Sejarah Pondok Pesantren Al Hidayah Basm

Tugas
Mata Kuliah Sejarah Lokal

Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Hidayah
Basmol

Kelompok 8
1. Desi Ariyanti
2. Handoko Fincensius
3. Mela Fitriyani
4. Yhola Pricilia
5. Zulkifli Pelana
Prodi : Pendidikan Sejarah (A) 2012
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta

Prolog
Karya tulis ini membahas secara sekilas mengenai sejarah dan perkembangan suatu
pondok pesantren yang berada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pembahasan tersebut
terkait dengan studi sejarah lokal. Sejarah lokal adalah sejarah dari suatu “tempat”, suatu
“locality”, yang batasannya ditentukan oleh “perjanjian” penulis sejarah itu sendiri 1. Dalam

karya tulis ini, pendekatan studi sejarah lokal relevan untuk mengkaji mengenai sejarah dan
perkembangan suatu pondok pesantren, karena pembahasan aspek historis (kesejarahan) dan
perkembangannya meliputi suatu lokalitas tertentu (berdasarkan batasan yang ditentukan oleh
“perjanjian” penulis), dalam hal ini lingkungan pesantren dan sekitarnya.
Pesantren, mendengar atau melihat kata itu mungkin yang akan terlintas di benak kita
adalah anak-anak bersarung dan memakai peci (untuk laki-laki), pakaian serba tertutup dan
memakai kerudung (untuk perempuan), serta mereka biasanya terlihat memegang Al-Qur’an
atau kitab-kitab lain di tangannya sambil diletakkan di depan dada. Di tengah kehidupan
gemerlap ibukota dengan segala perkembangannya, sampai kini masih eksis beberapa pondok
pesantren yang sarat muatan pendidikan Islami. Beberapa pondok pesantren ini tetap bertahan
dan berkembang dengan idealisme Islamiahnya di saat sudah banyaknya sekolah-sekolah
formal, baik swasta maupun negeri, gedung-gedung pencakar langit, berbagai pusat
perbelanjaan, dan makin kompleksnya persoalan di ibukota.
Sebelum kita memasuki inti pembahasan dalam karya tulis ini, ada baiknya terlebih
dahulu kita mengetahui definisi mengenai pondok pesantren. Menurut asal katanya,
“pesantren” berasal dari kata “santri” yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an
yang menunjukkan tempat. Dengan demikian, pesantren artinya tempat para santri.
Sedangkan menurut Sudjoko Prasodjo, “pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran
agama, umumnya dengan cara non klasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama
Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama

abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren
tersebut.”2 Dengan demikian, dalam pesantren, sekurang-kurangnya memiliki unsur-unsur:
kyai3, santri, masjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan dan pondok atau asrama

1 Taufik Abdullah, Sejarah Lokal di Indonesia (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 15
2 Sudjoko Prasodjo, et al. Profil Pesantren (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 6
3 Gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan
pesantren dan mengajarkan kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya (Ahmad Mustofa Harun, 2009: 437).
Selain gelar kyai, ia juga sering disebut seorang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya).

sebagai tempat tinggal para santri serta kitab-kitab klasik sebagai sumber atau bahan
pelajaran.4
Selain itu, istilah “Pondok Pesantren” di Indonesia berbeda-beda penyebutannya sesuai
lokalitasnya, seperti di Jawa (termasuk Sunda dan Madura), umumnya digunakan istilah
“pondok” dan “pesantren”, sedangkan di Aceh dikenal dengan istilah “dayah” atau
“rangkang” atau “menuasa”, sedangkan di Minangkabau disebut “surau”.5
Dalam karya tulis ini, pembahasan mengenai pesantren terfokus dan dibatasi pada
pembahasan tentang Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol, baik yang meliputi sejarah dan
perkembangannya dari masa ke masa, sistem pendidikannya, serta dampak maupun
pengaruhnya terhadap masyarakat di lokalitas sekitarnya.

