawinan, kelahiran, pengakuan anak, perceraian dan kematian.

Sedangkan Lie (1961) yang mengartikan Pencatatan Sipil adalah suatu lembaga yang bertujuan mengadakan pendaftaran, pencatatan serta pembukuan yang selengkap-lengkapnya dan sejelas -jelasnya serta memberikan kepastian


(30)

hukum yang sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran, pengakuan, perkawinan dan kematian. Bertitik Tolak dari kedua pendapat mengenai pengertian Pencatatan Sipil tersebut di atas, maka dapatlah ditarik suatu pengertian, bahwa Pencatatan Sipil adalah suatu lembaga yang sengaja diadakan oleh Pemerintah yang bertugas untuk mencatat, mendaftarkan serta membukukan selengkap mungkin tiap peristiwa penting bagi status keperdataan seseorang , misalnya perkawinan, kelahiran, pengakuan anak, pengesahan anak, perceraian, perubahan nama dan kematian.

2.2.2 Pengertian Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat seringkali dianggap sebagai bagian yang tidak terlepas dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Banyak definisi partisipasi yang dikemukakan para ahli. Partisipasi dapat diartikan sebagai sumbangan, keterlibatan keikutsertaan warga masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan.

Canter (dalam Arimbi, 1993) mendefinisikan partisipasi sebagai

feed-forward information and feedback information. Dengan definisi ini, partisipasi

masyarakat sebagai proses komunikasi dua arah yang terus menerus dapat diartikan bahwa partisipasi masyarakat merupakan komunikasi antara pihak Pemerintah sebagai pemegang kebijakan dan masyarakat di pihak lain sebagai pihak yang merasakan langsung dampak dari kebijakan tersebut. Dari pendapat Canter juga tersirat bahwa masyarakat dapat memberikan respon positif dalam artian mendukung atau memberikan masukan terhadap program atau kebijakan yang diambil oleh Pemerintah, namun dapat juga menolak kebijakan.


(31)

Menurut pendapat Mubyarto (1997) bahwa mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Nelson, Bryant dan White (1982) menyebutkan bahwa keterlibatan kelompok atau masyarakat sebagai suatu kesatuan, dapat disebut partisipasi kolektif, sedangkan keterlibatan individual dalam kegiatan kelompok dapat disebut partisipasi individual. Partisipasi yang dimaksud ialah partisipasi vertikal dan horisontal masyarakat. Disebut partisipasi vertikal karena bisa terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien. Disebut partisipasi horisontal, karena pada suatu saat tidak mustahil masyarakat mempunyai kemampuan untuk berprakarsa, di mana setiap anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi horisontal satu dengan yang lain, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Tentu saja partisipasi seperti itu merupakan suatu tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

2.2.3 Hubungan Perencanaan Wilayah dan Kebijakan Publik

Raksasatya mengemukakan bahwa kebijakan publik (public policy) pada dasarnya memiliki 3 (tiga) elemen, yaitu :

1) Identifikasi dan tujuan yang ingin dicapai.

2) Taktik atau strategi dan berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.


(32)

dan taktik maupun strategi tersebut di atas.

Dari tiga elemen dalam kebijakan publik tersebut terlihat dengan jelas bahwa pada dasarnya kebijakan publik adalah sebuah sikap dari Pemerintah yang beroreintasi pada tindakan. Artinya, di sini bahwa kebijakan publik merupakan sebuah kerja konkrit dan adanya sebuah organisasi Pemerintah, dan organisasi Pemerintah yang dimaksud adalah sebagai sebuah institusi yang dibentuk untuk melakukan tugas-tugas kepublikan. Tugas-tugas kepublikan menyangkut hajat hidup orang banyak dalam sebuah komunitas yang disebut negara. Tugas-tugas kepublikan tersebut lebih konkrit lagi adalah berupa serangkaian program-program tindakan yang hendak direalisasikan dalam bentuk nyata, untuk itu diperlukan serangkaian pentahapan dan manajemen tertentu agar tujuan tersebut terealisir. Rangkaian proses realisasi tujuan publik tersebutlah yang dimaksudkan dengan kebijakan publik.

Dari pemahaman tersebut, maka pada dasarnya kebijakan publik memiliki implikasi yang menurut Irfan Islamy sebagai berikut :

a. Kebijakan publik itu bentuk awalnya adalah merupakan penetapan tindakan-tindakan Pemerintah.

b. Kebijakan publik tersebut tidak cukup hanya dinyatakan dalam bentuk teks-teks formal, namun juga harus dilaksanakan atau diimplementasikan secara nyata.

c. Kebijakan publik tersebut pada hakekatnya harus memiliki tujuan-tujuan dan dampak-dampak, baik jangka panjang maupun jangka pendek yang telah dipikirkan secara matang terlebih dahulu.


(33)

pihak. Dalam penelitian ini lebih banyak menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana membuat kemajuan hubungan antara Pemerintah, swasta dan warga negara dalam upaya pelaksanaan pelayanan publik. Penelitian ini ternyata menghasilkan kajian bahwa dengan adanya kerja kolaborasi antara Pemerintah, swasta dan warga negara dapat memberikan keuntungan yang lebih pada negara meskipun tidak sepenuhnya ditangani. Hal ini dapat dicoba sebagai salah satu cara untuk memajukan negara baik secara teori maupun praktik dalam kolaborasi pelayanan publik modern.

Hubungan perencanaan wilayah dan kebijakan publik dapat dilihat : a) Pembentukan hukum dan Formulasi Kebijakan Publik.

b) Implementasi. c) Evaluasi.

Proses pembuatan kebijakan publik berangkat dari realitas yang ada di dalam masyarakat. Realitas tersebut bisa berupa aspirasi yang berkembang, masalah yang ada maupun tuntutan atas kepentingan perubahan-perubahan. Dari realitas tersebut maka proses berikutnya adalah mencoba untuk mencari sebuah jalan keluar yang terbaik yang akan dapat mengatasi persoalan yang muncul atau memperbaiki keadaan yang ada sekarang. Hasil pilihan solusi tersebutlah yang dinamakan hasil kebijakan publik.

