KAJIAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAR

KAJIAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DARI ASPEK KEBIJAKAN DAN
PERUNDANGAN: STUDI KASUS DENPASAR SEWERAGE DEVELOPMENT
PROJECT (DSDP) DAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT)
SUWUNG, KOTA DENPASAR, BALI
Yung Savitri, M. Azwar Ramadhani, dan I Made Wahyu Wijaya
Magister Teknik Sanitasi Lingkungan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Abstrak
Kota Denpasar merupakan tujuan wisata internasional, sehingga pengelolaan lingkungan,
khususnya sanitasi menjadi salah satu prioritas utama bagi pemerintah. Upaya pencegahan masuknya
air limbah domestik yang tidak teroleh telah dilakukan oleh pemerintah melalui Denpasar Sewerage
Development Project (DSDP) sebagai pengolahan air limbah domestik terpusat, serta Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Suwung untuk pengolahan lumpur tinja. Sesuai dengan RTRW
Kota Denpasar, lokasi IPAL DSDP dan IPLT Suwung terletak di luar kawasan tempat suci dan
berbatasan langsung sengan kawasan hutan mangrove. Efluen air limbah tidak mencemari kawasan
perairan di hutan mangrove karena sudah sesuai dengan standard baku mutu kualitas air limbah yang
berlaku. Berdasarkan target pencapaian akses sanitasi bidang air limbah dalam RPJMD Kota
Denpasar 2010-2015, pencapaian pelayanan air limbah baik secara komunal maupun terpusat adalah
62,41%. Dalam operasional dan pemeliharaan fasilitas DSDP, terdapat peraturan daerah yang
mengatur tarif retribusi pelayanan pengolahan air limbah domestik. Saat ini tarif retribusi berdasarkan

Perda Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2011 tentang Retribusi Pengolahan Limbah Cair Domestik
Keyword: Air limbah, DSDP, IPLT Suwung, RTRW, RPJMD

1. Pendahuluan
Kota Denpasar merupakan tujuan wisata
internasional,
sehingga
pengelolaan
lingkungan, khususnya sanitasi menjadi salah
satu prioritas utama bagi pemerintah. Selain
berasal
dari
kegiatan
penduduk
di
permukiman, penyediaan akomodasi bagi para
wisatawan juga menimbulkan peningkatan
produksi air limbah domestik. Air limbah
domestik yang dibuang langsung ke badan air
dapat mencemari badan air dan menurunkan

kualitas air. Upaya pencegahan masuknya air
limbah domestik yang tidak teroleh telah
dilakukan oleh pemerintah melalui Sanitasi
berbasis Masyarakat (Sanimas) untuk
pengolahan skala komunal dan Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP)
sebagai pengolahan air limbah domestik
terpusat skala kawasan, serta Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Suwung
untuk pengolahan tinja.

Sejak tahun 2008, pembangunan
prasarana air limbah terpusat di Denpasar dan
Kawasan Kuta telah beroperasi untuk
menangani air limbah domestik di Kota
Denpasar dan sekitarnya. Perluasan jaringan
terus dilaksanakan diantaranya untuk area
Pedungan di Kecamatan Denpasar Selatan.
Penduduk yang belum terlayani fasilitas IPAL
terpusat masih menggunakan septik tank

untuk mengolah limbah secara individu.
Secara berkala septik tank perlu dikuras
dengan menggunakan jasa sedot tinja dan
disalurka ke IPAL DSDP. Pembangunan IPLT
merupakan upaya untuk mengolah lumpur
tinja secara khusus, sehingga IPAL dapat
beroperasi secara normal. DSDP dan IPLT
Suwung dikelola oleh UPT Pengelolaan Air
Limbah (PAL) Povinsi Bali di bawah Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Bali.
DSDP dan IPLT Suwung sebagai sistem
pengelolaan air limbah domestik dan tinja

skala kawasan merupakan implementasi dari
rencana pembangunan pemerintah pusat dan
daerah pada sektor air limbah. Selain itu,
terdapat regulasi pemerintah setempat yang
mengatur operasional fasilitas DSDP dan
IPLT Suwung. Oleh karena itu, dalam studi
ini, pembangunan sektor air limbah di Kota

Denpasar, khususnya DSDP dan IPLT
Suwung akan dikaji dari segi kebijakan
pembangunan dan perundangan yang terkait.
2. Studi Pustaka
2.1 Air Limbah Domestik dan Lumpur
Tinja
Air limbah domestik adalah air limbah
yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate ), rumah makan
(restauran t),
perkantoran,
perniagaan,
apartemen dan asrama (KepmenLH no
112/2003). Menurut Sugiharto (1987), air
Limbah domestik adalah air yang telah
dipergunakan yang berasal dari rumah tangga
atau pemukiman termasuk didalamnya air
buangan yang berasal dari WC, kamar mandi,
tempat cuci, dan tempat memasak. Lumpur
tinja merupakan hasil proses penguraian tinja

manusia ke dalam tanki septik (Sudarno,
2006).
2.2 Sistem Pengolahan Air Limbah
Terpusat DSDP
Sistem pengolahan air limbah terpusat
(offsite
sanitation )
merupakan
sistem
pembuangan air buangan rumah tangga
(mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang
disalurkan keluar dari lokasi pekarangan
masing-masing rumah ke saluran pengumpul
air buangan dan selanjutnya disalurkan secara
terpusat ke bangunan pengolahan air buangan
sebelum dibuang ke badan perairan (Fajarwati,
2000).
IPAL DSDP memiliki dua kolam
pengolahan air limbah yang beroperasi secara
seri, yakni kolam aerasi dan kolam

sedimentasi. Kolam aerasi berupa kolam
dengan kedalaman 4 meter yang terdiri dari
dua buah kolam dan dilengkapi dengan aerator

sebanyak sebelas buah, yang berfungsi sebagai
pemasok udara (oksigen). Pengolahan yang
dilakukan adalah pengolahan biologis,
sehingga membutuhkan oksigen untuk
menunjang
bakteri
aerobik
dalam
mendegradasi zat organik dalam air limbah. Di
aerated lagoon, air limbah diaduk dengan
aerator untuk menyuplai oksigen untuk
membantu bakteri-bakteri pengurai tetap hidup
selama kurang lebih 2 hari. Dalam sehari
aerasi dilakukan dari jam 23.00 hingga 09.00
karena penelitian-penelitian telah menemukan
bahwa bakteri-bakteri tersebut pada malam

hari lebih membutuhkan oksigen (Biological
Oxygen Demand/BOD), sehingga perlu
dibantu dengan aerasi. Kolam sedimentasi
memiliki kedalaman 2,4 meter dan merupakan
tempat proses lanjutan dari air limbah yang
telah memasuki kolam aerasi. Pada kolam
aerasi, sampah padat biasanya menepi ke
pinggiran kolam karena pengaruh angin dan
penetralisir limbah digunakan bakteri. Air
yang terdapat pada kolam tersebut memiliki
kekeruhan dan kandungan lumpur yang tinggi.
Air dengan kandungan lumpur tersebut
dialirkan ke kolam sedimentasi untuk
diendapkan sehingga lumpur-lumpur yang ada
mengendap ke dasar kolam sedimentasi. Jika
lumpur telah mengendap, maka akan
dilakukan pengerukan untuk mengambil
endapan lumpur tersebut. Proses di kolam
sedimentasi ini memerlukan waktu ± 16 jam.


Gambar 1. Sistem pengolahan air limbah terpusat
DSDP.

mengurangi bau terhadap lingkungan sekitar,
juga untuk para operator.

Gambar 2. Kondisi eksisting sistem pengolahan air
limbah terpusat DSDP.

2.3 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) Suwung
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) adalah instalasi pengolahan air limbah
yang dirancang hanya menerima dan
mengolah lumpur tinja yang akan diangkut
melalui mobil (truk tinja). Pengolahan lumpur
tinja di IPLT merupakan pengolahan lanjutan
karena lumpur tinja yang telah diolah di tangki
septik belum layak dibuang di media
lingkungan. Lumpur tinja yang terakumulasi

di cubluk dan tangki septik yang secara reguler
dikuras atau dikosongkan kemudian diangkut
ke IPLT dengan menggunakan truk tinja
(Oktarina, 2013).

3. Metode Studi
3.1 Jenis Data dan Pengumpulan Data
Studi ini termasuk jenis studi literatur.
Studi literatur yaitu mengumpulkan data
dengan membaca dan mempelajari teori-teori
dan literatur yang berkaitan dengan sistem
pengolahan air limbah terpusat dan instalasi
pengolahan air limbah terpusat. Metode yang
digunakan dalam studi ini adalah metode
deskriptif. Pada metode ini, data yang
berkaitan dengan masalah penelitian berasal
dari buku, modul, jurnal penelitian, peraturan
perundangan yang berlaku. Dalam studi ini
terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,
dan mengintrepretasikan kondisi terkini yang

kemudian dilakukan evaluasi.
Dalam studi ini akan dikaji aspek
kebijakan dan regulasi pemerintahan yang
berlaku terkait pengelolaan air limbah melalui
DSDP
dan
IPLT.
Aspek
kebijakan
pembangunan meliputi RPJMN, RPJMD Kota
Denpasar, RTRW Kota Denpasar dan Renstra
SKPD terkait. Regulasi pemerintahan dalam
studi ini meliputi semua peraturan daerah yang
mengatur operasional DSDP dan IPLT
Suwung.
3.2

Gambar 3. Bak pengaduk lumpur tinja di IPLT Suwung

IPLT Suwung memiliki tangki penerima

lumpur terpadu yang terdiri dari screen,
penangkap pasir dan pemisah lemak, dengan
sistem pencucian sehingga mengurangi bau.
Pemanfaatan lahan juga dapat dikurangi
dengan adanya mesin pengering lumpur untuk
Mempercepat pengeringan dan mengurangi
penggunaan lahan untuk pengeringan lumpur.
Alat penerima lumpur dan bangunan serta
peralatan pengolahan dan pengeringan lumpur
berad dalam ruangan beratap yang dilengkapi
dengan ventilasi dan peredam bau. Selain

Analisis Data
Data-data yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif. Metode analisis deskriptif
dilakukan dengan cara mendeskriptifkan faktafakta yang kemudian dilakukan analisis
terhadap fakta tersebut. Analisis data juga
dilengkapi dengan pemahaman dan penjelasan
penulis.
4. Pembahasan
4.1 Peran DSDP dan IPLT Suwung dalam
Pengelolaan Air Limbah Domestik di
Kota Denpasar
Kota Denpasar sebagai Kota Inti dari
Kawasan Metropolitan Sarbagita (Denpasar,
Badung, Gianyar, Tabanan) membutuhkan
koordinasi dan integrasi pengembangan sistem
prasarana kota, khususnya dalam hal

pembangunan sanitasi, yakni pembangunan
IPAL terpusat dan IPLT. Berdasarkan data
dari Strategi Sanitasi Kota (SSK) Denpasar,
limbah tinja dari masyarakat umumnya
dikelola secara onsite dengan menggunakan
tanki septik. Prosentase penggunaan jamban
dengan tanki septik sebesar 56%, jamban
dengan leaching pit 42%, dan 2% tidak
memiliki
fasilitas
jamban.
Prosentase
pembuangan air limbah domestik ke saluran
drainase
dan
sungai
sebesar
62%,
pembuangan melalui tanki septik/leaching pit
sebesar 26%, dan sebesar 12% dibuang ke
lingkungan sekitar. Untuk pengolahan limbah
secara terpusat (off site), DSDP memiliki
cakupan pelayanan untuk Kota Denpasar
sebesar 30%.
Berdasarkan peta pelayanan penyaluran
air limbah domestik DSDP, area pelayanan
meliputi kawasan permukiman serta kawasan
pariwisata. Kawasan pariwisata meliputi area
Sanur, Seminyak, Legian, dan Kuta. Pada area
tersebut, terdapat banyak fasilitas akomodasi
pariwisata berupa hotel, homestay, restoran,
dan lainnya yang sangat berpotensi
menghasilkan air limbah domestik. Hingga
saat ini, total cakupan pelayanan DSDP
mencapai 250.000 jiwa yang terbagi ke dalam
3 daerah pelayanan, yakni area Denpasar
44,4%, area Sanur 19,4%, dan area Kuta
36,2%. Penyelenggaraan DSDP dan IPLT
Suwung membutuhkan kerjasama antara
pemerintah sebagai pengelola, masyarakat dan
pemilik usaha sebagai konsumen dalam
mengoptimalkan pemanfaatan DSDP dan
IPLT sebagai prasarana pengolahan air limbah
terpusat.
4.2 Aspek Kebijakan dan Perundangan
Pembangunan DSDP dan IPLT
Suwung
Dalam rangka penyehatan lingkungan
permukiman
yang
berkelanjutan,
dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia sehingga masyarakat dapat menjadi
lebih produktif perlu dilakukan pengembangan
sistem pengelolaan air limbah permukiman
yang ramah lingkungan. Dalam upaya

mewujudkan situasi dan kondisi permukiman
sehat yang diinginkan dan memenuhi target
Millenium Development Goals (MDGs) yang
disepakati dalam KTT Millenium PBB bulan
September 2000, diperlukan rencana, program,
dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu,
efisien, dan efektif. Memenuhi Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Permukiman diatur
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No
16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan Dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNPSPAPP)
Dalam Peraturan tersebut diatur 5(lima)
kebijakan yaitu :
Kebijakan 1: Peningkatan akses prasarana dan
sarana air limbah baik sistem on
site maupun off site di
perkotaan dan perdesaan untuk
perbaikan kesehatan masyarakat
Kebijakan 2: Peningkatkan peran masyarakat
dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan pengembangan
sistem pengelolaan air limbah
permukiman.
Kebijakan 3: Pengembangan
perangkat
peraturan
perundangan
penyelenggaraan pengelolaan
air limbah permukiman
Kebijakan 4: Penguatan kelembagaan dan
peningkatan kapasitas personil
pengelolaan
air
limbah
permukiman.
Kebijakan 5: Peningkatan dan pengembangan
alternatif sumber pendanaan
pembangunan prasarana dan
sarana air limbah pemukiman.
4.2.1 Analisis Kebijakan Tata Ruang
Rencana struktur tata ruang wilayah
Kota Denpasar diarahkan untuk meningkatkan
integrasi dan keterkaitan Kota Denpasar
dengan wilayah yang lebih luas, yakni wilayah
nasional, wilayah provinsi dan kawasan
Metropolitan Sarbagita. Berdasarkan Perda
No. 7 Tahun 2011 tentang RTRW Kota

Denpasar,
peraturan
zonazi
sistem
pengelolaan air limbah kota terdiri atas:
1. Pembangunan unit pengolahan limbah
berada di luar radius kawasan tempat
suci
2. Pengembangan
jaringan
tidak
melewati dan/atau memotong kawasan
tempat suci/pura
3. Pembuangan efluen air limbah ke
media lingkungan hidup tidak
melampaui standar baku mutu air
limbah
4. Penataan lokasi, aktivitas dan teknik
pengolahan pada Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL)
Dalam RTRW Kota Denpasar, lokasi
IPAL DSDP terletak di BWK Selatan,
Lingkungan Selatan III, yakni Kelurahan
Pedungan. IPAL tersebut melayani Kawasan
Pusat Denpasar, sebagian Kawasan Denpasar
Selatan, Kawasan Sanur, serta sebagian
Kawasan Kuta. Dilihat dari peta RTRW Kota
Denpasar, lokasi IPAL DSDP terletak
berbatasan dengan kawasan perdagangan dan
jasa serta kawasan lindung, yaitu hutan
mangrove. Meski demikian, efluen yang
dihasilkan tidak akan mencemari badan air di
kawasan hutan mangrove karena kualitas air
limbah telah memenuhi baku mutu yang
berlaku.

Gambar 4. Peta cakupan pelayanan DSDP.

Gambar 5. Peta cakupan pelayanan IPLT Suwung.

Gambar 2. Peta lokasi IPAL DSDP dan IPLT Suwung

Lokasi tersebut sesuai dengan ketentuan
dalam RTRW Kota Denpasar, yakni berada di
luar kawasan tempat suci. Lokasi IPAL DSDP
yang dekat dengan kawasan hutan mangrove
menunjukan bahwa lokasi IPAl berada pada
permukaan tanah yang rendah, sehingga
penyaluran air limbah domestik dari kawasan
permukiman dan kawasan wisata dapat
dilakukan secara gravitasi. Hal tersebut juga
dapat mencegah masuknya air limbah
domestik yang tidak terolah ke badan air, yaitu
pantai secara langsung.
4.2.2 Analisis Kebijakan Pembangunan
Sesuai dengan RPJMN 2010-2015,
Pemerintah
Kota
Denpasar
dibawah
pembinaan Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat
(Kemenpupera)
berkomitmen
mendukung
kebijakan
penanganan
permukiman di perkotaan yang layak huni dan
berkelanjutan dengan penetapan target
RPJMN Bidang Cipta Karya 2010-2015
menuju 100-0-100 (target 100 persen akses air
minum, 0 persen kawasan permukiman kumuh
dan 100 persen akses sanitasi layak). Sasaran
dari RPJMD Kota Denpasar 2010-2015 dalam
bidang pengelolaan air limbah adalah
terwujudnya pelayanan air limbah dan
pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem
pembuangan air limbah serta berkurangnya
pencemaran sungai akibat pembuangan tinja.
Arah kebijakan berupa mempersiapkan
sumber daya manusia pengelola pelayanan air
limbah melalui uji kompetensi, pendidikan,
pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan.
Dalam mewujudkan sasaran tersebut, beberapa
program pembangunan yang direncanakan
adalah sebagai berikut;
1. Fasilitasi
pembinaan
teknik
pengolahan air limbah
2. Rehabilitasi/pemeliharaan sarana dan
prasarana air limbah
3. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
Prioritas pembangunan dan pengelolaan air
limbah Kota Denpasar meliputi:
1. Pengembangan prasarana dan sarana
sistem air limbah terpusat (offsite)
maupun komunal
2. Peningkatan pengelolaan sistem air
limbah setempat (onsite )
3. Penanganan air limbah berbasis
masyarakat tanpa subsidi
Berdasarkan hasil evaluasi RPJMD Kota
Denpasar tahun 2013, prosentase pelayanan air
limbah domestik di Kota Denpasar adalah
62,41% dari target capaian 72%.
Kebijakan pemerintah untuk membangun
IPLT bertujuan agar jasa penguras lumpur
tinja tidak membuang lumpurnya di
sembarang tempat. Demikian pula IPAL dapat
beroperasi dengan optimal. Dalam Organisasi
Perangkat Daerah Kota Denpasar, IPLT dan
IPAL dikelola oleh UPT Pengelolaan Air
Limbah Bali dibawah Dinas PU Provinsi Bali.

Untuk bidang sanitasi ada tiga bidang
yang ditangani, yaitu air limbah, persampahan,
dan drainase. Definisi sanitasi sendiri secara
internasional memang lebih kepada air limbah.
Seperti family tree di atas, tantangan di bidang
air limbah dan persampahan meliputi angka
angka capaian yang memerlukan pendanaan
besar untuk menyediakan infrastruktur,
kesadaran masyarakat terhadap Pola Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), komitmen Pemda,
dan kelembagaan.
Pembangunan IPAL sebagai implementasi
dari kebijakan pengelolaan air limbah secara
offsite dan kebijakan pengelolaan limbah
secara onsite dengan dukungan adanya IPLT
di Suwung Kota Denpasar, ini merupakan
salah satu kegiatan strategis Direktorat
Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat melalui Satuan
Kerja PAMS Provinsi Bali. Seperti kegiatan
strategis lainnya, proses pembangunan IPLT
terus dipantau langsung oleh Menteri PUPR.
IPLT dan IPAL dikelola oleh UPT
Pengelolaan Air Limbah Bali di bawah Dinas
PU Provinsi Bali.

Gambar 3. Peta pengembangan pelayanan DSDP

Gambar 4. Prosentase jumlah penduduk yang telah
terlayani DSDP di area Denpasar, Sanur, Legian

Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Permukiman, merupakan acuan bagi
setiap kegiatan yang terkait dengan
penyelenggaraan
sistem
air
limbah
permukiman. Tentunya kebijakan dan strategi
ini memerlukan penyesuaian sesuai dengan
karakteristik, kondisi serta permasalahan dari
masing-masing daerah yang bersangkutan.
Wewenang dan tanggung jawab dalam
pengendalian pencemaran dan perusakan
lingkungan
hidup
dalam
peraturan
perundangan dimiliki oleh pemerintah.
Gubernur beserta bupati/walikota merupakan
pejabat yang memiliki kewenangan untuk
menetapkan kebijakan dan tindakan-tindakan
untuk
pengendalian
pencemaran
dan
perusakan
lingkungan
hidup
serta
mengembangkan
pendanaan
guna
terpeliharanya daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Namun, keberpihakan dari
para pejabat publik untuk melakukan kegiatan
yang mampu mengendalikan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup selalu terlambat
dibandingkan dengan kebijakan untuk
mendukung investasi. Hal ini memperlihatkan
bahwa pemerintah lebih banyak memberikan
dukungan terhadap kegiatan investasi apabila
dibandingkan dengan melakukan tugasnya
dalam
mengendalikan
kerusakan
dan
pencemaran lingkungan hidup. Padahal,
permasalahan kerusakan dan pencemaran

lingkungan hidup berakibat langsung kepada
penurunan kualitas hidup masyarakat.
Peran fundamental pemerintah adalah
memberikan pelayanan di bidang penyediaan
sarana publik, seperti pendidikan, kesehatan,
dan lingkungan. Seiring dengan semakin
kompleksnya permasalahan yang dihadapi
negara,
pemerintah
dituntut
untuk
menyediakan kepentingan publik lainnya,
seperti infrastruktur dan sarana perekonomian.
Berkaitan dengan masalah pencemaran
lingkungan hidup, peran pemerintah Republik
Indonesia yang dituangkan dalam UndangUndang Republik Indonesia No 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah di bidang regulasi
lingkungan
hidup
dalam
rangka
mendayagunakan sumber daya alam untuk
memajukan kesejahteraan warga negaranya.
Untuk itu, perlu dilaksanakan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional
yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa
kini dan generasi masa depan. Upaya
pemerintah Provinsi Bali dalam mewujudkan
Bali sebagai Provinsi Hijau dan Bersih perlu di
dukung oleh suatu aturan hukum yang
memadai dan diikuti dengan dukungan sumber
daya dan anggaran yang memungkinkan dalam
tuap tahun perbaikan kualitas lingkungan
dapat terukur keberhasilannya.
Potensi Bali untuk mewujudkan masa
depan yang lebih baik sangat besar melalui
implementasi nilai-nilai kearifan lokal yang
dimiliki masyarakatnya sejak lama. Upaya
menumbuhkembangkan jadi diri masyarakat
Bali yang positif memerlukan dukungan
keteladanan dan program aksi yang secara
nyata mampu mengurangi timbulan sampah
dan limbah, meningkatkan ketersediaan air,
penyiapan
energi
ramah
lingkungan,
ketersediaan sistem manajemen transportasi
yang andal, murah dan nyaman, serta
pertumbuhan kesejahteraan masyarakat Bali

4.2.3 Analisis Perundangan
Beberapa peraturan tentang kebijakan
dalam pengelolaan air limbah yang berlaku di
Kota Denpasar adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
2. Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999
tentang Kawasan Siap
Bangun dan
Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum
4. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum
5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007
tentang Pembangian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi,
dan
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota.
6. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
7. Peraturan Walikota Denpasar Nomor 27
Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan
Lingkungan yang Berkaitan dengan
Pembuangan Air Limbah ke Sumber Air
dan Perizinan Lingkungan yang Berkaitan
dengan Pemanfaatan Air Limbah ke Tanah
untuk Aplikasi pada Tanah
8. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2
Tahun 2011 tentang Retribusi Pengolahan
Limbah Cair Domestik
Berdasarkan Perwali Kota Denpasar No.
27 Tahun 2010, pelaksanaan kegiatan
pengelolaan air limbah meliputi kegiatan:
a. Pengolahan air limbah melalui IPAL atau
unit lain, yang dimaksudkan untuk
menurunkan konsentrasi pencemar, dan
atau
b. Pemakaian
bahan
kimia
atau
mikroorganisme/bakteri
atau
bahan
lainnya yang berfungsi sebagai bahan
penolong untuk menurunkan konsentrasi
pencemar

c.

Pembuangan air limbah dari IPAL
melalui saluran khusus pembuangn air
limbah
Dalam operasional dan pemeliharaan
fasilitas DSDP, terdapat peraturan daerah yang
mengatur tariff retribusi pelayanan pengolahan
air limbah domestik. Saat ini tarif retribusi
berdasarkan Perda Provinsi Bali Nomor 2
Tahun 2011 tentang Retribusi Pengolahan
Limbah Cair Domestik, yaitu Rp75.000,- per
truk tangki atau Rp2,7 miliar per tahun.
Dengan kapasitas IPLT 400 m3 per hari atau
sekitar 100 truk tangki per hari. Dengan
demikian, biaya operasional diperkirakan
sebesar Rp 898.600.000,- juta per tahun,
meliputi biaya listrik (Rp 305.260.000), bahan
kimia (Rp 311.340.000) dan gaji pegawai
(Rp282.000.000).
5. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemerintah Kota Denpasar telah
berupaya menangani permasalahan air
limbah domestik dengan adanya IPAL
kawasan, yakni DSDP dan IPLT
Suwung.
2. Secara tata ruang, lokasi IPAL BTDC
dan IPLT Suwung sudah sesuai dengan
RTRW Kota Denpasar dan tidak
berada di kawasan suci. Sesuai dengan
rencana
pembangunan
jangka
menengah, tingkat capaian pelayanan
akses sanitasi bidang air limbah di Kota
Denpasar pada tahun 2013 adalah
62,41% dan ditargetkan pada tahun
2015 mencapai 68,91%
3. Dalam operasional dan pemeliharaan,
DSDP dan IPLT Suwung dikelola oleh
UPT PAL di bawah Dinas Pekerjaan
Umum. Selain itu, telah terdapat
peraturan daerah yang mengatur tarif
layanan air limbah

6. References
Anonim.

2010. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota
Denpasar 2010-2015
Anonim. 2015. IPLT Suwung untuk
Denpasar Lebih Sehat. Buletin
Cipta Karya Edisi 11/Tahun
XIII/November 2015
Anonim. 2013. Strategi Sanitasi Kota
Denpasar 2013. Pokja Sanitasi Kota
Denpasar
Muchsin dan Jaman, N. Metode Pelaksanaan
Konstruksi Denpasar Sewerage
Development Project. ISBN No.
978-979-18342-0-9
Oktarina, D., Haki, H. 2013. Perencanaan
Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja dengan Sistem Kolam Kota
Palembang, Studi Kasus: IPLT
Sukawinatan. Jurnal Teknik Sipil
dan Lingkungan, Vol. 1, No. 1, Hal.
74-79.