Investasi Perusahaan Minyak China di Ind

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
China merupakan suatu negara besar di Asia yang pertumbuhan ekonominya terus
meningkat hingga sekarang bisa dikatakan menguasai pasar dunia. China membuktikan bahwa
reformasi ekonomi 1978 yang dilakukan oleh Den Xiauping dapat membawa China menjadi
lebih maju. China mulai membuka diri dan menerapkan sistem ekonomi liberal sehingga banyak
melakukan perdagangan bebas dengan adanya investasi-investasi asing.
Walaupun China merupakan negara besar yang maju, memiliki ekonomi kuat, dengan
menjadi manufaktur perusahaan-perusahaan besar didunia. China dikenal dengan negara yang
sumber daya minyaknya yang masuk dalam kategori kurang. Oleh karena itu untuk memenuhi
kebutuhan minyak dalam negaranya China mulai melakukan hubungan kerjasama dengan
negara-neegara lain untuk dapat mencukupi kebutuhan minyak dalam negaranya.
Dalam hal ini, China membentuk institusi yang berwenang dalam kebijakan energi yaitu
Kementrian Industri Minyak serta Kementrian Geologi dan Sumber Daya Mineral. Kedua
kementrian ini didukung oleh

tiga perusahaan yang merupakan milik negara yaitu CNPC

(PetroChina), CNOOC (China National Offshore Oil Corporation) dan Sinopec (China
Petroleum and Chemical Company) yang terbentuk pada 1982 dan 1983[ CITATION Tir101 \p

44 \t \l 1057 ]. China melakukan hubungan kerjasama dibidang sumber daya energi terutama
minyak, khususnya salah satu hubungan kerja China yaitu dengan Indonesia. China memiliki
kepentingan yang sangat besar terhadap Indonesia apalagi Indonesia merupakan negara yang
terkenal dengan negara yang memiliki sumber daya alam yang luar biasa khususnya sumber
daya energi. Sehingga bagi China, dengan melakukan investasi di Indonesia tentu saja akan
menguntungkan dan dapat memenuhi kebutuhan minyak China.
Melalui Perusahaan (CNPC) PetroChina Company, China menjalankan kerjasama
dengan Indonesia. Hingga PetroChina memiliki beberapa Blok Migas di beberapa wilayah di
Indonesia. Selain itu NOC(National Oil Company) China lainnya yaitu Sinopec dan CNOCC
juga masuk ke Indonesia, hal ini tentu saja dapat dilihat secara jelas kepentingan ekonomi dan
strategi politik yang di jalankan China terhadap Indonesia dapat berjalan dengan lancar. Namun
hal ini juga bukan berarti Indonesia juga tidak mendapatkan keuntungan dan kepentingan
nasional.

1

1.2 PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana strategi industri minyak Cina di Indonesia?
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Definisi Konseptual
Industri merupakan suatu usaha atau kegiatan pengelolaan barang mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan
keuntungan[ CITATION Erw09 \l 1057 ]. Hal ini juga berarti Industri minyak merupakan suatu
industri yang mengelola ladang minyak untuk dijual kepada negara-negara importir minyak di
dunia.
China merupakan negara besar dan memiliki perekonomian yang sangat maju.
Pertumbuhan ekonomi China yang sangat maju ini karena adanya penerapan sistem Ekonomi
Liberal oleh Cina namun tetap tidak merubah sistem politiknya yaitu sistem Komunis. China
menjadi sangat maju dan menerapkan sistem ekonomi liberal karena adanya reformasi ekonomi
oleh Den Xiauping yang sebelumnya perekonomian China sangat tertutup pada masa
pemerintahan Mao Zedong. Walaupun China merupakan negara besar dan maju, ketersediaan
minyak di China tergolong sedikit, sehingga banyak permintaan kebutuhan minyak untuk dalam
negeri. Oleh karena itu China melakukan hubungan kerjasama dengan negara-negara penghasil
minyak terutama Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang
berlimpah. Indonesia juga memiliki sumber atau ladang minyak yang menjadi investasi berharga
bagi Indonesia dengan negara-negara lain.

2.2 Operasionalisasi Konsep


2

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan teori Liberalisme Ekonomi. Gilpin
mengatakan bahwa semua bentuk ekonomi liberal berkomitmen pada pasar dan mekanisme
harga. Liberalisme bisa dikatakan sebagai doktrin atau asas untuk mengorganisir dan mengatur
pasar dengan tujuan untuk mencapai efisiensi maximal, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
individual.
Liberalisme ekonomi berasumsi bahwa pasar bangkit secara spontan. Pasar tidak bisa
bergerak tanpa manusia sebagai pelaksananya, dan pada dasarnya manusia adalah makhluk
ekonomi dan karenanya pasar berubah secara alami tanpa arahan dari manapun.
Dasar alasan atau cara berpikir system pasar adalah akan meningkatkan efisiensi
ekonomi, memaksimalkan pertumbuhan ekonomi, dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan
manusia. Liberalis juga berasumsi bahwa pasar ada saat individu punya informasi yang lengkap
yang memperbolehkan untuk memilih jalur yang paling menguntungkan.
Gilpin mengambil kutipan dari Bocker, bahwa ekonomi pasar dikendalikan secara kuat
oleh hukum permintaan. Hukum ini berprinsip bahwa orang akan membeli lebih jika harga jatuh
atau sebaliknya, dan juga akan membeli lebih jika pendapatannya meningkat begitu juga
sebaliknya. Gilpin juga menulis bahwa, dalam segi penawaran atau supply ekonomi liberalism
berasumsi bahwa individu selalu mengejar keinginan mereka di dunia yang penuh dengan

