Peningkatan Ketahanan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis : MUELL. Arg) Terhadap Cekaman Air Melalui Penggunaan Mikoriza

KodelNama Rumpun IImu : 155IPerkebunan

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN HffiAH BERSAING

iャヲゥセQ@

15001290

PENINGKATAN KETAHANAN TANAMAN KARET
(Hevea brasiliensis MUELL. Arg) TERHADAP CEKAMAN AIR MELALUI
PENGGUNAAN MIKORIZA

Tabun ke - 2 dari rencana 2 tabun

Ketua Tim Peneliti
(prof. Dr. Ir. Asmarlaili Sabar, MS., DAA. NIDN 0030074801)

Dibiayai oleh Direktorat lenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pcndidikan dan
Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Penelitian Hibah
Bersaing Tahun Anggaran 2014

Nomor: 10821UN5.1.R1KEUl2014, tanggal17 Februari 2014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
November, 2014
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -----------

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian

Peningkatan Ketahanan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis
: MUELL. Arg) Terhadap Cekaman Air Melalui Penggunaan
Mikoriza

Peneliti / Pelaksana
: Prof Dr. Jr. ASMARLAILI SAHAR, MS., DAA.
Nama Lengkap
: 0030074801
NIDN
labatan Fungsional : GuruBesar

: Agroekoteknologi
Program Studi
Nomor HP
: 0811600609
Alamat surel (e-mail):assaharhanafiah@yahoo.co.id
Anggota Peneliti (1)
: AFIFFUDDIN DALIMUNTHE, SP., MP.
Nama Lengkap
: 0005117302
NIDN
: Universitas SumateraUtara
Perguruan Tinggi
Anggota Peneliti (2)
Nama Lengkap
NIDN
Perguruan Tinggi
Tahun Pelaksanaan
Biaya Tahun Berjalan
Biaya Keseluruhan


: Dr. DIANA SOFIA HANAFIAH, SP., MP.
: 0015027203
: Universitas Sumatera Utara
: Rp 62.500.000,00
: Rp 115.000.000,00

Medan,28-11-2014
Ketua Peneliti,

(Prof Dr. Jr. ASMARLAILI S
NIP. QセSPYWR@

セlイNeュo。R@

Penelitian USU

RINGKASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian MY A
(mikoriza vesicular arbuskular) terhadap pertumbuhan stump karet Klon PB 260

(Hevea brasiliensis MUELL Arg.) dan serapan hara pada berbagai kadar air tanah
di rumah kasa. Penelitian dilakukan pada akhir Februari 2014 dan selesai pada
pertengahan Agustus 2014.
Isolat MYA yang digunakan adalah isolat adalah Acaulospora sp 1, isolat
Acaulospora sp 2 dari hasH penelitian lIB 2013 dan Glomus sp yang berasal dari
koleksi Laboratorium Biologi Tanah FPUSU. Penelitian ini dilakukan di Rumah
Kasa FPUSU, dengan menggunakan rancangan petak terpisah. Sebagai petak utama
adalah kadar air (100%, 80 % dan 60 % kapasitas lapang). Sebagai anak petak
adalah perlakuan MYA sebanyak 100g inokulumlpolibeg yang terdiri dari tanpa
inokulasi dan diinokulasi dengan berbagai isolat MYA. Setiap kombinasi perlakuan
diulang empat kali. Variabel yang diamati meliputi pertumbuhan tanaman
(pertambahan diameter batang dan pertambahan tinggi tanaman) yang diamati tiap
minggu, bobot kering tanaman, serapan hara N dan P, potensial air daun, tekanan
osmotis dan tekanan turgor daun pada akhir percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi Acaulospora Sp 1
meningkatkan diameter batang, bobot kering tanaman, serapan hara P, potensial air
daun dan tekanan osmotik daun. Pada kondisi kadar air tanah 60% kapasitas lapang,
tekanan turgor pada tanaman yang diinokulasi dengan Acaulospora Spi nyata paling
rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat Acaulospora Splmerupakan
isolat yang paling potensial untuk tanaman karet pada kondisi kekurangan air (kadar

air 80 %). Penurunan kadar air tanah menurunkan pertumbuhan tanaman dan
serapan hara N dan P. Pertambahan diameter batang, bobot kering tanaman, serapan
hara N dan P, potensial air daun, tekanan osmotik dan tekanan turgor menu run
secara nyata dengan menurunnya kadar air tanah.
Pada kondisi kadar air tanah 80% kapasitas lapang, pertambahan diameter
batang, bobot kering tanaman serta serapan hara N, P dan tekanan turgor tertinggi
diperoleh pada tanaman yang diinolulasi dengan AcauJospora Sp 1. Pada kondisi
kadar air tanah 60% kapasitas lapang, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan
diameter batang, bobot kering tan am an dan potensial air daun tertinggi diperoJeh
pada tanaman yang diinolulasi dengan Glomus Sp.
Keywords: mikoriza, Hevea brasiliensis MUELL Arg., adaptasi, cekaman air

PRAKATA

Alhamdulillah akhimya laporan penelitian tahun kedua ini akhimya bisa
diselesaikan, walau dengan waktu yang sangat terbatas.

Pada kesempatan ini

disampaikan terima kasih yang sebesar-besamya kepada DIKTl yang telah

mendanai penelitian ini melalui Program Hibah Bersaing. Kepada Rektor USU,
Dekan Fakultas Pertanian USU dan Ketua Lembaga Penelitian USU beserta staf
yang telah banyak memberikan fasilitas dan bantuan dalam pelaksanaan program
ini kami sampaikan terima kasih.

Kepada bapak A.Azis SP, MP staf

Laboratorium Penelitian Asian Agri yang telah mermfasilitasi dalam prosrs
analisa bahan tanaman hasil penelitian ini dan kepada Nelly laboran Laboratorium
Biologi Tanah FP USU yang telah membantu dalam proses analisa mikrobiologi
dalam penelitian ini penulis sampaikan terima kasih.
Semoga kerjasama ini bias terus berjalan dengan baik. Akhimya kepada
saudara Yossi C Manurung mahasiswa tingkat akhir pada Program Studi
Agroekoteknologi yang membantu dalam pelaksanaan penelitian ini dan yang
juga akan menggunakan sebagian dari data penelitian ini dalam penulisan tugas
akhimya kami sampaikan terima kasih.

Medan, 28 November 2014

Asmarlaili Sahar Hanafiah


DAFTARISI
Halaman
DAFTAR lSI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTARLAMPlRAN ......................................................................................... v

RlNGKASAN ....................................................................................................... vi
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ................................... .................................... 1
1.2. Urgensi atau Keutamaan Penelitian ........................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1. Cekaman air: Hubungannnya dengan Tanaman .................................... 4
2.2. Mikoriza: Hubungannya dengan Tanah-Tanaman .................................. 5
BAB 3. TUmAN DAN MANF AA T ................................................................... 9
3.1. Tujuan................................................................................................... 9
3.2. Manfaat ................................................................................................. 9
BAB 4. METODE PENELITIAN .............................................................................
4.1. Tempatdan Waktu Penelitian ..................................................................

4.2. Bahan dan Alat ..........................................................................................
4.3. Metode .......................................................................................................
4.4. Analisis Data .............................................................................................

