Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit BPK dengan Tindak Lanjut Temuan BPK sebagai Variabel Moderating di Provinsi Sumatera Utara Chapter III VI
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dalam penelitian ini diilustrasikan melalui diagram
hubungan variabel dibawah ini.
Sistem Pengendalian
Intern
(X1)
Opini Audit BPK
Ketidakpatuhan
terhadap Peraturan
Perundangundangan
(X2)
Opini Audit Tahun
Sebelumnya
(X3)
(Y)
Tindak Lanjut
Temuan BPK
( Z)
Gambar 3.1.
Kerangka Konseptual
Dari gambar kerangka konseptual tersebut dapat dijelaskan BPK
diamanatkan dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 pasal 12, bahwa dalam rangka
pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, pemeriksa melakukan pengujian dan
penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah dan untuk
33
Universitas Sumatera Utara
34
pemperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN), BPK melakukan pengujian kepatuhan pada Entitas Pemerintah Daerah
terhadap
ketentuan
peraturan
perundang-undangan,
kecurangan
serta
ketidakpatutan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian
laporan keuangan. Dalam PP No. 60 Tahun 2008 dinyatakan bahwa Pemantauan
pengendalian intern atas mutu kinerja SPI dan proses yang memberikan keyakinan
bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. Penjelasan Pasal
16 ayat (1) Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2004 menyebutkan opini audit
merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat
kriteria, dimana dua kriteria diantaranya adalah efektivitas sistem pengendalian intern
dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Penelitian Sunarsih (2010), ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan
mempengaruhi
pemberian
opini.
Penelitian
Atyanta
(2011)
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
ditemukan kasus kerugian daerah, kekurangan penerimaan, administrasi dan
ketidakefektifan menjadi kendala dalam pencapaian opini WTP.
Penelitian Sipahutar dan Khairani (2013), Defera (2013) dan Sunarsih
(2013) membuktikan bahwa ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-
undangan yang berlaku mempengaruhi penerimaan opini atas laporan keuangan
pemerintah daerah tanpa menjelaskan secara rinci bentuk ketidakpatuhan yang
ditemukan.
Penelitian
Hendarto
(2006)
menyimpulkan
bahwa
hanya
ketidakpatuhan terhadap peraturan yang berkaitan dengan kebijakan akuntansi
yang perlu diakumulasi dalam penentuan kewajaran laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
35
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan masalah
yang masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris (teoritis dan analitis).
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep di atas, diajukan hipotesis
dalam penelitian ini yakni:
1 Sistem Pengendalian Intern (SPI), Ketidakpatuhan terhadap Peraturan
Perundang-Undangan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh
terhadap Opini Audit BPK secara simultan dan parsial di provinsi Sumatera
Utara.
2 Tindak Lanjut Temuan BPK mampu memoderasi hubungan antara Sistem
Pengendalian Intern (SPI), Ketidakpatuhan terhadap Peraturan PerundangUndangan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit BPK di
provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Berdasarkan tingkat penjelasan penelitian ini dapat digolongkan
sebagai penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau adanya hubungan keterkaitan atau ketergantungan
dari dua realitas, konsep, gagasan, idea atau permasalahan.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian
direncanakan akan dimulai pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Agustus
2016. (jadwal rencana penelitian terlampir pada Lampiran 1)
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pemerintah kabupaten/kota pada Propinsi Sumatera Utara yang
berjumlah 33 kabupaten/kota dan provinsi yang terdiri dari 25 kabupaten, 8 kota
dan 1 provinsi dengan periode amatan tahun 2013-2014.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam
penelitian ini digunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel
36
Universitas Sumatera Utara
37
yang berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti dan disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Provinsi dan kabupaten/kota yang menyerahkan LKPD selama tahun 20132014 dan telah diaudit oleh BPK
2. Data temuan sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan tindak lanjut temuan BPK di Provinsi dan
kabupaten/kota yang tercantum dalam ikhtisar hasil pemeriksaan semester
(IHPS) BPK tahun 2013-2014.
Data
yang
memenuhi
kriteria
sampel
berjumlah
25
yakni
24 kabupaten/kota dan 1 provinsi. (Lampiran 2)
4.4. Definisi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep sebagaimana diilustrasikan pada Gambar
3.1, penelitian ini menggunakan 1 (satu) variabel dependen yakni opini audit
BPK, 3 (tiga) variabel independen
yaitu
sistem pengendalian intern,
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan opini audit tahun
sebelumnya dan 1 (satu) variabel moderating yakni tindak lanjut temuan BPK.
1.
Variabel Dependen
Opini audit BPK (Y) merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai
kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Opini
BPK diukur dengan memberikan score yakni skor 5 untuk opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), skor 4 untuk opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan
Paragraf Penjelas (WTP DPP), skor 3 untuk opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP), skor 2 untuk opini Tidak Wajar (TW) dan skor 1 untuk
Universitas Sumatera Utara
38
Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat
(TMP).
2. Variabel Independen
a. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Sistem pengendalian intern diukur dengan jumlah
temuan BPK atas kelemahan sistem pengendalian intern yang terdiri dari
temuan
sistem
pengendalian
pengendalian
intern,
sistem
akuntansi
dan
pengendalian
pelaporan,
pelaksanaan
pendapatan dan belanja dalam ikhtisar hasil pemeriksaan
struktur
anggaran
sementara
(IHPS) tahun 2013-2014.
b. Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan merupakan
penyimpangan/pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-Undangan.
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan diukur dari
jumlah temuan BPK atas ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang terdiri dari temuan kerugian negara, potensi kerugian
negara,
kekurangan
penerimaan,
administrasi,
ketidakhematan,
ketidakefektifan dalam ikhtisar hasil pemeriksaan sementara (IHPS) tahun
2013-2014.
Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini yang diberikan oleh BPK
sebelum tahun penelitian. Pengukuran opini audit tahun sebelumnya adalah
Universitas Sumatera Utara
39
opini yang diberikan BPK diukur dengan memberikan score yakni skor 5
untuk opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), skor 4 untuk opini Wajar
Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP DPP), skor 3 untuk
opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), skor 2 untuk opini Tidak Wajar
(TW) dan skor 1 untuk Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak
Memberikan Pendapat (TMP).
3. Variabel Moderasi (Moderating Variabel)
c.
Variable ini merupakan variabel independen yang memperkuat
atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap
variabel dependen. Variabel moderating dalam penelitian ini adalah tindak
lanjut temuan BPK . Pemantauan Tindak lanjut temuan BPK merupakan
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis oleh BPK untuk
menentukan bahwa pejabat telah melaksanakan rekomendsi hasil pemeriksaan
dalam tenggang waktu yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. Tindak
lanjut temuan BPK memiliki 4 kategori yaitu tindak lanjut telah sesuai dengan
rekomendasi, tindak lanjut belum sesuai dengan rekomendasi, rekomendasi
belum
ditindaklanjtuti
dan
rekomendasi
tidak
dapat
ditindaklanjuti.
Pengukuran tindak lanjut temuan BPK dalam penelitian ini adalah dari jumlah
temuan yang telah ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah yang telah sesuai
dengan rekomendasi temuan BPK didalam ikhtisar hasil pemeriksaan
sementara (IHPS) tahun 2013-2014. Matriks operasional variabel penelitian
dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
40
Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel
Definisi
Parameter
Variabel
Dependen:
Opini Audit
BPK (Y)
Opini merupakan pernyataan
profesional
pemeriksa
mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam
laporan keuangan
Opini BPK
Variabel
Moderating:
Tindak Lanjut
Temuan BPK
(Z)
Variabel
Independen:
Sistem
Pengendalian
Intern (X1)
Tindak lanjut temuan BPK
merupakan
rangkaian
kegiatan/perbaikan
yang
dilaksanakan oleh pemerintah
daerah yang telah sesuai
dengan rekomendasi BPK.