kelangkaan.
Liberalisme juga berasumsi bahwa ekonomi pasar memperlihatkan kecenderungan yang
kuat terhadap equilibrium dan stabilitas, setidaknya untuk waktu yang sangat lama. Asumsi
tambahan liberal adalah keselarasan kepentingan yang lama mendasari kompetisi pasar antara
konsumen dan produsen, keseimbangan ini nantinya akan menghindarkan dari konflik-konflik
kecil. Keseimbangan ini bisa diartikan sebagai interdependensi.
Liberalis percaya ekonomi adalah progresif sedangkan politik adalah retrogresif
(mundur) oleh karena itu, mereka membayangkan bahwa perkembangan ekonomi terpisah dari
politik dan berasal dari kepentingan pasar. Intinya, liberal percaya bahwa perdagangan dan
kegiatan ekonomi adalah sumber dari hubungan damai antar Negara karena untung timbal balik
dari perdagangan serta ketergantungannya yang meluas diantara Negara cenderung melahirkan
hubungan yang kooperatif[ CITATION Gil69 \l 1057 ].
BAB III

3

PEMBAHASAN
3.1 KONDISI CHINA PADA AWAL REFORMASI EKONOMI 1978
Pada tahun 1978 merupakan awal reformasi ekonomi China. Reformasi ini dilakukan
oleh Pemimpin generasi kedua China Den Xiauping. Hal ini dilakukan untuk memajukan China

dan menguatkan perekonomian China tanpa harus mengubah ideologi Komunis mereka. Oleh
karena itu, di masa pemerintahan Den Xiauping di terapkan sistem ekonomi liberal.
Sebelum terbentuknya Republik Rakyat China (RRC) pada tahun 1949, China dikenal
sebagai negara kekurangan sumber daya minyak[ CITATION Tir101 \p 43 \l 1057 ]. Setelah itu,
China mulai merencanakan kebijakan energi untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam
negaranya. Salah satu institusi yang berperan penting dalam membuat perencanaan, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, adalah Komisi Perencanaan Negara (State Planning
Comission), atau KPN, yang terbentuk pada tahun 1952 dan memainkan peran penting dalam
membuat perencanaan ekonomi lima tahunan[ CITATION Ken88 \p 64 \l 1057 ]. Selain KPN,
institusi yang berwenang dalam kebijakan energi adalah Kementrian Industri Minyak serta
Kementrian Geologi dan Sumber Daya Mineral, kedua kementrian ini didukung oleh State
Owned Enterprise (SOE), seperti CNOOC (China National Offshore Oil Corporation), CNPC
(PetroChina Company) dan Sinopec (China Petroleum and Chemical Company) yang terbentuk
pada 1982 dan 1983[ CITATION Tir101 \p 44 \l 1057 ].
China merupakan salah satu negara yang pertumbuhan ekonominya berkembang sangat
cepat di tahun 1980an[ CITATION Sha95 \p 73 \l 1057 ]. Di China sendiri, eksplorasi minyak
sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1959 pada saat ditemukannya ladang minyak Daqing
yang dapat memberi minyak lebih dari yang dibutuhkan China saat itu. Selain itu juga pada
tahun 1979 ditemukan beberapa ladang minyak cukup besar diantaranya Laut China Selatan dan
Teluk Bohai[ CITATION Dwi08 \p 20 \l 1057 ]. Sumber minyak China ini awalnya masih dapat

memenuhi kebutuhan minyak dalam negerinya bahkan berpotensi untuk menjadi negara
eksportir minyak,namun terjadinya ketidakseimbangan antara produksi domestik China dengan
kebutuhan negara itu sendiri. Oleh karena itu China kemudian menjadi salah satu negara
importir minyak didunia.