10
10
10
10
11

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 12
5.1. Hasil ......................................................................................................... ,. 12
5.2. Pembahasan ............................................................................................... 19
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24
LAMPlRAN ............................................................................................................... 26

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman Karet Setelah 17 minggu
inokulasi (cm) ...................................................................................... 12
Tabel 2. Pertambahan Diameter Batang Bibit Tanaman Karet Setelah 17 minggu
lnokulasi .................................................................................................. 13
Tabel3. Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman Karet (gr)) pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam ............... 13
Tabel 4. Rataan Derajat lnfeksi Akar Tanaman Karet pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam .............. 14
Tabel 6. Rataan Kadar Hara N (%) Tanaman Karet pada Berbagai Kadar Air
Tanah dan lnokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam ..................... 15
Tabel 7. Rataan Serapan Hara N (mg) Tanaman Karet pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam .............. 16
Tabel 8. Rataan Kadar Hara P (%) Tanaman Karet pada Berbagai Kadar Air
Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam ..................... 16
Tabel 9. Rataan Serapan Hara P (mg) Tanaman Karet pada Berbagai Kadar Air
Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam ..................... 17
Tabel 10. Rataan Tekanan Osmotik (MPa) Tanaman Karet pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam .............. 18
Tabel II. Rataan Tekanan Turgor (MPa) Daun Tanaman Karet pada Berbagai
Kadar Air Tanah dan Inokulasi V AMikoriza 21 Minggu Setclah Tanam 18


DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran L Artikel Ilmiah Hasil Penelitian untuk Dipublikasikan ..................... 26
Lampiran 2. Formulir Evaluasi Atas Capaian Luaran Kegiatan ........................... 35

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tanaman karet (Hevea Brasiliensis Muell.Arg) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi sebagai penyumbang devisa Negara.
Penanaman tanaman karet disamping untuk mendapatkan lateks sebagai produksi
utama yang merupakan bahan baku berbagai industri, juga dikembangkan sebagai
sumber kayu untuk berbagai kebutuhan. Kebutuhan akan produksi lateks dan kayu
yang semakin meningkat mendorong peneliti di bidang perkaretan berupaya untuk
meningkatkan produksi tanaman karet terse but.

Disamping itu karena adanya


persaingan dalam penggunaan lahan antara tanaman kelapa sawit dan tanaman karet
mengakibatkan banyaknya areal tanaman karet yang dikonversi menjadi areal tanaman
kelapa sawit sehingga produksi karet sulit dipertahankan.
Pada umumnya tanaman karet tumbuh di daerah beriklim basah dengan curah
hujan sekitar 2000-4000 mm/tahun.

Tanaman karet di daerah ini sering diserang

penyakit gugur daun (Coiletotrichum gloeosporeoides) dan jamur akar putih

(Rigidoporus lignosus) terutama pada daerah yang mempunyai curah hujan di atas
3000 mm/th.

Keadaan ini merupakan penyebab rendahnya produksi, biaya produksi

yang tinggi serta mengakibatkan umur ekonomis tanaman menjadi singkat.
Dengan semakin terbatasnya lahan kering yang subur menyebabkan para peneliti
mulai memikirkan rencana pengembangan areal karet pada lahan-lahan kritis di daerah
beriklim kering di Kawasan Barat dan Timur Indonesia sebagai salah satu altematif
untuk memperluas areal kebun karet disamping untuk mengurangi resiko serangan
penyakit gugur daun. Di daerah ini umumnya tanahnya tidak subur dengan curah hujan
rendah serta distribusinya yang tidak merata, sehingga meyebabkan air merupakan
faktor pembatas utama pertumbuhan dan produksi tanaman. Faktor pembatas lainnya
adalah tanah-tanah di daerah ini umumnya miskin hara dan bahan organik serta solum
yang dangkal, akibatnya pertumbuhan dan produksi tanaman rcndah (NeJiyati, 20 I 0).
Pertumbuhan tanaman secara umum sangat tergantung kepada kctcrsediaan air di
dalam tanah. Air mempengaruhi berbagai proses kimia dan biologi di datam tanah.
Kelarutanlkonsentrasi unsur hara di dalam tanah serta pergerakan unsur hara kc akar
tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air di dalam tanah. Air di dalam tanaman

penting sebagai pelarut dan pereaksi dalam berbagai proses tennasuk: fotosintesis,
berbagai hidrolisa, mengatur turgiditas antar lain pada pembesaran sel dan mekanisme
membuka menutupnya stomata.
Kekeringan mengakibatkan terhambatnya translokasi unsur hara ke pennukaan
akar ataupun menurunnya pertumbuhan, produksi serta kualitas tanaman. Tanaman

mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap cekaman air yang dipengaruhi oleh
genotip tanaman serta tingkat cekaman air tersebut.
Mikoriza vesicular arbuskular (MYA) merupakan bentuk asosiasi simbiotik
antara akar tumbuhan dengan jamur endomikoriza. Keberadaan jamur MYA ini tidak
saja memiliki manfaat bagi tumbuhan tapijuga bermanfaat terhadap ekosistem. MVA
dapat meningkatkan serapan unsur hara dan air serta ketahanan tanaman terhadap
pathogen, sehingga meningkatkan resistensitanaman terhadap kekeringan, penyakit
dan tanah miskin hara
Dalam pengembangan perkebunan tanaman karet di Iahan kritis di daerah
beriklim kering diperlukan suatu paket teknologi yang dapat meningkatkan
produktivitas tanah. Penggunaan paket bioteknologi Mikoriza Vesikular Arbuskular
(MYA) merupakan cara yang perlu diteliti untuk pemanfaatan lahan-Iahan kritis dalam
pengembangan perkebuhan karet di daerah beriklim kering. Dari hasil penelitian Sahar
Hanafiah dkk (2013) menunjukkan adanya isolate MVA (isolat Acaulospora sp 1 dan
isolat Acaulospora sp 2) yang mempunyai kompatibilitas yang tinggi dengan bibit
tanaman karet yang ditunjukkan oleh derajat infeksi akar dan serapan unsur hara P yang
tinggi. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mrnguji kemampuan isolat ini terhadap
pertumbuhan bibit tanaman karet pada kondisi kekeringan

l.2. U rgensi I Keutamaan Penelitian

Mikoriza adalah sejenis jamur yang hidup bersimbiosa pada perakaran tanaman
tertentu. Mikoriza memungkinkan pengembangan pemanfaatan lahan-Iahan kritis
terutama disebabkan efek perluasan bidang serapan melalui miseliumnya schingga
masalah translokasi dan serapan harn dapat diatasi. Disamping itu adanya aktivitas
enzim fosfatase yang dihasilkan oleh miselium ekstemal serta asam-asam organik yang
diekskresikan sehingga dapat meningkatkan kelarutan unsur P bagi tanaman.
Disamping dapat meningkatkan serapan un sur harn dan air MVA juga dapat
2

meningkatkan ketahanan tanaman terhadap pathogen dengan mengekskresikan
substansi yang bersifat antibiotik.
Selain penggunaan mikoriza, juga diperlukan pengembangan klon-klon karet
yang tahan terhadap kekeringan. Kapasitas osmoregulasi kemungkinan dapat
digunakan untuk memprediksi secara dini tingkat ketahanan tanaman karet terhadap
kekeringan. Melalui pendekatan barn, disamping kapasitas osmoreglilasi, laju
penurunan ketahanan osmotik dan tingkat potensial air daun pada saat kehilangan
tekanan turgor juga dapat diketahui. Kemungkinan keterlibatan sistem perakaran
sebagai strategi tanaman karet dan hubungannnya dengan efisiensi penggunaan air
(water use efficiency) juga akan dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas aspek kepentingan mikoriza adalah untuk perbaikan
pertumbuhan tanaman serta rehabilitasi tanah-tanah kritis. Oleh karena itu penelitian
tentang asosiasi tanaman karet dan mikoriza serta ketahanannya terhadap cekaman air
penting dilakukan.

