polimeri pada tanaman hias docx
TUGAS REKAYASA TANAMAN 1
POLIMERI PADA TANAMAN HIAS
Kelompok 2 (Dua) :
Aziz Saputra
Dewi Zaenati
Gatotkurniadi
Julius Kristian
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDY AGROETEKNOLOGI
JAKARTA SELATAN
2014/2015
POLIMERI PADA TANAMAN HIAS
Hukum Pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisansifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya“Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman”. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1.
Hukum pemisahan (segregation ) dari Mendel, juga dikenal sebagai HukumPertama
Mendel. Yang merupakan mengenai kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan
gamet.
2.
Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment ) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Menurut hukum ini, setiap gen / sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen / sifat lain. Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet pada persilangan dihibrid.
Pola pewarisan sifat dari induk pada keturunannya menurut hukum Mendel
1.
Persilangan 1 sifat beda (Bb x Bb) akan menghasilkan rasio fenotip 3 : 1
2.
Persilangan 2 sifat beda (BbTt x BbTt) akan menghasilkan rasio fenotip 9 : 3 : 3 : 1
3.
27: 9:9:9:3:3:3:1 Dimana :
27 yang mempunyai 3 gen dominan
9 yang mempunyai 2 gen dominan
3 yang mempunyai 1 gen dominan
1 yang mempunyai 0 gen dominan
Penelitian W. Bateson dan R.C Punnet melanjutkan mendel yang akhirnya
ditemukan berbagai variasi Ratio yang berbeda dengan Mendel namun masih ada
persamaan kemudian dikenal dengan Hukum semu Mendel (Atavisme Interaksi gen,
Polimeri, Kriptomer, Epistasis – Hipostasis dn Komplementer). Karakter hibrid umumnya
serupa dengan karakter parentalnya (induknya).
PEMBAHASAN POLIMERI
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi
mempengaruhi karakter/sifat yang sama.ciri polimeri adalah makin banyak gen dominan,
maka sifat karakternya makin kuat (Maqdisi, 2011)
Peristiwa
polimeri
ditemukan oleh
Nelson
Ehle,
setelah
melakukan
percobaan dengan menyilangkan gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih.
Persilangan itu menghasilkan keturunan heterozigot berwarna merah lebih muda bila
dibandingkan dengan induknya yang homozigot (merah). Oleh karena itu, biji merah
bersifat dominan tidak sempurna terhadap warna putih. Setelah generasi F1 disilangkan
sesama, pada generasi F2 diperoleh perbandingan fenotip 3 merah : 1 putih (Wan, 2012).
Perhatikan peristiwa polimeri pada persilangan antara bunga Mawar (Rose)
berwarna Merah dan berwarna putih.
Hasil dari persilangan:
Dari contoh peristiwa di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi
samasama berpengaruh terhadap warna merah.
Semakin banyak gen dominan, maka semakin merah warna gandum.
4M = merah tua sekali
3M = merah tua
2M = merah
M = merah muda
m = putih
Menurut Amin (2009) untuk mengetahui apakah suatu gejala itu merupakan
peristiwa poligen atau bukan, perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:
a. Masing – masing gen penghasil warna harus menghasilkan peristiwa yang sama,
misalkan merah semua atau putih semua.
b. Pengaruh gen – gen tersebut bersifat kumulatif (bertambah), makin banyak gennya
makin jelas pengaruhnya.
c. Tidak ada epistasis (karakter yang disingkirkan dalam pewarisan sifat) diantara gen.
d. Tidak terjadi pautan gen (kecenderungan alel-alel pada dua atau lebih lokus pada satu
berkas kromosom yang sama untuk bersegregasi bersama-sama).
e. Tidak ada pengaruh lingkunga, apabila ada pengaruhnya di abaikan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Maqdisi Y.A. 2011.Hukum Mendel. http://yhanis-almaqdisi.blogspot.com/2011/12/hukummendel.html [21 Oktober 2014]
Wan L. 2012. Penyimpangan Hukum Mendel.http://segerahamil.blogspot.com/2012/11
/penyimpangan-hukum-mendel.html [21 Oktober 2014]
Amin M. 2009. Biologi SMA/ MA. Jakarta: PT Bumi Aksara
POLIMERI PADA TANAMAN HIAS
Kelompok 2 (Dua) :
Aziz Saputra
Dewi Zaenati
Gatotkurniadi
Julius Kristian
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDY AGROETEKNOLOGI
JAKARTA SELATAN
2014/2015
POLIMERI PADA TANAMAN HIAS
Hukum Pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisansifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya“Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman”. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1.
