Uji Efektivitas Suspensi Baculovirus oryctes Dan Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Brontispa longssima Gestro (Coleoptera: Chrysomelidae Di Laboratorium)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa Cocus nucifera L. adalah tanaman tropis yang penting bagi negara
Asia dan Pasifik,karena selain sebagai mata pencarian jutaan petani yang mampu
memberikan penghidupan bagi puluhan juta anggota keluarga petani kelapa juga
memberikan devisa negara (Suhardiyono, 1995)
Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari Amerika Selatan. Tanaman
kelapa telah dibudidayakan di sekitar Lembah Andes di Kolumbia, Amerika
Selatan sejak ribuan tahun Sebelum Masehi. Catatan lain menyatakan bahwa
tanaman kelapa berasal dari kawasan Asia Selatan atau Malaysia, atau mungkin
Pasifik Barat. Selanjutnya, tanaman kelapa menyebar dari pantai yang satu ke
pantai yang lain (Warisno, 1998).
Luas areal tanaman kelapa rakyat di Indonesia pada tahun 2007 mencapai
3.786.063 ha dengan produksi 3.176.078 ton kopra dan tersebar di 33 provinsi
(Direktorat Jenderal Perkebunan 2008). Indonesia merupakan negara produsen
kelapa/kopra terbesar kedua dunia setelah Filipina. Arti penting kelapa bagi
masyarakat juga tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat yang mencapai
98% dari 3,89 juta ha total areal kelapa serta melibatkan lebih dari 7,13 juta
rumah tangga petani. Ekspor komoditas kelapa mencapai US$ 288,47 juta dengan
volume 724,160 ton pada tahun 2004 (Effendi, 2008)
Tanaman kelapa disebut juga pohon kehidupan karena dari setiap bagian
tanaman dapat dimamfaatkan untuk memenuhi kehidupan manusia. Buah kelapa
dapat diambil air, daging buah, tempurung dan sabutnya.Salah satu produk yang
dihasilkan dari kelapa adalah sari kelapa. Turunan dari daging kelapa adalah
Universitas Sumatera Utara
daging klapa parut,kulit ari dari kopra. Daging kelapa coconut cream, santan,
kelapa parutan kering, coconut skim milk, samapai kosmetik sebagai turunan
terakhir. Kopra merupakan bahan industri minyak kelapa dan bungkil
kopra (Azmil, 2006).
Semakin tinggi kebutuhan manusia, maka kebutuhan kelapa (kopra)
semakin meningkat. Namun terjadi keseimbangan, dimana setiap tahun kebutuhan
kelapa (kopra) semakin meningkat, sedangkan produksi kelapa menurun. Hal ini
disebabkan karena: (1) Rata–rata tanaman melewati umur produktif (60 tahun ke
atas), (2) Perlakuan budidaya sangat minim, baik pemeliharaan, pemupukan,
maupun pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit dan (3) adanya
serangan
hama/penyakit
yang
tidak
berkesudahan,
walaupun
usaha
pemberantasannya telah dilaksanakan secara intensif (Ibrahim, 2010).
Berbagai
jenis
hama
menyerang
tanaman
kelapa
antara
lain
Oryctes .rhinoceros, Sexava sp, Artona satoxantha, Setora nitens, Plesispa
reichei, dan Brontispa longissima. Hama B.longissima merupakan salah satu
contoh hama yang dahulunya hanya tersebar di beberapa daerah tertentu, namun
tahun-tahun ini telah menyebar luas di beberapa daerah yang sebelumnya tidak
mengalami masalah dengan hama ini (Singh dan Rethinan, 2005).
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu alternatif pengendalian yang
lebih baik, aman terhadap lingkungan. Pengendalian hayati merupakan komponen
utama pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian hayati adalah salah satu
alternatif pengendalian hama yang baik dan dan aman bagi lingkungan. Musuh
alami yang terdapat di alam dapat digunakan dalam mengendalikan organisme
Universitas Sumatera Utara
pengganggu tanaman. Musuh alami tersebut terdiri dari parasitoid, serangga
predator, dan entomopatogen (Oka, 1995).
