Melihat Masa Depan Bitcoin docx

Melihat Masa Depan Bitcoin
Oleh : Rizki Maulana Syarif
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

A. Alat Tukar sebagai Media Transaksi
Transaksi ekonomi antarunsur masyarakat merupakan suatu hal yang tidak akan pernah dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia, sebagai makhluk hidup, tiap-tiap manusia memiliki naluri
untuk memenuhi kebutuhan agar dapat terus bertahan hidup, jauh sebelum modernisasi global, dalam
memenuhi kebutuhannya,masing-masing individu melakukan barter dengan individu yang lain.
Dengan semakin berkembangnya zaman, mulailah muncul komoditas-komoditas spesifik yang
digunakan sebagai alat tukar akibat banyaknya keterbatasan dalam barter, komoditas tersebut dapat
berupa kerang-kerangan, logam mulia dan berbagai macam komoditas lain. Dan kini, masyarakat pun
mengenal uang fiat sebagai alat tukar dalam transaksi ekonomi, hingga saat ini telah beredar berbagai
macam uang fiat di seluruh dunia yang antara lain adalah US Dollar, GB Poundsterling, Japanese
Yen, dan mata uang Indonesia yaitu Rupiah.
B. Bitcoin Sebagai Solusi Dalam Bertransaksi
Setelah uang fiat lazim dikenal oleh masyarakat awam,pada tahun 2009 seseorang developer
dengan nama pseudonymous1 “Satoshi Nakamoto” mengembangkan sistem pembayaran dan mata
uang digital yang lazim disebut dengan nama Bitcoin. Mata uang ini disebut pula dengan nama lain
cyptocurrency karena sistem keamanan atas mata uang ini menggunakan cryptography. Hal yang
berbeda dalam “mata uang” ini adalah tidak adanya institusi yang mengatur peredaran komoditas,

berbeda halnya dengan mata uang US Dollar yang dikontrol secara penuh peredarannya oleh Bank
Sentral Amerika Serikat. Mekanisme peredarannya pun didesentralisasikan melalui jaringan peer-topeer system2 dan tidak bisa diintervensi oleh pihak yang tidak berkepentingan dikarenakan setiap
transaksi memiliki kode yang unik yang harus melalui dua tahapan otorisasi dalam setiap
transaksinya, yang pertama adalah hak otorisasi dari pemilik akun, dan kedua adalah hak otorisasi
dari peer system, dalam hal ini siapapun yang mempunyai hak akses dalam sistem memiliki
kewenangan untuk mengotorasisasi transaksi tersebut. Kelebihan Bitcoin sendiri adalah rendahnya
biaya transaksi yang harus dikeluarkan setiap terjadinya transaksi, hal ini disebabkan bentuk Bitcoin
yang virtual sehinga menyebabkan tidak adanya geographical boundaries seperti yang dimiliki oleh
uang fiat sehingga transaksi menggunakan Bitcoin menjadi lebih efektif dan efisien, adapun
pemberian transaction cost bersifat sukarela dengan alasan untuk mempercepat otorisasi publik
terhadap transaksi tersebut, terbukti walaupun banyak toko “brick and mortar” yang telah menerima
pembayaran dalam bentuk Bitcoin, namun mayoritas transaksi Bitcoin adalah untuk keperluan
transfer uang internasional. Selain itu, keunikan Bitcoin pun terletak pada sistem produksinya, kita
selama ini mengenal The Fed3 selain bertugas untuk mengawasi peredaran US Dollar dan
mencetaknya. Bitcoin pun melakukan hal yang sama, namun tidak seperti mata uang fiat yang
diperbanyak dengan cara mencetak,Bitcoin diperbanyak oleh para miners—sekumpulan ahli
komputer—yang bertugas memecahkan kode kriptografi yang ada pada transaksi yang telah
diotorisasi,sebelum diverifikasi,bila kode yang ada pada authorized transaction tersebut berhasil
dipecahkan maka sang penggali (miners) akan memperoleh insentif beberapa unit Bitcoin. Hingga
saat ini telah beredar sebanyak 12 juta unit Bitcoin dari jumlah total 21 juta unit. Adapun skema

peredaran Bitcoin adalah sebagai berikut
                                                            

 Nama anonim 
 Berbeda dengan sistem server‐client, sistem ini berkomunikasi menggunakan sebuah “node” sehingga masing‐
masing peer dapat menjadi server sekaligus client 
3
 Bank Sentral Amerika, The Federal Reserves 
1