Perencanaan wilayah merupakan bentuk kecil dari suatu perencanaan nasional. Perencanaan wilayah harus didukung oleh kebijakan publik yang tepat, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan publik mendukung pelaksanaan perencanaan wilayah. Keunggulan sebuah wilayah ditentukan oleh kualitas kebijakan publiknya.


(34)

2.2.4 Implementasi Kebijakan

Fungsi dari suatu masyarakat hukum dapat diprediksi hanya jika fungsi tersebut ditentukan oleh tata hukum, dalam pengertian ilmu hukum normatif. Apa yang dapat diprediksi oleh ilmu hukum sosiologis pada dasarnya hanyalah keefektifan atau ketidak efektifan dari tata hukum tersebut, namun demikian efektivitas dari suatu tata hukum merupakan kondisi utama baik validitasnya, dan ketida kefektifannya merupakan kondisi utama bagi "ketidakvalidannya", menurut pengertian ilmu hukum normatif.

Van Meter dan Van Horn merumuskan "proses implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu/pejabat atau kelompok Pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan". Istilah implementasi itu sendiri berasal dari kata dalam bahasa Inggris "Implementation" yang artinya pelaksanaan. Dalam kamus Webster yang kemudian diterjemahkan oleh Solichin Abdul Wahab disebutkan bahwa "mengimplementasikan berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu serta menimbulkan dampak atau akibat tertentu".

Pengertian implementasi itu sendiri menurut Soenarko diartikan sebagai "kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijaksanaan Pemerintah tersebut. Oleh karena itu dapat pula disebut sebagai kegiatan administrasi. Sedang dalam administrasi terdapat kegiatan penting yaitu kepemimpinan. Dalam kaitan proses implementasi strategi yang merupakan salah satu proses yang dapat dikatakan menjadi penentu keberhasilan suatu kebijakan. Hal ini disebabkan karena implementasi strategi merupakan aspek yang penting dari keseluruhan tahap kebijakan, seperti yang diungkapkan oleh Udoji yang


(35)

menyatakan: "Bahwa pelaksanaan suatu kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan".

Menurut Udoji, pengukuran keberhasilan implementasi strategi ditentukan oleh variabel isi kebijakan dan konteks kebijakan. Isi kebijakan terdiri atas :

• Kepentingan yang dipengaruhi

Kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang berbeda-beda bahkan lebih sulit diimplementasikan dibanding yang menyangkut sedikit kepentingan.

• Tipe Manfaat

Kebijakan yang memberikan manfaat yang aktual dan langsung dapat dirasakan sasaran akan lebih mudah diimplementasikan.

• Derajat perubahan yang diharapkan

Kebijakan cenderung lebih mudah diimplementasikan jika dampak yang diharapkan dapat memberikan hasil yang pemanfaatannya jelas dibandingkan dengan yang bertujuan merubah sikap dan perilaku penerima kebijakan. Letak Pengambilan Keputusan Kedudukan pembuat kebijakan akan mempengaruhi implementasi kebijakannya.

• Pelaksana Program

Keputusan mengenai siapa yang ditugasi mengimplementasikan kebijakan dapat mempengaruhi pelaksanaannya dan juga hasil yang diperoleh. Dalam hal ini tingkat kemampuan, keaktifan, keahlian dan dedikasi yang tinggi akan berpengaruh pada proses pelaksanaan kebijakan.


(36)

• Sumber daya yang dilibatkan

Siapa dan berapa sumber dana yang digunakan dan dari mana asalnya akan berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijaksanaan Pemerintah melalui proses yang panjang dan meluas guna tercapainya tujuan kebijaksanaan itu, karena penerapannya (aplication) kebijaksanaan itu adalah terhadap rakyat.

2.3Fungsi dan Mamfaat Akta Kelahiran

Akta Kelahiran adalah sebuah akta yang wujudnya berupa selembar kertas yang dikeluarkan Negara berisi informasi mengenai identitas anak yang dilahirkan, yaitu nama, tanggal lahir, nama orang tua serta tanda tangan pejabat yang berwenang.

Terdapat kesalahan persepsi yang memandang pencatatan kelahiran hanya sebagai bagian dari pekerjaan teknis administratif. Padahal, seharusnya pencatatan kelahiran merupakan manifestasi dari hak asasi manusia. Para birokrat Pemerintahan memandang urusan KTP dan Akta Kelahiran hanyalah urusan teknis Administrasi Kependudukan. Cara pandang yang mensubordinasikan masalah pencatatan kelahiran menjadi sekedar urusan Administrasi Kependudukan inilah yang merupakan masalah.

Pencatatan kelahiran adalah hak anak yang paling dasar yang seharusnya diberikan negara. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk diakui sebagai manusia di mana pun di depan


(37)

hukum. Hal itu juga dipertegas dalam Kovenan Internasional mengenai Hak Sipil dan Politik. Dalam perspektif HAM, sebuah nama bersifat universal, terlepas dengan latar belakang politik, agama, dari orangtua mereka. Dalam perspektif seperti itu, pencatatan kelahiran merupakan kewajiban negara untuk mencatat kelahiran anak-anak di Indonesia. Eksistensi legal seseorang sebenarnya baru diakui setelah kelahirannya dicatatkan. Selain nama, kewarganegaraan merupakan status legal imbuhan yang menempatkan seseorang sebagai subyek hukum dari satu yurisdiksi. Tanpa kewarganegaraan, seseorang tak mempunyai

privilege-privilege tertentu dari negara, termasuk untuk mendapatkan KTP.

Konstruksi seperti di atas, Akta Kelahiran seharusnya ditempatkan sebagai sebuah dokumen yang amat penting. Akta Kelahiran merupakan dokumen autentik yang paling dasar, yang harus diberikan negara kepada anak-anak Indonesia yang baru dilahirkan. Namun dalam praktik, pencatatan kelahiran tidak dikaitkan dengan status legal seseorang. Pencatatan kelahiran juga tak dikaitkan dengan hak-hak khusus, privilege yang disediakan oleh negara.

