penerapan rekayasa nilai pada plat lanta

PENERAPAN REKAYASA NILAI (VALUE ENGINEERING) PADA
PROYEK PEMBAGUNAN GEDUNG SD 3 PENATIH, DENPASAR, BALI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Di negara yang sedang berkembang seperti Indoesia ini, berbagai
pembangunan sarana dan prasarana di segala bidang semakin dirasakan.
Dalam pembangunan dapat dilihat berbagai proyek berskala mulai dari yang
berskala kecil hingga besar yang memicu perkembangan industri konstruksi di
Indonesia. Proyek konstruksi dengan skala besar tentunya akan memerlukan
biaya (cost) yang besar pula untuk pelaksanaanya. Sekarang ini pembangunan
gedung rata-rata perencanaan pekerjaannya yang terlampau mewah dan
mengakibatkan memerlukan anggaran biaya hingga miliaran rupiah dimana
tentunya jumlah tersebut tidaklah sedikit. Dilain sisi berbagai pihak dalam
proyek konstruksi terutama pihak owner menginginkan biaya pelaksanaan
yang sekecil mungin dikarenakan keterbatasan dana.
Dari adanya permasalahan tersebut dilakukanlah efisiensi untuk menekan

biaya pelaksanaan proyek konstruksi dengan berbagai program. Salah satu
dari program penghematan biaya adalah rekayasa nilai atau value engineering.
Rekayasa nilai atau Value engineering merupakan sebuah kegiatan
merekayasa teknis dari perencanaan bangunan yang sudah ada tanpa
mengurangi fungsi struktur maupun arsitektur bangunan sehingga didapatkan
biaya pelaksanaan yang lebih murah. Kelebihan program value engineering ini
dibandngkan program lainnya seperti reduksi harga (cost reduction), jaminan
kualitas (quality assurance), nol kerusakan (zero defects), dll, adalah program
VE menghemat biaya dengan memisahkan hal yang perlu dan tidak perlu,
kemudian dikembangkan dengan berbagai alternatife yang diperlukan tanpa
mengurangi fungsi utama dan kualitas. Hal ini dapat menjamin adanya hasil
akhir pekerjaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,

Rekayasa Nilai merupakan cara yang tepat dalam melakukan penghematan
biaya,
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam Proyek Pembangunan Gedung SD 3
Penatih dengan RAB sebesar Rp 1.609.849.000,00 dengan sumber dana dari
APBN diharapkan dapat diefesienkan dengan menggunakan program Value
Engineering sehingga didapatkan biaya pelaksanaan yang optimal tanpa
mengurangi kualitas perencanaan awal.


1.2.

Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut adalah
1. Apa saja item pekerjaan yang dapat dilakukan rekayasa nilai pada Proyek
Pembangunan Gedung SD 3 Penatih.
2. Apa alternative terbaik yang dapat mengganti desain awal pada item
pekerjaan terpilih pada Proyek Pembangunan Gedung SD 3 Penatih.
3. Berapa penghematan biaya yang bisa dicapai dengan program value
engineering pada Proyek Pembangunan Gedung SD 3 Penatih.

1.3.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui item pekerjaan yang akan dilakukan rekayasa nilai pada
Proyek Pembangunan Gedung SD 3 Penatih.
2. Mengetahui desain alternatife terbaik untuk mengganti desain awal pada
item pekerjaan terpilih pada Proyek Pembangunan Gedung SD 3 Penatih.

3. Mengetahui penghematan biaya yang dicapai setelah dilakukannya Value
Engineering.

1.4.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui item-item pekerjaan yang berpotensi untuk direkayasa nilai

2. Menambah wawasan mengenai alternatife-alternatife pengganti untuk
beberapa item pekerjaan
3. Menambah wawasan untuk melakukan penghematan biaya dengan
program value engineering.

BAB II
METODOLOGI
2.1. Identitas Proyek
 Nama Proyek
 Lokasi
 Pemilik Proyek

 Konsultan Perencana
 Konsultan Pengawas
 Kontraktor
 Sumber Dana
 Nilai Proyek
 Waktu Pelaksanaan

: Pembangunan Gedung SD 3 Penatih
: Penatih-Denpasar
: Pemerintah Provinsi Bali
: PT. DWIPA DEWATA
: PT. ASA MITRA
: PT. MEGATAMA KARYA
: APBN 2015
: Rp. 1.609.849.000
: 7 Maret s.d 12 Agustus 2016
: 135 Hari Kalender

2.2. Data Penelitian
1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya, diamati, dan dicatat pertama kalinya oleh peneliti. Adapun data
primer yang dalam penelitian ini adalah parameter pertimbangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dari biro statistik,
dokumen-dokumen perusahaan dan organisasi, surat kabar, internet, dll.
Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah RAB dan gambar
perencanaan terbaru (As Build Drawing).

2.3. Variable
Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah varivel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubehnya variabel terikat, adapun variabel bebas dalam penelitian ini
yakni harga satuan pekerjaan, Harga Produk.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variavel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas, adapun variabel terikat dalam penelitian ini
yakni biaya penghematan.


2.4. Metode Penelitian
Adapun metode peneilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode value engineering job plan. Rekayasa nilai atau Value engineering
merupakan sebuah kegiatan merekayasa teknis dari perencanaan bangunan
yang sudah ada tanpa mengurangi fungsi struktur maupun arsitektur
bangunan sehingga didapatkan biaya pelaksanaan yang lebih murah. Dalam

penelitian ini menggunakan versi Value Engineering Job Plan Four Phase
yaitu :
1. Tahap Informasi
2. Tahap Kreatifitas
3. Tahap Analisa
4. Tahap Rekomendasi

2.5. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dalam pnelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Informasi
Teknik yang dipergunakan pada tahap ini yaitu :
a. Breakdown

Bila memiliki bobot pekerjaan besar, maka item pekerjaan tersebut
potensial untuk dianalisis Value Engineering
b. Cost model, yang digunakan model Pareto
Dengan cost model dapat diketahui biaya total proyek secara
keseluruhan dan dapat dilihat perbedaan biaya tiap elemen bangunan.
Perbedaan biaya tiap elemen bangunan tersebut dapat dijadikan
pedoman dalam menentukan item pekerjaan mana yang akan
dianalisis VE.
c. Analisis Fungsi
Mengidentifikasikan

fungsi-fungsi

essensial

(sesuai

dengan

kebutuhan) dan menghilangkan fungsi-fungsi yang tidak diperlukan.

Agar perancang dapat mengidentifikasikan komponen-komponen
dan menghasilkan komponen-komponen yang diperlukan.
2. Tahap Kreatif
- Menggali gagasan-gagasan alternatif sebanyak-banyaknya dalam
-

memenuhi fungsi pokok.
Pada tahap ini juga dituliskan alasan dilakukan Value Engineering
pada tiap elemen dan kelebihan, kekurangan setiap alternatif yang
dimunculkan. Alternatif-alternatif tersebut dapat ditinjau dari
berbagai aspek, diantaranya :
1. Penghematan biaya
2. Kekuatan dan kualitas material
3. Ketersediaan material
4. Kemudahan pelaksanaan
5. Waktu pelaksanaan
6. Berat konstruksi

7. Kenyamanan
8. Estetika

9. Finishing
3. Tahap Analisis
Tujuan dari tahap analisa ini adalah untuk melakukan evaluasi,
pembenahan dan analisa biaya terdapat ide yang dihasilkan dan untuk
mendata alternatif yang layak serta potensi untuk menghasilkan
penghematan.
- Melakukan analisa terhadap gagasan-gagasan alternatif yang
meliputi : analisa alternatif, analisa rangking dan analisa matrik
-

untuk mendapatkan alternatif yang paling potensial.
Pada tahap analisa ini dilakukan penyaringan terhadap keuntungan

-

dan kerugian dari tahap alternatif/kreatif.
Keuntungan dan kerugian tersebut dapat dianalisa dengan
menentukan beberapa kriteria penilaian. Analisis kriteria penilaian

4.


tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Zero-One.
Tahap Rekomendasi
Tahap ini adalah tahap terakhir dalam rencana kerja Rekayasa Nilai
yang tujuannya yaitu menawarkan atau memberikan laporan mengenai
seluruh tahap sebelumnya dalam rencana Rekayasa Nilai kepada pihak
manajemen atau pemberi tugas untuk dapat diputuskan apakah desain yang
dipilih mampu dan baik untuk dilakukan dalam bentuk presentasi.

2.6.

Rancangan Penelitian
Mulai

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah dan Tujuan

Tahap Informasi


Data Primer :
- Parameter
pertimbangan

Data Sekunder :
- RAB
- Gambar Rencana
(As Build Drawing)

Tahap Informasi

Tahap Kreatifitas

Tahap Analisa

Tahap Rekomendasi

Selesai

BAB III
PEMBAHASAN

1. Tahap Informasi
1.1. Informasi proyek
 Nama Proyek
 Lokasi
 Pemilik Proyek
 Konsultan Perencana
 Konsultan Pengawas
 Kontraktor
 Sumber Dana
 Nilai Proyek
 Waktu Pelaksanaan

: Pembangunan Gedung SD 3 Penatih
: Penatih-Denpasar
: Pemerintah Provinsi Bali
: PT. DWIPA DEWATA
: PT. ASA MITRA
: PT. MEGATAMA KARYA
: APBN 2016
: Rp. 1.609.849.000
: 3 April s.d 15 Agustus 2016
: 135 Hari Kalender

Value engineering atau rekayasa nilai adalah salah satu suatu susunan
metode untuk mengurangi biaya produksi atau penggunaan barang dan jasa,
tanpa mengurangi mutu yang diperlukan atau performa ( Performance ).
Dalam Value engineering ada yang namanya Hukum Pareto, hukum pareto
sendiri digunakan sebagai analisa untuk mengetahui biaya yang tertinggi pada
proyek sehingga dapat di rekayasa nilai. Dalam rangka efisiensi, kegiatan
rekayasa nilai dapat digunakan Hukum Pareto yang menyatakan 80% biaya
total dari suatu sistem ditentukan oleh biaya dari 20% komponennya untuk
mendapatkan bagian yang paling strategis untuk dikaji. Dalam melakukan
analisa pareto perlu dilakukan penyusunan urutan dari item pekerjaan yang
memiliki nilai biaya tertinggi ke item pekerjaan yang memiliki biaya terendah
dan nantinya akan membuat kurva yang akan memperlihatkan bagian-bagian
dari item pekerjaan yang memiliki biaya terbesar sehingga berpotensi untuk
di rekayasa nilai. Berdasarkan pengertian dari Hukum Pareto tersebut
digunakanlah metode pareto/analisa pareto dalam menentukan item pekerjaan
yang akan di rekayasa nilai.
Berikut adalah analisis Breakdown pada Proyek Pembangunan Gedung
SD 3 Penatih :
Tabel 1.1. Breakdown 1 :

Grafik 1. Pareto 1
Dari tabel dan grafik Pareto 1 didapatkan hasil Pekerjaan Beton Lt. 2
merupakan pekerjaan yang memiliki nilai biaya yang terbesar dan berpotensi
untuk di rekayasa nilai, kemudian pekerjaan beton lt. 2 tersebut kembali di
evaluasi.
Berikut merupakan analisis Breakdown pekerjaan beton lt. 2 :
Tabel 1.2. Breakdown 2 :

Grafik 2. Pareto 2
Grafik pareto 2 ini menunjukkan grafik bahwa item pekerjaan yang
berada pada batasan prinsip pareto yang menjadi item pekerjaan berbiaya
tinggi pada pekerjaan beton lantai 2 dan didapatkan hasil yang lebih spesifik
yaitu Pekerjaan Beton Plat Lantai 2.

1.2. Analisa Fungsi
Analisa fungsi adalah suatu pendekatan untuk mendapatkan suatu nilai
tertentu, (dalam hal ini fungsi merupakan karakterisitk produk atau proyek

yang membuat produk atau proyek dapat bekerja atau dijual). Tahapan analisa
fungsi dilakukan untuk mendapatkan alternatif yang digunakan. Penentuan
alternatif yang dipakai sesuai dengan fungsi yang diharapkan dan biaya yang
terendah.
Berdasarkan dari hasil analisa grafik pareto diatas, maka dapat
dilakukan analisa fungsi terhadap Pekerjaan Beton Plat Lantai 2 sebagai
berikut :
Tabel 1.3. Analisa Fungsi
Item Pekerjaan

Plat Lantai 2

Kata Kerja
Membatasi
Berpijak
Menyalurkan
Meredam
Mengakukan
Menempatkan

Kata Benda
Lantai/Ruang
Penghuni
Beban
Suara
Struktur
Kabel

Jenis Fungsi
Primer
Primer
Primer
Sekunder
Sekunder
Sekunder

1.3. Kriteria Design
Adapun kriteria design yang akan digunakan dalam pemilihan alternatif
terbaik untuk item pekerjaan beton plat lantai 2 adalah sebagai berikut :
1. Penghematan biaya
2. Kekuatan dan kualitas
material
3. Ketersediaan material
4. Waktu pelaksanaan

5.
6.
7.
8.
9.

Kemudahan pelaksanaan
Berat konstruksi
Kenyamanan
Estetika
Finishing

2. Tahap Kreatifitas
Tahap kreatifitas adalah tahap untuk mendapatkan ide-ide alternatif sebanyakbanyaknya untuk dapat memenuhi fungsi dasar dari item kerja tersebut, dalam
tahap ini dijelaskan secara rinci mengenai spesifikasi, keuntungan dan kelebihan
dari masing-masing alternatif tersebut. Berdasarkan dari ide pengalaman dan hasil
survey yang dilakukan melalui wawancara, media internet, dll, didapatkan
beberapa alternatife-alternatife untuk item Pekerjaan Beton Plat Lantai 2 yaitu
sebagai berikut :

No
1.

Ide – ide Kreatif
Beton Konvensional ( Eksisting )

2.

Floordeck

3.

KalsiFloor

2.1. Alternatif Beton Konvensional ( Eksisting )









Harga Beton mutu K-250/m3
- Readymix + ongkir
= Rp. 850.000,00
Untuk plat lantai 2 t.12cm
= 40.15 m3 x Rp. 850.000,00
= Rp. 34.127.500,00
Ditambah pembesian ( 2 lapis )
= 3035.34 kg x Rp. 9.637,90
= Rp. 29.254.303,39
Ditambah bekisting
= 334.60 m2 x Rp. 21.891,00
= Rp. 70.564.128,60
Total biaya
= Rp. 133.945.931,00
Kekurangan
1. Harga beton dan bekisting yang relatif mahal
2. Waktu pengerjaan lebih lama
3. Memerlukan perancah lebih banyak
4. Membutuhkan bekisting lebih lama untuk menahan berat pada
saat pengecoran
Kelebihan
1. Kuat tekan relatif tinggi yaitu 250 kg/m2
2. Tahan api dan air
3. Strukturnya sangat kokoh
4. Biaya pemeliharaan hamper sangat rendah
5. Durabilitas tinggi
6. Bahan mudah didapat
7. Tidak membutuhkan tenaga berkeahlian tinggi
Spesifikasi

-

Volume
Tebal
Mutu
Berat

: 40.15 m3
: 12 cm
: K-250
: 40.15 m3 x 2400 kg/m3 = 96.360 kg

2.2. Alternatif Floor Deck ex. CBM




Harga Floordeck

Type CFD 1000/40 mm, t. 0.65
= Rp. 117.000,00/m2
Panjang 6 m ( Readystock )
Harga Beton mutu K-250/m3
- Readymix + ongkir
= Rp. 850.000,00
Volume plat lantai 2 t.12cm dengan floordeck
= 40.15 m3 – ( 40.15 m3 x 25 % )
= 30.1125 m3
Biaya cor
= 30.1125 m3 x Rp. 850.000,00
= Rp. 25.595.625,00
Ditambah biaya floordeck
= 249 m2 x Rp. 117.000,00
= Rp. 29.133.000,00

Ditambah biaya pembesian ( 1 lapis )
= 0.5 x Rp. 29.254.303,39
= Rp. 14.627.151,69
Ditambah biaya bekisting
= 20 % x Rp. 70.564.128,60
= Rp. 14.112.825,72
= Rp. 70.564.128,60 – Rp. 14.112.825,72 = Rp. 56.451.302,88
Total biaya
= Rp. 125.907.079,57







Kekurangan
1. Getaran lebih besar
2. Plat baja dapat memuai akibat perubahan temperature
3. Mengurangi estetika
Kelebihan
1. Mempercepat produksi
2. Kekuatan cukup besar
3. Meminimalisir waste material bekisting dan perancah
4. Hemat biaya perancah sampai dengan 20%
5. Hemat material pembesian sampai 50%
6. Mengurangi volume beton hingga 25%
7. Meminimalisir keretakan
8. Anti karat
9. Lebih ringan
Spesifikasi
- Bahan
: Baja Hi-Ten Galvanis (Z 220)
- Tebal
: 0.65 mm
- Panjang
:6m
- Dimensi
: 1000/40 mm (Lebar/Tinggi)
- Berat beton : 30.1125 m3 x 2400 kg/m3 = 72.270 kg

2.3.

Alternatif Kalsi Floor ex. Kalsi



Harga Kalsi Floor

Kalsi Floor 20 mm : Rp. 553.000,00/lbr, Discount 7% : Rp.
517.000,00/lbr
Harga/m2

= Rp. 517.000,00 / ( 1.2 m x
2.4 m )
= Rp 179.513,88
: 249 m2



Luas lantai 2
Kebutuhan Kalsi Floor
= 249 m2 / 2.88 m2
= 86.46 lbr ≈ 87 lbr
Biaya Kalsi Floor
= 87 lbr x Rp. 517.000,00
= Rp. 44.979.000,00
2
Biaya C-Channel/m
= 0.6 x Rp. 435.500,00
= Rp. 261.300,00
Ditambah biaya Keb. C-Channel
= 249 m2 x Rp. 261.300,00
= Rp. 65.063.700,00
Keb. KalsiScrew FL
= 12.6 x 249 m2
= 3.137,4 pcs
Ditambah biaya KalsiScrew FL
= 3.137,4 x Rp. 286,00
= Rp. 897.296,40
Total biaya
= Rp. 110.939.996,40
Kekurangan
1. Jika digunakan untuk lantai dengan beban besar, harus dilapisi
dengan adukan semen dan keramik agar tidak terjadi gesekan
dan benturan
2. Harus menggunakan rangka baja untuk perlekatannya



Kelebihan
1. Beban struktur lebih ringan
2. Mudah dikerjakan
3. Dimensi stabil
4. Sistem pemasangan mudah, bersih, fleksibel dan tahan terhadap
gempa
5. Pada modul 600 x 1200 mm dan jarak rangka 5 m dapat
menahan beban 200 kg
6. Berat rata-rata dalam 1 m2 hanya 29,20 kg
7. Tidak menyebarkan api
8. Fleksibel
9. Daya tahan terhadap benturan
10. Tahan air ( jika tidak menggenang ) dan rayap
11. Dimensi stabil
Spesifikasi
- Tebal
: 20 mm
- Lebar
: 1200 mm
- Panjang
: 2400 mm
- Berat
: 29.20 kg/m2 x 249 m2 = 7.270,8 kg
Rangka : C-Channel CNP 150 x 65 x 20 mm, t. 3.2



mm, P. 6m

3. Tahap Analisa
3.1. Analisa Perankingan
Analisa perankingan

ialah

suatu

cara

yang

digunakan

dalam

perekayasaan untuk mengkaji lebih dalam semua alternatif yang
dihadirkan baik secara kulitatif atau kuantitatif. Dalam analisa
perankingan dilakukan dengan 2 cara yang disajikan saling berkaitan
yaitu :
1. Perankingan Akhir alternatif dan Existing ( pembobotan )
2. Perankingan Metode Zero-one
Berikut adalah analisa perankingan dari item pekerjaan yang akan di
rekayasa nilai :
a. Analisa Perankingan Pekerjaan Plat Lantai 2
a) Melakukan Perankingan

No.

Kriteria

Angka
Ranking

Bobot

Keterangan

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Penghematan biaya
Kekuatan dan kualitas material
Ketersediaan material
Waktu pelaksanaan
Kemudahan Pelaksanaan
Berat konstruksi
Kenyamanan
Estetika
Finishing
Jumlah

9
8
7
6
5
4
3
2
1
45

20.00
17.78
15.56
13.33
11.11
8.89
6.67
4.44
2.22
100.00

Prioritas Tertinggi
Prioritas Sangat Tinggi
Prioritas Tinggi
Prioritas Cukup Tinggi
Prioritas Sedang
Prioritas Cukup Rendah
Prioritas Rendah
Prioritas Sangat Rendah
Prioritas Terendah

