Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa Semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2016
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stres
2.1.1. Definisi stres
Stres kata ini berasal dari kata latin "Stringi", yang berarti, "menjadi ditarik
ketat ". Stres dapat didefinisikan sebagai setiap faktor yang mengancam kesehatan
tubuh atau memiliki efek buruk pada fungsinya, seperti cedera, penyakit, atau
khawatir.15
Dalam pengertian umum, stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa
menekan dalam diri individu. Sesuatu tersebut dapat disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh individu,
baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah.16
Stres menurut Bartsch dan Evelyn adalah ketegangan, beban yang menarik
seseorang dari segala penjuru, tekanan yang dirasakan pada saat menghadapi
tuntutan atau harapan yang menantang kemampuan seseorang untuk mengatasi
atau mengelola hidup.17
Menurut American Institute of Stress, tidak ada definisi yang pasti untuk stres
karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang
sama. Sulit untuk menentukan seseorang stres karena setiap orang berbeda-beda.
Stres bagi seorang individu belum tentu stres bagi individu yang lain.18
Sedangkan, Potter dan Perry mendefinisikan stres menjadi empat bagian yaitu
stres sebagai respon, adaptasi, stimulus dan transaksi.
a. Stres sebagai respon didefinisikan Hans Selye sebagai respon non-spesifik
dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang ditimpakan padanya.
b. Stres sebagai adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa individu
mengalami ansietas dan peningkatan stres ketika mereka tidak siap untuk
menghadapi sesuatu yang menegangkan.
5
Universitas Sumatera Utara
c. Stres sebagai stimulus berfokus pada karakteristik yang mengganggu atau
disruptif di dalam lingkungan.
d. Stres sebagai transaksi memandang individu dan lingkungan dalam hubungan
yang dinamis, resiprokal dan interaktif. Model ini berfokus pada proses yang
berkaitan dengan stres seperti penilaian kognitif dan koping.19
2.1.2. Sumber stres atau stresor
Stresor adalah stimulasi yang merupakan situasi dan kondisi yang
mengurangi kemampuan kita untuk merasa senang, nyaman, bahagia, dan
produktif. Dengan kata lain, stresor sebagai pemicu stres. Dalam kehidupan
sehari-hari ada bermacam-macam hal yang memfasilitasi atau menghambat
kegiatan kita. Adapun sumber stresor antara lain :
a. Kegagalan mencapai tujuan
Keterbatasan diri menghambat kita dalam mencapai tujuan seperti cacat fisik,
sakit, kurang kemampuan intelektual, kurang kemampuan sosial, akan
berpeluang sebagai stresor. Pada beberapa individu membantu sebagai
sumber kekuatan baru, untuk bekerja atau belajar lebih keras, sedangkan pada
individu yang lain hal ini akan menyebabkan stres dan putus asa. Contoh lain:
gagal ujian, gagal usaha (bisnis), dan gagal berumah tangga.
b. Konflik tujuan
Konflik tujuan dilema atau kebingungan yang disebabkan oleh dua keinginan
atau lebih yang disukai, tetapi yang bersangkutan sulit, tidak bisa mengambil
keputusan dalam memilih tujuan. Stres terjadi karena orang yang
bersangkutan tidak mengetahui tindakan atau pilihan yang akan diambil.
Konflik yang demikian, menyebabkan perasaan bimbang, menarik diri atau
menghindari konflik tersebut
c. Perubahaan gaya hidup
d. Stimuli lingkungan yang tidak menyenangkan.20
Sumber stres (stresor) dibagi menjadi tiga kelompok yaitu stresor yang
berasal dari individu, keluarga dan lingkungan.
6
Universitas Sumatera Utara
a. Diri individu, hal ini berkaitan dengan konflik. Pendorong dan penarik
konflik
menghasilkan dua kecenderungan
yang
berkebalikan,
yaitu
approachdan avoidance.
b. Keluarga. Hal yang memungkinkan munculnya stres dalam keluarga ditandai
dengan hadirnya anggota baru, sakit, perceraian, masalah keuangan, dan
kematian dalam keluarga.
c. Komunikasi dan Masyarakat. Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan
atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, yang secara
umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan
kurangnya hubungan interpersonal serta adanya pengakuan di masyarakat
sehingga tidak dapat berkembang.21
Meskipun ada berbagai sumber stres dalam kehidupan masyarakat namun,
menurut Global Organization for Stress ada enam sumber utama stres yaitu :22
1. Stres lingkungan
Ketegangan dan gangguan dalam hidup kita, dapat berupa stres lingkungan.
Stres jenis ini berkaitan dengan aspek-aspek lingkungan dan sekitarnya. Misalnya,
tinggal di tempat atau lingkungan yang bising dan sibuk dapat mengakibatkan kita
menunjukkan gejala stres dan efek stres.
2. Tekanan Sosial
Hal ini berkaitan dengan stres yang terlibat dalam berinteraksi, bersosialisasi
dan berkomunikasi dengan manusia lain. Ini berkisah tentang hubungan dengan
orang lain. Beberapa orang saat melakukan hubungan dan interaksi sosial merasa
lebih stres dan tertekan. Sedangkan pada beberapa orang interaksi sosial lebih
menyenangkan dan sesuatu yang positif.
3. Stres Organisasi
Kita semua melibatkan diri dan kerap bekerja pada sebuah organisasi. Hal ini
dapat mengakibatkan stres organisasi. Beberapa ahli membahas sumber stres ini
terjadi karena adanya tekanan dari lingkungan atau sosial. Paling sering sumber
stres ini dikaitkan dengan stres kerja. Ini sering melibatkan tuntutan dan tekanan
7
Universitas Sumatera Utara
di suatu lembaga, perusahaan atau organisasi tempat kita bekerja. Namun, juga
melibatkan organisasi pemerintah, perkumpulan lokal dan lainnya.
4. Stres Fisiologis
Hal ini berkaitan dengan bagaimana fisiologi tubuhbereaksi dan merespon
terhadap situasi stres. Hal ini sering disebut sebagai stres fisik dan berhubungan
dengan gejala stres fisik yg sesorang alami. Misalnya, ketika tubuh merasatakut,
gugup atau gemetar. Respon ini merupakan respon normal tubuh terhadap stres.
5. Stres Psikologis
Melibatkan kekuatan pikiran sendiri dalam bagaimana kita berpikir,
merasionalisasi dan membuat makna stres, permasalahan, dan kecemasan
tersendiri. Hal ini adalah tentang bagaimana otak, jiwa, dan pikiran kita untuk
berpikir tentang stres dalam kehidupan. Hal ini sering disebut stres emosional atau
stres mental yang melibatkan perasaan yang kuat dan emosi.
6. Stres Peristiwa Penting
Hal ini sering dikenal sebagai stres peristiwa penting. Mungkin tidak semua
stres itu buruk danada kejadianberarti yangterjadi dalam hidup kita yang
mengakibatkan
stres positif.
Contoh kelulusan SMA,
pernikahan atau
memenangkan acara olahraga. Namun, ada juga peristiwa penting yang
mengakibatkan stres negatif. Ini dapat melibatkan insiden signifikan seperti
kecelakaan serius, serangan fisik atau seksual, dan lain-lain.Peristiwa tersebut
melibatkan tingkat stres dan kecemasan yang tinggi. Hal ini sering dikaitkan
dengan trauma pasca kejadian atau sering disebut sebagai Posttraumatic Stress
Disorder (PTSD).
2.1.3. Jenis-jenis stres
1. Stress akut
Stres akut adalah bentuk yang paling umum dari stres. Ini berasal dari
kebutuhan dan tekanan dari masa lalu, kebutuhan diantisipasi, dan tekanan akan
masa depan. Stres akut terasa mendebarkan dan menyenangkan dalam dosis kecil,
tapi jika terlalu banyak terasa melelahkan. Misalnya, tantangan bermain ski
8
Universitas Sumatera Utara
menuruni lereng dengan cepat. Pada awalnya menyenangkan, namun akhirnya
dapatmenguras tenaga. Ski dengan kecepatan diluar batasdapat menyebabkan
jatuh dan patah tulang. Dengan cara yang sama, berlebihan pada stres jangka
pendek dapat menyebabkan tekanan psikologis, sakit kepala, sakit perut dan
gejala lainnya. Stres akut dapat muncul pada siapapun, dan ini dapat diobati dan
dikendalikan.