Fungsi utama dari Akta Kelahiran :

• Menunjukkan hubungan hukum antara si anak dengan orang tuanya secara hukum, di dalam Akta Kelahiran tersebut disebutkan siapa bapak dan ibu dari si anak.

• Merupakan bukti awal kewarganegaraan dan identitas diri pertama yang dimiliki sang anak. Akta Kelahiran membuktikan bahwa si anak lahir di Indonesia dan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).

Kegunaan Akta Kelahiran :


(38)

• Membuat identitas lain, seperti Kartu Kelurga atau Kartu Tanda Penduduk.

• Mencari pekerjaan. • Menikah, dll.

2.4Peran dan Fungsi Tenaga Kesahatan Dalam Kepemilikan Akta Kelahiran

Dalam rangka upaya peningkatan pencatatan kelahiran dan kepemilikan Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan, Bupati Kabupaten Tapanuli Selatan telah memerintahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan untuk memberdayakan petugas kesehatan terutama para Bidan di desa desa untuk berperan aktif dalam rangka peningkatan kepemilikan Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Gambar 2.1 Tugas Bidan

TUGAS BIDAN

Sebagai Ujung Tombak Dalam Pencatatan Kelahiran

- Mengisi Buku KIA

- Membuat Surat Kelahiran.

- Membantu mengisi Formulir Pelaporan Kelahiran.

BIDAN

- Mengisi Buku Induk Kelahiran di Kantor Bidan (Register Bidan).

- Mempersiapkan Laporan Kelahiran Bulanan ke :Desa.

Puskesmas.

- Mengidentifikasi masalah yg timbul dlm proses pencatatan kelahiran :

Teknis administratif.

Prosedur, tata cara dan persyaratan.

- Advokasi kpd Masy untuk :

Pencatatan kelahiran tepat waktu.

Penyiapan nama Bayi.

Penyiapan berkas persyaratan


(39)

Gambar 2.2 Hak Bidan

HAK BIDAN

Sebagai Ujung Tombak Pencatatan Kelahiran

Kepastian landasan bekerja krn terlibat dlm SPK (Perda). Penetapan Peraturan Bupati sbg

pembantu Dinas.

Mendapatkan pembelaan hkm bila

terjadi kasus. BIDAN

Honorarium Bulanan.

Tersedia alat transportasi atau biaya transportasi utk koordinasi.

Tersedia Buku/Register dlm format resmi.

Tersedia Formulir kelahiran yg diperbaharui.

PENINGKATAN KAPASITAS :

Mendapatkan diklat ttg sistem dan operasionalisasi

pencatatan kelahiran

HUKUM :

INSENTIF : ADMINISTRATIF :

Menjadi instruktur utk Pilot Proyek di Kab. lain.

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan SipilKab. Tapanuli Selatan

2.5 Fenomena Sebelum Diimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dan Sesudah Diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan

2.5.1 Fenomena Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Sebelum Diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Sebelum Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terutama pasal 32 ayat (2) diimplementasikan dalam hal tingkat partisipasi masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran lumayan bagus, permasalahan pada tingkat desa juga tidak terlalu ada karena masayarakat tidak ada peraturan yang mengikat harus melalui Pengadilan Negeri karena dalam pengurusan Akta Kelahiran dari tahun 2006 sejak Undang-Undang ini dikeluarkan sampai dengan Desember 2011 Pemerintah memberikan dispensasi pelayanan pencatatan kelahiran sesuai dengan surat Menteri Dalam Negeri Nomor474.1/51274/SJ tanggal 11Juni 2007 perihal Dispensasi Pelayanan Pencatatan Kelahiran Dalam Masa Transisional berlakunya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi


(40)

Kependudukan, surat edaran Menteri Dalam Negeri ini terus diperpanjang hingga terakhir dikeluarkan pada tahun 2011 dengan surat Menteri Dalam Negeri Nomor 472.11/5111/SJ tanggal 28 Desember 2010 perihal Perpanjangan Masa Berlaku Dispensasi Pelayanan Pencatatan Kelahiran.

Sehubungan dengan dikeluarkannya surat edaran tersebut tingkat kepemilikan Akta Kelahiran masyarakat di Kabupaten Tapanuli Selatan cukup tinggi dari data yang ada pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan dispensasi pelayanan pencatatan kelahiran tersebut tercatat dalam register Pencatatan Sipil di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebanyak 12.942 (dua belas ribu sembilan ratus empat puluh dua) anak/eksempelar Akta Kelahiran yang dikeluarkan dari target yang akan diselesaikan sebanyak 52.302 anak, atau masih ada 39.360 anak yang belum terlayani.

2.5.2 Fenomena Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan Setelah Diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Setelah Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terutama pasal 32 ayat (2) diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan masyarakat banyak yang mengeluh tidak setuju Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan ini diimplementasikan, masyarakat merasa dipersulit oleh Pemerintah. Dari data yang ada pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli selatan masih ada sekitar 52.302 anak yang belum memiliki Akta Kelahiran. Data yang ada pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan masyarakat yang terlayani selama tahun 2012 hanya sebanyak 13.220 anak yang terlayani untuk memiliki Akta Kelahiran.


(41)

2.6Tinjauan Pemerintah Daerah Kaitannya Dengan Perencanaan Wilayah Pedesaan

Penduduk atau masyarakat merupakan bagian penting atau titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan, karena peran penduduk sejatinya adalah sebagai subjek dan objek dari pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cepat, namun memiliki kualitas yang rendah, akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan yang semakin terbatas. Penduduk berkualitas merupakan modal dasar pembangunan berkelanjutan.

Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di suatu negara, diperlukan komponen penduduk yang berkualitas. Karena dari penduduk berkualitas itulah memungkinkan untuk bisa mengolah dan mengelola potensi sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien dan maksimal, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga harapannya terjadi keseimbangan dan keserasian antara jumlah penduduk dengan kapasitas dari daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.

