Analisis Potensi Ekonomi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kecamatan kabupaten Nias Selatan provinsi
Sumatera Utara dengan periode tahunan mulai tahun 2011 sampai dengan tahun
2013. Waktu penelitian dilakukan mulai September sampai dengan Desember
2015.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif yang
menggunakan data primer dan data sekunder. Ruang lingkup penelitian ini
difokuskan pada perkembangan pembangunan ekonomi wilayah kecamatan di
kabupaten Nias Selatan yang mencakup 10 sektor ekonomi di 18 kecamatan yang
ada di Kabupaten Nias Selatan. Dengan jumlah responden 13 orang untuk setiap
kecamatan. Sehingga diperoleh sampel sebesar 234 orang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk data primer, dalam menentukan sampel penulis menggunakan FGD
(Focus Group Discussion). Sampel pada kegiatan FGD untuk menentukan
rencana strategis pengembangan wilayah Kabupaten Nias Selatan diperlukan Key
Informan (KI) yang berasal dari Camat. Sedangkan untuk pengembangan

pelayanan jasa diperlukan KI dari pengusaha.

32
Universitas Sumatera Utara

Sampel size untuk FGD dalam penelitian ini dengan menggunakan alat bantu
kuesioner dapat dirincikan sebagai berikut:
a.

Tingkat Camat, yang diantaranya: Camat, Sekretaris Camat dan Kepala Seksi
Pemerintahan.

b.

Tingkat Desa, yang diantaranya: Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Ketua
Badan Permusyawaratan Desa.

Secara kolektif hasil kuesioner dari seluruh responden tersebut dikumpulkan
sehingga menjadi satu paket data yang dapat digunakan dalam menganalisis
perkembangan wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan.


3.4 Teknik Penentuan Responden
Teknik penentuan responden/sampel dalam penelitian ini, responden pada
kajian penelitian ekonomi regional adalah pelaku bisnis atau pengusaha maupun
orang yang berkompeten pada institusi Kecamatan dan Desa yang dapat
memberikan informasi yang berkait dengan kegiatan FGD.
Teknik pengumpulan data primer pada penelitian ini pada kegiatan pendataan
ketenagakerjaan dilakukan dengan cara FGD langsung kepada responden yang
telah ditetapkan dan sebagai pedoman wawancara. Dan teknik pengumpulan data
sekunder diperoleh langsung dari sumber resmi seperti BPS dalam bentuk laporan
tahunan, jurnal dan buku-buku.

27
Universitas Sumatera Utara

3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
dan kuantitatif yang digunakan untuk mempermudah analisis tabel-tabel dan
grafik secara sederhana sehingga didapatkan gambaran mengenai perkembangan
dari objek penelitian.

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan
beberapa metode analisis data, yaitu:
1.

Analisis Geografi
Batas wilayah administratif dan rencana pengembangan wilayah dan ekonomi
wilayah dan pusat perdagangan dilakukan dengan pendekatan analisis
deskriptif.
Untuk menentukan komoditi unggulan dilakukan dengan pendekatan
Multifactor Evaluation Process (MFEP).
Tabel 3.1 Pendekatan Multifactor Evaluation Process (MFEP)

Faktor

Keunggulan

Evaluasi

Evaluasi


Faktor

Tertimbang

P

0,5

0,6

0,3

Q

0,3

0,4

0,12


R

0,1

0,2

0,02

Indeks

0,72

Sumber: Riset Kajian Ekonomi Regional Daerah Kota Medan 2014

Semakin besar Indeks MFEP mendekati satu maka semakin unggul komoditi
tersebut. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

28
Universitas Sumatera Utara


MFEP > 0,75 ; sektor prima
MFEP > 0,50 – 0,74 ; sektor berkembang
MFEP > 0,25 – 0,49 ; sektor potensial
MFEP < 0,25 ; sektor tertinggal/terbelakang
2.

Analisis Demografi dan Ketenagakerjaan
Penyebaran penduduk, proyeksi usia produktif dan ketersediaan tenaga kerja
menggunakan pendekatan analisis deskriptif.

3.

Mapping Potensi Ekonomi Daerah
a. Struktur pertumbuhan sektor daerah Kabupaten Nias Selatan dengan
menggunakan pendekatan Tipologi Klassen, yang dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 3.2 Pendekatan Tipologi Klassen

Rerata Kontribusi
Sektoral terhadap


Y sektor ≥ Y PDRB

Y sektor ≤ Y PDRB

PDRB / Rerata Laju
pertumbuhan Sektoral
R sektor ≥ r PDRB

Sektor Prima

Sektor Berkembang

R sektor ≤ r PDRB

Sektor Potensial

Sektor Terbelakang

Sumber: Riset Kajian Ekonomi Regional Daerah Kota Medan 2014


Keterangan :
Y sektor

= nilai sektor i

Y PDRB

= rata-rata PDRB

29
Universitas Sumatera Utara

r sektor

= laju pertumbuhan sektor i

r PDRB

= laju pertumbuhan PDRB


b. Daftar usaha komoditi dan jasa unggulan, daftar komoditi/jasa yang
mengalami kejenuhan dan kendala (ancaman produk pengganti, ancaman
pesaing, ancaman pendatang baru, daya tawar pemasok dan daya tawar
konsumen) pada daerah kecamatan dianalisis dengan menggunakan
pendekatan deskriptif.
c. Proyeksi pertumbuhan ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi kedepan
dan kebelakang dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif.
d. Keterkaitan daerah Kabupaten Nias Selatan dengan daerah lainnya
memberikan pengaruh terhadap kegiatan perekonomian, perdagangan, arus
tenaga kerja yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif.

3.6 Definisi Operasional
Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan
menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulisan memberi defenisi
dan batasan variabel opersional sebagai berikut:
1.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto (gross
value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah

Kabupaten Nias Selatan dalam jangka waktu tertentu baik berdasarkan harga
berlaku maupun berdasarkan harga konstan.

2.

Sektor ekonomi yaitu sektor pembentuk angka PDRB yang mencakup 10
(sepuluh) sektor utama.

30
Universitas Sumatera Utara

3.

Pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan melihat PDRB wilayah Kabupaten Nias
Selatan yang diteliti yang dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 10
(sepuluh) kelompok sektor ekonomi. Dalam penyajian ini PDRB dihitung
berdasarkan harga tetap (harga konstan) yaitu harga yang berlaku pada tahun
dasar yang dipilih yakni tahun dasar 2000.

4.


Sektor unggulan (leading sector) adalah sektor yang memiliki peranan
(share) relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya terhadap ekonomi
wilayah yang diukur dengan pendekatan MFEP.

5.

Pergeseran sektor perekonomian adalah perubahan kontribusi antar sektor
pembentuk PDRB yang diklasifikasikan ke dalam 1 (sepuluh) sektor utama.

6.

Geografi adalah luas dan batas wilayah secara administratif masing-masing
18 kecamatan di Kabupaten Nias Selatan dalam satu tahun tertentu.

7.

Demografi dan ketenagakerjaan adalah dinamika perubahan jumlah penduduk
dan usia kerja seluruh masyarakat di masing-masing kecamatan di Kabupaten
Nias Selatan dalam satu tahun tertentu.

8.