Karena ini terjadi dalam jangka pendek, stres akut tidak memiliki cukup
waktu sehingga menyebabkan kerusakan berat yang berhubungan dengan stres
jangka panjang. Gejala yang paling umum adalah:
•
Tekanan emosional. Beberapa kombinasi dari mudah marah, kecemasan,
dan depresi. tiga emosi stres.
•
Masalah otot termasuk nyeri kepala tegang, sakit punggung, nyeri rahang
dan ketegangan otot yang menyebabkan masalah pada otot, tendon, dan
ligamen.
•
Masalah lambung, usus halus, dan usus besar seperti sakit maag, asam
lambung, perut kembung, diare, sembelit dan IBS.
•
Rangsangan berlebihan yang bersifat sementara misalnya peningkatan
tekanan darah, denyut jantung yang cepat, telapak tangan berkeringat,
jantung berdebar-debar, pusing, sakit kepala migrain, dingin pada tangan
atau kaki, sesak napas dan nyeri dada.
2. Stres akut episodik
Bentuk lain dari stres akut episodik berasal dari kecemasan tanpa henti.
Gejala stres akut episodik adalah gejala lanjutan akibat rangsangan yang
berlebihan : sakit kepala terus-menerus, migrain, hipertensi, nyeri dada dan
penyakit jantung. Mengobati stres akut episodik memerlukan intervensi pada
sejumlah tingkatan, umumnya memerlukan bantuan profesional yang mungkin
membutuhkan waktu berbulan-bulan.
9
Universitas Sumatera Utara
3. Stres kronik
Walaupun stres akut dapat terasa mendebarkan dan menyenangkan, tidak
demikian dengan stres kronis. Stres kronis adalah stres parah yang dapat terjadi
hari demi hari sampai tahun demi tahun. Stres kronis menghancurkan tubuh,
pikiran, dan jiwa. Ini menyebabkan kekacauanjangka panjang. Contohnya stres
karena miskin, disfungsional keluarga,terjebak dalam pernikahan yang tidak
bahagia atau dalam pekerjaan/kariryang dipandang rendah. Ini adalah stres yang
masalahnya tidak pernah berakhir. Stres kronis datang ketika seseorang tidak
menemukan jalan keluar dari situasi yang menyedihkan. Stres yang merupakan
tuntutan dan tekanan yang tak henti-hentinya untuk waktu yang tak berkesudahan.
Tanpa harapan, individu menyerah mencari solusi.
Beberapa stres kronis berasal dari trauma masa lalu seperti, pengalaman
menyakitkan
ketika
kecil.
Beberapa
pengalaman
sangat
mempengaruhi
kepribadian. Pandangan terhadap dunia atau sistem kepercayaan menyebabkan
stres tak berujung bagi individu (misalnya, dunia adalah tempat yang mengancam,
orang akan mencari tahu kita berpura-pura, kita harus sempurna setiap saat).
Ketika kepribadian atau kepercayaan yang mendalam harus perbaiki, pemulihan
membutuhkan pemeriksaan diri aktif dan sering dengan bantuan profesional.23
2.1.4. Tahapan stres
Amberg membagi stres dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut, yaitu: Semangat bekerja besar,
berlebihan (over acting), penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya, merasa
mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; namun tanpa disadari
cadangan energi habis (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula, merasa
senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa
disadari cadangan energi semakin menipis.
10
Universitas Sumatera Utara
2. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana
diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan
yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena
tidak cukup waktu untuk istirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup
bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami
defisit. Analog dengan hal ini adalah misalnya handphone(HP) yang sudah lemah
harus kembali diisi ulang (dicharge) agar dapat digunakan lagi dengan baik.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres
tahap II adalah sebagai berikut, yaitu: Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang
seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa
capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman
(bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar),
otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang, tidak bisa santai.
3. Stres tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II tersebut
di atas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang
semakin nyata dan mengganggu yaitu: Gangguan lambung dan usus semakin
nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare),
ketegangan otot-otot semakin terasa, perasaan ketidaktenangan dan ketegangan
emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar
kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari dan tidak
dapat kembali tidur (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu (badan terasa
oyong dan serasa mau pingsan).
Pada tahap ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk
memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang
mengalami defisit.
11
Universitas Sumatera Utara
4. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan
dengan keluhan keluhan stres tahap III di atas, oleh dinyatakan tidak sakit karena
tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi
dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal
istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul sebagai berikut: untuk bertahan
sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit, aktivitas pekerjaan yang semula
menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih
sulit, yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk
merespons secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melaksanakan
kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan, seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan
kegairahan, daya konsentrasi dan daya ingat menurun, timbul perasaan ketakutan
dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
5. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V
yang ditandai dengan hal-hal berikut, yaitu: Kelelahan fisik dan mental yang
semakin mendalam (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan
untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan
sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder), timbul perasaan
ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
6. Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang mengalami stress
tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICU,
meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ
tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut, yaitu: Debaran jantung
teramat keras, susah bernafas (sesak dan megap-megap), sekujur badan terasa
gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang
ringan, pingsan atau kolaps (collapse) Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala
12
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana digambarkan diatas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik
yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat
stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.24
2.1.5. Respon stres
a. Respon fisiologis
Menurut Selye mengidentifikasikan 2 respon fisiologis yaitu Local
Adaptation Syndrome (LAS) dan Global Adaptation Syndrome (GAS).
LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres
karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Dua respon setempat,
yaitu respon reflek nyeri dan respon inflamasi. Respon reflek nyeri adalah respon
adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respon melibatkan
reseptor sensoris, saraf sensoris yang menjalar ke medulla spinalis, neuron
penghubung dalam medulla spinalis, saraf motorik yang menjalar dari medulla
spinalis, dan otot efektif. Respon inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi,
respon ini memusatkan inflamasi sehingga dengan demikian menghambat
penyebaran inflamasi dan meningkatkan penyembuhan. Respon inflamasi terjadi
dalam tiga fase. Fase pertama mencakup perubahan dalam sel-sel dan sistem
sirkulasi. Fase kedua ditandai oleh pelepasan eksudat dari luka. Fase terakhir
adalah regenerasi jaringan atau pembentukan jaringan parut. Regenerasi
menggantikan sel-sel yang rusak dengan sel-sel identis atau sel-sel serupa.
GAS adalah respon pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stres. Respon
ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem
endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap resisten dan tahap kehabisan
tenaga. Pada tahap alarm respon simpatis fight or flight diaktifkan yang bersifat
defensif dan anti inflamasi yang akan menghilang dengan sendirinya. Bila stresor
menetap maka akan beralih ke tahap pertahanan. Pada tahap pertahanan tubuh
individu berupaya untuk mengadaptasi terhadap stresor. Jika stresor tetap terus
menetap maka individu memasuki tahap kehabisan tenaga. Tahap kehabisan
tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stres dan ketika energi yang
13
Universitas Sumatera Utara
diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah menipis. Tubuh tidak mampu
untuk mempertahankan dirinya terhadap dampak stresor, regulasi fisiologis
menghilang, dan jika stres berlanjut dapat terjadi kematian
b. Respon psikologis
Pemajanan terhadap stresor mengakibatkan respon adaptif psikologis dan
fisiologis. Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif dan destruktif. Perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik
Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan
masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk
berfungsi.19
2.1.6. Efek stres
Menurut American Institude of Stress adapun efek yang ditimbulkan dari
stress antara lain:18
1. Sistem Neurologis
Ketika stres baik fisiologi atau psikologis tubuh tiba-tiba menggunakan energi
untuk melawan ancaman yang dirasakan yang dikenal sebagai respon "fight or
flight". Sistem saraf simpatikakan mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal untuk
melepaskan adrenalin dan kortisol. Hormon ini menyebabkan jantung berdetak
lebih cepat, meningkatkan tekanan darah, mengubah proses pencernaan dan
meningkatkan kadar glukosa dalam aliran darah. Setelah krisis berlalusistem
tubuh biasanya kembali normal.
2. Sistem Muskuloskeletal
Pada saat stresotot menjadi tegang. Kontraksi otot untuk waktu yang lama
dapat memicu sakit kepala, migrain dan berbagai kondisi muskuloskeletal.
