Dampak Pembangunan Jalan Terhadap Perkembangan Wilayah Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab metode penelitian ini menguraikan tentang cara kerja dan tahapan
dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini
menjelaskan tentang penggunaan metode yang tepat dalam pengumpulan data dan
pengolahan data. Semua ini dilakukan agar data-data yang menunjang studi
tentang permasalahan ini dapat tersusun dengan rapi dan sistematis sehingga
tujuan studi ini dapat tercapai.
Metode pelaksanaan studi meliputi :
1. Persiapan penelitian yang meliputi studi literatur mengenai topik-topik
yang berhubungan dengan arah tujuan studi ini.
2. Metode pengumpulan data yang mencakup data lapangan dan data objek
studi.
3. Metode analisis data yang digunakan dalam studi ini.
Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan metode
ini, seperti keterbatasan biaya dan batas waktu studi. Namun keterbatasan tersebut
diusahakan tidak mempengaruhi peninjauan studi ini.
Langkah kerja yang berturut dan sistematis diperlukan untuk dapat
mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu dalam pembuatan
tugas akhir ini tahapan dimulai dengan pengidentifikasi masalah sampai analisis

dan diakhiri dengan kesimpulan dari hasil tugas akhir ini. Secara umum metode
pelaksanaan dalam pengerjaan tugas akhir ini dapat dilihat dari bagan alir dibawah
ini:

III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun penelitian mengenai “dampak pembangunan jalan terhadap
perkembangan wilayah kecamatan Gomo kabupaten Nias Selatan” ini dilakukan
di wilayah Kecamatan Gomo. Daerah analisa perlu dibatasi, pembatasan ini
didasarkan pada batas daerah kecamatan Gomo dan Lahusa. Studi ini hanya akan
membahas tentang pengaruh kemudahan akses transportasi terhadap kemajuan
wilayah tersebut.
Lokasi penelitian ini dinilai strategis karena berbatasan langsung dengan
wilayah urban yaitu Kecamatan Lahusa sehingga mudah dijangkau dan dekat
dengan fasilitas-fasilitas umum dan kantor pemerintahan seperti Kantor
Kecamatan Gomo dll.
Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan dimulai tanggal 16 Oktober 2011
sampai dengan bulan November 2011.

III.2 Jenis Dan Sumber Data
Di dalam penelitian biasanya dilakukan penggolongan mengenai jenis

penelitian yang akan digunakan dan sumber data yang digunakan untuk
mendukung penelitian.

III.2.1 Sumber Data
Dalam penelitian terdapat dua jenis sumber data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang didapat melalui pengukuran dan observasi
secara langsung pada objek penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang
melalui hasil pengukuran dan observasi pihak lain.

a. Data Primer
Adapun data primer yang digunakan selama penelitian ini diperoleh dari
observasi dan interview secara langsung yaitu keterangan-keterangan yang
didapat langsung dari masyarakat setempat dan kuisioner yang disediakan dan
diisi oleh masyarakat.

b. Data Sekunder
Data yang sekunder yang diperoleh berasal dari Dinas-dinas terkait seperti
Kantor Kecamatan Gomo di Jl.Pancasila

III.3 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian tugas akhir ini adalah analisis Regresi Linier. Analisis merupakan suatu
alat ukur yang juga dapat digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi
antar variabel (repository.ui.ac.id). Sementara dalam penelitian ini analisis
tersebut digunakan untuk mengkaji pengaruh kemudahan akses transportasi
seperti jumlah armada transportasi, banyaknya rute serta pertambahan tujuan
transportasi yang digunakan sebagai moda transportasi dari wilayah Kecamatan
Gomo ke Kota Gunung Sitoli melalui Kecamatan Lahusa dan pengaruhnya
terhadap perkembangan wilayah di daerah Kecamatan Gomo tersebut.
Hasil penelitian dan kemudian diuji dengan hipotesa yang telah ada.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Penelitian kepustakaan (library research)

Untuk memperoleh data dan informasi tertulis dengan penelaahan
literature

maupun

buku


referensi

sebagai

landasan

teoritis

dan

perbandingan terhadap data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan.
Diperoleh dalam bentuk buku-buku, artikel, jurnal dan berbagai hal yang
berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini.
2. Penelitian Lapangan (field research)
a. Observasi (pengamatan)
Penulis langsung kelokasi penelitian dan mengamati serta menganalisa
perkembangan wilayah yang terjadi di daerah Kecamatan Gomo.
b. Wawancara (interview)
Melakukan tanya jawab dengan instansi terkait, seperti pegawai
pemerintahan di kantor Kecamatan Gomo dan masyarakat yang tinggal di

Kecamatan Gomo tetapi bekerja di Kota Gunung Sitoli.
3. Penelitian data-data pemerintahan terkait
Data-data yang diperoleh dari instansi pemerintahan terkait berupa peta
Kecamatan Gomo, jumlah armada angkutan umum, rute perjalanan dan
tujuan kecamatan yang diperoleh dari pelaku angkutan kota Gunung Sitoli.

III.4 Analisis Data
Setelah data-data terkumpul kemudian dilakukan penganalisisan data yaitu
dengan cara memasukkan data - data tersebut pada program Exel

dan akan

dihasilkan sebuah kesimpulan yang akan menjawab semua tujuan penelitian
tersebut.

Untuk menjawab tujuan penelitian 1(tentang pengaruh akses / rute
transportasi terhadap perkembangan wilayah maka digunakan data rute angkutan
ke arah kecamatan Gomo dari tahun 2008 sampai 2011 dan pengaruhnya dengan
angka pergeseran pekerjaan masyarakat dari tahun 2008 sampai 2011 tersebut.
Untuk menjawab tujuan penelitian kedua tentang pengaruh peningkatan

tujuan angkutan terhadap pergeseran pola pekerjaan masyarakat di Kecamatan
Gomo. Data yang digunakan adalah data banyaknya kecamatan yang dilewati
angkutan dan pengaruhnya terhadap pergeseran pola pekerjaan masyarakat
Kecamatan Gomo.

BAB IV
ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

IV.1 Deskripsi Lokasi Wilayah Penelitian
Penelitian

tentang

“Dampak

Pembangunan

Jalan

Terhadap


Perkembangan Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan” ini dilakukan di
Kecamatan Gomo yang terletak di Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan
dengan Kabupaten Nias dari sebelah Utara, Kecamatan Lahusa pada bagian
Selatan, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lolomatua dan Kecamatan
Amandraya, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lahusa dan
Kabupaten Nias. Wilayah Kecamatan Gomo mempunyai luas ± 158,60 km2 yang
terdiri dari 31 Desa dengan jumlah penduduk sekitar 53.416 jiwa.
Perubahan wilayah secara visual pada wilayah ini terlihat biasa, bangunanbangunan yang ada berupa bangunan – bangunan umum pada wilayah pedesaaan.
Selain itu jalan-jalan yang ada masih kurang layak dikarenakan pembangunan
jalan terakhir pada tahun 2008, hal ini mengakibatkan kurangnya jumlah angkutan
umum yang melakukan perjalanan di Kecamatan ini, ditambah lagi minimnya
minat masyarakat untuk melakukan perjalanan dikarenakan mayoritas pekerjaan
masyarakat Kecamatan Gomo ini hanya buruh tani dan hanya beberapa orang saja
yang melakukan perjalanan setiap harinya.

IV.2. Pengaruh Pertambahan Akses Transportasi Terhadap Perkembangan
Wilayah
Konsep yang mendasari hubungan antara tataguna lahan dan transportasi
adalah tingkat aksesibilitas. Yang dimaksud tingkat aksesibilitas adalah

kemudahan mencapai daerah tersebut dari daerah lain yang berdekatan, atau juga
bisa dilihat dari sudut kemudahan mancapai daerah lain yang berdekatan bagi
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Ada berbagai unsur yang
mempengaruhi tingkat aksesibilitas, misalnya kondisi jalan, jenis alat angkutan
yang tersedia, frekuensi keberangkatan, dan jarak. Mengukur tingkat aksesibilitas
suatu lokasi/daerah dapat memakai rumus sederhana yaitu :

PiPj
.F (Zi)

Tij =
d ijᵇ

Tij

= Tingkat aksesibilitas dari daerah i ke daerah j

Pi

= Penduduk daerah i (daerah yang dianalisis)


Pj

= Penduduk Daerah j (daerah terdekat yang ordenya lebih tinggi)

d ij

= jarak dari daerah I ke daerah j, tapi lebih baik dinyatakan dalam waktu
tempuh (menit)



= Pangkat dari d (dalam banyak hal b = 2)

F (Zi) = Fungsi Zi, dimana Zi adalah ukuran daya tarik daerah i.
Dalam konteks yang paling luas, aksesibilitas berarti kemudahan
melakukan pergerakan di antara dua tempat. Salah satu kemudahan yang
dirasakan dalam melakukan pergerakan dari satu tempat ketempat lain yaitu
adanya jalan yang memadai. Adanya peningkatan jumlah jalan aspal yang ada di


Kecamatan Gomo tentunya sangat berperan dalam kemudahan masyarakat
bepergian keluar dari Kecamatan Gomo tersebut menuju Kecamatan lainnya
untuk melakukan banyak kegiatan seperti bekerja dan sekolah. Berikut data yang
diperoleh dari Nias Selatan Dalam Angka dan hasil analisis sebagai bukti
perkembangan wilayah di Kecamatan tersebut :

Tabel IV.1 Perkembangan Infrastruktur Transportasi
Fasilitas
Transportasi

Tahun
2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011

Pembangunan Jalan (Km)

8

10

10


6

5

Jumlah Armada (Unit)

8

20

25

N/A

N/A

Tujuan Angkutan

1

1

1

1

1

Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Gambar IV.1 : Chart Fasilitas Transportasi

Jumlah armada tetap yang menuju Kecamatan Gomo dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2011 tidak memiliki data yang akurat, hal ini dikarenakan
armada yang menuju Kecamatan ini tidak memiliki Stasiun pemberhentian lagi di
Kecamatan Gomo, maka armada angkutan hanya akan datang menuju Kecamatan
Gomo 1 kali sehari dengan jumlah kendaraan bergantung pada jumlah
penumpang yang akan menuju Kecamatan Gomo dari Gunung Sitoli.

Tabel IV.2 Perkembangan Jumlah Penduduk
Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)

2005

2006

2007

2008

2009

53.078

53.232

53.416

53.599

53.772

Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Rata – rata pertumbuhan jumlah penduduk Kecamatan Gomo pada tahun 2000
hingga tahun 2009 mencapai 0,91 % per tahun.

Tabel IV.3 Perkembangan Infrastruktur Pendidikan
Fasilitas
Pendidikan (Unit)

Tahun
2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011

TK

0

0

0

1

1

SD

21

21

21

32

32

SMP

16

4

8

8

8

SMA

8

8

7

7

7

Perguruan Tinggi

0

0

0

0

0

Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Peningkatan sarana pendidikan di Kecamatan Gomo berlangsung menurun
jumlahnya, ini dikarenakan minimnya keinginan masyarakat untuk bersekolah
karena mayoritas masyarakat hanya berprofesi sebagai buruh tani.

Tabel IV.4 Perkembangan Infrastruktur Kesehatan
Fasilitas
Kesehatan (Unit)

Tahun
2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011

R.S.U

0

0

0

0

0

Puskesmas

2

2

2

2

2

Puskesmas Pembantu

3

3

3

5

5

Klinik

0

0

0

0

0

Apotik

0

0

0

0

0

Toko Obat

0

0

0

0

0

Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Peningkatan layanan kesehatan masyarakat di Kecamatan Gomo sangat rendah
dari tahun ke tahun. Dapat dilihat di tahun 2006 Rumah Sakit di daerah Percut Sei
Tuan belum ada sementara tahun 2011 masih belum dibangun. Dan begitu juga
dengan fasilitas lainnya, seperti Puskesmas, pada tahun 2006 ada 2 unit dan masih
bertahan dengan jumlah tersebut hingga sekarang. Hal ini dikarenakan Gomo
adalah daerah yang masih tergolong wilayah Peri Urban dan mayoritas
masyarakatnya masih lebih memilih pola pengobatan alternatif.

Tabel IV.5 Perkembangan Infrastruktur Perbankan
Fasilitas
Perbankan (Unit)

Tahun
2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011

Bank Pemerintah

0

0

0

0

0

Bank Swasta

0

0

0

0

0

Koperasi

3

3

5

5

6

Tengkulak/rentenir

4

4

5

5

6

Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Dikarenakan Mayoritas masyarakat Kecamatan Gomo bekerja sebagai buruh tani
maka mereka lebih membutuhkan keberadaan Koperasi dan para Rentenir untuk
mendukung pendanaan mereka dalam bertani.

Tabel IV.6 Perkembangan Infrastruktur Vital
Fasilitas
Vital (Unit)

Tahun
2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011

PLN

0

0

0

0

0

PDAM

0

0

0

0

0

Polisi

1

1

1

1

1

Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Tabel IV.7 Perkembangan Infrastruktur PDAM
Tahun

Pelanggan
Air Bersih

2004/2005

2005/2006

2006/2007

2007/2008

762

789

817

1.455

1.716

1.479

199.186

202.169

228.27

181.514

280.932

361.973

Pelanggan (unit)
Produksi (M³)

2008/2009 2009/2010

Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Tabel IV.8 Perkembangan Infrastruktur PLN
Tahun

Pelanggan
energi listrik (KWH)
Rumah tangga

2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010
6.112,5

8.178,0

7.749.112

649.072

0

0

0

88.973

Pemerintah

355,1

498,9

643.88

55.682

Industri

115,2

64,4

142.848

15.569

Sosial

903,7

939,1

963.288

29.12

Bisnis

Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Perkembangan jumlah pelanggan dan produksi air minum PDAM Tirta Nadi
cabang Teluk Dalam dan perkembangan penjualan energi listrik PT. PLN ranting
Teluk Dalam, sampai saat ini Kecamatan Gomo masih mengambil suplay air
bersih dan listrik kecamatan dari Kecamatan Teluk Dalam yang dikarenakan
Kecamatan Gomo belum memiliki Fasilitas air bersih dan listriknya sendiri.

Tabel IV.9 Perkembangan Infrastruktur Pendukung
Fasilitas
Pendukung (Unit)

Tahun
2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011

Pasar

4

4

5

5

5

Swalayan

0

0

0

0

0

Salon

0

0

1

2

2

T.Pangkas

2

2

3

3

3

Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Berdasarkan bentuk morfologi daerah, pertumbuhan kenampakan fisik
kecamatan Gomo tidak sama untuk bagian terluar sehingga sangat bervariasi,
dimana perkembangan daerahnya lebih cepat dari pedesaaannya sehingga dapat
dikategorikan memiliki bentuk under bounded city.
Dampak perkembangan fisik Kecamatan Gomo mempunyai struktur Peri
Urban berupa kawasan pusat Kecamatan sebagai pusat pembangunan utama,
kawasan Desa lainnya sebagai kawasan terkait dengan sektor kawasan industri,
pertanian dan sektor pendukung lainnya serta kawasan permukiman. Melihat
kondisi diatas, kecenderungan struktur Kecamatan dan distribusi kegiatan dalam
ruang serta pemahaman pola kebutuhan transportasi maka Kecamatan Gomo
dikategorikan dalam teori pola tata guna lahan pusat lipat ganda (multiple nuclei
concept).
Pola jaringan jalan Kecamatan Gomo memebentuk pola kisi-kisi berupa
pola jalan dengan struktur sudut bersiku, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang
wilayah sebagai daerah perkebunan. Bentuk pergerakan yang terjadi di
Kecamatan Gomo berdasarkan maksud perjalanan termasuk dalam ciri pergerakan

non spasial dan spasial. Pergerakan non spasial dengan maksud perjalanan
ekonomi, sosial, politik, pendidikan, rekreasi daan kebudayaan seluruhnya terjadi
di Kecamatan Gomo. Sedangkan untuk pola pergerakan spasial yang terdiri dari
pergerakan orang dan barang yang berperan adalah sebaran spasial dari daerah
Pedesaan dan pertanian.

IV.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil survei dan analisa, didapat bahwa perkembangan
pembangunan infrastruktur transportasi yang meningkat tiap tahunnya, tetapi juga
mengalami penurunan dalam beberapa sistem kegiatan seperti penurunan jumlah
armada yang pada tahun 2009 berjumlah 25 unit, dan pada tahun 2010 menjadi
N/A unit, dan peningkatan dalam beberapa sistem kegiatan yang lainnya seperti
peningkatan jumlah bangunan sekolah, kesehatan, dan perbankan. Perkembangan
ini dapat dilihat pada gambar IV.2.
Wilayah

Kecamatan

Gomo

mengalami

keterhambatan

dalam

perkembangan wilayah yang dikarenakan oleh minimnya pemeliharaan sarana
jalan yang tersedia dan kurangnya kesadaran masyarakat akan perkembangan
wilayahnya yang dikarenakan pola kemasyarakatan yang masih tertutup dari hal
yang berbau Moderinisasi.
Masyarakat secara mayoritas masih menganut faham Orthodox yang
masih menjaga ketat kebudayaan nenek moyang dan mereka menolak keterlibatan
pihak lain dalam mengembangkan wilayah mereka. Hal ini memicu kurangnya
keinginan pihak luar untuk memasuki wilayah Kecamatan Gomo dan secara
langsung berakibat tertinggalnya pembangunan pada wilayah Kecamatan Gomo.

Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pembangunan beberapa fasilitas yang ada,
yaitu perkembangan jumlah penduduk, perkembangan infrastruktur transportasi,
pendidikan, kesehatan, perbankan, vital (PLN, PDAM, polisi), dan infrastruktur
pendukung (pasar, swalayan, dan salon).

Gambar IV.2 : Chart dampak Pembangunan jalan terhadap beberapa aspek

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.I Kesimpulan
Berdasarkan hasil seluruh pembahasan yang telah diuraikan pada
penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Prasarana jalan merupakan alat pemicu bagi kegiatan pengembangan
wilayah, sosial ekonomi, ataupun akselerator pembangunan pada
umumnya. Dalam kenyataannya, pengembangan jalan menghadapi banyak
masalah, terkait dengan sosial budaya dan interaksi masyarakat,
berhubungan dengan berbagai bidang, serta melibatkan banyak pihak.
2. Perkembangan sarana jalan di Kecamatan Gomo menghadapi tantangan
terutama berkaitan dengan Keinginan masyarakat untuk berkembang,
interaksi dan tata ruang yang tidak seimbang, kondisi jalan saat ini yang
belum optimal. Bahkan dapat dikatakan masih sangat tertinggal. Hal ini
memerlukan langkah-langkah strategis dan prioritas kebijaksanaan yang
tajam serta terarah dengan berorientasi pada tujuan pengembangan
wilayah Kecamatan Gomo.
3. Hasil penilaian dari analisa standar pelayanan minimal sarana jalan indeks
aksesibilitas eksistingnya = 4,07 > 0,15, indeks mobilitas eksistingnya =
0,72 < 2,0, Dan nilai indeks kecelakaan eksistingnya = 0,15. Rendahnya
perkembangan

pembangunan

beberapa

fasilitas

yang

ada,

yaitu

perkembangan jumlah penduduk, perkembangan infrastruktur transportasi,
pendidikan, kesehatan, perbankan, vital (PLN, PDAM, polisi), dan

infrastruktur pendukung (pasar, swalayan, dan salon)Sarana jalan yang
merupakan akses masuk menuju wilayah Kecamatan Gomo dari wilayah
Kabupaten Nias Selatan masih belum berfungsi sebagaimana seharusnya.
Ada pun akses alternativenya adalah melalui Desa Huna, tetapi jalan ini
hanya bisa di lalui dengan sepeda motor saja. Sarana jalan ini merupakan
salah satu kunci yang dapat membuka perkembangan wilayah Kecamatan
Gomo tetapi masih terbengkalai, dan dapat dikatakan tidak layak guna.

6.2 Saran
1. Untuk perkembangan wilayah Kecamatan Gomo diperlukan adanya
pengkajian ulang akan akses jalan dari Kecamatan Lahusa menuju
Kecamatan tersebut, dan dapat memakai alternatif akses jalan lain yaitu
dari Kecamatan Tetehosi, Desa Huna. Penggunaan akses lain merupakan
suatu alasan kuat untuk pengembangan wilayah Kecamatan Gomo.
2. Akses Jalan yang digunakan selama ini sebagai salah satu akses menuju
Kecamatan Gomo, sebagian besar perkerasan jalan sangat memerlukan
perbaikan, dimana bentuk perkerasannya sudah mengalami kerusakan dan
masih sirtu atau masih berkerikil. Untuk pemeliharaan jalan seperti
perbaikan perkerasan akibat adanya lubang yang menghambat pergerakan
perlu di kaji ulang terutama di dekat jembatan yang menghubungkan
kecamatan Lahusa dan Kecamatan Gomo.
3. Dan penggunaan terminal di Gomo sebagai titik pertemuan dari angkutan
yang dari atau menuju Gomo agar di pergunakan lagi, karena hal ini juga
dapat memicu terjadinya peningkatan jumlah angkutan yang akan

membantu interaksi yang lebih baik dari kawasan diluar Kecamatan
Gomo. Perlu adanya pertimbangan akan sarana angkutan umum massal
sebagai sarana angkutan yang lebih berperan aktif dan mendominasi
sarana angkutan umum.