Revisi TERAKHIR Laporan Praktek Kerja La

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RISIKO

(STUDI KASUS : PT. JASA RAHARJA) Laporan Praktek Kerja Lapangan Diajukan Sebagai Syarat Mata Kuliah

Praktek Kerja Lapangan dan Syarat Menyusun Skripsi

Disusun Oleh : Fauzan Affan Zaki 1112093000088 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2015 M

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RISIKO

(STUDI KASUS : PT. JASA RAHARJA) Disusun Oleh :

FAUZAN AFFAN ZAKI 1112093000088 Disetujui dan Disahkan Sebagai Salah Satu Syarat Mengajukan Skripsi Program Studi Sistem Informasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengesahkan, Dosen Pembimbing

Ibnu Qoyim, M.Si, Drs. NIP. 19541124 1984031 002

Mengetahui, Ketua Prodi Sistem Informasi

Nia Kumaladewi, MMSI NIP. 19750412 2007102 002 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437 H / 2015 M

LEMBAR PERSETUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PADA DIVISI SISTEM INFORMASI PERUSAHAAN PT. JASA RAHARJA

Judul Praktek Kerja Lapangan :

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RISIKO

(STUDI KASUS : PT. JASA RAHARJA)

Jakarta, 27 Maret 2015 Jakarta, 27 Maret 2015 Menyetujui

Mahasiswa PKL

Nipho Fauzan Affan Zaki Pembimbing PKL

Pelaksana Kerja Praktek

ABSTRAK

Fauzan Affan Zaki – 1112093000088, Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Risiko (Studi Kasus : PT. Jasa Raharja) di bawah bimbingan Bapak Ibnu Qoyim, M.Si, Drs.

PT. Jasa Raharja adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang Asuransi. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya PT. Jasa Raharja pasti akan mengalami risiko sebagai contoh dari risiko yang akan mungkin dialami ialah risiko operasional atau risiko yang dialami ketika menjalani kegiatan operasional seperti terjadinya kebakaran maka akan berdampak pada kerugian finansial, rusaknya properti, rusaknya dokumen dan terhambatnya pelayanan perusahaan. Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka seharusnya risiko dimanajemeni dengan sebaik-baiknya, karena jika tidak, risiko akan dapat merugikan baik secara materil maupun non materil dan mengganggu kelangsungan kegiatan perusahaan. Rancangan sistem dibuat dengan menggunakan metode Object Oriented Analysis Design (OOAD) dengan model pengembangan waterfall strategy sequential dan menggunakan notasi Unified Modelling Language (UML). Dari pemikiran tersebut maka laporan ini mengangkat judul Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Risiko pada PT. Jasa Raharja. Dengan adanya perancangan sistem informasi ini dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan di atas.

Kata kunci : PT. Jasa Raharja, Website , Manajemen Risiko, user requirement , Object Oriented Analysis Design , waterfall strategy sequential , Unified Modelling Language .

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmatnya,

Sang Maha Kehendak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk kepada umat manusia menuju kehidupan, peradaban dan berkeadilan serta para keluarga dan para sahabat yang dicintainya.

Penulis sangat menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap laporan ini dapat memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana (S-1) dalam bidang Sistem Informasi dari Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Laporan yang berjudul “Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Resiko pada PT. Jasa Raharja ”, akhirnya dapat diselesaikan dengan yang diharapkan penulis. Selama penyusunan laporan ini tentunya ada banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, baik dalam pengumpulan bahan dan lain sebagainya. Namun dengan kesungguhan hati dan bantuan dari berbagai pihak segala kesulitan tersebut dapat diatasi. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam mensukseskan harapan penulis.

Sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Agus Salim, S.Ag., M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Ibu Nia Kumaladewi, MMSI selaku Ketua Program Studi Jurusan Sistem Informasi.

3. Bapak Ibnu Qoyim, M.Si, Drs. selaku pembimbing praktek kerja lapangan dari pihak Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang secara bijaksana dan kooperatif telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara moral maupun teknis. Dan telah memberikan semangat, dukungan, dan motivasi selama melakukan studi.

4. Bapak Reza Ardibyo selaku project manager di PT. Jasa Raharja.

5. Bapak Nipho sebagai konsultan Information Technologi & pembimbing lapangan untuk praktek kerja di PT. Jasa Raharja.

6. Saudari Adilla Nur Malia yang telah membantu saya dalam mencari tempat praktik kerja di PT. Jasa Raharja.

7. Bagus, Shella, Mila dan Hilman rekan kerja praktik selama di PT.Jasa Raharja.

8. Pihak PT. Jasa Raharja yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang penulis butuhkan.

9. Ibu Ita Muhayati, Bapak Zainuddin, SE, dan ketiga adik saya yang telah memberikan semangat dan menjadi motivasi penulis dalam melakukan setiap pekerjaan dengan sebaik- baiknya. Terimakasih atas segala do’a restu dan harapannya kepada penulis yang tak pernah lepas.

10. Dosen-dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis duduk di bangku perkuliahan.

11. Sahabat-sahabat tersayang, terutama Andinia Tazkia Susanti yang selalu ada dalam suka dan duka sejak awal masa perkuliahan dan awal mulainya pkl serta memberikan semangat dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis.

12. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa terhadap proses penyelesaian laporan praktek kerja lapangan ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terima kasih dari penulis.

Akhirnya atas segala bantuan dari semua pihak, penulis berterima kasih dan berdoa kepada Allah SWT semoga apa yang telah diberikan dijadikan sebagai amal kebajikan dan bermanfaat serta mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat kelak.

Dan penulis berharap laporan praktek kerja lapangan ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan PT. Jasa Raharja, serta masyarakat lain yang membacanya. Amin.

Jakarta, April 2015

Fauzan Affan Zaki

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident model dari ILCI. Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terja dinya kerugian maupun ‘accident’. (HSP, 2014)

PT. Jasa Raharja merupakan perusahaan yang bergerak dibidang asuransi lalu lintas. Adapun jenis asuransi lalu lintas yang ditangani PT. Jasa Raharja adalah asuransi lalu lintas untuk kendaraan bermotor umum, kapal laut, pesawat udara, dan kendaraan pribadi. Dalam menjalankan kegiatan operasional ada kalanya perusahaan mengalami risiko-risiko yang akan dapat merugikan dan mengganggu kelangsungan kegiatan perusahaan. Contoh dari kemungkinan risiko tersebut ialah rusaknya Personal Computer ( PC) atau putusnya koneksi internet yang digunakan oleh pegawai PT. Jasa Raharja. Dengan terjadinya risiko-risiko seperti itu maka akan berdampak pada kegiatan operasional dan menjadikannya tidak optimal.

Untuk menjaga atau mengurangi segala bentuk kerugian maupun risiko yang akan dialami selama menjalankan kegiatan operasional, maka di butuhkan sebuah software pengelolaan risiko. Dengan mencatat risiko-risiko yang sudah pernah terjadi, dan menekan register risiko dan penaksiran user terhadap risiko, diharapkan dapat meminimalisir kemungkinan risiko yang akan terjadi demi meningkatkan kualitas dan menjaga citra perusahaan.

Dilihat dari latar belakang diatas, maka Praktek Kerja Lapangan dengan judul “Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Risiko pada PT. Jasa Raharja ” dapat diangkat kepermukaan.

1.2 Rumusan Masalah

Ditinjau dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut dalam kegiatan laporan ini, yaitu :

1. Apakah sistem informasi manajemen risiko yang ada sebelumnya sudah sesuai dengan kebutuhan user ?

2. Apakah kendala yang masih dirasakan pada sistem informasi manajemen risiko tersebut?

3. Bagaimana membuat perancangan database sistem informasi manajemen risiko Kantor PT. Jasa Raharja ?

4. Bagaimana membuat perancangan sistem informasi manajemen risiko sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang ada?

1.3 Batasan Masalah

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini peneliti akan membatasi permasalahan yang ada agar lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasannya, maka peneliti menitikberatkan permasalahan pada analisis dan perancangan sistem informasi manajemen risiko. Berikut ini adalah batasan masalahnya :

1. Sistem informasi manajemen risiko bersifat menaggulangi kerugian yang mungkin terjadi di masa depan PT. Jasa Raharja.

2. Membuat sistem register risiko terlebih dahulu yang nantinya akan mempengaruhi validasi data risiko.

3. Membedakan penaksiran user sehingga dampak risiko dapat di minimalisir.

4. Mencatat risiko yang sudah terjadi guna me- review data kemungkinan risiko yang akan terjadi.

5. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bahasa pemrograman .Net Framework yang terdiri dari ASP dan Visual Basic, serta Oracle 11

sebagai database- nya, dan Plsql sebagai Iistener database . Sedangkan software pendukung menggunakan Visual Studio 2008 dan Microsoft Visio 2010.

6. Pengembangan sistem menggunakan RAD ( Rapid Application Development ) menurut Whitten (2004), dan untuk perancangan sistem menggunakan UML ( Unified Modelling Language ), diantaranya: usecase diagram, activity diagram, dan class diagram. Tetapi peneliti tidak 6. Pengembangan sistem menggunakan RAD ( Rapid Application Development ) menurut Whitten (2004), dan untuk perancangan sistem menggunakan UML ( Unified Modelling Language ), diantaranya: usecase diagram, activity diagram, dan class diagram. Tetapi peneliti tidak

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penellitian ini adalah berada di bawah pengawasan project manajer divisi sistem informasi perusahaan PT. Jasa Raharja dan konsultan IT untuk PT. Jasa Raharja. Pada unit tersebut penulis memperoleh data-data yang berhubungan dengan permasalahan manajemen risiko pada bagian manajemen risiko di kantor PT. Jasa Raharja. Selain untuk memperoleh data, penulis juga mewawancarai staff pada bagian tersebut guna memperoleh informasi mengenai sistem yang sudah ada sebelumnya pada kantor PT. Jasa Raharja. Penelitian dimulai pada tanggal 2 Maret 2015 sampai selesai pelaksanaan PKL.

1.5 Tujuan Kegiatan Laporan

Tujuan dari kegiatan laporan ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari kegiatan laporan ini adalah menghasilkan sistem analisis dan perancangan sistem informasi Manajemen Risiko pada Kantor PT. Jasa Raharja. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan laporan ini adalah untuk menghasilkan :

1. Analisis dan perancangan sistem informasi Manajemen Risiko pada PT. Jasa Raharja yang terkomputerisasi dan terintegrasi.

2. Membuat perancangan interface pada sistem informasi Manajemen Risiko pada PT. Jasa Raharja.

3. Membuat dokumentasi implementasi dan testing dari sistem informasi Manajemen Risiko pada PT. Jasa Raharja.

4. Mempermudah admin pusat dalam mengetahui penyebab, dampak dan pengendalian dari risiko yang diajukan.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Mahasiswa

1 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan teknis manajemen risiko pada PT. Jasa Raharja.

2 Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang dimiliki pada suatu kegiatan nyata dengan harapan dapat membandingkan pengetahuan yang diterima di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan.

3 Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa selaku generasi yang dididik untuk siap terjun di masyarakat khususnya di lingkungan kerja.

1.6.2 Bagi UIN Syarif Hidayatullah

1 Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum yang telah diterapkan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di lapangan.

2 Sebagai upaya memperkenalkan anak didik serta nama perguruan tinggi di dunia kerja.

1.6.3 Bagi PT. Jasa Raharja

1. Memberikan gambaran umum proses Manajemen Risiko pada PT. Jasa Raharja yang terkomputerisasi dan terintegrasi.

2. Dengan adanya analisis sistem Manajemen Risiko ini, dapat memudahkan kepala divisi manajemen risiko PT. Jasa Raharja dalam mengetahui penyebab, dampak dan pengendalian dari risiko yang diajukan.

3. Menjadi salah satu referensi bagi kegiatan laporan berikutnya, dalam membuat pengembangan sistem informasi Manajemen Risiko pada PT. Jasa Raharja.

4. Sebagai sarana untuk menjembatani hubungan kerja sama antara instansi dengan universitas.

1.7 Waktu, Tempat, dan Lokasi Praktek Kerja Lapangan

Pelaksanaan praktek kerja lapangan telah dilaksanakan pada : Waktu : 2 Maret 2015 Tempat : Kantor Pusat PT. Jasa Raharja Lokasi : JL HR. Rasuna Said Kav. C-2 Jakarta Selatan

Telf. (021) 5203454, Fax. (021) 5203410 http://www.jasaraharja.co.id/

1.8 Sistematika Penulisan

Dalam praktek kerja lapangan ini, penulis menyajikan pembahasan terbagi dalam lima bab, yang secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, ruang lingkup kegiatan laporan, tujuan kegiatan laporan, manfaat kegiatan laporan, waktu tempat lokasi praktek kerja lapangan, metode kegiatan laporan, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas teori mengenai konsep dasar sistem, konsep dasar data, konsep dasar informasi, konsep dasar sistem informasi, konsep dasar analisis dan desain sistem informasi, konsep perancangan aplikasi, analisis dan desain berorientasi objek menggunakan UML ( Unified Modeling Languange ), metode pengembangan sistem.

BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum perusahaan.

BAB IV : HASIL DAN ANALISIS

Pada bab ini berisi penjelasan analisis sistem yang sedang berjalan serta bagaimana menganalisis dan merancang untuk sistem manajemen risiko PT. Jasa Raharja.

BAB V : PENUTUP

Bab ini adalah bab terakhir yang menyajikan kesimpulan serta saran dari apa yang telah diterangkan dan diuraikan pada bab – bab sebelumnya.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem

2.1.1 Definisi Sistem

Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem, yaitu kelompok yang menekankan pada prosedur dan kelompok yang menekankan pada elemen atau komponennya. Pendekatan yang menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu saran tertentu. Sedangkan pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponen mendefinisikan sistem sebagai kumpulan elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara sederhana sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpuanan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisasikan, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu (Sutabri, 2012).

Sistem merupakan sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu sistem tidak selalu memiliki kombinasi elemen-elemen yang sama, tetapi susunan dasar suatu sistem itu sama seperti adanya input /masukan yang akan diubah menjadi output atau keluaran Sistem merupakan sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu sistem tidak selalu memiliki kombinasi elemen-elemen yang sama, tetapi susunan dasar suatu sistem itu sama seperti adanya input /masukan yang akan diubah menjadi output atau keluaran

Sistem merupakam kelompok komponen yang saling terkait, dengan batas yang jelas, bekerja ke arah pencapaian tujuan bersama dengan menerima input dan menghasilkan output dalam proses transformasi yang terorganisasi (O’Brien dan Marakas, 2010).

Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling tergantung satu sama lain dimana mereka bersama-sama menyelesaikan tujuan yang spesifik (Gelinas dan Dull, 2008).

2.1.2 Karakteristik Sistem

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu mempunyai komponen-komponen ( component ), batas ( boundary ), lingkungan luar sistem ( environment ), penghubung ( interface ), masukan ( input ), Keluaran ( output ), pengolah ( process ), dan sasaran ( objectives ) atau tujuan ( goal ).

Model umum dari sebuah sistem terdiri dari input , process , dan output . Hal ini merupakan konsep sebuah sistem yang sangat sederhana mengingat sebuah dapat mempunyai beberapa masukan dan keluaran sekaligus. Selain itu sebuah sistem juga memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yang mencirikan bahwa hal tersebut dapat dikatakan sebagai suatu sistem (Sutabri, 2012). Didalam bukunya adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut: Model umum dari sebuah sistem terdiri dari input , process , dan output . Hal ini merupakan konsep sebuah sistem yang sangat sederhana mengingat sebuah dapat mempunyai beberapa masukan dan keluaran sekaligus. Selain itu sebuah sistem juga memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yang mencirikan bahwa hal tersebut dapat dikatakan sebagai suatu sistem (Sutabri, 2012). Didalam bukunya adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang bekerja sama membentuk suatu kesatuan.

b. Batasan sistem ( Boundary )

Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem lainnya atau sistem dengan lingkungan luarnya.

c. Lingkungan luar sistem ( Environment )

Bentuk apapun yang ada diluar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut dengan lingkungan luar sistem.

d. Penghubung sistem ( Interface )

Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem yang lain disebut dengan penghubung sistem atau interface .

e. Masukan sistem ( Input )

Energi yang dimasukkan ke dalam sistem disebut masukan sistem, yang dapat berupa pemeliharaan ( maintenance input ) dan sinyal ( signal input ).

f. Keluaran sistem ( Output )

Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna.

g. Pengolah sistem ( Process )

Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan manjadi keluaran.

h. Sasaran sistem ( Objective )

Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat determanistik.

Gambar 2.1 Karakteristik Sistem

2.1.3 Model Umum Sistem

Secara umum penggambaran sistem sebagai suatu kesatuan dari bagian – bagian atau komponen – komponen yang saling berhubungan dalam prosedur kerja tertentu untuk mencapat tujuan yaitu mengolah masukan menjadi keluaran. Penggambaran tersebut dapat dijelaskan sebagai kesatuan yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu :

 Bagian masukan ( input )  Bagian pengolahan ( process )  Bagian keluaran ( output )

Ciri pokok sistem menurut Gapspert ada empat, yaitu sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsur-unsur, ditandai dengan saling berhubungan, dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama.

Gambar 2.2 Model Umum Sistem

Gambar di atas menunjukan bahwa sistem atau pendekatan sistem minimal harus mempunyai empat komponen, yakni masukan, pengolahan, keluaran dan balikan atau control .

2.2 Konsep Dasar Informasi

2.2.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan

Data dan informasi merupakan sebuah pondasi untuk memahami konsep sistem informasi. Dalam perkembangan informasi, tidak hanya data dan informasi saja yang terlibat, namun pemakaian pengetahuan dalam sebuah sistem informasi telah banyak diterapkan dalam membangun sebuah sistem informasi, seperti sistem pakar (Mulyanto, 2009).

2.2.1.1 Data

Data merupakan representasi dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia, hewan, peristiwa, konsep, keadaan dan sebagainya yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya. Dengan kata lain, Data merupakan representasi dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia, hewan, peristiwa, konsep, keadaan dan sebagainya yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya. Dengan kata lain,

Data merupakan material atau bahan baku yang belum mempunyai makna atau belum berpengaruh langsung pada pengguna sehingga perlu diolah untuk dihasilkan sesuatu yang lebih bermakna (Mulyanto, 2009).

2.2.1.2 Informasi

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya (Mulyanto, 2009). Informasi yang berguna bagi suatu sistem akan menghindari entropy , yaitu suatu keadaan dimana suatu sistem sudah tidak berjalan sesuai dengan tujuannya atau keadaan dimana suatu sistem sudah hampir mati. Informasi yang dihasilkan dari pengolahan suatu data oleh suatu sistem, dapat menjadi sebuah data untuk sistem yang lain (Mulyanto, 2009).

2.2.1.3 Pengetahuan

Membuat pengetahuan personal tersedia bagi orang lain marupakan aktivitas utama dari sebuah perusahaan yang dapat menghasilkan pengetahuan, hal ini terjadi secara terus – menerus dan disemua tingkat organisasi. Pengetahuan memiliki derajat paling tinggi dibandingkan dengan data dan informasi, tetapi dari segi kuantitas pengetahuan memiliki kuantitas yang lebih sedikit dibandingkan data dan informasi ((Mulyanto, 2009).

2.2.2 Nilai Informasi

Parameter untuk mengukur nilai sebuah informasi ( valueof information ) ditentukan dari dua hal pokok yaitu manfaat ( benefit ) dan biaya ( cost ). Namun, dalam kenyataannya informasi yang biaya untuk mendapatkannya tinggi belum tentu memiliki manfaat yang tinggi pula. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya dan sebagian informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya dengan suatu nilai uang, tetapi dapat ditaksir nilai keefektivitasnya (Mulyanto, 2009).

Nilai suatu informasi berhubungan dengan keputusan, hal ini berarti bahwa apabila tidak ada pilihan atau keputusan, informasi menjadi tidak diperlukan. Keputusan dapat berkisar dari keputusan berulang yang sederhana sampai keputusan strategis jangka panjang informasi tersebut. Informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan dapat dikatakan informasi tersebut memiliki nilai yang tinggi. Sebaiknya apabila informasi tersebut kurang memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan, maka informasi tersebut dikatakan bernilai rendah (Mulyanto, 2009).

2.2.3 Kualitas Informasi

Menurut Mulyanto (2009) kualitas informasi sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga hal pokok, yaitu akurasi ( accuracy ), relevansi ( relevancy ), dan tepat waktu ( timeliness ). Tiga hal pokok itu adalah sebagai berikut:

1. Akurasi ( accuracy )

Sebuah informasi harus akurat karena dari sumber informasi hingga penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat mengubah atau merusak informasi terebut. Informasi dikatakan akurat apabila infromasi tersebut tidak bias atau tidak menyesatkan, bebas dari kesalahan – kesalahan dan harus jelas mencerminkan maksudnya. Ketidakakuratan sebuah infromasi dapat terjadi karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau kesengajaan sehingga merusak atau mengubah data – data asli tersebut.

2. Relevansi ( relevancy )

Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi pemakainya. Hal ini berarti bahwa informasi tersebut harus bermanfaat bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap – tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.

3. Tepat waktu ( timeliness )

Informasi yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data, datangnya tidak boleh terlambat (usang). Informasi yang terlambat tidak akan mempunyai nilai yang baik, karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Kesalahan dalam mengambil keputusan akan berakibat fatal bagi perusahaan. Mahalnya informasi disebabkan harus cepat dan tepat informasi tersebut didapat. Hal ini disebabkan oleh kecepatan untuk mendapatkannya, mengolah dan mengirim informasi tersebut memerlukan bantuan teknologi – teknologi terbaru. Dengan demikian diperlukan teknologi – teknologi yang mutakhir untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkan informasi tersebut.

2.2.4 Konsep Dasar Sistem Informasi

2.2.4.1 Definisi Sistem Informasi

Sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi, dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan (Kadir, 2003).

2.2.4.2 Komponen Sistem Informasi

Sistem informasi terdiri dari komponen – komponen yang disebut blok bangunan ( building blok ), yang terdiri dari blok masukan, blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis data, dan blok kendali. Dari keenam blok tersebut masing – masing saling berinteraksi satu dengan yang lain membentuk satu kesatuan untuk mancapai sasaran, keenam blok itu sebagai berikut (Jogiyanto, 2008):

Gambar 2.3 Komponen Sistem Informasi (Jogiyanto, 2008)

1. Blok masukan ( input block )

Input mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi. Input disini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.

2. Blok model ( model block )

Blok model ini terdiri dari kombinasi prosedur logika dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan didasar data dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3. Blok keluaran ( output block )

Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.

4. Blok teknologi ( technology block )

Teknologi merupakan “kotak alat” ( toolbox ) dari pekerjaan sistem informasi, teknologi digunakan untuk menerima input , menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendaliaan dari sistem keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi ( humanwar e atau brainware ), perangkat lunak ( software ) dan perangkat keras ( hardware ).

5. Blok basis data ( database block )

Basis data ( database ) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data didalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas Basis data ( database ) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data didalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas

6. Blok kendali ( control block )

Supaya sistem informasi dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu diterapkan pengendalian-pengendalian di dalamnya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan dapat langsung cepat diatasi.

2.2.4.3 Perencanaan Sistem Informasi

Perencanaan sistem informasi yang diterjemahkan dari Information System Planning (ISP) menceritakan bagaimana menerapkan pengetahuan tentang sistem informasi kedalam organisasi. Berikut adalah tingkatan – tingkatan perencanaan sistem informai adalah sebagai berikut (Sutabri,2005):

Tingkat I : Ide, mengetahui perlu adanya perubahan Tingkat II : Design , merancang cara pemecahannya Tingkat III : Pelaksanaan, menerapkan design kedalam sistem Tingkat IV : Kontrol, memeriksa tingkat pelaksanaan dijalankan sesuai

dengan design Tingkat V : Evaluasi, memeriksa apakah perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan semua Tingkat VI : Tindak lanjut, melaksanakan perubahan sesuai dengan hasil evaluasi yang ada

2.2.4.4 Pengolahan Sistem Informasi

Pengelolaan sistem informasi adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari studi manajemen, sebagaimana halnya pengelolaan ketenagaan, keuangan, organisasi, tata laksana dan lain sebagainya. Pemimpin yang efektif bertugas dan bertanggung jawab mengelola sistem informasi dalam rangka proses manajemen dan pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen. Tugas pengelolaan tersebut meliputi perencanaan informasi, transformasi informasi, komunikasi informasi, organisasi pelaksanaan, pemantauan dan pengendaliannya (Sutabri, 2005).

2.3 Sistem Informasi Manajemen

2.3.1 Definisi Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi Manajemen merupakan sebuah bentuk penerapan Sistem Informasi dalam sebuah organisasi, dimana penerapan atau penggunaan sistem informasi dalam sebuah organisasi tersebut untuk mendukung dalam mengumpulkan dan mengelola data dan menyediakan informasi yang berguna di dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Suatu organisasi yang tumbuh dan menjadi lebih kompleks membuat manajemen melakukan permintaan yang semakin besar terhadap fungsi sistem informasi. Mereka membutuhkan untuk dapat melakukan akses terhadap data kapan pun dan dimanapun dengan mudah, akurat dan konsisten, sistem informasi yang cepat dapat mengikuti perubahan kondisi. Menurut pendapat Tata Sutabri mendefinisikan pengertian sistem informasi manajemen sebagai berikut: ”suatu sistem di dalam suatu organisasi, yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi Sistem informasi Manajemen merupakan sebuah bentuk penerapan Sistem Informasi dalam sebuah organisasi, dimana penerapan atau penggunaan sistem informasi dalam sebuah organisasi tersebut untuk mendukung dalam mengumpulkan dan mengelola data dan menyediakan informasi yang berguna di dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Suatu organisasi yang tumbuh dan menjadi lebih kompleks membuat manajemen melakukan permintaan yang semakin besar terhadap fungsi sistem informasi. Mereka membutuhkan untuk dapat melakukan akses terhadap data kapan pun dan dimanapun dengan mudah, akurat dan konsisten, sistem informasi yang cepat dapat mengikuti perubahan kondisi. Menurut pendapat Tata Sutabri mendefinisikan pengertian sistem informasi manajemen sebagai berikut: ”suatu sistem di dalam suatu organisasi, yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi

Berdasarkan penjelasan teori di atas, bahwa sistem informasi manajemen adalah suatu sistem manusia atau mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

2.3.2 Karakteristik Sistem Informasi Manajemen

Menurut Kadir (2003) karakteristik sistem informasi manajemen adalah sebagai berikut :

a. Beroperasi pada tugas – tugas yang terstruktur, yakni pada lingkungan yang telah mendefinisikan hal – hal berikut secara tegas dan jelas : prosedur operasi, aturan pengambilan keputusan, dan arus informasi.

b. Meningkatkan efisisensi dengan mengurangi biaya

c. Menyediakan lapiran dan kemudahan akses yang berguna untuk pengambilan keputusan, dengan tidak secara langsung (manajer menggunakan laporan dan informasi dengan membuat kesimpulan – kesimpulan tersendiri intuk melakukan pengambilan keputusan).

2.3.3 Komponen Sistem Informasi Manajemen

Menurut pendapat Davis (1995) , secara umum komponen sistem informasi manajemen terdiri dari : Menurut pendapat Davis (1995) , secara umum komponen sistem informasi manajemen terdiri dari :

b. Perangkat lunak komputer ( software ), merupakan kumpulan dari perintah / fungsi yang ditulis dengan aturan tertentu untuk memerintahkan komputer melaksanakan tugas tertentu. Software dapat digolongkan menjadi Sistem Operasi (Windows 95 dan NT), Aplikasi (Akuntansi), Utilitas (Anti Virus, Speed Disk), serta Bahasa (3 GL dan 4 GL).

c. Database merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan informasi.

d. Prosedur, dokumentasi prosedur/proses sistem, buku penuntun operasional (aplikasi) dan teknis.

e. Petugas Operasional/Manusia, komponen ini adalah subyek sistem, yang terlibat dalam komponen manusia seperti operator, pemimpin sistem informasi dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu suatu rincian tugas yang jelas.

Gambar 2.4 Komponen Sistem Informasi Manajemen

2.3.4 Persyaratan Utama Manajemen Risiko

Terdapat empat prasyarat utama manajemen resiko, yaitu (HSP, 2014) :

1. Kebijakan Manajemen Risiko

Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan kebenaran dari kebijakan manajemen risikonya, termasuk tujuannya untuk apa, dan komitmennya. Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi dan tujuan organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa kebijakan tersebut dapat dimengerti, dapat diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi.

2. Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil

1. Komitmen Manajemen; Organisasi harus dapat memastikan bahwa:

a. Sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah sesuai dengan standar.

b. Hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen organisasi, agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan keputusan.

2. Tanggung jawab dan kewenangan, Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan antar anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan fungsi 2. Tanggung jawab dan kewenangan, Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan antar anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan fungsi

a. Tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko.

b. Pengendalian yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat diterima.

c. Pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan manajemen risiko.

d. Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan.

e. Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada.

f. Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.

3. Sumber Daya Manusia; Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan manajerial, dan lain sebagainya.

3. Implementasi Program Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem manajemen risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah organisasi. Langkah-langkah yang akan dilakukan tergantung pada filosofi, budaya dan struktur dari organisasi tersebut.

4. Tinjauan Manajemen Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik, harus dapat memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan dengan standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap berikutnya.

Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen risiko adalah proses yang berjalan terus menerus (HSP, 2014).

Elemen utama dari proses manajemen risiko, seperti yang terlihat pada gambar meliputi (HSP, 2014) :

a. Penetapan tujuan; Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan.

b. Identifkasi risiko; Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.

c. Analisis risiko; Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).

d. Evaluasi risiko; Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan d. Evaluasi risiko; Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan

e. Pengendalian risiko; Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.

f. Monitor dan Review; Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan- perubahan yang perlu dilakukan.

g. Komunikasi dan konsultasi; Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.

Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi. Manajemen risiko dapat diterapkan di level strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada proyek yang spesifik, untuk membantu proses pengambilan keputusan ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko yang spesifik.

2.4 Analisis dan Perancangan

2.4.1 Pengertian Analisis Sistem

Analisis sistem sangat bergantung pada teori sistem umum sebagai sebuah landasan konseptual. Tujuannya adalah untuk memperbaiki berbagai fungsi didalam Analisis sistem sangat bergantung pada teori sistem umum sebagai sebuah landasan konseptual. Tujuannya adalah untuk memperbaiki berbagai fungsi didalam

2.4.2 Pendeketan-pendekatan Analisis Sistem

Analisis sistem merupakan pemecahan dari suatu masalah, banyak pendekatan dalam menghadapi masalah, oleh karena itu analisis sistem mempunyai beberapa pendekatan masalah, berikut ini adalah pendekatan masalah dari analisis sistem (Whitten et.al, 2004) :

1. Analisis terstruktur ( Structured Analysis )

Analisis terstruktur merupakan sebuah teknik model – driven dan berpusat pada proses yang digunakan untuk menganalisis sistem yang ada, mendefinisikan persyaratan – persyaratan bisnis untuk sebuah sistem yang baru atau keduanya.