3. Sistem Respirasi
Stres dapat membuat kita bernapas lebih keras dan bernapas lebih cepat atau
hiperventilasi yang dapat menyebabkan serangan panik pada beberapa orang
4. Sistem Cardiovascular
14
Universitas Sumatera Utara
Stres akut (stressesaatseperti terjebak dalam lalu lintas) menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan kontraksi lebih kuat pada otot jantung. Pembuluh
darah yang mengalirkan darah ke otot besar dan jantung berdilatasi meningkatkan
jumlah darah yang dipompa ke bagian-bagian tubuh. Episode stres akut yang
berulangdapat
menyebabkan
peradangan
pada
arteri
koroner
sehingga
menyebabkan serangan jantung.
5. Sistem Endokrin
•
Kelenjar adrenal
Ketika tubuh mengalami stres, otak akanmengirimkan sinyal dari hipotalamus
sehingga
korteks
adrenal
memproduksi
kortisol
dan
adrenal
medulla
memproduksi epinefrine inilah yang disebut dengan "hormon stres"
•
Hati
Ketika kortisol dan epinefrin dilepaskan maka hati akanmemproduksi lebih
banyak glukosa. Gula darah yang meningkat akan memberikankita energi untuk
fight or flight dalam keadaan darurat
6. Sistem Gastrointestinal
•
Esofagus
Stresmendorong kita untuk makan lebih banyak atau lebih sedikit
daribiasanya. Jika kita makan lebih banyak atau mengkonsumsi tembakau atau
alkohol yang berlebihan memungkinkankita mengalami nyeri ulu hati atau refluks
asam lambung.
•
lambung
Lambung kita dapat mengakibatan rasa mual atau sakit Jika mengalami stres
yang parah.
•
usus
Stres dapat mempengaruhi pencernaan dan penyerapan gizi di usus. Stres juga
dapat mempengaruhi seberapa cepat makanan bergerak di saluran cerna. Kita
mungkin dapat mengalami diare atau konstipasi.
15
Universitas Sumatera Utara
7. Sistem reproduksi
•
Pada pria
Kelebihan
jumlah
kortisolyang
diproduksi
pada
saat
stresdapat
mempengaruhi fungsi normal dari sistem reproduksi. Stres kronis dapat
mengganggu
keseimbangan
testosteron
dan
produksi
sperma
sehingga
mengakibatkan impotensi
•
Pada wanita
Stres dapat menyebabkan tidak ada atau tidak teraturnya siklus menstruasi
atau periode menstruasi yang sakit. Stres juga dapat mengurangi gairah seksual.
2.2. Tidur
2.2.1. Definisi tidur
Tidur adalah proses fisiologi yang berputar dan bergantian, dengan periode
jaga yang lebih lama. Siklus tidur bangun memengaruhi dan mengatur fungsi
fisiologis dan respon prilaku .25 Tidur merupakan keadaan organisme yang teratur,
berulang, dan mudah dibalikkan yang ditandai oleh relatif tidak bergerak dan
peningkatan besar ambang respon terhadap stimuli eksternal relatif dari keadaan
terjaga.26
2.2.2. Fungsi tidur
Fungsi tidur telah diteliti dalam berbagai cara: sebagai besar penelitian
menyimpulkan bahwa tidur memiliki fungsi restoratif dan homeostatik dan
tampaknya penting untuk termoregulasi dan cadangan energi normal.26
Tujuan tidur masih belum jelas. Tidur berkonstribusi dalam menjaga kondisi
fisiologis dan psikologis. Menurut McCance dan Huether (2006) Tidur NREM
membantu perbaikan jaringan tubuh. Selama tidur NREM, fungsi biologis lambat.
Denyut jantung normal orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70-80 denyut
per menit atau kurang jika individu berada dalam kondisi fisik yang sangat baik.
Namun, selama tidur denyut jantung turun sampai 60 denyut permenit atau
kurang. Ini berarti bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat
16
Universitas Sumatera Utara
dalam setiap menit atau 60-120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh karena
itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung. Fungsi
biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah pernapasan, tekanan darah,
dan otot .25
2.2.3. Faktor yang mempengaruhi tidur
Sejumlah faktor yang memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. Sering kali
faktor tunggal bukanlah satu satunya penyebab untuk masalah tidur. Faktor
fisiologis , psikologis, dan faktor lingkungan sering mengubah kualitas dan
kuantitas tidur. 25,27
a. Obat dan substansi
Menurut Schweitzer obat tidur dapat mengubah pola tidur an menurunkan
kewaspadaan di siang hari, yang kemudian menjadi masalah bagi individu. Obat
yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada
manfaat. Adapun beberapa obat dan substansi yang dapat menyebabkan
gangguan tidur antara lain:
-
Alkohol
Obat anoreksia
Antikolinergik
Antikejang (lamotrigin dan fentoin)
Antidepresan
(bupropion,
fluoxentine,
phenelzine,
protriptyline,
tranylcypromine, venlafaxine)
Antihipertensi (daunorubicin, goserelin, interferon-a, leuprolide)
Antiparkinson
Bronkodilator (albuterol, metaproterenol, salmeterol, terbutaline)
Kontrasepsi oral
Kortikosteroid
Obat batuk dan flu/dekongestan (phenylpeopanolamine, pseudoefedrin)
Diuretic (tiazide)
Hormon (progesterone, tiroid)
Hipolipidemi
Quinidine
Teofilin
17
Universitas Sumatera Utara
b. Gaya hidup
Rutinitas seorang dapat memengaruhi pola tidur. Seorang individu yang
bekerja secara rotasi (misalnya, 2 minggu siang hari diikuti oleh 1 minggu malam
hari) sering mengalami kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Sebagai
contoh, jam internal tubuh diatur pada jam 11 malam, tetapi jadwal kerja
memaksa tidur di jam 9. Individu hanya dapat tidur 3 atau 4 jam karena tubuh
merasa
bahwa
sudah
waktunya
untuk
bangun
dan
aktif.
Kesulitan
mempertahankan kewaspadaan selama waktu kerja menghasilkan penurunan dan
bahkan kinerja yang berbahaya. Setelah beberapa minggu bekerja di shift malam,
jam biologis seseorang biasanya menyesuaikan diri. Perubahan lain dalam
rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi melakukan pekerjaan berat yang
tidak biasa, terlibat dalam kegiatan sosial sampai larut malam, dan mengubah
waktu makan malam.
c. Lingkungan
lingkungan fisik di mana seseorang tidur secara signifikan memengaruhi
kemampuan untuk memulai tidur. Ventilasi yang baik sangat penting untuk tidur
yang nyenyak. Ukuran, kenyamanan, dan posisi tempat tidur memengaruhi
kualitas tidur. Jika seseorang biasanya tidur dengan individu lain, maka tidur
sendiri akan sering menyebabkannya terjaga. Di sisi lain, tidur dengan teman tidur
yang gelisah atau mendengkur dapat mengganggu tidur.
d. Gangguan psikiatri dan stress emosional
Beberapa gangguan psikiatri yang seringkali berhubungan dengaan gangguan
tidur adalah gangguan mood, gangguan anxietas, gangguan panik, post-traumatic
stress disorder, psikosis, eating disorder, alcoholism, somatoform disorder, dan
gangguan personality.
Khawatir atas masalah-masalah pribadi atau situasi sering mengganggu tidur.
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering menyebabkan
frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha
terlalu keras untuk dapat tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau tidur
terlalu lama. Stres yang berkelanjutan menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak
baik.
18
Universitas Sumatera Utara
e. Pola tidur yang lazim
f. Makanan dan asupan kalori
Mengikuti kebiasaan makan yang baik penting untuk menciptakan tidur yang
baik
g. Latihan dan kelelahan.
Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat tidur dengan nyenyak, terutama
jika kelelahan tersebut merupakan hasil kerja atau latihan yang menyenangkan.
