Peranan Perempuan Peduli Pedila Medan Dalam Mendampingi Pekerja Seks Komersial Di Losmen Sinabung Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan
2.1.1. Pengertian Peranan
Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat yang
diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Usman mengemukakan
peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan
dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku.
Horton dan Hunt mengemukakan bahwa peran adalah perilaku yang diharapkan dari
seseorang yang mempunyai status. Bahkan dalam suatu status tunggal pun orang dihadapkan
dengan sekelompok peran yang disebut sebagai perangkat peran. Istilah seperangkat
peran(role-set) digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu status tidak hanya mempunyai
satu peran tunggal, akan tetapi sejumlah peran yang saling berhubungan dan cocok
(sumber;http//id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2165744-defenisi-peran-atauperanan). Di akses tanggal 29 April 2014 pukul 22.30 WIB).
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). apabila seseorang
yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut
telah melaksanakan suatu peranan. peranan dapat membimbing seseorang dalam berprilaku,
karena fungsi peran itu sendiri adalah :

a. Memberi arah pada proses sosialisasi.

12

Universitas Sumatera Utara

b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan.
c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.
d. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat melestarikan
kehidupan masyarakat.
Peranan mencangkup 3 (tiga) hal, yaitu :
a. Peranan mengikuti dihubungkan dengan posisi dari tempat seseorang dalam
masyarakat. peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

2.2. Proses Pendampingan
2.2.1. Pengertian Proses Pendampingan
Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau
didesain,dapat menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang

menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan
terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek yang dibawah pengaruhnya, serta adanya
perubahan berdasarkan mengalirnya waktu dan kegiatan yang saling berkaitan (sumber
http//id.wikipedia.org/wiki/proses, diakses tanggal 23 April 2014 pukul 19.00 WIB).
Pendampingan adalah suatu proses pemberian kemudahan (fasilitas) yang diberikan
pendamping kepada klein dalam mengidentifikasikan kebutuhan dan pemecahan masalah
serta mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan keputusan, sehingga
kemandirian klein secara berkelanjutan dapat diwujudkan (sumber http//hukum.ud.ac.id/wp-

13

Universitas Sumatera Utara

content/uploads/2014/08/jurnal-lalu-Muhammad-wahyu-pdf, diakses tanggal 23 april 2014
pukul 19.30 WIB).
Jadi, Proses Pendampingan adalah urutan pelaksanaan atau kejadian secara alami atau
didesain, dapat menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya yang
menghasilkan suatu hasil untuk mempermudah memberikan fasilitas dan dapat memecahkan
masalahnya dan kemandirian PSK atau klein secara berkelanjutan dapat terwujud.
Secara umum Prinsip- prinsip dari dampingan itu sendiri adalah

a. Prinsip Manusiawi
Perempuan adalah manusia yang memiliki hak azasi manusia yang sama tanpa
ada diskriminasi dari pihak manapun. Khususnya PSK, karena mereka hanya korban
dari sistem ekonomi dan kekerasan seksual yang di alaminya di ruang publik
ataupun di kelompok terkecil yaitu keluarga.
b. Prinsip yang Mengutamakan Kepentingan terbaik terhadap PSK
Berdasarkan Konvensi Komnas Perlindungan tentang perempuan khususnya
PSK dampingannya berpatokan kepada terhadap kepentingan yang terbaik untuk
perempuan tersebut.
c. Prinsip Non-Diskriminasi
Dalam pendampingan yang dilakukan lembaga yang bergerak pada isu
perempuan tidak boleh memandang ras, bahasa, agama, pandangan politik,
keturunan sosial, harta, tempat tinggal dan lain sebagainya.
d. Prinsip efektivitas dan efesiensi
Proses pendampingan harus di lakukan secara profesional dan harus tepat
sasaran.

2.2.2. Pendampingan Pekerja Sosial terhadap Klien
14


Universitas Sumatera Utara

Pendampingan dapat diartikan sebagai proses relasi sosial antara pendamping dan
klien dalam bentuk memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi
dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses klien terhadap pelayanan
sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik lainnya dalam usaha memecahkan
masalah serta mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan keputusan, sehingga
kemandirian klien secara berkelanjutan dapat diwujudkan. Pekerja sosial adalah sebagai
orang yang memiliki kewenangan keahlian dalammenyelenggarakan berbagai pelayanan
sosial (Budhi Wibhawa, 2010:52). Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai
kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui pendidikan formal
atau pengalaman praktek di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara
resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial (Kepmensos No.
10/HUK/2007).
Dapat dirumuskan bahwa pekerja sosial merupakan seseorang yang mempunyai
kompetensi dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial baik di instansi pemerintah
maupun di instansi swasta lainnya.Berdasarkan pengertian tentang pendampingan dan pekerja
sosial, sehingga dapat diartikan bahwa pendampingan pekerja sosial terhadap klien adalah
proses relasi sosial antara pekerja sosial yang memiliki kompetensi dalam menyelenggarakan
berbagai pelayanan sosial baik di instansi pemerintah maupun di instansi swasta lainnya

dengan klien dalam bentuk memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan
potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses klien terhadap
pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik lainnya dalam usaha
memecahkan masalah serta mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan
keputusan,

sehingga

kemandirian

klien

secara

berkelanjutan

dapat

diwujudkan


(Sumber;http://eprints.uny.ac.id/9700/2/BAB%202%20-%2008102241026.pdf)

15

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Program Pendampingan Yang Dilakukan Oleh P3M
Di dalam melakukan pendampingan P3M membentuk beberapa program terpadu yang
bertujuan memfasilitasi dan membantu kebutuhan dan masalah- masalah yang di hadapi para
PSK. P3M memandang bahwa kehadiran para PSK bukanlah hasil pilihan pribadi ataupun
berkaitan dengan moral seseorang, namun keberadaan perempuan pada dunia prostitusi
merupakan korban dari industri seks yang membutuhkan tubuh perempuan sebagai barang
yang di perdagangkan.