3

2.1. Cekaman air: HUbungannya dengan Tanaman

Pertumbuhan tanaman secara umum sangat tergantung kepada ketersediaan air di
dalam tanah. Air mempengaruhi berbagai proses kimia dan biologi di dalam tanah.
Kelarutanlkonsentrasi unsur hara di dalam tanah serta pergerakan unsur hara ke akar
tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air di dalam tanah.

Air di dalam

tanaman penting sebagai pelarut dan pereaksi dalam berbagai proses termasuk
fotosintesis dan fisiologis, hidrolisa, mengatur turgiditas antar lain pada pembesaran sel
dan mekanisme membuka menutupnya stomata. Kekurangan air pada media tumbuh
tanaman danlatau laju transpirasi yang berlebihan menyebabkan tanaman mengalami
kekurangan air atau disebut mengalami cekaman kekeringan/stress air. Sel tanaman
yang kehilangan air dan berada pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai
maksimumnya disebut menderita stress air (Hanum, 2012). Stress ringan dalam suatu
sel daun mengakibatkan kehilangan turgor dalam jumiah keciI, pada stress sedang
terjadi kehilangan turgor yang lebih menyeluruh diikuti dengan mclayunya daun. Pada
stress berat menyebabkan terjadinya pemecahan metabolism scI yang lcbih serius
Hanum, 2012).
Tanaman karet pada umumnya tumbuh baik di dataran rendah pada ketinggian
0-400 m dari permukaan laut di daerah beriklim basah dengan curah hujan 2000-4000
mm/th atau ik1im A, B dan C (menurut klasifikasi Oldeman). Pada wilayah ini resiko
serangan penyakit gugur daun (Col/etotrichum gloeosporeoides) dan jamur akar putih
(Rigidoporus /ignosus) terutama pada daerah yang mempunyai curah hujan di atas
3000 mm/th cukup tinggi (Supadmo, 1990), schingga kerapatan tanaman cepat

menurun, produktivitas yang dicapai tidak optimal dan umur ekonomis tanaman lebih
singkat. Tanaman karet membutuhkan suhu rata-rata harian sekitar 28°C, dengan
sinar matahari 5-7 jam Ihari. Tanaman karet membutuhkan tanah dengan kandungan
unsur hara N, P, K yang cukup dan tidak kekurangan unsur mikro. Namun tanaman

ini sangat toleran tcrhadap kemasaman tanah, dapat tumbuh pada pH 3,5 hingga 7,0
(Budiman.2012).
Dengan peningkatan populasi penduduk dan komoditas andalan, persaingan
penggunaan lahan pada areal beriklim basah semakin ketat, baik dengan komoditas

4

perkebunan lainnya maupun dengan komoditas tanaman pangan. Oleh karena itu,
pengembangan karet pada lahan beriklim kering perlu diantisipasi. Lahan di daerah
beriklim kering ini ditandai dengan sifat fisik dan kimia tanah yang kurang baik,
solum dangkal, curah hujan rendah dan distribusi hujan tidak merata. Pengembangan
karet pada daerah beriklim kering mempunyai aspek strategis, yaitu: (a)
meningkatkan pendapatan dan lapangan kerja penduduk setempat, (b) memperbaiki
sifat fisik lahan, (c) mengurangi erosi dan (d) mengantisipasi meledaknya serangan
penyakit daun (Neliyati, 2010).
Lahan beriklim kering tersebar di beberapa lokasi Kawasan Barat Indonesia dan
sebagian besar di Kawasan timur Indonesia dengan curah hujan kurang dari 1500

mmlth atau tipe iklim D dan E (menurut klasifikasi Oldeman). Kekeringan atau
ketersdiaan air merupakan faktor pembatas utama pada daerah beriklim kering yang
menyebabkan rendahnya pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Fisher and Turner,
1978). Rendahnya pertumbuhan dan produktivitas ini disebabkan oleh rendahnya
luas pennukaan fotosintesis (Da-Matta et aI., 1993; Karyudi and Fletcher, 2001), laju
fotosintesis (Karyudi, 1999), serta pengaruh reaksi biokimia dan fungsi sel.
Masalah kekeringan dapat diatasi

melalu dua pendekatan, yaitu (1 )

pengembangan klon-klon yang tahan terhadap kekeringan dan (2) perakitan teknik
budidaya yang dapat meningkatkan ketersediaan air tanah dan menekan laju
evapotranspirasi. Pendekatan pertama dinilai lebih praktis dan murah.
Strategi tanaman karet untuk mengatasi masalah kekeringan memungkinkan
melalui dua cara, yaitu avoidance dan tolerance strategi.

Avoidance strategi

berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk mengabsorbsi air dati profil tanah yang
dalam dan penurunan laju transpirasi baik yang disebabkan oleh ketebalan lapisan
lilin, pengguguran daun maupun penutupan stomata. Akan tetapi perakaran tanaman
yang kurang bennanfaat jika ketersediaan air tanah terbatas. Demikian juga dengan
lapisan lilin yang tebal, pengguguran daun dan penutupan stomata biasanya
menurunkan laju fiksasi karbondioksida yang menyebabkan rendahnya pertumbuhan
dan produktivitas tanaman.
Untuk pengembangan tanaman karet pada lahan kering dimana ketcrscdiaan air
sangat terbatas, parameter yang berhubungan dengan tolerance strategi sangat penting
untuk diteliti.

Pada strategi ini, kapasitas osmoregulasi diniIai sebagai karakter

adaptasi yang sangat penting. Kapasitas osmoregulasi adalah kemampuan tanaman

5

menurunkan tekanan osmotik sebagai hasil dari akumulasi solut dalam jaringan
tanaman akibat kekeringan.

2.2. Mikoriza: Hubungannya dengan Tanah-Tanaman

Mikoriza vesicular arbuskular (MVA) merupakan bentuk asosiasi sirr.biotik
antara akar tumbuhan dengan jamur endomikoriza. Diantara tipe-tipe Endomikoriza,
MVA memiliki daerah sebaran yang sangat luas, dijumpai pada berbagai jenis
tanaman hortikultura ataupun tanaman perkebunan. MYA memiliki struktur berupa
vesikel yaitu penggelembungan hifa yang berfungsi sebagai tempat cadangan
makanan dan arbuskul yaitu system percabangan hifa yang menyerupai akar halus
dan berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara jamur dan tanaman. Jenisjenis jamur yang membentuk MV A adalah genus-genus Acaulospora, Gigaspora,
Glomus dan Sclerocystis dari famili Endogonaceae, kelas Phycomycetes. Jamurjamur tersebut belum dapat ditumbuhkan dalam media buatan tanpa tanaman inang
(Mosse, 1981, Sabar Hanafiah et ai, 2009).
Keberadaan jamur MYA ini membantu pertumbuhan tanaman dan bennanfaat
terhadap ekosistem. Hifa mikoriza yang berkembang keluar dari akar masuk ke dalam
tanah disebut hifa ekstemal, berperan sebagai penyerap harn dan air.

