TEKNOLOGI PRODUKSI BUDIDAYA PADI sawah
TEKNOLOGI PRODUKSI BUDIDAYA PADI
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Guna Memenuhi Laporan Praktikum Mata Praktikum
Produksi Tanaman 1
Oleh
Kelompok G 2
Bagas Yanuar Kafabi
(131510601089)
Ryan Sakti Pribadi
(131510601081)
Deasy Tri Puspitasari
(131510601016)
Alamsyah Agil Agasi
(131510601061)
Febti Aulia Fitri
(131510601073)
Indah Nurfitasari
(131510601074)
Mistojo
(131510601075)
Jerni Citra Situmorang
(131510601084)
Nesya Tantri R N
(131510601097)
Novia Fajarwati
(131510601095)
Nihliatun Ni’mah
Bela Lestari Dwireja
(131510601096)
(131510601104)
LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertanian merupakan kegiatan yang di dalamnya terdapat berbagai aktivitas-
aktivitas mengenai sumberdaya alam baik bersifat ekologis maupun sosial.
Kondisi terhadap kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi
perkapita akibat peningkatan pendapatan. Sistem produksi padi saat ini juga
sangat rentan terhadap penyimpangan iklim. Penanganan masalah secara parsial
yang telah ditempuh selama ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah yang
kompleks dan juga tidak efisien.
Usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha,
memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari
tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan
bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan dibeberapa daerah yang semula
makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya beralih makan nasi.Nasi
merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah
disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung di dalamnya cukup tinggi
sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan. Makanan pokok ini akan
memberi pengaruh baik apabila sumber yang ada di dalamnya juga baik. Nasi
bersumber dari beras yang dihasilkan oleh suatu tanaman pangan yang menjadi
komoditas terbesar yaitu padi.
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi
dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi
orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh
bahan makanan yang lain. Padi adalah salah satu bahan makanan yang
mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya
terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi
disebut juga makanan energi.
Upaya terus ditingkatkan dalam pencarian terobosan teknologi budidaya
yang memberikan nilai tambah dan meningkatkan efisiensi suatu usaha. Optimasi
produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan
produksi gabah nasional. Hal ini berdampak dengan hasil padi pada
agroekosistem ini yang masih beragam dan belum baik.Menanam adalah suatu
kegiatan menempatkan bahan tanam (benih atau bibit) pada media tanam.
Menanam padi di sawah dilaksanakan dengan cara menempatkan bibit pada lahan
sawah dengan jarak tertentu. Terdapat beberapa tahapan pekerjaan sebelum
melakukan penanaman diantaranya adalah seleksi bibit, menyemai bibit,
mengolah lahan sawah untuk mempersiapkan lahan agarsiap ditanami, dan
menanam.
Cara menanam padi yang baik akan menentukan keberhasilan budidaya.
Sekalipun cara menanam padi sawah dianggap budidaya mudah akan tetapi
kegagalan panen masih sering terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia,
apalagi ketika tanaman padi terserang hama tikus, sudah bisa dipastikan hasil
panen menurun sangat signifikan bahkan seringkali menyebabkan puso. Sekalipun
mudah, jika kita menguasai teknik menanam padi dengan baik niscaya akan
meningkatkan produktivitas pertanaman. Proses penanaman padi di sini relatif
lama, tetapi dengan adanya teknologi yang sekarang telah maju proses tersebut
menjadi mudah. Terdapat beberapa pola jarak tanam dalam rangkaian pekerjaan
penanaman padi. Penerapan jenis pola jarak tanam padi mempengaruhi hasil akhir
baik secara ekonomi, sosial, maupun ekologi. Laporan ini membahas mengenai
bagaimana sistematika proses penanaman padi dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan penanamannya baik secara langsung maupun tidak langsung.
1.2 Tujuan
1. Memahami dan menerapkan prinsip teknik produksi padi dengan sistem tanam
jajar legowo (komponen SRI).