Potensi ekonomi daerah adalah struktur pertumbuhan sektor daerah
Kabupaten Nias Selatan dengan alat ukur Multifactor Evaluation Process
(MFEP), Tipologi Klassen dan keterkaitan daerah dengan daerah lainnya
dalam satu tahun tertentu.

9.

31
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Keadaan Geografis Kabupaten Nias Selatan
Kabupaten Nias Selatan adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi

Sumatera Utara yang berada dalam satu pulau yang biasanya disebut Pulau Nias,
Kabupaten Nias Selatan berada di sebelah barat Pulau Sumatera jaraknya ± 92 mil
laut dari Kota Sibolga atau Kabupaten Tapanuli Tengah. Kabupaten Nias Selatan
berada di Sebelah Selatan Kabupaten Nias yang berjarak ± 120 km dari
Gunungsitoli ke Telukdalam yang merupakan ibukota Kabupaten Nias Selatan.
Kabupaten Nias Selatan mempunyai luas wilayah 1.852,2 km2 dan terdiri dari
104 buah pulau (Nias Selatan Dalam Angka, 2014).
Kabupaten Nias Selatan terletak di daerah khatulistiwa. Kabupaten Nias
Selatan terdiri dari 104 buah pulau besar dan kecil. Jumlah pulau yang dihuni
adalah 21 buah dan yang tidak dihuni adalah 83 buah pulau. Kabupaten Nias
Selatan secara geografis terletak pada 0o33’25” Lintang Selatan (LS) dan 1o4’5”
Lintang Utara (LU) serta 97o25’59” dan 98o48’29” Bujur Timur (BT). Dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Barat.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau-pulau Mentawai Provinsi Sumatera
Barat.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan Pulaupulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

32
Universitas Sumatera Utara

56

Kondisi alam atau topografi Kabupaten Nias Selatan berbukit-bukit sempit
dan terjal serta pegunungan tingginya di atas permukaan laut bervariasi antara 0800 m, terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang mencapai 20 persen, dari
tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 persen dan dari berbukit sampai
pegunungan 51,2 persen dari keseluruhan luas daratan. Kondisi topografi
Kabupaten Nias Selatan menyulitkan pembuatan jalan-jalan lurus dan lebar.
Sehingga kota-kota utama terletak di tepi pantai.

Sumber : Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Nias Selatan
Karena Kabupaten Nias Selatan terletak di daerah khatulistiwa maka curah
hujan tinggi. Rata-rata curah hujan per bulan 245,94 mm dan banyaknya hari
hujan dalam setahun 262 hari atau rata-rata 21,83 hari per bulan pada tahun 2013.
Akibat banyaknya curah hujan maka kondisi alamnya sangat lembab dan basah.

Universitas Sumatera Utara

56

Musim kemarau dan silih berganti dalam setahun. Di samping struktur batuan dan
susunan tanah yang labil mengakibatkan seringnya banjir bandang dan terdapat
patahan jalan-jalan aspal dan longsor disana sini, bahkan terjadi daerah aliran
sungai berpindah-pindah. Keadaan iklim dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu
udara berkisar antara 21,8o-33,1o dengan kelembaban sekita 88 persen dan
kecepatan angin antara 5-6 knot. Curah hujan tinggi relatif turun hujan sepanjang
tahun dan seringkali dibarengi dengan badai besar. Musim badai laut biasanya
berkisar antara bulan September sampai Nopember, tetapi terkadang terjadi badai
pada bulan Agustus, cuaca dapat berubah secara mendadak.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Kecamatan
Telukdalam
Lahusa
Amandraya
Lolowau
Gomo
Pulau-pulau Batu
Hibala
Susua
Maniamolo
Hilimegai
Toma
Umbunasi
Pulau-pulau Batu Timur
Fanayama
Mazo
Lolomatua
Mazino
Aramo
Jumlah

Luas
(km2)
72,62
201,79
125,91
169,08
106,95
192,02
637,67
30,64
64,10
34,57
46,61
40,15
370,06
107,65
45,98
149,88
42,06
86,83
1.825,20

%
3,98
11,06
6,90
9,26
5,86
10,52
34,94
1,68
3,51
1,89
2,55
2,20
20,28
5,90
2,52
8,21
2,30
4,76
100,00

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat luas wilayah dari 14 kecamatan yang ada di
Kabupaten Nias Selatan. Kecamatan yang tersebar di wilayah Kabupaten Nias

Universitas Sumatera Utara

56

Selatan terdiri atas dataran tinggi maupun dataran rendah. Berdasarkan Tabel,
Hibala adalah daerah yang memiliki wilayah terluas yakni 461,01 km2 yang
merupakan daerah dataran rendah dan Susua adalah daerah yang memiliki
wilayah tersempit yakni 22,15 km2 yang merupakan daerah dataran tinggi.
Kabupaten Nias Selatan memiliki wilayah kecamatan yang terletak di
dataran tinggi dan dataran rendah. Berikut dapat dijelaskan dengan Tabel di
bawah ini.
Tabel 4.2 Kecamatan dengan Letak Wilayah di Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2013
No.

Kecamatan

1.

Telukdalam

2.

Lahusa

3.

Amandraya

4.

Lolowau

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Gomo
Pulau-pulau Batu
Hibala
Susua
Maniamolo
Hilimegai
Toma
Umbunasi
Pulau-pulau Batu Timur
Fanayama
Mazo
Lolomatua
Mazino
Aramo

Letak
Wilayah
dataran tinggi dan
dataran rendah
dataran tinggi dan
dataran rendah
dataran tinggi dan
dataran rendah
dataran tinggi dan
dataran rendah
dataran tinggi
dataran rendah
dataran rendah
dataran tinggi
dataran tinggi
dataran tinggi
dataran rendah
dataran tinggi
dataran rendah
dataran tinggi
dataran tinggi
dataran tinggi
dataran rendah
dataran rendah

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Pada Tabel dipilih 18 kecamatan yang berada di Kabupaten Nias Selatan,
menunjukkan wilayah dataran yang berbeda-beda. Terdapat 8 kecamatan yang

Universitas Sumatera Utara

56

berada di dataran tinggi. 6 kecamatan yang berada di dataran rendah. Serta 4
kecamatan yang berada di dataran tinggi dan dataran rendah.
Tabel 4.3 Banyaknya Desa Menurut Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Kecamatan
Telukdalam
Lahusa
Amandraya
Lolowau
Gomo
Pulau-pulau Batu
Hibala
Susua
Maniamolo
Hilimegai
Toma
Umbunasi
Pulau-pulau Batu Timur
Fanayama
Mazo
Lolomatua
Mazino
Aramo
Jumlah

Desa
17
35
21
41
23
46
22
14
14
11
11
9
10
16
14
26
11
15
356

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Pada Tabel 4.2 di atas menunjukkan jumlah banyaknya desa di 18
kecamatan di Kabupaten Nias Selatan. Desa terbanyak terdapat di kecamatan
Pulau-pulau Batu yang memiliki 46 desa. Dan desa dengan jumlah paling sedikit
terdapat di kecamatan Umbunasi yang hanya memiliki 9 desa. Dari Tabel
diketahui bahwa jumlah desa yang berada di 18 kecamatan di kabupaten Nias
Selatan adalah 356 desa.

Universitas Sumatera Utara

56

4.2

Keadaan Demografi dan Ketenagakerjaan
Kabupaten Nias Selatan yang merupakan salah satu kabupaten yang berada

di Kepulauan Nias, memiliki angka jumlah penduduk yang kecil terhadap provinsi
Sumatera Utara. Berikut perkembangan jumlah penduduk provinsi Sumatera
Utara dan Nias Selatan.
Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara dan
Nias Selatan Tahun 2009-2013
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013

Sumatera
Utara
12.723.964
12.858.574
12.982.204
13.103.596
13.326.307

%
Perbandingan
2,24
2,24
2,23
2,23
2,22

Nias
Selatan
285.041
287.492
289.708
292.417
295.968

%
Pertumbuhan
0,86
0,77
0,94
1,21

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Berdasarkan Tabel, dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 5 tahun jumlah
penduduk yang ada di Kabupaten Nias Selatan dari tahun 2009 sampai dengan
2013 mengalami kenaikan untuk setiap periodenya. Dan begitu pula yang terjadi
untuk tingkat provinsi. Angka jumlah penduduk Nias Selatan merupakan bagian
daripada angka jumlah penduduk yang ada di provinsi Sumatera Utara di setiap
periodenya.
Berdasarkan Tabel 4.5 jumlah penduduk perempuan adalah lebih banyak
daripada jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Nias Selatan pada tahun 2013.
Jumlah penduduk perempuan menunjukkan angka 148.989 jiwa dan jumlah
penduduk laki-laki menunjukkan angka 146.961 jiwa. Akan tetapi perbedaan
jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada Tabel tersebut tidak menunjukkan
selisih angka yang jauh berbeda.

Universitas Sumatera Utara

56

Tabel 4.5 Banyaknya Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013
No.

Kecamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Telukdalam
Lahusa
Amandraya
Lolowau
Gomo
Pulau-pulau Batu
Hibala
Susua
Maniamolo
Hilimegai
Toma
Umbunasi
Pulau-pulau Batu
Timur
Fanayama
Mazo
Lolomatua
Mazino
Aramo
Jumlah

14.
15.
16.
17.
18.

Laki-Laki
(jiwa)
15.116
17.665
8.665
15.203
12.459
8.171
4.835
7.407
6.964
2.904
4.127
3.964
1.286

Perempuan
(jiwa)
14.540
17.996
8.698
15.528
12.968
8.358
4.861
7.783
6.698
3.001
4.055
4.040
1.234

Jumlah
(jiwa)
29.656
35.661
17.363
30.731
25.445
16.529
9.696
15.190
13.662
5.905
8.182
8.004
2.520

10.236
7.406
12.408
4.214
3.931
146.961

9.899
7.981
13.149
4.228
3.972
148.989

20.135
15.387
25.557
8.442
7.903
295.968

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Pada tahun 2013 di Kabupaten Nias Selatan, terdapat 154.793 penduduk
yang tergolong dalam penduduk angkatan kerja dengan pembagian sebanyak
150.480 termasuk penduduk bekerja dan 4.313 penduduk menganggur.
Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah sebanyak 22.528 jiwa. Angka ini
cukup kecil dari jumlah angkatan kerja. Yang bukan angkatan kerja termasuk
pada sekolah 14.130 jiwa, mengurus rumah tangga 6.021 jiwa dan lainnya 2.377
jiwa.
Angkatan kerja di Nias Selatan sebagian besar masih berpendidkan sekolah
dasar (SD) ke bawah. Persentase angkatan kerja golongan ini mencapai 65,42
persen. Angkatan kerja yang berpendidikan setingkat SMTP (Sekolah Menengah

Universitas Sumatera Utara

56

Tingkat Pertama) dan SMTA (Sekolah Menengah Tingkat Atas) masing-masing
sekitar 20,60 persen dan 10,92 persen sedangkan sisanya 3,04 persen
berpendidikan di atas SMTA. Dengan masih rendahnya pendidikan angkatan kerja
memungkinkan produktivitasnya juga masih belum optimal. Penduduk Nias
Selatan yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2013 adalah 154.793 jiwa
yang terdiri dari 97,21 persen terkategori bekerja dan 2,79 persen terkategori
mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Nias Selatan
yang bekerja sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 90,23 persen.

Tabel 4.6 Penduduk Nias Selatan Berumur 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis
Kegiatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013
No.
I.

II.

Jenis
Kegiatan
Angkatan Kerja
1. Bekerja
2. Pengangguran
Bukan Angkatan Kerja
1. Sekolah
2. Mengurus RT
3. Lainnya
Total

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

77.806
75.285
2.521
8.273
6.308
424
1.541
86.079

76.987
75.195
1.792
14.255
7.822
5.597
836
91.242

154.793
150.480
4.313
22.528
14.130
6.021
2.377
177.321

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Pada Tabel menunjukkan angkatan kerja laki-laki lebih banyak daripada
angkatan kerja perempuan. Akan tetapi, yang bukan angkatan kerja penduduk
laki-laki lebih sedikit jumlahnya daripada penduduk perempuan di Kabupaten
Nias Selatan sepanjang tahun 2013.

Universitas Sumatera Utara

56

Tabel 4.7 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar
(APK) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.

Jenjang
Pendidikan
SD / MI
SMP / MTs
SMA / MA
Diploma / Sarjana

APM

APK

94,74
71,57
65,15
12,65

116,78
80,54
80,81
16,07

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan perbandingan antara jumlah
siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk
usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Sedangkan Angka
Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan antara jumlah murid pada
jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan sebagainya) dengan penduduk
kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Berdasarkan
Tabel di atas, jenjang pendidikan SD sampai dengan Sarjana yang menunjukkan
angka tertinggi adalah untuk Angka Partisipasi Kasar (APK) di sepanjang tahun
2013 di Kabupaten Nias Selatan.
Pada Tabel berikut menunjukkan data persentase penduduk umur 15 tahun
ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha pada tahun 2013. Pada tahun
tersebut tidak terdapat penduduk wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan yang
bekerja pada sektor industri ; listrik, gas dan air minum ; lembaga keuangan, real
estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan, ini dapat dilihat pada Tabel yang
menunjukkan angka 0 (nol).

Universitas Sumatera Utara

56

Tabel 4.8 Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013
No.
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.

Lapangan
Usaha
Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan, Perburuan dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
Listrik, Gas dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Rumah Makan
dan Jasa Akomodasi
Transportasi, Pergudangan
dan Komunikasi
Lembaga Keuangan, Real
Estate, Usaha Persewaan dan
Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial
dan Perorangan
Jumlah

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

88,14

92,32

90,23

0,24

0,00

0,12

0,00
0,00
0,39
4,55

0,00
0,00
0,00
4,77

0,00
0,00
0,20
4,66

0,67

0,00

0,33

0,00

0,00

0,00

6,01

2,90

4,46

100,00

100,00

100,00

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk yang bekerja
menurut lapangan usaha, angka dengan jumlah penduduk terbanyak adalah yang
bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan,
disusul sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan, disusul perdagangan,
rumah makan dan jasa akomodasi untuk jenis kelamin laki-laki. Sedangkan untuk
jenis kelamin perempuan, persentase tertinggi adalah bekerja di sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan, disusul sektor perdagangan,
rumah makan dan jasa akomodasi, disusul jasa kemasyarakatan, sosial dan
perorangan.