Hal ini

menyebabkan terjadinya perubahan fisiologi pada tanaman inang yaitu meningkatnya
pertumbuhan tanaman dan ketahananlresistensi terhadap cekaman lingkungan yang
berbeda dengan tanaman tanpa mikoriza (Mosse, 1981).

Untuk mengetabui asosiasi

mikoriza dengan akar tanaman, dilak:ukan pengamatan terhadap infeksi mikoriza pada
akar tanaman. Tanaman yang bennikoriza mempunyai luas pennukaan serapan hara
dan air yang lebih besar sehingga akan

meningkatkan sera pan air dan unsur hara

tumbuhan serta jumlah daun yang lebih banyak untuk mendukung proses fotosintesis
(Muis dkk., 2013).
Kerentanan tanaman pada infeksi MVA dapat disebabkan oleh sifat fisiologis
yaitu ketergantungan yang tinggi akan unsur hara P, sifat morfologis yaitu
karakteristik akar yang jarang atau magnoloid root (Gianinazzi-Pearson dan Diem
1982).
Mikoriza secara efektif dapat meningkatkan serapan unsur hara baik makro
maupun mi1cro, akar berrnikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk yang tidak

6

tersedia bagi tanaman. Akar yang bermikoriza dapat menyerap unsure P dari larutan
tanah pada konsentrasi dimana akar tanaman tidak bermikoriza tidak dapat
rnenjangkaunya(Talanca, 2010). Disamping dapat rnenyerap P dari konsentrasi yang
rendah, mikoriza menghasilkan enzim fosfatase dan rnengekskresikan asam-asam
oraganik, sehingga dapat rnerubah senyawa-senyawa P anorganik yang tidak tersedia
(Bolan, 1991). Keuntungan lainnya dari tanaman bermikoriza yaitu meningkatkan
ketahan tanaman terhadap stress lingkungan. Diantara stress lingkungan yang
diperbaiki oleh asosiasi rnikoriza-tanaman adalah yang disebabkan oleh kekurangan
unsur hara, terutama unsur P, kekeringan, toksisitas logam berat dan asam organik,
pH yang tidak sesuai dan serangan patogen akar (Mosse, 1981; 8ardgett, 2005).
MVA dapat meningkatkan serapan unsur harn dan air serta ketahanan tanaman
terhadap pathogen (Sahar Hanafiah et ai, 2009,

Phosri et al., 2010), sehingga

meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan, penyakit dan tanah miskin hara.
Jenis tanaman yang berbeda akan menunjukkan reaksi yang berlainan terhadap
infeksi mikoriza, perkembangan infeksi dan kolonisasi jamur mikoriza. Perbedaan
reaksi terse but sangat dipengaruhi oleh aras kepekaan tanarnan terhadap infeksi dan
sifat ketergantungan tanaman pada rnikoriza dalarn serapan hara terutama di tanah
yang kekurngan P. Kedua sifat tersebut ada kaitannya dengan ripe perakaran dan
keadaan fisiologi perkembangan tanaman (Mosse, 1981).
Respon rnikoriza terhadap suplai air dipengaruhi oleh tipe tanah (Moawad,
1980). Penelitian pengaruh kadar air tanah pada perkernbangan MYA menunjukkan
hasil yang berbeda, pada keadaan tergenang, infeksi MYA berkurang, diduga karena
kondisi anaerob ridak sesuai untuk perkembangan jamur, demikian juga pada
kelembaban rendah akan rnenghambat perkembangan spora (Nelsen dan Safir, 1982).
Sebaliknya Gianinazzi-Pearson dan Diem (1982) mengemukakan bahwa infeksi
mikoriza bisa berkernbang pada kondisi stress air.
Hasil penelitian terbukti bahwa kekeringan tidak menghambat pertumbuhan
mikoriza namun meningkatkan perkembangan akar lateral dan setelah pembasahan
kern bali, laju pemanjangan akar dan jumlah mikoriza meningkat dengan cepat
Ketahanan tanaman bennikoriza terhadap kekeringan diduga diakibatkan hal-hal
berikut: (1) mikoriza menyebabkan hambatan atau resistensi akar terhadap gerakan
air menurun, sehingga transport air ke akar meningkat, (2) tanaman defisien P lebih
peka terhadap kekeringan, dengan adanya MVA kandungan P tanaman meningkat

7

sehingga daya tahan terbadap kekeringan meningkat, (3) adanya hifa eksternal
menyebabkan tanaman bermikoriza lebih mampu mendapatkan air dan (4) pemakaian
air bermikoriza lebih efisien (Gianinazzi-Pearson dan Diem, 1982).
Mikoriza mempunyai peranan untuk mengendalikan penyakit tanaman.
Menurut hasil penelitian beberapa peneliti mekanisme perlindungan yang diberikan
mikoriza terhadap pathogen adalah (Talanca, 2010):
a. Memanfaatkan karbohidrat lebih banyak dari akar sebelum dikeluarkan dalam
bentuk eksudat akar, sehingga pathogen tidak dapat berkembang,
b. Terbentuknya substansi yang bersifat antibiotik yang disekresikan untuk
menghambat pathogen, seperti fenol, quinine dan berbagai phytoaleksin.
Menghasilkan senyawa atsiri yang bersifat fungistik jauh lebih banyak dari
tanaman yang tidak terinfeksi mikoriza.
c. Infeksi MY A menyebabkan terjadinya perubahan morfologi akar tomat &
ketimun yaitu terbentuknya lignin pada bagian endodermis dari akar sehingga
menjadi pengha\ang penetrasi pathogen. Tanaman tomat \ebih tahan terhadap
serangan Fusarium oxysporum.
d. Infeksi

MY A

menyebabkan

terjadinya

perubahan

fisiologi,

yaitu

meningkatnya konsentrasi enzim kitinase dalam akar tanaman, meningkatnya
kandungan asam amino terutama arginin, dan merangsang terbentuknya
isoflavonoid & fitoaleksin (kedelai) sehingga meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap beberapa patogen.
e. Memacu perkembangan mikrobia saprofitik disekitar perakaran.

8

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT

3.1. Tujuan
Tujuan penelitian tabun kedua ini adalah untuk menguji kompatibilitas isolate
YAM dengan bibit tanaman karet (Hevea brasiliensis MUELL Arg.).

3.2. Manfaat
Manfaat penelitian adalah :
1. Untuk perbaikan pertumbuhan tanaman serta rehabilitasi tanah-tanah kritis;
Untuk pengembangan klon-klon karet yang tanah terhadap kekeringan.

9

BAB 4. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mulai dilakukan pada akhir Februari 2014 dan selesai pada
pertengahan Agustus 2014.

Penelitian ini akan mengkaji pengaruh mikoriza terhadap

ketahanan tanaman karet pada berbagai kondisi kadar air tanah.