Meningkatnya impor minyak China dapat dilihat bahwa tahun 1990 China mulai
mengimpor minyak mentah sebanyak 2,1 juta barel/hari dan meningkat hingga sebesar 3,5 juta
4

barel/hari. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya kebutuhan minyak yang sangat besar,
dilihat dari angka konsumsi serta impor minyak China dapat dibagi menjadi dua faktor utama.
Pertama, minyak adalah satu-satunya energi yang saat ini yang paling efisien untuk memenuhi
kebutuhan sektor transportasi dan industri yang merupakan sektor utama dalam memperpanjang
perekonomian suatu negara. Kedua, adalah disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan terutama
teknologi dan proses tingkat lanjut dalam pengelolaan industri energi menyebabkan minyak
menjadi salah satu energi yang paling mudah untuk diolah oleh seluruh negara
didunia[ CITATION Dwi08 \p 21-23 \l 1057 ].
Kondisi persediaan minyak China yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam
negerinya, maka China melakukan hubungan kerjasama dibidang sumber daya energi terutama
minyak. Melalui perusahaan seperti CNPC, Sinopec, dan CNOOC, China melakukan ekspansi

ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Salah satu hubungan kerjasama China
yaitu dengan Indonesia yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya.
3.2 PENGEMBANGAN INDUSTRI MINYAK BUMI DI INDONESIA
Pengembangan industri minyak bumi di Indonesia dimulai semenjak pemerintahan
Hindia Belanda. Artinya, Usia industri energi, dalam hal ini minyak bumi, telah mencapai 143
tahun. Usia yang menempatkan Indonesia sebagai negara “senior” dalam industri minyak bumi.
Berdasarkan jumlah IOC( International Oil Company) yang beroperasi di Indonesia (Hindia
Belanda) dan substansi peraturan yang ada , pengembangan industri minyak bumi lebih
mengedepankan keuntungan bagi IOC. Sebelumnya Masa operasi berkisar hingga 40 tahun dan
pembagian laba bersifat progresif hingga 20% dari laba bersih perusahan. Kondisi tetap
demikian saat Indonesia, merdeka 1945. Baru pada tahun 1960, anggota DPR-S dari Aceh,
Teuku Mohammad Hassan, mengusulkan perubahan peraturan migas yang dirasa terlalu
menguntungkan perusahaan asing. Menganggapi usulan ini, dikeluarkanlah UU No.44/1960
tentang minyak dan hasil tambang. UU ini menekankan peningkatan peran negara dan DPR
dalam Kontrak Kerjasama (KK). Durasi kontrak karya berkisar antara 20-30 tahun, dan
kontraktor asing mendapatkan 60% dari keuntungan operasi.

Pada tahun 1963, pengadaan dan distribusi BBM di Indonesia dilakukan oleh perusahaan
swasta asing yaitu Shell, Stanvac dan Caltex. Pada saat yang bersamaan, pemerintah juga
membentuk tiga NOC yaitu, Permina, Pertamin, dan Permigan, sebaga kepanjangan tangan

5

pemerintah dalam industri minyak dan gas di Indonesia. Pada tahun 1968, dengan alasan
efisiensi Permina digabung dengan perusahaan Pertamin menjadi Pertamina. Seiring pergantian
pemerintah RI berakibat pada perubahan peratuan terhadap modal asing. Pemerintah Orde Baru
memiliki kebijakan yang mendorong masuknya investasi asing untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Salah satu perubahan yang signifikan dalam migas adalah keluarnya UU No.8/1971
tentang Pertamina yang menegaskan peran Pertamina sebagai BUMN yang mengelola usaha
migas di Indonesia, sehingga Pertamina menjalankan peran dwifungsi, yaitu peran bisnis dan
regulator. Model ini terbukti ampuh dan membuat Pertamina menjadi BUMN yang
unggul[ CITATION Tir102 \p 64-67 \l 1057 ].
Pertamina menjadi salah satu pelopor untuk industri gas alam saat dunia masih berkutat
dalam krisis minyak bumi. Pada tahun 1974, Pertamina dan Atlantic Richfireld Comp, dan Fluor
Corp dari AS membangun pabrik LPG di lepas pantai Pulau Jawa. Ini merupakan pabrik pertama
di dunia yang dilengkapi dengan seluruh fasilitas pemisahan, penyimpanan, pengapalan LPG.
Independensi yang dimiliki Pertamina membuatnya sulit diawasi oleh institusi pemerintah
lainnya seperti Bappenas, BPK, dan Kementrian Keuangan yang bertugas mengawasi
penerimaan pendapatan negara dari para BUMN. Ketidakhadiran pengawas yang kuat membuat
Pertamina mengalami krisis utang[ CITATION Tir103 \p 92-93 \l 1057 ].
Lemahnya kinerja Pertamina sebaga suatu BUMN energi memberikan pengaruh kepada