BAB 1. PESANTREN AL-HIDAYAH BASMOL DAN PERKEMBANGANNYA
Awal Pendirian Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol
Pondok Pesantren Al-Hidayah berlokasi di Jl. Raya Basmol RT 006 / RW 06, kampung
Basmol, kelurahan Kembangan Utara, kecamatan Kembangan, kotamadya Jakarta Barat.
Nama “Basmol” berasal dari kata “basmallah” yang artinya “dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Karena Pondok Pesantren Al-Hidayah berada di
wilayah perkampungan Basmol, maka banyak masyarakat sekitar wilayah Basmol yang
kemudian menamakan Pondok Pesantren Al-Hidayah ini dengan nama “Pondok Pesantren
Al-Hidayah Basmol”.6

Gambar 1.1 Peta lokasi pondok pesantren Al-Hidayah

4 Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M. Ag, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 286
5 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 5
6 Hasil wawancara dengan Bpk. Abdul Gofur, Sekretaris Pengurus Harian Pondok Pesantren Al-Hidayah
Basmol, pada tanggal 10 Desember 2013

Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol didirikan pada tahun 1983. Pondok pesantren
ini didirikan oleh Alm. KH Mas’ud Abdul Ghani, dan diteruskan oleh Alm. KH. M.

Hasyim Mas’ud dan sekarang diterusan oleh KH. A. Syarifuddin Abdul Ghoni MA dengan
beberapa pengurus lainnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh dahulunya, sebelum
pembentukannya menjadi sebuah pondok pesantren, Pesantren Al-Hidayah Basmol
merupakan sebuah sekolah. Karena dukungan dari masyarakat sekitar dan keinginan para
pelajar baik dari Ibtidaiyah (SD), maupun dari tingkat Tsanawiyah (SLTP) yang banyak di
antara mereka ingin memperdalam ilmu-ilmu agama dengan kitab Salafiah (Kitab
Kuning), serta untuk kesinambungan proses pendidikan dalam rangka mengisi
pembangunan dalam bidang pendidikan mental spiritual, pihak yayasan Al-Hidayah
memberikan kesempatan kepada mereka untuk ditampung dalam suatu asrama, dan di
samping karena faktor tempat tinggal para pelajar yang rata-rata jauh dari sekolah,
sehingga mereka meminta untuk dibuatkan penginapan.
Keputusan tersebut dimusyawarahkan sebelumnya oleh pihak yayasan dengan beberapa
tokoh ulama untuk dapat menyediakan tempat untuk para pelajar yang mukim7. Dan
berdasarkan hasil musyawarah, akhirnya disetujuilah program penyediaan asrama bagi
pelajar yang tinggalnya jauh dari sekolah dan hasil musyawarah ini pun dilaporkan kepada
ketua yayasan Al-Hidayah yakni KH Mas’ud dan KH Muhtar juga kepada pengurus yayasan
untuk diresmikan. Dengan demikian, secara kelembagaan resmilah Pondok Pesantren AlHidayah Basmol berdiri, karena sudah berubah dari yang dahulunya sebagai sekolah menjadi
pondok pesantren.
Profil Singkat Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol
1.


Kepengurusan
Ada dua hierarki kepengurusan di Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol, lapis

pertama adalah dewan pengasuh (Yayasan) dan lapis kedua adalah dewan pembantu
pengasuhan santri.
Dewan pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol adalah pemegang otoritas
tertinggi yang membuat segala macam kebijaksanaan kepemimpinan. Dewan pengasuh
tersebut terdiri atas:
1) Ketua Yayasan

: K.H. A. Syarifuddin Abd. Ghani, MA

2) Ketua Pondok

: K.H. Alawi Moh. Zen, MA

7 Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.
(Ahmad Mustofa Harun, et al., 2009: 434-435)


3) Wakil Ketua

: H. Ahmad Zawawi Mas’ud

4) Bendahara

: K.H. Abd.Rahman

5) Sekretaris

: H. Niswan Thoyyib

6) Sie Pendidikan

: K.H. Hisyam Hasyim Al Burhany

7) Sie Humas

: H. Muadz Zaelani


8) Sie Keamanan

: H. Ishaq Sholeh

Adapun dewan Pengasuh Harian santri, terdiri atas:
1) Ketua Pondok (lurah)

: H. Nasrullah, Lc

2) Wakil Ketua

: Ainal Yakin, S.Pd.I.

