Perkembangan Preposisi di dalam Bahasa I

Perkembangan Preposisi di dalam Bahasa Indonesia
antara Tahun 1920-an sampai 2000-an1
Davin Rusady
Universitas Indonesia
1 Pendahuluan
Kata merupakan unsur utama pembentuk kalimat. Dalam kalimat, kata memiliki
kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam kalimat dan hubungannya dengan
fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.
Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang
kelas kata oleh para ahli bahasa. Menurut Harimurti (1991:68), kelas kata terbagi
menjadi kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata keterangan (adverbia), kata
benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia), kata tanya
(interogativa), kata tunjuk (demonstrativa), kata depan (preposisi), kata hubung
(konjungsi), kata seru (interjeksi), partikel (artikula), dan fatis.
Untuk memahami perkembangan bahasa Indonesia dapat ditelusuri
penerapan kelas kata dalam bahasa Indonesia pada masa lalu. Dalam penulisan
kata depan terkadang terjadi kekeliruan atau kerancuan dengan penulisan imbuhan
karena jenis kata imbuhan dengan kata depan sama. Kesalahan penulisan kata
depan itu seperti kata depan ditulis tergabung dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan kata imbuhan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Tulisan

ini berusaha untuk memaparkan perkembangan preposisi bahasa Indonesia pada
tahun 1920-an sampai 2000-an berdasarkan data yang terkumpul. Data yang
terkumpul berasal dari majalah Tindjauan Tjeritera Dewata Indonesia
(selanjutnya disingkat TTDI) pada tahun 1920, Pemandangan Pers (selanjutnya
disingkat PP) pada tahun 1934, serta tiga majalah Horison (selanjutnya disingkat
H) pada tahun 1966, 1986, dan 2008.

1

Makalah sebagai Tugas Akhir Perkembangan Bahasa Indonesia Tahun Ajaran 2015/2016
yang diampu Mohammad Umar Muslim S.S, M.A., Ph.D.

2
Dalam tulisan ini, penulis menggunakan data berupa tulisan dari majalahmajalah bertema sastra. Mengingat data yang terkumpul berasal dari berbagai
sumber data yang beragam, baik dari wilayah penerbitan dan masanya, yang akan
penulis lakukan dalam tulisan ini adalah mengidentifikasi penggunaan dan
penulisan preposisi yang ditemukan dalam sumber data dan membahas
perkembangannya. Preposisi yang dibahas adalah preposisi di.
Berkaitan dengan pemberian contoh kalimat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Kalimat ditulis sesuai dengan ejaan yang digunakan dalam sumber

data. Tanda tiga titik yang diapit kurung siku ([...]) menandakan bagian kalimat
yang dihilangkan karena tidak relevan dengan pembahasan. Pada akhir kalimat
terdapat informasi tentang perujukan sumber data yang diapit tanda kurung (()),
dimulai dengan nama sumber data, tahun yang menunjukkan waktu penerbitan,
dan nomor halaman. Penulis hanya mengambil beberapa contoh kalimat yang
mampu mewakili peristiwa dalam data.
2 Preposisi di dan pada
Kata depan atau preposisi biasanya digunakan untuk merangkaikan kata-kata atau
merangkaikan bagian-bagian kalimat. Hal ini ditegaskan Keraf (1984:80) yang
menyatakan bahwa “kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau
bagian-bagian kalimat”. Artinya, kata depan berfungsi sebagai perangkai kata atau
kalimat.
Finoza menyatakan bahwa “kata depan atau preposisi adalah kata tugas
yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk
membentuk gabungan kata (frasa preposisional)” (2002:70). Dengan kata lain,
kata depan merupakan bagian dari kata tugas yang posisinya selalu berada di
depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja, yang penulisannya harus dipisah.
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina)
sehingga terbentuk frase eksosentris direktif (Harimurti, 1991:105).
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa kata depan