2

Source : zerohedge.com

C. Bitcoin Performance thus far and Its future
Salah satu kelemahan mata uang virtual ini adalah tidak ada aset yang mewakili nilai dari
Bitcoin itu sendiri, berbeda dengan instrumen derivatif yang memiliki underlying asset berupa
nilai saham, dan nilai mata uang yang di jaminkan dengan sejumlah emas atau surat hutang.
Ketiadaan underlying asset ini mengakibatkan tidak adanya nilai acuan yang dapat digunakan
oleh masyarakat untuk melakukan valuasi nilai intrinsik dari instrumen tersebut, akibatnya dapat

dilihat, Bitcoin yang diawal masanya sempat diperdagangkan dinilai $0,32/unit pada bulan
November 2013 sempat menembus harga $1200/unit nya. Nilai yang sangat volatil ini, menurut
ekonom Stanford Susan Athey dikarenakan Bitcoin hanya dapat dinilai dari intensitas
penggunaan komoditas tersebut dalam bertransaksi, semakin banyak digunakan dalam
bertransaksi maka bid price terhadap Bitcoin tersebut akan semakin tinggi, namun hal ini
mengakibatkan Bitcoin sangat rentan mengalami significant price downturn akibat kehilangan
peminat Bitcoin dalam waktu yang sangat singkat.Variasi harga Bitcoin dapat dilihat pada chart
summary atas transaksi Bitcoin yang dilakukan di Mtgox.com dibawah ini.

Nominal dan Jumlah Volume Transaksi Bitcoin, 10 Nov‐8 Des 2013 (Mtgox.com)

Volatilitas harga yang terjadi dalam perdagangan Bitcoin ini pada akhirnya hanya
dimanfaatkan oleh para spekulator untuk memperkaya diri secara instan dibandingkan dengan
para user yang menggunakan Bitcoin untuk menuntaskan transaksi ekonomi secara efektif dan
efisien. Hal ini merupakan akibat keraguan masyarakat atas kemampuan instrumen Bitcoin
menjadi wadah lindung nilai dari uang fiat yang mereka miliki.
Kehadiran Bitcoin membuktikan bahwa globalisasi mempersempit ruang dan waktu,
dan teknologi akan selalu menemukan caranya untuk semakin mempersempit batasan-batasan
yang ada di dunia ini, bila dahulu transaksi Bank antar negara ataupun antar bank domestik baru
dapat diselesaikan dalam hitungan hari akibat proses kliring yang memakan waktu cukup lama,

kini transaksi tersebut dapat diselesaikan dengan waktu kurang dari 10 menit dan pihak
penerima pun dapat secara langsung menerima uangnya dengan biaya transaksi yang sangat
sedikit—biaya transfer yang bernilai puluhan juta dolar hanya dikenakan biaya dalam hitungan
sen—Namun dibalik kelebihan yang dimiliki, apakah Bitcoin layak untuk dijadikan sebagai
mata uang global ?.
Resiko bubble dapat dijadikan salah satu hambatan dalam implementasi Bitcoin menjadi
mata uang global. Menurut penulis, satu-satunya jaring pengaman nilai intrinsik sebuah mata
uang adalah underlying asset dengan bentuk yang yang telah penulis sebutkan diatas. Sayannya
hal ini tidak dimiliki oleh Bitcoin sehingga perubahan harga unit Bitcoin lebih banyak
disebabkan oleh motif spekulasi, tidak adanya kepastian nilai akan menyulitkan Bitcoin untuk
menggantikan mata uang fiat yang cenderung memiliki nilai lebih stabil, selain itu tidak adanya

institusi yang menjamin keamanan menyimpan kekayaan dalam bentuk Bitcoin mendorong para
calon pengguna untuk berpikir ulang dalam menggunakan Bitcoin sebagai instrumen utama
dalam transaksi ekonomi, tentu saja hal ini dapat dimaklumi mengingat besarnya resiko loss in
value yang dihadapi oleh pemegang Bitcoin akibat fluktuasi harga yang tidak dapat diprediksi
dengan baik.
Satu lagi hal yang menyebabkan penulis meragukan eksistensi Bitcoin adalah tidak adanya
dukungan secara konkrit yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memegang kewenangan hukum
dan pemerintahan, seperti contohnya di China. Diwakili oleh People’s Bank of China, Republik