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Percobaan ini dilakukan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian USU, dari bulan
Maret 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014.

4.2. Bahan dan Alat
Bibit karet yang digunakan adalah stump Klon PB 260 yang berasal dari Pusat
Penelitian Karet (PPK) Sei Putih, inokulum MY A berupa propagul dari isolat
Acaulospora Spl, Acaulospora Sp2 hasil penelitian HB 2013, dan Glomus Spl koleksi

laboratorium Biologi Tanah FP-USU, pupuk hyponex,

pupuk fosfat alam, pupuk

NPKMg (15-15-6-4), polybag, tanah atas (top soil) dan alat-alat lain yang dibutuhkan
dalam penelitian ini..

4.3. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terpisah (Split Plot
Design). Sebagai petak utama adalah kadar air 100% kapasitas lapang (Kl), kadar air 80
% kapasitas lapang (K2) dan kadar air 60 % kapasitas lapang (K3). Sebagai anak petak.
adalah perlakuan mikoriza. Isolat MVA yang digunakan pada penelitian tahun kedua ini
adalah isolat yang potensial dan kompatibel dengan tanaman karet yang merupakan
hasil penelitian tahun pertama

dari peneJitian Hibah Bersaing 2013. Isolat tersebut

adalah Acaulospora Sp I, isolat Acaulospora Sp 2, serta Glomus Sp yang berasal dan
koleksi Laboratorium Biologi Tanah FPUSU. Perlakuan mikoriza terdiri dari tanpa
inokulasi (Mo), inokulasi dengan Acaulospora spl (M!), inokulasi dengan Acaulospora
sp2 (M2) dan diinokulasi dengan Glomus sp (M3). Jumlah inokulum yang diberikan
adalah 100 gram propagul per polibeg. Setiap kombinasi perlakuan diu lang empat kali.
Contoh tanah dikering anginkan dan diayak dengan ayakan 10 mesh. Analisa
tanah awal meliputi analisis pH tanah (1:2.5), analisa N total tanah (Kjeldhal), analisa P
total tanah (ekstraksi HCl 25%), analisa P tersedia tanah (Bray II), analisa C organik
tanah (Walkey & Black) dan ratio CIN.
Tanah-tanah dimasukkan ke dalam polibeg yang setara dengan 10 kg tanah kering
mutlaklpot. Penanaman dilakukan dengan memasukkan stump karet ke dalam lobang

10

tanam sampai bagian leher akar terbenam. Jumlah bibit per polibeg sebanyak 1 bibit.
Inokulasi diberikan dengan cara memberikan 100 g inokulumlpolibag diletakkan di
sekitar perakaran tanaman. Kelembaban tanah pada awal percobaan dijaga pada 100 %
kapasitas lapang, setelah satu minggu, perlakuan kadar air mulai disesuaikan hingga
selama pertumbuhan tanaman dengan penambahan air melalui penimbangan.
Sebagai pupuk dasar diberikan fosfat alam sebanyak 50 g per polibeg. Pemberian
pupuk ini dilakukan satu minggu setelah bibit dipindahkan.

Setelah satu bulan

penanaman diberikan pupuk NPKMg sebanyak 15 g per polibeg. Penyiangan rumput
dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan selama pertumbuhan tanaman.
Variabel yang diamati meliputi pertumbuhan tanaman, bobot kering tajuk, derajat
infeksi akar, kadar dan serapan unsur hara N dan P, serta pengukuran status air tanaman.
Untuk pertumbuhan tanaman yang diamati adalah pertambahan tinggi tanaman dan
pertambahan diameter batang yang pengamatannya dilakukan setiap minggu.
Pengukuran bobot kering tajuk, derajat infeksi akar serta analisa kadar dan serapan
un sur hara N dan P yang dilakukan pada akhir percobaan.

Pengukuran status air

dilakukan pada akhir percobaan yang meliputi potensial air daUD, tekanan osmotik,
tekanan turgor dan kandungan air relatif daun.
Potensial air daun dan tekanan osmotik diukur dengan Pshychrometer Wescor
Chamber C-30 dengan diameter chamber 1,9 cm. Pshychrometer terlebih dahulu
dikalibrasi dengan natrium khlorida (Lang, 1967, dalam Karyudi 1999).
Pengamatan infeksi akar dilakukan dengan menggunakan metode pewarnaan
dengan trypan blue. Akar yang terinfeksi ditandai dengan adanya minimal salah satu
dari struktur internal FMA, yaitu hifa internal, arbuskula, vesikula dan spora.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo. Kuantifikasi derajat
infeksi FMA menggunakan metoda grid line.
Kadar hara N ditetapkan melalui destilasi, sedang P ditetapkan dengan
menggunakan spektrofotometer.
4.4. Analisa Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan metode sidik ragam, dilanjutkan dengan
Uji Jarak Berganda Duncan (DMRn pada taraf 5% untuk perlakuan yang berpengaruh
nyata. Penelitian ini mulai dilakukan pada akhir Februari 2014 dan selesai pada
pertengahan Agustus 2014.

Penelitian ini akan mengkaji pcngaruh mikoriza terhadap

ketahanan tanaman karet pada berbagai kondisi kadar air tanah.

11

BAD 5. BASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Pertambahan Tinggi Tanaman.(cm)
Hasil pengamatan terbadap pertambahan tinggi tanaman bibit karet yang diberi
dengan berbagai perlakuan mikoriza pada kondisi kadar air tanah yang berbeda
ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman Karet (em) pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.:
VAMikoriza

Perlakuan

Rataan

Kadar Air

MO

Ml

M2

M3

K 1 (100 % Kapasitas Lapang)

5.94

6.48

5.29

5.11

5.71

K2 (80 % Kapasitas Lapang)

5.51

6.04

5.18

5.27

5.50

K3 (60 % Kapasitas Lapang)

4.27

3.16

3.95

5.50

4.22

Rataan
5.24
5.22
4.81
5.30
Keterangan: K 1: Kadar air tanah 100% kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 80% kapasitas lapang,
K3: Kadar air tanah
60% kapasitas lapang; Mo: tanpa inokulasi MVA, Ml: lnokulasi
dengan Acau/ospora Sp 1, M2: Inokulasi dengan (Acaulospora Sp 2), M3: Inokulasi dengan
Glomus Spi.

Hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa pertambahan tinggi tanaman
cendrung menu run dengan semakin menurunnya kadar air tanah. Pemberian isolat
Glomus Sp (M3) eendrung mempunyai pertambahan tinggi tanaman yang paling tinggi.

Pertambahan tinggi tanaman yang paling tinggi diperoleh pada perlakuan KIM! yaitu
pada kondisi kadar air tanah 100 % kapasitas lapang dan pemberian Acaulospora Sp I.
Apabila kadar air tanah berkurang menjadi 80 % kapasitas Iapang, maka tanaman yang
diinokulasi dengan Acaulospora Spl (K2Ml) tetap mempunyai pertambahan tinggi
tanaman yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu sebesar 6.04 cm.
Pada kondisi kadar air tanah yang lebih stres (60 % kapasitas lapang klihatannya
tanaman yang diinokulasi dengan Glomus Sp cendrung mempunyai pertambahan tinggi
tanaman yang Iebih tinggi dari perIakuan mikoriza lain.

Pertambahan Diameter Batang (mm).
Pengaruh perlakuan kadar air tanah terbadap pertambahan diameter batang
tanaman, bibit karet yang diinokulasi dengan berbagai perIakuan MY A tertera pada
TabeI2.

12

Tabel 2. Rataan Pertambahan Diameter Batang Tanaman Karet (mm) ) pada berbagai
Kadar Air Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.
VAMikoriza

Perlakuan

Rataan

Kadar Air

MO

Ml

M2

M3

KI (100 % Kapasitas Lapang)

5.11

4.90

4.26

3.87

4.53a

K2 (80 % Kapasitas Lapang)

4.06

4.96

3.92

4.08

5.50a

K3 (60 % Kapasitas Lapang)

3.18

2.91

2.84

3.31

3.06b

Rataan
4.12
4.26
3.67
3.76
Keterangan: KI: Kadar air tanah 100% kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 80% kapasitas lapang,
60% kapasitas lapang; Mo: tanpa inokulasi MVA, Ml: Inokulasi
K3: Kadar air tanah
denganAcauJospora Sp I, M2: Inokulasi dengan (Acaulospora Sp 2), M3: Inokulasi dengan
Glomus Spl.

Penurunan kadar air tanah hingga 60% kapasitas lapang menurunkan
pertambahan diameter batang secara nyata. Pada kadar air tanah 80 % kapasitas lapang,
bibit tanaman karet yang diinokulasi dengan Acaulospora Spl (K2Ml) mempunyai
pertambahan diameter batang yang terbesar (4.96 mm) dibandingkan semua perlakuan,
sejalan dengan hasil yang diperoleh pada pengamatan pertambahan tinggi tanaman.
Pada kondisi kadar air tanah 60010 kapasitas lapang, kecendrungan hasil yang diperoleh
sejalan dengan pertambahan tinggi tanaman.

Pertambahan diameter batang yang

terbesar diperoleh pada bibit yang diinokulasi dengan Glomus Spl (K3M3) yaitu
sebesar 3.31 mm.
Bobot Kering Tanaman
Data bobot kering tanaman karet yang diperoleh pada akhir peneIitian
ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel3. Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman Karet (gr» pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.
VAMikoriza

Perlakuan

Rataan
MO

MI

M2

M3

K 1 (100 % Kapasitas Lapang)

46.21

44.12

38.96

43.63

43.23a

K2 (80 % Kapasitas Lapang)

37.02

50.49

40.02

34.06

40.40a

K3 (60 % Kapasitas Lapang)

33.63

29.07

29.68

31.58

30.99b

Kadar Air

Rataan
Keterangan:

38.95
36.22
36.42
41.23
Angka-angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sarna pada baris atau kolom yang
sarna berbeda nyam pada taraf 5 % menurut uji DMRT; K: Kadar air tanah 100%
kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 80% kapasitas Iapang, K3: Kadar air tanah 60%
kapasitas lapang; Mo: tanpa inokulasi MVA, Ml: lnokulasi dengan Acau/ospora Sp 1,
M2: lnokulasi dengan (Acau/ospora Sp 2). M3: lnokulasi dengan Glomus Spl.

13

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penurunan kadar air tanah
menurunkan bobot kering tanaman karet secara nyata. Tanaman karet yang diinokulasi
dengan Acaulospora Sp 1 mempunyai bobot kering tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan mikoriza lainnya. Bobot kering tertinggi diperoleh
pada perlakuan K2M 1 yaitu pada bibit karet yang ditanam pada kadar air tanah 80%
kapasitas lapang dan diinokulasi dengan Acaulospora Spi (50.49 g). Pada kadar air
60% kapasitas lapang, tanaman yang diinokutasi dengan Glomus Sp mempunyai bobot
kering yang lebih tinggi dari perlakuan mikoriza lain, walaupun jika dibandingkan
dengan yang tanpa diberi mikoriza hasilnya lebih rendah.

Derajad lnfeksi Akar oleh Mikoriza
Perhitungan derajat infeksi akar tertera pada Tabel 4 di bawah 1m.
tersebut

Hasil

menunjukkan bahwa dengan menurunnya kadar air tanah maka infeksi

mikoriza ke akar tanaman juga cendrung menurun.
Tabel 4. Rataan Derajat Infeksi Akar Tanaman Karet pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.
VAMikoriza

Perlakuan

Rataan

Kadar Air

MO

Ml

K I (100 % Kapasitas Lapang)

15.00

K2 (80 % Kapasitas Lapang)
K3 (60 % Kapasitas Lapang)
Rataan
Keterangan:

M2

M3

72.50

67.50

75.00

57.50

12.50

70.00

75.00

67.50

56.25

10.00

70.00

62.50

70.00

53.13

12.50b
70.83a
68.33a
70.83a
Angka-angka yang diikuti notasi hurufyang tidak sarna pada baris atau kolom yang
sarna berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT. K1: Kadar air tanah 100%
kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 80% kapasitas lapang, K3: Kadar air tanah 60%
kapasitas lapang; Mo: tanpa inokulasi MYA, M 1: lnokulasi dengan AcauJospora Sp I,
M2: Inokulasi dengan (Acaulospora Sp 2), M3: lnokulasi dengan Glomus Spl

Pemberian mikoriza meningkatkan infeksi akar secara nyata, dan nilai yang
tertinggi diperoleh pada tanaman yang diinokulasi dengan AcauJospora Sp I dan Glomus
Spi (masing-masing 70.83%). Pengaruh interaksi tidak berbeda nyata terbadap derajat
infeksi akar tanaman. Namun derajat infeksi akar yang tertinggi diperoJeh pada tanaman
yang diinokulasi dengan Acau/ospora Sp2 (75%) pada kadar air tanah 80% KL dan
pad a tan am an yang diinokulasi dengan Glomus Sp pada perlakuan kadar air 100% KL
(75%). Data di atas juga menunjukkan bahwa walau kadar air tanah menurun, namun
kemampuan menginfeksi akar oleh mikoriza tidak berbeda dibandingkan dengan pada
14

セM⦅@

kadar air tanah yang lebih tinggi.

Kecuali pada tanaman yang diinfeksi oleh

Acaulospora Sp2 hasilnya paling rendah (62,5%).

Kadar Hara N dan Kandungan N tanaman
Hasil analisa kadar hara dan kandungan N tanaman tertera berturut-turut pada
Tabel 5 dan 6. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan menurunnya kadar air tanah
maka kadar hara N di daun cendrung menurun, sedangkan serapan N menurun secara
nyata. Pemberian mikoriza cendrung menurunkan kadar dan serapan N pada tanaman
karet. Kadar N terendah diperoleh pada KIMI yaitu pada tanaman yang diperlakukan
kadar air 80% dan diinokulasi dengan Acaulospora Sp 1. Pada perlakuan kadar air yang
lebih rendah (60%) juga diperoleh hasil yang sarna tanaman yang diinokulasi dengan

Acaulospora Splmempunyai kadarN daun yang cendrung paling rendah.
Untuk serapan N, hasil yang diperokeh menunjukkan bahwa jika kadar air tanah
berkurang maka serapan N yang tertinggi diperoleh pada tanaman yang diinokulasi
dengan Acaulospora Sp 1 yang diperlakukan dengan kadar air 80% kapasitas lapang
(KIMl). Sedangkan jika kadar air lebih rendah maka pemberian mikoriza cendrung
menurunkan serapan N tanaman.
Tabel 6. Rataan Kadar Hara N (%) Tanaman Karet pada Berbagai Kadar Air Tanah
dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.
YAMikoriza