Sistem Pengendalian Intern
adalah proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan
seluruh
pegawai
untuk
memberikan
keyakinan
memadai atas tercapainya
tujuan
organisasi
melalui
kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan
Ketidakpatuhan
Pada Peraturan
PerundangUndangan (X2)
Ketidakpatuhan
terhadap
Peraturan
PerundangUndangan
adalah
penyimpangan/
pelanggaran
terhadap Peraturan PerundangUndangan
Opini Audit
Tahun
Sebelumnya
Opini merupakan pernyataan
profesional
pemeriksa
mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam
laporan
keuangan
tahun
sebelumnya.
Skala
Ukuran
Interval
Jumlah tindak
lanjut temuan
yang telah sesuai
Interval
dengan
rekomendasi
BPK tahun 20122013
Jumlah seluruh
temuan sistem
pengendalian
intern tahun
2013-2014
Jumlah seluruh
temuan
ketidakpatuhan
terhadap
peraturan
perundangundangan tahun
2013-2014
Opini BPK
Interval
Interval
Interval
Universitas Sumatera Utara
41
4.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester (IHPS) BPK Tahun 2013 dan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
(IHPS) BPK Tahun 2014.
4.6. Model dan Teknik Analisis Data
4.6.1. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengolah
data. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda menggunakan program SPSS dalam pengolahan data. Untuk menerima
ataupun menolak hipotesis digunakan uji F untuk uji secara simultan, uji t untuk
uji secara parsial.
Suatu model regresi dikatakan tidak mengandung masalah apabila data
yang digunakan dalam suatu penelitian terbebas dari asumsi klasik. Uji asumsi
klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji
multikolinieritas dan autokorelasi.
1.
Hipotesis pertama:
Persamaan statistiknya:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3 X3 + ε
Y
X1
X2
X3
ε
a
b
= Opini BPK
= Sistem Pengendalian Intern
= Ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan
= Opini audit tahun sebelumnya
= Error
= konstanta
= koefisien regresi
Universitas Sumatera Utara
42
2.
Hipotesis kedua
Menggunakan metode Uji Residual. Model ini menggunakan konsep lack
of fit yaitu hipotesis moderating diterima jika terdapat ketidakcocokan dari
deviasi hubungan linear antara variabel independen. Dimana Hipotesis
moderating diterima jika nilai t hitung adalah negatif dan signifikan.
Model ini terbebas dari gangguan multikolinearitas karena hanya
menggunakan satu variabel bebas.
Persamaan statistiknya:
Z = a + b1X1 + b2X2 + b3 X3 + ε
| ε | = a + b1 Y
Dimana:
Y = Opini audit
Z = Tindak lanjut temuan BPK
X1 = Sistem pengendalian intern
X2 = Ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan
X3 = Opini audit tahun sebelumnya
ε = Error
a = konstanta
b = koefisien regresi
| ε | = Nilai Residual
4.6.2. Teknik Analisa Data
Untuk pelaksanaan model analisa berdasarkan regresi linier berganda yang
menggunakan SPPS maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi
klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji
multikolinieritas, dan.uji auto korelasi.
Universitas Sumatera Utara
43
4.6.2.1 Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable penggangu
atau residual memiliki distribusi normal (Imam Ghozali,2013). Pada penelitian ini
digunakan analisa grafik dan analisa statistik dengan kolmogorov-Smirnov
dengan nilai asymp.sig (2-tailed) > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal namun bila nilai asymp.sig (2-tailed) < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal.
4.6.2.2 Uji Heterokedatisitas
Bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara mendeteksi
ada tidaknya heterokedastisitas
dengan cara melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. (Imam
Ghozali,2013)
4.6.2.3 Uji multikolinieritas
Menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Tolerance berguna untuk mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jika nilai tolerance rendah berarti nilai VIF tinggi (VIF= 1/Tolerance).
Bila nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF sama dengan ≥10 menunjukkan adanya
muiltikolonieritas (Imam Ghozali,2013).
Universitas Sumatera Utara
44
4.6.2.4 Uji Autokorelasi
Bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem
autokorelasi (Imam Ghozali,2013). Uji autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan metode Durbin Watson (Durbin Watson Test) yaitu dengan melihat
nilai Durbin Watson hasil penelitian dibandingkan dengan nilai dU dan 4-dU.
4.6.2.5 Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dari melihat hasil uji statistik yang
dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
a.
Koefisien determinasi
Koefisien determinasi (R²) berguna untuk
mengukur seberapa besar
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien
determinasi bernilai antara 0 s/d 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
b. Uji F
Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh simultan dari
variabel independen terhadap variabel dependen. (Imam Ghozali,2013)
Universitas Sumatera Utara
45
Kriteria uji cara I:
1. Ho diterima dan Ha ditolak bila nilai sig>α (0,05) artinya secara simultan
semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Ho ditolak dan Ha diterima bila nilai sig< α (0,05) artinya secara simultan
semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Kriteria uji cara II:
1.
Ho diterima dan Ha ditolak bila nilai Fhitung < Ftabel yang artinya secara
simultan semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
independen.
2.
Ho ditolak dan Ha diterima bila nilai Fhitung > Ftabel yang artinya secara
simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
independen.
c. Uji parsial (uji t)
Digunakan
untuk
mengetahui
pengaruh
masing-masing
variabel
independen terhadap variabel dependen (Imam Ghozali,2013)
Kriteria pengujian cara I:
1. Bila nilai sig < α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya secara
parsial suatu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Bila nilai sig > α (0,05) maka hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha ditolak yang
artinya secara parsial suatu variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
46
Kriteria pengujian cara II:
1. Bila nilai t-hitung > nilai t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
secara parsial suatu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Bila nilai t-hitung < nilai t-tabel
maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya
secara parsial suatu variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
d. Uji residual
Dari hasil uji residual dinyatakan sebagai variabel moderating jika nilai
koefisien parameternya negatif dan signifikan (tsig < 0,05). (Imam Ghozali,2013)
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Statistik Deskriptif Penelitian
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder yang
diperoleh dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) BPK tahun 20132014. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit BPK sedangkan
variabel independen adalah sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan dan opini audit tahun sebelumnya dan tindak
lanjut temuan BPK sebagai variabel moderating. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 24 kabupaten/kota dan 1 provinsi dengan jumlah pengamatan selama 2
tahun sehingga diperoleh 50 data observasi, namun terdapat empat belas data yang
dihilangkan karena memiliki nilai yang ekstrim sehingga jumlah data yang diteliti
menjadi 36 data dengan statistik deskriptif sebagai berikut :
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
N
Y
X1
X2
X3
Z
Valid N (listwise)
Minimum Maximum
36
36
36
36
36
36
1.00
4.00
5.00
1.00
3.00
5.00
14.00
25.00
5.00
48.00
Mean
3.7222
8.0556
14.3889
3.0833
16.2222
Std. Deviation
1.00317
2.47207
4.52471
.69179
11.72326
Sumber: Hasil penelitian, 2016
47
Universitas Sumatera Utara
48
Berdasarkan output statistik deskriptif data penelitian dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Opini Audit BPK (Y)
Opini Audit BPK selama tahun 2013-2014 dengan opini terrendah 1 untuk
opini TMP dan tertinggi 5 untuk opini WTP. Opini TMP diperoleh kabupaten
Deliserdang untuk tahun 2013 dan kabupaten Simalungun untuk tahun 2013.
Kabupaten Humbang Hasudutan memperoleh opini WTP untuk tahun 2013
dan 2014.
2.
Sistem Pengendalian Intern (X1)
Jumlah temuan Sistem pengendalian intern (SPI) selama tahun 2012-2014
dengan nilai terrendah 4 temuan dan nilai tertinggi dengan 14 temuan.
Temuan sistem pengendalian intern terdiri dari temuan sistem pengendalian
akuntansi dan pelaporan, sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja, struktur pengendalian intern. Kabupaten/kota yang
memperoleh 4 temuan yakni di kabupaten Padang Sidempuan untuk tahun
2013 dan 2014 sedangkan kabupaten Deli Serdang, Pematang Siantar dan
Pakpak Barat untuk tahun 2014 memperoleh 14 temuan.
3.