Hukum pemisahan (segregation ) dari Mendel, juga dikenal sebagai HukumPertama
Mendel. Yang merupakan mengenai kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan
gamet.
2.
Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment ) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Menurut hukum ini, setiap gen / sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen / sifat lain. Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet pada persilangan dihibrid.
Pola pewarisan sifat dari induk pada keturunannya menurut hukum Mendel
1.
Persilangan 1 sifat beda (Bb x Bb) akan menghasilkan rasio fenotip 3 : 1
2.
Persilangan 2 sifat beda (BbTt x BbTt) akan menghasilkan rasio fenotip 9 : 3 : 3 : 1
3.
27: 9:9:9:3:3:3:1 Dimana :
27 yang mempunyai 3 gen dominan
9 yang mempunyai 2 gen dominan
3 yang mempunyai 1 gen dominan
1 yang mempunyai 0 gen dominan
Penelitian W. Bateson dan R.C Punnet melanjutkan mendel yang akhirnya
ditemukan berbagai variasi Ratio yang berbeda dengan Mendel namun masih ada
persamaan kemudian dikenal dengan Hukum semu Mendel (Atavisme Interaksi gen,
Polimeri, Kriptomer, Epistasis – Hipostasis dn Komplementer). Karakter hibrid umumnya
serupa dengan karakter parentalnya (induknya).
PEMBAHASAN POLIMERI
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi
mempengaruhi karakter/sifat yang sama.ciri polimeri adalah makin banyak gen dominan,
maka sifat karakternya makin kuat (Maqdisi, 2011)
Peristiwa
polimeri
ditemukan oleh
Nelson
Ehle,
setelah
melakukan
percobaan dengan menyilangkan gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih.
Persilangan itu menghasilkan keturunan heterozigot berwarna merah lebih muda bila
dibandingkan dengan induknya yang homozigot (merah). Oleh karena itu, biji merah
bersifat dominan tidak sempurna terhadap warna putih. Setelah generasi F1 disilangkan
sesama, pada generasi F2 diperoleh perbandingan fenotip 3 merah : 1 putih (Wan, 2012).
Perhatikan peristiwa polimeri pada persilangan antara bunga Mawar (Rose)
berwarna Merah dan berwarna putih.
Hasil dari persilangan:
Dari contoh peristiwa di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi
samasama berpengaruh terhadap warna merah.
Semakin banyak gen dominan, maka semakin merah warna gandum.
4M = merah tua sekali
3M = merah tua
2M = merah
M = merah muda
m = putih
Menurut Amin (2009) untuk mengetahui apakah suatu gejala itu merupakan
peristiwa poligen atau bukan, perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:
a. Masing – masing gen penghasil warna harus menghasilkan peristiwa yang sama,
misalkan merah semua atau putih semua.
b. Pengaruh gen – gen tersebut bersifat kumulatif (bertambah), makin banyak gennya
makin jelas pengaruhnya.
c. Tidak ada epistasis (karakter yang disingkirkan dalam pewarisan sifat) diantara gen.
d. Tidak terjadi pautan gen (kecenderungan alel-alel pada dua atau lebih lokus pada satu
berkas kromosom yang sama untuk bersegregasi bersama-sama).
e. Tidak ada pengaruh lingkunga, apabila ada pengaruhnya di abaikan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Maqdisi Y.A. 2011.Hukum Mendel. http://yhanis-almaqdisi.blogspot.com/2011/12/hukummendel.html [21 Oktober 2014]
Wan L. 2012. Penyimpangan Hukum Mendel.http://segerahamil.blogspot.com/2012/11
/penyimpangan-hukum-mendel.html [21 Oktober 2014]
Amin M. 2009. Biologi SMA/ MA. Jakarta: PT Bumi Aksara