Adapun beberapa program pendampingan yang dilakukan oleh P3M adalah :
a. Outrech Kondom
Kegiatan penyuluhan atau sosialisasi kelompok yang di berikan kepada para
PSK dengan target memberikan pengetahuan seberapa pentingnya penggunaan
kondom dalam berhubungan seks dan mereka diberitahu resiko apabila mereka tidak
menggunakan kondom. Penyuluhan ini dilakukan bertujuan untuk menekan jumlah

PSK yang terkena virus HIV AIDS dan penyakit menular lain seperti IMS.
b. Pelayanan Klinik VCT ( Voluntary Counseling and Testing )
VCT berintregrasi dengan pelayanan kesehatan dan mempunyai hubungan
dengan pelayanan perawatan dan dukungan lain. Pelayanan mandiri dikelola oleh
P3M dan menjadikan VCT sebagai kegiatannya utamanya. Keberhasilan pelayanan
didukung oleh publikasi, pemahaman masyarakat akan VCT, mobile VCT, dan upaya
untuk mengurangi stigma berkaitan dengan HIV. VCT terintegrasi pada pelayanan
kesehatan (Infeksi Menular Seksual, Terapi Tuberkulosa, pelayanan kesehatan
masyarakat, dan rumah sakit). Pelayanan VCT dapat terintegrasi pada pelayanan
kesehatan yang telah ada. Dalam pendekatan ini, P3M mengintregasikan layanan pada
program IMS, TB, Puskesmas dan rumah sakit. VCT yang terrintegrasi pada
16

Universitas Sumatera Utara

pelayanan penjangkauan lapangan atau program BCI (BCC- Seksual & HR Program)
Bagi mereka yang sudah mendapatkan program BCI atau terjangkau oleh program
lapangan dipromosikan untuk mengikuti pelayanan VCT. Salah satu variasi
pendekatan ini adalah konselor bekerjasama dengan petugas lapangan untuk
membantu kelompok memperoleh akses lebih dekat.

c. Pemberian Pelatihan Keterampilan
Secara

umum

pelatihan

merupakan

bagian

dari

pendidikan

yang

menggmabarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun masyarakat.
Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan
dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di dalamnya terjadi proses

perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses
pengembangannya diupayakan agar sumber daya manusia dapat diberdayakan secara
maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhikebutuhan hidup
manusia tersebut dapat terpenuhi. Program pelatihan yag di laksanakan oleh P3M
adalah keterampilan menjahit dan bordir. Hal ini sangat bermanfaat mengingat
kebutuhan mereka yang cukup besar.
d. Konseling Trauma Seksual CBT
Konseling trauma seksual adalah jenis kegiatan dalam upaya membantu para
PSK melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan klein agar
klein dapat memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan
menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya.

17

Universitas Sumatera Utara

2.3. Seks
Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian
diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris
pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M. “Seks” secara leksikal bisa

berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja transitif
(verb of transitive). Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan
pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh setiap
manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna
meneruskan kelanjutan keturunan manusia.
Pengertian seks yang lebih luas lagi adalah yang dikemukakan oleh Wirawan (1991 :
10) yang mendefinisikan seks dalam dua segi, yaitu :
1. Seks dalam arti sempit
Dalam arti yang sempit, seks berarti kelamin dan yang termasuk adalah kelamin :
a. Alat kelamin itu sendiri
b. Anggota-anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan antara lakilaki dan wanita, misalnya : perbedaan suara, pertumbuhan kumis, payudara dan lainlain.
c. Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat
kelamin.
d. Hubungan kelamin (senggama dan percumbuan).
e. Proses pembuahan, kehamilan dan kelahiran.
2. Seks dalam arti luas
Dalam arti yang luas seks berarti segala hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya
perbedaan jenis kelamin, antara lain :
18


Universitas Sumatera Utara

a. Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar dan genit.
b. Perbedaan atribut : pakaian, nama dan lain-lain.
c. Perbedaan peran dan pekerjaan.
d. Hubungan antara pria dan wanita : tata krama, pergaulan, percintaan, pacaran,
perkawinan dan lain-lain.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan
jenis maupun dengan sesama jenis.
Ada beberapa tipe hubungan seksual yang dapat terjadi antara dua orang yang bersahabat
yaitu :
a. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang pria dengan pria lain
(homoseksual);
b. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang wanita dengan wanita lain
(lesbian);
c. Tipe hubungan seks seorang pria dengan seorang wanita.
Menurut Reuben (Wirawan, 1991:13) seks mempunyai fungsi :
a. Seks untuk tujuan reproduksi, yaitu untuk memperoleh keturunan, oleh kerena itu
sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang tabu
dan tidak patut dibicarakan secara terbuka;
b. Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan berlandaskan cinta dan
didukung oleh ikatan cinta;
c. Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan yang lama
dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah satu pihak.
Menurut Surtiretna (2001:2), pengertian seks bisa ditinjau dari 5 aspek antara lain :
a. Seks ditinjau dari segi biologis

19

Universitas Sumatera Utara

Bagaimana remaja tersebut memahami tentang seks itu sendiri yang mana
karakteristik kelamin primer yang menunjuk pada organ tubuh yang langsung
berhubungan dengan alat persetubuhan dan proses repruduksi. Perbedaan organ
repruduksi juga termasuk dalam segi biologis yang sejak kecil sudah tertanam dalam
diri anak.
b. Seks ditinjau dari segi Psikologis
Kematangan sangat nampak dalam bidang perilaku seksual. Hal ini disebabkan
karena penyesuaian diri sikap bermusuhan dengan lawan yang merupakan ciri dari
akhir masa kanak-kanak dan masa puber, menjadi sikap menaruh minat dan
mengembangkan kasih sayang kepada mereka merupakan penyesuaian yang radikal.
Remaja yang tidak berkencan karena mereka kurang menarik bagi lawan jenis atau
karena mereka masih meneruskan perasaan tidak senang pada lawan jenis, dianggap
tidak matang oleh teman-teman sebaya, keadaan ini menyebabkan terputusnya
hubungan sosial remaja dengan teman-teman yang sikap dan perilaku terhadap lawan
jenis sudah menjadi lebih matang. Menolak peran seks yang diakui dan terus-menerus
memikirkan masalah seks, kehamilan sebelum menikah dan pernikahan sebelum
remaja dapat mencari nafkah, juga dianggap sebagai tanda-tanda ketidakmatangan.
Menolak peran seks yang diakui, terlebih bagi gadis-gadis, dianggap sebagai salah
satu ketidakmatangan yang paling berbahaya dibidang ini karena dapat merupakan
sumber kesulitan dalam perkawinan.
c. Seks ditinjau dari segi Agama
Dalam agama Islam, pendidikan seks tidak dapat dipisahkan dari agama dan
bahkan harus sepenuhnya dibangun diatas landasan agama. Dengan mengajarkan
pendidikan seks yang demikian, diharapkan dapat terbentuk individu remaja yang
menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab, baik pria maupun wanita sehingga
20

Universitas Sumatera Utara

mereka mampu berperilaku sesuai dengan jenisnya dan bertanggungjawab atas
kesesuaian dirinya serta dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungan sekitarnya,
strata sosial ekonomi akan berpengaruh pada tingkat pendidikan dan hubungan sosial
seseorang dengan orang lain, sehingga fungsi-fungsi pengenalan ingatan, khayalan
dan daya fikir individu yang semua itu akan mempengaruhi terhadap informasi,
kemajuan teknologi sangat besar perananya, sehingga jelas bahwa orang yang hidup
dikota akan berbeda kebutuhannya dengan orang yang hidup didesa. Dengan kata lain
bahwa lingkungan mempengaruhi kebutuhan manusia baik materi maupun non
materi. Perbuatan seseorang adalah cerminan dari pemenuhan kebutahan orang
tersebut. Dengan demikian iman yang ada pada hati nurani dan perasaan takut pada
tuhan mempunyai peranan yang penting terhadap kebutuhan manusia dan itu semua
sudah dibatasi dalam hukum agama.

d. Seks ditinjau dari Sosial
Bernstein

(dalam

Hurlock,

2004:129)

menjelaskan

bahwa

seksisme

(pemahaman seks) dimulai dari kegiatan di taman kanak-kanak dimana gadis-gadis
kecil diarahkan bermain dengan boneka dan diluar kegiatan rekreasi antara anak lakilaki dan perem puan sangat dibedakan misalnya, anak laki-laki diberi bola dan alat
pemukulnya, sedangkan anak perempuan bermain lompat tali, perantara penting yang
mampu memberikan pendidikan pendidikan atau peran seks diri anak adalah media
massa, buku cerita, pertunjukkan TV yang dilihat dan semua yang mengerahkan pada
penggolongan peran seks. Pendidikan seks saat ini harus mengantisipasi kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara pada satu atau dua dekade mendatang agar subjek atau
peserta didik dapat mengambil peran yang tepat dalam kehidupan. Pendidikan sebagai
investasi kemanusian jangka panjang (long range human investment) harus memberi
21

Universitas Sumatera Utara

kemungkinan suksesnya kehidupan manusia pada masa yang akan datang. Berbagai
kemajuan teknologi, penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik,
termasuk didalamnya terdapat informasi tentang seks, menantang para pendidik
dimanapun ia berada untuk berpartisipasi secara aktif dan benar menyiapkan anak
bangsa membangun masa depan yang baik, mapun menyangkal berbagai informasi
yang justru mampu merusak masa depan.

e. Seks ditinjau dari segi Hukum
Kesopanan pada umumnya mengenai adat kebiasaan yang baik dalam hubungan
antara berbagai anggota masyarakat, sedangkan kesusilaan mengenai juga adat
kebiasaan yang baik itu, tetapi yang khusus ini sedikit banyak mengenai kelamin
(seks) seorang manusia yang sudah tercantum dalam KUHP. Menurut Oemar Seno
Adji dalam karangannya pada majalah “Hukum dalam Masyarakat” Tahun 1965
Nomor 3,4,5,6 dan tahun 1966 Nomor 1,2,3 menggunakan istilah delict susila.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seks adalah segala sesuatu yang
berkenaan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang mempunyai peranan masingmasing dalam kehidupannya.

2.4. Pekerja Seks Komersial
2.4.1.Pengertian PSK
Pelacur adalah orang yang melacur di dunia pelacuran. Pemaknaan terhadap isitilah
pelacur akan menciptakan bingkai pemahaman atau pandangan dunia tentang pelacuran yang
akan mengejawantahkan dalan sikap dan perilaku menerima atau menolak. Dalam Kamus
22

Universitas Sumatera Utara

Besar Bahasa Indonesia istilah pelacur berkata dasar “lacur” yang berarti malang, celaka,
gagal, sial, buruk. Selain pelacur, istilah lain untuk menyebut para penjaja daging mentah itu
adalah sundel, yang berarti perempuan jalang, liar, nakal, pelanggar norma susila. Disamping
itu kata lain yang sinonim dengan kata pelacur adalah lonte yang semakna dengan sundel.
Dengan melihat perkembangan istilah-istilah tersebut, semakin bisa di pahami bahwa bahasa
sebenarnya milik masyarakat. Perluasan dan penyempitan pemahaman sebuah bahasa selalu
berkembang secara arbitrer seiring dengan perkembangan masyarakat. Seperti akhir-akhir ini,
istilah pelacur menemukan istilah barunya, yakni “Pekerja Seks Komersial (PSK)”
sebagaimana kerap dipakai oleh pakar,praktisi,dan pejabat sebagaiman contoh diatas.
PSK adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas seksual dengan tujuan
untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah memakai jasa mereka tersebut
(Koentjoro, 2004:26). Di beberapa negara istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian
yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan PSK. Ini artinya bahwa para
perempuan itu adalah orang yang tidak bermoral karena melakukan suatu pekerjaan yang
bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan yang berlaku. PSK adalah sebagai seseorang yang
memperjualbelikan tubuh, kehormatan dan kepribadian kepada bayak orang untuk
memuaskan nafsu-nafsu dengan memperoleh imbalan pembayaran.

2.4.2.Sejarah PSK
Pelacuran merupakan profesi yang sangat tua usianya, setua umur kehidupan manusia itu
sendiri. Pelacuran selalu ada sejak zaman purba sampai sekarang. Pada masa lalu pelacuran
selalu dihubungkan dengan penyembahan dewa-dewa dan upacara-upacara keagamaan
tertentu. Ada praktek-praktek keagamaan yang menjurus pada perbuatan dosa dan tingkah
laku cabul yang tidak ada bedanya dengan kegiatan pelacuran. Pada zaman kerajaan Mesir
Kuno, Phunjsia, Assiria, Chalddea, Ganaan dan di Persia, penghormatan terhadap dewa23

