Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit BPK dengan Tindak Lanjut Temuan BPK sebagai Variabel Moderating di Provinsi Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13
tahun

2006

tentang

Pedoman

Pengelolaan

Keuangan

Daerah

adalah


penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahan harus mengelola keuangan
daerah secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efesien,
ekonomis, transparan dan bertanggungjawab. Pengertian keuangan daerah dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah bahwa semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut.
Pemerintah daerah dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada
satuan kerja perangkat daerah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

1
Universitas Sumatera Utara


2

ditetapkan dan disajikan secara wajar berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Pemerintah daerah mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan
Negara diatur dalam UU No. 17 tahun 2003 tentang keuangan negara dan UU
No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang mengatakan bahwa
Gubernur/Bupati/Walikota wajib menyampaikan laporan keuangan kepada DPRD
dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2010 tentang perubahan atas peraturan
pemerintah No. 56 tahun 2005 tentang sistem informasi keuangan daerah
menyatakan bahwa pemerintah daerah yang tidak menyampaikan informasi
keuangan daerah hingga batas waktu yang ditetapkan diberi peringatan tertulis
oleh menteri dalam negeri paling lama 15 hari dari batas waktu yang ditetapkan
dan bila pemerintah daerah tidak menyampaikan informasi keuangan dalam
jangka waktu 30 hari setelah diterbitkannya peringatan tertulis maka diberikan
sanksi berupa penundaan penyaluran dana perimbangan.
Mardiasmo (2002) mengatakan secara garis besar, tujuan umum penyajian
laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah untuk memberikan informasi
yang digunakan dalam perbuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik serta
sebagai bukti pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan (stewardship)

dan untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan organisasional. Laporan keuangan daerah sesuai dengan PP No. 71
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa standar
akuntansi pemerintah berbasis akrual terdiri dari laporan realisasi anggaran
(LRA), laporan operasional (LO), neraca, laporan perubahan ekuitas, laporan

Universitas Sumatera Utara

3

perubahan saldo anggaran lebih (SAL), laporan arus kas (LAK), catatan atas
laporan keuangan (CALK).
Pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara oleh
BPK sesuai dengan Undang-Undang No. 15 tahun 2004 pasal 4 meliputi
pemeriksaan keuangan yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan, pemeriksaan
kinerja yaitu pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas
pemeriksaan aspek ekonomi, efesiensi dan efektivitas dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu yaitu pemeriksaan dengan tujuan khusus selain pemeriksaan
keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Pengertian pemeriksaan keuangan di dalam SPKN bertujuan untuk

memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Hasil
pemeriksaan BPK dituangkan dalam bentuk laporan hasil pemeriksaan atas
laporan keuangan pemerintah yang memuat opini. Opini BPK merupakan
pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan, dengan empat kriteria yaitu kesesuaian dengan
standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosure),
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan efektivitas sistem
pengendalian intern.
Badan pemeriksa keuangan (BPK), dalam melaksanakan pemeriksaan
memiliki kebebasan dan kemandirian dalam tiga tahap pemeriksaan yakni
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam

Universitas Sumatera Utara

4

tahap perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan obyek yang akan

diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya telah diatur tersendiri dalam
undnag-undang atau pemeriksaan berdasarkan permintaan khusus dari lembaga
perwakilan (DPR/DPRD). Sementara kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan
pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan
dan metode pemeriksaan, termasuk pemeriksaan yang bersifat investigative.
Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup
ketersediaan sumber daya manusia, anggaran dan sarana pendukung lainnya yang
memadai, BPK juga diberikan kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen
dan keterangan dari pihak yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara
fisik setiap asset yang berada dalam pengurusan pejabat instansi yang diperiksa,
termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan uang, barang, dan/ atau
dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaaan berlangsung.
(Chairil:2012).
Presiden

sebagai

kepala

pemerintahan,


menyelenggarakan

sistem

pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh karena
dengan adanya sistem pengendalian intern, pemerintah dapat mengendalikan
seluruh kegiatan baik ditingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Opini yang diberikan oleh BPK, menjadikan sistem pengendalian intern sebagai
informasi penting dalam menentukan kesalahan penyajian laporan keuangan.
Opini wajar tanpa pengecualian (WTP) menjadi isu yang cukup hangat
diperbincangkan oleh banyak instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah
karena merupakan landasan dari kinerja birokrasi pemerintahan, untuk itu status WTP
menjadi cermin bagi keberhasilan kinerja aparatur negara dalam memberikan

Universitas Sumatera Utara

5

palayanan kepada publik. (http://keuda.Kemendagri.go.id/artikel/detail/3e-meraihstatus-WTP).

Opini WTP yang diberikan oleh BPK tidak menjamin pemerintah terbebas
dari korupsi karena BPK dalam melakukan pemeriksaan keuangan menilai dari segi
kewajaran informasi keuangan yang disajikan apakah sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan dan tujuan dari pemeriksaan keuangan tersebut bukan untuk
menentukan ada tidaknya terjadi korupsi di pemerintah pusat maupun di pemerintah
daerah. Mardiasmo (2002) mengemukakan bahwa “Salah satu aspek dari pemerintah
daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan
daerah, dan anggaran daerah, karena anggaran daerah ini merupakan instrument
kebijakan yang utama bagi pemerntah daerah”.
Pemberian opini merupakan bentuk apresiasi dari BPK atas hasil pemeriksaan
laporan keuangan disamping

pemberian rekomendasi lainnya, laporan keuangan

yang disusun oleh kementrian/lembaga dan pemerintah daerah merupakan media
akuntabilitas keuangan yang disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan
(SAP). Pemerintah daerah harus serius dalam menyusunan laporan keuangan karena
adanya kelemahan sistem pengendalian intern, keterbatasan sumber daya manusia
yang paham akuntansi pemerintahan, kepentingan politik legislatif dan eksekutif
dalam penggunaan anggaran yang terkadang melanggar peraturan yang ada. Target

pemerintah untuk tahun 2015 opini WTP harus mencapai 60% namun permasalahan
dalam memperoleh opini WTP beragam terutama terhadap laporan kinerja
pemerintah daerah (LKPD) karena masih terkait dengan pengelolaan kas, persediaan,
investasi permanen dan non permanen serta secara mayoritas disebabkan karena
pengelolaan asset tetap pemerintah daerah terkait dengan barang milik daerah (BMD)
tidak dicatat, barang milik daerah (BMD) yang tidak ada justru masih tercatat, barang

Universitas Sumatera Utara

6

milik daerah (BMD) dicatat tapi tidak didukung dengan dokumen kepemilikan yang
sah, memposisikan pengelolaan barang milik daerah (BMD) tidak lebih penting
dibandingkan dengan pengelolaan uang, pola pikir yang lebih hobi membeli daripada
memelihara, kondisi ini berlangsung bertahun-tahun terakumulasi sehingga menjadi
permasalahan kronis yang harus segera ditangani oleh kepala daerah supaya bisa ikut
andil dalam pemburuan opini WTP. (www. BPKP.go.id/Jateng/konten/1910/Berburuopini-WTP. BPKP)
Fenomena perolehan opini WTP kabupaten/kota di Sumatera Utara dari 33
kabupaten/kota dan 1 propinsi untuk tahun 2013 opini WTP sebesar 2,94%, WTP
DPP sebesar 8,82%, WDP sebesar 64,71% , TMP sebesar 23,53%, sementara untuk

tahun 2014 hanya 26 kabupaten/kota yang menyampaikan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) dengan rincian opini WTP sebesar 26,45% , WTP DPP
sebesar 17,65%, WDP sebesar 29,41%, TMP sebesar 2,94% selebihnya sebesar
23,55% tidak menyampaikan LKPD, dari data tersebut di Provinsi Sumatera Utara
untuk tahun 2014 masih terdapat 23,50% kabupaten/kota yang berpeluang mencapai
opini yang lebih baik dan diberi dukungan agar dapat menyelesaikan LKPD tepat
pada waktunya untuk mencapai target pemerintah tahun 2015 yakni opini WTP harus
mencapai 60%. Adapun daftar perolehan opini tahun 2012 s/d 2014 adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Opini LKPD tahun 2012 – 2014 di Sumatera Utara
NO
1
2
3
4
5
6

ENTITAS PEMERINTAHAN
DAERAH

Prov. Sumatera Utara
Kab.Asahan
Kab. Batubara
Kab. Dairi
Kab. Deli Serdang
Kab. Humbang Hasudutan

OPINI
Tahun 2012
WDP
WDP
WDP
WDP
TW
WTP DPP

Tahun 2013
WDP
WDP
WDP

WDP
TMP
WTP

Tahun 2014
WTP DPP
WTP DPP
TMP
WTP
WDP
WTP

Universitas Sumatera Utara

7

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Kab. Karo
Kab. Labuhanbatu
Kab. Labuhanbatu Selatan
Kab. Labuhanbatu Utara
Kab. Langkat
Kab. Mandailing Natal
Kab. Nias
Kab. Nias Barat
Kab. Nias Selatan
Kab. Nias Utara
Kab. Padang Lawas
Kab. Padang Lawas Utara
Kab. Pakpak Bharat
Kab. Samosir
Kab. Serdang Bedagai
Kab. Simalungun
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Toba Samosir
Kota Binjai
Kota Gunung Sitoli
Kota Medan
Kota Padang Sidempuan
Kota Pemaangsiantar
Kota Sibolga
Kota Tanjungbalai
Kota Tebing Tinggi

WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
TMP
TMP
TMP
TMP
TMP
TMP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP DPP
WDP
WDP
WDP
TMP
TMP

WDP
WDP
WTP DPP
WDP
WDP
TMP
WDP
TMP
TMP
TMP
TMP
WDP
WTP DPP
WDP
WDP
TMP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP DPP
WDP
WDP
WDP
TMP
WDP

WDP
WTP
WTP DPP
WDP
WDP
WDP
WTP
WDP
WTP DPP
WDP
WTP
WDP
WTP DPP
WTP DPP
WDP
WTP
WDP
WTP
WTP
WTP

BPK dalam melakukan pemeriksaan atas kinerja disamping menyatakan
opini, BPK juga menyampaikan hasil pemeriksaan atas kelemahan sistem
pengendalian intern dan ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan.
Penelitian yang berkaitan dengan kelemahan sistem pengendalian intern sudah
pernah diteliti oleh Fatima Desi, dkk (2014), Sunarsih (2013) dan Lasena (2012),
Sipahutar dan Khairani (2013). Hasil penelitian tersebut secara umum
menyimpulkan kelemahan sistem pengendalian intern dalam menyajikan laporan
keuangan menyebabkan perubahan opini. Auditor juga mempertimbangkan

Universitas Sumatera Utara

8

kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam memberikan
opini. Auditor tidak hanya meyakini bahwa laporan keuangan telah disajikan
secara benar dan jujur serta sesuai dengan standar akuntansi namun
mempertimbangkan relevansinya terhadap undang-undang yang berlaku karena
laporan keuangan untuk sektor publik harus memberikan jaminan kepada
pengguna laporan keuangan dan otoritas penguasa tentang pengelolaan sumber
daya yang dilakukan telah memenuhi ketentuan hukum yang ditetapkan
(Mardiasmo, 2002)
BPK setelah melakukan pemeriksaan keuangan akan menyampaikan
temuan berupa kelemahan sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, dimana setiap kelemahan tersebut wajib
ditindak lanjuti oleh SKPD terkait. Perbaikan atas kelemahan tersebut diharapkan
dapat

menjadi

perbaikan

bagi

pemerintah

daerah

dalam

mewujudkan

pemerintahan yang transparan dan akuntabel dalam mengelola keuangan negara.
Penelitian yang berkaitan dengan tindak lanjut temuan BPK telah dilakukan oleh
Agusti (2014) yang menemukan bahwa tindak lanjut hasil pemeriksaan tidak
berpengaruh terhadap opini. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Winanti (2014) dan Setyaningrum (2015), dimana winarti dan setyaningrum
menemukan bahwa tindak lanjut hasil pemeriksaan berpengaruh positif terhadap
opini audit. Semakin banyak tindak lanjut pemeriksaan yang dilakukan maka
pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah menjadi semakin
baik sehingga opini yang diperoleh pada selanjutnya semakin baik. Oleh karena
itu diharapkan pemerintah daerah dapat menindaklanjuti setiap rekomendasi yang
diberikan oleh BPK guna perbaikan dalam pengelolaan keuangan negara.

Universitas Sumatera Utara

9

Perkembangan perolehan opini WTP di kabupaten/kota di Sumatera Utara
tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 semakin membaik dilihat dari persentase
kabupaten/kota yang memperoleh WTP namun hal tersebut masih perlu
ditingkatkan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hal-hal yang berkaitan
dengan opini BPK dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Opini Audit BPK dengan Tindak Lanjut Temuan BPK sebagai variabel
moderating di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan
yang akan diteliti dalam penelitian ini :
1. Apakah sistem pengendalian intern (SPI), ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap
opini audit BPK di Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun
parsial?
2. Apakah Tindak Lanjut Temuan BPK dapat memoderasi hubungan sistem
pengendalian intern (SPI), ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK di
Provinsi Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini yakni:
1.

Untuk mengetahui dan menganalisis apakah sistem pengendalian intern
(SPI), ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan opini

Universitas Sumatera Utara

10

audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit BPK di provinsi
Sumatera Utara secara simultan maupun parsial.
2.

Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Tindak Lanjut Temuan BPK
dapat

memoderasi

hubungan

sistem

pengendalian

intern

(SPI),

ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan opini audit
tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK di provinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak
pihak, terutama bagi :
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan
dan menambah wawasan tentang pemberian opini audit oleh BPK.
2. Bagi pemerintah daerah baik kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengelola keuangan daerah
dalam rangka meraih opini WTP.
3. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
bahan literature, mengembangkan dan memperluas penelitian yang
berkaitan dengan opini audit BPK.

1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Fatima Desi, Ria Nelly
Sari & M. Rusli yang telah dipublikasikan pada Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1,
Oktober 2014 dengan judul penelitian : Pengaruh Sistem Pengendalian Intern,
Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan, Opini Audit Tahun

Universitas Sumatera Utara

11

Sebelumnya dan Umur Pemerintah Daerah Terhadap Penerimaan Opini Wajar
Tanpa Pengecualian pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Seluruh
Indonesia. Adapun perbedaan antara peneliti terdahulu dan penelitian ini dapat
dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 1.2. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
Uraian
Variabel Independen

Variabel Dependen
Variabel Moderating
Lokasi Penelitian
Tahun Pengamatan

Penelitian terdahulu
Sistem
pengendalian
intern,
Ketidakpatuhan
terhadap
peraturan
perundang-undangan,
Opini
audit
tahun
sebelumnya,
Umur
pemerintah daerah
Opini WTP
LKPD
di
Indonesia
2008 s/d 2010

Penelitian sekarang
Sistem
pengendalian
intern,
Kepatuhan
terhadap
peraturan
perundang-undangan,
Opini
audit
tahun
sebelumnya

Opini BPK
Tindak lanjut temuan
BPK
seluruh LKPD di Sumatera Utara
2013 s/d 2014

Universitas Sumatera Utara