2. Melatih keterampilan dalam menganalisa komponen teknologi produksi padi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Jarak tanam yang diajurkan adalah 25 cm x 25 cm, atau 30cm x 15 cm,
atau jarak tanam jejer legowo 40 cm x 20 cm x 12,5 cm cm (2 : 1). Penanaman
sebaiknya dilakukan dalam keadaan lahan tidak tergenang (macak-macak), bibit
yang ditanam berkisar 1-3 batang per lubang. Tetapi pada sawah tadah hujan perlu
hati-hati membuang air untuk melakukan penanaman dalam keadaan macakmacak, untuk menghindari terjadinya kekeringan (Basorun, 2012). Menurut
Prasetyo (2001), Setelah alang-alang rebah, selanjutnya dibuatkan lubang tanam.
Untuk mengukur jarak tanam serta meluruskan barisan dapat digunakan tali
direntangkan. Jarak tanam sesuaikan dengan kondisi tanah setempat sebagai
patokan untuk tanah yang cukup subur jarak tanamnya bisa 20x20 cm. Umumnya
pada varietas unggul dapat dipergunakan jarak 20 x 20 cm pada musim kemarau
dan 25 x 25 cm pada musim hujan, dengan pola tanam bujur sangkar. Dalam satu
lobang dapat ditanam 1-2 batang bibit, dan ditanam sedalam ± 3 cm. Penanaman
yang terlalu dalam menyebabkan pertumbuhan akar terlambat dan anakan
berkurang, sehingga produksi berkurang. Sedapat-dapatnya bisa ditanam tegak,
jangan sampai miring (Tabi, 2012).
Menurut BPTP (2011), Peningkatan produktivitas tanaman padi selain
ditentukan oleh faktor genetic (varietas), juga oleh cara budidaya seperti
sistem/cara tanam, jarak tanam, populasi tanaman, pemupukan. Salah satu
komponen teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi adalah sistem
tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo merupakan rekayasa sistem tanam
dengan mengatur jarak tanam antar rumpun maupun antar barisan sehingga terjadi
pemadatan rumpun padi di dalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan.
Tujuan sistem tanam jajar legowo untuk mendapatkan tambahan populasi per
satuan luas dan mendapatkan ruang kosong memanjang sehingga memudahkan
dalam pemeliharaan padi. Pada sistem jajar legowo dua baris semua rumpun padi
berada di barisan pinggir dari pertanaman. Akibatnya semua rumpun padi tersebut
memperoleh manfaat dari pengaruh pinggir (border effect). Penanaman bibit
menggunakan sistem tanam legowo. Ada dua taraf jarak tanam yang dicobakan,
yaitu J1 = 21 cm x 10,5 cm x 42 cm dan J2 = 25 cm x 12,5 cm x 50 cm. Bibit
dipindahtanamkan pada umur 15 hari setelah semai. Jumlah bibit adalah satu bibit
per lubang dengan tanam dangkal 1 cm, dengan posisi perakaran seperti huruf L.
Pada saat tanam, air dalam keadaan macak-macak (Hatta, 2012).
Menurut Anggraini (2013), Istilah legowo diambil dari Bahasa Jawa,
Banyumas, terdiri atas kata lego dan dowo; lego berarti luas dan dowo berarti
memanjang. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi
pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman
pinggir. Secara umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada
tanaman yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik karena persaingan tanaman antar barisan dapat
dikurangi. Penerapan cara tanam sistem legowo memiliki beberapa kelebihan
yaitu, sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis,
pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman menjadi lebih
mudah dilakukan di dalam lorong-lorong. Selain itu, cara tanam padi sistem
legowo juga meningkatkan populasi tanaman (Skaria, 2011).
Menurut Saihani (2012), Kelayakan rata-rata pada usahatani padi Ciherang
pada sistem tanam jajar legowo dan non jajar legowo di Kabupaten Hulu Sungai
Utara. Pada sistem tanam jajar legowo. Kelayakan rata-rata pada usahatani padi
Ciherang yang diterima petani adalah sebesar 1,12/usahatani, jadi usahatani pada
sistem tanam jajar legowo layak diusahakan. Pada sistem tanam non nejar legowo.
Kelayakan rata-rata pada usahatani padi Ciherang yang diterima petani adalah
sebesar petani adalah, 0,97 artinya usahatani tersebut tidak layak untuk
diusahakan.Praktek budidaya padi yang diterapkan dilapangan, para petani
umumnya sudah paham dan mengerti tentang penggunaan air yang macak-macak,
penambahan bahan organik dan praktek-praktek budidaya lainnya. Hasil dari
penelitian ini, sebagaimana yang akan diharapkan tujuan penelitian tidak terjadi.