Universitas Sumatera Utara

dewaIsis, Moloch, Baal, Astrate, Mylitta, Bacchus dan dewa-dewalain disertai orgie-orgie.
Orgie (orgia) adalah pesta kurban untuk para dewa, khususnya pada dewa Bachus yang terdiri
atas upacara kebaktian penuh rahasia dan bersifat sangat misterius disertai pesta-pesta makan
dengan rakus dan mabuk secara berlebihan. Orang-orang tersebut juga menggunakan obatobat pembangkit dan perangsang nafsu seks untuk melampiaskan hasrat berhubungan seksual
secara terbuka. Sehubungan dengan itu, kuil-kuil pada umunya dijadikan pusat perbuatan
cabul.
Menurut Hull (1997:145)menyatakan bahwa adanya perkembangan pelacuran di
Indonesia dari masa ke masa yang dimulai dari masa kerajaan-kerajaan di Jawa, masa
penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, dan setelah kemerdekaan. Pada masa kerajaan
di Jawa, perdagangan wanita yang kemudian akan dimasukan dalam dunia pelacuran terkait
dengan sebuah sistem pemerintahan yang feodal. Bentuk pelacuran ini disebabkan oleh
konsep kekuasaan raja yang bersifat agung, mulia dan tak terbatas, sehingga mendapatkan
banyak selir. Muncul pula anggapan bahwa, semakin banyak selir yang dimiliki raja maka
semakin kuat pula posisi raja di mata masyarakat. Sistem feodal tidak sepenuhnya
menunjukkan keberadaan komersialisasi industri seks seperti masyarakat modern ini,
meskipun apa yang dilakukan pada masa itu dapat membentuk landasan bagi perkembangan
industri seks yang sekarang.
Setelah masa kerajaan, pelacuran muncul kembali dengan wajah yang berbeda dalam
masa penjajahan Belanda. Pada periode penjajahan Belanda, bentuk pelacuran lebih
terorganisir dan berkembang pesat. Didasarkan pada pemenuhan kebutuhan pemuasaan seks
masyarakat Eropa yang ada di Indonesia, dengan melalui adanya selir-selir. Juga adanya
dasar alasan lain mengapa pelacuran lebih terorganisir dan berkembang pesat, yaitu sistem
perbudakan tradisional. Contohnya dalam pertumbuhan industri seks di pulau Jawa dan

24

Universitas Sumatera Utara

Sumatera, berkembang seiring pendirian perkebunan-perkebunan. Para pekerja perkebunan
dengan mayoritas laki-laki akan menciptakan permintaan aktivitas prostitusi.
Komersialisasi seks di Indonesia terus berkembang, selama pendudukan Jepang
(antara tahun 1941-1945), semua perempuan yang dijadikan budak sebagai wanita penghibur
dikumpulkan dan dijadikan satu dalam rumah-rumah bordir. Bukan hanya wanita yang
tadinya memang sebagai wanita penghibur saja yang masuk ke rumah bordir, di masa
pemerintahan Jepang banyak pula wanita yang tertipu ataupun terpaksa melakukan hal
tersebut. Terdapat perbedaan kehidupan wanita tuna susila dari kedua masa penjajahan
tersebut (Belanda dan Jepang), wanita-wanita yang dijadikan pelacur pada kedua masa
penjajahan tersebut lebih menyukai kehidupannya yang nyaman pada masa penjajahan
Belanda dibanding dengan masa penjajahan Jepang. Hal ini dikarenakan banyak Sinyo yang
memberi hadiah (pakaian, uang, perhiasan, tempat tinggal), sedangkan orang Jepang terkenal
pelit dan lebih suka kekerasan (Hull, 1997:15).
Kemudian pelacuran lebih bervariatif pada tahun 1980-an dengan diawali munculnya
fenomena baru yaitu hadirnya perek , yang biasa diartikan sebagai perempuan eksperimental.
Kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga kalangan ekonomi menengah, masih
bersekolah, dan bekerja sebagai pekerja seks. Menurut Murray (1993:5, dalam Hull 1997)
menyatakan bahwa mereka menekankan kepentingan diri sendiri, secara bebas melakukan
hubungan seks dengan siapa saja yang mereka inginkan, dengan atau tanpa bayaran. Biasanya
seorang perek adalah seseorang wanita muda, dengan memiliki jiwa petualang dan
mempunyai sikap melawan.
2.4.3. Jenis Jenis PSK
Karena sangat beranekan ragamnya pelacuran di Indonesia membuat upaya
pengklasifikasikan pelacuran menjadi rumit. Terdapat banyak jenis-jenis pelacuran

25

Universitas Sumatera Utara

perempuan di Indonesia dan untuk membedakannya agak rumit. Adapun jenis jenis PSK
adalah :
a. Pekerja Seks Komersial Langsung ( PSKL)
Perempuan ini bekerja langsung di lokalisasi dan dengan terang – terangan
menjajahkan dirinya. Mereka memasang tarif beragam, mulai dari yang termahal
sampai yang termurah. Tidak ada tarif resmi, tergantung kesepakatan antara si pria
dengan PSK tersebut. Contoh PSK langsung adalah PSK yag berada di Losmen
Sinabung, lokalisasi yang saya teliti ini.
b. Pekerja Seks Komersial Tidak langsung (PSKTL)
Perempuan yang bekerja di tempat yang terselubung, dan mereka tidak
menjajahka diri secara langsung. Contoh PSKTL adalah PSK yang menerima pijat
plus-plus dan ada salon salon tertentu menawarkan perawatan diri bagi pria tetapi
mereka memberi servis lebih dengan cara berhubungan badan. Menyoal tentang tarif
PSKTL mempunyai tarif resmi. Tidak ada tawar menawar pada transaksi seks tersebut.
Tarif pelayanan pelacur dapat di bagi menjadi empat kategori berdasarkan panjangnya
pelayanan, tingkat pendidikan, daya tarik PSK dan keterampilan PSK dalam berhubungan
seks. Kreteria kedua adalah lokasi pelayanan. Semakin nyaman tempat yang digunakan,
semakin tinggi tarifnya. Yang paling memperhatinkan adalah pelacur kelas bawah. Mereka
berpraktik di tepi jalan atau lokalisasi liar. Mereka sering disebut sampah masyarakat dan
dianggap mengotori keindahan kota. Pelacur jenis ini sering ditangkap dan dipenjara, namun
belum pernah ada upaya yang signifikan dari pemerintah untuk menyejaherakan mereka
sebagai tindak lanjut dari penangkapan atau pemenjaraannya.
Namun, Berdasarkan modus operasinya, PSK di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu
a. Terorganisasi

26

Universitas Sumatera Utara

Terorganisasi merupakan mereka yang terorganisasi dengan adanya pimpinan,
pengelola atau mucikari, dan para pekerjanya mengikuti aturan yang mereka tetapkan.
Dalam kelompok ini adalah mereka yang bekerja di lokalisasi, panti pijat, salon
kecantikan.
b. Tidak Terorganisasi
Tidak Teroganisasi merupakan mereka yang beroperasi secara tidak tetap, serta
tidak terorganisasi secara jelas. Misalnya pekerja seks di jalanan, kelab malam,
diskotik.

