Politik Pembangunan Lingkungan Lembaga Swadaya Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman modern ini pembangunan menjadi salah satu aspek yang terus
bergerak dan berkembang dengan sangat cepat.Khususnya setelah jatuhnya rezim
Orde Baru dan berganti dengan zaman Reformasi.Baik pemerintah maupun
swasta, berlomba-lomba menggalakkan pembangunan di Indonesia.Pembangunan
ini mencakup hampir seluruh wilayah di perkotaan maupun di daerahdaerah.Tetapi dengan semakin maraknya pembangunan, hingga terkadang
mengabaikan aturan-aturan, norma-norma, batas-batas yang telah ada.Tidak
jarang pula pembangunan yang pada awalnya diharapkan membawa dampak baik,
kesejahteraan, kemakmuran bagi masyarakat malah membawa dampak yang
buruk.Di saat pemerintah tidak dapat mengambil tindakan dan memberikan batas
yang jelas dalam membatasi pembangunan, maka muncullah lembaga-lembaga
independen di luar pemerintah yang menyoroti kasus-kasus tersebut.
Pembangunan dapat didefinisikan sebagai satu proses yang mana
membolehkan kehidupan manusia merealisasikan potensi, membina keyakinan
serta membawa kehidupan ke arah kemuliaan penuh makna yang membebaskan
manusia dari rasa takut untuk meminta dan dieksploitasi dan merupakan
pergerakan yang menjauhkan dari penindasan politik, ekonomi, dan juga sosial.


Universitas Sumatera Utara

Pembangunan melibatkan proses menyusun dan mengorientasi semua sistem
ekonomi dan sosial. 1
Politik pada umumnya dapat diartikan sebagai bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. 2Sedangkan
pengertian dari politik pembangunan itu sendiri adalah kebijakan-kebijakan
pemerintah untuk melaksanakan pembangunan. Politik pembangunan biasanya
terkait dengan grand design atau grand strategic sebuah bangsa dalam
mewujudkan sebuah visi, misi, serta program-program pembangunan yang akan
ditempuhnya.
Lingkungan pada saat ini sudah menjadi isu internasional, hal ini
dikarenakan kegiatan perekonomian yang cenderung mengeksploitasi sumber
daya alam secara berlebihan.Salah satu faktor utama penyebab kerusakan
lingkungan yang paling parah adalah manusia.Manusia menggunakan sumber
daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Namun terkadang manusia
melampaui batas dan tidak pernah puas.Hal ini menyebabkan lahirnya teori Politik
Hijau.Teori Politik Hijau memberikan kritik terhadap manusia yang telah menjadi
aktor dominan dalam perusakan lingkungan.Politik Hijau juga biasa dikenal

sebagai Politik Lingkungan.Politik Lingkungan ini biasanya berkaitan dengan
politik penguasaan dan pemilikan sumber daya alam dan juga perdagangan

1

http://www.slideshare.net/muhammadanuar/sksj2093-analisis-pilihan-raya. Diakses pada tanggal 17 Jan
2015 pukul 01:07
2
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Hal 8

Universitas Sumatera Utara

produknya.Politik Lingkungan juga berkaitan dengan peranan politik para pihak
dalam memperjuangkan keadilan dan kelestarian lingkungan.
Mulai

saat

itu


banyak

bermunculan

kembaga-lembaga

swadaya

masyarakat yang memperjuangkan masalah lingkungan tersebut.Lembaga
swadaya masyarakat atau yang biasa disingkat dengan LSM adalah sebuah
organisasi yang didirikan oleh perorangan maupun sekelompok orang yang secara
sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dari kegiatan yang dilakukan tersebut. 3
Di Indonesia sendiri, untuk mengatasi isu kerusakaan lingkungan tersebut
maka berdirilah lembaga swadaya masyarakat yang dikenal dengan Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia atau biasa disingkat dan selanjutnya akan disebut
dengan WALHI. WALHI merupakan organisasi lingkungan hidup independen,
non profit, dan terbesar di Indonesia. 4 WALHI didirikan pada tanggal 15 Oktober
1980 sebagai reaksi dan keprihatinan atas ketidakadilan dalam pengelolaan
sumber daya alam dan sumber-sumber kehidupan, sebagai akibat dari paradigma

dan proses pembangunan yang tidak memihak keberlanjutan dan keadilan.
WALHI merupakan forum kelompok masyarakat sipil yang terdiri dari organisasi
non-pemerintah, kelompok pecinta alam, dan kelompok swadaya masyarakat.
WALHI terdapat di 27 provinsi dengan 479 organisasi anggota dan 156 anggota
individu yang secara aktif berkampanye di tingkat lokal dan nasional. Salah
satunya adalah WALHI Sumatera Utara.Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
3

http://www.wikipedia.com/lembaga-swadaya-masyarakat. Diakses pada tanggal 18 Jan 2015 pukul 09.43
Ibid.

4

Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara atau WALHI-SU didirikan pada tanggal 15 Oktober 1980.Peranan
WALHI terhadap lingkungan hidup di Indonesia cukup besar, dan salah satu yang
menjadi perhatian khusus dari WALHI-SU adalah pembangunan dan pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sumatera Utara.
Definisi dari Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah air yang mengalir

pada suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi dimana air tersebut berasal
dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. 5 Di Sumatera
Utara sendiri terdapat 71 DAS, yang terdiri dari 20 DAS yang masuk dalam
Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS Wampu Sei Ular, dan 51 DAS yang
masuk SWP DAS Asahan Barumun. Bila berkaca pada Undang-Undang Nomor
26 tahun 2007 tentang Tata Ruang mengamanatkan minimal 30% dari luas DAS
berupa kawasan hutan dalam rangka pelestarian lingkungan hidup, maka sangat
sedikit DAS di Sumatera Utara yang memenuhi syarat minimal yang dinyatakan
Undang-Undang tersebut. Pada SWP DAS Wampu Sei Ular, hanya 20% (4 dari
20 unit DAS) saja yang tutupan hutannya yang memenuhi persyaratan minimal
UU No. 26 tahun 2007 tersebut, yakni DAS Batang Serangan, DAS Besitang,
DAS Singkil dan DAS Wampu. Keempat unit DAS yang luas hutan memenuhi
syarat minimal UU tersebut adalah DAS yang bagian hulunya termasuk dalam
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). DAS Deli yang melewati Kota Medan,
tutupan hutannya hanya 5,21% jauh dari syarat minimal 30%. 6

5

Ibid. Diakses pada tanggal 18 Jan 2015 pukul 09.55
http://onrizal.wordpress.com/potret-das-di-sumatera-utara/ Diakses pada tanggal 18 Jan 2015 pukul 14.08


6

Universitas Sumatera Utara

Diagram Batang 1.1:
Proporsi Luas Tanah Berdasarkan Penutupan Lahan di SWP DAS Wampu
SUMUT tahun 2010

Wahana Lingkungan Hidup wilayah Sumatera Utara (WALHI-SU)
merupakan Lenbaga Swadaya Mayarakat (LSM) yang menjadi salah satu pressure
group yang mengawasi pembangunan di kawasan DAS di Sumatera Utara.
WALHI-SU menjadikan DAS salah satu isu penting saat ini dimana menurut
WALHI-SU realitas pembangunan DAS khusunya di Sumatera Utara masih
menerapkan manajemen berbasis modal atau kapital, dan menurut mereka
pemerintah atau negara belum mampu menerapkan manajemen pengelolaan DAS
yang mampu menjawab secara utuh aspek ekologis, ekonomis, dan juga sosial
yang komprehensif. 7

7


http://walhisumut.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 Jan 2015 pukul 14.25

Universitas Sumatera Utara

A.1DAS Deli dan Permasalahannya
Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di kota
Medan. Daerah Aliran Sungai Deli masuk dalam Satuan Wilayah Pengelolaan
(SWP) Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu Sei Ular. Mulanya, pada masa
Kerajaan Deli, sungai merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain. Saat ini
luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59
persen dari 48.162 hektar, panjang 71,91 kilometer (km), dan lebar 5,58 km. DAS
Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas
140 hektar, atau 30 persen dari luas DAS.
Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli, 70 persen
diantaranya di akibatkan limbah padat dan limbah cair. Limbah domestic padat
atau sampah yang dihasilkan di kota Medan1.235 ton per hari.
Luas DAS Deli mencapai 48.162 Ha, dengan fungsi yang sangat vital bagi
kehidupan masyarakat kota Medan. DAS Deli merupakan penyumbang sumber air
terbesar bagi penduduk kota Medan yang mencapai 320.000 satuan sambungan.

Jika

kekurangan air atau harus memerlukan biaya yang besar untuk bisa

mendapatkan air bersih. Seperti halnya DAS-DAS lain di Indonesia, DAS Deli
juga menghadapi permasalahan yang hampir serupa yaitu kurangnya tutupan
lahan yang berupa htutan, degradasi lahan-lahan pertanian, sering terjadi bencana
banjir pada musim penghujan, maupun juga pencemaran sungai.
Hasil analisis dari Environmental Services Program USAID diperoleh
hasil bahwa besarnya tutupan vegetasi (termasuk kebun masyarakat dan kawasan

Universitas Sumatera Utara

mangrove) hanya 15 persen, lahan kritis dan pemukiman mencapai 34,3 persen,
kawasan budidaya sebesar 45,5 persen, dan badan air hanya tersisa sebesar 0,29
persen. Besarnya tutupan lahan yang hanya 15 persen belum cukup memadai
untuk sebuah kondisi DAS yang ideal, terlebih lagi jika hutan negara yang berada
dalam kawasan DAS Deli ini hanya 7,59 persen. 8
Salah satu permasalahan yang juga menjadi faktor mengapa masyarakat
tidak mempunyai perhatian terhadap Sungai Deli dan segala permasalahannya

adalah karena banyak yang belum tahu definisi DAS dengan baik. Selama ini
berdasarkan pengalaman penulis berdiskusi dengan masyarakat, masih banyak
yang mempunyai pemahaman bahwa yang dimaksud dengan kawasan DAS
adalah areal yang berada kuran lebih 50 sampai 100 m di kanan dan kiri sungai.
Areal yang berada di dalam jarak 50 sampai 100 meter adalah merupakan
kawasan sempadan sungai, sedangkan DAS mempunyai cakupan yang lebih luas
sebagaimana definisi yang telah dikemukakan di muka.
Ditambah lagi pada tingkat kegiatan operasional program dan kegiatan
dari dua lembaga yang terkait dengan pengelolaan DAS secara langsung tampak
belum sinkron antara Depkimpraswil dengan Dinas Teknis terkait dibawah
pemerintah daerah. Hal ini disebabkan oleh karena masih adanya perbedaan
pemahaman atas wilayah pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Satuan
Wilayah Sungai (SWS) yang mempunyai dimensi berbeda.

8

www.environmentalserviceprograme-USAID. Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 10.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


Merujuk pada definisi DAS yang telah disebutkan di muka maka yang
terlibat dalam menjaga kelestarian sungai Deli tidak hanya masyarakat yang
berada dalam sempadan Sungai Deli saja tetapi seluruh masyarakat yang tinggal
di dalam kawasan DAS Deli yang meliputi 3 wilayah pemerintahan yaitu
Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan.
Pelaksanaan otonomi daerah memberi kewenangan lebih luas bagi
pemerintah daerah dalam pengaturan dan penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan pembangunan dalam wilayah administratifnya masing-masing. Batas wilayah
administratif sering tidak sama dengan batas DAS (Daerah Aliran Sungai) yang
secara ekologis menjadi unit pengelolaan SDA. Konsekuensi dari hal tersebut
adalah timbulnya konflik dalam pengelolaan SDA yang melintasi beberapa
wilayah administratif, misalnya aliran air (sungai) lintas kabupaten /kota, lintas
propinsi, atau lintas negara. Konflik pengelolaan SDA lintas regional sebenarnya
tidak perlu terjadi, ketika berbagai pihak mampu memahami bahwa batas aliran
SDA mengikuti batas ekologis (DAS) yang terbentuk secara alami sebelum batas
administratif ditetapkan oleh penduduk.
Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan DAS Deli dan juga DAS-DAS
lain di Indonesia nampaknya bukan semata-mata terletak pada hal teknis, tetapi
pada masalah kelembagaan pengelolaan DAS dan lemahnya kebijakan publik,
khususnya


menyangkut

lemahnya

pertanggung-gugatan(accountability)

pengelolaan DAS dan sumberdaya air yang merupakan sumberdaya publik. Selain
itu, pendekatan teknis yang telah dan akan dilakukan belum menggunakan DAS

Universitas Sumatera Utara

sebagai unit analisis, tetapi cenderung bersifat parsial, sektoral atau terkait
dengan kewenangan wilayah administratif tertentu. Setiap Kabupaten atau
Pemerintahan Kota mempunyai program dan kebijakan sendiri-sendiri terkait
dengan pengelolaan sumberdaya daya yang terdapat di dalam satu kawasan DAS
yang sama tanpa melakukan koordinasi.
Kelembagaan yang memiliki mekanisme koordinasi yang jelas dan dapat
dipertanggung-gugatkan kepada publik merupakan kebutuhan yang secara serius
perlu

dipertimbangkan

oleh

seluruh

pemangku

kepentingan

(stakeholders).Sebagai sebuah konsep, pentingnya koordinasi telah disadari oleh
berbagai pihak, namun sebagai sebuah proses riil, koordinasi cenderung menjadi
keranjang sampah bagi kegagalan berbagai pihak dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya.
Lemahnya ukuran kinerja keberhasilan pengelolaan DAS yang semestinya
dipertanggung-gugatkan dihadapan publik memastikan bahwa telah terjadi
disorientasi tujuan pengelolaan DAS sebagai sumberdaya publik. Untuk mencapai
tujuan pengelolaan DAS terpadu sebagaimana yang diharapkan, berbagai proses
partisipatif yang bertujuan untuk membangun kapasitas bersama merupakan
syarat keharusan.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa
masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan
perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang

Universitas Sumatera Utara

menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau
dicari jalan pemecahannya, atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan
pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan
diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah. 9
Berdasarkan penjelasan di atas, dan latar belakang masalah, peneliti
mencoba merumuskan permasalahan, yaitu: “Bagaimanakah peran WALHI-SU
dalam pengawasan pembangunan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Kota
Medan di Sumatera Utara?”
C. Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian, perlu membuat pembatasan masalah
terhadap apa yang diteliti dengan tujuan untuk memperjelas dan membatasi ruang
lingkup penelitian dan hasil penelitian tidak menyimpang dari tujuan awal
penelitian yang ingin dicapai. Pada penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada
daerah aliran sungai Deli Kota Medan yang ditangani oleh Wahana Lingkungan
Hidup daerah Sumatera Utara (WALHI-SU).
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.

Untuk

mengetahui

peran

WALHI-SU

dalam

pengawasan

pembangunan daerah aliran sungai Deli Kota Medan.

9

Husani Usman dan Purnomo.2004. Metodelogi Penelitian Sosial. Bandung: Bumi Aksara. Hal: 26.

Universitas Sumatera Utara

2.

Untuk menganalisis kinerja Lembaga Swadaya Masyarakat yaitu
WALHI-SU dalam upaya memperjuangkan lestarinya daerah aliran
sungai Deli Kota Medan di wilayah Sumatera Utara.

E. Manfaat Penelitian
Penelitan ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi peneliti
maupun bagi orang lain. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan baru
bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan berfikir untuk
menulis karya ilmiah.
2. Secara teoritis maupun metodologis studi ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman
studi terhadap pembangunan daerah aliran sungai di provinsi
Sumatera Utara khususnya.
3. Secara akademis, dapat menjadi bahan acuan ataupun referensi
bagi para mahasiswa ilmu politik di Indonesia.
4. Penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan serta
informasi kepada masyarakat tentang pentingnya wilayah daerah
aliran sungai.

Universitas Sumatera Utara

F. Kerangka Teori
Teori merupakan seperangkat proporsi yang menggambarkan suatu gejala
terjadi seperti itu.Proporsi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas
beberapa konsep dalam bentuk hubungan sebab-akibat.Namun, karena di dalam
teori juga mengandung konsep teoritis, berfungsi menggambarkan realitas dunia
sebagaimana yang dapat diobservasi. 10Di dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah,
kerangka teori merupakan bagian yang sangat penting. Hal ini dikarenakan di
dalam kerangka teori akan dimuat teori-teori yang relevan dalam menjelaskan
permasalahn yang sedang diteliti. Penggunaan teori penting kiranya dalam
menelaah suatu masalah atau fenomena, sehingga masalah atau fenomena tersebut
dapat diterangkan secara eksplisit dan sistematis. Oleh sebab itu perlu disusun
yang namanya kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang
menggambarkan diri dari sudut mana masalah penelitian itu akan ditelah. 11
Di dalam penelitian ini penulis akan memaparkan teori-teori yang
merupakan landasan berpikir masalah-masalah penelitian yang sedang disoroti.
F.1 Pergerakan Sosial (Social Movement)
Teori gerakan sosial politik terbagi menjadi dua tipe yaitu gerakan sosial
politik lama (Old Social Movement) dan gerakan sosial politik baru (New social
Movement). Pembagian dua tipe gerakan tersebut akan memberikan sebuah ciri
dan penjelasan yang berbeda dari keduanya.

10

M. Arif Nasution, dkk. 2008. Metode Penelitian Sosia., Medan: Fisip Usu Press. Hal 76-77.
Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Hal
40.
11

Universitas Sumatera Utara

Kelompok kepentingan juga memiliki pengertian yang berbeda dari partai
politik. Seperti yang diungkapkan oleh Ramlan Surbakti bahwa kelompok
kepentingan (Interest Group) ialah sejumlah orang memiliki kesamaan sifat,
sikap, kepercayaan dan/atau tujuan, yang sepakat mengorganisasikan diri untuk
melindungi dan mencapai tujuan. Memusatkan perhatian pada bagaimana
mengartikulasikan kepentingan tertentu kepada pemerintah sehingga pemerintah
menyusun kebijakan yang menampung kepentingan kelompok. 12. Mereka juga
tidak memperjuangkan kursi dalam parlemen karena menganggap badan itu telah
berkembang menjadi terlalu umum sehingga tidak sempat mengatur masalahmasalah yang lebih spesifik dan cenderung memfokuskan diri pada satu masalah
tertentu saja. 13Contoh-contoh kelompok kepentingan adalah organisasi buruh,
petani, guru, dan lain-lain, kelompok tersebut selalu melakukan tawar menawar
kepada pemerintah agar membuat sebuah kebijakan yang memberikan
keterpihkan terhadap kepentingan yang mereka perjuangkan.
Gerakan sosial politik merupakan wujud partisipasi masyrakat dalam
politik yang memiliki pengertian yang berbeda dengan partai politik maupun
kelompok kepentingan. Gerakan sosial ini muncul dikarenakan adanya
ketidaksamaan antara harapan dengan kenyataan atau yang biasa dikenal dengan
nama deprivasi relatif. Adapaun gerakan sosial politik ini juga memilik kesamaan
dengan kelompok bentukan masyarakat seperti dua contoh diatas yaitu partai
politik dan kelompok kepentingan.Mereka mempunyai sebuah tujuan yang
12
13

Surbakti,Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal 140.
Prof. Budiarjo,Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 383.

Universitas Sumatera Utara

diperjuangkan, selain itu ketiganya juga memiliki ideologi yang dijadikan dasar
pemikiran dan perjuangan. Akan tetapi gerakan sosial tidak memilik tujuan yang
sama dengan kelompok kepentingan maupun partai politik, partai politik lebih
menekankan pada perebutan kekusaan dan mempertahankannya. Sedangkan
kelompok kepentingan lebih menekankan pada regulasi kebijakan yang berusaha
memihak kepentingan yang mereka perjuangkan.
Gerakan sosial politik sejatinya dibagi dua jenis yang berbeda, yaitu
gerakan sosial lama (Old Social Movement) dan gerakan sosial baru (New Social
Movement).Gerakan sosial lama bercirikan memiliki struktur organisasi (rantai
komondo kepemimpinan), ada pelekat ideologi (dasar pemikiran yang digunakan
sebagai landasan perjuangan), harus “go public” artinya kelompok itu memiliki
identitas yang jelas dan dikenal oleh khalayak umum.Contoh organisasi ini adalah
kelompok-kelompok mahasiswa, kelompok agama seperti Nadhatul Ulama dan
Muhammadiyah, dan kelompok masyarakat atau ormas. Gerakan sosial lama
menekankan bahwa politik selalu berbicara kepentingan orang banyak yang harus
diperjuangkan ke pemerintah.Anggota dari gerakan sosial bisa dikatakan lebih
plural dengan kata lain memiliki tiap anggota memiliki latar belakang yang
berbeda-beda. Terkadang gerakan sosial ini dalam pergerakannya bisa sangat
bersifat revolusioner dalam melakukan aksinya.Mereka dalam melakukan aksinya
dilatar belakangi oleh kegelisahaan atau kekecewaan terhadap kebijakan maupun
pemerintahan.

Universitas Sumatera Utara

Hal berbeda nampak sekali pada gerakan sosial baru (New Social
Movement).seperti yang diucapkan oleh Miriam Budiarjo dalam bukunya DasarDasar Ilmu Politik “Dasar dari kelompok ini adalah “protes”. Mereka sangat kritis
terhadap cara-cara berpolitik dari para politisi dan pejabat, dan merasa
“terasingkan” (alienasi) dari masyarakat. Mereka menginginkan desentralisasi dari
kekuasaan negara, desentralisasi pemerintah, partisipasi dalam peningkatan
swadaya masyarakat (self help), terutama masyarakat lokal. Tujuannya antara lain
meningkatkan kualitas hidup (quality of life). Salah satunya caranya ialah dengan
mendirikan berbagai kelompok yang peduli pada masalah-masalah baru seperti
lingkungan, gerakan perempuan, hak asasi manusia, dan gerakan antinuklir”. 14
Selain itu gerakan sosial baru ini lebih menekankan kebebasan pada gerakan
mereka itu sendiri seperti tidak memliki struktur organisasi (adanya rantai
komando), tidak terbirokratisasi, mempunyai kepentingan atau issue perjuangan
yang sama.
Gerakan sosial baru juga mempunyai bahwa politik tidak selamanya soal
kepentingan orang banyak.Hubungan antara individu dan kolektivitas kabur,
gerakan-gerakaninilebih

sering

dilaksanakan

dengan

kegiatan

individual (individual actions) dibanding melalui kelompok termobilisasi. Selain
itu gerakan sosial baru beranggapan bahwa kepentingan personal juga harus
dimasukkan dalam kebijakan politik atau “personal is political” sebagai contoh
bahwa orientasi sexual seseorang merupakan hak yang harus diperjuangkan.

14

Prof. Budiarjo,Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 384

Universitas Sumatera Utara

Gerakan sosial baru nantinya akan membentuk sebuah identitas politik tersendiri
dari anggotanya, contohnya adalah gerakan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and
TransGender) yang menginkan adanya perhatian pemerintah terutama pengakuan
identitas terhadap kelompok-kelompok tersebut. Contoh yang lainnya adalah
kelompok aktivis lingkungan hidup atau lebih dikenal dengan nama Green
Movement dan masih banyak lainnya yang fokusnya berusaha menekan
pemerintah untuk lebih perhatian dengan diluar kepentingan materiil.
F.2 Kelompok Penekan
Partai-partai politik berjuang sekuat tenaga untuk memperoleh kekuasaan
dan melaksanakan kekuasaan tersebut dengan memilih walikota, senator-senator,
dan wakil-wakil rakyat, dan dengan memilih menteri ataupun kepala negara.
Kelompok penekan sebaliknya, tidak langsung mengambil bagian dalam
memperoleh kekuasaan secara langsung atau dalam melancarkan kekuasaan itu
sendiri : mereka bertindak untuk mempengaruhi kekuasaan sementara tidak
terlibat didalamnya. Mereka melncarkan “tekanan-tekanan” atas kekuasaan yang
sedang berjalan (dari situlah muncul asal mula istilah Pressure Group
diperkenalkan di Prancis tahun

1962). 15Kelompok Penekan ini berusaha

mempengaruhi orang-orang yang memegang dan menjalankan kekuasaan, bukan
untuk menempatkan orang-orang mereka sendiri dalam posisi yang memegang
kekuasaan, setidaknya penempatan itu tidak dilakukan secara resmi.Kelompokkelompok penekan tertentu sebenarnya mempunyai wakil-wakil mereka di
15
Murice Duverger. Party Politics and Pressure Groups A Comparative, dialihbahasakan oleh Laila Hasyim,
disunting oleh Affan Gafar. 1984. Partai Politik dan Kelompok Penekan. Bina Aksara. Hal 119.

Universitas Sumatera Utara

pemerintahan dan badan-badan legislative, tetapi hubungan antara individu
dengan kelompok penekan yang mereka wakili tetap rahasia atau sangat hatihati. 16
Penentuan kelompok penekan berdasarkan berikut :
F.2.1. Kelompok Eksklusif dan Kelompok Parsial
Suatu kelompok penekan bersifat eksklusif apabila ia hanya menyangkut
soal mengambil tindakan dalam bidang politik saja, dengan memberikan tekanan
atas kekuasaan politik. Yaitu organisasi-organisasi yang mengadakan campur
tangan dengan pekerjaan-pekerjaan para senator-senator, anggota kabinet, dan
pejabat-pejabat tinggi pemerintahan lainnya.Sedangkan kelompok parsial adalah
apabila kegiatan politik hanyalah merupakan salah satu bagian saja dari
aktivitasnya. Apabila kelompok ini mempunyai alasan-alasan lain untuk
eksistensinya dan mempunyai rencana tindakan lain maka dapat melakukan suatu
gerakan besar seperti turun ke jalan-jalan.
F.2.2. Kelompok Resmi dan Kelompok Swasta
Terdapat dua jenis kelompok resmi.Pertama, badan-badan resmi
pemerintah yang bertindak sebagai kelompok penekan untuk membela
kepentingan-kepentingan badan yang diwakilinya.Kedua, terdiri atas pejabatpejabat pemerintahan yang membentuk suatu persaudaraan di antara mereka yang
berlangsung secara rahasia yang merencanakan untuk membentuk monopoli pos-

16

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

pos jabatan tertinggi dalam administrasi negara sehingga keberadaannya dapat
menimbulkan pengaruh yang besar.
Sedangkan kelompok swasta cenderung didirikan sebagai perpanjangan
tangan pihak asing agar dapat ikut terlibat dalam perputaran ekonomi, politik,
ataupun aspek lainnya di negara yang ditunjuk.Tekanan-tekanan yang datang dari
kelompok asing juga menciptakan ketergantungan pemerintahan asing pada
kelompok swasta. Pemerintahan asing tersebut yang kemudian menyediakan dana
operasional, program kerja, training dan sebagainya.
F.2.3. Kelompok Penekan Palsu
Istilah kelompok penekan palsu diberikan pada organisasi-organisasi yang
melancarkan tekanan-tekanan politik tetapi pada hakekatnya tidak membentuk
sebuah kelompok penekan.Kelompok ini mencakup sejumlah individu yang
secara bersama-sama membentuk suatu masyarakat kecil.Individu-individu ini
merupakan para ahli dan teknisi yang tidak selalu bekerja untuk organisasi mereka
sendiri, tetapi juga untuk orang atau suatu badan tertentu. Organisasi-organisasi
tersebut adalah :
a) Kelompok Penekan Teknis
Kelompok ini mengadakan kegiatan yang tujuannya memang sengaja hanya
untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk orang banyak secara umum.
a. Komite Pengumpul Dana Kampanye
Membiayai suatu pemilihan adalah merupakan salah satu cara yang
digunakan oleh berbagai kelompok untuk melancarkan tekanan atas

Universitas Sumatera Utara

kekusaan pemerintah dan juga politik. Organisasi bisnis tertentu secara
langsung memberikan dana pada para calon atau partai yang
diusungnya. Organisasi-organisasi bisnis ini biasanya beranggotakan
perusahaan-perusaan besar. Keuntungan yang didapat oleh organisasi
bisnis atau perusahan-perusahaan tersebut adalah jika calon atau partai
yang mereka usung memenangkan pemilu antara lain adalah
kenudahan dalam izin dan undang-undang urusan ketenagakerjaan dan
juga masalah-masalah ekstrem lainnya.
b. Biro-Biro Propaganda Swasta
Cara kerja biro-biro ini adalah membagikan poster-poster, brosurbrosur dan risalah-risalah politik pada partai-partai dan kandidatkandidat yang mengontraknya.
b) Surat Kabar dan Media Massa
Dalam hal tertentu surat kabar dan media massa (televisi dan radio) dapat
dikategorikan sebagai kelompok penekan palsu. Beberapa surat kabar dan media
massa tidak bertindak sebagai kelompok penekan karena mereka adalah
perusahaan bisnis untuk menghasilkan uang. Dari sifat sebenarnya, maka media
massa atau pers, stasiun radio dan televisi berpolitik hanya sampai tahap tertentu.
Mereka bertindak hanya dalam tahap memberikan informasi dan hiburan. Namun
ada juga surat kabar maupun media massa yang meletakkan keuntungan ditempat
kedua. Mereka berusaha mempengaruhi pemerintah, pejabat-pejabat resmi, dan
pendapat-pendapat umum. Pada akhirnya hal ini akan membentuk karakteristik

Universitas Sumatera Utara

kelompok penekan dengan sendirinya.Media massa seperti ini mempunyai
sirkulasi yang terbatas. Mereka menjalankan eksistensinya dibawah sistem patron
dan aturan-aturan yang diberikan oleh sejumlah kecil orang-orang kaya yang
memiliki kepentingan yang sama, yaitu mengabarkan kepada seluruh masyarakat
bahwa telah terjadi kecurangan-kecurangan politik di sekitar mereka.
Jenis-jenis kelompok penekan lainnya adalah Organisasi-organisasi
professional, Organisasi Pertanian (Farm Organization), Organisasi para pekerja,
Organisasi Lingkungan dan Sumber Daya, Kelompok-kelompok Intelektual,
Gerakan Pemuda, Gerakan Wanita dan Organisasi Keluarga, Kelompok Ideologi
Agama, dan lain-lain.
F.3

Politik Pembangunan

Teori-teori

pembangunan

pada

umumnya

berhubungan

dengan

pengalaman negara-negara maju dengan menitikberatkan pada kemajuan dan
perubahan masyarakat yang dianggap mampuh menyelesaikan berbagai persoalan,
khususnya kemiskinan.Proyek-proyek pembangunan yang dilakukan oleh
negaranegara maju atau donor, biasanya ditransformasikan ke negara-negara
berkembang.Karena

itulah

perspektif-perspektif

pembangunan

tradisional

dinegara-negara yang kurang berkembang biasanya mengasumsikan kemungkinan
pembangunan di setiap tempat, modal dan teknologi mungkin dapat disaring dari
pengalaman negara maju untuk negara kurang berkembang. Penyebaran
kapitalisme dipercayai, akan memecahkan masalah kemiskinan, kelaparan,

Universitas Sumatera Utara

kesehatan, dan sebagainya. Dimana inti dari teori pembangunan adalah persoalan
perubahan sosial. 17
Disamping persoalan perubahan sosial, pembangunan juga dimaknai
sebagai sebuah proses dalam demokrasi yang menekankan peran institusi dan
partai politik. Dalam kaitan ini, Burnell & Randal menegaskan bahwa prosesproses politik yang terjadi khususnya di negara negara berkembang sangat
berpengaruh terhadap apa dan bagaimana pembangunan direncanakan ataupun
dihasilkan. Kelompok-kelompok kepentingan, termasuk partai politik dan gerakan
civil society, para elit, pemerintahan berperanan dalam menentukan arah tujuan
pembangunan yang ingin dicapai. Dimana proses demokrasi ataupun tidak
demokrasi yang dijalankan di negara berkembang mempengaruhi bagaimana
keberhasilan dalam pembangunan. Pandangan yang demikian, menegaskan bahwa
konsep pembangunan banyak difahami sebagai proses tahap demi tahap menuju
“modernitas”. Modernitas itu tercermin dalam bentuk kemajuan teknologi dan
ekonomi seperti yang dilakukan oleh negara-negara industri maju. Mansour Faqih
menjelaskan konsep pembangunan sebagai bentuk modernitas dan adopsi dari
pengalaman barat karena menurutnya hal ini berakar pada sejarah barat melalui
apa yang disebut Revolusi Industri. Sedangkan konsep pembangunan di dunia
ketiga, difahami sebagai perbaikan umum dalam standar hidup. Pembangunan
juga difahami sebagai sarana memperkuat negara, terutama melalui proses
industrialisasi yang mengikuti pola yang beragam satu negara kenegara lainnya.
17
Warjio.Dilema Politik Pembangunan PKS, Islam dan Konvesional. Medan: Perdana Publishing.
Hal. 10

Universitas Sumatera Utara

Menurut Warjio (2013), peran pemerintah menjadi subjek utama
pembangunan yakni memperlakukan rakyat sebagai objek, resipient atau
penerima. Pemahaman yang demikian tentang pembangunan memberikan satu
kesimpulan bahwa pembangunan sangat terkait erat dengan proses dan
kepentingan politik lembaga-lembaga internasional ataupun kepentingan negara.
Pembangunan juga merupakan hasil dari proses ataupun kepentingan elit politik
pemerintah ataupun kelompok kepentingan dalam satu negara. 18
Menurut Todaro, pembangunan adalah sebuah proses multi dimensional
yang mencakup berbagai perubahan atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat
dan institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi, pertumbuhan
ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengetasan kemiskinan.
Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan
partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai
kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan
dan kualitas yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih
besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.
Menurut Warjio (2013), Strategi pembangunan pada dasarnya adalah cara
atau jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula
berdasarkan platform yang di buat. Karena itu strategi pembangunan yang baik
akan dapat menghasilkan pencapaian tujuan yang diinginkan secara efesien dan
efektif. Strategi pembangunan mestilah disesuaikan dengan kondisi, potensi yang

18

Warjio. Ibid. 12

Universitas Sumatera Utara

dimiliki dan permasalahan pokok yang dihadapi serta sumber daya yang tersedia
yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan. 19
Pada hakikatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan sosial total
suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa
mengabaikan keragaman kebutuhan dan keinginan individu atau kelompokkelompok sosial yang ada didalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi
kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spritual.
Politik pembangunan sebagai satu konsep diperlukan untuk menjelaskan
bagaimana cara-cara (politik) atau strategi-strategi/aliran tertentu yang digunakan
dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya.Cara atau strategi tertentu ini
dapat dilakukan oleh negara, institusi/organisasi ataupun partai politik. Oleh
demikian, sesungguhnya pembangunan pada nya adalah hasil dari proses politik
baik yang dilakukan oleh pemerintah dengan perang-perangkat lain seperti
lembaga, partai politik atau bahkan kelompok masyarakat. Politik pembangunan
juga diartikan sebagai cara, arah, untuk mencapai tujuan pembangunan, yang
dipilih oleh pemerintah dalam melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih
baik berasaskan nilai-nilai yang dianut suatu negara tertentu dan pada waktu
tertentu. 20
Politik pembangunan adalah satu terminologi yang merupakan gabungan
antara konsep politik dan pembangunan.Konsep politik selama ini banyak
diartikan sebagai perebutan kekuasaan.Menurut para pakar, inti pati politik adalah
19

Ibid. Hal 112.
Ibid. Hal 13.

20

Universitas Sumatera Utara

distribusi kekuasaan.Morgenthau mengistilahkan asas politik dengan thestruggle
for power, perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan. Namun demikian, dari
pengertian diatas, politik sesungguhnya merupakan cara atau strategi untuk
meraih kekuasaan dan dengan itu ia dapat menginplementasikan ide, gagasan atau
ideologi perjuangan baik secara secara individu, kelompok atau negara.
Sama dengan konsep politik, pembangunan juga merupakan satu konsep
yang masih diperdebatkan dan menuai banyak kritik. Misalnya, sekelompok
pemikir yang tergabung Dag Hammarsjkjold Foundation (Swedia) mengajukan
apa yang disebut “Pembangunan yang lain” (Another Delopment). Mereka
percaya pembagunan harus berorientasi kebutuhan, sanggup mempertemukan
keperluan materi dan non materi manusia, berasal dari hati masyarakat, percaya
kepada diri sendiri, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap
masyarakat intinya mengandalkan kekuatan dan sumberdayanya sendiri,
mempunyai pertimbangan ekologis, pemanfaatan secara rasional sumberdaya
biophere, dan didasarkan pada transformasi struktural serta keseluruhan yang
terpadu. Dalam satu hal, kelompok ini menolak gagasan jalan pembangunan yang
universal dan menganjurkan bahwa setiap masyarakat memiliki strateginya
sendiri. 21
Visi pembangunan adalah kondisi objektif pembagunan yang dicitacitakan dimasa depan dapat diwujudkan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam
periode tertentu. Bryson (1955) menjelaskan bahwa visi pembangunan

21

Warjio.Politik Pembangunan Islam Pemikiran dan Implementasi. Medan: Perdana Publishing. Hal. 70-71.

Universitas Sumatera Utara

didefinisikan sebagai kondisi yang ingin dicapai dimasa depan setelah
menyampaikan strategi dan kegiatan pembangunan. Visi pembangunan yang baik
adalah mengakomodasi masalah pokok yang sangat mendasar bagi masyarakat
yang dirumuskan secara konkrit dan jelas serta dapat diwujudkan dalam
kenyataan (operasinalnya) dan bukan hal yang muluk-muluk atau sulit untuk
mewujudkannya. Dari pemahaman seperti itu dapat disimpulkan bahwa visi
pembangunan memberikan paduan mengenai apa yang hendak dicapai pada masa
depan. Masa depan yang ingin dicapai serta yang dicita-citakan. Namun demikian
visipembangunan adalah sebuah gambaran awal yang harus berpijak pada
kenyataan yang diformulasikan dalam satu perancangan yang jelas akan
menyebabkan ketidak tercapaian tujuan pembangunan.
Politik pembangunan sebagai pedoman dalam pembangunan nasional
memerlukan keterpaduan tata nilai, struktur, dan proses. Keterpaduan tersebut
merupakan himpunan usaha untuk mencapai efisiensi, daya guna, dan hasil guna
sebesar mungkin dalam penggunaan sumber dana dan daya nasional guna
mewujudkan tujuan nasional. Karena itu, kita memerlukan sistem manajemen
nasional.Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan penyelenggaraan
siklus kegiatan perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan
kebijaksanaan.Sistem manajemen nasional memadukan seluruh upaya manajerial
yang

melibatkan

pengambilan

keputusan

berkewenangan

dalam

rangkapenyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan
ketertiban sosial, politik, dan administrasi.

Universitas Sumatera Utara

G. Metodologi Penelitian
G.1.Metode Penelitian
Merujuk pada permasalahan yang akan diteliti, penulis menggunakan jenis
penilitian deskriftif. Penelitian deskriptif adalah cara dalam melihat dan
memecahkan masalah dengan melihat data dan fakta dari fenomena dimasa
kekinian. Penelitian deskriptif merupakan sebuah proses pemecahan suatu
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menerangkan keadaaan
sebuah objek maupun subjek penelitian seseorang, lembaga maupun masyarakat
pada saat sekarang dengan berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana
adanya. 22
G.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif.Pada umumnya, penelitian kualitatif ini tidak mempergunakan angka
atau nomor dalam mengolah data yang diperlukan.Data kualitif terdiri dari
kutipan-kutipan

orang

dan

deskripsi

keadaan,

kejadian

interaksi,

dan

kegiatan.Dengan menggunakan jenis data kualitatif, memungkinkan peneliti
mendekati

data

sehingga

mampu

mengembangkan

komponen-komponen

keterangan yang analitis, konseptual, dan kategoris dari data itu sendiri. 23Tipe
paling umum dari penelitian ini adalah penilaian sikap atau pendapat individu,

22

Hadari Nawawi. 1987. Metodelogi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hal: 63.
23
Bruce A. Chodwick. 1991. Social Science Research Method, terj. Sulistia dkk, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial. Semarang: IKIP Semarang Press. Hal: 234.

Universitas Sumatera Utara

organisasi, keadaan ataupun prosedur yang dikumpulkan melalui daftar
pertanyaan dalam survei, wawancara, atau observasi.
G.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
daerah Sumatera Utara (WALHI-SU) yang berada di jalan Sembada VII No.31,
Medan.
G.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian kualitatif terdapat tiga macam teknik dalam
mengumpulkan data, yaitu: 24
1. Wawancara secara mendalam dan terbuka, data yang diperoleh merupakan
kutipan tentang pengalaman, perasaan, dan pengetahuan dari responden
2. Penelaahan terhadap dokumen tertulis (kepustakaan), pencarian catatan
buku-buku, jurnal, surat kabar, catatan organisasi dan lainnya.
G.5. Teknik Analisa Data
Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan data penelitian ini
adalah teknik analisa kualitatif.Analisa yang dilakukan berdasarkan data deskriptif
dari lapangan dimana data diperoleh kejelasan dan permasalahan telah
dirumuskan sebelumnya, kemudia dilakukan penarikan kesimpulan dari hasil
penelitian.

24

Bagong Suyanto, dkk. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana. Hal: 136.

Universitas Sumatera Utara

H. Sistematika Penulisan
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Dalam bab ini akan menguraikan gambaran serta profil lokasi
penelitian sebagai sumber penelitian studi analisis, yaitu profil
WALHI-SU.

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
Pada bab ini akan memuat data dan analisa data yang didapat dari
hasil penelitian yang dilakukan terkait permasalahan yang menjadi
masalah penelitian.

BAB IV

KESIMPULAN
Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari
penelitian yang dilakukan.

BAB II

Universitas Sumatera Utara