kondisi migas nasional. Sampai awal dekade 80an, Pertamina adalah satu-satunya perusahaan
minyak Indonesia, sementara sektor hulu didominasi oleh para IOC. Memasuki dekade 80an,
industri migas nasional di ramaikan oleh perusahaan baru berasal dari Indonesia yang bernama
Meta Epsi Drilling Company (Medco) yaitu perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam
bidang pengeboran minyak dan gas bumi, didirikan oleh Arifin Panigoro dan Hertriono
Kartowisatropada Juni 1980. Medco sebagai perusahaan dalam industri migas nasional tidak
lepas dari peran pemerintah Indonesia. Memasuki periode 90an, langkah Medco dalam industri
migas nasional bahkan internasional makin mantap. Medco pun melangkah lebih maju
dibandingkan Pertamina, seperti dengan memutuskan membeli kepemilikan Tesoro di tahun
1922, dan membeli saham PT Stanvac Indonesia dan Mobil Oil di tahun 1995. Pada abad ke-21,
Medco membeli Novus Petroleum Ltd., perusahaan minyak Australia. Di Indonesia, Medco
menangani 16 blok migas yang tersebar di 19 provinsi, mulai dari Asahan di Sumatera Utara
sampai Yapen di Papua. Di luar negeri ia beroperasi di berbagai negara seperti Libya, Teluk
Meksiko, dan Yaman. Selain Pertamina dan Medco sebagai perusahaan migas nasional,
Indonesia memiliki Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai BUMN yang menggeluti bisnis
6

migas nasional. PGN memfokuskan bisnis intinya pada bidang transportasi

gas alam dari


lapangan migas ke konnsumen melalui jaringan pipa yang dimilikinya. Para konsumen PGN
antara lain Pertamina, ConocoPhilips dan PetroChina[ CITATION Tir103 \p 98-100 \l 1057 ].
3.3 INVESTASI CHINA TERHADAP INDONESIA
China memiliki kepentingan yang besar terhadap Indonesia mengingat potensi Indonesia
dalam ketersediaan sumber daya energi tersebut, minyak dan gas, sangatlah besar. Investasi
China ke Indonesia merupakan salah satu investasi yang memiliki nilai yang cukup besar,
tercatat melalui data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) bahwa dalam kurun
waktu lima tahun sampai dengan 2004 China melakukan investasi di Indonesia dengan jumlah
sebesar 6,5 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, senilai US$ 1,2 miliar khusus dialokasikan
untuk investasi di bidang migasi Indonesia. Indonesia sendiri telah melakukan investasi terhadap
China sebesar US$ 2 miliar. Dari besarnya investasi tersebut bisa dikatakan bahwa China
memang membutuhkan Indonesia sebagai pemasok energi mereka[ CITATION Nat081 \p 84 \l
1057 ].
Salah satu kekuatan ekonomi China dalam perekonomian dunia adalah kehadiran NOC
sebagai pendukung utama kebutuhan energi China. China memiliki tiga perusahaan yang
bergerak untuk melakukan ekspansi ke luar negeri yaitu CNPC (China National Petroleum
Company) , Sinopec ( China Petroleum and Chemical Company), dan CNOOC( China National
OffShore Oil Company).
China National Petroleum Company (CNPC) didirikan pada tahun 1998 dipimpin oleh

Zhou Yongkang, bertanggung jawab untuk eksplorasi minyak di hulu (onshore upstream)
termasuk perairan dangkal. CNPC menggantikan Ministry od Petroleum Industry. Pada akhir
tahun 1980an, CNPC telah memulai transformasi perusahaan minyak multinasional terintegrasi
yang memiliki banyak cabang/ anak perusahaan dan ladang minyak untuk orientasi ekspor.

China National Offshore Oil Company (CNOOC) yang sesuai namanya bergerak pada
ekplorasi ladang minyak lepas pantai didirikan pada tahun 1982, dipimpin oleh Fu Chengyu.
CNOOC ini memiliki 4 cabang regional- Bohai, East China Sea, Nanhai East, dan Nanhai Westserta beberapa cabang khusus. China Petrochemical Corporation (Sinopec) yang didirikan pada
tahun 1983, dipimpin oleh Sheng Huaren, bergerak pada pemprosesan minyak serta

7

distribusinya. Sinopec mengontrol fasilitas minyak sebesar 90% produk hasil penyulingan
minyak China lebih dari perempat produk petrokimia[ CITATION Dwi08 \p 29 \l 1057 ].
a. CNPC (PetroCHina) di Indonesia
Salah satu hubungan kerjasama China yaitu dengan Indonesia. CNPC memiliki 71 anak
perusahaan. Dari semua anak perusahaan CNPC yang peling terkenal yaitu PetroChina Company
Ltd. Dan CNPC Hong Kong. PetroChina merupakan perusahaan produsen dan distribusi minyak
dan gas terbesar dan memiliki peranan dominan tehadap industri minyak dan gas di China.
PetroChina bukan hanya perusahaan terbesar di China tetapi juga perusahaan minyak dan gas
terbesar di dunia[ CITATION Pet14 \l 1057 ]. Kiprah CNPC di Indonesia dimulai saat masuknya
PetroChina di tahun 2002. PetroChina sebagai anak perusahaan CNPC melakukan akuisisi
terhadap Devon Energy di Indonesia dan melalui PetroChina International Indonesia Ltd., secara
resmi PetroChin hadir di industri pertambangan minyak dan gas Indonesia[ CITATION Tir104 \p
117 \l 1057 ].
CNPC, bersama dengan PetroChina, pada April 2003 telah mengakuisisi 30% saham
milik Amerada Hess Indonesia Holdings Ltd. Untuk ladang minyak di blok Jabung, Pulau
Sumatera. Besarnya akuisisi yang bernilai US$ 164 juta tersebut telah di bayar setengahnya oleh
PetroChina untuk dapat ikut “menikmati” minyak dari ladang yang diperkirakan memiliki
minyak sebanyak 267 juta barel[ CITATION Nat081 \p 93-94 \l 1057 ]. PetroChina membeli
45% saham kepemilikan pada kapal-operator di ladang minyak Indonesia, dan tahun 2004
PetroChina memiliki 25% kepemilikan dan hak beroperasi di ladang minyak Sukowati. Saat ini
PetroChina memiliki beberapa kilang minyak dan gas di Indonesia seperti di Jabung (Jambi),
Papua, dan Jawa Timur.