Keterangan :
1. Penghematan Biaya, menjadi prioritas tertinggi dikarenakan tujuan
utama VE memang untuk menghemat biaya.
2. Kekuatan dan Kualitas Material, berada di prioritas yang sangat
tinggi karena kekuatan dan kualitas dari bahan/material masingmasing alternatif nantinya akan menjadi jaminan mutu pekerjaan
yang dilaksanakan.
3. Ketersediaan Material, menjadi prioritas yang tinggi karena jika
ingin pekerjaan konstruksi berjalan lancar maka material harus
readystock.
4. Waktu Pelaksanaan, berada di prioritas yang cukup tinggi karena
lamanya waktu pengerjaan yang diinginkan lebih cepat.
5. Kemudahan Pelaksanaan, berada di prioritas sedang karena bisa
ditolerir dengan kondisi di lapangan.
6. Berat Konstruksi, berada di prioritas yang cukup rendah karena
tidak berpengaruh terlalu besar pada masa operasional karena
sudah didukung dengan kualitas material.
7. Kenyamanan, berada di prioritas yang rendah karena nanti akan
dipengaruhi oleh berat konstruksi dan juga kualitas material.
8. Estetika, berada di prioritas yang sangat rendah karena nilai
seni/nilai jual yg dimiliki oleh masing-masing alternatif tidak
terlalu berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar.
9. Finishing, berada di prioritas terendah karena hasil akhir dari
pekerjaan baik kerapian maupun kebersihan nantinya juga akan
didukung oleh pengguna gedung.
b) Metode Zero-one
Keterangan :

-

A
B
C
<
>
=

= Beton Konvensional
= Floor Deck
= Kalsi Floor
= Kurang Baik
= Lebih Baik
= Sama Baik

c) Penilaian Eksisting dan Alternatif yang Muncul

Pada tahap penganalisaan ranking digunakan perankingan dengan
metode matrik evaluasi sehingga dari hasil analisa dapat diketahui
bahwa alternatif C dengan Kalsi Floor mempunyai keunggulan bobot
total 44.07 dibandingkan dengan alternatif yang lain yaitu penggunaan
Beton Konvensional (A) mempunyai bobot 25.19 dan Floor Deck (B)
dengan bobot 39.63.

4.

Tahap Rekomendasi
4.1. Rencana Awal
Pada rencana

awal

pembangunan

gedung

SD

3

Penatih,

pembangunan struktur plat lantai 2 akan menggunakan beton dengan
mutu K-250.

4.2. Usulan Tim VE
Dari tim VE telah didapatkan tiga rekomendasi alternatif, yaitu :
1. Beton konvensional ( Eksisting )
2. Floor Deck
3. Kalsi Floor
4.3. Dasar Pertimbangan
Dasar pertimbangan yang digunakan merupakan kriteria yang telah
direncanakan dan disepakati sebagai bahan pertimbangan untuk rekayasa
nilai yaitu :
1. Penghematan biaya
2. Kekuatan dan kualitas material
3. Ketersediaan material
4. Waktu pelaksanaan
5. Berat konstruksi
6. Kenyamanan
7. Biaya OP
8. Estetika
9. Finishing
Dari kriteria tersebut telah didapatkan hasil akhir menggunakan
Kalsi Floor.

BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan rekayasa nilai diatas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Dari semua item pekerjaan pembangunan Gedung SD 3 Penatih
didapatkan yang berpotensi dilakukan rekayasa nilai adalah pekerjaan
2.

plat lantai 2 dengan biaya sebesar Rp. 133.945.931,00.
Dari analisa zero-one dan matrik evaluasi didapatkan alternatif terbaik
untuk menggantikan beton konvensional sebagai material plat lantai 2

3.

yaitu Kalsi Floor ex. Kalsi dengan bobot 44.07.
Penghematan biaya pekerjaan plat lantai 2 didapatkan sebagai
berikut :
= Biaya eksisting – Biaya alternatif

= Rp. 133.945.931,00 – Rp. 110.939.996,40
= Rp. 23.005.934,603.2. Saran
Dari kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan adalah lebih
baik menggunakan konstruksi ringan namun kuat yang telah teruji, sehingga
dapat menghemat biaya pembangunan.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22