Diperkirakan manfaat pupuk organik yang diberikan lebih pada upaya menjaga
kualitas tanah pasca produksitanaman padi (Azwir, 2012).
Budidaya tanaman padi secara organik dengan penggunaan System of Rice
Intensification (SRI) pada lahan sawah, maka akan diperoleh beberapa
keuntungan seperti penggunaan benih yang lebih irit per hektar dan produksi yang
dicapai terjadi peningkatan sebesar > 50 % bila dibandingkan dengan sistem
penanaman biasa (Purwono, 2001).
BAB 3. PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman. Acara teknologi produksi tanaman
jagung
dilaksanakan
pada
Kamis,
25
September
2014
bertempat
di
Agrotechnopark Jubung Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul 15.00 WIB
sampai selesai.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
1. Gembor
2. Timba
3. Cetok
4. Timbangan
5. Meteran
3.2.2 Bahan
1. Benih padi varietas unggul yang berumur pendek
2. Bahan Organik
3. Pupuk Urea, SP 36, KCL
3.3 Cara Kerja
1. Membagi menjadi 4 kelompok dalam 1 golongan yaitu kelompok 1, 2,
3, dan 4 denga perlakuan setiap kelompok sebagai berikut:
Kel
1
Jarak Tanam
Jajar Legowo (25 x 25 cm tipe 4:1)
Pupuk Dasar
Urea=
100kg/ha
susulan
+
2
Tegel (20 x 20 cm)
SP-36 = 100 kg/ ha
3
Jajar legowo (25 x 25 cm tipe 4:1)
KCL = 50 kg/ha
4
Tegel (20 x 20 cm)
(semua kelompok sama)
2. Mempersiapkan bibit denga teknologi budidaya padi.
3. Mempersiapkan lahan dilakukan 15 hari sebelum masa tanam.
4. Menanam dengan cara bibit padi yang telah disediakan dan menanam
sesuai dengan perlakuan jarak tanam yang ditentukan dengan 1 bibit
perlubang.
5. Memelihara tanaman meliputi: penyulaman, pemupukan, pengairan,
penyiangan, pembubunan, dan pengendalian OPT.
6. Menyulam tanaman setelah tanamn berumur 1 minggu pada tanaman mati
atau pada lubang tana yang tidak ada tanaman.
7. Menyiangi tanaman pada 14 dan 35 hst.
8. Memupuk dilakukan 2 kali yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan.
9. Mengendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot,
posisi berada barisa kosong di antara 2 barisan legowo.
10. Mengairi dengan cara penggenangan terus-menerus dan berselang.
11. Memanen sesuai diskripsi umur tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi Sawah
(Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Produksi Tanaman Vol. 1(2):
Azwir. 2009. Peningkatan Produktifitas Padi Sawah dengan Perbaikan Teknologi
Budidaya. Akta Agrosia Vol 12. No. 2 hlm 212-218 Juli-Des 2009
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, 2011. Padi Varietas Unggul
dan Sistem Tanam Jajar Legowo. Laporan Kegiatan. BPTP Jawa Tengah
Basorun. 2012. Factors Influencing Rice Production in Igbemo-Ekiti Region of
Nigeria. Agriculture, Food and Environmental Sciences. Vol 5 (1): 1-9.
Tabi. 2012. Evaluation of lowland rice (Oryza sativa) production system and
management recommendations for Logone and Chari flood plain – Republic
of Cameroon. Agricultural Science Research Journals. Vol. 2(5): 261-273.
Hatta, Muhammad. 2012.
Uji Jarak Tanam Sistem Legowo Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasi Beberapa Varietas Padi Pada Metode Sri. Agrista
Vol. 16(2):
Prasetyo, YT. 2001. Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. Jakarta. P.T. Penebar
Swadaya.
Purwono dkk. 2001. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penerbit
Swadaya.
Saihani, Azwar. 2012. Analisis Kelayakan Usahatani Padi Ciherang pada Sistem
Tanam Jajar Legowo dan non jajar legowo di Kabupaten Hulu Sungai Utara
Propinsi Kalimantan Selatan. Media Sains. 4(1):37-40.
Skaria, R. 2011. Analysis of Genetic Variability in Rice Varieties (Oryza sativa L)
of Kerala using RAPD Markers. Genetic Engineering and Biotechnology.