PetroChina berinvestasi dan mengembangkan ladang minyak di Jambi (Jabung dan
Bangko), Papua (Salawati), dan Jawa Timur (Tuban). PetroChina melakukan kerjasama
Production Sharing Contract (PSC) di Blok Jabung, sementara Blok Tuban dan Blok Salawati
merupakan kerjasama Joint Operation Body (JOB) dengan pertamina. PetroChina berhasil
menggandakan produksi dari 46.000 barrels of oil equivalent per day (BOEPD) ke 90.000
BOEPD, dan menjadi salah satu penyalur gas penting bagi Singapura. Tidak berhenti di tiga blok
saja, pada tahun 2003 PetroChina menawarkan untuk mengembangkan 10 blok migas di
8

Indonesia. Kesepuluh blok tersebar di Aceh, Banten, Jawa Timur, dan Papua. Antara 2002-2007,
pendapatan pemerintah Indonesia meningkat dari US$ 200 juta ke US$ 1 milyar. Total
pendapatan dari investasi PetroChina ini mencapai US$ 3 milyar[ CITATION Tir104 \p 118 \l
1057 ].
b. Sinopec Indonesia
Pada Juli 2005 Sinopec telah menandatangani perjanjian kerjasama dalam proyek
eksplorasi minyak di Tuban, Jawa Timur. Ladang minyak tersebut diperkirakan mampu
memproduksi minyak sampai dengan 200.000 barel perhari. Menurut Menteri ESDM, Purnomo
Yugisiantoro, proyek pembangunan ladng minyak tersebut akan segera dimulai pada tahun 2007[
CITATION Nat081 \p 93 \l 1057 ]. Kehadiran Sinopc Int, E & P Ltd. di Indonesia diwakili
Sinopec International Petroleum E & P Co. yang bertanggung jawab atas PSC di Blok Binjai.
Dalam operasinya, Sinopec bekerjasama dengan PT Telag Binjai Energy. Pada tahun 2006,
Sinopec melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Binjai, sumur Batumandi North 1, tapi belum
menemukan kandungan hidrokarbon.
Kantor cabang di Indonesia merupakan perwakilan dari Sinopec International yang
bertempat di Singapura. Tugas utama perwakilan Sinopec di Indonesia sekedar menyesuaikan
urusan kesekretariatan dan accounting, serta tidak memiliki wewenang dalam kebijakan
perusahaan di Indonesia. Sinopec International Petroleum E & P Co. memfokuskan kegiatan
pada sektor hulu. Namun sampai dengan tahun 2010, Sinopec belum memiliki proyek eksplorasi
maupun eksploitasi di Indonesia.
Sinopec hanya bekerjasama dalam kepemilikan sahan di PSC. Hingga saat ini belum ada
keputusan dari Sinopec International untuk melakukan eksplorasi di Indonesia. Sementara di
sektor hilir, Sinopec mulai mempersiapkan diri untuk masuk ke pasar ritel pelumas di Indonesia.
Salah satunya dengan menyelenggarakan konferensi Sinopec beserta dealer pelumas Asia
Pasifik di Beijing. Sinopec di Indonesia lebih terkenalv dengan kiprah investasinya di bidang
energi terbarukan dan investasi infrastruktur kilang pengolahan minyak. Investasi di bidang
energi terbarukan adalah pembangunan pabrik pohon jarak dan kelapa sawit di Provinsi Papua
dan Kalimantan Timur. Sinopec bekerjasama dengan PT Puri Usaha Kencana dalam
pembangunan pabrik pengolahan biofuel. Total investasi Sinopec dalam biofuel di Indonesia
mencapai US$ 5 milyar. Nilai tersebut sama dengan investasi CNOOC untuk membangun tiga
pabrik biofuel di Kalimantan. Pada bidang infrastruktur, Sinopec bekerjasama dengan Pertamina
membangun kilang pengolahan di Provinsi Banten guna mendukung tercapainya target produksi
9

