Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group (1)

Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe: Group Investigation (GI)
A. Pengertian
Group

Investigationn merupakan

salah

satu

bentuk

model

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas
siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari
melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa
dapat mencari melalui internet. Model Group Investigation dapat melatih
siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa
secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir

pembelajaran.
Dalam model Group Investigation terdapat tiga konsep utama,
yaitu: penelitian atau inquiry, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika
kelompok atau the dynamic of the learning group, (Winaputra, 2001). Pada
Group Investigation siswa dituntut untuk berkemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process
skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota
serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan
intelektual siswa. Model Group investigation memadukan beberapa landasan
pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic
teaching, dan kelompok belajar kooperatif.
B. Sintaks dalam Group Investigation (GI)
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah
umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa
selanjutnya

diorganisasikan


menjadi

kelompok-kelompok

yang

berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2

hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,
etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar
khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan
subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah
b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan
berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan
dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari
berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling
terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
C. Kelebihan Group Investigation
Kelebihan

dari


model

pembelajaran

kooperatif

tipe

Group

Investigation dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis
siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya

rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah
dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana.
2. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih
bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.
3. Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam
menyelesaikan


tugas-tugas

kompleks,

serta

dapat

meningkatkan

kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah,
meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk
terhadap

teman

sebayanya

dan


siswa

yang

berprestasi

dalam

pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak
bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam (Davidson dalam
Noornia, 1997:24).
4. Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk
menyelesaikan tugas.
D. Kekurangan Group Investigation
Kekurangan

dari

model


pembelajaran

kooperatif

tipe

Group

Investigation dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI hanya sesuai untuk
diterapkan di kelas tinggi, hal ini disebabkan karena tipe GI memerlukan
tingkatan kognitif yang lebih tinggi.
2. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang
memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini
disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan.
3. Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif
akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang
konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan
dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman.

4. Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama
untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI dengan baik.

Model Pembelajaran
Tipe: Project Based Learning
A. Pengertian
Project-based learning (PjBL) didefinisikan sebagai sebuah model
pembelajaran di mana siswa akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
ketika mendesain, merencanakan dan membuat sebuah produk. Proyek
mencakup sejumlah aktivitas yang mengarah pada tujuan akhir untuk
menghasilkan produk atau presentasi. PjBL melibatkan peserta didik dalam
isu-isu dan masalah-masalah kompleks dalam dunia nyata, serta meminta
peserta didik menerapkan konten, keterampilan dan pengetahuannya dalam
berbagai konteks.
PjBL membantu siswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan
yang kokoh yang dibangun melalui tugas- tugas dan pekerjaan otentik.
Menurut Kamdi (2007) menjelaskan bahwa PjBL mendukung proses
konstruksi pengetahuan dan pengembangan kompetensi produktif pebelajar
yang


secara

actual

muncul

dalam

bentuk-bentuk

keterampilan

okupasional/teknikal (technical skills), dan keterampilan sebagai pekerja yang
baik (employability skills).
B. Sintaks dalam Project Based Learning (PjBL)
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang

diangkat relevan untuk para peserta didik.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki”

atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,
dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1)
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline
penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara
yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara
yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik
untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students
and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan
cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain
pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar
mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masingmasing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman
yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini

peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya
selama

menyelesaikan

proyek.

Pengajar

dan

peserta

didik

mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan
baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada
tahap pertama pembelajaran.
C. Kelebihan Project Based Learning (PjBL)
Kelebihan dari model pembelajaran Project Based Learning dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
4. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumbersumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
6. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
D. Kekurangan Project Based Learning (PjBL)
Kekurangan dari model pembelajaran Project Based Learning dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Memerlukan banyak waktu dan biaya untuk menyelesaikan masalah.

2. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
3. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
4. Peserta

didik

yang

memiliki

kelemahan

dalam

percobaan

dan

pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
5. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Budi.

2013.
Model
Pembelajaran
GI.
https://ekocin.
wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-gamestournaments-tgt/ (online) diakses pada 26 September 2016.

Kamdi, W dkk. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Universtas Negeri
Malang: Malang.
Mahanal, S. 2009. Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning pad Materi
Ekosistem terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang.
Jurnal Sains: 1-10.
Winaputra,Udin S. 2001. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta Pusat.