Vol 2011 (24). 1-9.
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Guna Memenuhi Laporan Praktikum Mata Praktikum
Produksi Tanaman 1
Oleh
Kelompok G 2
Bagas Yanuar Kafabi
(131510601089)
Ryan Sakti Pribadi
(131510601081)
Deasy Tri Puspitasari
(131510601016)
Alamsyah Agil Agasi
(131510601061)
Febti Aulia Fitri
(131510601073)
Indah Nurfitasari
(131510601074)
Mistojo
(131510601075)
Jerni Citra Situmorang
(131510601084)
Nesya Tantri R N
(131510601097)
Novia Fajarwati
(131510601095)
Nihliatun Ni’mah
Bela Lestari Dwireja
(131510601096)
(131510601104)
LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertanian merupakan kegiatan yang di dalamnya terdapat berbagai aktivitas-
aktivitas mengenai sumberdaya alam baik bersifat ekologis maupun sosial.
Kondisi terhadap kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi
perkapita akibat peningkatan pendapatan. Sistem produksi padi saat ini juga
sangat rentan terhadap penyimpangan iklim. Penanganan masalah secara parsial
yang telah ditempuh selama ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah yang
kompleks dan juga tidak efisien.
Usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha,
memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari
tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan
bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan dibeberapa daerah yang semula
makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya beralih makan nasi.Nasi
merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah
disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung di dalamnya cukup tinggi
sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan. Makanan pokok ini akan
memberi pengaruh baik apabila sumber yang ada di dalamnya juga baik. Nasi
bersumber dari beras yang dihasilkan oleh suatu tanaman pangan yang menjadi
komoditas terbesar yaitu padi.
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi
dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi
orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh
bahan makanan yang lain. Padi adalah salah satu bahan makanan yang
mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya
terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi
disebut juga makanan energi.
Upaya terus ditingkatkan dalam pencarian terobosan teknologi budidaya
yang memberikan nilai tambah dan meningkatkan efisiensi suatu usaha. Optimasi
produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan
produksi gabah nasional. Hal ini berdampak dengan hasil padi pada
agroekosistem ini yang masih beragam dan belum baik.Menanam adalah suatu
kegiatan menempatkan bahan tanam (benih atau bibit) pada media tanam.
Menanam padi di sawah dilaksanakan dengan cara menempatkan bibit pada lahan
sawah dengan jarak tertentu. Terdapat beberapa tahapan pekerjaan sebelum
melakukan penanaman diantaranya adalah seleksi bibit, menyemai bibit,
mengolah lahan sawah untuk mempersiapkan lahan agarsiap ditanami, dan
menanam.
Cara menanam padi yang baik akan menentukan keberhasilan budidaya.
Sekalipun cara menanam padi sawah dianggap budidaya mudah akan tetapi
kegagalan panen masih sering terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia,
apalagi ketika tanaman padi terserang hama tikus, sudah bisa dipastikan hasil
panen menurun sangat signifikan bahkan seringkali menyebabkan puso. Sekalipun
mudah, jika kita menguasai teknik menanam padi dengan baik niscaya akan
meningkatkan produktivitas pertanaman. Proses penanaman padi di sini relatif
lama, tetapi dengan adanya teknologi yang sekarang telah maju proses tersebut
menjadi mudah. Terdapat beberapa pola jarak tanam dalam rangkaian pekerjaan
penanaman padi. Penerapan jenis pola jarak tanam padi mempengaruhi hasil akhir
baik secara ekonomi, sosial, maupun ekologi. Laporan ini membahas mengenai
bagaimana sistematika proses penanaman padi dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan penanamannya baik secara langsung maupun tidak langsung.
1.2 Tujuan
1. Memahami dan menerapkan prinsip teknik produksi padi dengan sistem tanam
jajar legowo (komponen SRI).
2. Melatih keterampilan dalam menganalisa komponen teknologi produksi padi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Jarak tanam yang diajurkan adalah 25 cm x 25 cm, atau 30cm x 15 cm,
atau jarak tanam jejer legowo 40 cm x 20 cm x 12,5 cm cm (2 : 1). Penanaman
sebaiknya dilakukan dalam keadaan lahan tidak tergenang (macak-macak), bibit
yang ditanam berkisar 1-3 batang per lubang. Tetapi pada sawah tadah hujan perlu
hati-hati membuang air untuk melakukan penanaman dalam keadaan macakmacak, untuk menghindari terjadinya kekeringan (Basorun, 2012). Menurut
Prasetyo (2001), Setelah alang-alang rebah, selanjutnya dibuatkan lubang tanam.