Perlakuan

Rataan

Kadar Air

MO

MI

M2

M3

K I (100 % Kapasitas Lapang)

2.49

2.50

2.61

2.27

2.46

K2 (80 % Kapasitas Lapang)

2.43

1.96

2.44

2.45

2.32

K3 (60 % Kapasitas Lapang)

2.56

2.24

2.40

2.40

2.40

Rataan
2.23
2.49
2.37
2.49
Keterangan: K 1: Kadar air tanah 100% kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 80% kapasitas lapang,
K3: Kadar air tanah
60% kapasitas Iapang; Mo: tanpa inokulasi MY A, M I: lnokulasi
dengan Acaulospora Sp 1, M2: lnoku1asi dengan (Acaulospora Sp 2), M3: Inoku1asi dengan
Glomus Spl

I

Tabel 7. Rataan Serapan Hara N (mg) Tanaman Karet pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.
VAMikotiza

Perlakuan

Rataan

MO

MI

M2

M3

Kl (100 % Kapasitas Lapang)

1144.92

1118.26

1018.39

992.57

1068.53a

K2 (80 % Kapasitas Lapang)

924.57

950.96

934.57

831.18

91O.32ab

K3 (60 % Kapasitas Lapang)

863.32

659.70

720.04

755.93

749.75b

Kadar Air

Rataan
Keterangan:

859.90
977.60
909.64
891.00
Angka-angka yang diikuti notasi huruf yang tidak saIDa pada baris atau kolom yang
sarna berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT. Kl: Kadar air tanah 100%
kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 80% kapasitas Japang, K3: Kadar air tanah
60% kapasitas Japang; Mo: tanpa inokulasi MY A, Ml: Inokulasi dengan Acaulospora
Sp 1, M2: Inokulasi dengan (Acaulospora Sp 2), M3: Inokulasi dengan Glomus Sp 1

Kadar Hara P dan Kandungan P tanaman
Hasil analisa kadar hara dan kandungan P tanaman tertera berturut-turut pada
Tabel

8 dan 9.

Kadar P tanaman menurun dengan menurunnya kadar air tanah.

Sedangkan serapan P menurun secara nyata dengan menurunnya kadar air tanah.
Pemberian Glomus Sp cendrung meningkatkan kadar P tanaman. Serapan P tertinggi
diperoleh pada tanaman karet yang diinokulasi dengan Acaulosora SpI. Pada kondisi
kadar air menurun menjadi 80%, maka serapan P tanaman menurun kecuali pada
tanaman yang diinokulasi dengan Acaulospora Spi mempunyai serapan P yang kebih
tinggi (66,34 mg) dibandingkan dengan perlakuan mikoriza lain. Sedangkan pada kadar
air yang lebih rendah (60010), pemberian mikoriza cendrung menurunkan serapan P.
Tabel8. Rataan Kadar Hara P (%) Tanaman Karet pad a Berbagai Kadar Air Tanah
dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.
VAMikoriza

Perlakuan

Rataan

Kadar Air

MO

MI

M2

M3

K 1 (100 % Kapasitas Lapang)

0.15

0.14

0.14

0.15

0.15

K2 (80 % Kapasitas Lapang)

0.13

0.13

0.15

0.14

0.14

K3 (60 % Kapasitas Lapang)

0.14

0.14

0.14

0.14

0.14

Rataan
Keterangan:

0.14
0.14
0.14
0.15
K I: Kadar air tanah 100% kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 80% kapasitas lapang,
K3: Kadar air tanah
60% kapasitas lapang; Mo: tanpa inokulasi MVA, Ml: Inokulasi
denganAcaulospora Sp I, M2: lnokulasi dengan (Acaulospora Sp 2), M3: Inokulasi dengan
Glomus Spl

16

Tabel 9. Rataan Serapan Hara P (mg) Tanaman Karet pada Berbagai Kadar Air
Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.
V AMikotiza

Perlakuan

Rataan
MO

Ml

M2

M3

Kl (100 % Kapasitas Lapang)

70.43

63.87

56.12

65.94

64.09a

K2 (80 % Kapasitas Lapang)

50.35

66.34

59.68

47.19

55.89ab

K3 (60 % Kapasitas Lapang)

47.25

41.67

41.24

45.53

43.93b

Kadar Air

Rataan
Keterangan:

56.01
57.29
52.34
52.89
Angka-angka yang diikuti notasi hurufyang tidak sarna pada baris atau kolom yang
sarna berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT. K1: Kadar air tanah 100%
kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 80% kapasitas lapang, K3: Kadar air tanah
60% kapasitas lapang; Mo: tanpa inokulasi MY A, Ml: lnokulasi dengan Acau/ospora
Sp 1, M2: Inokulasi dengan (Acaulospora Sp 2), M3: Inokulasi dengan Glomus Spl

Potensial Air Daun
Data potensial air daun tertera pada Tabel 9 di bawah ini. Dari data tersebut
terlihat bahwa penurunan kadar air tanah menurunkan potensial air daun secara nyata.
Sedangkan pemberian mikoriza cendrung meningkatkan potensial air daun.

Pada

kadar air yang lebih rendah (60%) maka potensial air daun tanaman yang diinokulasi
dengan Acaulospra Spl cendrung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
mikoriza lain.
Tabel 9. Rataan Potensial Air Daun (MPa) ) Tanaman Karet pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan lnokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.
VAMikoriza

Perlakuan

Rataan
MO

Kadar Air

M1

M2

M3

KI (100 % Kapasitas Lapang)

-1.190

-1.021

-1.009

-0.858

-1.02a

K2 (80 % Kapasitas Lapang)

-2.824

-2.442

-2.362

-2.402

-2.5Ib

K3 (60 % Kapasitas Lapang)

-3.386

-2.982

-3.343

-3.284

-3.25c

Rataan
Keteranga:

-2.47
-2.15
-2.24
-2.18
Angka-angka yang diikuti notasi hurufyang tidak sarna pada baris atau kolom yang
sarna berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT. KI: Kadar air tanah 100%
kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 80% kapasitas lapang, K3: Kadar air tanah 60%
kapasitas Japang; Mo: tanpa inokuJasi MY A. Ml: lnokulasi dengan Acaulospora Sp 1,
M2: lnokulasi dengan (Acau/ospora Sp 2), M3: lnokulasi dengan Glomus Sp I

Tekanan Osmotik.
HasH pengamatan tekanan osmatik (Tabel 10) menunjukkan bahwa penurunan
kadar air tanah menyebabkan semakin menurun pula tekanan osmotik secara nyata.
Pemeberian mikoriza cendrung meningkatkan tekanan osmotik. Peningkatan tekanan
osmotik lebih besar pada kondisi kadar air tanah 80% kapasitas lapang.