adalah kata-kata yang bertugas sebagai pembentuk frasa preposisional. Frasa

3
preposisional terletak di bagian awal dari frasa. Selain itu, unsur yang
mengikutinya dapat berupa kata benda, kata sifat, atau kata kerja.
Kata dalam kalimat dapat digolongkan dalam beberapa jenis atau kelas.
Demikian juga dengan kata depan yang dapat diklasifikasikan dalam beberapa
jenis. Pengklasifikasian tersebut terjadi karena kata depan merupakan bagian dari
kata tugas. Moeliono (1998:295) menjelaskan bahwa “kata tugas merupakan kata
yang tidak mempunyai makna leksikal atau kata yang maknanya baru jelas di
dalam hubungannya dengan kata lain. Jika ditinjau dari perilaku, semantisnya,
preposisi yang juga disebut kata depan, menandai berbagai hubungan makna
antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya.
Dalam frasa pergi ke pasar, misalnya, preposisi ke menyatakan hubungan makna
arah antara pergi dan pasar”. Jika ditinjau dari perilaku sintaktisnya, preposisi
berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frasa yang
dinamakan frasa preposisional. Dengan demikian, dapat dibentuk frasa
preposisional seperti ke pasar, sampai penuh, atau dengan segera. Jika ditinjau
dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam, yaitu preposisi tunggal dan
preposisi majemuk.

Preposisi tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata.
Bentuk preposisi tunggal tersebut dapat berupa (1) kata dasar, misalnya di, ke,
dari, dan pada, dan (2) kata berafiks, seperti selama, mengenai, dan sepanjang.
(Moeliono, 1998: 294). Dalam tulisan ini, penulis hanya membahas mengenai
preposisi tunggal yang berupa kata dasar, yaitu di dan pada. Preposisi yang berupa
kata dasar ini hanya terdiri atas satu morfem.
Preposisi menurut Chaer (1998:122) digolongkan ke dalam sembilan
makna, antara lain sebagai berikut.
1. Tempat berada, yaitu preposisi di, pada, dalam, atas, dan antara.
2. Arah asal, yaitu preposisi dari.
3. Arah tujuan, yaitu preposisi ke, kepada, akan, dan terhadap.
4. Pelaku, yaitu preposisi oleh.
5. Alat, yaitu preposisi dengan dan berkat.
6. Perbandingan, yaitu preposisi daripada.

4
7. Hal atau masalah, yaitu preposisi tentang dan mengenai.
8. Akibat, yaitu preposisi hingga/sehingga dan sampai.
9. Tujuan, yaitu preposisi untuk, buat, guna, dan bagi.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis mengacu pada pendapat

Chaer. Dalam penggunaan preposisi di, ada aturan-aturan yang perlu diikuti.
Preposisi di digunakan untuk menyatakan tempat berada digunakan di muka
benda yang menyatakan tempat, contohnya kami belajar di perpustakaan. Selain
itu, preposisi di digunakan untuk menyatakan aspek diam atau berhenti, kata
depan digunakan di muka keterangan tempat pada suatu kalimat, contohnya apa
maksud Anda datang di sini sepagi ini dan kami sedang beristirahat di Bumi
Cikal Asih. Berdasarkan uraian di atas, penulis simpulkan bahwa preposisi di
berfungsi untuk menyatakan tempat berada dan aspek diam di muka keterangan
tempat.
3 Perkembangan Preposisi di dalam Bahasa Indonesia
Preposisi yang dibahas dalam bagian ini adalah preposisi di. Pembahasan dalam
bagian ini mencakup penggunaan dan penulisan preposisi di.
Penulisan preposisi di digunakan untuk menyatakan tempat berada digunakan
di muka benda yang menyatakan tempat dan menyatakan aspek diam atau
berhenti. Penggunaan preposisi di biasanya diikuti oleh nomina lokasi dan nomina
atau frasa nominal lain seperti yang terdapat pada contoh berikut.
(1) Didalam kesoesasteraan Djawa [...]. (TTDI [1920]:41)
(2) [...] dari bangsa Maori di New-Sealand. (TTDI [1920]:41)
(3) Diatas terselebar ditanah Indonesia [...]. (TTDI [1920]:42)
(4) [...] di Kentringkendagana dinegeri [...]. (TTDI [1920]:42)


Pada contoh (1), di yang berfungsi sebagai preposisi untuk menyatakan
aspek diam atau berhenti, ditulis berdampingan dengan nomina lokasi dalam.

5
Sementara itu, pada contoh (2) di yang berfungsi sebagai preposisi untuk
menyatakan tempat, ditulis terpisah dengan nomina New-Sealand sebagai nama
tempat. Pada contoh (3), di yang berfungsi sebagai preposisi ditulis berdampingan
kembali dengan nomina lokasi atas. Pada contoh (4), preposisi di ditulis terpisah
dengan

nama

tempat

Kentringkendagana,

namun

preposisi


di

ditulis

berdampingan dengan nomina negeri pada kata dinegeri.
(5) Pembantoe Matahari di Djepang [...]. (PP [1934]: 90)
(6) [...] bahwa di Manilla [...]. (PP [1934]:90)
(7) Ditiap-tiap rapat sekarang [...]. (PP [1934]:90)
(8) Didalam roepa minoeman keras oempamanja. (PP [1934]:90-91)
Pada contoh (5), preposisi di ditulis terpisah dengan nama tempat Djepang
atau yang sekarang dikenal sebagai Jepang. Pada contoh (6), preposisi di juga
ditulis terpisah dengan nama tempat Manilla (ibu kota negara Filipina). Sementara
itu, pada contoh (7), preposisi di ditulis berdampingan dengan numeralia atau kata
bilangan pisahan tiap-tiap sebagai ditiap-tiap. Pada contoh (8), preposisi di juga
ditulis berdampingan dengan nomina lokasi dalam sebagai didalam, seperti yang
terdapat pada contoh (1).
(9) [...] nampak pandjang lehernja djika mendjengkuk ketebing dibawahnja.
(H [1966]:86)
(10)


Banjak gadis didesanja jang ingin mendjadi isterinja. (H [1966]:86)

(11)

Dipangkalan telah berkerumun orang2 membawa obor. (H

[1966]:87)
(12)

,,Kumron akan pulang bukan Mid? Aku menunggunja disini!” (H

[1966]:87)
Pada contoh (9), preposisi di ditulis berdampingan dengan nomina lokasi
bawah dan imbuhan penanda milik -nja (sekarang lazim ditulis –nya) sebagai kata
dibawahnja. Pada contoh (10), preposisi di ditulis berdampingan dengan

6
keterangan tempat desa dan imbuhan penanda milik -nja (sekarang lazim ditulis –
nya) sebagai kata didesanja. Pada contoh (11), preposisi di ditulis berdampingan

dengan nomina pangkalan sebagai kata dipangkalan. Pada contoh (12), nomina di
juga ditulis berdampingan dengan nomina lokasi sini sebagai kata disini.
(13)

Suatu hari, jalan sempit di depan rumah [...]. (H [1986]:29)

(14)

Tiap hari dia parkir di situ [...]. (H [1986]:29)

(15)

[...] di depan rumah kontrakan saya [...]. (H [1986]:29)

(16)

Kepada penjaga kios di pasar saya tanyakan [...]. (H [1986]:31)

Pada contoh (13), preposisi di ditulis terpisah dengan nomina lokasi depan
sebagai di depan. Hal ini tentu berbeda dengan apa yang muncul pada contohcontoh sebelumnya. Pada contoh (14), preposisi di juga ditulis terpisah dengan

nomina lokasi situ sebagai di situ. Pada contoh (15), preposisi di ditulis terpisah
dengan nomina lokasi depan sebagai di depan dan diikuti dengan nomina rumah.
Pada contoh (16), preposisi di juga ditulis terpisah dengan keterangan tempat
pasar sebagai di pasar.
(17)

Meskipun di Indonesia usianya belum terlalu lama [...]. (H

[2008}:4)
(18)

Di masa Orde Baru diam-diam [...]. (H [2008}:5)

(19)

[...] dia mulai belajar senyum-senyum di depan publik. (H

[2008}:4)
(20)


Bahkan di negeri-negeri yang maju peradabannya [...]. (H

[2008}:6)

Pada contoh (17), preposisi di ditulis terpisah dengan nama tempat
Indonesia sebagai di Indonesia. Pada contoh (18), preposisi di ditulis terpisah
dengan keterangan waktu masa sebagai di masa. Di sisi lain, keterangan tahun
umumnya berdampingan dengan preposisi pada. Pada contoh (19), preposisi di

7
ditulis terpisah dengan nomina lokasi depan dan nomina publik sebagai di depan
publik. Pada contoh (20), preposisi di ditulis terpisah dengan nomina negeri
sebagai di negeri-negeri.
4 Penutup
Dari pembahasan di atas, pada awal tahun 1920-an hingga tahun 2000-an terjadi
perkembangan penggunaan dan penulisan preposisi di yang menarik. Preposisi di
yang digunakan untuk menyatakan tempat digunakan di depan kata benda yang
menyatakan tempat. Preposisi di juga digunakan untuk menyatakan aspek diam
atau berhenti. Penggunaan preposisi di biasanya diikuti oleh nomina lokasi dan
nomina atau frasa nominal lain. Pada awal tahun 1920, tampak bahwa penulisan
preposisi di yang diikuti dengan nomina lokasi dan nomina selain nama tempat
digabung dengan nomina lokasi dan nomina selain nama tempat yang
mengikutinya (seperti dalam didalam kesoesasteraan Djawa dan diatas terselebar
ditanah Indonesia). Namun, penulisan preposisi di yang diikuti dengan nomina
berupa nama tempat dipisah dengan nomina berupa nama tempat yang
mengikutinya yang diawali dengan huruf kapital (seperti dalam dari bangsa
Maori di New-Sealand dan di Kentringkendagana dinegeri). Selain itu, preposisi
di juga ditulis berdampingan dengan numeralia atau kata bilangan pisahan (seperti
dalam ditiap-tiap rapat sekarang). Hal tersebut masih tampak hingga tahun 1960an. Pada tahun 1980-an, penulisan preposisi di mulai berubah. Preposisi di yang
diikuti dengan nomina lokasi dan nomina selain nama tempat mulai dipisah
dengan nomina lokasi dan nomina selain nama tempat yang mengikutinya (seperti
dalam Suatu hari, jalan sempit di depan rumah dan tiap hari dia parkir di situ).
Preposisi di yang diikuti dengan nomina berupa nama tempat tetap dipisah dengan
nomina berupa nama tempat yang mengikutinya yang diawali dengan huruf
kapital (seperti dalam meskipun di Indonesia usianya belum terlalu lama).
Perkembangan penggunaan dan penulisan preposisi di tersebut memang
tidak bisa lepas dari aturan ejaan yang berlaku pada zamannya. Penulisan
preposisi di sejak tahun 1920-an sampai 1940-an belum diatur dalam Ejaan Van
Ophuysen (1901—1947). Penulisan preposisi di baru mulai diatur pada masa

8
Ejaan Republik (1947—1972) berlaku dan masa Ejaan Yang Disempurnakan
berlaku (1972—2015). Hal itu membuktikan bahwa penulisan preposisi di yang
asli adalah digabung dengan kata yang mengikutinya (kecuali nama tempat
dengan awalan huruf kapital).
Penulisan preposisi di yang terdapat pada data baru menunjukkan
perubahan pada tahun 1980-an, sementara penulisan preposisi di baru diatur
dalam Ejaan Republik sejak tahun 1947 dan data pada tahun 1940-an masih belum
menunjukkan perubahan penulisan preposisi di. Penulis menemukan bahwa
penulisan preposisi di pada tahun 1960-an masih mengacu kepada Ejaan Van
Ophuysen dan belum mengikuti aturan Ejaan Republik, meskipun aturan Ejaan
Republik sudah berlaku pada masa itu. Berdasarkan temuan tersebut, aturan Ejaan
Republik yang sudah ada sejak tahun 1940-an ternyata belum bisa diterima
dengan baik sampai pada tahun 1960-an.
Apa yang dibicarakan dalam tulisan ini hanya sebagian kecil dari
perkembangan bahasa Indonesia. Masih banyak hal yang belum dibahas dalam
tulisan ini, seperti penulisan preposisi di atau ni dalam bahasa Melayu Klasik dan
bahasa Sansekerta dan bentuk-bentuk penulisan dalam bahasa Melayu Klasik
yang belum memiliki konvensi tetap. Penelitian yang belum dibahas dalam tulisan
ini dapat memberikan gambaran tentang penulisan bahasa Melayu/Indonesia.
Selain itu, cakupan tulisan ini juga masih terbatas karena pembahasannya hanya
didasarkan pada data tahun 1920, 1934, 1969 1986, dan 2008 saja. Penulis
berharap,

tulisan

ini

dapat

memicu

penelitian-penelitian

lain

tentang

perkembangan bahasa Indonesia, sehingga kita sebagai pengguna bahasa
Indonesia mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang bahasa Indonesia.
Daftar Singkatan
H

Horison

PP

Pemandangan pers

TTDI

Tinjauan Tjeritera Dewata Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

9
Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.
Kridalaksana, Harimurti. 1991. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Moeliono, Anton M., dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.