Berolahraga 2 jam atau lebih sebelum tidur memungkinkan tubuh untuk
mendinginkan, mengurangi kelelahan, serta meningkatkan relaksasi. Namun,
kelelahan yang berlebihan yang berasal dari pekerjaan yang melelahkan atau stres
membuat sulit tidur. Ini adalah masalah umum bagi anak-anak sekolah dasar dan
remaja.
h. Penyakit medis
Adapun penyakit medis yang mengakibatkan gangguan tidur antara lain:
-
Gangguan respirasi : obstructive sleep apnea, central sleep apnea, sleeprelated asthma, penyakit paru obstruktif kronis, dan central alveolar
hypoventilation syndrome
-
Gangguan jantung : angina nokturnal dan gagal jantung kongestif
-
Sindroma nyeri : osteoartritik, rematoid arthritis, dan fibromyalgia
-
Gangguan gastrointestinal : sleep-related abnormal swallowing syndrome,
sleep-related gastroesofageal reflux, dan peptic ulcer disease
-
Gangguan dermatologis : pruritus
-
Kanker
-
Penyakit infeksi : AIDS
2.2.4. Fisiologi tidur
Tidur terdiri dari dua fisiologis : tidur dengan gerakan mata tidak cepat ( Non
Rapid Eye Movement / NREM) dan tidur dengan gerakan mata cepat (Rapid Eye
Movement / REM). Diawali dengan NREM yang kemudian berubah menjadi
19
Universitas Sumatera Utara
REM pertama pada malam hari tersebut.26 Pada dewasa muda kebutuhan tidur
rata-rata 6 sampai 8 ½ jam. Sekitar 20 % waktu tidur adalah tidur REM. 25
2.2.4.1. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Dibandingkan dengan keadaan terjaga, sebagian besar fungsi fisiologis jelas
menurun pada keadaan tidur NREM. NREM terdiri dari empat stadium :
1. NREM stadium satu
Termasuk tingkat tidur paling ringan, tahap berlangsung beberapa menit,
penurunan aktifitas fisiologi diawali dengan penurunan bertahap tanda vital
dan metabolism, rangsangan sensorik seperti suara dapat membangunkan
seseorang dengan mudah, dan setelah terbangun, orang akan seola-olah baru
saja bermimpi.
2. NREM stadium dua
Periode tidur nyenyak, semakin rileks, mudah terjaga, tahap berlangsung 10
hingga 20 menit, fungsi tubuh terus melambat .
3. NREM stadium tiga
Mengawali tahap awal tidur nyenyak, seseorang sulit untuk dibangunkan dan
digerakkan, otot menjadi rileks, tanda-tanda vital mengalami penurunan tetapi
teratur, tahap ini berlangsung 15 sampai 30 menit
4. NREM stadium empat
Tahap terdalam dari tidur , sangat sulit untik dibangunkan, jika sudah tertidur
maka seseorang akan menghabiskan sebgian besar dari malam di tahap ini,
tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun, tahap
berlangsung sekitar 15 sampai 30 menit, tidur sambil berjalan dan enuresis
(mengompol) kadang-kadang terjadi.
2.2.4.2. Rapid Eye Movement (REM)
Mimpi yang berwarna dan nyata muncul, mimpi yang kurang jelas terjadi
pada tahap lainnya, tahap biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai,
kehilangan ketegangan masa otot, sekresi lambung meningkat, sangat sulit untuk
dibangunkan, durasi REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
20
Universitas Sumatera Utara
Adapun ditandai oleh respon otonom yaitu :
•
Gerakan mata cepat
•
Denyut jantung dan pernafasan yang berfluktuasi
•
Peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.25
Bila seseorang sangat mengantuk, REM berlangsung singkat dan bahkan
mungkin tidak ada. Sebaliknya sewaktu orang semakin lebih nyenyak pada tidur
nya, maka durasi tidur REM juga akan semakin lama.28
Tidur REM berbeda secara kualitatif yang ditandai oleh tingkat aktivitas otak
dan fisiologis yang sangat aktif yang mirip dengan keadaan terjaga. Pada saat
dewasa distribusi dari tahap tidur adalah sebagai berikut :
Non-Rapid Eye Movement (REM) 75 persen yang terbagi atas 4 tahap
diantaranya :
-
Tahap 1 : 5 persen
-
Tahap 2 : 45 persen
-
Tahap 3 : 12 persen
-
Tahap 4 : 13 persen
Rapid Eye Movement (REM) 25 persen. 26
2.2.5. Jenis-jenis tidur
Terdapat 2 jenis tidur, yang ditandai oleh pola EEG yang berbeda dan prilaku
yang berlainan : tidur gelombang lambat dan tidur parodoksal atau REM.
Tidur gelombang lambat terjadi dalam empat tahap, dinamai tidur gelombang
lambat karena masing-masing tahap memperlihatkan gelombang EEG yang
semakin pelan dengan amplitudo lebih besar. Pada permulaan tidur, anda
berpindah dari tidur ringan (tidur ayam) stadium 1 menjadi tidur dalam empat
stadium ( tidur gelombang lambat) dalam waktu 30 sampai 45 menit, kemudia
anda berbalik melalui stadium-stadium yang sama dalam periode waktu yang
sama.
21
Universitas Sumatera Utara
Tidur parodoksal terdapat pada akhir masing-masing siklus tidur gelombang
lambat yang terjadi selama 10 sampai 15 menit. Dinamakan tidur parodoksal
karena pola EEG selama periode ini mendadak berubah seperti dalam keadaan
terjaga, meskipun anda masih tidur lelap. Setelah episode paradoks tersebut,
stadium-stadium tidur gelombang lambat kembali berulang. Sepanjang malam,
seseorang secara siklik bergantian mengalami kedua jenis tidur tersebut. Dalam
siklus tidur normal, selalu melewati tidur gelombang lambat sebelum masuk ke
tidur paradoksal.29
2.2.6. Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang tentang pengalaman tidur,
mengintegrasikan aspek inisiasi tidur, pemeliharaan tidur, kuantitas/lamanya tidur,
dan penyegaran saat bangun. Tidak memiliki definisi yang jelas.30
Menurut WHO, Kualitas tidur adalah suatu yang sangat kompleks dalam
masalah kesehatan, yang melibatkan faktor individu, faktorgenetik,karakteristik
fisiologis, kesehatan fisik, emosional danfaktor psikologis, keluarga dan faktor
sosial.31 Sedangkan menurut hidayat kualitas tidur adalah kepuasan seseorang
terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah,
mudah gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering
menguap atau mengantuk.7
Kualitas tidur merupakan faktor penting untuk kesehatan. Ada bukti bahwa
kurang tidur dapat menyebabkan lebih banyak kecelakaan lebih. Kualitas tidur
yang buruk memiliki dampak besar pada kesehatan fisik di jangka panjang.
Sebuah peningkatan yang signifikan dari risiko penyakit jantung bahkan mungkin
kematian. Selanjutnya, kualitas tidur sering dibahas dalam konteks dengan
kesehatan mental. Bukti yang mendukung hipotesis bahwa kualitas tidur yang
buruk berhubungan dengan kesehatan mental dan kesejahteraan menurun.31
22
Universitas Sumatera Utara
Kualitas tidur seseorang dinilai dari beberapa aspek, yaitu :
•
Lamanya waktu tidur
•
Gangguan tidur
•
Masa laten tidur
•
Disfungsi tidur pada siang hari
•
Efisiensi tidur
•
Kualitas tidur
•
Penggunaan obat tidur 32
Durasi tidur dan kualitas bervariasi antara orang-orang dari semua kelompok
umur. Misalnya, satu orang merasa cukup beristirahat dengan tidur 4 jam,
sedangkan yang lainnya memerlukan waktu 10 jam. Adapun pembagian durasi
tidur berdasarkan usia :
•
Neonatus
Neonatus atau bayi beru lahir sampai usia 3 bulan tidur rata-rata sekitar 16
jam sehari, tidur hamper terus-menerus selama minggu pertama.
•
Bayi
Bayi biasanya melakukan beberapa kali tidur siang, namun tisur rata-rata
selama 8 sampai 10 jam dimalam hari dengan waktu tidur total 15 jam setiap
hari.
•
Balita
Pada umur 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur
siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari.
•
Anak-anak prasekolah
Rata-rata lama tidur anak prasekolah adalah sekitar 12 jam semalam.
•
Anak usia sekolah
Jumlah tidur yang diperlukan bervariasi sepanjang masa sekolah. Anak usia 6
tahun rata-rata tidur 11 sampai 12 jam semalam, sedangkan anak usia 11
tahun sekitar 9 sampai 10 jam.
•
Remaja
Rata-rata remaja mendapatkan sekitar 71/2 jam tidur permalam.
23
Universitas Sumatera Utara
•
Dewasa muda
Kebanyakan orang dewasa muda rata-rata tidur 6 samapai 81/2 jam permalam.
•
Dewasa menengah
Selama masa dewasa menengah, total tidur di malam hari mulai menurun.
Jumlah tidur stadium 4 mulai turun, penurunan terus berlangsung seiring
dengan meningkatnya usia.
•
Lansia
Keluhan kesulitan tidur meningkat seiring dengan meningkatnya umur25
24
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stres
2.1.1. Definisi stres
Stres kata ini berasal dari kata latin "Stringi", yang berarti, "menjadi ditarik
ketat ". Stres dapat didefinisikan sebagai setiap faktor yang mengancam kesehatan
tubuh atau memiliki efek buruk pada fungsinya, seperti cedera, penyakit, atau
khawatir.15
Dalam pengertian umum, stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa
menekan dalam diri individu. Sesuatu tersebut dapat disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh individu,
baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah.16
Stres menurut Bartsch dan Evelyn adalah ketegangan, beban yang menarik
seseorang dari segala penjuru, tekanan yang dirasakan pada saat menghadapi
tuntutan atau harapan yang menantang kemampuan seseorang untuk mengatasi
atau mengelola hidup.17
Menurut American Institute of Stress, tidak ada definisi yang pasti untuk stres
karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang
sama. Sulit untuk menentukan seseorang stres karena setiap orang berbeda-beda.
Stres bagi seorang individu belum tentu stres bagi individu yang lain.18
Sedangkan, Potter dan Perry mendefinisikan stres menjadi empat bagian yaitu
stres sebagai respon, adaptasi, stimulus dan transaksi.
a. Stres sebagai respon didefinisikan Hans Selye sebagai respon non-spesifik
dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang ditimpakan padanya.
b. Stres sebagai adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa individu
mengalami ansietas dan peningkatan stres ketika mereka tidak siap untuk
menghadapi sesuatu yang menegangkan.
5
Universitas Sumatera Utara
c. Stres sebagai stimulus berfokus pada karakteristik yang mengganggu atau
disruptif di dalam lingkungan.
d. Stres sebagai transaksi memandang individu dan lingkungan dalam hubungan
yang dinamis, resiprokal dan interaktif. Model ini berfokus pada proses yang
berkaitan dengan stres seperti penilaian kognitif dan koping.19
2.1.2. Sumber stres atau stresor
Stresor adalah stimulasi yang merupakan situasi dan kondisi yang
mengurangi kemampuan kita untuk merasa senang, nyaman, bahagia, dan
produktif. Dengan kata lain, stresor sebagai pemicu stres. Dalam kehidupan
sehari-hari ada bermacam-macam hal yang memfasilitasi atau menghambat
kegiatan kita. Adapun sumber stresor antara lain :
a. Kegagalan mencapai tujuan
Keterbatasan diri menghambat kita dalam mencapai tujuan seperti cacat fisik,
sakit, kurang kemampuan intelektual, kurang kemampuan sosial, akan
berpeluang sebagai stresor. Pada beberapa individu membantu sebagai
sumber kekuatan baru, untuk bekerja atau belajar lebih keras, sedangkan pada
individu yang lain hal ini akan menyebabkan stres dan putus asa. Contoh lain:
gagal ujian, gagal usaha (bisnis), dan gagal berumah tangga.
b. Konflik tujuan
Konflik tujuan dilema atau kebingungan yang disebabkan oleh dua keinginan
atau lebih yang disukai, tetapi yang bersangkutan sulit, tidak bisa mengambil
keputusan dalam memilih tujuan. Stres terjadi karena orang yang
bersangkutan tidak mengetahui tindakan atau pilihan yang akan diambil.
Konflik yang demikian, menyebabkan perasaan bimbang, menarik diri atau
menghindari konflik tersebut
c. Perubahaan gaya hidup
d. Stimuli lingkungan yang tidak menyenangkan.20
Sumber stres (stresor) dibagi menjadi tiga kelompok yaitu stresor yang
berasal dari individu, keluarga dan lingkungan.
6
Universitas Sumatera Utara
a. Diri individu, hal ini berkaitan dengan konflik. Pendorong dan penarik
konflik
menghasilkan dua kecenderungan
yang
berkebalikan,
yaitu
approachdan avoidance.
b. Keluarga. Hal yang memungkinkan munculnya stres dalam keluarga ditandai
dengan hadirnya anggota baru, sakit, perceraian, masalah keuangan, dan
kematian dalam keluarga.
c. Komunikasi dan Masyarakat. Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan
atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, yang secara
umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan
kurangnya hubungan interpersonal serta adanya pengakuan di masyarakat
sehingga tidak dapat berkembang.21
Meskipun ada berbagai sumber stres dalam kehidupan masyarakat namun,
menurut Global Organization for Stress ada enam sumber utama stres yaitu :22
1. Stres lingkungan
Ketegangan dan gangguan dalam hidup kita, dapat berupa stres lingkungan.
Stres jenis ini berkaitan dengan aspek-aspek lingkungan dan sekitarnya. Misalnya,
tinggal di tempat atau lingkungan yang bising dan sibuk dapat mengakibatkan kita
menunjukkan gejala stres dan efek stres.
2. Tekanan Sosial
Hal ini berkaitan dengan stres yang terlibat dalam berinteraksi, bersosialisasi
dan berkomunikasi dengan manusia lain. Ini berkisah tentang hubungan dengan
orang lain. Beberapa orang saat melakukan hubungan dan interaksi sosial merasa
lebih stres dan tertekan. Sedangkan pada beberapa orang interaksi sosial lebih
menyenangkan dan sesuatu yang positif.
3. Stres Organisasi
Kita semua melibatkan diri dan kerap bekerja pada sebuah organisasi. Hal ini
dapat mengakibatkan stres organisasi. Beberapa ahli membahas sumber stres ini
terjadi karena adanya tekanan dari lingkungan atau sosial. Paling sering sumber
stres ini dikaitkan dengan stres kerja. Ini sering melibatkan tuntutan dan tekanan
7
Universitas Sumatera Utara
di suatu lembaga, perusahaan atau organisasi tempat kita bekerja. Namun, juga
melibatkan organisasi pemerintah, perkumpulan lokal dan lainnya.
4. Stres Fisiologis
Hal ini berkaitan dengan bagaimana fisiologi tubuhbereaksi dan merespon
terhadap situasi stres. Hal ini sering disebut sebagai stres fisik dan berhubungan
dengan gejala stres fisik yg sesorang alami. Misalnya, ketika tubuh merasatakut,
gugup atau gemetar. Respon ini merupakan respon normal tubuh terhadap stres.
5. Stres Psikologis
Melibatkan kekuatan pikiran sendiri dalam bagaimana kita berpikir,
merasionalisasi dan membuat makna stres, permasalahan, dan kecemasan
tersendiri. Hal ini adalah tentang bagaimana otak, jiwa, dan pikiran kita untuk
berpikir tentang stres dalam kehidupan. Hal ini sering disebut stres emosional atau
stres mental yang melibatkan perasaan yang kuat dan emosi.
6. Stres Peristiwa Penting
Hal ini sering dikenal sebagai stres peristiwa penting. Mungkin tidak semua
stres itu buruk danada kejadianberarti yangterjadi dalam hidup kita yang
mengakibatkan
stres positif.
Contoh kelulusan SMA,
pernikahan atau
memenangkan acara olahraga. Namun, ada juga peristiwa penting yang
mengakibatkan stres negatif. Ini dapat melibatkan insiden signifikan seperti
kecelakaan serius, serangan fisik atau seksual, dan lain-lain.Peristiwa tersebut
melibatkan tingkat stres dan kecemasan yang tinggi. Hal ini sering dikaitkan
dengan trauma pasca kejadian atau sering disebut sebagai Posttraumatic Stress
Disorder (PTSD).
2.1.3. Jenis-jenis stres
1. Stress akut
Stres akut adalah bentuk yang paling umum dari stres. Ini berasal dari
kebutuhan dan tekanan dari masa lalu, kebutuhan diantisipasi, dan tekanan akan
masa depan. Stres akut terasa mendebarkan dan menyenangkan dalam dosis kecil,
tapi jika terlalu banyak terasa melelahkan. Misalnya, tantangan bermain ski
8
Universitas Sumatera Utara
menuruni lereng dengan cepat. Pada awalnya menyenangkan, namun akhirnya
dapatmenguras tenaga. Ski dengan kecepatan diluar batasdapat menyebabkan
jatuh dan patah tulang. Dengan cara yang sama, berlebihan pada stres jangka
pendek dapat menyebabkan tekanan psikologis, sakit kepala, sakit perut dan
gejala lainnya. Stres akut dapat muncul pada siapapun, dan ini dapat diobati dan
dikendalikan.
Karena ini terjadi dalam jangka pendek, stres akut tidak memiliki cukup
waktu sehingga menyebabkan kerusakan berat yang berhubungan dengan stres
jangka panjang. Gejala yang paling umum adalah:
•
Tekanan emosional. Beberapa kombinasi dari mudah marah, kecemasan,
dan depresi. tiga emosi stres.
•
Masalah otot termasuk nyeri kepala tegang, sakit punggung, nyeri rahang
dan ketegangan otot yang menyebabkan masalah pada otot, tendon, dan
ligamen.
•
Masalah lambung, usus halus, dan usus besar seperti sakit maag, asam
lambung, perut kembung, diare, sembelit dan IBS.
•
Rangsangan berlebihan yang bersifat sementara misalnya peningkatan
tekanan darah, denyut jantung yang cepat, telapak tangan berkeringat,
jantung berdebar-debar, pusing, sakit kepala migrain, dingin pada tangan
atau kaki, sesak napas dan nyeri dada.
2. Stres akut episodik
Bentuk lain dari stres akut episodik berasal dari kecemasan tanpa henti.
Gejala stres akut episodik adalah gejala lanjutan akibat rangsangan yang
berlebihan : sakit kepala terus-menerus, migrain, hipertensi, nyeri dada dan
penyakit jantung. Mengobati stres akut episodik memerlukan intervensi pada
sejumlah tingkatan, umumnya memerlukan bantuan profesional yang mungkin
membutuhkan waktu berbulan-bulan.
9
Universitas Sumatera Utara
3. Stres kronik
Walaupun stres akut dapat terasa mendebarkan dan menyenangkan, tidak
demikian dengan stres kronis. Stres kronis adalah stres parah yang dapat terjadi
hari demi hari sampai tahun demi tahun. Stres kronis menghancurkan tubuh,
pikiran, dan jiwa. Ini menyebabkan kekacauanjangka panjang. Contohnya stres
karena miskin, disfungsional keluarga,terjebak dalam pernikahan yang tidak
bahagia atau dalam pekerjaan/kariryang dipandang rendah. Ini adalah stres yang
masalahnya tidak pernah berakhir. Stres kronis datang ketika seseorang tidak
menemukan jalan keluar dari situasi yang menyedihkan. Stres yang merupakan
tuntutan dan tekanan yang tak henti-hentinya untuk waktu yang tak berkesudahan.
Tanpa harapan, individu menyerah mencari solusi.
Beberapa stres kronis berasal dari trauma masa lalu seperti, pengalaman
menyakitkan
ketika
kecil.
Beberapa
pengalaman
sangat
mempengaruhi
kepribadian. Pandangan terhadap dunia atau sistem kepercayaan menyebabkan
stres tak berujung bagi individu (misalnya, dunia adalah tempat yang mengancam,
orang akan mencari tahu kita berpura-pura, kita harus sempurna setiap saat).
Ketika kepribadian atau kepercayaan yang mendalam harus perbaiki, pemulihan
membutuhkan pemeriksaan diri aktif dan sering dengan bantuan profesional.23
2.1.4. Tahapan stres
Amberg membagi stres dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut, yaitu: Semangat bekerja besar,
berlebihan (over acting), penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya, merasa
mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; namun tanpa disadari
cadangan energi habis (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula, merasa
senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa
disadari cadangan energi semakin menipis.
10
Universitas Sumatera Utara
2. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana
diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan
yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena
tidak cukup waktu untuk istirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup
bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami
defisit. Analog dengan hal ini adalah misalnya handphone(HP) yang sudah lemah
harus kembali diisi ulang (dicharge) agar dapat digunakan lagi dengan baik.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres
tahap II adalah sebagai berikut, yaitu: Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang
seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa
capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman
(bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar),
otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang, tidak bisa santai.
3. Stres tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II tersebut
di atas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang
semakin nyata dan mengganggu yaitu: Gangguan lambung dan usus semakin
nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare),
ketegangan otot-otot semakin terasa, perasaan ketidaktenangan dan ketegangan
emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar
kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari dan tidak
dapat kembali tidur (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu (badan terasa
oyong dan serasa mau pingsan).
Pada tahap ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk
memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang
mengalami defisit.
11
Universitas Sumatera Utara
4. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan
dengan keluhan keluhan stres tahap III di atas, oleh dinyatakan tidak sakit karena
tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi
dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal
istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul sebagai berikut: untuk bertahan
sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit, aktivitas pekerjaan yang semula
menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih
sulit, yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk
merespons secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melaksanakan
kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan, seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan
kegairahan, daya konsentrasi dan daya ingat menurun, timbul perasaan ketakutan
dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
5. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V
yang ditandai dengan hal-hal berikut, yaitu: Kelelahan fisik dan mental yang
semakin mendalam (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan
untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan
sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder), timbul perasaan
ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
6. Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang mengalami stress
tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICU,
meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ
tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut, yaitu: Debaran jantung
teramat keras, susah bernafas (sesak dan megap-megap), sekujur badan terasa
gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang
ringan, pingsan atau kolaps (collapse) Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala
12
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana digambarkan diatas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik
yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat
stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.24
2.1.5. Respon stres
a. Respon fisiologis
Menurut Selye mengidentifikasikan 2 respon fisiologis yaitu Local
Adaptation Syndrome (LAS) dan Global Adaptation Syndrome (GAS).
LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres
karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Dua respon setempat,
yaitu respon reflek nyeri dan respon inflamasi. Respon reflek nyeri adalah respon
adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respon melibatkan
reseptor sensoris, saraf sensoris yang menjalar ke medulla spinalis, neuron
penghubung dalam medulla spinalis, saraf motorik yang menjalar dari medulla
spinalis, dan otot efektif. Respon inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi,
respon ini memusatkan inflamasi sehingga dengan demikian menghambat
penyebaran inflamasi dan meningkatkan penyembuhan. Respon inflamasi terjadi
dalam tiga fase. Fase pertama mencakup perubahan dalam sel-sel dan sistem
sirkulasi. Fase kedua ditandai oleh pelepasan eksudat dari luka. Fase terakhir
adalah regenerasi jaringan atau pembentukan jaringan parut. Regenerasi
menggantikan sel-sel yang rusak dengan sel-sel identis atau sel-sel serupa.
GAS adalah respon pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stres. Respon
ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem
endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap resisten dan tahap kehabisan
tenaga. Pada tahap alarm respon simpatis fight or flight diaktifkan yang bersifat
defensif dan anti inflamasi yang akan menghilang dengan sendirinya. Bila stresor
menetap maka akan beralih ke tahap pertahanan. Pada tahap pertahanan tubuh
individu berupaya untuk mengadaptasi terhadap stresor. Jika stresor tetap terus
menetap maka individu memasuki tahap kehabisan tenaga. Tahap kehabisan
tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stres dan ketika energi yang
13
Universitas Sumatera Utara
diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah menipis. Tubuh tidak mampu
untuk mempertahankan dirinya terhadap dampak stresor, regulasi fisiologis
menghilang, dan jika stres berlanjut dapat terjadi kematian
b. Respon psikologis
Pemajanan terhadap stresor mengakibatkan respon adaptif psikologis dan
fisiologis. Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif dan destruktif. Perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik
Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan
masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk
berfungsi.19
2.1.6. Efek stres
Menurut American Institude of Stress adapun efek yang ditimbulkan dari
stress antara lain:18
1. Sistem Neurologis
Ketika stres baik fisiologi atau psikologis tubuh tiba-tiba menggunakan energi
untuk melawan ancaman yang dirasakan yang dikenal sebagai respon "fight or
flight". Sistem saraf simpatikakan mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal untuk
melepaskan adrenalin dan kortisol. Hormon ini menyebabkan jantung berdetak
lebih cepat, meningkatkan tekanan darah, mengubah proses pencernaan dan
meningkatkan kadar glukosa dalam aliran darah. Setelah krisis berlalusistem
tubuh biasanya kembali normal.
2. Sistem Muskuloskeletal
Pada saat stresotot menjadi tegang. Kontraksi otot untuk waktu yang lama
dapat memicu sakit kepala, migrain dan berbagai kondisi muskuloskeletal.
3. Sistem Respirasi
Stres dapat membuat kita bernapas lebih keras dan bernapas lebih cepat atau
hiperventilasi yang dapat menyebabkan serangan panik pada beberapa orang
4. Sistem Cardiovascular
14
Universitas Sumatera Utara
Stres akut (stressesaatseperti terjebak dalam lalu lintas) menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan kontraksi lebih kuat pada otot jantung. Pembuluh
darah yang mengalirkan darah ke otot besar dan jantung berdilatasi meningkatkan
jumlah darah yang dipompa ke bagian-bagian tubuh. Episode stres akut yang
berulangdapat
menyebabkan
peradangan
pada
arteri
koroner
sehingga
menyebabkan serangan jantung.
5. Sistem Endokrin
•
Kelenjar adrenal
Ketika tubuh mengalami stres, otak akanmengirimkan sinyal dari hipotalamus
sehingga
korteks
adrenal
memproduksi
kortisol
dan
adrenal
medulla
memproduksi epinefrine inilah yang disebut dengan "hormon stres"
•
Hati
Ketika kortisol dan epinefrin dilepaskan maka hati akanmemproduksi lebih
banyak glukosa. Gula darah yang meningkat akan memberikankita energi untuk
fight or flight dalam keadaan darurat
6. Sistem Gastrointestinal
•
Esofagus
Stresmendorong kita untuk makan lebih banyak atau lebih sedikit
daribiasanya. Jika kita makan lebih banyak atau mengkonsumsi tembakau atau
alkohol yang berlebihan memungkinkankita mengalami nyeri ulu hati atau refluks
asam lambung.
•
lambung
Lambung kita dapat mengakibatan rasa mual atau sakit Jika mengalami stres
yang parah.
•
usus
Stres dapat mempengaruhi pencernaan dan penyerapan gizi di usus. Stres juga
dapat mempengaruhi seberapa cepat makanan bergerak di saluran cerna. Kita
mungkin dapat mengalami diare atau konstipasi.
15
Universitas Sumatera Utara
7. Sistem reproduksi
•
Pada pria
Kelebihan
jumlah
kortisolyang
diproduksi
pada
saat
stresdapat
mempengaruhi fungsi normal dari sistem reproduksi. Stres kronis dapat
mengganggu
keseimbangan
testosteron
dan
produksi
sperma
sehingga
mengakibatkan impotensi
•
Pada wanita
Stres dapat menyebabkan tidak ada atau tidak teraturnya siklus menstruasi
atau periode menstruasi yang sakit. Stres juga dapat mengurangi gairah seksual.
2.2. Tidur
2.2.1. Definisi tidur
Tidur adalah proses fisiologi yang berputar dan bergantian, dengan periode
jaga yang lebih lama. Siklus tidur bangun memengaruhi dan mengatur fungsi
fisiologis dan respon prilaku .25 Tidur merupakan keadaan organisme yang teratur,
berulang, dan mudah dibalikkan yang ditandai oleh relatif tidak bergerak dan
peningkatan besar ambang respon terhadap stimuli eksternal relatif dari keadaan
terjaga.26
2.2.2. Fungsi tidur
Fungsi tidur telah diteliti dalam berbagai cara: sebagai besar penelitian
menyimpulkan bahwa tidur memiliki fungsi restoratif dan homeostatik dan
tampaknya penting untuk termoregulasi dan cadangan energi normal.26
Tujuan tidur masih belum jelas. Tidur berkonstribusi dalam menjaga kondisi
fisiologis dan psikologis. Menurut McCance dan Huether (2006) Tidur NREM
membantu perbaikan jaringan tubuh. Selama tidur NREM, fungsi biologis lambat.
Denyut jantung normal orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70-80 denyut
per menit atau kurang jika individu berada dalam kondisi fisik yang sangat baik.
Namun, selama tidur denyut jantung turun sampai 60 denyut permenit atau
kurang. Ini berarti bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat
16
Universitas Sumatera Utara
dalam setiap menit atau 60-120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh karena
itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung. Fungsi
biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah pernapasan, tekanan darah,
dan otot .25
2.2.3. Faktor yang mempengaruhi tidur
Sejumlah faktor yang memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. Sering kali
faktor tunggal bukanlah satu satunya penyebab untuk masalah tidur. Faktor
fisiologis , psikologis, dan faktor lingkungan sering mengubah kualitas dan
kuantitas tidur. 25,27
a. Obat dan substansi
Menurut Schweitzer obat tidur dapat mengubah pola tidur an menurunkan
kewaspadaan di siang hari, yang kemudian menjadi masalah bagi individu. Obat
yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada
manfaat. Adapun beberapa obat dan substansi yang dapat menyebabkan
gangguan tidur antara lain:
-
Alkohol
Obat anoreksia
Antikolinergik
Antikejang (lamotrigin dan fentoin)
Antidepresan
(bupropion,
fluoxentine,
phenelzine,
protriptyline,
tranylcypromine, venlafaxine)
Antihipertensi (daunorubicin, goserelin, interferon-a, leuprolide)
Antiparkinson
Bronkodilator (albuterol, metaproterenol, salmeterol, terbutaline)
Kontrasepsi oral
Kortikosteroid
Obat batuk dan flu/dekongestan (phenylpeopanolamine, pseudoefedrin)
Diuretic (tiazide)
Hormon (progesterone, tiroid)
Hipolipidemi
Quinidine
Teofilin
17
Universitas Sumatera Utara
b. Gaya hidup
Rutinitas seorang dapat memengaruhi pola tidur. Seorang individu yang
bekerja secara rotasi (misalnya, 2 minggu siang hari diikuti oleh 1 minggu malam
hari) sering mengalami kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Sebagai
contoh, jam internal tubuh diatur pada jam 11 malam, tetapi jadwal kerja
memaksa tidur di jam 9. Individu hanya dapat tidur 3 atau 4 jam karena tubuh
merasa
bahwa
sudah
waktunya
untuk
bangun
dan
aktif.
Kesulitan
mempertahankan kewaspadaan selama waktu kerja menghasilkan penurunan dan
bahkan kinerja yang berbahaya. Setelah beberapa minggu bekerja di shift malam,
jam biologis seseorang biasanya menyesuaikan diri. Perubahan lain dalam
rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi melakukan pekerjaan berat yang
tidak biasa, terlibat dalam kegiatan sosial sampai larut malam, dan mengubah
waktu makan malam.
c. Lingkungan
lingkungan fisik di mana seseorang tidur secara signifikan memengaruhi
kemampuan untuk memulai tidur. Ventilasi yang baik sangat penting untuk tidur
yang nyenyak. Ukuran, kenyamanan, dan posisi tempat tidur memengaruhi
kualitas tidur. Jika seseorang biasanya tidur dengan individu lain, maka tidur
sendiri akan sering menyebabkannya terjaga. Di sisi lain, tidur dengan teman tidur
yang gelisah atau mendengkur dapat mengganggu tidur.
d. Gangguan psikiatri dan stress emosional
Beberapa gangguan psikiatri yang seringkali berhubungan dengaan gangguan
tidur adalah gangguan mood, gangguan anxietas, gangguan panik, post-traumatic
stress disorder, psikosis, eating disorder, alcoholism, somatoform disorder, dan
gangguan personality.
Khawatir atas masalah-masalah pribadi atau situasi sering mengganggu tidur.
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering menyebabkan
frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha
terlalu keras untuk dapat tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau tidur
terlalu lama. Stres yang berkelanjutan menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak
baik.
18
Universitas Sumatera Utara
e. Pola tidur yang lazim
f. Makanan dan asupan kalori
Mengikuti kebiasaan makan yang baik penting untuk menciptakan tidur yang
baik
g. Latihan dan kelelahan.
Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat tidur dengan nyenyak, terutama
jika kelelahan tersebut merupakan hasil kerja atau latihan yang menyenangkan.