minyak nasional 200.000 bph. Baik Sinopec dan Pertamina memiliki ketertarikan untuk
bekerjasama[ CITATION Tir105 \l 1057 ].
c. CNOOC di Indonesia
Kinerja serta kedudukan CNOOC di Indonesia cukup signifikan mengingat besarnya
komposisi saham yang dimiliki serta nilai investasi yang dilakukan di Indonesia tidak sedikit.
Pada bulan April 2002, CNOOC berhasil menyelesaikan tindak lanjut terhadap rencana akuisisi
terhadap Repsol YPF, perusahaan minyak asal Spanyol yang memiliki total sebanyak 7 blok
ladang minyak Indonesia. Akuisisi itu sendiri berhasil membuat CNOOC menguasai 5 ladang
minyak Repsol YPF dari total 7 ladangnya. Kelima ladang yang berhasil di akusisi CNOOC
adalah Lepas Pantai Utara Jawa Barat (36,72%), Bagian Barat Daya Sumatera (65,34%), Madura
bagian Barat (25%), Poleng (50%), dan Blora (16,7%). Sedangkan 2 blok lainnya yang masih
dikuasai Repsol YPF adalah daerah Jambi Merang dan Sokang Selatan.
Investasi China ke Indonesia sendiri dalam berbagai bidang mengalami perkembangan
pesat.

Dalam bidang migas, diantara beberapa proyek-proyek kerjasama antara Indonesia

dengan China yang sangat signifikan yaitu proyek pengembangan dan eksplorasi ladang gas
alam cair (LNG/Liquefied Natural Gas) di Tangguh, Papua. Proyek senilai US$ 8,5 milyar yang
akan dikelola oleh CNOOC tersebut, ditandatangani pada 26 juta metrik ton setiap tahun selama
15 tahun. Perjanjian ini direncanakan dapat dimulai pada tahun 2008, Selain rencana untuk
mengalirkan LNG tersebut ke provinsi Fujian, CNOOC juga berencana akan mengalokasikan
sumber energi tersebut ke Shanghai. Proyek ini telah menjadikan CNOOC perusahaan yang
terbesar yang melakukan kerjasama dan investasi dalam bidang migas di Indonesia. CNOOC
sebagai salah satu perusahaan yang sangat dominan di Indonesia untuk sektor minyak dan gas,
khususnya wilayah lepas pantai, telah masuk dan melakukan kerjasama melalui forum tingkat
negara yang kemudian mewujudkan sinergi antara pemerintahan-perusahaan China untuk
mengimplementasikan kebijakan melalui strategi keamanan energinya di Indonesia[ CITATION
Nat081 \p 88-92 \l 1057 ].
Hak kepemilikan kelima ladang minyak bumi tersebut telah diberikan untuk pertama
kalinya oleh pemerintah Indonesia kepada IIAPCO pada tahun pada 6 September 1968 dalam
bentuk Production Sharing Contract (PSC). Izin PSC yang sekarang dipegang oleh CNOOC
SES (CNOOC South East Sumatera) Ltd. akan habis pada 6 September 2018. Pada tahun 2008,
CNOOC SES Ltd. mengoperasikan 33 ladang migas produktif, 85 fasilitas offshore, dan berhasil
memproduksi minyak mentah dari 420 sumur dengan sistem Electric Submersibel Pump (ESP).
10

Minyak mentah diproses dalam enam platform dan diangkut dengan jaringan pipa bawah laut
kedua fasilitas penampung di laut. Semenjak perjanjian PSC dimulai pada 1968, lebih dari 500
sumur eksplorasi digali dengan total cadangan minyak sebesar 1,5 milyar barel. Pada tahun
2008, produksi minyak CNOOC SES Ltd. mencapai 43.000 bph dan gas bumi mencapai 153 juta
kaki kubik (MMcF) per hari. Sebagian besar minyak diekspor, sementara gas digunakan sebagai
bahan bakar bagi PT PLN untuk pembangkit listrik di Cilegon[ CITATION Tir106 \p 137-138 \l
1057 ].

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
China merupakan negara yang sebelumnya memiliki sistem perekonomian tertutup,
namun setelah China dipimpin oleh Den Xiauping, perekonomian China berubah menjadi
terbuka melalu reformasi ekonomi tahun 1978. China menerapkan sistem perekonomian Liberal,
tetapi tidak mengubah sistem perpolitikannya yaitu Komunis yang identik dengan sistem politik
11