2.5.Faktor Terjerumusnya Wanita menjadi PSK
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan menjadi PSK adalah sebagai
berikut.
1. Faktor Individu
Sudah menjadi suatu kodrat bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa dan raga. Idelanya
roh, jiwa dan raga harus berfungsi secara seimbang. Jiwa manusia terdiri dari tiga aspek yaitu
kognisi (berpikir), afeksi (emosi dan perasaan) dan konasi (kehendak, kemauan dan
psikomotor). Selain mengalami pertumbuhan fisik, manusia juga mengalami perkembangan
kejiwaannya. Didalam masa perkembangan kejiwaan inilah kepribadian terbentuk, dan
terbentuknya kepribadian itu sangat dipenagruhi oleh dinamika perkembangan konsep
dirinya. Perkembangan ini dialami secara berbeda antara individu yang satu dengan yang
lain.
Dengan demikian, tidak ada manusia yang memiliki kesamaan secara mutlak antara
seorang dengan yang lain. Mungkin kita jumpai ada orang-orang yang mirip. Mereka

27

Universitas Sumatera Utara

memiliki persamaan dalam satu atau beberapa hal, yaitu bentuk fisik, sifat, sikap, pendapat
atau kegemaran, juga watak, temperamen dan perilakunya, namun tidak dalam segala hal.
Faktor-faktor individu yang memengaruhi remaja menjadi PSK antara lain:
a. Gangguan kepribadiaan,terdiri dari :
1) Gangguan cara berpikirnya: distorsi kognitif, keyakinan/cara berpikir yang salah atau
negative thinking, penalaran semaunya sendiri. Gangguan cara berpikir ini dapat
terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain pandangan atau cara berpikir yang keliru
atau menyimpang dari pandangan umum yang menjadi norma atau nilai-nilai hakiki
dari apa yang dianggap benar oleh komunitasnya. Membuat alasan-alasan yang
dianggap benar menurut penalarannya sendiri guna membenarkan perilakunya yang
menyalahi norma-norma yang berlaku. Dapat juga berupa pandangan-pandangan
negative atau selalu berpikir negatif dan pesimistis. Dengan cara pandang dan cara
berpikirnya yang keliru, biasanya individu yang mengalami cara berpikir terdistorsi
ini akan manghalalkan segala tindakannya dengan megumukakan alasan-alasan yang
tidak wajar. Mengabaikan norma yang ada dan membenarkan dirinya atas perilakunya
yang salah itu berlandaskan alasan-alasan yang dibuat-buat sekehendak hatinya.
Prinsipnya asal ada alasan, maka tindakannya dapat dibenarkan.
2) Gangguan emosi
Adanya gangguan emosi, antara lain emosi labil, mudah marah, mudah sedih dan
seringkali putus asa, ingin menuruti gejolak hati, maka kemampuan pengontrolan atau
penguasaan dirinya akam terhambat. Gangguan emosi juga dapat terwujud melalui
perasaan rendah diri, tidak mencintai diri sendiri mauun orang lain, tidak mengenal
cinta kasih dan simpati, tidak dapat berempati, rasa kesepian dan merasa terbuang.
Tidak jarang orang yang mengalami gangguan emosi menjadi taku kehilangan teman
walau tahu temannya memiliki niat jahat.
28

Universitas Sumatera Utara

3) Gangguan kehendak dan perilaku
Kehendak dan perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh fungsi fisiologis fisik, juga
dipengaruhi oelh pikiran dan perasannya. Jadi kalau pikiran dan emosinya sudah
mengalami gangguan, maka dapat dipastikan perilaku atau keinginannya juga
mengalami dampak dari gangguan pada pikiran dan emosinya, sikap dan perilakunya
akan terpengaruhi dan biasanya dapat terjadi kehilangan kontrol, sehingga bertindak
tidak terkendali atau bertindak sesuai dengan norma yang ada di dalam lingkungan.
b. Pengaruh Usia
Dengan mencapai usia mendekati masa remaja, maka kelenjar kelamin mulai
menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
seksual anak yang meningkat pada remaja. Dalam akil baligh ini banyak perubahan
yang terjadi. Perubahan secara fisik jelas terlihat dari bertambah tinggi, besar badan,
tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara pada wanita dan
tumbuhnya jakun pada pria. Diikuti oleh perubahan emosi, minat, sikap dan perilaku
yang dipengaruhi oleh perkembangan kejiwaan anaka remaja itu. Pada saat-saat ini
remaja mengalami perasaan ketidakpastian, disatu sisi merasa sudah bukan kanakkanak lagi, akan tetapi juga belum mampu menerima tanggung jawab sebagai orang
dewasa karena memang masih sangat mudah dan kurang pengalaman. Pada masa ini
remaja lebih senang bergaul dengan teman-teman sebayanya, ingin jadi anak gaul
yang diterima didalam lingkungannya dan mulai mencari identitas dirinya. Ingin
ngetrend dan mendapat pengakuan dari lingkungannya. Rasa ingin tahu besar dan
suka coba-coba,kurang mengerti resiko disebabkan kurangnya pengalaman dan
penalaran. Dalam keadaan demikian, biasanya remaja mudah terjebak ke dalam
kenakalan remaja ataupun penyalahgunaan narkoba.
c. Pandangan atau Keyakinan yang keliru
29

Universitas Sumatera Utara

Banyak remaja yang mempunyai keyakinan yang keliru dan menganggap
enteng akan hal-hal yang membahayakan, sehingga mengabaikan pendapat orang lain,
menganggap dirinya pasti dapat mengatasi bahaya itu, atau merasa yakin bahwa
pendapatnya sendirilah yang benar, akibatnya mereka dapat terjerumus ke dlam
tindakan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba.

d. Religiusitas yang rendah
Anak yang bertumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang religiusitasnya
rendah, bahkan tidak pernah mendapat pengajaran dan pengertian

mengenai

Tuhannya secara benar, maka biasanya memiliki kecerdasan spritual yang rendah.
Dengan demikian tidak ada patokan akan nilai-nilai yang dianutnya untuk bertindak,
sehingga berperilaku sesuka hatinya, tidak tahu masalah yang baik dan buruk dan
tidak takut akan berbuat dosa.
2. Faktor Ekonomi
Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian azas penghasilan, produksi,distribusi,
pemasukan dan pemakaian barang serta kekayaan, penghasilan, menjalankan usaha menurut
ajaran ekonomi. Salah satu penyebab faktor ekonomi adalah:
a. Sulit Mencari Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari yang merupakan sumber
penghasilan. Ketiadaan kemampuan dasar untuk masuk dalam pasar kerja yang
memerlukan persyaratan, menjadikan wanita tidak dapat memasukinya. Atas berbagai
alasan dan sebab akhirnya pilihan pekerjaan inilah yang dapat dimasuki dan menjanjikan
penghasilan yang besar tanpa syarat yang susah (Mudjijono,2005:78).