Universitas Sumatera Utara

56

4.3

Mapping Potensi Ekonomi wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan
Kedudukan kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Nias Selatan

letaknya secara geografis tidak jauh berbeda dengan kecamatan-kecamatan lain
yang ada di Kepulauan Nias dan potensi yang dikembangkan juga tidak jauh
berbeda pada masing-masing kecamatan. Dalam penelitian ini, penulis
menyertakan 18 kecamatan yang masing-masing terdapat 13 responden. Penulis
memilih 18 kecamatan masing-masing merupakan bagian dari wilayah yang
terletak di dataran rendah, dataran tinggi, dataran rendah dan dataran tinggi. Ini
merupakan ketiga bagian dataran yang akan menunjukkan nilai potensi wilayah
yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan,
menunjukkan hampir tidak ada perbedaan antara satu kecamatan dengan
kecamatan lainnya. Sebab Kabupaten Nias Selatan memiliki wilayah yang
memang dominan dekat dengan perairan. Wilayah kecamatan yang dekat dengan
pesisir pantai memiliki komoditi keunggulan ikan. Wilayah kecamatan terpusat
dan dekat dengan pusat kota memiliki komoditi unggulan bidang perdagangan.
Beberapa kecamatan di Kabupaten Nias Selatan masih ada yang bernuansa desa
sehingga memiliki komoditi unggulan sayur-mayur.
4.3.1 Komoditi Unggulan
Informasi data tentang aktivitas ekonomi daerah yang diperoleh dari Key
Informan masing-masing Kecamatan melalui Focus Group Discussion (FGD)
yang dapat dipertimbangkan asupan analisis. Berdasarkan pendekatan Analisis
Proses Evaluasi Multifaktor (MFEP), komoditi unggulan di masing-masing sektor
untuk setiap Kecamatan menunjukkan data sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

56

Tabel 4.9 Nilai Tertimbang Pada Sektor Unggulan Menurut Kecamatan di
Kabupaten Nias Selatan
No.

Kecamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Telukdalam
Lahusa
Amandraya
Lolowau
Gomo
Pulau-pulau Batu
Hibala
Susua
Maniamolo
Hilimegai
Toma
Umbunasi
Pulau-pulau Batu Timur
Fanayama
Mazo
Lolomatua
Mazino
Aramo

Sektor
Keunggulan
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Perikanan
Perikanan
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Perikanan
Tanaman
Peternakan
Tanaman
Tanaman
Tanaman

Indeks
Tertimbang
1,43
1,81
1,25
1,19
2,03
0,45
0,41
2,21
1,76
2,47
0,88
2,24
0,29
1,71
0,88
2,24
0,05
0,19

Sumber : Lampiran 2 Per Kecamatan

Semakin besar Indeks MFEP mendekati 1 maka semakin unggul
sektor/komoditi tersebut di wilayah bersangkutan. Dari 18 kecamatan terpilih
yang ada di Kabupaten Nias Selatan, berdasarkan survei lapangan menggunakan
Indeks MFEP maka dapat dilihat bahwa wilayah kecamatan di Kabupaten Nias
Selatan memiliki 3 sektor unggulan yakni sektor tanaman dan perikanan.
Berdasarkan Tabel berikut, dapat dilihat sub sektor yang menjadi unggulan
untuk wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan adalah dominan pada sub
sektor Ketela (9 Kecamatan), Tangkap Ikan Laut (3 Kecamatan), Kelapa (4
Kecamatan), Babi (2 Kecamatan), Ayam buras

(1 Kecamatan), dan Wisata

Budaya (1 Kecamatan). Bervariasinya komoditi unggulan yang ada di wilayah
kecamatan Kabupaten Nias Selatan mengartikan bahwa wilayah ini memiliki
potensi untuk berproduksi dalam menghasilkan komoditi tanaman dan perikanan.

Universitas Sumatera Utara

56

Tabel 4.10 Nilai Tertimbang Pada Sub Sektor Unggulan Menurut
Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan
No.

Kecamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Telukdalam
Lahusa
Amandraya
Lolowau
Gomo
Pulau-pulau Batu
Hibala
Susua
Maniamolo
Hilimegai
Toma
Umbunasi
Pulau-pulau Batu Timur
Fanayama
Mazo
Lolomatua
Mazino
Aramo

Sub Sektor
Unggulan
Ketela
Ketela
Ketela
Ketela
Kelapa
Tangkap Ikan Laut
Tangkap Ikan Laut
Ketela
Ketela
Ketela
Ayam buras
Kelapa dan Babi
Tangkap Ikan Laut
Wisata Budaya
Babi
Kelapa
Kelapa
Ketela

Indeks
Tertimbang
0,72
0,86
0,45
0,46
0,38
0,45
0,41
0,57
0,39
0,60
0,28
0,52
0,29
0,45
0,60
0,52
0,03
0,07

Sumber : Lampiran 2 Per Kecamatan

Akan tetapi, data yang ditunjukkan dengan hanya 2 sektor keunggulan ini
mengartikan bahwa masih adanya sektor-sektor yang terlihat tidak potensial untuk
berkembang di wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan. Padahal apabila
dilihat dari kondisi geografis, wilayah ini memiliki kemampuan dalam
menghasilkan barang-barang ekonomi.
4.3.2 Sumber Bahan Baku dan Ketersediaan Bahan Baku
Sumber bahan baku masing-masing sub sektor tanaman, peternakan,
perikanan, industri kecil menengah, pengembangan, komunikasi, jasa-jasa,
perdagangan, pertambangan dan pariwisata ada tiga sumber yaitu lokal, antar
daerah dan impor. Penilaian responden sumber bahan baku untuk masing-masing

Universitas Sumatera Utara

56

sub sektor yang dimaksud bagi Kecamatan tertentu adalah berdasarkan Lampiran
3 tentang sumber bahan baku dan ketersediaan bahan baku per sektor.
Berdasarkan Lampiran 3, dapat dijelaskan bahwa rata-rata sumber dan
ketersediaan bahan baku untuk sektor tanaman di kecamatan yang memiliki
komoditi unggulan sub sektor tanaman, sumber bahan baku adalah lokal dan
ketersediaan bahan baku adalah biasa saja.
Untuk sektor perikanan di kecamatan yang memiliki komoditi unggulan sub
sektor tangkap ikan laut, sumber bahan baku adalah lokal dan ketersediaan bahan
baku adalah kurang tersedia.
Sedangkan
pengembangan,

untuk

sektor

komunikasi,

peternakan,

jasa-jasa,

industri

perdagangan,

kecil

menengah,

pertambangan

dan

pariwisata, sumber bahan baku adalah antar daerah dan impor. Ketersediaan
bahan baku biasa saja dan kurang tersedia.
Kabupaten Nias Selatan yang terletak di bagian Selatan Kepulauan Nias,
sedikit memiliki kendala dalam menjangkau sumber bahan baku dan ketersediaan
bahan baku. Ini menjadi masalah sebab terbatasnya jumlah kecamatan yang aktif
dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Berdasarkan data dan keterangan responden,
hanya 1 kecamatan yang ramai aktivitas ekonomi sehari-hari untuk melakukan
transaksi jual beli kebutuhan sehari-hari, yakni kecamatan Telukdalam yang juga
merupakan ibukota Kabupaten Nias Selatan.
Terbatasnya akses dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya juga
merupakan kendala dalam melakukan aktivitas ekonomi sehingga sumber bahan
baku tidak dapat diperoleh dari daerah lain dan hanya mengandalkan sumber

Universitas Sumatera Utara

56

bahan baku lokal. Jika sumber bahan baku lokal tidak dapat dimanfaatkan maka
terhentilah aktivitas ekonomi sehari-hari.
4.3.3 Analisis Pendekatan Tipologi Klassen
Berdasarkan hasil penelitian di 18 Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan,
dan berdasarkan Ideks MFEP maka dapat dilakukan pendekatan Tipologi Klassen
untuk setiap kecamatan sehingga terlihat pengelompokan daripada masing-masing
sektor di setiap kecamatan apakah termasuk pada kuadran I, II, III atau IV.
Dalam pendekatan Tipologi Klassen, dikatakan kuadran I apabila FGD >
0,75 ; ini disebut juga dengan sektor prima. Dikatakan kuadran II apabila FGD >
0,50 – 0,74 ; ini disebut juga dengan sektor berkembang. Dikatakan kuadran III
apabila FGD > 0,25 – 0,49 ; ini disebut juga sektor potensial. Dikatakan kuadran
IV apabila FGD < 0,25 ; ini disebut juga sektor terbelakang.
Pada Tabel Tipologi Klassen dapat dilihat bahwa sektor tanaman dan
perikanan adalah sektor prima (kuadran I), artinya bahwa daerah sekecamatan
Kabupaten Nias Selatan merupakan daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh
dalam menghasilkan komoditi-komoditi tanaman dan perikanan. Pada sektor
industri kecil menengah dan perdagangan adalah sektor berkembang (kuadran II),
artinya daerah sekecamatan Kabupaten Nias Selatan merupakan daerah yang
sedang tumbuh atau sedang berkembang dalam sektor industri kecil menengah
dan perdagangan. Pada sektor peternakan, jasa-jasa dan pariwisata adalah sektor
potensial (kuadran III), artinya daerah sekecamatan Kabupaten Nias Selatan
merupakan daerah yang dapat berkembang dengan pesat namun tertekan dalam
sektor

peternakan,

jasa-jasa

dan

pariwisata.

Sedangkan

pada

sektor

pengembangan, komunikasi dan pertambangan adalah sektor terbelakang

Universitas Sumatera Utara

56

(kuadran IV), artinya daerah wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan
merupakan daerah yang relatif tertinggal dan terbelakang dalam menghasilkan
komoditi-komoditi sektor pengembangan, komunikasi dan pertambangan.
Tabel 4.11 Tipologi Klassen Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan

Rerata
Laju Pert
Sektoral

Rerata
Kontribusi
sektoral
trhdp FGD

Y sektor ≥ FGD

Y sektor < FGD

Sektor Prima

Sektor Berkembang

Tanaman (sub sektor:
ketela, kelapa, karet,
jagung, palawija)

r sektor ≥ FGD

Perikanan (sub sektor:
budidaya ikan kolam/air
tawar, tangkap ikan laut)

Industri Kecil dan
Menengah (sub sektor:
industri pangan, sandang
& kulit, kimia & bahan
bangunan, kerajinan &
umum, elektronik, logam,
mesin)
Perdagangan (sub sektor:
toko, pasar tradisional,
retail/modern/mini
market, depot air isi
ulang, depot bbm)

Sektor Potensial
Peternakan (sub sektor:
sapi/kerbau/lembu,
kuda, babi, kambing,
ayam buras, itik)

r sektor < FGD

Jasa-jasa (sub sektor:
listrik & air, perbankan,
pendidikan, rumah sakit,
restoran, servis
kendaraan)

Sektor Terbelakang
Pengembangan (sub
sektor: jalan, perumahan,
pelabuhan)
Komunikasi (sub sektor:
provider seluler)
Pertambangan (sub
sektor: penggalian)

Pariwisata (sub sektor:
wisata pantai/bahari,
rekreasi dan hiburan,
wisata budaya, wisata
alam)
Sumber : Lampiran 2 Sekecamatan Kabupaten Nias Selatan

Berdasarkan Tabel berikut, dapat disimpulkan bahwa wilayah kecamatan di
Kabupaten Nias Selatan memiliki sektor prima tanaman. Meskipun wilayah ini

Universitas Sumatera Utara

56

merupakan wilayah yang terletak bagian selatan dekat dengan perairan, akan
tetapi data menunjukkan bahwa sektor tanaman masih berperan besar dalam
pertumbuhan ekonomi wilayah setempat. Kecamatan yang menunjukkan sektor
tanaman sebagai dominan yakni dengan sub sektor ketela.
Tabel 4.12

Klasifikasi Sektor Prima dan Sektor Terbelakang Wilayah
kecamatan di Kabupaten Nias Selatan

Sektor
Prima

Sub Sektor
Dominan

Tanaman

Ketela

Sektor
Terbelakang
Komunikasi
Pertambangan

Sub Sektor
Dominan
Terbelakang
Provider
Seluler
Penggalian

Sumber: Tabel 4.11

Di samping itu, wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan tetap juga
memiliki sektor terbelakang dengan sub sektor dominan terbelakang yakni
provider seluler dan penggalian. Ini dibuktikan bahwa letak Kepulauan Nias yang
dekat dengan perairan/lautan adalah memiliki sedikit penduduk berpenghuni di
wilayah tersebut sehingga sektor komunikasi tidak unggul, terbatasnya
keberadaan provider seluler. Dan Kabupaten Nias Selatan tidak bercirikan pada
wilayah yang unggul dalam sektor pertambangan, sub sektor penggalian.
4.3.4 Daftar Usaha Komoditi Unggulan di Wilayah Kecamatan di Kabupaten
Nias Selatan
Berdasarkan hasil penelitian oleh penulis pada 10 Desa di masing-masing
kecamatan yang ada di Kabupaten Nias, maka dapat dijelaskan bahwa masingmasing kecamatan memiliki komoditi unggulan dari beberapa sektor yang ada
berdasarkan letak/luas wilayah dataran dan nilai indeks tertimbang per sektor.
Adapun rincian tersebut sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

56

Tabel 4.13 Daftar Usaha Komoditi Unggulan Sekecamatan di Kabupaten
Nias Selatan
Sektor
Tanaman

Sub sektor
Ketela
Kelapa
Karet
Jagung
Palawija
Padi
Sayur-mayur
Buah-buahan

Sektor
Perikanan

Sub sektor
Ikan kolam
Ikan air tawar
Ikan laut

Sumber : Tabel 4.11

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa meskipun kecamatankecamatan yang ada di Kabupaten Nias Selatan secara geografis terletak pada
dataran yang berbeda, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah namun dapat
disimpulkan bahwa sub sektor tanaman di sekecamatan Kabupaten Nias Selatan
menunjukkan dominan dari sektor-sektor lainnya. Oleh sebab itu, sub sektor dari
tanaman dan perikanan inilah yang menjadikan peran kontribusi sektor pertanian
yang besar dalam pendapatan domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten Nias
Selatan.
4.3.5 Pengembangan

Potensi

dari

Komoditi

Kejenuhan

di

Wilayah

Kecamatan Kabupaten Nias Selatan
Pengembangan potensi komoditi unggulan pada masing-masing Kecamatan
ada yang memungkinkan untuk dikembangkan dan ada yang sudah mengalami
kejenuhan. Sub sektor tanaman untuk daerah tertentu potensi untuk dikembangkan
dan untuk daerah lain sudah mengalami kejenuhan. Sub sektor peternakan
sebagian daerah mengalami potensi untuk dikembangkan dan untuk daerah lain
mengalami kejenuhan, demikian juga dengan sub sektor perikanan. Sub sektor

Universitas Sumatera Utara

56

industri kecil dan menengah, potensi untuk dikembangkan pada semua daerah
Kecamatan, hanya saja industri sandang dan kulit pada suatu daerah sudah
mengalami kejenuhan.
Pertambangan

mempunyai

potensi

yang

sangat

besar

untuk

dikembangkan. Namun untuk penempatan kedudukan penggalian hanya ada di
satu kecamatan saja, yaitu kecamatan Telukdalam. Untuk kawasan kecamatan
lain, pengembangan pertambangan sudah mengalami kejenuhan.
Sub sektor jasa-jasa mempunyai potensi untuk dikembangkan pada setiap
daerah, namun untuk usaha servis kendaraan untuk suatu daerah sudah mengalami
kejenuhan. Sub sektor perdagangan mempunyai potensi untuk dikembangkan
pada setiap daerah kecamatan, namun untuk usaha pasar tradisional dan retail/
modern telah mengalami kejenuhan.
4.3.6

Kesempatan Kerja, Infrastruktur Dasar dan Kelembagaan

Berdasarkan responden, kesempatan kerja, infrastruktur dasar dan
kelembagaan dalam hal ini menyangkut tentang bagaimana kesempatan kerja di
setiap 10 sektor ekonomi. Bagaimana infrastruktur dasar dalam mendukung
kegiatan ekonomi dalam menghasilkan komoditi-komoditi unggulan di wilayah
kecamatan Kabupaten Nias Selatan.
Berdasarkan Lampiran 6 dan 7, bahwa kesempatan kerja di sektor tanaman,
peternakan, perikanan, industri kecil menengah, pengembangan, komunikasi, jasajasa, perdagangan, pertambangan dan pariwisata adalah biasa saja. Sangat sedikit
yang berpotensi memperluas kesempatan kerja.

Universitas Sumatera Utara

56

Untuk infrastruktur dasar wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan,
adalah kecamatan Susua, Umbunasi, Pulau-pulau Batu Timur, Pulau-pulau Batu
Utara, Simuk dan Tanah Masa yang tidak mendukung infrastruktur dasar sehingga
akses jalan dan pelabuhan adalah sulit. Sedangkan untuk akses transportasi di
wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan adalah biasa saja.

Tabel 4.16 Sektor Prima dan Potensial serta Sektor Berkembang dan
Terbelakang Menurut Wilayah Kecamatan di Kabupaten
Nias Selatan
Sektor
Prima
(Kuadran I)

Tanaman
(sub sektor: ketela, kelapa, karet,
jagung, palawija, sayur-mayur,
buah-buahan)
Perikanan
(sub sektor:
ikan kolam/air tawar,
ikan laut)

Sektor
Potensial
(Kuadran III)
Peternakan
(sub sektor:
Sapi/lembu/kerbau, kuda,
kambing, babi, ayam buras, itik)
Jasa-jasa
(sub sektor: listrik & air,
perbankan, pendidikan, rumah
sakit, restoran, servis kendaraan)
Pariwisata
(sub sektor: wisata pantai/bahari,
rekreasi dan hiburan, wisata
budaya, wisata alam)

Sektor Berkembang
(Kuadran II)
Industri Kecil Menengah
(sub sektor: industri pangan, sandang &
kulit, kimia & bahan bangunan,
kerajinan & umum, elektronik, logam,
mesin
Perdagangan
(sub sektor: toko, pasar tradisional,
retail/modern/mini market, depot air isi
ulang, depot BBM)
-

Sektor Terbelakang
(Kuadran IV)
Pengembangan
(sub sektor: jalan, perumahan,
pelabuhan)

Komunikasi
(sub sektor: provider seluler)

Pertambangan
(sub sektor: penggalian)

Sumber : Tabel 4.11

Universitas Sumatera Utara

56

4.3.7 Membangkitkan Kegiatan Ekonomi Kedepan dan Kebelakang

Sub sektor ekonomi dalam membangkitkan kegiatan ekonomi kedepan dan
kebelakang. Penilaian responden untuk sektor dan sub sektor yang menjadi
dominan yakni yang menunjukkan nilai angka indeks tertimbang tertinggi untuk
setiap wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Nias Selatan. Kegiatan ekonomi
ke depan dapat dilakukan melalui upaya penggunaan sumber daya penuh yang
mendukung sektor-sektor dalam kuadran I dan III sehingga sektor potensial yang
masih tertekan akan tumbuh menjadi sektor prima juga sektor yang sedang
berkembang dapat dengan segera tumbuh menuju sektor prima (kuadran I).
Pada Tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa sektor pertanian pada sub
sektor tanaman merupakan sektor prima yang artinya bahwa daerah wilayah
kecamatan Kabupaten Nias Selatan adalah daerah yang maju dan pertumbuhan
cepat dalam menghasilkan komoditi tanaman, diantaranya seperti ketela, kelapa,
sayur-mayur, buah-buahan, tanaman karet, dan palawija. Secara teori, daerah yang
termasuk pada sektor prima merupakan daerah tumpuan penghasil komoditi utama
unggulan yang dapat mendorong kemajuan ekonomi di wilayah kecamatan
Kabupaten Nias Selatan tersebut.
Pada sektor peternakan, adalah sebagai sektor potensial di daerah wilayah
kecamatan di Kabupaten Nias Selatan dengan sub sektor sapi/kerbau/lembu, kuda,
babi, kambing ayam buras dan itik. Ini menandakan bahwa wilayah kecamatan di
Kabupaten Nias Selatan merupakan daerah yang berpotensi namun tertekan dalam
menghasilkan komoditi dalam ternak. Berdasarkan teori, sektor potensial berarti
bahwa daerah berpotensi maju berkembang namun tertekan.

Universitas Sumatera Utara

56

4.3.8 Keterkaitan Daerah Kabupaten Nias Selatan dengan Daerah Lainnya
Berdasarkan analisis pendekatan tipologi klassen dapat dilihat bahwa
sektor-sektor ekonomi wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan ada yang
masih relatif tertinggal dan terbelakang (kuadran IV pada tabel 4.16), hal ini
menjadi perhatian bahwa wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan masih
membutuhkan peran daerah lain sebagai tahap awal perkembangan pembangunan
dalam sumber daya, baik penggunaan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang mengarah pada pembangunan sektor maupun sub sektor
lapangan usaha guna meningkatkan nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) per periode.
Pada Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang masih relatif
tertinggal atau terbelakang di masing-masing kecamatan di Kabupaten Nias
Selatan. Adanya sektor terbelakang atau tertinggal ini menandakan bahwa masih
ada keterkaitan daerah wilayah kecamatan kabupaten Nias Selatan dengan daerah
lain sekepulauan Nias, diantaranya Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat,
Kabupaten Nias dan Kotamadya Gunungsitoli.