Untuk mewujudkan suatu perencanaan pembagunan yang baik setidaknya ada empat hal yang harus disiapkan oleh Pemerintah Daerah agar visi membangun dan mensejahterakan rakyatnya menjadi kenyataan. Empat hal itulah yang disebut dengan 4 Pilar Pembangunan. Disebut empat pilar pembangunan karena dengan 4 pilar ini diharapkan Pemerintah Daerah dapat menjalankan perannya dalam membangun daerahnya bisa optimal.


(42)

Pada dasarnya manusialah yang menjadi pelaku dan penentu, Sumber Daya Manusia yang diperlukan adalah yaitu Sumber Daya Manusia yang memiliki moral yang baik (good morality), kemampuan kepemimpinan (leadership), kemampuan manajerial (managerial skill) dan kemampuan teknis (technical skill). Seorang Kepala Daerah perlu didukung oleh aparat yang mempunyai empat kualifikasi tersebut, diberbagai level jabatan & fungsinya.

Sehubungan dengan hal tersebut untuk membentuk sumber daya manusia yang baik tentulah dimulai sejak anak tersebut lahir untuk sangat dibutuhkan untuk menentukan dan menetapkan status keperdataan (sipil) seseorang dalam wilayah hukum suatu negara. Pencatatan ini merupakan bagian dari hak sipil yang melekat begitu seseorang lahir. Karenanya negara berkewajiban menghormati, memenuhi dan melindungi hak ini. Ini berarti dengan mencatatkan seorang anak, negara telah resmi mengakuinya sebagai subyek hukum dan berkewajiban melindungi hak-hak sipilnya. Apabila status anak tersebut sudah tercatat dan diakui oleh negara maka si anak dapat dapat hidup dengan baik sehingga akan terciptalah generasi-generasi penurus bangsa yang handal dengan sumber daya manusia yang unggul. 2. Kebijakan

Maksudnya adalah berbagai konsep kebijakan yang berpihak kepada berbagai stake holder, terutama kepentingan masyarakat luas. Secara formal, kebijakan tersebut akan dituangkan dalam Peraturan Daerah (perda) maupun Peraturan Kepala Daerah. Kepala Daerah antara lain harus memiliki konsep pembangunan berkelanjutan & berkeadilan, konsep manajemen


(43)

Pemerintahan yang efektif & efisien, konsep investasi yang mengakomodir kepentingan pihak terkait, serta berbagai konsep kebijakan lainnya.

3. Sistem

Artinya Pemerintahan harus berjalan berdasarkan sistem, sangat penting bagi daerah untuk membangun sistem Pemerintahan yang kuat. Beberapa sistem yang harus dibangun agar Pemerintahan dapat berjalan secara baik antara lain: sistem perencanaan pembangunan, sistem pengelolaan keuangan daerah, sistem kepegawaian, sistem pengelolaan aset daerah, sistem pengambilan keputusan, sistem penyeleksian dan pemilihan rekanan, sistem dan standar pelayanan, sistem pengawasan. Sistem yang dimaksud di sini dapat bersifat manual maupun yang berbasis teknologi informasi. Dukungan teknologi informasi menjadi sesuatu yang tidak dapat dielakkan jika Pemerintahan ingin berjalan lebih efisien dan efektif. Penerapan sistem-sistem tersebut akan mendorong terjadinya 3G (Good,

Government, Governance), yang pada akhirnya akan menghasilkan

Pemerintahan yang transparan. 4. Investasi

Tidaklah mungkin suatu Pemerintah Daerah hanya mengandalkan dana dari APBD untuk membangun daerahnya. Karena bisa dikatakan, sebagian besar daerah menggunakan rata-rata 2/3 dana APBD tersebut untuk membiayai penyelenggaraan aparaturnya. Hanya sekitar 1/3 yang dapat dialokasikan untuk pembangunan. Dibutuhkan dana ratusan milyar bahkan triliunan rupiah untuk membangun infrastruktur, seperti pembangkit listrik, jalan tol, pelabuhan laut, bandar udara, telekomunikasi, rumah sakit, hotel.


(44)

Sedangkan infrastruktur merupakan syarat agar sebuah daerah dapat berkembang. Contoh lain adalah dalam rangka mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki, juga memerlukan dana yang tidak sedikit, yang tentunya tidak mungkin jika hanya mengandalkan dana APBD saja.

Dengan keterbatasan dana yang dimiliki tersebut, mau tidak mau Pemerintah Daerah harus melibatkan pihak investor (dalam maupun luar negeri) dalam membangun daerahnya. Kepala Daerah harus dapat menciptakan iklim yang kondusif agar para investor tertarik untuk menanamkan investasi di daerahnya.

Setidaknya ada empat stakeholder yang harus diperhatikan kepentingannya saat kita bicara tentang investasi, yaitu pihak investor, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan lingkungan. Investor tentunya berkepentingan agar dana yang dinvestasikannya menghasilkan profit yang memadai, ingin mendapatkan berbagai kemudahan dan adanya jaminan keamanan dalam berinvestasi. Pihak Pemerintah Daerah ingin agar pendapatan asli daerahnya (PAD) meningkat.

Masyarakat berharap kesejahteraannya makin meningkat dan lapangan kerja makin terbuka. Lingkungan perlu diperhatikan agar tetap terjaga kelestariannya. Jangan sampai karena terlalu bersemangat, akhirnya secara jangka panjang terjadi pengrusakan lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan dan model investasi yang dapat menyeimbangkan berbagai kepentingan tersebut.