Untuk mengukur jarak tanam serta meluruskan barisan dapat digunakan tali
direntangkan. Jarak tanam sesuaikan dengan kondisi tanah setempat sebagai
patokan untuk tanah yang cukup subur jarak tanamnya bisa 20x20 cm. Umumnya
pada varietas unggul dapat dipergunakan jarak 20 x 20 cm pada musim kemarau
dan 25 x 25 cm pada musim hujan, dengan pola tanam bujur sangkar. Dalam satu
lobang dapat ditanam 1-2 batang bibit, dan ditanam sedalam ± 3 cm. Penanaman
yang terlalu dalam menyebabkan pertumbuhan akar terlambat dan anakan
berkurang, sehingga produksi berkurang. Sedapat-dapatnya bisa ditanam tegak,
jangan sampai miring (Tabi, 2012).
Menurut BPTP (2011), Peningkatan produktivitas tanaman padi selain
ditentukan oleh faktor genetic (varietas), juga oleh cara budidaya seperti
sistem/cara tanam, jarak tanam, populasi tanaman, pemupukan. Salah satu
komponen teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi adalah sistem
tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo merupakan rekayasa sistem tanam
dengan mengatur jarak tanam antar rumpun maupun antar barisan sehingga terjadi
pemadatan rumpun padi di dalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan.
Tujuan sistem tanam jajar legowo untuk mendapatkan tambahan populasi per
satuan luas dan mendapatkan ruang kosong memanjang sehingga memudahkan
dalam pemeliharaan padi. Pada sistem jajar legowo dua baris semua rumpun padi
berada di barisan pinggir dari pertanaman. Akibatnya semua rumpun padi tersebut
memperoleh manfaat dari pengaruh pinggir (border effect). Penanaman bibit
menggunakan sistem tanam legowo. Ada dua taraf jarak tanam yang dicobakan,
yaitu J1 = 21 cm x 10,5 cm x 42 cm dan J2 = 25 cm x 12,5 cm x 50 cm. Bibit
dipindahtanamkan pada umur 15 hari setelah semai. Jumlah bibit adalah satu bibit
per lubang dengan tanam dangkal 1 cm, dengan posisi perakaran seperti huruf L.
Pada saat tanam, air dalam keadaan macak-macak (Hatta, 2012).
Menurut Anggraini (2013), Istilah legowo diambil dari Bahasa Jawa,
Banyumas, terdiri atas kata lego dan dowo; lego berarti luas dan dowo berarti
memanjang. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi
pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman
pinggir. Secara umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada
tanaman yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik karena persaingan tanaman antar barisan dapat
dikurangi. Penerapan cara tanam sistem legowo memiliki beberapa kelebihan
yaitu, sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis,
pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman menjadi lebih
mudah dilakukan di dalam lorong-lorong. Selain itu, cara tanam padi sistem
legowo juga meningkatkan populasi tanaman (Skaria, 2011).
Menurut Saihani (2012), Kelayakan rata-rata pada usahatani padi Ciherang
pada sistem tanam jajar legowo dan non jajar legowo di Kabupaten Hulu Sungai
Utara. Pada sistem tanam jajar legowo. Kelayakan rata-rata pada usahatani padi
Ciherang yang diterima petani adalah sebesar 1,12/usahatani, jadi usahatani pada
sistem tanam jajar legowo layak diusahakan. Pada sistem tanam non nejar legowo.
Kelayakan rata-rata pada usahatani padi Ciherang yang diterima petani adalah
sebesar petani adalah, 0,97 artinya usahatani tersebut tidak layak untuk
diusahakan.Praktek budidaya padi yang diterapkan dilapangan, para petani
umumnya sudah paham dan mengerti tentang penggunaan air yang macak-macak,
penambahan bahan organik dan praktek-praktek budidaya lainnya. Hasil dari
penelitian ini, sebagaimana yang akan diharapkan tujuan penelitian tidak terjadi.