Untuk sektor berkembang, secara teori bahwa daerah sedang tumbuh dan
berkembang. Pada Tabel dapat dilihat sektor yang sedang tumbuh dan
berkembang untuk adalah sektor industri kecil menengah dan perdagangan.
Secara teori, sektor terbelakang atau tertinggal berarti daerah yang masih
relatif terbelakang dan tidak mendapat dukungan dalam menghasilkan komoditi
utama unggulan. Berdasarkan Tabel, sektor yang masih tertinggal atau
terbelakang di wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan adalah sektor
pengembangan, komunikasi dan pertambangan.

Universitas Sumatera Utara

56

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka diketahui bahwa
yang menjadi sektor prima di wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan adalah
sektor tanaman dengan sub sektor tanaman ketela dan sektor perikanan dengan
sub sektor tangkap ikan laut. Dengan demikian, komoditi ketela dan ikan laut
merupakan komoditi yang memungkinkan adanya dampak back linking. Ini dapat
dijelaskan bahwa komoditi ketela dan ikan laut menjadi komoditi yang dapat
berperan serta aktif menghubungkan atau menyatukan dengan sektor-sektor
ekonomi lain sehingga sektor-sektor ekonomi lain di daerah wilayah kecamatan
Kabupaten Nias Selatan dapat bangkit berpeluang menghasilkan suatu komoditi.
Seperti sektor industri kecil menengah dengan sub sektor industri pangan, sektor
jasa-jasa dengan sub sektor restoran dan sektor perdagangan dengan sub sektor
toko, pasar tradisional, retail/modern.
4.3.9

Persentase Proses Evaluasi Multifaktor (MFEP) Wilayah Kecamatan
pada Tingkatan Kabupaten di Kabupaten Nias Selatan
Berdasarkan analisis persentase data yang dihimpun dari Lampiran 2 pada

tabel 4.17 dibawah, pada tingkat kabupaten Nias Selatan bila dibandingkan
dengan Tipologi Klassen yang menampilkan data potensi ekonomi wilayah per
sektor per kecamatan maka 2 sektor teratas atau sektor prima adalah Sektor
Pertanian dan Sektor Perikanan, namun sedikit berbeda bila dibandingkan dengan
tabel 4.17 pada tingkat kabupaten Nias Selatan potensi ekonomi wilayah
kecamatan dapat disimpulkan bahwa Sektor Pertanian merupakan sektor dengan
persentase tertinggi dan diikuti oleh sektor peternakan, dan sektor terendah adalah
sektor pertambangan dan sektor Komunikasi.

Universitas Sumatera Utara

56

Tabel 4.17 Persentase Proses Evaluasi Multifaktor (MFEP) wilayah kecamatan pada tingkatan Kabupaten di Kabupaten Nias Selatan

Gomo

PP BATU

Hibala

Susua

Maniamolo

Hilimegai

Toma

Umbunasi

PP BATU
TIMUR

Fanayama

Mazo

Lolomatua

Mazino

Aramo

Persentase
Kabupaten

Tanaman
Peternakan
Perikanan
IKM
Pengembangan
Komunikasi
Jasa - Jasa
Perdagangan
Pertambangan
Pariwisata

Lolowau

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Amandraya

Sektor

Lahusa

No

Teluk dalam

Kecamatan

40.0%

54.3%

54.0%

66.2%

70.0%

15.0%

15.7%

78.8%

66.9%

76.0%

54.1%

68.7%

20.1%

58.2%

47.1%

68.7%

65.2%

73.0%

55.1%

9.1%

15.5%

22.5%

15.1%

17.7%

16.3%

20.2%

17.3%

17.8%

14.9%

27.5%

23.6%

2.7%

12.0%

48.2%

23.6%

8.6%

24.4%

18.7%

15.0%

16.9%

12.7%

3.6%

0.1%

40.6%

50.4%

0.0%

2.8%

0.0%

12.4%

0.0%

60.4%

1.8%

0.0%

0.0%

0.1%

0.0%

12.0%

0.7%

0.3%

0.0%

0.0%

0.0%

0.9%

0.0%

0.0%

0.4%

0.0%

0.0%

0.0%

0.1%

1.6%

0.0%

0.0%

0.0%

0.4%

0.3%

9.7%

0.4%

0.6%

0.8%

0.5%

11.1%

1.8%

0.0%

2.0%

0.5%

0.6%

0.0%

0.0%

0.8%

0.5%

0.0%

0.1%

0.0%

1.6%

1.4%

1.5%

2.2%

0.2%

0.3%

0.9%

1.2%

0.4%

0.4%

0.3%

0.2%

0.3%

1.1%

0.3%

0.5%

0.3%

1.4%

1.9%

0.8%

9.9%

3.1%

3.3%

4.2%

1.9%

3.4%

2.9%

0.1%

2.7%

1.0%

0.2%

0.1%

0.0%

2.1%

1.1%

0.2%

0.4%

0.1%

2.0%

12.0%

5.5%

1.3%

4.6%

2.8%

3.0%

0.0%

0.0%

0.0%

1.6%

0.0%

0.6%

7.0%

0.7%

0.1%

0.5%

3.1%

0.0%

2.4%

1.1%

1.1%

1.6%

2.8%

0.4%

0.0%

0.0%

1.3%

0.1%

0.1%

2.3%

1.2%

0.0%

1.3%

0.0%

1.2%

0.1%

0.0%

0.8%

1.1%

1.3%

1.8%

2.4%

6.2%

8.8%

7.6%

2.1%

6.9%

5.5%

2.8%

5.5%

8.5%

21.2%

2.3%

5.5%

20.9%

0.1%

6.1%

100%

Sumber Lamp. 2

Universitas Sumatera Utara

56

Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dijelaskan bahwa pada tingkat
kabupaten Nias Selatan secara persentase sektor tertinggi merupakan sektor
tanaman dengan persentase sebesar 55.1% di ikuti oleh sektor peternakan dengan
persentase sebesar 18.7% dan selanjutnya sektor perikanan dengan persentase
sebesar 12.0% dan sektor pariwisata dengan persentase 6.1%. keempat sektor
tersebut diatas memiliki persentase yang jauh berbeda antar sektor. Meskipun
kabupaten nias selatan secara geografi memiliki garis pantai yang panjang, namun
sektor perikanan tidak memiliki persentase yang tinggi bahkan hanya berada pada
urutan ketiga dengan selisih 43.1% dari sektor tanaman yang merupakan sektor
tertinggi pada sepuluh sektor yang diteliti. Sektor peternakan menempati urutan
kedua pada tabel tersebut, ini menunjukkan bahwa memang budaya dari
masyarakat kabupaten Nias Selatan sejak dahulu merupakan masyarakat yang
bercocok tanam dan beternak. Sektor pariwisata adalah sektor yang semestinya
merupakan sektor unggulan untuk peningkatan taraf hidup masyarakat di
kabupaten Nias Selatan mengingat adanya desa budaya yang merupakan desa
dalam perhatian UNESCO, banyaknya atraksi budaya tari, lompat batu,
banyaknya rumah panggung yang merupakan rumah adat yang telah ada sejak
beberapa ratus tahun lalu, adanya batu – batu ukiran yang sejak zaman
megalitikum, banyaknya pemandangan yang terbentuk secara alamiah. Namun
sektor pariwisata tersebut hanya menempati urutan keempat dari sepuluh sektor
yang diteliti dengan persentase 6.1% atau selisih 49.0% dari sektor pertanian.
Adapun tiga sektor selanjutnya yaitu sektor Perdagangan dengan
persentase sebesar 2.4%, sektor Jasa – jasa dengan persentase sebasar 2.0% dan
sektor Pengembangan dengan persentase sebesar 1.6%. ketiga sektor ini berbeda