3) Bendahara

: Abqori Hisan

4) Sekretaris

: Abdul Ghofur, S.H.I.


5) Sie Pendidikan

: A. Baihaqi Kamil Arif

6) Sie Kebersihan

: Sirojul Huda

7) Sie Keamanan

: Nawi Abdullah, S.Pd.I

8) Sie Kesehatan

: Nazwa Alawi, S.Kes.M

9) Sie Pengembangan Bahasa

: Agus Antony


Gambar 1.2 Struktur pengurus pondok pesantren Al-Hidayah

2.

Visi Pesantren
o

Semata-mata untuk ibadah kepada Allah SWT dan mengharap ridho-Nya
(tercermin dalam sikap tawadhu, tunduk dan patuh kepada Allah SWT).

o

Mengimplementasikan fungsi Khalifah Allah di muka bumi tercermin dalam
sikap proaktif, inovatif, dan kreatif.

3.

Misi Pesantren


o

Mempersiapkan individu-individu yang unggul dan berkualitas menuju
terbentuknya Khairul Ummah (ummat terbaik) yang dikeluarkan untuk manusia.

o

Mempersiapkan kader-kader ulama dan pemimpin umat (Mundrizul Qoum)
yang muttafaqih fid dien yang berakhlak mulia untuk mampu untuk
melaksanakan: dakwah ilal Khair, 'amar ma'ruf nahi munkar dan indzarul
qoum.

4.

Moto Kepesantrenan
Moto Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol adalah mengacu kepada 4 H, yaitu
Head, Heart, Hand dan Health.
a.

Head: mendidik santri dengan tauhid dan ilmu pengetahuan agar menjadi

manusia yang bukan hanya pandai, tetapi sekaligus juga menjadi muslim yang
kaffah. Dengan upaya ini diharapkan para santri bisa memiliki wawasan yang
luas, tangguh, cerdas dan teliti dalam menghadapi berbagai permasalahan yang
ada.

b.

Heart: mendidik santri dengan iman dan akhlak al-karimah, sehingga ia akan
memiliki ketangguhan dan keberanian untuk membela kebenaran.

c.

Hand: mendidik santri dengan seni dan olah jiwa dan raga, sehingga santri akan
menjadi orang yang mencintai keindahan, dapat menghayati nilai-nilai estetika
serta memiliki ketahanan fisik yang prima.

d.
5.

6.

Health: mendidik santri dengan membiasakan hidup bersih dan sehat.

Tujuan Pondok Pesantren Al-Hidayah
a.

Untuk menyebarluaskan ilmu

b.

Untuk mencetak generasi penerus yang berakhlak

c.

Untuk menyebarluaskan syiar agama Islam

Keadaan Santri
Lembaga pendidikan yang terdapat di wilayah Pesantren Al-Hidayah Basmol

meliputi tingkat TK / Diniyah, SD / Ibtidaiyah, SLTP / Tsanawiyah, SMA / SMEA /
SMK / Aliyah. Sejak tahun 1983 sampai sekarang, rata-rata jumlah murid yang
menempuh pendidikan di sekolah mengalami kondisi naik dan turun. Pada tahun 2005,
jumlah santri sebanyak 230 orang, yang terdiri dari 125 orang santri putra dan 105 orang
santri putri. Pada tahun 2007 sampai 2009, jumlah santri sebanyak 242 orang, 131 santri
putra dan 111 orang santri putri.8 Pada tahun 2013, jumlah santri keseluruhan sebanyak
8 Data Profil Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol Jakarta Barat, tahun ajaran 2012-2013

300 orang, terdiri dari santri putra berjumlah 160 orang dan santri putri berjumlah 140
orang.

Gambar 1.3 Asrama Putra pondok pesantren Al-Hidayah

Data tersebut berdasarkan jumlah santri yang berstatus santri mukimin saja, belum
termasuk siswa ghoiru mukimin (tidak nyantri). Hal ini disebabkan adanya keterbukaan
bagi sekolah untuk menerima siswa yang tidak mukim, yang pulang-pergi.
Dari jumlah santri yang ada, daerah asal mereka masih terbatas daerah-daerah
tetangga yang berdekatan dengan Pondok Pesantren di antaranya: Jakarta, Tangerang,
Bekasi bahkan ada beberapa santri yang berasal dari luar kota, seperti Cirebon, Surabaya,
Jawa Timur.
Kurikulum Pendidikan Pesantren
Terkait sistem pendidikannya, pesantren-pesantren di Indonesia dibagi menjadi dua tipe 9,
yakni:
1.

Pesantren Salafiyah (tradisional), yaitu pesantren yang masih mempertahankan
sistem pengajaran tradisional, dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik (Kitab
Kuning). Kitab Kuning merupakan karya tulis Arab yang disusun oleh para sarjana
muslim Abad Pertengahan Islam. Sebutan “kuning” ini karena kertas yang
digunakan berwarna kuning, mungkin karena lapuk ditelan masa. Oleh karena itu,
Kitab Kuning disebut juga kitab kuno.10 Kitab ini menjadi sumber belajar di
pesantren dan lembaga pendidikan Islam tradisional semacamnya.
Contoh pesantren salafiyah: Pesantren Lirboyo dan Ploso di Kediri, Pesantren
Maslakul Huda di Pati, dan Pesantren Tremas di Pacitan.

2.

Pesantren Khalafiyah (modern), yaitu pesantren yang mengintegrasikan secara
penuh sistem klasikal dan sekolah ke dalam pondok pesantren. Pengkajian kitab-

9 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: LISK, 2001), hlm. 156-157
10 Abuddin Nata (ed.), Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia (Jakarta: 2001, PT Grasindo), hlm. 170-171

kitab klasik tidak terlalu menonjol. Pembelajaran mata pelajaran yang biasa
dipelajari di sekolah formal (umum) pun dimasukkan dalam kurikulum pesantren.
Contoh: Pondok Modern Darussalam Gontor, Pesantren Tebuireng dan Rejoso di
Jombang.
Untuk Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol, dari awal pendiriannya, sistem pendidikan
pesantren ini adalah berada di antara salafiyah (tradisional) dan khalafiyah (modern).11 Maka
dari itu, pesantren ini tidak begitu terpusat hanya kepada pelajaran agama Islam saja, namun
pelajaran yang biasa terapkan sekolah-sekolah umum juga diterapkan
Di pesantren ini, diterapkan kurikulum Pesantren, Kurikulum Yayasan, Kurikulum
Kementerian Agama dan Kurikulum Pendidikan Nasional. Selain itu, pesantren ini tiap tahun
melakukan kerja sama dengan Kementerian Agama untuk beasiswa kuliah. Di tiap tahunnya
selalu ada santri yang mendapatkan beasiswa, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Mengenai kurikulum pesantren (non formal), yang mencakup pengajian Kitab Kuning,
Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol memiliki jenis fan dari kitab-kitab yang diajarkan
disesuaikan dengan tingkatan pendidikan santri, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Jenis Fan
Al-Qur’an
Tajwid

Tsanawiyah (SLTP)
Tahsin tilawah &
Nagham
Tuhfah al-Athfal
Hidayat al-Mustafid

Ilmu tafsir

Ilmu
Hadits
Tauhid
Fiqih

Al-Arba’in an-Nawawi
Mukhtar al-Hadits

Senior (Mudabbir)