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan (X2)
Jumlah temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
selama tahun 2012-2014 dengan nilai terrendah sebesar 5 temuan dan jumlah
temuan terbesar sebanyak 25 temuan. Temuan ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundaang-undangan terdiri dari temuan kerugian negara, potensi
kerugian negara, kekurangan penerimaan, administrasi, ketidakhematan dan
ketidakefektifan. Kota Padang Sidempuan untuk tahun 2013 memperoleh 5
Universitas Sumatera Utara
49
temuan sedangkan Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2013 memperoleh
25 temuan.
4.
Opini Audit Tahun Sebelumnya (X3)
Opini audit tahun sebelumnya dengan nilai terrendah 1 untuk opini tanpa
memberi pendapat (TMP) dan terbesar 5 untuk opini wajar tanpa
pengecualian (WTP). Kabupaten Tebing Tinggi memperoleh Opini TMP
untuk tahun 2013, Kabupaten Deli Serdang dan Simalungun memperoleh
opini WTP untuk tahun 2014.
5.
Tindak Lanjut Temuan BPK (Z)
Jumlah temuan yang telah ditindaklanjuti dan sesuai rekomendasi dari BPK
untuk tahun 2012-2014 dengan nilai terrendah sebanyak 4 temuan dan jumlah
terbesar sebanyak 48 temuan. Kabupaten yang memperoleh 4 temuan yakni
di kabupaten Humbang Hasudutan untuk tahun 2013 dan di kabupaten Deli
Serdang dan Serdang Bedagai untuk tahun 2014.
5.1.2
Uji Asumsi Klasik
5.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal, bila asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. (Ghozali,2012).
Universitas Sumatera Utara
50
1. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati normal. Hasil yang ditunjukkan pada grafik normal
p-p plot pada gambar 5.1, terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal
dan penyebarannya mendekati garis diagonal.
Gambar 5.1 Grafik Normal P-P Plot
2. Analisis Statistik
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorow-Smirnow
sebesar 0,127 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,150. Karena nilai
asymp.sig (2-tailed) > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada table dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
51
Tabel 5.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
36
Normal Parameters
a,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.85287544
Absolute
.127
Positive
.127
Negative
-.086
Test Statistic
.127
Asymp. Sig. (2-tailed)
.150
c
Sumber: Hasil penelitian, 2016
5.1.2.2 Uji Multikolineritas
Hasil perhitungan pada Tabel 5.3 diperoleh hasil tidak ada variabel
independent yang memiliki nilai VIF > 10, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolineritas antar variable independen dalam model regresi.
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Unstandardize Standardized
d Coefficients Coefficients
Model
1
(Constant)
B
Std.
Error
1.585
.954
X1
.117
.070
X2
-.057
.038
X3
.655
.220
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
1.661
.106
1.676
.104
.767 1.304
-.258 -1.505
.142
.768 1.301
.005
.982 1.018
.288
.452
2.979
Tolerance
VIF
Sumber: Hasil penelitian, 2016
5.1.2.3 Uji Heterokedastisitas
Hasil uji heterokedastisitas diperoleh Gambar 5.2 menunjukkan titik-titik
menyebar secara acak, baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y
sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi.
Universitas Sumatera Utara
52
Gambar 5.2 Scatterplot
5.1.2.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan metode Durbin
Watson (Durbin Watson) yang bertujuan untuk menguji ada tidaknya masalah
autokorelasi. Hasil penelitian nilai Durbin-Watson sebesar 2,569, dari table
Durbin-Watson dengan n=36, K=3, maka akan diperoleh nilai dL=1,295 dan
dU=1,654, sehingga nilai 4-dU sebesar 4-1,654 = 2,346 sedangkan 4 – dL sebesar
4 – 1,295 = 2,705. Nilai Durbin-Watson sebesar 2,569 terletak antara dU dengan
4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tersebut tidak
mengandung masalah otokorelasi.
Table 5.4 Hasil Uji Autokorelasi dengan metode Durbin-Watson
Model
1
R
.526
R Square
a
.277
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.209
Durbin-Watson
.89196
2.569
Sumber :Hasil penelitian, 2016.
Universitas Sumatera Utara
53
5.1.3 Hasil Uji Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis linier berganda. Uji ststistik
F dilakukan untuk melihat pengaruh seluruh variable independen secara simultan
dan uji statistik t dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variable
independen secara parsial.
5.1.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinansi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang
mendekati satu berarti variable-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen.
(Ghozali, 2013).
Tabel 5.5 Koefisien Determinasi
Model
1
R
.526
R Square
a
.277
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.209
Durbin-Watson
.89196
2.569
Sumber :Hasil penelitian, 2016.
Dari Tabel 5.5 diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 20,9%, yang
mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel
independen sebesar 20,9%, dengan kata lain 20,9% opini audit BPK mampu
dijelaskan oleh jumlah temuan pada sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan dan opini audit tahun sebelumnya
sedangkan sisanya sebesar 79,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
54
5.1.3.2
Uji Statistik F
Hasil uji statistik F untuk melihat bagaimana pengaruh sistem
pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
opini tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK secara simultan dapat dilihat
pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Uji Statistik F
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
9.763
4
3.254
Residual
25.459
32
.796
Total
35.222
36
F
4.091
Sig.
.014
b
Sumber : Hasil penelitian, 2016.
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.6 diperoleh nilai F hitung
sebesar 4,091 > dari F tabel = 2,866 artinya berpengaruh dan nilai signifikansi F
sebesar 0,014 < α =0,05 artinya signifikan, maka Ho ditolak atau hipotesis yang
diajukan diterima. Hal ini berarti bahwa semua variabel independen yaitu sistem
pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
opini audit tahun sebelumnya secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (opini audit BPK) pada tingkat signifikansi α = 0,05.
5.1.3.3
Uji Statistik t
Hasil uji statistik t untuk melihat bagaimana pengaruh sistem pengendalian
intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan opini audit
tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK secara parsial dapat dilihat pada table
5.7 dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
55
Tabel 5.7 Uji Statistik t
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
Model
B
Error
Beta
1
(Constant) 1.585
.954
X1
.117
.070
.288
X2
-.057
.038
-.258
X3
.655
.220
.452
Collinearity
Statistics
t
1.661
1.676
-1.505
2.979
Sig. Tolerance
.106
.104
.767
.142
.768
.005
.982
VIF
1.304
1.301
1.018
Sumber : hasil penelitian, 2016
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.7, diperoleh persamaan sebagai
berikut:
Y = 1,585 + 0,117X1 – 0,057X2 + 0,655X3
Dari persamaan regresi linier yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa:
1.
Konstanta (a)
Nilai konstanta sebesar 1,585 artinya walaupun tidak ada variabel sistem
pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan opini audit tahun sebelumnya maka opini audit BPK adalah 1,585.
2.
Sistem Pengendalian Intern (X1) terhadap Opini Audit BPK (Y)
Koefisien sistem pengendalian intern bernilai positif berarti apabila terjadi
peningkatan variabel sistem pengendalian intern sebesar satu satuan maka
terjadi peningkatan opini audit BPK sebesar 0,117.
3.
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan (X2) terhadap Opini
Audit BPK (Y)
Koefisien ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bernilai
negatif berarti apabila terjadi peningkatan variabel ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan sebesar satu satuan maka terjadi penurunan
opini audit BPK sebesar -0,057.
Universitas Sumatera Utara
56
4.
Opini Audit Tahun Sebelumnya (X3) terhadap Opini Audit BPK (Y)
Koefisien opini audit tahun sebelumnya bernilai positif berarti apabila terjadi
peningkatan variabel opini audit tahun sebelumnya sebesar satu satuan maka
terjadi peningkatan opini audit BPK sebesar 0,655.
Pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen dengan kriteria nilai t tabel = 2,028 dan tingkat signifikansi α
= 0,05 adalah sebagai berikut:
a.
Variabel sistem pengendalian intern (SPI) dengan nilai t hitung = 1.676 < t
table = 2,028 artinya berpengaruh, tingkat signifikansi t = 0,104 > α = 0,05
artinya tidak signifikan dan koefisien regresi bernilai positif, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini
berarti bahwa secara parsial, variabel sistem pengendalian intern (X1)
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap opini audit BPK.
b.