era pemerintahan Mao Zedong. China sebelumnya mengalami keterpurukan ekonomi sebelum
dilakukan reformasi ekonomi. Oleh karena itu, setelah dilakukan reformasi ekonomi oleh Den
Xiauping, China mulai membuka hubungan dagang, dan mulai melakukan investasi-investasi
dengan negara lain. Sejak reformasi ekonomi, China bangkit dari keterpurukan ekonomi dan
menjadi negara yang berkembang secara cepat. Pertumbuhan perekonomian China terus tumbuh
hingga menjadikan China menjadi negara besar yang maju, memiliki ekonomi kuat, dengan
menjadi manufaktur perusahaan-perusahaan besar didunia.
Pada kenyataannya sistem kapitalis tersebut tidak murni ditelan mentah-mentah oleh
China, tetapi hal ini juga karena sistem komunis dalam sistem politk China yang tetap
mengintervensi dalam perekonomian China. Karena itulah negara tetap memegang kendali
terhadap perekonomian dan kinerja perusahaan-perusahaan tersebut, kgususnya perusahaan
minyak, mulai dari perencanaan hingga secara langsung berdiplomasi dalam berbagai forum
tingkat negara untuk dapat membuka dan memberikan jalan kepada perusahaan-perusahaan
minyaknya untuk tujuan mendapatkan keamanan energi[ CITATION Dwi081 \p 100-101 \l 1057
]. Sistem ekonomi liberal yang diterapkan oleh China membuktikan bahwa China bisa maju dan
memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat.
Di China sendiri, eksplorasi minyak sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1959
pada saat ditemukannya ladang minyak Daqing yang dapat memberi minyak lebih dari yang
dibutuhkan China saat itu. Selain itu juga pada tahun 1979 ditemukan beberapa ladang minyak
cukup besar diantaranya Laut China Selatan dan Teluk Bohai[ CITATION Dwi08 \p 20 \l
1057

]. China sempat menjadi negara pengekspor minyak, namun karena meningkatnya

pemintaan dan kebutuhan minyak di China sedangkan ketersediaan minyak di China tidak
mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negaranya China mulai melakukan
hubungan kerjasama dengan negara-neegara lain untuk dapat mencukupi kebutuhan minyak
dalam negaranya. Salah satu kerjasama China di bidang sumber energi khususnya minyak yaitu
dengan Indonesia.
Investasi China ke Indonesia merupakan salah satu investasi yang bernilai cukup besar,
tercata melalui data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) bahwa dalam kurun
waktu lima tahun sampai dengan tahun 2004 China telah melakukan Investasi di Indonesia
12

sebesar 6,5 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, senilai US$ 1,2 miliar khusus dialokasikan
untuk investasi di bidang migas Indonesia. Indonesia sendiri telah melakukan investasi terhadap
China sebesar US$ 2 miliar[ CITATION Nat081 \p 84 \l 1057 ].
Dalam hal ini, China memiliki tiga perusahaan yang bergerak untuk melakukan ekspansi
ke luar negeri dalam bidang energi dalam sektor minyak yaitu CNPC (China National Petroleum
Company) melalui PetroChina, Sinopec ( China Petroleum and Chemical Company), dan
CNOOC( China National OffShore Oil Company). Ketiga perusahaan tersebut juga beroperasi di
Indonesia.
Kerjasama antara China dan Indonesia ini tentu saja saling menguntungkan, karena pajak
dari perusahaan tersebut masuk ke dalam keuangan negara Indonesia, sedangkan China juga
tentu saja memiliki keuntungan dalam investasi ini. Sebelumnya Masa operasi berkisar hingga
40 tahun dan pembagian laba bersifat progresif hingga 20% dari laba bersih perusahan. Kondisi
tetap demikian saat Indonesia, merdeka 1945. Baru pada tahun 1960, anggota DPR-S dari Aceh,
Teuku Mohammad Hassan, mengusulkan perubahan peraturan migas yang dirasa terlalu
menguntungkan perusahaan asing. Menganggapi usulan ini, dikeluarkanlah UU No.44/1960
tentang minyak dan hasil tambang. UU ini menekankan peningkatan peran negara dan DPR
dalam Kontrak Kerjasama (KK). Durasi kontrak karya berkisar antara 20-30 tahun, dan
kontraktor asing mendapatkan 60% dari keuntungan operasi.

Ini berarti perbandingan

keuntungannya 40% Indonesia dan 60% perusahaan China di Indonesia[ CITATION Tir101 \p
65-66 \l 1057 ].

Selain itu, antara 2002-2007, pendapatan pemerintah Indonesia meningkat dari US$ 200
juta ke US$ 1 milyar, melalui kerjasama dengan PetroChina[ CITATION Tir104 \p 118 \l
1057 ]. Pada bidang infrastruktur, Sinopec bekerjasama dengan Pertamina membangun kilang
pengolahan di Provinsi Banten guna mendukung tercapainya target produksi minyak nasional
200.000 bph[ CITATION Tir105 \p 132 \l 1057 ]. Investasi China ke Indonesia sendiri dalam
berbagai bidang mengalami perkembangan pesat. Dalam bidang migas, diantara beberapa
proyek-proyek kerjasama antara Indonesia dengan China yang sangat signifikan yaitu proyek
pengembangan dan eksplorasi ladang gas alam cair (LNG/Liquefied Natural Gas) di Tangguh,

13

Papua[ CITATION Nat081 \p 89 \l 1057 ]. Tentu saja hal ini dapat dilihat bahwa kerjasama
antara China dengan Indonesia saling menguntungkan dan membutuhkan antara satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA



Gilpin. (1969). The Liberal Perspective. Dalam Gilpin, Three Ideologies of Political Economy (hal.
26-31). Australia: The Australian National University.