Tahsin tilawah & Nagham

Tafsir Al-Jalalain
Tafsir al-Munir

Tafsir

Hadits

Aliyah (SMA)

At-Taisir fi Ushul AlTafsir
Bulugh al-Maram
Sunan Abi Daud

Tafsir Al-Jalalain
Tafsir al-Munir
Tafsir Ayat al-Ahkam
Tafsir Khozin
Shahih Muslim
Sunan Abi Daud

Al-Baiquni
Al-Jawahr al-Kalamiyah
Ummu al-Barohim
Safinah al-sholah
Safinah an-Naja’
Matn Zubad
Matn Ghoyah Wa Taqrib
Riyadh al-Badi’ah

Sullam al-Taufiq
Fath al-Mu’in
Fath al-Qorib (Taqrib)

Syarh Tijan adDarari
Kifayah al-Akhyar
Syarh Kasyifah
Minhaj al-Tholibin
Al-Iqna

11 Hasil wawancara dengan Bpk. Abdul Gofur, Sekretaris Pengurus Harian Pondok Pesantren Al-Hidayah
Basmol, pada tanggal 10 Desember 2013

Irsyadu al-Anam
Syarh Waraqot

Lathaif al-Isyarah
Waraqot
Al-luma’

Qatru an-Nada’
Syudzur Dzahab
Mutammimah

Syarh Ibnu Aqil

Ushul Fiqh
Nahwu

Shorof

Akhlaq

Al-Jurumiyah
Syarh Mukhtashor Jidan
Kafrawi
Al-Amtsilah alTashrifiyah
Matn al-Binawa al- Asas
Al-Kaylani
Akhlaqlilbanin
Akhlaqlilbanat
Washoyah

Tarikh
Balagoh

Kifayatul Atqiyaa
Tarikh Tasri’
Jauhar al-Maknun

Metode pembelajaran yang lazim digunakan dalam pendidikan pesantren, antara lain:
-

Wetonan, yakni suatu metode kuliah di mana para santri mengikuti pelajaran dengan
duduk di sekeliling kiai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab
masing-masing dan mencatat jika perlu. Pelajaran diberikan pada waktu-waktu
tertentu, yaitu sebelum atau sesudah shalat fardhu. Di Jawa Barat, metode ini disebut
dengan bandongan, sedangkan di Sumatera disebut dengan halaqah.

-

Sorogan, yakni suatu metode di mana santri menghadap kiai seorang demi seorang
dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Metode sorogan ini merupakan
bagian tersulit dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab sistem
ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi santri / kendati pun
demikian, metode ini diakui paling intensif, karena dilakukan seorang demi seorang
dan ada kesempatan untuk tanya jawab langsung. (Nizar, 2008: 287)

-

Hafalan, yakni suatu metode di mana para santri menghafal teks atau kalimat
tertentu dari kitab yang dipelajarinya.12

Pada kasus Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol, ketiga metode tersebut masih tetap
dilakukan sampai saat ini sebagai pelestarian ciri khas pelaksanaan kurikulum pembelajaran
yang ada di pesantren, di samping dipadukan dengan kurikulum sekolah formal.
Dalam hal kegiatan ekstrakurikuler, Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol juga
memberikan bekal ekstra bagi santri dengan mengadakan ekstrakurikuler, seperti

12 Abuddin Nata, op. cit., hlm. 105-106

pengembangan bahasa Arab dan Inggris secara aktif serta kegiatan lain seperti pencak silat,
marawis, dan sebagainya.13
Perkembangan dari Masa ke Masa
Pada tahun 1988 – 1989, tempat penginapan untuk santri putra pun dibangun. Pada
mulanya dibangun tempat penginapan hanya untuk putra terlebih dahulu dan karena
keterbatasannya pondok pesantren Al- Hidayah belum membangun tempat tinggal untuk
santri putri bermukim. Tetapi karena penduduk Basmol menerima dengan baik kehadiran
pondok pesantren, maka diizinkan kepada para santri putri untuk bertempat tinggal
dipemukiman penduduk untuk sementara waktu. Selanjutnya barulah pada tahun 1989-1990
asrama putri dibangun.. Dengan wakaf tanah yang diberikan oleh KH Mas’ud, pembangunan
pun dilanjutkan meskipun dengan bantuan uang sekedarnya, maka dibuatlah bangunan
sederhana untuk santri putri. Tepat awal tahun ajaran 1989 – 1990, santri putri sudah dapat
mengikuti ta’lim (kegiatan belajar-mengajar) di asrama. Selain itu, Madrasah Aliyah (SMA)
di Pondok Pesantren Al-Hidayah juga dibangun pada tahun 1990-an.
Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol makin tumbuh dan berkembang dengan pesat,
yang salah satu faktornya adalah bertambahnya beberapa mukimin yang telah selesai dengan
studinya di luar negeri seperti Saudi Arabiah, Mesir, Libya dan beberapa perguruan tinggi di
Indonesia. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada makin meningkatnya mutu
pendidikan di pesantren ini, karena mulai bertambahnya tenaga pendidik yang cukup
kompeten, yang mana mereka merupakan lulusan dari lembaga pendidikan dari luar negeri
seperti Saudi Arabiah, Mesir, Libya dan beberapa perguruan tinggi di Indonesia.14
Dalam kondisi yang sederhana, sedikit demi sedikit Pesantren Al-Hidayah mulai
memperbaiki dan mengadakan sarana dan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh para santri.
Di antaranya penambahan ruang kamar permanen dua lantai bagi santri ataupun
meningkatkan fasilitas pendidikan lainnya yang dibutuhkan oleh santri.
Masalah letak bangunan asrama putra, asrama putri, masjid, madrasah (sekolah), rumah
para kyai, dan lain-lain cenderung agak menyebar, meskipun masih terletak berdekatan dalam
suatu lingkungan perkampungan. Dalam hal ini, pesantren lebih terkesan membaur tanpa
terasing dengan lingkungan masyarakat umum di sekitarnya.
Kebutuhan masyarakat akan pendidikan (terutama pendidikan agama Islam) menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol tetap bertahan di
13 Data Profil Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol Jakarta Barat, tahun ajaran 2012-2013
14 Hasil wawancara dengan Bpk. Abdul Gofur, Sekretaris Pengurus Harian Pondok Pesantren Al-Hidayah
Basmol, pada tanggal 10 Desember 2013

tengah laju perkembangan zaman ibukota. Selain itu, pondok pesantren ini telah banyak
menghasilkan lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, baik
perguruan tinggi Islam maupun perguruan tinggi “Umum”. Bahkan ada beberapa lulusannya
yang menjadi tenaga pendidik, seperti dosen, guru, maupun ustadz yang pada akhirnya
berkontribusi dalam dunia pendidikan. Para lulusan pesantren ini pula nantinya diharapkan
sebagai “putra daerah” yang akan berkontribusi dalam kemajuan masyarakatnya, karena
selain menguasai intelektualitas, para santri maupun lulusannya bisa membantu
pengembangan kualitas hidup masyarakat.
Hubungan Timbal Balik antara Pesantren dan Masyarakat
Kehadiran pesantren tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat. Karena itu, pesantren
sebagai lembaga pendidikan selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat di
sekitarnya sehingga keberadaannya di tengah-tengah masyarakat tidak menjadi terasing.
Dalam waktu yang sama, segala aktivitasnya pun mendapat dukungan dan apresiasi dari
masyarakat di sekitarnya.15 Pada kasus Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol ini terlihat
dengan adanya dukungan masyarakat Basmol terhadap pembuatan asrama untuk para santri
yang rumahnya jauh, agar para santri tersebut tidak lelah dan tidak repot untuk belajar di
pesantren tersebut.
Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi
sebagai lembaga sosial dan penyiaran keagamaan. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren
menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah, sekolah umum, perguruan tinggi) dan non
formal (Fiqh, Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawuf). Sebagai lembaga sosial, pesantren
menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim tanpa membeda-bedakan
status sosial.16 Sebagai lembaga penyiaran agama Islam, masjid pesantren juga berfungsi
sebagai masjid umum, yakni sebagai tempat belajar agama dan ibadah bagi para jamaah.17
Institusi pesantren merupakan perwujudan dari pelembagaan prinsip amar ma’ruf nahi
munkar18. Menurut KHM Yusuf Hasyim, pondok pesantren tidak sekadar mencetak individu
pendakwah yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar, melainkan pesantren sebagai
lembaga itu sendirilah yang berperan sebagai pendakwah, dan bahkan menjadi prototipe