Variabel ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dengan
nilai t hitung = -1,505 < t tabel = 2,028 artinya berpengaruh, tingkat
signifikansi t = 0,142 > α = 0,05 artinya tidak signifikan, dan koefisien regresi
bernilai negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima atau hipotesis
yang diajukan ditolak. Hal ini berarti bahwa secara parsial, variabel
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (X2) berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap opini audit BPK.
c.
Variabel opini audit tahun sebelumnya dengan nilai t hitung = 2,979 > t table
= 2,028 artinya berpengaruh, tingkat signifikansi t = 0,005 < α = 0,05 artinya
signifikan dan koefisien regresi bernilai positif sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini berarti bahwa
Universitas Sumatera Utara
57
secara parsial, variabel opini audit tahun sebelumnya (X3) berpengaruh
positif signifikan terhadap opini audit BPK (Y).
5.1.4
Hasil Uji Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua menggunakan uji residual yang bertujuan untuk
menguji pengaruh deviasi (penyimpangan) dari suatu model. Metode ini untuk
mengatasi multikolinieritas karena hanya menggunakan satu variabel bebas.
Adapun hasil uji residual dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.8 Uji Residual
Unstandardized
Coefficients
Model
B
Std. Error
1 (Constant) .782
.303
Y
-.020
.079
Sumber: Hasil penelitian, 2016
Standardized
Coefficients
Beta
-.043
t
2.582
-.254
Sig.
.014
.801
Collinearity
Statistics
Toleranc
e
VIF
1.000
1.000
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.8, diperoleh persamaan uji
residual sebagai berikut:
|e| = 0,782 – 0,020Y
Dari hasil uji residual nilai koefisien regresi bernilai negatif yaitu -0,020
dan tingkat signifikansi 0,801 > nilai α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel tindak lanjut temuan BPK tidak memoderasi hubungan sistem
pengendalian intern, ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan dan
opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK.
Universitas Sumatera Utara
58
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa secara simultan
sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap
opini audit BPK di provinsi Sumatera Utara, namun secara parsial sistem
pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
berpengaruh tidak signifikan terhadap opini audit BPK, opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini BPK.
5.2.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
5.2.1.1 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Opini Audit BPK
.Pengujian pengaruh variabel sistem pengendalian intern terhadap opini
audit BPK menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh tidak
signifikan terhadap opini audit BPK. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Safitri (2014) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern tidak
berpengaruh terhadap opini audit pada pemerintah daerah.
Hasil uji ini bertentangan dengan penelitian Sipahutar dan Khairani (2013)
yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap laporan
keuangan pemerintah daerah kab. Empat Lawang. Penelitian Nalurita (2015) yang
menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia, Lasena (2012)
menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap
opini disclaimer atas laporan keuangan dipemerintah kab. Bolaang Mongondow
Utara.
Universitas Sumatera Utara
59
Sistem pengendalian intern berpengaruh tidak signifikan terhadap opini
audit BPK di provinsi Sumatera Utara kemungkinan karena jumlah temuan sistem
pengendalian intern tahun 2013-2014 tidak dapat menggambarkan materil
tidaknya temuan sistem pengendalian intern di provinsi Sumatera Utara.
5.2.1.2 Pengaruh Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan
terhadap Opini Audit BPK
Pengujian
pengaruh
Perundang-undangan
variabel
terhadap
opini
ketidakpatuhan
audit
BPK
terhadap
menunjukkan
peraturan
bahwa
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berpengaruh tidak
signifikan terhadap opini audit BPK. Hasil uji ini tidak sejalan dengan penelitian
Nalurita (2015) yang menyatakan bahwa ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan
pemerintah daerah di Indonesia, Atyanta (2011) yang menyatakan bahwa
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
ditemukan kasus kerugian daerah, kekurangan penerimaan, administrasi dan
ketidakefektifan menjadi kendala dalam pencapaian opini WTP dan penelitian
Sunarsih (2010), Khairani (2013) dan Defera (2013) yang menyatakan
ketidakpatuhan
terhadap
peraturan
perundang-undangan
mempengaruhi
pemberian opini tanpa menjelaskan secara rinci bentuk ketidakpatuhan yang
ditemukan.
Ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan berpengaruh tidak
signifikan terhadap opini audit BPK di provinsi Sumatera Utara kemungkinan
disebabkan karena jumlah temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
Universitas Sumatera Utara
60
undangan tahun 2013-2014 tidak dapat menggambarkan materil tidaknya temuan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di provinsi Sumatera
Utara.
5.2.1.3 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit
BPK
Pengujian pengaruh variabel opini audit tahun sebelumnya terhadap opini
audit BPK menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya beerpengaruh
signifikan terhadap opini audit BPK. Hasil uji ini sejalan dengan hasil penelitian
Fatima Desi, Ria Nelly Sari & M. Rusli (2014) yang menyatakan bahwa opini
tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini WTP dan penelitian
Luh (2014) yang menyatakan bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap opini audit pada pemerintah daerah.
Opini tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit BPK di provinsi
Sumatera Utara untuk tahun 2013-2014 karena Laporan keuangan pemerintah
daerah yang tahun sebelumnya mendapatkan opini WTP kemungkinan dapat
mempertahankan opini WTP pada tahun berikutnya karena perbaikan atas
kelemahan laporan keuangan pemerintah daerah tersebut tidak sebanyak laporan
keuangan pemerintah daerah dengan opini selain WTP dan pemerintah daerah
yang belum mencapai WTP dapat menjadikan kesalahan tahun sebelumnya
sebagai bahan pertimbangan untuk tidak melakukan hal yang sama ditahun
berikutnya, dengan demikian diharapkan pemerintah daerah dapat memperoleh
opini yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
61
5.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Dari hasil uji residual menunjukkan bahwa koefisien regresi bernilai
negatif dan nilai signifikasi lebih besar dari nilai α sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel tindak lanjut tidak memoderasi hubungan sistem pengendalian
intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan opini audit
tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK di provinsi Sumatera Utara untuk
tahun 2013-2014, hal ini kemungkinan disebabkan karena status temuan yang
telah ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah tidak bisa diperoleh setiap saat,
berhubung BPK dalam menetapkan status tindak lanjut temuan yang diserahkan
oleh pemerintah daerah harus melalui keputusan tim khusus yang menangani
tindak lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis yang telah diuraikan
pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan:
1. Sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan opini audit tahun sebelumnya secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap opini audit BPK di provinsi Sumatera Utara.
2. Sistem pengendalian intern secara parsial berpengaruh tidak signifikan
terhadap opini audit BPK, hal ini sejalan dengan penelitian Safitri (2014) yang
menyatakan bahwa sistem pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap
opini audit pada pemerintah daerah, ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap
opini audit BPK, dan opini audit tahun sebelumnya secara parsial berpengaruh
signifikan, Hal Ini sejalan dengan penelitian Fatima Desi, Ria Nelly Sari & M.
Rusli (2014) yang menyatakan bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh
terhadap penerimaan opini WTP dan penelitian Luh (2014) yang menyatakan
bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit
pada pemerintah daerah.
3. Variabel Tindak lanjut BPK tidak memoderasi hubungan sistem pengendalian
intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan opini
audit tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK.
62
Universitas Sumatera Utara
63
6.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang ada pada penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini terbatas pada pengolahan data sekunder dan tanpa melakukan
wawancara dengan pejabat yang berwenang sehingga kurang obyektif.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit BPK dalam penelitian ini adalah
sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan opini audit tahun sebelumnya. Sebaiknya peneliti selanjutnya
menambahkan variabel lain yang kemungkinan masuk ke dalam faktor-faktor
yang mempengaruhi opini audit BPK seperti motivasi auditor, pengalaman
auditor dan lain-lain.
6.3
Saran
1.
Agar hasil penelitian lebih obyektif, disarankan kepada peneliti selanjutnya,
disamping menggunakan data sekunder, hendaknya melakukan wawancara
dengan pejabat yang berwenang.
2.