30

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan survei yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)
tahun 2003-2004 menjadi PSK karena iming-iming uang kerap menjadi pemikat yang
akhirnya justru menjerumuskan mereka ke lembah kelam. Alasan seorang wanita
terjerumus menjadi pekerja seks adalah karena desakan ekonomi, dimana untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari namun sulitnya mencari pekerjaan sehingga menjadi
pekerja seks merupakan pekerjaan yang termudah. Penyebab lain diantaranya tidak
memiliki modal untuk kegiatan ekonomi, tidak memiliki keterampilan maupun
pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga menjadi pekerja seks
merupakan pilihan. Faktor pendorong lain untuk bekerja sebagai PSK antara lain terkena
PHK sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup menjadi PSK merupakan
pekerjaan yang paling mudah mendapatkan uang.
b. Gaya Hidup
Adalah cara seseorang dalam menjalani dan melakukan dengan berbagai hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pergeseran norma selalu terjadi dimana saja
apalagi dalam tatanan masyarakat yang dinamis. Norma kehidupan, norma sosial, bahkan
norma hukum seringkali diabaikan demi mencapai sesuatu tujuan (Gunarsa, 2003:20).
Kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindari kesulitan hidup,
selain itu untuk menambah kesenangan melalui jalan pintas. Menjadi pekerja seks dapat
terjadi karena dorongan hebat untuk memiliki sesuatu. Jalan cepat yang selintas terlihat
menjanjikan untuk memenuhi sesuatu yang ingin dimiliki.
Gaya hidup yang cenderung mewah juga dengan mudah ditemui pada diri pekerja
seks. Ada kebanggaan tersendiri ketika menjadi orang kaya, padahal uang tersebut
diketahui diperoleh dari mencari nafkah sebagai PSK . Gaya hidup menyebabkan makin
menyusutnya rasa malu dan makin jauhnya agama dari pribadi-pribadi yang terlibat
dalam aktifitas prostitusi maupun masyarakat. Pergeseran sudut pandang tentang nilai31

Universitas Sumatera Utara

nilai budaya yang seharusnya dianut telah membuat gaya hidup mewah dipandang
sebagai gaya hidup yang harus di miliki.
c. Keluarga yang tidak mampu
Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang peranannya besar
sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangannya yang
menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Masalah yang sering
terjadi dalam keluarga adalah masalah ekonomi. Dimana ketidak mampuan dalam
memenuhi kebutuhan didalam keluarga, sehingga kondisi ini memaksa para orang tua
dari kelurga miskin memperkerjakan anaknya sebagai PSK. Pada dasarnya tidak ada
orang tua yang mau membebani anaknya untuk bekerja namun karena ketidakmampuan
dan karena faktor kemiskinan, sehingga tidak ada pilihan lain mempekerjakan anak
menjadi pekerja seks, untuk pemenuhan tuntutan kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat
ditoleransi (Agus, 2005:57).
Pelacuran erat hubungannya dengan masalah sosial. Pasalnya kemiskinan sering
memaksa orang bisa berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup termasuk
melacurkan diri ke lingkaran prostitusi. Hal ini biasanya dialami oleh perempuanperempuan kalangan menengah kebawah.
3. Faktor Kekerasan
Kekerasan adalah segala bentuk tindakan kekerasan yang berakibat atau mungkin
berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap seseorang
termasuk ancaman dan tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena-mena,
kebebasan baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi
(Depkes RI, 2003). Dimana salah satu faktor kekerasan adalah:
a. Perkosaan

32

Universitas Sumatera Utara

Adalah suatu tindakan kriminal dimana si korban dipaksa untuk melakukan aktifitas
seksual khususnya penetrasi alat kelamin diluar kemauannya sendiri. Perkosaan adalah
adanya prilaku kekerasan yang berkaitan dengan hubungan seksual yang dilakukan
dengan jalan melanggar hukum. Banyaknya kasus kekerasan terjadi terutama kekerasan
seksual, justru dilakukan orang-orang terdekat. Padahal mereka semestinya memberikan
perlindungan dan kasih sayang serta perhatian yang lebih dari pada orang lain seperti
tetangga maupun teman. Seorang wanita korban kesewenangan kaum lelaki menjadi
terjerumus sebagai PSK. Dimana seorang wanita yang pernah diperkosa oleh bapak
kandung, paman atau guru sering terjerumus menjadi pekerja seks (Agus, 2005:59).
Korban pemerkosaan menghadapi situasi sulit seperti tidak lagi merasa berharga di
mata masyarakat, keluarga, suami, calon suami dapat terjerumus dalam dunia prostitusi.
Artinya tempat pelacuran dijadikan sebagai tempat pelampiasan diri untuk membalas
dendam pada laki-laki dan mencari penghargaan. Biasanya seorang anak korban
kekerasan menjadi anak yang perlahan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Tetapi di
sisi lain juga menimbulkan kegairahan yang berlebihan. Misalnya anak yang pernah
diperkosa banyak yang menjadi PSK.

b. Dipaksa / Disuruh Suami
Dipaksa adalah perbuatan seperti tekanan, desakan yang mengharuskan /mengerjakan
sesuatu yang mengharuskan walaupun tidak mau. Istri adalah karunia Tuhan yang
diperuntukkan bagi suaminya. Dalam kondisi yang wajar atau kondisi yang normal pada
umumnya tidak ada seorang suami pun yang tega menjajakan istrinya untuk dikencani
lelaki lain. Namun kehidupan manusia di dunia ini sangat beragam lagi berbeda-beda
jalan hidupnya, sehingga ditemui pula kondisi ketidakwajaran atau situasi yang
33