2. Teknik informasi ( Information Engineering )

Merupakan sebuah teknin model – driven dan berpusat pada data, tetapi sensitif pada proses. Teknik ini digunakan untuk merencanakan, menganalisis, dan mendesain sistem informasi. Model – model ini adalah gambaran yang mengilustrasikan dan menyesuaikan data dan proses sistem.

3. Discovery Prototyping Discovery Prototyping adalah sebuah teknik yang digunakan untuk

mengidentifikasikan persyaratan – persyaratan bisnis pengguna dengan membuat para mengidentifikasikan persyaratan – persyaratan bisnis pengguna dengan membuat para

4. Analisis Berorientasi Objek ( Object Oriented Analysis )

Analisis Berorientasi Objek adalah sebuah teknik yang mengintegrasikan data dan proses kedalam konstruksi yang disebut object . Model – model OOA ( Object Oriented Analysis ) adalah gambaran – gambaran yang mengilustrasikan objek – objek sistem dari berbagai macam perspektif, seperti struktur, kelakuan, dan interaksi objek – objek.

2.4.3 Pengertian Perancangan Sistem

Perancangan sistem diawali degan menentukan segala keperluan yang akan memenuhi apa yang akan dibutuhkan oleh sistem, siapa yang mengambil langkah ini dan bagaimana mereka akan disesuaikan. Umumnya, perancangan bergerak dari input ke output . Keluaran ( output ) sistem, yang terdiri dari reports dan file untuk memuaskan kebutuhan organisasi harus dibatasi dengan jelas. Hal tersebut dapat diperkuat oleh beberapa penulis lain yang mengungkapkan bahwa :

Menurut Lonnie D. Bentley dan Jeffrey L. Whitten (2007), perancangan sistem adalah suatu teknik menggabungkan kembali bagian-bagian informasi yang telah diipisahkan oleh analisis sistem.

2.5 Analisis dan Desain Berorientasi Objek ( Object Oriented Analysis and Design ) Menggunakan UML ( Unified Modeling Language )

Teknik analisa berorientasi objek merupakan alat terbaik yang dapat digunakan untuk sebuah proyek yang akan mengimplementasikan sistem yang menggunakan Teknik analisa berorientasi objek merupakan alat terbaik yang dapat digunakan untuk sebuah proyek yang akan mengimplementasikan sistem yang menggunakan

Pada akhir tahun 80-an dan awal tahun 90-an, digunakan beberapa metode berorientasi objek yang berbeda-beda. Yang paling terkenal adalah metode Booch dari Grady Booch, Object Modelling Technique (OMT) dari James Rumbaugh, dan Object Oriented Software Engineering (OOSE) dari Ivar Jacobson. Banyaknya teknik yang digunakan membatasi kemampuan untuk memakai model-model pada proyek lain (mengurangi reuse ) dan tim pengembang. Konsekuesinya, teknik ini menghambat komunikasi antara anggota tim dan pengguna, yang mengakibatkan banyak terjadi eror di dalam proyek. Masalah ini dan lainnya mendorong di lakukannya usaha untuk mendesain bahasa pemodelan standar (Whitten et.al, 2004).

Pada tahun 1994, Grady Booch dan James Rumbaugh sepakat bergabung untuk menggunanakan metode pengembangan berorientasi objek dengan tujuan membuat proses standar tunggal untuk mengembangkan sistem berorientasi objek. Ivar Jacobson bergabung pada tahun 1995, dan mereka bertiga fokus membuat sebuah bahasa pemodelan objek standar sebagai ganti dari pendekatan atau metode berorientasi objek standar. Berdasarakan kerja mereka dan hasil kerja lainnya pada industri, Unified Modelling Language (UML) versi 1.0 di rilis pada tahun 1997 (Whitten et.al, 2004).

Unified Modelling Language (UML) adalah satu kumpulan konvensi pemodelan yang digunakan untuk menentukan sebuat sistem software yang terkait

dengan objek (Whitten et.al , 2004).

2.5.1 Konsep Sistem untuk Pemodelan Objek

Analisis sistem berorientasi objek di dasarkan beberapa konsep. Sebagian konsep ini membutuhkan cara pemikiran baru untuk sistem dan proses pengembangannya (Whitten et.al , 2004).

1. Object adalah sesuatu yang ada atau dapat di lihat, di sentuh, atau di rasakan dan user menyimpan data serta mencatat perilaku mengenai sesuatu itu.

2. Attribute adalah data yang mewakili karakteristik tentang sebuah objek.

3. Object instance adalah setiap orang khusus, tempat, sesuatu, atau kejadian, dan juga nilai untuk atribut dari objek.

4. Behavior adalah kumpulan dari sesuatu yang dapat di lakukan oleh objek dan terkait dengan fungsi –fungsi yang bertindak pada data objek (atau atribut). Pada siklus berorientasi objek, perilaku objek merujuk kepada metode, operasi, atau fungsi.

5. Encapsulation adalah pengemasan beberapa item ke dalam satu unit. Konsep penting lain mengenai pemodelan objek adalah konsep pengkategorian objek menjadi class /kelas yaitu sebagai berikut (Whitten et.al , 2004) :

6. Class adalah satu set objek yang memiliki atribut dan behavior yang sama. Kadang –kadang di sebut object class .

7. Generalization / specialization adalah sebuah teknik di mana artibut dan behavior yang umum pada beberapa tipe kelas objek, di kelompokkan (atau di abstraksi) ke dalam kelasnya sendiri yang di sebut supertype. Atribut dan metode kelas objek supertype kemudian di wariskan oleh kelas objek tersebut ( subtype ).

2.5.2 Hubungan Objek/Kelas

Object/classrelationship adalah asosiasi bisnis yang ada di antara satu atau lebih objek dan kelas. Multiplicity adalah jumlah kejadian minimum dam maksimum dari satu objek/kelas untuk satu kejadian tunggal dari objek/kelas yang terkait.

Aggregation adalah sebuah hubungan di mana satu kelas “ whole ” yang lebih besar berisi satu atau lebih kelas “ part ” yang lebih kecil. Atau, kelas “ part ” yang lebih kecil adalah bagian dari kelas “ whole ” yang lebih besar. Composition adalah hubungan agrerasi di mana “ whole ” bertanggung jawab atas pembuatan dan perusakan “bagian-

bagian”. Jika “ whole ” rusak, maka “ part ” juga akan rusak (Whitten et.al , 2004).

2.6 Tools Pengembangan Sistem

Berikut ini definisi Unified Modeling Language (UML) menurut para ahli:

1. Menurut (Hend, 2006) “ Unified Modelling Language (UML) adalah bahasa yang telah menjadi standard untuk visualisasi, menetapkan, membangun, dan mendokumentasikan artifak suatu system perangkat lunak”

2. Menurut (Adi Nugroho : 2005). “ Unified Modeling Language (UML) adalah alat bantu analisis serta perancan gan perangkat lunak berbasis objek”.

3. Menurut (Joomladarihttp://soetrasoft.com:2007). “ Unified Modeling Language (UML) merupakan standard modeling language yang terdiri dari kumpulan- kumpulan diagram, dikembangkan untuk membantu para pengembang sistem dan software agar dapat menyelesaikan tugas-tugas seperti: Spesifikasi, Visualisasi, Desain Arsitektur, Konstruksi, Simulasi dan testing serta Dokumentasi”. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa “ Unified Modeling Language (UML)adalah sebuah bahasa yang berdasarkan grafik atau gambar untuk menvisualisasikan, menspesifikasikan, membangun dan pendokumentasian dari sebuah sistem pengembangan perangkat lunak berbasis OO( Object Oriented )”.

UML merupakan kesatuan dari bahasa pemodelan yang di kembangkan oleh Booch, Object Modeling Technique (OMT) dan Object Oriented Software Engineering (OOSE). Metode Booch dari Grandy Booch sangat terkenal dengan nama metode Design Object Oriented . Metode ini menjadikan proses analisis dan design ke dalam 4 (empat) tahap iterative , yaitu : identifikasi kelas-kelas dan obyek-obyek, identifikasi semantik dari hubungan obyek dan kelas tersebut, perincian interface dan implementasi. Pemodelan OMT yang di kembangkan oleh Rumbaugh di dasarkan pada analisis terstruktur dan pemodelan entity-relationship.

Desain distem pada UML di susun oleh simbol-simbol yang terbentuk menjadi sebuah diagram model. Berikut adalah simbol yang digunakan pada desain sistem ini.

Unified Modeling Language (UML) memiliki beberapa diagram di antaranya (Munawar,2005) : 1. Use Case Diagram

Use case adalah deskripsi fungsi dari sebuah sistem dari perspektif pengguna. Use case bekerja dengan cara mendeskripsikan tipikal interaksi antara user (pengguna) sebuah sistem dengan sistemnya sendiri melalui sebuah cerita bagaimana sebuah sistem di pakai (Munawar, 2005).

Dalam sebuah pembicaraan tentang use case , pengguna biasanya di sebut dengan actor . Actor adalah sebuah peran yang dapat di mainkan oleh pengguna dalam interaksinya dengan sistem. Use case adalah alat bantu terbaik guna menstimulus pengguna potensial untuk mengatakan tentang suatu sistem dari sudut pandangnya. Diagram use case mempunyai 3 notasi yang menunjukan aspek dari sistem (Munawar, 2005) :

a. Actor (pengguna) yaitu abstraksi dari orang dan sistemm lain yang mengaktifkan fungsi dari target sistem. Actor memiliki peran orang/sistem yang lain atau alat ketika berkomunikasi dengan use case .

b. Use Case adalah abstraksi dari interaksi antara sistem dan actor. Use case di buat berdasarkan keperluan actor. Use case harus merupakan “apa” yang di kerjakan software aplikasi, bukan “bagaimana” software aplikasi mengerjakannya. Setiap use case harus di beri nama yang menyatakan apa hal yang di capai dari hasil interaksinya dengan actor.