Kenneth Lieberthal and Michael Oksenberg. (1988). Policy Making in China Leaders, Structures,
and Process. New Jersey: Pricenton University Press.



Kusuma, D. (2008). Implikasi Teoritis. Dalam D. Kusuma, China Mencari Minyak : Diplomasi
China ke Selurh Dunia 1990-2007 (hal. 100-101). Jakarta: AD2 Global Media.

14



Kusuma, D. (2008). Langkah China Membangun Investasi Dalam Bidang Migas di Asia Tenggara.
Dalam D. Kusuma, & P. G. Natalia Soebagjo (Penyunt.), China Mencari Minyak: Diplomasi China
ke Seluruh Dunia 1990-2007 (2 ed., hal. 84). Jakarta: AD2 Global Media.



Kusuma, D. (2008). Strategi Minyak China Sebagai Implementasi Kebijakan Energy Security.
Dalam D. Kusuma, & P. I. Natalia Soebagjo (Penyunt.), China Mencari Minyak: Diplomasi China ke
Seluruh Dunia 1990-2007 (2 ed., hal. 16). Jakarta, Indonesia: AD2 Global Media.



Kusuma, D. (2008). Strategi Minyak China Sebagai Implementasi Kebijakan Energy Security.
Dalam D. Kusuma, China Mencari Minyak : Diplomasi China ke Seluruh Dunia 1990-2007 (hal.
29). Jakarta: AD2 Global Media.



Natalia Soebagjo, Prof.Gondomono, I.Wibowo, Poltak Hotradero. (2008). Strategi Minyak China
Sebagai Implementasi Kebijakan Energi Security. Dalam D. Kusuma, China Mencari Minyak:
Diplomasi China ke Seluruh Dunia1990-2007 (hal. 16). Jakarta: AD2 Global Media.



PetroChina Company. PetroChina Company Limited.
http://www.petrochina.com.cn.gsjj/commonlist_norig.shtml, diakses pada 18 May 2014.



Sinaga, E. V. (2009, December 9). Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri
di Indonesia- Perekonomian Bisnis. Diakses pada 17 Mei, 2014, dari Warta Warga:
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pengertian-definisi-macam-jenis-danpenggolongan-industri-di-indonesia-perekonomian-bisnis/



Wei, S.-J. (1995). The Open Door Policy and China's Rapid Growth: Evidence. Dalam e. Takatoshi
Ito and Anne O. Krueger, Growth Theories in Light of the East Asian Experience, NBER-EASE (hal.
73). University of Chicago Press.



Yudono, T. N. (2010). Dinamika Kebijakan Energi Cina. Dalam T. N. Yudono, Strategi Tiga Naga :
Ekonomi Politik Industri Minyak Cina di Indonesia (hal. 44). Depok: Penerbit Buku Kepik Ungu.



Yudono, T. N. (2010). Dinamika Kebijakan Energi Cina. Dalam T. N. Yudono, Strategi Tiga Naga :
Ekonomi Politik Industri Cina di Indonesia (hal. 65-66). Depok: Penerbit Buku Kepik Ungu.



Yudono, T. N. (2010). Dinamika Kebijakan Energi Indonesia. Dalam T. N. Yudono, Strategi Tiga
Naga: Ekonomi Politik Industri Cina di Indonesia (hal. 66-67). Depok: Penerbit Buku Kepik Ungu.



Yudono, T. N. (2010). Industri Minyak Bumi dan Gas Nasional. Dalam T. N. Yudono, Strategi TIga
Naga : Ekonomi Politik Industri China di Indonesia (hal. 92-93). Depok: Penerbit Buku Kepik
Ungu.



Yudono, T. N. (2010). Strategi Tiga Naga : Ekonomi Politik Industri Cina di Indonesia. Depok:
Penerbit Buku Kepik Ungu.



Yudono, T. N. (2010). Tiga Naga : CNOOC di Indonesia (CNOOC SES LTD). Dalam T. N. Yudono,
Strategi Tiga Naga : Ekonomi Politik Industri Minyak Cina di Indonesia (hal. 137-138). Depok:
Penerbit Buku Kepik Ungu.

15



Yudono, T. N. (2010). Tiga Naga : CNPC ( PetroChina) di Indonesia. Dalam T. N. Yudono, Strategi
TIga Naga: Ekonomi Politik Industri Cina di Indonesia (hal. 117). Depok: Penerbit Buku Kepik
Ungu.



Yudono, T. N. (2010). Tiga Naga : Sinopec Indonesia. Dalam T. N. Yudono, Strategi Tiga Naga :
Ekonomi Politik Industri Cina di Indonesia (hal. 130-132). Depok: Penerbit Buku Kepik Ungu.

16