Dampak Pembangunan Jalan Terhadap Perkembangan Wilayah Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Nias adalah gugusan pulau yang jumlahnya mencapai 132 pulau,
membujur di lepas pantai barat Sumatra menghadap Samudra Hindia. Tidak
semua pulau-pulau tersebut berpenghuni. Hanya ada sekitar lima pulau besar yang
dihuni oleh manusia, yaitu Pulau Nias (9.550 km²), Pulau Tanah Bala (39,67 km²),
Pulau Tanah Masa (32,16 km²), Pulau Tello (18 km²), dan Pulau Pini (24,36 km²).
Di antara kelima pulau tersebut, Pulau Niaslah yang berpenghuni paling padat,
dan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan (Koestoro, Wiradnyana,
2007). Kabupaten Nias Selatan mempunyai luas 1.825,2 Km2, dan merupakan
Kabupaten yang baru berdiri tahun 2003 sebagai pemekaran Kabupaten Nias
Propinsi Sumatera Utara (RPJMD, 2006 – 2011).
Dilihat dari topografinya, Nias adalah dataran rendah yang di tengahnya
terdapat bukit-bukit. Mayoritas penduduknya masih tinggal di pedalaman, di
kampung-kampung yang saling mengisolasi, dan berprofesi sebagai petani. Di
Nias berkembang sejarah atau Hoho mengenai asal mula masyarakat Nias,
tepatnya di Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan. Hoho ini terkait dengan
nama Gomo untuk kecamatan yang dimaksud. Kata “Gomo”, memiliki makna
Owo–Gomo–Omo, yang berarti perahu - gomo - rumah (Hammerle, 2001). Oleh

sebab itu Gomo merupakan suatu daerah yang penting bagi masyarakat Nias.
Orahili Gomo ini baru terbuka dari isolasi daerah pada tahun 2008, dimana
sebelumnya merupakan suatu daerah yang terisolir dari perkembangan

pembangunan, hal ini dikarenakan tidak adanya akses yang memadai untuk
mencapai Orahili Gomo.
Penyelenggaraan

transportasi

yang

efisien

dan

efektif

harusnya


memberikan suatu nilai positif bagi perkembangan wilayah yang dilalui oleh
transportasi tersebut. Dalam lingkup yang lebih kecil kita bisa lihat pada wilayah
perbatasan antar wilayah kota dan pedesaan. Hal ini tentu saja sangat memberi
peranan yang sangat penting bagi perkembangan wilayah tersebut. (Peraturan
Menhub. No. KM 15 Tahun 2010). Transportasi merupakan hal yang penting
dalam suatu sistem, karena tanpa transportasi perhubungan antara satu tempat
dengan tempat lain tidak terwujud secara baik (Bintarto, 1982). Transportasi
merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan
pembangunan terutama dalam mendukung perkembangan wilayah baik itu daerah
perdesaan maupun daerah yang lainnya. Sistem transportasi yang ada
dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan sumberdaya
lainnya

yang

dapat

mendukung

terjadinya


pertumbuhan

didaerah

ini

menyebabkan pengurangan konsentrasi tenaga kerja yang mempunyai keahlian
dan ketrampilan pada wilayah tertentu, selain transportasi juga untuk membuka
peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan mengurangi perbedaaan antar
wilayah sehingga mendorong terjadinya pembangunan antar wilayah. Dengan
adanya transportasi harapannya dapat menghilangkan isolasi dan memberi
stimulan ke arah perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan,
industri maupun sektor lainnya merata disemua daerah.
Hurst (1974) mengemukakan bahwa interaksi antar wilayah tercermin
pada keadaan fasilitas transportasi serta aliran orang, barang, maupun jasa.

Transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan
sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah.
Wilayah dengan kondisi geografis yang beragam memerlukan keterpaduan antar

jenis transportasi dalam melayani kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya, sistem
transportasi dikembangkan untuk menghubungkan dua lokasi guna lahan yang
mungkin berbeda. Transportasi digunakan untuk memindahkan orang atau barang
dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih
meningkat.
Salim, E (1992) menyebutkan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi
pembangunan

kota

yaitu,

aksebilitas,

penduduk,

pertumbuhan

industri,


pendapatan dan jasa. Transportasi sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi dan
perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industralisasi. Pertumbuhan
wilayah suatu negara atau bangsa tergantung pada tersedianya pengangkutan
(transportasi) dalam negara atau bangsa yang bersangkutan.
Yang dimaksud aksesibilitas adalah kemampuan atau keadaan suatu wilayah,
region, ruang untuk dapat diakses oleh pihak luar baik secara langsung atau tidak
langsung. Pembangunan perekonomian suatu desa menjadi kian lambat dan
terhambat hanya karena minimnya sarana transportasi yang ada (Hensi
Margaretta, 2000). Transportasi dapat menjadi fasilitator bagi suatu daerah untuk
maju dan berkembang karena transportasi meningkatkan aksesibilitas suatu
daerah. Dengan adanya transportasi dapat membuka jalan komunikasi antar
daerah sehingga terjadi aliran barang, jasa, manusia, dan ide-ide sebagai modal
bagi suatu daerah untuk maju dan berkembang.

Beberapa studi yang membahas tentang pengaruh transportasi terhadap
perkembangan wilayah antara lain:
1. Studi yang dilakukan oleh Hadi Sabari Yunus (2008) dalam bukunya yang
berjudul “Perkembangan wilayah peri-urban determinan masa depan
kota”.


Beliau

memberikan

pendekatan

administratif

untuk

mengidentifikasi wilayah perbatasan atas dasar proporsi jumlah penduduk
atas dasar mata pencahariannya. Makin besar jumlah penduduk yang
bekerja di sektor non agraris di suatu wilayah, maka akan makin jelas
atribut kekotaan wilayahnya yang artinya wilayah tersebut telah
berkembang dari kedesaan menjadi kekotaan dan salah satu penyebabnya
adalah jaringan transportasi yang telah ada.
2. Kajian yang dilakukan oleh Haryono Sukarto (2008)

tentang


“Transportasi Perkotaan dan Lingkungan” Menyimpulkan bahwa :
transportasi dan terutama infrastruktur jalan raya telah merupakan salah
satu alat terpenting untuk mencapai standar kehidupan yang tinggi.
3. Kajian yang hampir sama juga dilakukan oleh Sukhyar Mulyamin dalam
tesisnya yang berjudul “Pengembangan Jaringan Transportasi Pedesaan
Dalam Rangka Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Kecamatan
Stabat)”. Kesimpulannya adalah jaringan transportasi yang ada di
Kecamatan Stabat telah memberikan aksesibilitas pada masyarakat selain
itu pengembangan jaringan transportasi juga memberikan pengaruh yang
positif terhadap pengembangan wilayah, hal ini ditandai dengan pengaruh
pengembangan kota secara fisik, peningkatan harga tanah, peningkatan

sosial ekonomi masyarakat yang ditinjau dari PDRB dan tingkat konsumtif
masyarakat Kecamatan Stabat.

Tabel I.1 Data statistik perkembangan Kec. Gomo
Tahun

2007


2008

2009

Penduduk (Org)

53.416

53.599

53.722

Tenaga kerja (%)

69,18

79,41

76,20


Sekolah (Unit)

3

30

48

Sarana kesehatan (unit)

1

7

10

Pertanian (ha)

43


52

60

Peternakan (Ekor)

21.082

208.783

214.465

Perindustrian (unit)

10

26

38


Transportasi (unit)

15

20

25

Pendapatan (juta Rp)

964.089

1.097.342

1.111.886

Produk domestik (juta Rp)

1.084.845

1.136.549

1.182.897

Pertumb. Ekonomi (%)

4,27

4,77

4,08

Sumber : BPS Kab. Nias Selatan (2010)

Untuk hal ini penulis mencoba mengkonsentrasikan Tugas Akhir ini pada
pengaruh

pembangunan

perkembangan wilayah.

sarana

Transportasi

terhadap

pertumbuhan

dan

1.2 Perumusan Masalah
Perkembangan

sarana

dan

prasarana

transportasi

menyebabkan

perpindahan penduduk dari desa ke kota berkurang, dan kegiatan di wilayah kota
dapat dilakukan dengan memanfaatkan angkutan umum. Interaksi yang
sedemikian besar akan menambah semangat bekerja warga desa maupun warga
kota. Akibatnya kehidupan daerah pedesaan akan selalu hidup dan monotoni
kehidupan desa yang menjemukan dapat terhapus secara berangsur – angsur. Hal
ini tidak terlepas dari kemajuan di bidang transportasi.
Berdasarkan uraian diatas maka masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh dari pembangunan akses transportasi terhadap
perkembangan wilayah di kecamatan Gomo.
2. Bagaimana pengaruh peningkatan tujuan kecamatan terhadap pergeseran
pola pekerjaan.

I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk

mengidentifikasi

perkembangan

Kecamatan

Gomo

akibat

pembukaan jalan menuju Kecamatan Gomo.
2. Mengetahui pengaruh peningkatan jumlah tujuan perjalanan antar
kecamatan terhadap pergeseran pola pekerjaan.

1.4 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, perumusan masalah dan tujuan
penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis awal penelitian ini adalah bahwa
Kemudahan akses transportasi tidak mempengaruhi perkembangan wilayah
Kecamatan Gomo. Hipotesa alternatifnya adalah kemudahan akses transportasi
berpengaruh terhadap perkembangan wilayah Kecamatan Gomo.

1.5 Manfaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bahan acuan bagi Pemerintah maupun swasta yang menangani
pembangunan sarana dan prasarana transportasi bahwa begitu pentingnya
transportasi bagi pengembangan wilayah.
2. Bahan masukan bagi penelitian selanjutnya tentang kajian lanjutan bidang
peningkatan sarana transportasi.

1.6 Pembatasan Masalah
Pada pelaksanaan pembangunan sistem transportasi atau pebangunan jalan
di wilayah pulau Nias, seperti jalan penghubung kecamatan Gomo dan kecamatan
Lahusa, maka didalam laporan ini sangatlah perlu kiranya diadakan suatu
pembatasan masalah. Yang bertujuan untuk menghindari kekaburan serta
penyimpangan masalah dari tujuan semula. Walaupun demikian, hal ini tidaklah
berarti akan mengecilkan arti dari pokok–pokok masalah yang dibahas disini,
melainkan hanya karena keterbatasan belaka. Namun dalam penulisan laporan ini
permasalahan yang ditinjau hanya dibatasi pada :

1. Membandingkan efisiensi penggunaan jalan pada Kecamatan Gomo,
2. Pengaruh pembangunan jalan terhadap perkembangan Kecamatan Gomo,

1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian terdiri dari :
• Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah daerah kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan.
• Data-Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer dikumpulkan dengan teknik survey, yaitu dengan melakukan
pengamatan lapangan (visual observasi) dan penyebaran daftar pertanyaan
(kuisioner). Data primer ini nantinya berguna untuk melakukan pengujian
terhadap hipotesa penelitian. Adapun informasi yang akan dikumpulkan pada
survey primer ini adalah:
1. Karakteristik responden yang meliputi; nama kepala keluarga, alamat
responden, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan;
2. Aktifitas responden sehari-hari, tujuan perjalanan ke Kota Gunung Sitoli,
dan waktu perjalanan.
3. Jalur atau rute yang dilalui masyarakat keluar dari Gomo ke kota Gunung
Sitoli dan angkutan yang digunakan.
4. Kemudahan yang dirasakan masyarakat dengan adanya sarana dan
prasarana transportasi dari dan ke Gomo.
Data sekunder sebagai data pendukung yang berhubungan dengan deskripsi
wilayah penelitian dikumpulkan dari instansi terkait, yaitu berupa data:

1. Data-data kecamatan seperti kecamatan Gomo dalam angka Tahun 2008
yang meliputi jenis pekerjaan masyarakat, jumlah penduduk, rata-rata
pendapatan masyarakat.
2. Peta lokasi penelitian yaitu peta administrasi Kabupaten Nias Selatan.
(Sumber: Departemen Pemukiman Dan Pengembangan Wilayah).
3. Data pekerjaan masyarakat dari beberapa tahun tertentu. (2008, 2009,
2010).