(45)

2.7Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya Sistem Administrasi Kependudukan merupakan sub sistem dari sistem Administrasi Negara, yang mempunyai peranan penting dalam Pemerintahan dan pembangunan penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Upaya mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan sebagaimana tertuang dalam visi Ditjen Administrasi Kependudukan, perlu disikapi secara serius khususnya oleh pihak-pihak yang terkait dengan bidang kependudukan. Tertib dibidang Administrasi Kependudukan dengan proses pelayanan mengikuti kaidah-kaidah registrasi diharapkan akan menghasilkan dokumen yang memiliki nilai hukum tinggi dan data yang berkualitas. Mengingat pentingnya Administrasi Kependudukan di Indonesia, maka Pemerintah tidak tinggal diam untuk segera membuat peraturan yang berupa Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan sebagai landasan hukum positif terhadap penyelenggaraan pendaftaran penduduk, Pencatatan Sipil dan pengelolaan informasi kependudukan.

Undang-Undang ini mencabut produk hukum Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, berupa staadblad yang dicermati deskriminatif karena membeda-bedakan penduduk dari aspek suku, agama dan golongan. Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan ini memuat tentang pengaturan dan pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di bidang Administrasi Kependudukan. Tujuan diterbitkannya Undang-Undang Administrasi Kependudukan adalah memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen Penduduk untuk setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk, memberikan perlindungan status hak sipil Penduduk, menyediakan data


(46)

dan informasi kependudukan secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya, mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan secara nasional dan terpadu dan menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan Pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan hal tersebut dengan diterapkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, maka penelitian ini hendak melihat efektifitas implementasi Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 khususnya pencatatan kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan.


(47)

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian

HAK WARGA NEGARA UNTUK MENDAPAT PERLINDUNGAN DAN PENGAKUAN STATUS PRIBADI DAN

STATUS HUKUM

KEBIJAKAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PENCATATAN KELAHIRAN

IMPLEMENTASI

EFEKTIF TIDAK EFEKTIF

PARTISIPASI MASYARAKAT

RENDAH PARTISIPASI

MASYARAKAT TINGGI


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Tapanuli Selatan, adapun alasan dipilihnya Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai lokasi penelitian ini, karena masih banyaknya masyarakat di Kabupaten Tapanuli Selatan yang belum memiliki Akta Kelahiran dari data yang peneliti peroleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.2Jenis dan Sumber Data

Menurut jenisnya data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

Dalam hal ini jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu orang yang dijadikan key informant. Adapun sumber data primer ini adalah pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan, Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Aek Bilah serta Masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, misalnya dokumen, laporan-laporan atau catatan-catatan lain yang digunakan untuk penunjang dan pelengkap data primer guna mempertajam pemaparan mengenai


(49)

Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan.

3. Sumber Data

Adapun sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Sumber data primer

Sumber data primer merupakan keterangan yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu pihak-pihak yang dipandang mengetahui obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, sumber data primer berupa hasil wawancara langsung di lokasi penelitian atau dengan kata lain sumber data primer merupakan data yang berupa keterangan-keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui wawancara dalam hal ini dilakukan wawancara dengan nara sumber, yaitu:

a) Pegawai Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan.

b) Pegawai Kecamatan Batang Angkola. c) Pegawai Kecamatan Aek Bilah, dan d) Masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan. 2) Sumber data sekunder

a. Bahan hukum primer ialah bahan hukum yang dijadikan acuan dalam penelitian terhadap Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Tentang Pencatatan Kelahiran).

b. Bahan hukum sekunder ialah bahan hukum yang ada hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer dalam hal ini meliputi buku-buku


(50)

tentang kependudukan, teori hukum dan literatur lain yang relevan dengan penelitian ini.

c. Bahan hukum tertier ialah bahan hukum yang dapat menunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, dalam hal ini meliputi kamus bahasa Inggris dan kamus hukum.

3.3Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam atau in depth interviewing . Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, serta tidak terstruktur ketat dalam suasana formal dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama.

Peneliti mencari data mulai dari informan yang ditentukan untuk diwawancarai yang darinya akan bergulir menggelinding seperti bola salju

(snowball sampling). Snowball sampling merupakan penggunaan sampling tanpa

persiapan tetapi mengambil orang pertama yang dijumpai selanjutnya dengan mengikuti petunjuknya untuk mendapatkan sampling berikutnya sehingga mendapatkan data lengkap dan mendalam, ibaratnya seperti bola salju yang menggelinding, semakin jauh semakin besar (berjumlah 7 orang).

Wawancara ini dilakukan dengan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan dan staf bidang Pencatatan Sipil, Camat Batang Angkola , Camat Aek Bilah serta masyarakat Kabupaten Tapanuli


(51)

Selatan.

2. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Penelitian ini menggunakan observasi berperan aktif. Observasi dilakukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan, Kantor Kecamatan Batang Angkola, Kantor Kecamatan Aek Bilah.

3. Dokumen

Dokumen merupakan bahan catatan rekaman yang bersifat formal dan terencana dalam organisasi, yang berkaitan dengan suatu peristiwa tertentu dan dapat secara baik di manfaatkan sebagai sumber data dalam penelitian.

3.4Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola dan suatu uraian dasar. Proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dalam penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Penelitian ini memperoleh data berwujud kata-kata bukan rangkaian angka. Analisis kualitatif menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas. Dengan model analisis ini, analisis telah dilakukan sejak pengumpulan data. Dalam hal ini terdapat tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.


(52)

Sedangkan aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Dalam model ini peneliti tetap bergerak dalam komponen analisis seperti tersebut di atas. Di tengah-tengah waktu pengumpulan data dan analisis data juga akan dilakukan audit data demi validitas data. Sedangkan sesudah pengumpulan data selesai, bila masih terdapat kekurangan data, dengan menggunakan waktu yang tersedia, maka peneliti dapat kembali ke lokasi penelitian untuk pengumpulan data demi kemantapan kesimpulan.

3.5Bentuk Penelitian

Penelitian yang berjudul implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi tentang partisipasi masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan), bentuk penelitiannya adalah penelitian evaluatif dan diagnostik. Penelitian diagnostik merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan mengenai sebab-sebab terjadinya suatu atau beberapa gejala. Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan keterangan mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.6Teknik Cuplikan

Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik Cuplikan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik Purposive sampling pengambilan cuplikan


(53)

berdasarkan atas pertimbangan tertentu. Cuplikan tidak digunakan dalam usaha untuk melakukan generalisasi statistic atau sekedar mewakili populasinya, tetapi lebih mengarah pada generalisasi teoritis. Sumber data yang digunakan disini tidak sebagai yang mewakili populasinya tetapi lebih cenderung mewakili informasinya. Karena pengambilan cuplikan ini di dasarkan atas pertimbangan tertentu. Dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informasi yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua Kecamatan sebagai cuplikan yaitu Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Aek Bilah. Adapun alasan di gunakannya Kecamatan Batang Angkola karena wilayahnya yang luas, jumlah penduduk yang padat, banyaknya masyarakat yang belum memilik Akta Kelahiran dan digunakannya Kecamatan Aek Bilah karena wilayahnya yang jauh dari pusat Ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan dan banyaknya masyarakat yang belum memiliki Akta Kelahiran.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian 4.1.1 Profil Kabupaten Tapanuli Selatan

Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebuah Kabupaten di Sumatera Utara Ibu kotanya ialah Sipirok, Kabupaten ini awalnya merupakan Kabupaten yang amat besar dan beribukota di Padangsidimpuan. Daerah-daerah yang telah berpisah dari Kabupaten Tapanuli Selatan adalah Mandailing Natal, Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Padang Lawas. Setelah pemekaran, ibukota Kabupaten ini pindah ke Sipirok. Di kabupaten ini terdapat objek wisata Danau Marsabut dan Danau Siais. Bahasa yang digunakan masyarakatnya adalah bahasa Batak Angkola. Agama mayoritas penduduknya adalah Islam. Sebuah lapangan terbang terdapat di Aek Godang. Slogan Kabupaten Tapanuli Selatan adalah Sahata Saoloan (Bahasa Batak) yang artinya Seia Sekata. Di sebelah utara, Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara. Di bagian timur, berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Labuhan Batu Utara, sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan Samudera Indonesia, tepat di tengah wilayahnya, terdapat Kota Padangsidimpuan yang seluruhnya dikelilingi oleh Kabupaten ini. Kabupaten Tapanuli Selatan banyak memiliki objek wisata yang menarik, antara lain Danau Buatan Cekdam (di daerah Pargarutan), Danau Siasis, Danau Marsabut, Pemandian Aek Parsariran (di daerah Batang Toru), Pemandian


(55)

kerajinan tenun kain ulos tradisional dan panorama alam yang sejuk di daerah Sipirok.

Secara umum, mata pencaharian masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan adalah petani dan berkebun. Hasil pertanian yang terkenal adalah kopi, padi, salak, karet, kakao, kelapa, kayu manis, kemiri, cabe, bawang merah, bawang daun dan sayur-sayuran.

4.1.2 Visi Misi Kabupaten Tapanuli Selatan

Visi : Tapanuli Selatan yang maju, sejahtera, sehat, cerdas, beriman dan mandiri berbasis sumber daya manusia pembangunan serta sumber daya alam yang produktrif dan lestari.

Misi : Meningkatkan kualitas Sumber daya manusia yang sehat, cerdas, kreatif, beriman dan profesional dengan semangat harmoni keberagaman.

1. Mengoptimalkan pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian sesuai potensi daerah serta penguatan kelembagaan dengan semangat kerakyatan.

2. Meningkatkan efesiensi dan efektifitas tata kelola Pemerintahan dengan prinsip good governance.

3. Memantapkan prasarana dan sarana daerah dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan prinsip berkelanjutan.

4.1.3 Wilayah Administrasi

Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebuah Kabupaten di Sumatera Utara, Ibu kotanya ialah Sipirok. Secara geografis Kabupaten Tapanuli Selatan terletak


(56)

pada 0o58’35”-2o07’33” Lintang Utara dan 98o42’50”-99o

Secara administratif Kabupaten Tapanuli Selatan berbatasan dengan : 34’16” Bujur Timur.

a. Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Mandailing Natal

c. Sebelah Timur : Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Labuhan batu Utara

d. Sebelah Barat : Kabupaten Mandailing Natal dan Samudera Indonesia Luas Wilayah : 444.482,30 Ha

Ketinggian : 0-1.985 m diatas permukaan laut


(57)

4.1.4 Kondisi Kependudukan

Keberadaan penduduk suatu wilayah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan suatu wilayah. Jumlah penduduk tersebut juga berpengaruh terhadap fasilitas pelayanan publik yang diberikan oleh Pemerintah terutama mengenai pelyanan publik Pencatatan Sipil khusunya Akta Kelahiran. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan

No Kecamatan

Luas

(km2

Penduduk (jiwa)

) Kepadatan

(Jiwa/km2)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Angkola Barat 74.10 11.862 12.348 24.210 327

2. Batang Toru 351.49 14.421 14.562 28.983 82

3. Angkola Timur 286.40 9.349 9.347 18.696 65

4. SD Hole 474.13 6.386 6.368 12.754 27

5. Angkola Sangkunur 295.00 9.242 9.003 18.245 62

6. Aek Bilah 327.17 3.328 3.095 6.423 20

7. Sipirok 461.75 15.173 15.549 30.722 67

8. Angkola Selatan 301.31 13.955 13.146 27.101 90

9. Arse 248.75 3.902 4.017 7.919 32

10. Muara Batang Toru 273.13 5.939 5.553 11.492 42

11. Batang Angkola 474.70 15.779 16.616 32.395 68

12. Marancar 86.88 4.704 4.699 9.403 108

13. Sayur Matinggi 519.60 11.408 12.051 23.459 45

14. Tano Tombangan

Angkola 270.41 6.951 7.529 14.480 54

Jumlah 4.444.82 132.399 133.883 266.282 60

Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Selatan 2012

Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling banyak terdapat di Kecamatan Batang Angkola. yaitu sebanyak 32.395 jiwa. kemudian di Kecamatan Sipirok yaitu sebanyak 1.314 jiwa. Sedangkan wilayah yang paling sedikit


(58)

penduduknya adalah Kecamatan Aek Bilah yaitu sebanyak 6.423 jiwa dan Kecamatan Arse yaitu sebanyak 7.919jiwa. Sedangkan berdasarkan kepadatan penduduk. wilayah yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Angkola Barat dengan kepadatan 327 jiwa/km2 dan Kecamatan Marancar. dengan kepadatan 108 jiwa/km2. Wilayah yang paling longgar adalah Kecamatan Aek Bilah. yaitu 20 jiwa/km2 dan Kecamatan SD Hole yaitu 27 jiwa/km2. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran penduduk tidak merata pada setiap wilayah kecamatan.

4.1.5 Mata Pencaharian

Pola kehidupan masyarakat yang dominan adalah Sebagian besar penduduk di Kabupaten Tapanuli Selatan bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan. baik sebagai buruh maupun sebagai pemilik lahan sendiri. selain pada sektor pertanian dan perkebunan penduduk di Kabupaten Tapanuli Selatan juga mengandalkan sektor industri. perdagangan. jasa dan lainnya. Penduduk di Kabupaten Tapanuli Selatan pada umumnya memiliki lahan pertanian sendiri dan ditambah oleh penghasilan lainnya.

4.1.6 Tingkat Kelahiran Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012

Indonesia termasuk salah satu dari 20 negara yang cakupan pencatatan kelahirannya paling rendah. dan keadaan di daerah pedesaan lebih buruk dari pada di perkotaan kesenjangan ini termasuk yang tertinggi di dunia. Banyak faktor yang memengaruhi rendahnya cakupan pencatatan kelahiran mulai dari kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pencatatan kelahiran. kurangnya akses terhadap pelayanan pencatatan yang biasanya berada di tingkat Kabupaten/Kota.


(59)

Tingkat kelahiran bayi di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2012 terbesar di Kecamatan Batang Angkola yaitu 2012 anak sedangkan kelahiran bayi terendah di Kecamatan Arse sebesar 152 anak. Memang tidak ada kecenderungan hubungan antara wilayah kecamatan namun kelahiran bayi lebih di sebabkan karena banyaknya jumlah penduduk di setiap wilayah Kecamatan.

Tabel 4.2 Jumlah Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012

No Kecamatan Jumlah % terhadap

Jumlah Penduduk

1. Angkola Timur 1.185 4.89

2. Angkola Barat 1.728 5.96

3. Arse 152 0.81

4. Sipirok 1.245 9.76

5. Saipar Dolok Hole 294 1.61

6. Aek Bilah 161 2.51

7. Marancar 316 1.03

8. Sayur Matinggi 1.446 5.34

9. Batang Angkola 2.012 25.41

10. Angkola Selatan 936 8.14

11. Batang Toru 1.366 4.22

12. Muara Batang Toru 865 9.20

13. Angkola Sangkunur 1.220 5.20

14. Tano Tombangan Angkola 294 2.03

Jumlah 13.220 4.96

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab.Tapsel

Pada tahun 2012 (Januari-Desember) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. mencatat peristiwa vital di Kabupaten Tapanuli Selatan yang meliputi 13.220 kelahiran. 8.650 kematian. 1.270 perkawinan. Ketiga peristiwa vital itu baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk


(60)

Berdasarkan data kelahiran tersebut. diketahui persentase kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2012 adalah sebesar 4.96%. Persentase kelahiran yang paling tinggi adalah sebesar 25.41% di Kecamatan Batang Angkola. sedangkan yang paling rendah adalah di Kecamatan Arse (0.81%) dan Kecamatan Marancar (1.03%).

4.1.7 Tinjauan Umum Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan

Dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. dibentuklah dinas-dinas yang diberikan kewenangan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan dalam hal penyelenggaraan urusan Pemerintahan di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil berdasarkan Peraturan Bupati Tapanuli Selatan Nomor 14/PR/2011tentang Uraian Tugas. Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan.

Visi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan adalah : "Tertib Administrasi Kependudukan dengan tersedianya data base kependudukan menuju pelayanan prima ".

Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil: “Mengembangkan kebijakan dan sistem untuk mewujudkan tertib administrasi yang profesional”.

Makna misi tersebut :

1. Membangun sistem pendaftaran penduduk dan Pencatatan Sipil melalui pengembangan program Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) secara nasional.


(61)

untuk menciptakan kepercayaan masyarakat kepada institusi Pemerintah dibidang kependudukan.

3. Membangun dan menciptakan database kependudukan sebagai sumber data kependudukan yang menjadi kerangka dasar perencanaan pembangunan.

4. Melaksanakan peraturan perundang-undangan tentang kependudukan. Untuk mendukung hal tersebut diatas dibutuhkan tenaga-tenaga profesional yang berwawasan luas di bidang kependudukan. komunikasi. informasi dan edukasi serta pelayanan kepada masyarakat dalam jumlah yang cukup dan dituntut adanya tanggung jawab. loyalitas dan dedikasi yang tinggi sesuai dengan sifat pekerjaan yang diembannya.

4.2Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan

Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dapat dilihat dari target pencapaian pelayanan Akta Kelahiran oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan. Target dan pencapaian pelayanan Akta Kelahiran selama periode 2008 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.3. Target dan pencapaian pelayanan Akta Kelahiran selama periode 2008 – 2012 adalah sebanyak 56.450 orang. tetapi realisasinya hanya sebanyak 20.657 orang (36.59 %). Hal ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 di Kabupaten Tapanuli Selatan tidak efektif.


(62)

Tabel 4.3. Realisasi dan Target Pelayanan Akta Kelahiran oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan

Tahun Target (orang) Realisasi (orang) %

2008 10.340 3.087 29.85

2009 10.850 3.847 35.46

2010 11.120 4.258 38.29

2011 11.920 4.513 37.86

2012 12.220 4.952 40.52

Jumlah 56.450 20.657 36.59

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan. 2012.