Penelitian ini memiliki keterbatasan, untuk itu disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk menambahkan variabel lain seperti motivasi auditor,
pengalaman auditor dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dalam penelitian ini diilustrasikan melalui diagram
hubungan variabel dibawah ini.
Sistem Pengendalian
Intern
(X1)
Opini Audit BPK
Ketidakpatuhan
terhadap Peraturan
Perundangundangan
(X2)
Opini Audit Tahun
Sebelumnya
(X3)
(Y)
Tindak Lanjut
Temuan BPK
( Z)
Gambar 3.1.
Kerangka Konseptual
Dari gambar kerangka konseptual tersebut dapat dijelaskan BPK
diamanatkan dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 pasal 12, bahwa dalam rangka
pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, pemeriksa melakukan pengujian dan
penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah dan untuk
33
Universitas Sumatera Utara
34
pemperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN), BPK melakukan pengujian kepatuhan pada Entitas Pemerintah Daerah
terhadap
ketentuan
peraturan
perundang-undangan,
kecurangan
serta
ketidakpatutan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian
laporan keuangan. Dalam PP No. 60 Tahun 2008 dinyatakan bahwa Pemantauan
pengendalian intern atas mutu kinerja SPI dan proses yang memberikan keyakinan
bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. Penjelasan Pasal
16 ayat (1) Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2004 menyebutkan opini audit
merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat
kriteria, dimana dua kriteria diantaranya adalah efektivitas sistem pengendalian intern
dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Penelitian Sunarsih (2010), ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan
mempengaruhi
pemberian
opini.
Penelitian
Atyanta
(2011)
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
ditemukan kasus kerugian daerah, kekurangan penerimaan, administrasi dan
ketidakefektifan menjadi kendala dalam pencapaian opini WTP.
Penelitian Sipahutar dan Khairani (2013), Defera (2013) dan Sunarsih
(2013) membuktikan bahwa ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-
undangan yang berlaku mempengaruhi penerimaan opini atas laporan keuangan
pemerintah daerah tanpa menjelaskan secara rinci bentuk ketidakpatuhan yang
ditemukan.
Penelitian
Hendarto
(2006)
menyimpulkan
bahwa
hanya
ketidakpatuhan terhadap peraturan yang berkaitan dengan kebijakan akuntansi
yang perlu diakumulasi dalam penentuan kewajaran laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
35
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan masalah
yang masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris (teoritis dan analitis).
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep di atas, diajukan hipotesis
dalam penelitian ini yakni:
1 Sistem Pengendalian Intern (SPI), Ketidakpatuhan terhadap Peraturan
Perundang-Undangan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh
terhadap Opini Audit BPK secara simultan dan parsial di provinsi Sumatera
Utara.
2 Tindak Lanjut Temuan BPK mampu memoderasi hubungan antara Sistem
Pengendalian Intern (SPI), Ketidakpatuhan terhadap Peraturan PerundangUndangan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit BPK di
provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Berdasarkan tingkat penjelasan penelitian ini dapat digolongkan
sebagai penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau adanya hubungan keterkaitan atau ketergantungan
dari dua realitas, konsep, gagasan, idea atau permasalahan.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian
direncanakan akan dimulai pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Agustus
2016. (jadwal rencana penelitian terlampir pada Lampiran 1)
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pemerintah kabupaten/kota pada Propinsi Sumatera Utara yang
berjumlah 33 kabupaten/kota dan provinsi yang terdiri dari 25 kabupaten, 8 kota
dan 1 provinsi dengan periode amatan tahun 2013-2014.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam
penelitian ini digunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel
36
Universitas Sumatera Utara
37
yang berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti dan disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Provinsi dan kabupaten/kota yang menyerahkan LKPD selama tahun 20132014 dan telah diaudit oleh BPK
2. Data temuan sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan tindak lanjut temuan BPK di Provinsi dan
kabupaten/kota yang tercantum dalam ikhtisar hasil pemeriksaan semester
(IHPS) BPK tahun 2013-2014.
Data
yang
memenuhi
kriteria
sampel
berjumlah
25
yakni
24 kabupaten/kota dan 1 provinsi. (Lampiran 2)
4.4. Definisi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep sebagaimana diilustrasikan pada Gambar
3.1, penelitian ini menggunakan 1 (satu) variabel dependen yakni opini audit
BPK, 3 (tiga) variabel independen
yaitu
sistem pengendalian intern,
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan opini audit tahun
sebelumnya dan 1 (satu) variabel moderating yakni tindak lanjut temuan BPK.
1.
Variabel Dependen
Opini audit BPK (Y) merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai
kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Opini
BPK diukur dengan memberikan score yakni skor 5 untuk opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), skor 4 untuk opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan
Paragraf Penjelas (WTP DPP), skor 3 untuk opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP), skor 2 untuk opini Tidak Wajar (TW) dan skor 1 untuk
Universitas Sumatera Utara
38
Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat
(TMP).
2. Variabel Independen
a. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Sistem pengendalian intern diukur dengan jumlah
temuan BPK atas kelemahan sistem pengendalian intern yang terdiri dari
temuan
sistem
pengendalian
pengendalian
intern,
sistem
akuntansi
dan
pengendalian
pelaporan,
pelaksanaan
pendapatan dan belanja dalam ikhtisar hasil pemeriksaan
struktur
anggaran
sementara
(IHPS) tahun 2013-2014.
b. Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan merupakan
penyimpangan/pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-Undangan.
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan diukur dari
jumlah temuan BPK atas ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang terdiri dari temuan kerugian negara, potensi kerugian
negara,
kekurangan
penerimaan,
administrasi,
ketidakhematan,
ketidakefektifan dalam ikhtisar hasil pemeriksaan sementara (IHPS) tahun
2013-2014.
Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini yang diberikan oleh BPK
sebelum tahun penelitian. Pengukuran opini audit tahun sebelumnya adalah
Universitas Sumatera Utara
39
opini yang diberikan BPK diukur dengan memberikan score yakni skor 5
untuk opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), skor 4 untuk opini Wajar
Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP DPP), skor 3 untuk
opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), skor 2 untuk opini Tidak Wajar
(TW) dan skor 1 untuk Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak
Memberikan Pendapat (TMP).
3. Variabel Moderasi (Moderating Variabel)
c.
Variable ini merupakan variabel independen yang memperkuat
atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap
variabel dependen. Variabel moderating dalam penelitian ini adalah tindak
lanjut temuan BPK . Pemantauan Tindak lanjut temuan BPK merupakan
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis oleh BPK untuk
menentukan bahwa pejabat telah melaksanakan rekomendsi hasil pemeriksaan
dalam tenggang waktu yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. Tindak
lanjut temuan BPK memiliki 4 kategori yaitu tindak lanjut telah sesuai dengan
rekomendasi, tindak lanjut belum sesuai dengan rekomendasi, rekomendasi
belum
ditindaklanjtuti
dan
rekomendasi
tidak
dapat
ditindaklanjuti.
Pengukuran tindak lanjut temuan BPK dalam penelitian ini adalah dari jumlah
temuan yang telah ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah yang telah sesuai
dengan rekomendasi temuan BPK didalam ikhtisar hasil pemeriksaan
sementara (IHPS) tahun 2013-2014. Matriks operasional variabel penelitian
dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
40
Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel
Definisi
Parameter
Variabel
Dependen:
Opini Audit
BPK (Y)
Opini merupakan pernyataan
profesional
pemeriksa
mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam
laporan keuangan
Opini BPK
Variabel
Moderating:
Tindak Lanjut
Temuan BPK
(Z)
Variabel
Independen:
Sistem
Pengendalian
Intern (X1)
Tindak lanjut temuan BPK
merupakan
rangkaian
kegiatan/perbaikan
yang
dilaksanakan oleh pemerintah
daerah yang telah sesuai
dengan rekomendasi BPK.
Sistem Pengendalian Intern
adalah proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan
seluruh
pegawai
untuk
memberikan
keyakinan
memadai atas tercapainya
tujuan
organisasi
melalui
kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan
Ketidakpatuhan
Pada Peraturan
PerundangUndangan (X2)
Ketidakpatuhan
terhadap
Peraturan
PerundangUndangan
adalah
penyimpangan/
pelanggaran
terhadap Peraturan PerundangUndangan
Opini Audit
Tahun
Sebelumnya
Opini merupakan pernyataan
profesional
pemeriksa
mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam
laporan
keuangan
tahun
sebelumnya.