Diperkirakan manfaat pupuk organik yang diberikan lebih pada upaya menjaga
kualitas tanah pasca produksitanaman padi (Azwir, 2012).
Budidaya tanaman padi secara organik dengan penggunaan System of Rice
Intensification (SRI) pada lahan sawah, maka akan diperoleh beberapa
keuntungan seperti penggunaan benih yang lebih irit per hektar dan produksi yang
dicapai terjadi peningkatan sebesar > 50 % bila dibandingkan dengan sistem
penanaman biasa (Purwono, 2001).
BAB 3. PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman. Acara teknologi produksi tanaman
jagung
dilaksanakan
pada
Kamis,
25
September
2014
bertempat
di
Agrotechnopark Jubung Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul 15.00 WIB
sampai selesai.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
1. Gembor
2. Timba
3. Cetok
4. Timbangan
5. Meteran
3.2.2 Bahan
1. Benih padi varietas unggul yang berumur pendek
2. Bahan Organik
3. Pupuk Urea, SP 36, KCL
3.3 Cara Kerja
1. Membagi menjadi 4 kelompok dalam 1 golongan yaitu kelompok 1, 2,
3, dan 4 denga perlakuan setiap kelompok sebagai berikut:
Kel
1
Jarak Tanam
Jajar Legowo (25 x 25 cm tipe 4:1)
Pupuk Dasar
Urea=
100kg/ha
susulan
+
2
Tegel (20 x 20 cm)
SP-36 = 100 kg/ ha
3
Jajar legowo (25 x 25 cm tipe 4:1)
KCL = 50 kg/ha
4
Tegel (20 x 20 cm)
(semua kelompok sama)
2. Mempersiapkan bibit denga teknologi budidaya padi.
3. Mempersiapkan lahan dilakukan 15 hari sebelum masa tanam.
4. Menanam dengan cara bibit padi yang telah disediakan dan menanam
sesuai dengan perlakuan jarak tanam yang ditentukan dengan 1 bibit
perlubang.
5. Memelihara tanaman meliputi: penyulaman, pemupukan, pengairan,
penyiangan, pembubunan, dan pengendalian OPT.
6. Menyulam tanaman setelah tanamn berumur 1 minggu pada tanaman mati
atau pada lubang tana yang tidak ada tanaman.
7. Menyiangi tanaman pada 14 dan 35 hst.
8. Memupuk dilakukan 2 kali yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan.
9. Mengendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot,
posisi berada barisa kosong di antara 2 barisan legowo.
10. Mengairi dengan cara penggenangan terus-menerus dan berselang.
11. Memanen sesuai diskripsi umur tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi Sawah
(Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Produksi Tanaman Vol. 1(2):
Azwir. 2009. Peningkatan Produktifitas Padi Sawah dengan Perbaikan Teknologi
Budidaya. Akta Agrosia Vol 12. No. 2 hlm 212-218 Juli-Des 2009
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, 2011. Padi Varietas Unggul
dan Sistem Tanam Jajar Legowo. Laporan Kegiatan. BPTP Jawa Tengah
Basorun. 2012. Factors Influencing Rice Production in Igbemo-Ekiti Region of
Nigeria. Agriculture, Food and Environmental Sciences. Vol 5 (1): 1-9.
Tabi. 2012. Evaluation of lowland rice (Oryza sativa) production system and
management recommendations for Logone and Chari flood plain – Republic
of Cameroon. Agricultural Science Research Journals. Vol. 2(5): 261-273.
Hatta, Muhammad. 2012.
Uji Jarak Tanam Sistem Legowo Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasi Beberapa Varietas Padi Pada Metode Sri. Agrista
Vol. 16(2):
Prasetyo, YT. 2001. Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. Jakarta. P.T. Penebar
Swadaya.
Purwono dkk. 2001. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penerbit
Swadaya.
Saihani, Azwar. 2012. Analisis Kelayakan Usahatani Padi Ciherang pada Sistem
Tanam Jajar Legowo dan non jajar legowo di Kabupaten Hulu Sungai Utara
Propinsi Kalimantan Selatan. Media Sains. 4(1):37-40.
Skaria, R. 2011. Analysis of Genetic Variability in Rice Varieties (Oryza sativa L)
of Kerala using RAPD Markers. Genetic Engineering and Biotechnology.
Vol 2011 (24). 1-9.