15 Abuddin Nata, op. cit., hlm. 101
16 Ahmad Mustofa Harun, et al. Khazanah Intelektual Pesantren. Jakarta: Maloho Jaya Press, 2009), hlm. 443444
17 Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M. Ag, op. cit., hlm. 288
18 Menyerukan kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan. (Nafi’, 2007: 29)

dakwah bi al-hal bagi masyarakat.19 Dalam hal ini, Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol
berperan sebagai agen perubahan sosial untuk kemajuan lingkungan kehidupan masyarakat
Basmol, di mana orang-orang yang terlibat dalam pesantren tersebut berperan dalam upaya
dakwah ajaran agama Islam, yang meliputi penyebaran seruan untuk melakukan perbuatan
kebaikan dan mencegah dari perbuatan keburukan. Dalam hal dakwah, ada sebuah media
yang disebut “pengajian umum”, bagi kalangan pesantren “pengajian umum” ini menjadi
media efektif sebagai sarana berdakwah melakukan ‘amar ma’ruf nahi munkar dan dapat
menjangkau khalayak yang luas sekaligus.20
Di samping fungsi yang telah disebutkan tadi, pada zaman pergerakan nasional (awal
abad ke-20) pesantren juga berperan sangat besar dalam merespons ekspansi politik
imperialis Belanda21 dalam bentuk menolak segala sesuatu yang “berbau” Barat dengan
menutup diri dan menaruh sikap curiga terhadap unsur-unsur asing. Lebih dari itu, pesantren
sebagai tempat mengobarkan semangat jihad untuk mengusir penjajah dari tanah air. (Nizar,
2008: 288).
Dan juga peranan pendidikan pesantren dalam corak tradisional dan otosentris (yang
berpusat pada diri sendiri) menjadi adaptif dan emansipatif terhadap perubahan sosial serta
berusaha mempertahankan kebudayaan etnis dan identitas bangsa dan mengusahakan
lenyapnya dominasi politik asing di dalam negeri.22
Dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama ilmu perbintangan,
dari sebelum dibentuknya Pondok Pesantren Al-Hidayah, masyarakat di Basmol sudah sering
melakukan pengamatan bulan (Rukyatul Hilal), yang mana tujuannya yaitu untuk
menentukan awal Ramadhan, Idul Fitri, maupun Idul Adha. Sampai sekarang di Pondok
Pesantren ini rutin setiap tahun melakukan Rukyatul Hilal. Dan pondok pesantren ini
memiliki peralatannya sendiri yang terdapat di sekitar menara masjid milik pesantren, dan
juga cara-cara untuk melihat hilal diajarkan di sini.23 Selain itu, di pesantren ini juga sering
dilakukan pengamatan untuk memprediksi kapan terjadinya gerhana.