Universitas Sumatera Utara

berlangsung secara tidak normal salah satunya adalah suami yang tega menyuruh istrinya
menjadi pelacur. Istri melacur karena disuruh suaminya, apapun juga situasi dan kondisi
yang menyebabkan tindakan suami tersebut tidaklah dibenarkan, baik oleh moral
ataupun oleh agama. Namun istri terpaksa melakukannya karena dituntut harus
memenuhi kebutuhan hidup keluarga, mengingat suaminya adalah pengangguran.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi
individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan
fisik, lingkungan psikososial, lingkungan biologis dan lingkungan budaya. Lingkungan
psikososial meliputi keluarga, kelompok, komuniti dan masyarakat. Lingkungan dengan
berbagai ciri khusunya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran
kepribadian pada anak. Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar
yang terbentuk dalam keluarga, sehingga penyimpangan prilaku yang tidak baik dapat
terhindari. Dimana salah satu faktor lingkungan adalah :
a. Seks Bebas
Pada dasarnya kebebasan berhubungan seks antara laki-laki dan wanita sudah ada
sejak dahulu, bahkan lingkungan tempat tinggal tidak ada aturan yang melarang siapapun
untuk berhubungan dengan pasangan yang diinginkannya (Mudjijono, 2005:89).
Lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup
bermasyarakat, sehingga diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik dalam pergaulan
sehari-hari. Mode pergaulan diantara laki-laki dengan perempuan yang semakin bebas
tidak bisa lagi membedakan antara yang seharusnya boleh dikerjakan dengan yang
dilarang. Di beberapa kalangan remaja ada yang beranggapan kebebasan hubungan
badan antara laki-laki dan perempuan merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa wanita
menjadi PSK tidak semata karena tuntutan ekonomi tetapi juga akibat kekecewaan oleh
34

Universitas Sumatera Utara

laki-laki. Dimana kesuciannya telah terenggut dan akhirnya merasa kepalang tanggung
sudah tidak suci lagi dan akhirnya memutuskan untuk menjadi PSK.
b. Turunan
Turunan adalah generasi penerus atau sesuatu yang turun-temurun. Tidak dapat
disangkal bahwa keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar
berinteraksi sosial. Melalui keluarga anak belajar berespons terhadap masyarakat dan
beradaptasi ditengah kehidupan yang lebih besar kelak . Lingkungan keluarga seringkali
disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi perkembangan
orang yang ada didalamnya.
Adakalanya melalui tindakan-tindakan, perintah-perintah yang diberikan secara
langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan. Orang tua atau saudara
bersikap atau bertindak sebagai patokan, contoh, model agar ditiru. Berdasarkan hal-hal
diatas orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan anak, jadi gambaran
kepribadian dan prilaku banyak ditentukan oleh keadaan yang ada dan terjadi
sebelumnya (Gunarsa, 2000). Seorang anak yang setiap saat melihat ibunya melakukan
pekerjaan itu, sehingga dengan tidak merasa bersalah itupula akhirnya ia mengikuti jejak
ibunya. Ibu merupakan contoh bagi anak.
c. Broken Home
Keluarga adalah sumber kepribadian seseorang, didalam keluarga dapat ditemukan
berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang. Lingkungan keluarga
dan orang tua sangat berperan besar dalam perkembangan kepribadian anak. Orang tua
menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan
corak dan gambaran kepribadian seseorang. Lingkungan rumah khususnya orang tua
menjadi sangat penting sebagai tempat tumbuh dan kembang lebih lanjut. Perilaku
negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang
35

Universitas Sumatera Utara

di alami dalam keluarga. Hubungan antara pribadi dalam keluarga yang meliputi
hubungan antar orang tua, saudara menjadi faktor yang penting munculnya prilaku yang
tidak baik.
Dari paparan beberapa fakta kasus anak yang menjadi korban perceraian orang
tuanya, menjadi anak-anak brokenhome yang cenderung berprilaku negatif seperti menjadi
pecandu narkoba atau terjerumus seks bebas dan menjadi PSK. Anak yang berasal dari
keluarga broken home lebih memilih meninggalkan keluarga dan hidup sendiri sehingga
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sering mengambil keputusan untuk berprofesi sebagai
PSK, dan banyak juga dari mereka yang nekat menjadi pekerja seks karena frustasi setelah
harapannya untuk mendapatkan kasih sayang dikeluarganya tidak terpenuhi.

2.6. Kesejahteraan Sosial
2.6.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial
Secara yurudis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial dimuat dalam UU No.11
tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pada pasal 1 ayat 1
mengartikan

kesejahteraan

sosial

sebagai

“kondisi

terpenuhinya

kebutuhan

materil,spiritual,dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan
diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial”. James Midgley (Isbandi Rukiminto Adi:7)
mendefenisikan kesejahteraan sosial adalah “ sesuatu kesamaan atau kondisi kehidupan
manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelolah dengan
baik,ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi
dimaksimalkan

Elizabeth

Wickenden

(Budhi

dan ketika kesempatan sosial dapat
Wibhawa,2010:23)

mendefenisikan

kesejahteraan untuk menjamin pemenuhan kebutuha sosial yang di kenal sebagai kebutuhan
dasar bagi kesejahteraan manusia dan berfungsinya ketertiban sosial secara baik.

36

Universitas Sumatera Utara

Pengertian lain juga dapat dikembangkan dari hasil Pre-Confrence Working for the 15
th International Confrence of Sosial welfare yakni “ Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan
usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Didalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan
pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan masyarakat, seperti
pendapatan, jamina sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan rekreasi budaya dan lain
sebagainya (Huda, 2009 : 73).
Dari defenisi tersebut dapat dipahami 3 hal, yaitu sebagai berikut ;
a. Konsep pelayanan sosial (bidang praktik pekerjaan sosial) mencakup aktivitas yang
sangat luas, mulai dari perundang-undangan sosial sampai kepada tindak langsung
pemberian bantuan.
b. Konsep Kesejahteraan Sosial dapat menciptakan kondisi masyarakat dimana masalah
sosial dapat diatasi dan dapat memaksimalkan kesempatan sosial, misalnya didalam
kesempatan bekerja dan berpartisipasi dalam pembangunan.
c. Konsep Kesejahteraan Sosial berbeda dengan Kesejahteraan yaitu suatu kondisi
terpenuhinya kebutuhan sosial ( Kesejahteraan sosial sebagi suatu keadaan ) menjadi
dasar bagi terciptanya kesejahteraan ( sebagai keadaan yag baik dalam semua aspek
kehidupan manusia )
d.
2.6.2. Peran Pekerja Sosial dalam Mendampingi PSK
Pekerja sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan, yang bertujuan untuk
meningkatkan keberfungsian sosial individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Sementara
itu, pengertian pekerja sosial yang diadopsi oleh IFSW (International Federation Of Sosial
Workers), General Meeting,26 juli 2000, Montereal Canada, adalah profesi untuk
meningkatkan perubahan sosial, pemecahan masalah dalam hubungan kemanusiaan serta
37