Salah satu contoh dari bioinsektisida adalah penggunaan baculovirusyang
digunakan sebagai agen pengendali biologis.Virus ini adalah kandidat yang sangat
baik untuk spesies tertentu, aplikasi insektisida spektrum sempit.Mereka telah
terbukti tidak memiliki dampak negatif pada tanaman, mamalia, burung, ikan,
atau bahkan pada serangga non-target.Hal ini terutama diinginkan ketika serangga
yang menguntungkan sedang dilestarikan untuk membantu program PHT secara
keseluruhan (Reardon dkk 1996).
Jamur entomopatogen merupakan pengendalian alternatif dari penggunaan
insektisida kimia. Metarhizium anisopliae adalah salah satu jamur entomopatogen
yang umum digunakan dalam mengendalikan berbagai jenis serangga hama
(terutama serangga yang berpenghuni di tanah dan serangga pada tanaman).
Metarhizium anisopliae dilaporkan dapat menginfeksi kira-kira 200 jenis serangga
dan arthropoda (United States Environmental Protection Agency, 2002).
Baculovirus oryctes telah lama
dimamfaatkan sebagai musuh alami
Oryctes rhinoceros .L dan sangat efektif menginfeksi imago di bandingkan larva.
Mandarina (2008) menyatakan bahwa Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin
pada
dosis
50
gr/L
sangat
efektif
dalam
mengendalikan
imago
Brontispa longssima. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai
“Uji
Efektivitas
Suspensi
Baculovirus
oryctes
Dan
Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Brontispa longssima Gestro.
(Coleoptera : Chrysomelidae) di Laboratorium”
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Untuk
menguji
efektivitas
Suspensi
Baculovirus
oryctes
dan
Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin terhadap Brontispa longssima Gestro.
pada taraf konsentrasi yang berbeda.
Hipotesa Penelitian
1. Suspensi B. oryctes dan M. anisopliae pada taraf konsentrasi berbeda,
memberikan pengaruh yang berbeda untuk menginfeksi imago kumbang janur
kelapa (Brontispa longssima Gestro.)
2. M. anisopliae lebih efektif dibandingkan Suspensi Baculovirus oryctes dalam
mengendalikan imago kumbang janur kelapa (Brontispa longssima Gestro.)
Kegunaan Penelitian
-
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
-
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
Latar Belakang
Kelapa Cocus nucifera L. adalah tanaman tropis yang penting bagi negara
Asia dan Pasifik,karena selain sebagai mata pencarian jutaan petani yang mampu
memberikan penghidupan bagi puluhan juta anggota keluarga petani kelapa juga
memberikan devisa negara (Suhardiyono, 1995)
Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari Amerika Selatan. Tanaman
kelapa telah dibudidayakan di sekitar Lembah Andes di Kolumbia, Amerika
Selatan sejak ribuan tahun Sebelum Masehi. Catatan lain menyatakan bahwa
tanaman kelapa berasal dari kawasan Asia Selatan atau Malaysia, atau mungkin
Pasifik Barat. Selanjutnya, tanaman kelapa menyebar dari pantai yang satu ke
pantai yang lain (Warisno, 1998).
Luas areal tanaman kelapa rakyat di Indonesia pada tahun 2007 mencapai
3.786.063 ha dengan produksi 3.176.078 ton kopra dan tersebar di 33 provinsi
(Direktorat Jenderal Perkebunan 2008). Indonesia merupakan negara produsen
kelapa/kopra terbesar kedua dunia setelah Filipina. Arti penting kelapa bagi
masyarakat juga tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat yang mencapai
98% dari 3,89 juta ha total areal kelapa serta melibatkan lebih dari 7,13 juta
rumah tangga petani. Ekspor komoditas kelapa mencapai US$ 288,47 juta dengan
volume 724,160 ton pada tahun 2004 (Effendi, 2008)
Tanaman kelapa disebut juga pohon kehidupan karena dari setiap bagian
tanaman dapat dimamfaatkan untuk memenuhi kehidupan manusia. Buah kelapa
dapat diambil air, daging buah, tempurung dan sabutnya.Salah satu produk yang
dihasilkan dari kelapa adalah sari kelapa. Turunan dari daging kelapa adalah
Universitas Sumatera Utara
daging klapa parut,kulit ari dari kopra. Daging kelapa coconut cream, santan,
kelapa parutan kering, coconut skim milk, samapai kosmetik sebagai turunan
terakhir. Kopra merupakan bahan industri minyak kelapa dan bungkil
kopra (Azmil, 2006).