17

Tabel 10. Rataan Tekanan Osmotik (MPa) Tanaman Karet pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan Inokulasi Mikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.
VAMikoriza

Perlakuan

Rataan
MO

Kadar Air

Ml

M2

M3

Kl (100 % Kapasitas Lapang)

-1.968

-1.908

-1.824

-1.743

-1.863

K2 (80 % Kapasitas Lapang)

-3.201

-2.976

-2.634

-2.734

-2.89b

K3 (60 % Kapasitas Lapang)

·3.739

-3.085

-3.533

-3.462

-3.45bc

Rataan
Keteranga:

-2.663
-2.646
-2.969
-2.656
Angka-angka yang diikuti notasi burufyang tidak sarna pada baris atau kolom yang
sarna berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT. Kl: Kadar air tanah 100%
kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 80% kapasitas lapang, K3: Kadar air tanah 60%
kapasitas lapang; Mo: tanpa inokulasi MYA, Ml: Inokulasi dengan Acaulospora Sp I,
M2: lnokulasi dengan (Acaulospora Sp 2), M3: lnokulasi dengan Glomus Spl

Tekanan Turgor.
Hasil pengukuran tekanan turgor tertera pada Tabel II di bawah ini. Data
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kekurangan air maka tekanan turgor
cendrung semakin rendah.

Pemberian mikoriza cendrung menurunkan tekanan

turgor. lnteraksi antara perlakuan kadar air dan inokulasi mikoriza nyata terhadap
tekanan turgor daun. Nilai tekanan turgor terendah diperoleh pasa perlakuan K3Ml
yaitu tanaman karet yang ditanam pada kondisi kadar air tanah 60% kapasitas lapang
dan diinokulasi dengan Acalospora Spi (0.103 MPa).

Pemberian mikoriza

menurunkan tekanan turgor secara nyata pada kondisi kurang air (80% dan 60%
kapasitas lapang), kecuali pada tanaman yang diinokulasi dengan Acaulospora SpI
pada kondisi 80% kapasitas lapang yang mempunyai nilai tekanan turgor nyata lebih
tinggi (0.529 MPa) dibandingkan yang lain.
Tabel II. Rataan Tekanan Turgor (MPa) Daun Tanaman Karet pada Berbagai Kadar
Air Tanah dan lnokulasi VAMikoriza 21 Minggu Setelah Tanam.
VAMikoriza

Perlakuan

Rataan
MO

Kadar Air

MI

M2

M3

K 1 (100 % Kapasitas Lapang)

O.777d

0.8878

0.815c

0.885ab

0.84

K2 (80 % Kapasitas Lapang)

O.377f

0.52ge

0.340h

0.332hi

0.39

K3 (60 % Kapasitas Lapang)

0.353g

0.1031

0.190j

O.I77k

0.21

Rataan

0.50

0.51

0.45

0.48

Keteranga:

Angka-angka yang diikuti notasi hurufyang tidak sarna pada baris atau kolom yang
sarna berbeda nyata pada taraf S % menurut uji DMRT. KI: Kadar air tanah 100%.
kapasitas lapang, K2: Kadar air tanah 800A. kapasitas lapang, K3: Kadar air tanah 60%
kapasitas lapang; Mo: tanpa inokulasi MY A, M1: lnokulasi dengan AcauJospora Sp 1,
M2: Inokulasi dengan (Acaulospora Sp 2), M3: Inokulasi dengan Glomus Spl

18

4.2. Pembahasan
HasH penelitian menunjukkan bahwa dengan berkurangnya kadar air di dalam
tanah maka pertumbuhan tanaman dan serapan hara menurun.

Air merupakan

komponen utama yang dibutuhkan tanaman dan sebagai penyusun tubuh tanaman. Air
berperan sebagai pelarut hara dan mentranlokasikannya keseluruh bagian tanaman
melalui reaksi biokimia di dalam sel seperti proses fotosintesa. sehingga pertumbuhan
tanaman sangat tergantung pada suplai air yang ada di dalam tanah. Menurut Gardner
dkk. (1991) air dibutuhkan tanaman sebagai pelarut dan medium untuk reaksi kimia,
medium untuk transport dan juga bahan baku untuk fotosintesis. Oleh karena itu
kekurangan air akan mengakibatkan terhambatnya penyerapan unsur hara dan air oleh
akar tanaman serta menurunkan pertambahan diameter batang seeara nyata sejalan
dengan penurunan bobot kering tanaman, serapan N dan P tanaman (TabeI2,3. 6 dan 8).
Kadar hara N dan P juga cendrung menurun dengan berkurangnya kadar air tanah
(Tabel 6 dan 8). Penurunan serapan hara mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
tanaman yang ditunjukkan oleh menurunnya pertambahan tinggi tanaman, pertambahan
diameter batang dan bobot kering tanaman (Tabel 1, 2 dan 3). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kekurangan air merupakan faktor pembatas utama yang
menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman. Seperti juga yang ditemukan oleh
Muis et af (2013) dalam penelitiannya bahwa dengan peningkatan interval penyiraman
dari setiap hari menjadi 3 dan 6 hari sekali maka pertumbuhan tanaman kedelai menurun
secara nyata
Mengenai pengaruh inokulasi mikoriza terlihat bahwa pemberian Acaulospora
Sp I cendrung meningkatkan pertambahan diameter batang, bobot kering tanaman dan
serapan P (Tabel 2, 3 dan 9).

HasH ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini

Acaulospora Spl merupakan isolate yang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan

tanaman dan serapan unsur hara P oleh akar tanaman dibandingkan isolat mikoriza
lainnya. Jika kadar air menurun menjadi 60% kapasitas lapang maka tanaman yang
diinokulasi dengan Glomus Spl(K3M3) mempunyai pertambahan tinggi tanaman yang
cendrung Iebih tinggi (5.50 em) dan diameter batang yang cendrung lebih lebar
(3.3Imm) (Tabel I dan 2). Untuk bobot kering tanaman (Tabel 3), pada kondisi 60%
kapasitas lapang tanaman yang diinokulasi dengan Glomus Sp 1 (K3M3) cendrung lebih
berat dibandingkan dengan tanaman yang diinokulasi dengan perlakuan mikoriza lain.
Pada kondisi kadar air tanah 80% kapasitas lapang maka tanaman yang diinokulasi

19

dengan Acaulospora Spl mempunyai mempunyai pertambahan tinggi tanaman,
pertambahan diameter batang, hobot tanaman, serapan harn N dan P yang lebih tinggi
dibandingkan kombinasi perlakuan Iainnya. HasH ini menunjukkan bahwa kalau kadar
air tanah menurun menjadi 80% kapasitas Iapang maka pemberian Acaulospora Sp 1
pada tanaman karet dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan serapan unsur N dan
P tanaman. Sedangkan pada kondisi kadar air yang Iebih rendah yaitu 60% kapasitas
lapang maka tanaman yang diinokulasi dengan Glomus Sp yang memberi hasil yang
lebih baik untuk semua variable yang diamati.
Namun jika dibandin

Dokumen yang terkait

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Uji Ketahanan Beberapa Genotipe Tanaman Karet Terhadap Penyakit Corynespora cassiicola dan Colletotrichum gloeosporioides di Kebun Entres Sei Putih

1 85 68

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Karet (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

1 30 54

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola Berk & Curt.) di Lapangan

0 34 64

Respon Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Dan Pemberian Air Kelapa

2 37 54

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muel. Arg.) Terhadap 3 Isolat Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Sacc.) Di Laboratorium

0 48 59

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53