Skala
Ukuran
Interval
Jumlah tindak
lanjut temuan
yang telah sesuai
Interval
dengan
rekomendasi
BPK tahun 20122013
Jumlah seluruh
temuan sistem
pengendalian
intern tahun
2013-2014
Jumlah seluruh
temuan
ketidakpatuhan
terhadap
peraturan
perundangundangan tahun
2013-2014
Opini BPK
Interval
Interval
Interval
Universitas Sumatera Utara
41
4.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester (IHPS) BPK Tahun 2013 dan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
(IHPS) BPK Tahun 2014.
4.6. Model dan Teknik Analisis Data
4.6.1. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengolah
data. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda menggunakan program SPSS dalam pengolahan data. Untuk menerima
ataupun menolak hipotesis digunakan uji F untuk uji secara simultan, uji t untuk
uji secara parsial.
Suatu model regresi dikatakan tidak mengandung masalah apabila data
yang digunakan dalam suatu penelitian terbebas dari asumsi klasik. Uji asumsi
klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji
multikolinieritas dan autokorelasi.
1.
Hipotesis pertama:
Persamaan statistiknya:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3 X3 + ε
Y
X1
X2
X3
ε
a
b
= Opini BPK
= Sistem Pengendalian Intern
= Ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan
= Opini audit tahun sebelumnya
= Error
= konstanta
= koefisien regresi
Universitas Sumatera Utara
42
2.
Hipotesis kedua
Menggunakan metode Uji Residual. Model ini menggunakan konsep lack
of fit yaitu hipotesis moderating diterima jika terdapat ketidakcocokan dari
deviasi hubungan linear antara variabel independen. Dimana Hipotesis
moderating diterima jika nilai t hitung adalah negatif dan signifikan.
Model ini terbebas dari gangguan multikolinearitas karena hanya
menggunakan satu variabel bebas.
Persamaan statistiknya:
Z = a + b1X1 + b2X2 + b3 X3 + ε
| ε | = a + b1 Y
Dimana:
Y = Opini audit
Z = Tindak lanjut temuan BPK
X1 = Sistem pengendalian intern
X2 = Ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan
X3 = Opini audit tahun sebelumnya
ε = Error
a = konstanta
b = koefisien regresi
| ε | = Nilai Residual
4.6.2. Teknik Analisa Data
Untuk pelaksanaan model analisa berdasarkan regresi linier berganda yang
menggunakan SPPS maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi
klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji
multikolinieritas, dan.uji auto korelasi.
Universitas Sumatera Utara
43
4.6.2.1 Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable penggangu
atau residual memiliki distribusi normal (Imam Ghozali,2013). Pada penelitian ini
digunakan analisa grafik dan analisa statistik dengan kolmogorov-Smirnov
dengan nilai asymp.sig (2-tailed) > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal namun bila nilai asymp.sig (2-tailed) < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal.
4.6.2.2 Uji Heterokedatisitas
Bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara mendeteksi
ada tidaknya heterokedastisitas
dengan cara melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. (Imam
Ghozali,2013)
4.6.2.3 Uji multikolinieritas
Menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Tolerance berguna untuk mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jika nilai tolerance rendah berarti nilai VIF tinggi (VIF= 1/Tolerance).
Bila nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF sama dengan ≥10 menunjukkan adanya
muiltikolonieritas (Imam Ghozali,2013).
Universitas Sumatera Utara
44
4.6.2.4 Uji Autokorelasi
Bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem
autokorelasi (Imam Ghozali,2013). Uji autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan metode Durbin Watson (Durbin Watson Test) yaitu dengan melihat
nilai Durbin Watson hasil penelitian dibandingkan dengan nilai dU dan 4-dU.
4.6.2.5 Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dari melihat hasil uji statistik yang
dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
a.
Koefisien determinasi
Koefisien determinasi (R²) berguna untuk
mengukur seberapa besar
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien
determinasi bernilai antara 0 s/d 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
b. Uji F
Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh simultan dari
variabel independen terhadap variabel dependen. (Imam Ghozali,2013)
Universitas Sumatera Utara
45
Kriteria uji cara I:
1. Ho diterima dan Ha ditolak bila nilai sig>α (0,05) artinya secara simultan
semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Ho ditolak dan Ha diterima bila nilai sig< α (0,05) artinya secara simultan
semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Kriteria uji cara II:
1.
Ho diterima dan Ha ditolak bila nilai Fhitung < Ftabel yang artinya secara
simultan semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
independen.
2.
Ho ditolak dan Ha diterima bila nilai Fhitung > Ftabel yang artinya secara
simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
independen.
c. Uji parsial (uji t)
Digunakan
untuk
mengetahui
pengaruh
masing-masing
variabel
independen terhadap variabel dependen (Imam Ghozali,2013)
Kriteria pengujian cara I:
1. Bila nilai sig < α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya secara
parsial suatu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Bila nilai sig > α (0,05) maka hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha ditolak yang
artinya secara parsial suatu variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
46
Kriteria pengujian cara II:
1. Bila nilai t-hitung > nilai t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
secara parsial suatu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Bila nilai t-hitung < nilai t-tabel
maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya
secara parsial suatu variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
d. Uji residual
Dari hasil uji residual dinyatakan sebagai variabel moderating jika nilai
koefisien parameternya negatif dan signifikan (tsig < 0,05). (Imam Ghozali,2013)
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Statistik Deskriptif Penelitian
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder yang
diperoleh dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) BPK tahun 20132014. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit BPK sedangkan
variabel independen adalah sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan dan opini audit tahun sebelumnya dan tindak
lanjut temuan BPK sebagai variabel moderating. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 24 kabupaten/kota dan 1 provinsi dengan jumlah pengamatan selama 2
tahun sehingga diperoleh 50 data observasi, namun terdapat empat belas data yang
dihilangkan karena memiliki nilai yang ekstrim sehingga jumlah data yang diteliti
menjadi 36 data dengan statistik deskriptif sebagai berikut :
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
N
Y
X1
X2
X3
Z
Valid N (listwise)
Minimum Maximum
36
36
36
36
36
36
1.00
4.00
5.00
1.00
3.00
5.00
14.00
25.00
5.00
48.00
Mean
3.7222
8.0556
14.3889
3.0833
16.2222
Std. Deviation
1.00317
2.47207
4.52471
.69179
11.72326
Sumber: Hasil penelitian, 2016
47
Universitas Sumatera Utara
48
Berdasarkan output statistik deskriptif data penelitian dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Opini Audit BPK (Y)
Opini Audit BPK selama tahun 2013-2014 dengan opini terrendah 1 untuk
opini TMP dan tertinggi 5 untuk opini WTP. Opini TMP diperoleh kabupaten
Deliserdang untuk tahun 2013 dan kabupaten Simalungun untuk tahun 2013.
Kabupaten Humbang Hasudutan memperoleh opini WTP untuk tahun 2013
dan 2014.
2.
Sistem Pengendalian Intern (X1)
Jumlah temuan Sistem pengendalian intern (SPI) selama tahun 2012-2014
dengan nilai terrendah 4 temuan dan nilai tertinggi dengan 14 temuan.
Temuan sistem pengendalian intern terdiri dari temuan sistem pengendalian
akuntansi dan pelaporan, sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja, struktur pengendalian intern. Kabupaten/kota yang
memperoleh 4 temuan yakni di kabupaten Padang Sidempuan untuk tahun
2013 dan 2014 sedangkan kabupaten Deli Serdang, Pematang Siantar dan
Pakpak Barat untuk tahun 2014 memperoleh 14 temuan.
3.