19 Lihat “Pesantren and National Development: Role and Potential” dalam Manfred Oepen, et. al. (eds.). The
Impact of Pesantren in Education and Community Development in Indonesia, 1988, hlm. 69
20 M. Dian Nafi’, et al. Praksis Pembelajaran Pesantren (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm. 63
21 Ahmad Mansyur Suryanegara, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia (Bandung:
Mizan, 1998), hlm. 130
22 Abuddin Nata, op. cit., hlm. 105
23 Hasil wawancara dengan Bpk. Abdul Gofur, Sekretaris Pengurus Harian Pondok Pesantren Al-Hidayah
Basmol, pada tanggal 10 Desember 2013

Gambar 2.1 Wawancara dengan bpk. Abdul Ghofur, Sekretaris pengurus harian pondok pesantren Al-Hidayah

Terkait hasil Rukyatul Hilal, kerap kali terjadi perbedaan keputusan tentang kapan
mulainya puasa Ramadhan dan datangnya Idul Fitri antara pihak masyarakat sekitar Pondok
Pesantren Al-Hidayah Basmol dengan keputusan pemerintah (melalui Kementerian Agama
RI). Hal ini tentunya didasari oleh keyakinan warga Basmol akan hasil dari melihat hilal yang
dilakukan di lingkungan pesantren tersebut. Jadi, mereka meyakini dari apa yang sudah
diteliti oleh lembaga pengamatan hilal di sekitar pesantren itu.

Gambar 2.2 Foto bersama bpk. Abdul Ghofur, Sekretaris pengurus harian pondok pesantren Al-Hidayah

Epilog
Eksistensi dan peranan pesantren dalam dinamika kehidupan masyarakat ibukota
sekiranya telah memberikan ‘angin segar’ terhadap dunia pendidikan di Indonesia pada
umumnya. Pesantren menjadi alternatif sekaligus penggerak dalam melahirkan generasigenerasi penerus bangsa yang terdidik, baik intelektualnya maupun moral-spiritualnya.
Meskipun zaman terus bergulir dengan segala bentuk perubahan, yang konstruktif maupun
destruktif, pesantren akan terus hidup dan berperan aktif dalam mencerdaskan anak bangsa,
karena kebutuhan masyarakat akan pendidikan masih tetap ada di tengah himpitan zaman
yang makin berkembang.
Dengan contoh kasus Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol tersebut, kita dapat
menyadari dan memahami bahwa betapa pentingnya pendidikan yang didasari semangat
beragama maupun semangat intelektual guna mencapai generasi penerus bangsa yang cerdas,
terdidik, dan mencerahkan kehidupan masyarakatnya. Selain itu, hubungan yang sinergis
antara pihak pondok pesantren dengan masyarakatnya turut berperan dalam menjaga
keharmonisan lingkungan kependidikan daerah Basmol.
Tinjauan historis mengenai pondok pesantren tersebut telah mengantarkan kita pada
perjalanan pemahaman dari waktu ke waktu mengenai bagaimana dan mengapa lembaga
pondok pesantren tersebut bisa terbentuk, serta perkembangan-perkembangannya sehingga
berdampak pada lingkungan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Daftar Pustaka
Buku
Abdullah, Taufik. 2005. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Dhofier, Zamakhsyari. 1983. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.
Jakarta: LP3S
Hasbullah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: LISK
Harun, Ahmad Mustofa, et al. 2009. Khazanah Intelektual Pesantren. Jakarta: Maloho Jaya
Press
Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
Paramadina
Nafi’, M. Dian, et al. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: LKiS
Nata, Abuddin (ed.). 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Grasindo
Nizar, Samsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia. Jakarta: Kencana
Oepen, Manfred, et. al. (eds.). 1988. The Impact of Pesantren in Education and Community
Development in Indonesia.
Prasodjo, Sudjoko. et al. 1982. Profil Pesantren. Jakarta: LP3ES
Suryanegara, Ahmad Mansyur. 1998. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia. Bandung: Mizan
Wawancara
Hasil wawancara dengan Bpk. Abdul Gofur, Sekretaris Pengurus Harian Pondok Pesantren
Al-Hidayah Basmol, pada tanggal 10 Desember 2013
Sumber Lain
File (berkas) dokumen (Microsoft Office Word), “Profil Pondok Pesantren Al-Hidayah
Basmol tahun ajaran 2012-2013” yang dikirmkan via email oleh Bpk. Abdul Gofur,
Sekretaris Pengurus Harian Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol