Tinjauan Yuridis Atas Tindakan Debitur Yang Menolak Pengosongan Barang Jaminan Yang Dieksekusi Oleh Bank

ABSTRAK
Dalam suatu kredit perbankan, pihak bank selaku kreditur pada umumnya akan
melakukan pengikatan jaminan yang dalam penelitian ini adalah jaminan hak tanggungan
untuk mengamankan penyaluran kreditnya tersebut sesuai ketentuan UUHT No. 4 Tahun
1996. Meskipun pelaksanaan pemberian kredit telah diikat dengan jaminan hak tanggungan
namun pelaksanaanya tetap mengalami permasalahan dalam hal pembayaran kreditur oleh
debitur. Apabila debitur telah dinyatakan wanprestasi maka kreditur berhak melakukan
eksekusi terhadap objek jaminan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penelitian ini
membahas mengenai : 1) Prosedur eksekusi barang jaminan yang diikat dengan Hak
Tanggungan berkaitan dengan perlindungan hukum bagi bank selaku kreditur, 2) Hak debitur
bila terjadi eksekusi terhadap objek Hak Tanggungan, 3) Tindakan kreditur apabila debitur
menolak pengosongan objek jaminan Hak Tanggungan.
Jenis penelitian tesis ini menggunakan penelitian hukum normatif, yang bersifat
deskriptif analitis, dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji
ketentuan peratuarn perundang-undangan yang berlaku mengenai hukum Hak Tanggungan,
hukum kredit perbankan sebagaimana dimuat di dalam UUHT No. 4 Tahun 1996, dan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan untuk memaparkan dan menganalisa
permasalahan yang ada dalam penelitian ini dalam upaya mencari solusi sebagai jawaban
yang benar dalam menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini juga didukung dengan
wawancara dengan pihak-pihak terkait yaitu pejabat bagian kredit dan penanganan masalah
kredit macet di PT Bank UOB Indonesia, Tbk Cabang Batam sebagai kreditur pemegang hak

tanggungan, notaris dan juru sita Pengadilan Negeri Batam.
Dari hasil penelitian diketahui prosedur eksekusi objek jaminan hak tanggungan
adalah apabila debitur telah dinyatakan wanprestasi dalam pembayaran kewajiban hutangnya
yang ditandai dengan pemberian surat peringatan oleh kreditur sebanyak 3 kali dan somasi
dari pengacara yang mewakili kreditur sebanyak 3 kali. Disamping itu kreditur juga telah
melakukan pendekatan secara persuasif kepada debitur, namun tindakan-tindakan yang
diambil oleh kreditur tersebut tidak diindahkan oleh debitur. Setelah memperoleh fiat (ijin)
Pengadilan Negeri Batam kreditur melakukan eksekusi dengan kekuasaan sendiri terhadap
objek jaminan hak tanggungan tersebut. Di dalam pelaksanaan eksekusi yang dilakukan oleh
kreditur maka hak-hak debitur pemberi hak tanggungan tetap harus dilindungi, dimana
setelah dilakukan eksekusi dan dilakukan lelang atas objek jaminan hak tanggungan tersebut
maka kreditur berhak mengambil pelunasan piutangnya dan kelebihan dana lelang objek
jaminan hak tanggungan tersebut bila ada wajib dikembalikan kepada debitur. Sebelum
dilakukan pelaksanaan eksekusi debitur diberi kewenangan untuk menjual sendiri objek hak
tanggungan tersebut namun gagal. Pelaksanaan eksekusi objek hak tanggungan memperoleh
perlawanan dari debitur sehingga kreditur melakukan upaya paksa setelah memperoleh fiat
(ijin) eksekusi dari Pengadilan Negeri Batam dengan meminta bantuan juru sita Pengadilan
Negeri Batam dan juga aparat kepolisian kota Batam. Kreditur sebelum melakukan eksekusi
hak tanggungan hendaknya melakukan negosiasi terhadap kreditur sehingga tidak terjadi
perlawanan pada saat dilaksanakannya eksekusi objek hak tanggungan tersebut. Dalam

pelaksanaan eksekusi objek jaminan hak tanggungan kreditur hendaknya menghormati hakhak debitur sehingga dalam pelaksanaan eksekusi tidak merugikan kepentingan kreditur.
Hendaknya kreditur terlebih dahulu menggunakan pendekatan dan negosiasi kepada debitur
semaksimal mungkin sehingga upaya perlawanan debitur saat pelaksanaan eksekusi dapat
ditekan semaksimal mungkin dan pelaksanaan eksekusi dapat berjalan dengan lancar.
Kata Kunci : Penolakan Pengosongan Objek Hak Tanggungan, Debitur, Eksekusi
oleh Bank Selaku Kreditur

i

ABSTRACT
In banking credit system, the creditor performs a survey in order to find
out the administration completeness of debtor’s personal identity, characters,
occupational prospect, income, etc., by using 4P and 5C methods. Before
extending the credit, the creditor carries out a binding agreement of mortgage
for debtor’s immovable property in order to keep safe the implementation of
the credit. However, a mortgage does not guarantee that the extending of
credit does not have any problem. The problem of nonperforming credit is still
faced by the creditor as the mortgagee. When a debtor is declared default, the
object of the hypothecation (mortgage) is executed by the creditor after getting
fiat (permit) for execution by the District Court.

The research used judicial normative and descriptive analytic methods
by analyzing the prevailing legal provisions, laws, and regulations on legal
protection for creditor as the mortgagee as it is stipulated in Law No. 4/1996
and in law of civil procedure (Rechtsreglement voor de Buitengewesten or
RBg) on confiscation. The research was supported by interviews with the
parties concerned such as the staffs who handle credit extension and
nonconfirming credit in PT Bank UOB Indonesia, TBk Cabang Batam As the
creditor and the mortgagee, notaries, and the bailiff of Batam District Court.
The result of the research shows that the execution procedure of the
mortgage which is bound by hypothecation, related to legal protection for the
bank as the creditor when a debtor is default in paying off his credit, is by
giving warning three times, followed by summons three times to the debtor by
the attorney as the representation of the creditor. Besides that, the creditor
also does persuasive approach toward the debtor although the latter usually
ignores it. After all warnings, summons, and persuasive approach are ignored
by the debtor, the creditor then gets the fiat (permit) from Batam District Court
to do execution on the mortgage. In the process of the execution, the debtor’s
rights are guaranteed and protected. In the execution and the auction of the
mortgage, the creditor only gets his loan back, and the rest of the credit should
be returned to the debtor. Besides that, the implementation of the execution is

carried out after the debtor is given the authority to sell the mortgage but fails.
When the debtor refuses to submit the mortgage in the possible means after
getting fiat (permit) from Batam District Court by asking help from the bailiff
of Batam District Court and the Batam City Subregional Police in the process
of the execution since the mortgage now belongs to the creditor as the
mortgagee.
Keywords : Debtor, Creditor as Mortgagee, Submitting Mortgage

ii