Universitas Sumatera Utara

56

jauh dengan empat sektor teratas bilamana digabungkan mencapai persentase
sebesar 91.9% sedangkan ketiga sektor ini bilamana digabungkan hanya mencapai
persentase sebesar 6% atau selisih sebesar 85.9%. data persentase ini
menunjukkan bahwa di kabupaten Nias Selatan saat ini merupakan daerah dengan
sektor perdagangan dan sektor jasa yang rendah namun cukup untuk berkembang
dengan mendukung keempat sektor teratas. Bilamana diperhatikan bahwa ketiga
sektor ini memiliki persentase yang tinggi di kecamatan yang merupakan ibukota
kabupaten Nias Selatan bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang bukan
kecamatan lokasi ibukota kabupaten, dengan demikian sektor ini akan terpusat
lebih dahulu disatu lokasi lalu akan menyebar dikecamatan lainnya.
Adapun tiga sektor dengan persentase terendah yaitu sektor Industri Kecil
Menengah dengan persentase sebesar 0.2% selanjutnya sektor Komunikasi
dengan persentase sebesar 0.8% dan terakhir sektor Pertambangan dengan
persentase sebesar 0.8%. ketiga sektor ini terpaut sangat jauh dengan sektor
lainnya bahkan tidak mencapai satu persen di masing – masing sektor, bilamana
digabungkan hanya mencapai 1.8% atau selisih 90.1% terhadap empat sektor
teratas dan selisih 4.2% terhadap tiga sektor menengah.
Adapun masing – masing sektor memiliki perbedaan persentase di setiap
kecamatan, baik sektor yang tingkat persentasenya tinggi maupun yang rendah
namun adapula yang hampir sama di setiap kecamatan pada tiap sektor.
Sektor Tanaman memiliki persentase yang tinggi pada Kecamatan Susua
dengan persentse sebesar 78.8% disusul oleh Kecamatan Hilimegai dengan
persentase sebesar 76.0%. adapun tingkat persentase sektor tanaman yang

Universitas Sumatera Utara

56

terendah berada pada Kecamatan Pulau – Pulau Batu dengan persentase sebesar
15.0% disusul oleh Kecamatan Hibala dengan persentase sebesar 15.7%.
Adapun sektor Peternakan memiliki persentase yang jauh berbeda dari
persentase sektor tanaman. Pada sektor Peternakan tingkat persentase tertinggi
berada pada kecamatan Mazo dengan persentase sebesar 48.2% disusul oleh
kecamatan Toma dengan persentase sebesar 27.5%. adapun tingkat persentase
terendah berada pada kecamatan Pulau – Pulau Batu Timur dengan persentase
sebesar 2.7% disusul oleh kecamatan Mazino dengan persentase sebesar 8.6%.
Sektor Perikanan juga berbeda jauh dari sektor terdahulu mengingat
adanya kecamatan yang tidak memiliki garis pantai dan wilayah lautan sehingga
kecamatan tersebut tidak memiliki potensi ekonomi pada sektor Perikanan. Pada
sektor Perikanan tingkat persentase tertinggi berada pada kecamatan Hibala
dengan persentase sebesar 50.4% disusul oleh Kecamatan Pulau – Pulau dengan
persentase sebesar 40.6%. adalah wajar bilamana kedua kecamatan ini memiliki
tingkat persentase tertinggi pada sektor Perikanan, mengingat kecamatan ini
adalah kecamatan yang berada pada wilayah kepulauan sehingga dikelilingi oleh
lautan yang menghasilkan sub sektor perikanan tangkap. Adapun tingkat
persentase terendah berada pada kecamatan Susua dengan persentase sebesar
0.0%, kecamatan Hilimegai dengan persentase sebesar 0.0%, kecamatan
Umbunasi dengan persentase sebesar 0.0%, kecamatan Mazo dengan persentase
sebesar 0.0%, kecamatan Lolomatua dengan persentase sebesar 0.0%, kecamatan
Aramo dengan persentase sebesar 0.0%, kecamatan Gomo dengan persentase
sebesar 0.1%, kecamatan Mazino dengan persentase sebesar 0.1%. seluruh
kecamatan yang tingkat persentase sektor Perikanan 0% atau dibawah 1% adalah

Universitas Sumatera Utara

56

wilayah kecamatan yang tidak memiliki garis pantai dan lautan sehingga tidak
memiliki potensi ekonomi pada sektor Perikanan terutama pada sub sektor
Tangkap Ikan Laut.
Sektor keempat adalah sektor Industri Kecil dan Menengah, sektor ini
menjadi salah satu sektor dengan tingkat persentase terendah dari seluruh sektor
ekonomi yang diteliti dan terjadi kemerataan pada seluruh kecamatan. Kecamatan
Fanayama merupakan kecamatan dengan tingkat persentase sebesar 1.6% dan ini
merupakan satu – satunya kecamatan dengan tingkat persentase diatas satu persen
kecamatan lainnya memiliki tingkat persentase yang rendah dibawah satu persen.
Sektor Pengembangan juga bervariasi di masing – masing kecamatan,
sektor Pengembangan di kecamatan Pulau – Pulau Batu merupakan kecamatan
dengan tingkat persentase tertinggi dengan tingkat persentase sebesar 11.1%,
disusul oleh kecamatan Telukdalam dengan persentase sebesar 9.7%. kecamatan
dengan persentase terendah terdapat pada kecamatan Susua dengan persentase
sebesar 0.0%, kecamatan Umbunasi dengan persentase sebesar 0.0%, kecamatan
Pulau – Pulau Batu Timur dengan persentase sebesar 0.0%, kecamatan Lolomatua
dengan persentase sebesar 0.0%, kecamatan Aramo dengan persentase sebesar
0.0%, kecamatan Mazino dengan persentase sebesar 0.1%, kecamatan Susua
dengan persentase sebesar 0.0%, kecamatan Lahusa dengan persentase sebesar
0.4%, kecamatan Susua dengan persentase sebesar 0.0%, kecamatan Gomo
dengan persentase sebesar 0.5%, kecamatan Hilimegai dengan persentase sebesar
0.5%, kecamatan Mazo dengan persentase sebesar 0.5%, kecamatan Toma dengan
persentase sebesar 0.0%, kecamatan Amandraya dengan persentase sebesar 0.6%,
kecamatan Lolowau dengan persentase sebesar 0.8%, kecamatan Fanayama

Universitas Sumatera Utara

56

dengan persentase sebesar 0.8%. pada sektor Pengembangan ini terdapat empat
kecamatan yang memiliki persentase diatas satu persen dan empat belas
kecamatan dengan persentase dibawah satu persen, hasil persentase ini
mengisyaratkan bahwa infrastruktur dan proses pembangunan infrastruktur masih
minim di kecamatan tersebut.
Sektor selanjutnya merupakan sektor Komunikasi, pada sektor ini
kecamatan Amandraya menempati posisi teratas dengan persentase sebesar 2.2%
disusul oleh kecamatan Aramo dengan persentase sebesar 1.9%, dan persentase
yang terendah terdapat di kecam