Universitas Sumatera Utara

pemberdayaan serta kebebasan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan
mengunakan teori-teori perilaku manusia dan sistem sosial, pekerja sosial mengintervensi
pada titik-titik dimana masyarakat berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hal
asasi kemanusiaan dan keadilan sosial adalah hal yang fundamental bagi pekerjaan sosial.
Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam
pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman praktek di
bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan
melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial (Kepmensos,2007). O’Connor menyebutkan
bahwa pekerjaan sosial dan praktek pekerjaan sosial mencoba meningkatkan taraf hidup
manusia dan menyeimbangkan kembali ketidakadilan dan penderitaan yang dialami warga
masyarakat. Praktisi kesejahteraan sosial mencoba untuk memobilisasi berbagai daya yang
terdapat pada individu, komunitas dan Negara bagian yang ditujukan untuk memperbaiki
proses dimana individu dan kelompok termajinalisasikan dan kehilangan kemampuan untuk
berpartisipasi (Adi,2004 : 9).
Praktisi kesejahteraan sosial dan praktisi komunitas adalah seseorang yang melalui
pelatihan professional maupun lembaga pendidikan, telah menyerap nilai, sikap, pengetahuan
dan keterampilan agar dapat bekerja secara mandiri, berkelompok dan dalam lembaga
kesejahteraan atau program yang ditujukan untuk mempromosikan, menyembuhkan atau
memperbaiki keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok sosial atau komunitas yang
lebih

luas.

Pekerja

sosial

mendedikasikan

layanannya

untuk

kesejahteraan

dan

pengembangan diri dari manusia dan juga masyarakat dimana mereka tinggal. Pencapaian
keadilan sosial haruslah sejalan dengan pencapaian pemenuhan kebutuhan individu. Profesi
pekerjaan sosial mengambil kleinnya dari individu, keluarga, kelompok, organisasi,
komunitas ataupun masyarakat yang lebih luas untuk memberikan pelayanan (Adi,2004:10).

38

Universitas Sumatera Utara

Skidmore Thackeray dan Farley menggambarkan proses case work dalam proses
pendampingan PSK menjadi empat bagian yaitu
a. Tahap penelitian
Pada tahap ini klein menjalin relasi dengan caseworker. Tahapan ini caseworker
mencoba untuk memilah-milah mengenai informasi atau data mengenai proses
pendampingan PSK.
b. Tahap Pengkajian
Pada tahap ini, caseworker diharapkan melakukan berbagai macam bentuk terapi
ataupun treatment tergantung pada kebutuhan dan keunikan masing-masing klein.
Dengan bekerja sama dengan pihak-pihak lain ataupun dari profesi lain seperti
dokter,psikolog yang dapat dijadikan masukan pada tahap ini.menggunakan prinsipprinsip partisipasi agar hubungan klein dengan pihak-pihak terkait terjalin dengan baik.
c. Tahap Intervensi
Pada tahap ini, caseworker dalam melakukan terapi yang dikembangkan,
melakukan proses diskusi dengan melakukan alternative pemecahan masalah bersama
klein. Adanya dorongan memberi pelatihan ketempilan kepada para PSK yang
bertujuan untuk memberi pendapatan tambahan kepada para PSK.

d. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan pemutusan hubungan dengan para PSK, hal ini dilakukan
apabila PSK sudah dapat berdiri sendiri dengan pendapatannya sendiri dengan tidak
melacurkan diri di lokalisasi.

39

Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Pemikiran
Tercapainya kebijakan publik yang berpihak pada PSK di Indonesia adalah jalan
panjang yang membutuhkan beberapa dekade lagi untuk pencapaiannya. Hal ini adalah akibat
dari berbagai persoalan struktural yang belum terpecahkan oleh negara. Satu dari beberapa
aspek struktural tersebut adalah terjadinya kesalahan dalam management penyelenggaraan
negara yang ujung-ujungnya menimbulkan korupsi, pembusukan hukum, pemiskinan dan
pengabaian terhadap hak-hak dasar dari warga negara khususnya perempuan.
Kondisi ini lah yang mendorong P3M berdiri untuk melakukan dampingan dan
advokasi terhadap PSK di Kota Medan, dan melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga
terkait. Banyak contoh kasus kekerasan perempuan salah satu nya adalah seorang laki laki
(suami) yang menjual perempuan (istrinya) kepada germo untuk di jajahkan, penyebab terjadi
kasus ini adalah lagi lagi karena terhimpit ekonomi. Faktor ini akan saling berkorelasi untuk
menjerumuskan perempuan menjadi seorang PSK.
P3M memandang bahwa kehadiran PSK bukanlah hasil pilihan pribadi ataupun
berkaitan dengan moral seseorang, namun keberadaan perempuan pada dunia pelacuran
merupakan korban dari industri seks yang membutuhkan tubuh perempuan dan anak sebagai
barang yang didagangkan. Dalam menangani masalah PSK, P3M melakukan program
pendampingan dan penjangkauan. Adapun bentuk program pendampingan dan penjangkauan
yang dilakukan oleh P3M adalah Outreach Kondom, Pelayanan Klinik VCT (Voluntary
Counseling and Testing), Konseling Trauma Seksual CBT, Pemberian Pelatihan
Keterampilan.
Salah satu wilayah yang menjadi fokus dampingan P3M adalah Losmen Sinabung
yang berlokasi di Jl. Rupat Sambu Medan. Losmen Sinabung adalah satu dari tujuh losmen di
Sambu yang dijadikan tempat lokalisasi pelacuran. Jumlah PSK yang ada di Losmen
Sinabung sampai saat ini adalah 24 orang yang terdiri dari beragam usia mulai dari 17 tahun
40

Universitas Sumatera Utara

hingga 40 tahun, dan rata-rata telah berkeluarga. Program pendampingan dan penjangkauan
ini dilakukan untuk meminimalisir hal-hal terburuk yang terjadi pada PSK seperti HIV/AIDS,
IMS.
Program pendampingan dan penjangkauan ini diharapkan dapat menekan jumlah PSK
di Kota Medan pada umumnya dan Losmen Sinabung pada khususnya. Selain itu pembagian
kondom, dan pemeriksaan Klinik VCT dirasa perlu untuk kesehatan si PSK agar ter