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan (X2)
Jumlah temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
selama tahun 2012-2014 dengan nilai terrendah sebesar 5 temuan dan jumlah
temuan terbesar sebanyak 25 temuan. Temuan ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundaang-undangan terdiri dari temuan kerugian negara, potensi
kerugian negara, kekurangan penerimaan, administrasi, ketidakhematan dan
ketidakefektifan. Kota Padang Sidempuan untuk tahun 2013 memperoleh 5
Universitas Sumatera Utara
49
temuan sedangkan Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2013 memperoleh
25 temuan.
4.
Opini Audit Tahun Sebelumnya (X3)
Opini audit tahun sebelumnya dengan nilai terrendah 1 untuk opini tanpa
memberi pendapat (TMP) dan terbesar 5 untuk opini wajar tanpa
pengecualian (WTP). Kabupaten Tebing Tinggi memperoleh Opini TMP
untuk tahun 2013, Kabupaten Deli Serdang dan Simalungun memperoleh
opini WTP untuk tahun 2014.
5.
Tindak Lanjut Temuan BPK (Z)
Jumlah temuan yang telah ditindaklanjuti dan sesuai rekomendasi dari BPK
untuk tahun 2012-2014 dengan nilai terrendah sebanyak 4 temuan dan jumlah
terbesar sebanyak 48 temuan. Kabupaten yang memperoleh 4 temuan yakni
di kabupaten Humbang Hasudutan untuk tahun 2013 dan di kabupaten Deli
Serdang dan Serdang Bedagai untuk tahun 2014.
5.1.2
Uji Asumsi Klasik
5.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal, bila asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. (Ghozali,2012).
Universitas Sumatera Utara
50
1. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati normal. Hasil yang ditunjukkan pada grafik normal
p-p plot pada gambar 5.1, terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal
dan penyebarannya mendekati garis diagonal.
Gambar 5.1 Grafik Normal P-P Plot
2. Analisis Statistik
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorow-Smirnow
sebesar 0,127 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,150. Karena nilai
asymp.sig (2-tailed) > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada table dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
51
Tabel 5.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
36
Normal Parameters
a,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.85287544
Absolute
.127
Positive
.127
Negative
-.086
Test Statistic
.127
Asymp. Sig. (2-tailed)
.150
c
Sumber: Hasil penelitian, 2016
5.1.2.2 Uji Multikolineritas
Hasil perhitungan pada Tabel 5.3 diperoleh hasil tidak ada variabel
independent yang memiliki nilai VIF > 10, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolineritas antar variable independen dalam model regresi.
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Unstandardize Standardized
d Coefficients Coefficients
Model
1
(Constant)
B
Std.
Error
1.585
.954
X1
.117
.070
X2
-.057
.038
X3
.655
.220
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
1.661
.106
1.676
.104
.767 1.304
-.258 -1.505
.142
.768 1.301
.005
.982 1.018
.288
.452
2.979
Tolerance
VIF
Sumber: Hasil penelitian, 2016
5.1.2.3 Uji Heterokedastisitas
Hasil uji heterokedastisitas diperoleh Gambar 5.2 menunjukkan titik-titik
menyebar secara acak, baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y
sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi.
Universitas Sumatera Utara
52
Gambar 5.2 Scatterplot
5.1.2.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan metode Durbin
Watson (Durbin Watson) yang bertujuan untuk menguji ada tidaknya masalah
autokorelasi. Hasil penelitian nilai Durbin-Watson sebesar 2,569, dari table
Durbin-Watson dengan n=36, K=3, maka akan diperoleh nilai dL=1,295 dan
dU=1,654, sehingga nilai 4-dU sebesar 4-1,654 = 2,346 sedangkan 4 – dL sebesar
4 – 1,295 = 2,705. Nilai Durbin-Watson sebesar 2,569 terletak antara dU dengan
4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tersebut tidak
mengandung masalah otokorelasi.
Table 5.4 Hasil Uji Autokorelasi dengan metode Durbin-Watson
Model
1
R
.526
R Square
a
.277
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.209
Durbin-Watson
.89196
2.569
Sumber :Hasil penelitian, 2016.
Universitas Sumatera Utara
53
5.1.3 Hasil Uji Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis linier berganda. Uji ststistik
F dilakukan untuk melihat pengaruh seluruh variable independen secara simultan
dan uji statistik t dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variable
independen secara parsial.
5.1.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinansi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang
mendekati satu berarti variable-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen.
(Ghozali, 2013).
Tabel 5.5 Koefisien Determinasi
Model
1
R
.526
R Square
a
.277
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.209
Durbin-Watson
.89196
2.569
Sumber :Hasil penelitian, 2016.
Dari Tabel 5.5 diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 20,9%, yang
mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel
independen sebesar 20,9%, dengan kata lain 20,9% opini audit BPK mampu
dijelaskan oleh jumlah temuan pada sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan dan opini audit tahun sebelumnya
sedangkan sisanya sebesar 79,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
54
5.1.3.2
Uji Statistik F
Hasil uji statistik F untuk melihat bagaimana pengaruh sistem
pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
opini tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK secara simultan dapat dilihat
pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Uji Statistik F
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
9.763
4
3.254
Residual
25.459
32
.796
Total
35.222
36
F
4.091
Sig.
.014
b
Sumber : Hasil penelitian, 2016.
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.6 diperoleh nilai F hitung
sebesar 4,091 > dari F tabel = 2,866 artinya berpengaruh dan nilai signifikansi F
sebesar 0,014 < α =0,05 artinya signifikan, maka Ho ditolak atau hipotesis yang
diajukan diterima. Hal ini berarti bahwa semua variabel independen yaitu sistem
pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
opini audit tahun sebelumnya secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (opini audit BPK) pada tingkat signifikansi α = 0,05.
5.1.3.3
Uji Statistik t
Hasil uji statistik t untuk melihat bagaimana pengaruh sistem pengendalian
intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan opini audit
tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK secara parsial dapat dilihat pada table
5.7 dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
55
Tabel 5.7 Uji Statistik t
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
Model
B
Error
Beta
1
(Constant) 1.585
.954
X1
.117
.070
.288
X2
-.057
.038
-.258
X3
.655
.220
.452
Collinearity
Statistics
t
1.661
1.676
-1.505
2.979
Sig. Tolerance
.106
.104
.767
.142
.768
.005
.982
VIF
1.304
1.301
1.018
Sumber : hasil penelitian, 2016
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.7, diperoleh persamaan sebagai
berikut:
Y = 1,585 + 0,117X1 – 0,057X2 + 0,655X3
Dari persamaan regresi linier yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa:
1.
Konstanta (a)
Nilai konstanta sebesar 1,585 artinya walaupun tidak ada variabel sistem
pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan opini audit tahun sebelumnya maka opini audit BPK adalah 1,585.
2.
Sistem Pengendalian Intern (X1) terhadap Opini Audit BPK (Y)
Koefisien sistem pengendalian intern bernilai positif berarti apabila terjadi
peningkatan variabel sistem pengendalian intern sebesar satu satuan maka
terjadi peningkatan opini audit BPK sebesar 0,117.
3.
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan (X2) terhadap Opini
Audit BPK (Y)
Koefisien ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bernilai
negatif berarti apabila terjadi peningkatan variabel ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan sebesar satu satuan maka terjadi penurunan
opini audit BPK sebesar -0,057.
Universitas Sumatera Utara
56
4.
Opini Audit Tahun Sebelumnya (X3) terhadap Opini Audit BPK (Y)
Koefisien opini audit tahun sebelumnya bernilai positif berarti apabila terjadi
peningkatan variabel opini audit tahun sebelumnya sebesar satu satuan maka
terjadi peningkatan opini audit BPK sebesar 0,655.
Pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen dengan kriteria nilai t tabel = 2,028 dan tingkat signifikansi α
= 0,05 adalah sebagai berikut:
a.
Variabel sistem pengendalian intern (SPI) dengan nilai t hitung = 1.676 < t
table = 2,028 artinya berpengaruh, tingkat signifikansi t = 0,104 > α = 0,05
artinya tidak signifikan dan koefisien regresi bernilai positif, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini
berarti bahwa secara parsial, variabel sistem pengendalian intern (X1)
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap opini audit BPK.
b.