Sosialis ini justru melarang seluruh institusi keuangan di wilayah China untuk mengakomodasi
segala jenis transaksi yang menggunakan instrumen Bitcoin, hal ini dilakukan dengan alasan
Bitcoin adalah sebuah “barang virtual” yang tidak memiliki asas hukum tetap karena tidak
dimiliki oleh suatu institusi resmi dan tidak layak untuk dipergunakan layaknya sebuah mata
uang. Akibat dari pernyataan tersebut, Baidu, sebuah search engine fenomenal di China yang
mulai menerima transaksi menggunakan Bitcoin pada Oktober 2013—pemberlakuan metode
pembayaran ini ikut mengerek harga Bitcoin mencapai $1000/unit—terpaksa menutup layanan
transaksi menggunakan Bitcoin terhitung sejak awal Desember 2013, sikap ini langsung
mengkoreksi nilai Bitcoin hingga sempat berada di angka $575/unitnya.
D. Prediction : Bitcoin won’t last forever
Dari beberapa fakta yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis memprediksi Bitcoin tidak
akan sanggup bersaing dengan mata uang fiat yang telah beredar luas di kalangan seluruh
lapisan masyarakat dunia, tidak adanya jaminan nilai terhadap Bitcoin membuat harga bergerak
tidak wajar. Menurut penulis, kenaikan nilai Bitcoin secara signifikan dalam beberapa waktu ini
dikarenakan ulah para spekulator yang berlaku secara sangat tidak rasional, hal ini bisa saja
terjadi walaupun dalam ilmu ekonomi diasumsikan semua manusia adalah makhluk rasional.
Hal ini disebabkan terdapat sisi psikologis manusia dalam mengambil keputusan, dalam kondisi
ini spekulator akan terus bertindak greedy dalam profit taking namun lupa untuk memperhatikan
sisi fundamental dari Bitcoin itu sendiri, sikap Pemerintah China terhadap Bitcoin seharusnya
menjadi wake up call bagi para spekulan untuk berhenti mengejar keuntungan dari perdagangan

ini.
Walaupun eksistensi Bitcoin tidak akan bertahan lama, namun dari situasi ini seharusnya
pihak instusi keuangan harus menyadari bahwa masyarakat yang semakin dinamis
membutuhkan pola transaksi yang lebih dinamis pula,dan salah satu cara untuk menghasilkan
sistem transaksi yang lebih dinamis adalah dengan menggunakan electronic money atau emoney. Berbeda dengan virtual currency, komoditas ini merupakan uang fiat yang dikonversi
dalam bentuk mata uang non-kas atau less cash, sejalan lurus dengan teori velocity of money,
less cash transaction selain akan mempermudah kegiatan ekonomi juga akan mendorong
pertumbuhan ekonomi secara lebih besar akibat peredaran uang yang lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA

 
BBC. (2013, December 5). China bans banks from handling bitcoins trade. Diambil dari BBC: 
http://www.bbc.co.uk/news/technology‐25233224 
Bitcoin Transaction flow. (n.d.). Diambil dari Zerohedge.com. 
Bloomberg News. (2013, December 7). Baidu Stops Accepting Bitcoins After China Ban. Diambil dari 
Bloomberg: http://www.bloomberg.com/news/2013‐12‐07/baidu‐stops‐accepting‐bitcoins‐after‐
china‐ban.html 
Forbes. (2013, April 15). Bitcoin and The Future of The Money. Diambil dari Forbes: 
http://www.forbes.com/sites/groupthink/2013/04/15/bitcoin‐and‐the‐future‐of‐money/ 

G.T., J. &. (2011, June 13). Bits and bob. Diambil dari Economist: 
http://www.economist.com/blogs/babbage/2011/06/virtual‐currency 
Lavin, T. (2013, November 21). Bitcoin is Still Doomed. Diambil dari Bloomberg: 
http://www.bloomberg.com/news/2013‐11‐20/bitcoin‐is‐still‐doomed.html 
Mt.Gox. (n.d.). Bitcoin Trade. Diambil dari Mt.Gox: http://www.mtgox.com 
Parker, T. (2013, July 16). Bitcoin May Be The Currency Of The Future. Diambil dari Investopedia: 
http://www.investopedia.com/financial‐edge/0212/bitcoin‐may‐be‐the‐currency‐of‐the‐
future.aspx 
Salmon, F. (2013, November 27). The Bitcoin Bubble and the Future of Currency. Diambil dari Medium.com: 
https://medium.com/money‐banking/2b5ef79482cb 
Sunderland, R. (2013, December 2). Bitcoin: the currency of the future and the new gold or just the latest 
internet bubble waiting to pop? Diambil dari This is Money UK: 
http://www.thisismoney.co.uk/money/markets/article‐2517010/CITY‐FOCUS‐Is‐Bitcoin‐currency‐
future.html 
Wikipedia. (2013, 12 8). Bitcoin. Diambil dari Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Bitcoin 
Wikipedia Indonesia. (2013, 12 08). Bitcoin. Diambil dari Wikipedia Indonesia: 
http://id.wikipedia.org/wiki/Bitcoin 
Wood, M. (2013, April 29). Here's why Bitcoin is the future of money. Diambil dari Cnet: 
http://news.cnet.com/8301‐31322_3‐57581952‐256/heres‐why‐bitcoin‐is‐the‐future‐of‐money/