Dibandingkan dengan tahun 2008. pencapaian pelayanan Akta Kelahiran pada tahun 2012 sebanyak 40.52% hanya meningkat sebesar 10.67%. Hal ini menunjukkan rendahnya efektifitas implementasi undang-undang tersebut. Secara khusus di dua Kecamatan yang menjadi lokasi penelitian dapat dilihat perkembangan pencapaian pelayanan Akta Kelahiran pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Realisasi dan Target Pelayanan Akta Kelahiran di Kecamatan Batang Angkola dan Aek Bilah

Tahun

Kecamatan Batang Angkola Kecamatan Aek Bilah Target

(orang)

Realisasi

(orang) %

Target (orang)

Realisasi

(orang) %

2008 1.020 118 11.57 150 13 8.67

2009 1.235 125 10.12 165 24 14.55

2010 1.420 131 9.23 190 25 13.16

2011 1.950 252 12.92 235 32 13.62

2012 2.200 371 16.86 275 34 12.36

Jumlah 7.825 997 12.74 1.015 128 12.61


(63)

Pada dua Kecamatan yang menjadi lokasi sampling. kondisinya lebih rendah dari Kabupaten Tapanuli Selatan. yaitu di Kecamatan Batang Angkola dengan target selama periode 2008 – 2012 sebanyak 7.852. tercapai hanya sebanyak 997 (12.74%). Sedangkan di Kecamatan Aek Bilah dengan target 1.015 orang hanya tercapai sebanyak 128 orang (12.61%). Rendahnya pencapaian target ini. karena tidak efektifnya implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan. Secara umum. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan tidak melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan pada umumnya hanya menunggu masyarakat untuk datang mengurus Akta Kelahiran anaknya. Padahal. masyarakat mengurus Akta Kelahiran hampir secara keseluruhan bukan karena kesadaran sendiri. tetapi karena terpaksa harus mengurus untuk dapat mengurus keperluan lainnya. seperti misalnya syarat mendaftar anak untuk masuk Sekolah Dasar.

Untuk meningkatkan pencapaian target pelayanan Akta Kelahiran. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan telah mengambil suatu kebijakan publik dengan melakukan kesepakatan bersama dengan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan untuk melaksanakan sidang keliling di Kecamatan se Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 477/5884/2012 dan Nomor W2.U5/1812/HT.04.10/X/2012 tentang Kerjasama Penetapan Pengadilan Negeri untuk pencatatan kelahiran melampaui batas waktu 1 (satu) tahun. Namun dalam kenyataannya sidang ini hanya dilakukan kurang dari 2 (dua) bulan. yaitu mulai pada tanggal 19 November s/d 27 Desember 2012.


(64)

Dari 14 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan. hanya 4 (empat) kecamatan yang berkenan mengikuti sidang. dengan partisipasi masyarakat yang sangat rendah. sebagaimana disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Jumlah Kepala Keluarga yang Mengikuti Sidang Keliling di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012

No Kecamatan Jumlah KK Jumlah Anak

1. Angkola Barat 56 121

2. Batang Angkola 56 124

3. Saipar Dolok Hole 70 150

4. Arse 66 121

Jumlah 248 516

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan. 2012.

Data tersebut menunjukkan partisipasi masyarakat yang sangat rendah dalam pelaksanaan sidang lapangan tersebut. yang selanjutnya berpengaruh terhadap rendahnya efektivitas implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan.

4.3Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan masih tidak efektif karena hanya mencapai 36.59% dari target yang direncanakan. Demikian juga dalam pelaksanaan sidang lapangan. partisipasi masyarakat sangat rendah. sehingga juga akan mempengaruhi tidak efektifnya implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan.


(65)

Hal ini sebenarnya berhubungan dengan implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan sangat pasif. dimana Dinas ini hanya menunggu masyarakat yang datang untuk melakukan pengurusan Akta Kelahiran anaknya. Upaya aktif yang dilakukan hampir tidak ada. baik berupa sosialisasi. atau pemberian informasi kepada masyarakat. biasanya hanya dilakukan pemberitahuan pada saat masyarakat mengurus administrasi kependudukan ke Kantor Camat. Sehingga masyarakat sangat minim informasi tentang administrasi kependudukan tersebut.

Dalam implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan melakukan kerjasama dengan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan untuk melakukan sidang lapangan dengan waktu tidak sampai 2 (bulan). Hal ini juga menunjukkan bahwa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan terkesan kurang serius dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran. karena bagaimana mungkin dalam waktu yang tidak sampai dua bulan dapat menjangkau 14 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan. dengan jarak dan topografi yang sangat beragam. Belum lagi pertimbangan waktu kerja atau waktu pelaksanaan sidang setiap harinya yang terbatas. Padahal sangat banyak kendala yang dihadapi di lapangan. terutama dari aspek kesiapan petugas dan penerimaan masyarakat terhadap pelaksanaan sidang lapangan ini.

Kendala atau permasalahan-permasalahan tersebut sebenarnya sudah dinyatakan oleh Lembaga Adiminitrasi Negara (2007). yang menyatakan beberapa permasalahan yang timbul dalam praktek di lapangan. yaitu: Pertama. belum menyeluruhnya sosialisasi yang dilaksanakan oleh instansi terkait mengenai


(1)

Lampiran 2. Foto Wawancara

Wawancara Dengan Bapak Drs. Parulian Nasution. MM Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tapanuli Selatan

Wawancara Dengan Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan


(2)

Wawancara Dengan Ibu Hotmawati Kasi Pelayanan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan

Wawancara Dengan Bapak Drs.Ali Akbar Hutasuhut Selaku Camat Batang Angkola


(3)

Wawancara Dengan Bapak Haris Ritonga.SH Selaku Camat Aek Bilah


(4)

(5)

Lampiran 3. Foto Sidang Keliling

Foto 1 Sidang Keliling Di Kecamatan Angkola Barat

Foto 2 Sidang Keliling Di Kecamatan Angkola Barat


(6)

Foto 4 Sidang Keliling Di Kecamatan Arse


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI UNDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KOTA SURAKARTA

1 9 140

UNDANG UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

0 0 43

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

0 0 44

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 2 7

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 21

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 2

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 11

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 17

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 2

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

0 0 44