Berolahraga 2 jam atau lebih sebelum tidur memungkinkan tubuh untuk
mendinginkan, mengurangi kelelahan, serta meningkatkan relaksasi. Namun,
kelelahan yang berlebihan yang berasal dari pekerjaan yang melelahkan atau stres
membuat sulit tidur. Ini adalah masalah umum bagi anak-anak sekolah dasar dan
remaja.
h. Penyakit medis
Adapun penyakit medis yang mengakibatkan gangguan tidur antara lain:
-
Gangguan respirasi : obstructive sleep apnea, central sleep apnea, sleeprelated asthma, penyakit paru obstruktif kronis, dan central alveolar
hypoventilation syndrome
-
Gangguan jantung : angina nokturnal dan gagal jantung kongestif
-
Sindroma nyeri : osteoartritik, rematoid arthritis, dan fibromyalgia
-
Gangguan gastrointestinal : sleep-related abnormal swallowing syndrome,
sleep-related gastroesofageal reflux, dan peptic ulcer disease
-
Gangguan dermatologis : pruritus
-
Kanker
-
Penyakit infeksi : AIDS
2.2.4. Fisiologi tidur
Tidur terdiri dari dua fisiologis : tidur dengan gerakan mata tidak cepat ( Non
Rapid Eye Movement / NREM) dan tidur dengan gerakan mata cepat (Rapid Eye
Movement / REM). Diawali dengan NREM yang kemudian berubah menjadi
19
Universitas Sumatera Utara
REM pertama pada malam hari tersebut.26 Pada dewasa muda kebutuhan tidur
rata-rata 6 sampai 8 ½ jam. Sekitar 20 % waktu tidur adalah tidur REM. 25
2.2.4.1. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Dibandingkan dengan keadaan terjaga, sebagian besar fungsi fisiologis jelas
menurun pada keadaan tidur NREM. NREM terdiri dari empat stadium :
1. NREM stadium satu
Termasuk tingkat tidur paling ringan, tahap berlangsung beberapa menit,
penurunan aktifitas fisiologi diawali dengan penurunan bertahap tanda vital
dan metabolism, rangsangan sensorik seperti suara dapat membangunkan
seseorang dengan mudah, dan setelah terbangun, orang akan seola-olah baru
saja bermimpi.
2. NREM stadium dua
Periode tidur nyenyak, semakin rileks, mudah terjaga, tahap berlangsung 10
hingga 20 menit, fungsi tubuh terus melambat .
3. NREM stadium tiga
Mengawali tahap awal tidur nyenyak, seseorang sulit untuk dibangunkan dan
digerakkan, otot menjadi rileks, tanda-tanda vital mengalami penurunan tetapi
teratur, tahap ini berlangsung 15 sampai 30 menit
4. NREM stadium empat
Tahap terdalam dari tidur , sangat sulit untik dibangunkan, jika sudah tertidur
maka seseorang akan menghabiskan sebgian besar dari malam di tahap ini,
tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun, tahap
berlangsung sekitar 15 sampai 30 menit, tidur sambil berjalan dan enuresis
(mengompol) kadang-kadang terjadi.
2.2.4.2. Rapid Eye Movement (REM)
Mimpi yang berwarna dan nyata muncul, mimpi yang kurang jelas terjadi
pada tahap lainnya, tahap biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai,
kehilangan ketegangan masa otot, sekresi lambung meningkat, sangat sulit untuk
dibangunkan, durasi REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
20
Universitas Sumatera Utara
Adapun ditandai oleh respon otonom yaitu :
•
Gerakan mata cepat
•
Denyut jantung dan pernafasan yang berfluktuasi
•
Peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.25
Bila seseorang sangat mengantuk, REM berlangsung singkat dan bahkan
mungkin tidak ada. Sebaliknya sewaktu orang semakin lebih nyenyak pada tidur
nya, maka durasi tidur REM juga akan semakin lama.28
Tidur REM berbeda secara kualitatif yang ditandai oleh tingkat aktivitas otak
dan fisiologis yang sangat aktif yang mirip dengan keadaan terjaga. Pada saat
dewasa distribusi dari tahap tidur adalah sebagai berikut :
Non-Rapid Eye Movement (REM) 75 persen yang terbagi atas 4 tahap
diantaranya :
-
Tahap 1 : 5 persen
-
Tahap 2 : 45 persen
-
Tahap 3 : 12 persen
-
Tahap 4 : 13 persen
Rapid Eye Movement (REM) 25 persen. 26
2.2.5. Jenis-jenis tidur
Terdapat 2 jenis tidur, yang ditandai oleh pola EEG yang berbeda dan prilaku
yang berlainan : tidur gelombang lambat dan tidur parodoksal atau REM.
Tidur gelombang lambat terjadi dalam empat tahap, dinamai tidur gelombang
lambat karena masing-masing tahap memperlihatkan gelombang EEG yang
semakin pelan dengan amplitudo lebih besar. Pada permulaan tidur, anda
berpindah dari tidur ringan (tidur ayam) stadium 1 menjadi tidur dalam empat
stadium ( tidur gelombang lambat) dalam waktu 30 sampai 45 menit, kemudia
anda berbalik melalui stadium-stadium yang sama dalam periode waktu yang
sama.
21
Universitas Sumatera Utara
Tidur parodoksal terdapat pada akhir masing-masing siklus tidur gelombang
lambat yang terjadi selama 10 sampai 15 menit. Dinamakan tidur parodoksal
karena pola EEG selama periode ini mendadak berubah seperti dalam keadaan
terjaga, meskipun anda masih tidur lelap. Setelah episode paradoks tersebut,
stadium-stadium tidur gelombang lambat kembali berulang. Sepanjang malam,
seseorang secara siklik bergantian mengalami kedua jenis tidur tersebut. Dalam
siklus tidur normal, selalu melewati tidur gelombang lambat sebelum masuk ke
tidur paradoksal.29
2.2.6. Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang tentang pengalaman tidur,
mengintegrasikan aspek inisiasi tidur, pemeliharaan tidur, kuantitas/lamanya tidur,
dan penyegaran saat bangun. Tidak memiliki definisi yang jelas.30
Menurut WHO, Kualitas tidur adalah suatu yang sangat kompleks dalam
masalah kesehatan, yang melibatkan faktor individu, faktorgenetik,karakteristik
fisiologis, kesehatan fisik, emosional danfaktor psikologis, keluarga dan faktor
sosial.31 Sedangkan menurut hidayat kualitas tidur adalah kepuasan seseorang
terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah,
mudah gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering
menguap atau mengantuk.7
Kualitas tidur merupakan faktor penting untuk kesehatan. Ada bukti bahwa
kurang tidur dapat menyebabkan lebih banyak kecelakaan lebih. Kualitas tidur
yang buruk memiliki dampak besar pada kesehatan fisik di jangka panjang.
Sebuah peningkatan yang signifikan dari risiko penyakit jantung bahkan mungkin
kematian. Selanjutnya, kualitas tidur sering dibahas dalam konteks dengan
kesehatan mental. Bukti yang mendukung hipotesis bahwa kualitas tidur yang
buruk berhubungan dengan kesehatan mental dan kesejahteraan menurun.31
22
Universitas Sumatera Utara
Kualitas tidur seseorang dinilai dari beberapa aspek, yaitu :
•
Lamanya waktu tidur
•
Gangguan tidur
•
Masa laten tidur
•
Disfungsi tidur pada siang hari
•
Efisiensi tidur
•
Kualitas tidur
•
Penggunaan obat tidur 32
Durasi tidur dan kualitas bervariasi antara orang-orang dari semua kelompok
umur. Misalnya, satu orang merasa cukup beristirahat dengan tidur 4 jam,
sedangkan yang lainnya memerlukan waktu 10 jam. Adapun pembagian durasi
tidur berdasarkan usia :
•
Neonatus
Neonatus atau bayi beru lahir sampai usia 3 bulan tidur rata-rata sekitar 16
jam sehari, tidur hamper terus-menerus selama minggu pertama.
•
Bayi
Bayi biasanya melakukan beberapa kali tidur siang, namun tisur rata-rata
selama 8 sampai 10 jam dimalam hari dengan waktu tidur total 15 jam setiap
hari.
•
Balita
Pada umur 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur
siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari.
•
Anak-anak prasekolah
Rata-rata lama tidur anak prasekolah adalah sekitar 12 jam semalam.
•
Anak usia sekolah
Jumlah tidur yang diperlukan bervariasi sepanjang masa sekolah. Anak usia 6
tahun rata-rata tidur 11 sampai 12 jam semalam, sedangkan anak usia 11
tahun sekitar 9 sampai 10 jam.
•
Remaja
Rata-rata remaja mendapatkan sekitar 71/2 jam tidur permalam.
23
Universitas Sumatera Utara
•
Dewasa muda
Kebanyakan orang dewasa muda rata-rata tidur 6 samapai 81/2 jam permalam.
•
Dewasa menengah
Selama masa dewasa menengah, total tidur di malam hari mulai menurun.
Jumlah tidur stadium 4 mulai turun, penurunan terus berlangsung seiring
dengan meningkatnya usia.
•
Lansia
Keluhan kesulitan tidur meningkat seiring dengan meningkatnya umur25
24
Universitas Sumatera Utara