Semakin tinggi kebutuhan manusia, maka kebutuhan kelapa (kopra)
semakin meningkat. Namun terjadi keseimbangan, dimana setiap tahun kebutuhan
kelapa (kopra) semakin meningkat, sedangkan produksi kelapa menurun. Hal ini
disebabkan karena: (1) Rata–rata tanaman melewati umur produktif (60 tahun ke
atas), (2) Perlakuan budidaya sangat minim, baik pemeliharaan, pemupukan,
maupun pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit dan (3) adanya
serangan
hama/penyakit
yang
tidak
berkesudahan,
walaupun
usaha
pemberantasannya telah dilaksanakan secara intensif (Ibrahim, 2010).
Berbagai
jenis
hama
menyerang
tanaman
kelapa
antara
lain
Oryctes .rhinoceros, Sexava sp, Artona satoxantha, Setora nitens, Plesispa
reichei, dan Brontispa longissima. Hama B.longissima merupakan salah satu
contoh hama yang dahulunya hanya tersebar di beberapa daerah tertentu, namun
tahun-tahun ini telah menyebar luas di beberapa daerah yang sebelumnya tidak
mengalami masalah dengan hama ini (Singh dan Rethinan, 2005).
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu alternatif pengendalian yang
lebih baik, aman terhadap lingkungan. Pengendalian hayati merupakan komponen
utama pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian hayati adalah salah satu
alternatif pengendalian hama yang baik dan dan aman bagi lingkungan. Musuh
alami yang terdapat di alam dapat digunakan dalam mengendalikan organisme
Universitas Sumatera Utara
pengganggu tanaman. Musuh alami tersebut terdiri dari parasitoid, serangga
predator, dan entomopatogen (Oka, 1995).
Salah satu contoh dari bioinsektisida adalah penggunaan baculovirusyang
digunakan sebagai agen pengendali biologis.Virus ini adalah kandidat yang sangat
baik untuk spesies tertentu, aplikasi insektisida spektrum sempit.Mereka telah
terbukti tidak memiliki dampak negatif pada tanaman, mamalia, burung, ikan,
atau bahkan pada serangga non-target.Hal ini terutama diinginkan ketika serangga
yang menguntungkan sedang dilestarikan untuk membantu program PHT secara
keseluruhan (Reardon dkk 1996).
Jamur entomopatogen merupakan pengendalian alternatif dari penggunaan
insektisida kimia. Metarhizium anisopliae adalah salah satu jamur entomopatogen
yang umum digunakan dalam mengendalikan berbagai jenis serangga hama
(terutama serangga yang berpenghuni di tanah dan serangga pada tanaman).
Metarhizium anisopliae dilaporkan dapat menginfeksi kira-kira 200 jenis serangga
dan arthropoda (United States Environmental Protection Agency, 2002).
Baculovirus oryctes telah lama
dimamfaatkan sebagai musuh alami
Oryctes rhinoceros .L dan sangat efektif menginfeksi imago di bandingkan larva.
Mandarina (2008) menyatakan bahwa Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin
pada
dosis
50
gr/L
sangat
efektif
dalam
mengendalikan
imago
Brontispa longssima. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai
“Uji
Efektivitas
Suspensi
Baculovirus
oryctes
Dan
Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Brontispa longssima Gestro.
(Coleoptera : Chrysomelidae) di Laboratorium”
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Untuk
menguji
efektivitas
Suspensi
Baculovirus
oryctes
dan
Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin terhadap Brontispa longssima Gestro.
pada taraf konsentrasi yang berbeda.
Hipotesa Penelitian
1. Suspensi B. oryctes dan M. anisopliae pada taraf konsentrasi berbeda,
memberikan pengaruh yang berbeda untuk menginfeksi imago kumbang janur
kelapa (Brontispa longssima Gestro.)
2. M. anisopliae lebih efektif dibandingkan Suspensi Baculovirus oryctes dalam
mengendalikan imago kumbang janur kelapa (Brontispa longssima Gestro.)
Kegunaan Penelitian
-
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
-
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara