Penerapan Pembelajaran IPA terpadu Tema

Penerapan Pembelajaran IPA terpadu Tema pestisida dengan model Kooperatif
Tipe STAD Pendekatan Science, Environment, Technology and Social (SETS)
Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Di Kelas VIII MTs
Muhammadiyah 12 Palirangan Lamongan
Sri Sumrati (083654003)
Abstrak
Model pembelajaran IPA terpadu merupakan model pembelajaran yang disnjurkan untuk
diimplementasikan di jenjang pendidikan SMP. Pendekatan Science, Environtment, Technology and Society
(SETS) yang pernah tercantum dalam kurikulum 2004 merupakan salah satu pendekatan yang sangat tepat
diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu berpandekatan SETS
pembelajaran bersifat kholistik dan bermakna. Salah satu keunggulan ipa terpadu meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran Dengan adanya tema pengait maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai beberapa
Kompetensi Dasar dapat terlaksana dengan efisien. Berdasarkan hasil pengamatan meteri gangguaan pada
tanaman terlihat bahwa materi ini alokasi waktu penyampainnya sangat terbatas dan jarang melibatkan
lingkungan.Oleh kerena itu meteri ini dikaitkan dengan materi lain melelui sebuah tema yaitu pestisida .
Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa MTs Muhammadiyah 12 Palirangan - Lamongan metode yang
digunakan dalam pembelajaran dengan ceramah dan jarang sekali pembelajaran dikaitkan dengan lingkungan
sekitar. Hai ini menyebabkan ketuntasan belajar siswa yang rendah. Salah satu model pembelajaran yang
dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divison) .
Oleh sebab itu, peneliti mencoba melakukan uji coba terbatas dengan judul “Penerapan Pembelajaran IPA
Terpadu Tema Pestisida dengan model Kooperatif Tipe STAD Pendekatan Science, Environment, Technology

and Social (SETS) Di Kelas VIII MTs Muhammadiyah 12 Palirangan – Lamongan. Metode dalam penelitian
ini adalah penelitian pra eksperimental dengan pre-test and post-test group design. Dari hasil pre dan pos tes
yang diperoleh dilakukan uji t. Adapun hasil analisis perhitungan, diperoleh nilai t hitung sebesar 7,42dan nilai
ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 1,80.. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu papa
tema pestisdi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa karena ada perbedaan secara signifikan yang terjadi antara pretest dan posttest , dengan
kata lain dapat menigkatkan hasil belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa Setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan SETS diperoleh siswa yang tuntas berdasarkan nilai
postest 10 siswa tuntas dan dua orang siswa tidak tuntas. Sehingga ketuntasan klasikal setelah dilakukan
pembalajaran langsung sebesar 83,33 %. Sehinga dapat dikatakan bahwa Pembelajaran IPA terpadu pada
tema pestisida dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS meningkatkan hasil
belajar dan ketuntasan siswa baik secara individu atau klasikal.
Kata Kunci : IPA terapdu, Pestisida, STAD, SETS, Tema

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model pembelajaran terpadu
merupakan
salah
satu

model
implementasi
kurikulum
yang
dianjurkan untuk diaplikasikan pada
semua jenjang pendidikan. Model
pembelajaran ini pada hakikatnya
merupakan
suatu
pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik baik secara individual

maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip secara holistik dan otentik
(Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini
merupakan model yang mencoba
memadukan beberapa pokok bahasan
(Beane, 1995:615).

Pendekatan
Science,
Environtment, Technology and Society
(SETS) yang pernah tercantum dalam

kurikulum 2004 merupakan salah satu
pendekatan
yang
sangat
tepat
diterapkan dalam pembelajaran sains
(binadja,2000). Dalam
pendekatan
SETS konsep sains akan dikaitkan
dengan bidang lingkungan, teknologi,
dan
masyarakat.
Melalui
pembelajaran IPA terpadu dengan
pendekatan SETS , peserta didik dapat

memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah kekuatan
untuk menerima, menyimpan, dan
menerapkan konsep yang telah
dipelajarinya.
Dengan
demikian,
peserta didik terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep
yang dipelajari secara menyeluruh
(holistik), bermakna, otentik dan aktif.
Keterlaksanaan
pembelajaran
terpadu tidak terlapas dari proses
pembelajaran.
Pada
proses
pembelajaran saat ini lebih ditekankan
pada pembelajaran aktif dimana siswa
dipandang sebagai subyek bukan

obyek dan belajar lebih dipentingkan
daripada mengajar. Salah satu model
pembelajaran
yang
dapat
mengaktifkan siswa adalah model
pembelajaran
kooperatif
STAD
(Student Team Achievement Divison).
Pembelajaran ini berpusat pada siswa,
guru
tudak
lagi
mendominasi
pembelajran tetapi hanya menjadi
pengarah dan pembingbing.
Salah satu keunggulan ipa
terpadu meningkatkan efisiensi dan
efektivitas

pembelajaran
(
www.puskur.com ). Dengan adanya
tema pengait maka waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai beberapa
KD dapat terlaksana dengan efisien.
Berdasarkan hasil pengamatan meteri
gangguaan pada tanaman terlihat
bahwa materi ini alokasi waktu

penyampainnya sangat terbatas dan
jarang melibatkan lingkungan dalam
pembelajaran materi ini (Rini,
2011) .Oleh kerena itu meteri ini
dikaitkan dengan materi lain melelui
sebuah tema yaitu pestisida. Dalam
tema ini materi gangguan pada
tanaman dipadukan dengan bahan
kimia dalam rumah tangga, dan
ekosistem.

Dengan
adanya
keterpaduan
ini
pembelajarn
diharapkan
pembelajran
berjalan
secara
efektif
sehingga
dapat
mengurangi hambatan-hambatan baik
dari segi waktu dan sumber belajar.
Berdasarkan hasil wawancara
kepada siswa MTs Muhammadiyah 12
Palirangan - Lamongan metode yang
digunakan dalam pembelajaran dengan
ceramah
dan

jarang
sekali
pembelajaran
dikaitkan
dengan
lingkungan sekitar, sehingga siswa
menganggap
pembelajaran
tidak
bermanfaat dalam kehidupan seharihari. Metode ceramah yang dilakukan
guru
menyebabkan siswa kurang
aktif. Akibatnya ketuntasan belajar
siswa menjadi rendah. Untuk itu perlu
diadakan
penerapan
model
pembelajaran inovatif sehingga dapat
meningkatkan keaktifan siswa dan
berdampak terhadap nilai ketuntasan

belajar siswa.
Dari uraian di atas, peneliti ingin
melakukan uji coba terbatas dengan
judul “Penerapan Pembelajaran IPA
Terpadu Tema Pestisida dengan model
Kooperatif Tipe STAD Pendekatan
Science, Environment, Technology and
Social (SETS) Di Kelas VIII MTs
Muhammadiyah 12
Palirangan –
Lamongan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan, dapat diambil suatu
permasalahan yaitu:
“Bagaimana pengaruh penerapan
pembelajaran IPA terpadu tema
pestisida dengan model kooperatif tipe
STAD

Pendekatan
Science,
Environment, Technology and Social
(SETS)
Di
Kelas
VIII
MTs
Muhammadiyah 12
Palirangan –
Lamongan terhadap ketuntasan belajar
siswa?
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah
keterlaksanaan
pembelajaran IPA terpadu pada
tema pestisida dengan model
pembelajaran
kooperatif
tipe

STAD ?
2. Bagaimanakah aktivitas siswa
dalam pembelajaran IPA Terpadu
tema pestisida dengan model
pembelajaran langsung pada siswa
kelas VIII MTs Muhammadiyah 12
Palirangan - Lamongan?
3. Bagaimanakah
pengaruh
diterapkanya pembelajaran IPA
terpadu tema pestisida dengan
model kooperatif tipe STAD
Pendekatan SETS Di Kelas VIII
MTs
Muhammadiyah
12
Palirangan – Lamongan terhadap
peningkatan ketuntasan belajar
siswa
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang
didapat, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mendiskripsikan
keterlaksanaan
keterlaksanaan
pembelajaran
IPA
terpadu pada tema pestisida dengan
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berpendekatan SETS

2. Mendiskripsikan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA Terpadu pada tema
pestisida dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpendekatan
SETS pada siswa kelas VIII MTs
Muhammadiyah
12 PaliranganLamongan
3. Menentukan peningkatan hasil belajar
siswa MTs Muhammadiyah
12
Palirangan- Lamongan sesudah diajar
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berpandekatan SETS
dengan
tema
pestisida
sebagai
implementasi
pembelajaran
IPA
Terpadu.
E. Manfaat Penelitian
Hasil
dari
penelitian
ini
diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Memberikan
masukan
dalam
menyusun
dan
mengembangkan
perangkat pembelajaran IPA terpadu di
MTs Muhammadiyah 12 PaliranganLamongan
2. Membantu siswa memahami hubungan
yang bermakna tentang konsep-konsep
materi dalam kimia, dan biologi pada
tema makanan yang berada di sekitar
siswa.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan masukan bagi para
peneliti dalam mengadakan penelitian
lebih lanjut tentang pembelajaran IPA
terpadu dengan metode yang berbeda.

II. Kajian Pustaka

A. Pembelajaran IPA Terpadu Tipe
Webbed
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan suatu pengetahuan yang
memberikan banyak wawasan kepada
peserta didik tentang alam sekitar.
Dengan demikian, siswa tidak hanya
dituntut untuk mampu menguasai
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja
melalui hafalan tetapi yang terpenting
adalah mampu menemukan
bahkan
menerapkan konsep-konsep tersebut
dalam kehidupan nyata. IPA dapat
didefinisikan sebagai suatu pengetahuan
sistematis dan universal, pada umumnya
berupa kumpulan data hasil observasi
dan eksperimen.
Pembelajaran
IPA
Terpadu
merupakan suatu bentuk pembelajaran
yang memadukan beberapa konsep dan
kajian IPA dalam suatu Tema atau Topik.
Pembelajaran
ini dapat memberi
pengalaman langsung sehingga peserta
didik dapat menemukan sendiri suatu
konsep IPA yang bermakna dan otentik.
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu seperti
yang
tercantum
pada
Panduan
Pengembangan IPA Terpadu (Puskur: 7),
antara lain:
1.
Meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran
2.
Meningkatkan minat dan
motivasi
3.
Beberapa kompetensi dasar
dapat dicapai sekaligus
Selain itu, pembelajaran IPA
Terpadu
juga
memiliki
beberapa
kelebihan, antara lain:
1.
Efisiensi
waktu dan tumpang tindih materi
dapat dikurangi bahkan dihilangkan
2.
Siswa
dapat
melihat hubungan bermakna antar
konsep

3.

Meningkatkan
kemampuan berpikir siswa
4.
Pembelajaran
terpadu
menyajikan
penerapan/aplikasi tentang kehidupan
sehari-hari yang dekat dengan siswa
5.
Memperbaiki
dan meningkatkan motivasi belajar
siswa
Salah
satu
bentuk
dari
pembelajaran IPA terpadu yakni Webbed.
Model webbed adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan pendekatan
tematik (Trianto, 2007: 45). Jadi, model
ini menggabungkan beberapa tema yang
saling berhubungan dalam satu tema.
Kelebihannya antara lain penyelesaian
tema sesuai minat akan memotivasi anak
untuk belajar, lebih mudah dilakukan,
terutama bagi guru-guru yang belum
berpengalaman,
memudahkan
perencanaan,
dan
memberikan
kemudahan bagi anak didik dalam
melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide
berbeda yang terkait.
B. Pendekatan Science, Environment,
Technology, and Society (SETS)
Pendekatan
Science,
Environtment, Technology and Society
(SETS) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang mengkaitkan keempat
unsurnya
yaitu
sains,
teknologi,
lingkungan dan masyarakat dalam
pembelajaran (Binadja, 1999). Dalam
pembelajaran. Suatu konsep sains akan
dikaitkan dengan lingkungan (dampak
positif dan negative dari terhadap
lingkungan),
teknologi
(penerapan
konsep sains dalam dunia teknologi) dan
sosial (isu yang beredar pada masyarakat
mengenai konsep sains). Pendekatan
SETS yang pernah tercantum dalam
kurikulum 2004 merupakan salah satu

pendekatan sangat tepat diterapkan dalam
pembelajaran sains.
Keterkaitan antara unsur SETS
dengan sains sebagai fokus perhatian
digambarkan dalam Gambar 1 di bawah
ini :

Gambar 1. Keterkaitan unsurunsur SETS yang berfokus pada
Science (Binadja, 1999).
Fokus pengajaran SETS adalah
mengenai bagaimana cara membuat
peserta
didik
dapat
melakukan
penyelidikan
untuk
mendapatkan
pengetahuan
sains,
lingkungan,
teknologi, dan masyarakat yang saling
berkaitan. Meminta peserta didik
melakukan penyelidikan berarti memberi
kesempatan kepada mereka untuk
mengembangkan lebih jauh pengetahuan
yang telah diperoleh agar dapat
menyelesaikan
masalah
yang
diperkirakan
timbul
di
sekitar
kehidupannya (Binadja, 1999).
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin
dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin, dan merupakan pendekatan
pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Guru yang menggunakan
STAD, juga mengacu kepada belajar
kelompok siswa, menyajikan informasi
akademik baru kepada siswa setiap

minggu menggunakan presentasi verbal
atau teks. Guru membagi siswa menjadi
kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan
perempuan yang berasal dari berbagai
suku, memiliki kemampuan tinggi,
sedang, rendah. Komponen STAD
menurut Slavin (1995:71) adalah sebagai
berikut:
1.
Presentasi kelas
2.
Belajar dalam tim
3.
Tes individu
4.
Skor pengembangan individu
5.
Penghargaan tim
Tabel 1. Tahapan model
pembelajaran Kooperatif (STAD)
TAHAP
Tahap 1
Mengajar

Tahap 2
Belajar dalam tim

Tahap 3 Tes
Tahap 4
Penghargaan Tim

Peran Guru
Menjadi memandu siswa
dalam
menemukan
konsepnya seperti dengan
menggaris
bawahi,
membuat peta konsep dan
lain-lain.
Membagi siswa
menjadi beberapa
kelompok, tiap
kelompok terdiri
dari 4-5 orang
dimana mereka
mengerjakan
tugas
yang
diberikan.
Jika
ada
kesulitan
siswa
yang
merasa mampu
membantu siswa
yang kesulitan.
Siswa bekerja di
dalam
tim
mereka dipandu
oleh
lembar
kegiatan
siswa
untuk
menuntaskan
materi
pembelajaran.
Memberikan kuis pada
siswa secara individual.
Skor yang didapatkan dari
hasil tes selanjutnya dicatat
oleh
guru
untuk
dibandingkan dengan hasil
prestasi sebelumnya. Skor
tim
diperoleh
dengan
menambahkan
skor
peningkatan semua anggota
dalam 1 tim. Nilai rata-rata
diperoleh dengan membagi
jumlah skor penambahan
dibagi jumlah anggota tim.

D. Kajian SETS Pada Materi Pestisida
1. Sains
Berbagai sistem pada tumbuhan dapat
mengalami gangguan atau kelainan.
Gangguan ini dapat disebabkan
karena kelainan genetis, kondisi
lingkungan yang tidak sesuai, atau
karena serangan hama dan penyakit.
Untuk mengaggulangi hama dan
penyakit didunakan bahan kimia yang
berupa pestisida. Macam- macam
pestisida yaitu
a. Insektisida,
pestisida
yang
digunakan
untuk
membunuh
serangga (insekta).
b. Fungisida,
pestisida
yang
digunakan
untuk
membunuh
cendawan atau jamur.
c. Herbisida,
pestisida
yang
digunakan
untuk
membunuh
gulma
atau
tumbuhan
pengganggu.
d. Akarisida,
pestisida
yang
digunakan
untuk
membunuh
tungau dan caplak (acarina).
e. Rodentisida,
pestisida
yang
digunakan
untuk
membunuh
binatang pengerat, seperti tikus.
f. Nematisida,
pestisida
yang
digunakan
untuk
membunuh
nematoda.
Adapun
penggolongan
pestisida berdasarkan asal dan sifat
kimianya adalah sebagai berikut:
a. Pestisida sintetik
Pestisida sintetik terdiri atas
pestisida anorganik dan organik.
Pestisida anorganik terdiri atas
garam-garam beracun, seperti
arsenat, fluorida, tembaga sulfat,
dan garam merkuri. Adapun
pestisida organik antara lain
organoklorin,
heterosiklik,
organofosfat,
karbamat,

dinitrofenol,
thiosianat,
dan
sulfonat.
b. Pestisida hasil alam, seperti
nikotinoida,
piretroida,
dan
rotenoida.
2. Masyarakat
a. Dampak positif
Dengan adanya pestisida maka
hasil pertanian dapat meningkat
hal ini dikarenakan hama dan
penyakit tanaman dapat diatasi.
Cara insektisida masuk ke dalam
tubuh serangga, antara lain: (1)
melalui dinding badan/kulit, (2)
melalui mulut dan saluran
makanan (racun perut), (3)
melalui jalan napas (spirakel)
misalnya dengan fumigan.
b. Dampak negatif
Garam – garam beracun yang
terkandung dalam pestisida dapat
meracun masyarakat. Pestisida
dapat meracuni para petani dan
oarang yag tidak terlibat langsung
dalam pertanian.
Pestisida dapat meracuni dapat
meracuni petani melalui mulut,
kulit, dan pernafasan. Hal ini bisa
terhadi
pada
saat
petani
menyemprot pestisida.
Dampak negatif pestisida bisa
mempengaruhi kesehatan orang
yang
sama
sekali
tidak
berhubungan dengan pestisida.
Kemungkinan ini bisa terjadi
akibat
sisa
racun
(residu)
pestisida yang ada didalam
tanaman atau bagian tanaman
yang dikonsumsi manusia sebagai
bahan makanan. Konsumen yang
mengkonsumsi produk tersebut,
tanpa sadar telah kemasukan racun
pestisida
melalui
hidangan
makanan yang dikonsumsi setiap
hari.

3. Lingkungan
Pencemaran dapat terjadi karena
pestisida menyebar melalui angin,
melalui aliran air dan terbawa melalui
tubuh organisme yang dikenainya.
Residu pestisida sintesis sangat sulit
terurai secara alami. Bahkan untuk
beberapa jenis pestisida, residunya
dapat bertahan hingga puluhan
tahun..
4. Teknologi
Prinsip kerja alat penyemprot
pestisida yang sering digunakan
petani adalah memecah cairan
menjadi butiran partikel halus yang
menyerupai kabut. Dengan bentuk
dan ukuran yang halus ini maka
pemakaian pestisida akan efektif dan
merata ke seluruh permukaan
daundatau tajuk tanaman. Untuk
memperoleh butiran halus, biasanya
dilakukan dengan menggunakan
proses pembentukkan partikel dengan
menggunakan tekanan (hydraulic
atomization), yakni cairan di dalam
tangki dipompa sehingga mempunyai
tekanan yang tinggi, dan akhirnya
mengalir melalui selang karet menuju
ke alat pengabut. Cairan dengan
tekanan tinggi dan mengalir melalui
cela yang sempit dari alat pengabut,
sehingga cairan akan pecah menjadi
partikel-partikel yang sangat halus.
III.Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah pre experimental
design dengan uji coba terbatas.
B. Sasaran Penelitian
Populasi yang digunakan adalah siswa
kelas VIII di SMP Muhammadiyah 12
Palirangan – Lamongan .

Sampel yang digunakan adalah 12 siswa
kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Palirangan – Lamongan
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen semu karena hanya satu kelas
yang
dipakai
untuk
penelitian.
Rancangan penelitian ini menggunakan
desain “pre-test and post-test group
design” yaitu (Arikunto, 1998).

O1

X

O2

Keterangan :
O1:
Pre-test
dilakukan
sebelum
penerapan model kooperatif tipe
STAD berpendekatan SETS .
X
: Penyampaian materi dengan
menggunakan penerapan model
kooperatif
tipe
STAD
berpendekatan SETS .
O1:
Post-test
dilakukan
sesudah
penerapan model pembelajaran l
kooperatif
tipe
STAD
berpendekatan SETS .
E. Tempat dan Waktu penelitian
Pengambilan
data
penelitian
dilaksanakan
di
SMP
Muhammadiyah
12
Palirangan
Gresik . Waktu uji coba terbatas
dilaksanakan pada tanggal 16-17 Mei
2011.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terbagi menjadi beberapa
tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap analisis yang
secara rinci dapat dijelaskan melalui alur
sebagai berikut:
1. Membuat
perencanaan
yaitu
menyusun perangkat dan instrumen
penelitian
2. Pemberian pre test pada kelas yang
akan dijadikan penelitian. Pre test ini
bertujuan
untuk
menentukan
pemahaman siswa awal sebelum

dilakukan perlakuan
3. Tahap ketiga adalah pelaksanaan
penelitian di kelas eksperimen
dengan perlakuan berupa model
kooperatif
tipe
tipe
STAD
berpendekatan SETS pada tema
pestisida.
4. Selanjutnya guru memberikan post
test untuk mengukur hasil belajar
siswa dan diberikan angket respon
siswa.
G. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat yang
digunakan dalam mengumpulkan data
agar pekerjaan mengumpulkan data
tersebut menjadi lebih mudah dengan
hasil yang baik serta data lebih mudah
diolah (Arikunto,1998).
Instrumen yang dipakaidalam uji
terbatas ini yaitu:
1. Lembar
keterlaksanaan
model
pembelajaran Kooperatif tipe STAD
2. Lembar observasi aktivitas siswa
3. Lembar asesmen kinerja dan rubrik
asesmen kinerja
4. Tes evaluasi pada tema pestisida
5. Angket respon siswsa
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis keterlaksanaan
Kriteria
penilaian
untuk
keterlaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan SETS pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Kriteria penilaian
keterlaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
Skor
Kriteria
4
Sangat Baik
3
Baik
2
Cukup
1
Tidak Baik

Perolehan rata-rata skor dari jumlah
seluruh
skor
keterlaksanaan
pembelajaran dikonversikan dengan
kriteria penilaian keterlaksanaan
pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria penilaian
keterlaksanaan model
pembelajarankooperatif tipe STAD
Rata-rata
Keterangan
skor
0,00-1,49
Tidak Baik
1,50-2,59
Kurang
2,60-3,49
Cukup Baik
3,5- 4,00
Baik
(Lince,200)
2. Analisis data sktivitas siswa
Data pengamatan aktivitas siswa selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung
dianalisis dengan menghitung persentase
yaitu banyaknya frekuensi aktivitas
dibagi dengan frekuensi aktivitas
keseluruhan dikalikan 100%. Dapat
dirumuskan sebagai berikut : (Riduwan,
2005).

Aktivitas siswa=

frekuensi aktivitas siswa yang muncul
x 10
Total frekuensi aktivitas

3. Analisis data tes hasil belajar
Dianalisis dengan butir soal dengan
tujuan untuk menentukan ketuntasan
belajar siswa baik secara ketuntasan
individual maupun ketuntasan secara
klasikal. Secara individual siswa
dikatakan tuntas jika siswa telah
mencapai nilai uji kompetensi ≥70.
Σ skor perole h an
x 100 … … …(9)
Σskor maksimum
Secara klasikal suatu kelas dikatakan
tuntas jika 70% siswa mencapai nilai
uji kompetensi ≥60 dari jumlah
seluruhnya.
Nilai Siswa=

Σ siswa yang tuntas
N = jumlah subjek pada sampel
x 100 … … ( 10 )
Σ siswa d.b. = ditentukan dengan N-1
Terima H0 jika t > t tabel, ini berarti
4.
Uji Normalitas
Setelah mendapatkan nilai pre-test uji
ada perbedaan yang signifikan antara
statistik yang digunakan adalah uji
nilai pre-test dan post-test. Hal ini
kenormalan. Uji ini dikenal dengan uji
menunjukkan bahwa pembelajaran
lilliefors, untuk pengujian hipotesis nol
IPA
terpadu
dengan
model
ditempuh dengan prosedur sebagai
pembelajaran langsung berpengaruh
berikut:
terhadap hasil belajar siswa, begitu
a. Pengamatan sampel x1, x2,…., xn
pula sebaliknya. (Arikunto, 2006)
dijadikan bilangan baku z1, z2, …zn
6.
Analisis angket
dengan rumus
a.
Berdasarkan
prosentase kelompok
zi =
dengan s adalah simpangan baku
responden dapat dihitung dengan
sampel.
persamaan
b. Untuk tiap bilangan baku ini
menggunakan
daftar
distribusi
ΣX
=
x 100 … … …(14)
normal baku, kemudian dihitung
Σ Xt
peluang F(zi) = P (z ≤ zi).
Keterangan:
c. Selanjutnya dihitung proporsi yang
Σ X = jumlah responden yang
lebih kecil atau sama dengan zi
memilih item
rumus proporsi adalah
Σ X = jumlah responden
S(z )
=
Ketuntasan belajar klasikal=

i

banyaknya z 1, … . zn yang ≤ z i
n
d. Selanjutnya menghitung selisih F(zi)
- S(zi).
e. Kemudian
menentukan
harga
mutlaknya. Harga mutlak yang
paling besar dari selisih disebut
dengan harga L0. Jika L > L0 berarti
berdistribusi
normal
(Sudjana,
2006).

5.

Uji t berpasangan
Untuk mengetahui perbedaan anatara
hasil pre-test dan post-test, maka
analisisnya menggunakan uji t
berpasangan.
Md



... ... ... (13)
Σx2 d
N (N−1)
Keterangan :
Md = mean dari perbedaan pre-test
dengan post-test
Xd = deviasi masing-masing subjek
(d-Md)
Σx2d = jumlah kuadrat deviasi
t=

b. Interpretasi skor dapat dihitung
dengan persamaan:
ΣX
=
x 100 … … …(15)
Σ Xt
Keterangan:
Σ X = jumlah skor yang diperoleh
item
Σ X = jumlah skor maksimum
Adapun kriterianya adalah:
0% - 20%
sangat lemah
21%-40%
lemah
41%-60%
cukup
61%-80%
kuat
81%-100%
sangat kuat
(Riduwan,2003)
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Analisis soal pretest untuk uji
normalitas
Sebelum melakukan ujicoba terbatas
diberikan tes awal (pretest) 12 orang
siswa tang dijadikan sebagai sample
penelitian. Hasil tes awal tersebut

digunakan untuk menghitung normalitas
yang bertujuan untuk mengetahui apakah
sampel kelas sampel yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak.
Dari hasil perhitungan uji
normalitas dengan metode liliefors
diperoleh Lhitung sebesar 0,20767 dan Ltabel
dengan taraf signifikan 0,05 yaitu 0,242.
Dari hasil tersebut menandakan bahwa
Lhitung lebih kecil dari Ltabel, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut
menandakan
bahwa
kelas
yang
digunakan sebagai sampel berdistribusi
normal dengan taraf signifikansi 0,05.
2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipa STAD dengan
pendekatan SETS
Pengamatan
terhadap
keterlaksanaan
model
pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan lembar
pengamatan pembelajaran kooperatif tipe
STAD seorang pengamat yaitu Idzy
Layyinnati. Keterlaksanna pembelajran
adapt dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Aktifitas guru
N
o

Aktivitas guru

1

Pendahuluan (10 menit)
A. Menyampaikan
tujuan
dan
memotivasi siswa
 Memberikan
motivasi belajar
dan mengarahkan
siswa
pada
pertanyaan
Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Kegiatan inti (65 menit)
B. Menyajikan
Informasi

Membagi siswa
menjadi
beberapa
kelompok

Skor
perte
muan
1

II

3

3

Skor

Katag
ori

Baik
3
Baik
3

3

3

2

3

2,5

Cukup

2

3

2,5

Cukup



2

N
o

Aktivitas guru

heterogen
Mendiskusikan
ideide-ide
penting bersama
siswa
C. Membimbing
kelompok
bekerja
dan belajar dan
evaluasi
 Meminta
siwa
melakukan
pengamtan secara
berkelompok
 Membimbing
pada kelompok.
Kemudian
mempresentasika
n
hasil
dari
kelompok.

Membimbing
siswa
untuk
menjawab
permasalahan
yang muncul di
awal
pembelajaran.
 Memberikan kuis
 Guru memberikan
penghargaan
kepada kelompok
yang terbaik
Penutup (15 menit)

Guru bersama
sama
siswa
merefleksi
meteri
Rata –rata


3
.

Skor
perte
muan

Skor

Katag
ori

3

3

2,5

Cukup

3

3

3

Baik

3

Baik

3
3

Baik
Baik

3

Baik

2,82

Cukup
baik

3
3
3
3

3

3
3

3

Keterangan :
1. 1,00-1,69 tidak baik
2. 2,60-3,49 cukup baik
3. 1,70-2,59 kurang baik
4. 3,50-4,00 baik
Dari Tabel 4. secara keseluruhan
pembelajaran kooperatif tipe STAD
terlaksana
dengan
cukup
baik.
Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran kooperatif cukup baik.
Pada pertemuan pertama guru
masi mengalami kesulitan dalam
membagi siswa hal ini dalam kelompok
tersebut belum heterogen. Pembagian
kelompok berdasarkan tempat duduknya
bukan berdasarkan kemampuan siswa.

Pada
pertemuan
kedua
pembelajaran dengan pendekatan SETS
masih sulit untuk dilakukan hal tersebut
dikarenakan siswa masi belum mengerti
tentang SETS sehingga siswa merasa
kesulitan
saat
berdiskusi
tentang
hubungan penggunaan pestisida dengan
Sain, Tekhnologi, Lingkungan dan
Masyarakat. Oleh karena itu guru merasa
sulit untuk mengendalikan jalannya
diskusi.
3. Aktivitas siswa
Hasil pengamatan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dengan
penerapan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
SETS pada tema pestisida meliputi aspek
afektif siswa dan pdsikomotorik siswa.
Data aktifitas afektif siswa tercantum
pada tabel 5a.
Tabel 5a
Data aktivitas afektif siswa
No

Kegitan
Siswa
Ketepatan waktu
bekerja
Partisipasi dalam
diskusi dan
percobaan
Menyampaikan
informasi

Keterlaksa
naan
Y Tidak
a


Persentase (%)
pertemuan Ke
1
2
66,67

83,3



75

91,67



91,67
33,3

Mengajukan
pertanyaan



Memberikan
pendapat



33,3
41

50
50

Tabel 5b
Data aktivitas psikomotor
No

Kegitan Siswa
Mancandra
tanaman
Mengukur volume
air
Mengukur volume
Pestisida
Mengukur waktu

Keterlaksanaan
Ya
Tidak


Persentase
(%)
83,3



83,3



100



66,6

Anialisis aktifitas 12 dari kelas
VIII diperoleh dilihat aspek afektif dan
psikomotor Pada aspek afektif siswa
seperti tercantum pada tabel 5a pada
pembelajaran pertama memiliki pesentase
yang rendah kemudian meningkat pada
pembelajaran kedua. Begitupula pada
aktifitas
psikomorik
siswa
juga
mengalami peningkatan pada pertemuan
ke dua.
4. Hasil Belajar Siswa
A. Hasil pre-test dan post-test
Hasil
belajar
siswa
diambil
berdasarkan nilai sebelum dan sesudah siswa
belajar menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah. Data hasil belajar
siswa dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6.
Hasil pre-test dan post-test
No.

Nama
Siswa

Pretest

Keter
angan

Posttest

Keter
angan

1

Nita

40

Tidak
tuntas

67

Tidak
Tuntas

2

Dewi

27

Tidak
tuntas

60

Tidak
tuntas

3

Iin

53

Tidak
tuntas

73

4

Rohma

40

Tidak
tuntas

73

5

Indra

33

Tidak
tuntas

80

6

Devi

67

Tidak
tuntas

73

7

Sifa

33

Tidak
tuntas

73

8

Nova

67

Tidak
tuntas

73

9

Nurul

53

Tidak
tuntas

73

10

Nur

33

Tidak
tuntas

73

11

aliya

33

Tidak

73

Tuntas

Tuntas

Tuntas

Tuntas

Tuntas

Tuntas

Tuntas

Tuntas

Tuntas

5. Hasil dan Pembahasan Angket Respons

tuntas
12

Evi

33

Tidak
tuntas

Siswa

Tuntas

Respon siswa merupakan tanggapan
siswa pada saat diterapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpendekatan SETS
pada tema pestisida. Adapun hasil angket
respons terhadap 12 siswa VIII pada tabel
dibawah ini.abel 4.4

73

Dari hasil pretest dan post test dapat
dilakukan statistik uji – t berpasangan dan

ketuntasan belajar siswa
1. Uji t berpasangan
Uji t berpasangan dilakukan untuk
mengetahui perbedaan antara hasil
pretest dan posttest. Adapun hasil
analisis perhitungan, diperoleh nilai thitung
sebesar 7,42dan nilai ttabel dengan taraf
signifikansi
0,05
adalah
1,80.
Berdasarkan teori yang ada menyatakan
bahwa terima H0 jika thitung > ttabel, karena
hasil yang diperoleh thitung > ttabel maka H0
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran IPA terpadu papa tema
pestisdi dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpandekatan
SETS berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa karena ada perbedaan secara
signifikan yang terjadi antara pretest dan
posttest.
2. Ketuntasant Belajar
Standar ketuntasan belajar minimal yang
ditentukan adalah 71 yang berarti siswa
dikatakan tuntas belajar jika telah
menguasai minimal 71% dari tujuan
pembelajaran.

Dari hasil pretest siswa tidak ada
siswwa yang tutas. Sedangakan
setelah
diterapkan
pembelajaran
langsung pada pembelajaran IPA terpadu
dengan tema pestisida diperoleh siswa
yang tuntas berdasarkan nilai postest

10 siswa tuntas dan dua orang siswa
tidak tuntas. Sehingga ketuntasan
klasikal setelah dilakukan pembalajaran
langsung sebesar 83,33 %. Berdasarkan
nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan
pendekatan
SETS
dapat
meningkatkan ketuntasan belajar siswa
baik idividualdan klasikal.

Tabel 7.
Hasil Respon Siswa
Tanggapan

N
o.

1.

2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
6.

Pernyataan

Proses belajar mengajar IPA
Terpadu yang dipandu dengan
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD berpendekatan
SETS dengan tema “Pestisida”
menarik dan menyenangkan
Pembelajaran sistematis dan
jelas
Memberikan pengetahuan baru
Pembelajaran bermanfaat bagi
kehidupan sehari-hari
Materi yang diajarkan jelas
Masalah yang dimunculkan
dekat dengan kehidupan seharihari
Buku ajar yang diberikan jelas
dan menarik
LKS yang dibagikan mudah
dipahami
Tes yang diberikan sesuai
dengan yang disampaikan saat
pembelajaran

T
i
d
Ya(
a
%
k
)
(
%
)
83,3
16,67%
3%

75%

25%

91,6
7%
100
%
66,6
7%
83,3
3%

9,33%

41,6
6%
66,6
7%
91,6
7%

58,34%

33,33
16,67

33,33%
9,33%

Berdasarkan tabel diatas sebanyak
83,33 % siswa menyatakan
proses
pembelajaran menarik dan menyenagkan
hal ini dikerenakan meteri pembelajaran
yang dekat kehidupan sehari-hari.
Sebanyak 100 % siswa menyatakan
pembelajaran bermanfaat bagi kehidupan
sehari-hari hal ini tidak terlepas dari

lingkungan sekitar yang mendukung
proses
pembelajaran.
MTs
Muhammadiyah
12
Palirangan
Lamongan terletak didaerah pertanian
sehingga
sangat
mendukung
pembelajaran dengan tema pestisida
dengan pendekatan SETS. Oleh karena
itu pembelajaran bermanfaat bagi
kehidupan siswa.
Kekurangan dalam pembelajaran
buku siswa yang digunakan tidak
berwarna sehingga hanya 41,66% yang
menyatakan Buku ajar yang diberikan
jelas dan menarik. Sehingga perlu
diadakan perbaikan terhadap buku siswa
yang diguanakan.
V. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah
serta hasil analisis data maka diambil
kesimpulan
bahwa
pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD
berpendekatan SETS pada pembelajaran
IPA Terpadu telah dilakukan dengan
kriteria cukup baik karena skor rata-rata
yang diperoleh sebesar 2,85. Pembelajaran
IPA terpadu pada tema pestisdi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berpandekatan SETS berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa karena ada perbedaan
secara signifikan yang terjadi antara pretest
dan posttest. Ketuntasan belajar siswa
Setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
SETS
diperoleh siswa yang tuntas

berdasarkan nilai postest 10 siswa tuntas
dan dua orang siswa tidak tuntas.
Ketuntasan klasikal setelah dilakukan
pembalajaran langsung sebesar 83,33 %.

Sehinga

dapat

dikatakan

bahwa

Pembelajaran IPA terpadu pada tema
pestisida
dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS
meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan
siswa baik secara individu atau klasikal.

Selain itu, siswa juga memberikan

respons yang baik terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan yang diketahui
berdasarkan hasil penyebaran angket
sebanyak 83,33 % siswa menyatakan
proses pembelajaran menarik dan
menyenagkan hal ini dikerenakan meteri
pembelajaran yang dekat kehidupan
sehari-hari. Sebanyak 100 % siswa
menyatakan pembelajaran bermanfaat
bagi kehidupan sehari-hari hal ini tidak
terlepas dari lingkungan sekitar yang
mendukung proses pembelajaran.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. “Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik”. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar
Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Binadja. 1999. Hakekat dan Tujuan
Pendidikan SETS dalam Konteks
Kehidupan dan Pendidikan yang
Ada. Makalah Semiloka Pendidikan
SETS. RECSAM UNNES. Semarang
14 – 15 Desember 1999.
Fiyanti, aisyah. 2008. Penerapan Model
Pebelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pada Materi Pokok Unsur Senyawa
dan Campuran di SMPN 1
Sumenep.
Skripsi
tidak
dipublikasikan.
Imtihanah. 2009. Penerapan Pembelajaran
Fisika Dengan Pendekatan Science,
Environment, Technology and Society
(SETS)
untuk
Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
(Higher Order Thingking) Siswa
Sekolah Bertaraf Internasional Kelas
XI IPA 1 SMA Negeri 3 Malang.
Skripsi tidak dipublikasikan.
Lince, Ranak. 2001. Efektivitas Model
Pembelajaran Kooperatif dengan
Pendekatan Struktural Pada Pokok
Bahasan Persamaan Garis Lurus di
Kelas II SLTP. Tesis tidak
dipublikasikan:
Pascasarjana
UNESA

Puskur.

2007. Panduan pengembangan
Pembelajaran IPA terpadu Sekolah
Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanawiyah (SMP/ MTs).Jakarta:
Balitbang Depdiknas.
Riduwan. 2005. Skala Pengikuran VariabelVariabel Penelitian. Bandung: Alfa
Beta.
Sudjana. 2002. “Metoda Statistika”.
Bandung: PT. Tarsito.
Slavin. 2009. Cooperative Learning - Teori,
Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa
Media
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu
dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Trianto. 2010. Model Pembelajarn Terpadu
Konsep, Strategi, dan Implementasi
dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta : Bumi
Aksara.

Penerapan Pembelajaran IPA terpadu Tema pestisida dengan model Kooperatif
Tipe STAD Pendekatan Science, Environment, Technology and Social (SETS)
Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Di Kelas VIII MTs
Muhammadiyah 12 Palirangan Lamongan
Artikel Seminar

Oleh:
Sri Sumrati

(083654003)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN SAINS
2011