Variabel ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dengan
nilai t hitung = -1,505 < t tabel = 2,028 artinya berpengaruh, tingkat
signifikansi t = 0,142 > α = 0,05 artinya tidak signifikan, dan koefisien regresi
bernilai negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima atau hipotesis
yang diajukan ditolak. Hal ini berarti bahwa secara parsial, variabel
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (X2) berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap opini audit BPK.
c.
Variabel opini audit tahun sebelumnya dengan nilai t hitung = 2,979 > t table
= 2,028 artinya berpengaruh, tingkat signifikansi t = 0,005 < α = 0,05 artinya
signifikan dan koefisien regresi bernilai positif sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini berarti bahwa
Universitas Sumatera Utara
57
secara parsial, variabel opini audit tahun sebelumnya (X3) berpengaruh
positif signifikan terhadap opini audit BPK (Y).
5.1.4
Hasil Uji Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua menggunakan uji residual yang bertujuan untuk
menguji pengaruh deviasi (penyimpangan) dari suatu model. Metode ini untuk
mengatasi multikolinieritas karena hanya menggunakan satu variabel bebas.
Adapun hasil uji residual dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.8 Uji Residual
Unstandardized
Coefficients
Model
B
Std. Error
1 (Constant) .782
.303
Y
-.020
.079
Sumber: Hasil penelitian, 2016
Standardized
Coefficients
Beta
-.043
t
2.582
-.254
Sig.
.014
.801
Collinearity
Statistics
Toleranc
e
VIF
1.000
1.000
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.8, diperoleh persamaan uji
residual sebagai berikut:
|e| = 0,782 – 0,020Y
Dari hasil uji residual nilai koefisien regresi bernilai negatif yaitu -0,020
dan tingkat signifikansi 0,801 > nilai α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel tindak lanjut temuan BPK tidak memoderasi hubungan sistem
pengendalian intern, ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan dan
opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK.
Universitas Sumatera Utara
58
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa secara simultan
sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap
opini audit BPK di provinsi Sumatera Utara, namun secara parsial sistem
pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
berpengaruh tidak signifikan terhadap opini audit BPK, opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini BPK.
5.2.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
5.2.1.1 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Opini Audit BPK
.Pengujian pengaruh variabel sistem pengendalian intern terhadap opini
audit BPK menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh tidak
signifikan terhadap opini audit BPK. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Safitri (2014) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern tidak
berpengaruh terhadap opini audit pada pemerintah daerah.
Hasil uji ini bertentangan dengan penelitian Sipahutar dan Khairani (2013)
yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap laporan
keuangan pemerintah daerah kab. Empat Lawang. Penelitian Nalurita (2015) yang
menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia, Lasena (2012)
menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap
opini disclaimer atas laporan keuangan dipemerintah kab. Bolaang Mongondow
Utara.
Universitas Sumatera Utara
59
Sistem pengendalian intern berpengaruh tidak signifikan terhadap opini
audit BPK di provinsi Sumatera Utara kemungkinan karena jumlah temuan sistem
pengendalian intern tahun 2013-2014 tidak dapat menggambarkan materil
tidaknya temuan sistem pengendalian intern di provinsi Sumatera Utara.
5.2.1.2 Pengaruh Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan
terhadap Opini Audit BPK
Pengujian
pengaruh
Perundang-undangan
variabel
terhadap
opini
ketidakpatuhan
audit
BPK
terhadap
menunjukkan
peraturan
bahwa
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berpengaruh tidak
signifikan terhadap opini audit BPK. Hasil uji ini tidak sejalan dengan penelitian
Nalurita (2015) yang menyatakan bahwa ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan
pemerintah daerah di Indonesia, Atyanta (2011) yang menyatakan bahwa
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
ditemukan kasus kerugian daerah, kekurangan penerimaan, administrasi dan
ketidakefektifan menjadi kendala dalam pencapaian opini WTP dan penelitian
Sunarsih (2010), Khairani (2013) dan Defera (2013) yang menyatakan
ketidakpatuhan
terhadap
peraturan
perundang-undangan
mempengaruhi
pemberian opini tanpa menjelaskan secara rinci bentuk ketidakpatuhan yang
ditemukan.
Ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan berpengaruh tidak
signifikan terhadap opini audit BPK di provinsi Sumatera Utara kemungkinan
disebabkan karena jumlah temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
Universitas Sumatera Utara
60
undangan tahun 2013-2014 tidak dapat menggambarkan materil tidaknya temuan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di provinsi Sumatera
Utara.
5.2.1.3 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit
BPK
Pengujian pengaruh variabel opini audit tahun sebelumnya terhadap opini
audit BPK menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya beerpengaruh
signifikan terhadap opini audit BPK. Hasil uji ini sejalan dengan hasil penelitian
Fatima Desi, Ria Nelly Sari & M. Rusli (2014) yang menyatakan bahwa opini
tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini WTP dan penelitian
Luh (2014) yang menyatakan bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap opini audit pada pemerintah daerah.
Opini tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit BPK di provinsi
Sumatera Utara untuk tahun 2013-2014 karena Laporan keuangan pemerintah
daerah yang tahun sebelumnya mendapatkan opini WTP kemungkinan dapat
mempertahankan opini WTP pada tahun berikutnya karena perbaikan atas
kelemahan laporan keuangan pemerintah daerah tersebut tidak sebanyak laporan
keuangan pemerintah daerah dengan opini selain WTP dan pemerintah daerah
yang belum mencapai WTP dapat menjadikan kesalahan tahun sebelumnya
sebagai bahan pertimbangan untuk tidak melakukan hal yang sama ditahun
berikutnya, dengan demikian diharapkan pemerintah daerah dapat memperoleh
opini yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
61
5.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Dari hasil uji residual menunjukkan bahwa koefisien regresi bernilai
negatif dan nilai signifikasi lebih besar dari nilai α sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel tindak lanjut tidak memoderasi hubungan sistem pengendalian
intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan opini audit
tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK di provinsi Sumatera Utara untuk
tahun 2013-2014, hal ini kemungkinan disebabkan karena status temuan yang
telah ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah tidak bisa diperoleh setiap saat,
berhubung BPK dalam menetapkan status tindak lanjut temuan yang diserahkan
oleh pemerintah daerah harus melalui keputusan tim khusus yang menangani
tindak lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis yang telah diuraikan
pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan:
1. Sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan opini audit tahun sebelumnya secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap opini audit BPK di provinsi Sumatera Utara.
2. Sistem pengendalian intern secara parsial berpengaruh tidak signifikan
terhadap opini audit BPK, hal ini sejalan dengan penelitian Safitri (2014) yang
menyatakan bahwa sistem pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap
opini audit pada pemerintah daerah, ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap
opini audit BPK, dan opini audit tahun sebelumnya secara parsial berpengaruh
signifikan, Hal Ini sejalan dengan penelitian Fatima Desi, Ria Nelly Sari & M.
Rusli (2014) yang menyatakan bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh
terhadap penerimaan opini WTP dan penelitian Luh (2014) yang menyatakan
bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit
pada pemerintah daerah.
3. Variabel Tindak lanjut BPK tidak memoderasi hubungan sistem pengendalian
intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan opini
audit tahun sebelumnya terhadap opini audit BPK.
62
Universitas Sumatera Utara
63
6.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang ada pada penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini terbatas pada pengolahan data sekunder dan tanpa melakukan
wawancara dengan pejabat yang berwenang sehingga kurang obyektif.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit BPK dalam penelitian ini adalah
sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan opini audit tahun sebelumnya. Sebaiknya peneliti selanjutnya
menambahkan variabel lain yang kemungkinan masuk ke dalam faktor-faktor
yang mempengaruhi opini audit BPK seperti motivasi auditor, pengalaman
auditor dan lain-lain.
6.3
Saran
1.
Agar hasil penelitian lebih obyektif, disarankan kepada peneliti selanjutnya,
disamping menggunakan data sekunder, hendaknya melakukan wawancara
dengan pejabat yang berwenang.
2.
Penelitian ini memiliki keterbatasan, untuk itu disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk menambahkan variabel lain seperti motivasi auditor,
pengalaman auditor dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara