Analisis Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di Kabupaten Nias Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian
Tujuan

pelaksanaan

Penelitian

ini

yaitu

untuk

mengetahui

fenomena – fenomena yang sebenarnya terjadi di lapangan dengan menggunakan

metode – metode penelitian untuk mendapatkan data secara ilmiah, rasional,
empirik, dan sistematis.

Metode penelitian merupakan prosedur yang

memberikan urutan -urutan pekerjaan kepada peneliti mengenai apa yang harus
dilakukan dalam suatu penelitian .

Menurut Sugiyono ( 2012 : 2 ) “metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan kegunaan tertentu”.
Menurut Irawan Soehartono ( 2011 : 8 ) “ Metode penelitian adalah cara atau
strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan”.
Dalam pelaksanaan Penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat, serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki (Natsir 1999:63)
Metode deskriptif pada hakekatnya adalah mencari teori, bukan menguji
teori. Metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana ilmiah. Peneliti
bertindak sebagai pengamat (Hasan 2002). Dalam metode deskriptf, penulis hanya


Universitas Sumatera Utara

membuat kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku
observasi. Dengan suasana alamiah berarti bahwa peneliti terjun ke lapangan. Ia
tidak

berusaha

memanipulasi

variabel.

Karena

kehadirannya,

mungkin

mempengaruhi gejala, peneliti harus berusaha memperkecil pengaruh tersebut.

Dengan demikian, metode deskriptif ini digunakan untuk melukiskan
secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertenti dibidang tertentu, dalam
hal ini bidang secara aktual dan cermat. Metode deskriptif bukan saja
menjabarkan (analitis) tetapi memadukan. Bukan saja melakukan klasifikasi,
tetapi juga organisasi (Hasan 2002:22).
3.2

Informan
Penentuan informan dilakukan secara purpossive yaitu dengan

memilih orang – orang kunci (key person) dengan asumsi bahwa mereka adalah
orang yang paling tahu tentang dirinya dan tema penelitian yang seddang diteliti
(Idrus 2009:25).
Menurut Sugiyono (2010), porpusive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sedangkan
menurut Ginting (2006:61) porpusive adalah interviewee yang kompeten dalam
hal/informasi tertentu, misalnya pedagang, politisan, dosen, guru, dan sebagainya
kompeten dalam hal/informasi bidang – bidangnya.
Informan adalah interviewee yang dapat memberikan data/keterangan
yang keadaan orang lain, atau situasi – situasi lingkungannya (Ginting 2006).

Maka dalam penelitian ini, peneliti harus menemukan dan menentukan siapa
informan yang akan diwawancarai dengan ketemtuan bahwa informan tersebut

Universitas Sumatera Utara

haruslah mengetahui dan memiliki informasi pokok tentang apa yang diteliti yang
terdiri dari infoman kunci (key person), informan utama dan informan tambahan.
Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan utama
adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.
Sedangkan informan tambahan merupakan subjek penelitian yang dapat
memberikan informasi walaupun tidak terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti
(Suyanto 2005:172).
1. Informan Kunci
a. Sekretaris Daerah Kab. Nias ( Drs. F. Yanus Larosa, M.AP
)
2. Informan Utama
b. Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretaris Daerah Kab.
Nias ( Maimun Zebua, BA )
c. Kepala Bagian Administrasi Pemerintahan Sekretariat

Daerah Kab. Nias ( Drs. Dahlanroso Lase )
3. Informan Tambahan
d. Salah seorang perwakilan Camat, yaitu Camat Idanogawo
(Jellysman B. Geya, S.STP, M.Si).
3.3.

Sumber Data
a.

Data Primer
Adalah data yang diperoleh dilapangan atau di daerah penelitian.
Data primer merupakan data yang belum diolah atau data mentah berupa

Universitas Sumatera Utara

hasil wawancara dan pengumpulan dokumen terkait yang relevan dengan
penelitian.

b.


Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara

membaca buku, literatur, literatur, jurnal dan koran serta berbagai
informasi lainnya yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Data
sekunder ini dimaksudkan untuk menunjang dan melengkapi data primer.
3.4.

Teknik Pengumpulan Data
Salah satu komponen penting yang harus ada dalam melaksanakan suatu

penelitian adalah data. Data yang dikumpulkan harus cukup valid sehingga dapat
diolah untuk dapat dianalisa dan diolah sebagai hasil dari pengamatan. Untuk
mendapatkan data – data yang valid dan akurat, peneliti harus memahami teknik –
teknik pengumpulan data. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono ( 2012 : 224 )
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan ( Nazir, 2011:174 ).
Untuk mendapatkan data – data


yang dibutukan dalam menunjang

penelitian,maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a.

Wawancara

Nazir ( 2011 : 193 ) mengatakan bahwa wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil

Universitas Sumatera Utara

bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide ( panduan wawancara ) .
Dalam penelitian ini, yang menjadi narasumber dipilih berdasarkan tingkat
pemahaman dan pengetahuan narasumber tentang masalah dan topik yang akan
diajukan.
b.

Dokumentasi


Menurut

Arikunto ( 2010 : 274 ) Dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
c.

Observasi

Sugiyono ( 2012 : 145 ) mengatakan bahwa observasi sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik
lain yaitu wawancara dan kuesioner. Menurut Irawan( 2000 : 63 ), metode
observasi adalah penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada pengamatan
langsung terhadap proyek penelitian.
3.5.

Teknik Analisa Data
Analisis


data

merupakan

suatu

proses

mengorganisasikan

dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data. Moleong ( 2004:280 ).
Dengan

demikian


analisis

data

dilakukan

agar

penulis

dapat

Universitas Sumatera Utara

mengembangkan teori dengan megolah dan menganalisa data yang diperoleh di
lapangan.
Menurut Sugiyono ( 2012 : 245 )
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan
data
yang

diperoleh,
selanjutnya
dikembangkan
menjadi
hipotesis.Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data
tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang – ulang sehingga
selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak. Berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang
dapat dikumpulkan secara berulang – ulang dengan teknik triangulasi,
ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi
teori.
Secara garis besar, analisis data meliputi 3 langkah, yaitu :
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal pokok, memfokuskan
pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila
diperlukan.
b. Data Display ( Penyajian data )
Adalah menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan memudahkan
peneliti dalam memehami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Conclusion Drawing/verification

Universitas Sumatera Utara

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
dalam Sugiyono ( 2012 : 252 ) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi data.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang – remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubunga kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.
III.6. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.

Belum terlaksananya kebijakan PATEN di Kabupaten Nias tentunya
memiliki alasan. Oleh karena itu, secara normatif peneliti berfokus pada 3
(tiga) syarat yang harus dipenuhi kecamatan sebagai penyelenggara
PATEN yaitu Syarat Substantif, Syarat Administratif, dan Syarat teknis.
Selain itu, Kebijakan ini dapat dilihat dari faktor – faktor yang
mempengaruhi Implementasi kebijakan menurut Edward III, yaitu :
a.

Komunikasi,

merupakan

informasi

yang

diperoleh

para

implementor akan apa yang harus mereka kerjakan dalam
implementasi suatu keputusan. Secara alami, komunikasi ini
membutuhkan keakuratan dan komunikasi mesti secara akurat pula
diterima oleh para implementor.
Aspek yang dapat dilihat dari indikator komunikasi yaitu :
e. Transmisi;
f. Kejelasan;

Universitas Sumatera Utara

g. Konsistensi;
b.

Sumberdaya,

merupakan

suatu faktor didalam

mengimplementasikan kebijakan publik. Sumberdaya meliputi
Staf dengan jumlah yang cukup dan dengan keterampilan yang
tepat untuk melakukan tugasnya serta informasinya, otoritas, dan
fasilitas yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan.

2.

c.

Disposisi,

d.

Struktur birokrasi .
Kebijakan Pelayanan Adminsitrasi Terpadu Kecamatan merupakan
inovasi manajemen dibidang pelayanan perizinan dan non perizinan
dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) terfokus pada kualitas penyelenggaraan pelayanan publik.
Belum dilaksanakannya kebijakan PATEN di Kabupaten Nias, tentunya
akan menyebabkan implikasi atau dampak dalam penyelenggaraan
pelayanan publik di Kabupaten Nias.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum Kabupaten Nias

4.1.1

Kondisi Geografis Daerah
Kabupaten Nias merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah

Provinsi Sumatera Utara dan berada di sebelah barat pulau Sumatera yang
berjarak ± 86 mil laut dari kota Sibolga. Letak geografis Kabupaten Nias terletak
pada 0°53’1,5’’-1°17’16,6’’ Lintang Utara dan 97°29’0,7’’-97°58’29’’ Bujur
Timur dan memiliki luas wilayah
853,34 Km2 terdiri dari 10 Kecamatan: Idanogawo, Bawolato, Ulugawo, Gido,
Ma’u, Somolo-molo, Hiliduho, Hiliserangkai, Hiliduho dan Sogaeadu dan 170
Desa dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1.

Sebelah Utara : Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Utara

2.

Sebelah Selatan : Kabupaten Nias Selatan

3.

Sebelah Timur : Kota Gunungsitoli dan Samudera Indonesia

4.

Sebelah Barat

: Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias Utara

(Sumber : Nias Dalam Angka 2016)
Secara geografis Kabupaten Nias berada pada posisi strategis dimana
letak antara jalur-jalur penghubung wilayah Kota Gunungsitoli dan Kabupaten
Nias Selatan serta wilayah Kabupaten Nias.

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Nias Dalam Angka 2016
Gambar 4.1

Tabel 4.1.
No

Peta Administrasi Kabupaten Nias

Luas Wilayah Kabupaten Nias Menurut Kecamatan
Kecamatan

Luas Wilayah

Rasio Terhadap Luas
Wilayah
Kabupaten Nias
[4]
16,25

[1]
1

[2]
Idanogawo

[3]
138,65

2

Bawolato

204,45

23,96

3

Ulugawo

65,96

7,73

4

Gido

110,05

12,90

5

Ma’u

61,18

7,17

6

Somolo-molo

44,85

5,26

7

Hiliduho

65,07

7,63

61,91

7,26

59,98

7,03

8
9

Hili Serangkai
Botomuzoi

Universitas Sumatera Utara

10

Sogaeadu

41,26

4,84

No

Kecamatan

Luas Wilayah

[1]

[2]
Jumlah/Total

[3]
853,34

Rasio Terhadap Luas
Wilayah
Kabupaten Nias
[4]
100,00

Sumber : Nias Dalam Angka 2016
4.1.1.1 Topografis
Kondisi alam/topografi Kabupaten Nias berbukit-bukit sempit dan terjal serta
pegunungan di mana tinggi dari permukaan laut bervariasi antara 0 – 800 m,
terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 24 persen, tanah
bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 persen dan berbukit sampai
pegunungan 51,2 persen dari keseluruhan luas daratan. Mempunyai kemiringan
lereng rata-rata 8 persen sampai 25 persen. Sedangkan daerah dataran dapat
dijumpai sepanjang pantai timur dengan kemiringan 0-8 persen. Dengan kondisi
alam Kabupaten Nias tersebut, maka terbentuklah 32 Daerah Aliran Sungai yang
berada di 5 (lima) wilayah kecamatan yaitu
Gido, Hiliduho, Idanogawo, Bawolato dan Botomuzoi.

Tabel 4.2
No

[1]

Nama-Nama Sungai di Kabupaten Nias Menurut Panjang dan
Klasifikasi
Nama Sungai

[2]

Kecamatan

[3]

Panjang

Lebar

(m)

(m)

[4]

[5]

Status

[6]

1
2

Sungai Binaka
Sungai Gido Si’ite

Gido
Gido

4.000
26.580

10
20

Non Lintas
Non Lintas

3

Sungai Gido Zebua

Gido

48.880

30

Non Lintas

4

Sungai Sinizi

Gido

4.000

10

Non Lintas

5

Sungai Mua

Gido

17.000

20

Non Lintas

6

Sungai Madawa

Gido

4.000

10

Non Lintas

7

Sungai Tulumbaho

Gido

4.000

10

Non Lintas

Universitas Sumatera Utara

8

Sungai Baruzo

Gido

7.000

10

Non Lintas

9

Sungai Duria

Gido

6.000

10

Non Lintas

10

Sungai Wawea

Gido

5.000

10

Non Lintas

11
12
13

Sungai La’auri
Sungai Megana
Sungai Idanogawo

Gido 28.420
15
Hiliduho
5.000 10
Idanogawo
47.370

Non Lintas
Non Lintas
200
Lintas
Kabupaten
14
Sungai Mo’awo
Idanogawo
Tidak ada data
15
Sungai Na’a Idanogawo
3.400 10
Non Lintas
16
Sungai Siholi Idanogawo
4.000 10
Non Lintas
17
Sungai Goasa Idanogawo
8.000 10
Non Lintas
18
Sungai Mezawa
Idanogawo
28.560
25
Non Lintas
19
Sungai Mbongi
Bawolato
Tidak ada data
20
Sungai Mola Bawolato
76.570
20
Non Lintas
21
Sungai Idano Mola Bawolato
21.430
20
Non Lintas
22
Sungai Nara Bawolato
Tidak ada data
23
Sungai Hou Bawolato
42.160
20
Non Lintas
24
Sungai Umbu Bawolato
2.335 10
Non Lintas 25 Sungai Suani
Bawolato
27.040
10
Non Lintas
26 Sungai Sondri’i Bawolato
23.000
15
Non Lintas
27 Sungai Bulumoso
Bawolato
6.000 10
Non Lintas
28 Sungai Gazamanu
Bawolato
249
10
Non Lintas
29 Sungai Nalawo Bawolato
7.521 15
Non Lintas
30 Sungai Hoya
Bawolato
3.487 10
Non Lintas
31 Sungai Muzoi Botomuzoi
92.560
30
Lintas
Kabupaten
32 Sungai To’oro Botomuzoi
10.000
20
Non Lintas
Sumber : Nias Dalam Angka Tahun 2016

4.1.1.2 Keadaaan Iklim dan Cuaca
Kabupaten Nias beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi serta hari
hujan yang bervariasi. Pada tahun 2013 rata – rata curah hujan mencapai 246 mm
per bulan dengan banyaknya hari hujan mencapai 262 hari setahun atau rata–rata
21,8 hari per bulan. Sama halnya dengan wilayah lainnya di Provinsi Sumatera
Utara,

Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Nias juga mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Musim kemarau umumnya terjadi antara bulan April sampai dengan
September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai
bulan Maret. Suhu udara di Kabupaten Nias dalam satu tahun rata–rata 26,3OC per
bulan dengan rata–rata minimum 23,2OC dan rata–rata maksimum 30,8OC.
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan iklim dan curah hujan di Kabupaten
Nias dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Curah hujan di Kabupaten Nias
Bulan

Curah Hujan(mm)

Hari Hujan

Januari

350,1

11

Februari

402,2

25

Maret

54,7

16

April

239,6

26

Mei

247,7

19

Juni

120,8

18

Juli

148,6

21

Agustus

200,7

25

September

158,6

21

Oktober

333,8

26

Nopember

368,0

29

Desember

326,5

25

2.951,3

262

246

21,8

Jumlah
Rata per Bulan

Sumber :

Nias Dalam Angka Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara

4.1.2

Kondisi Umum Demografi

4.1.2.1 Kependudukan
Kabupaten Nias terdiri dari 10 Kecamatan dan 170 desa dengan
jumlahpenduduk tahun 2015sebanyak 174.883 jiwa yang terdiri dari laki-laki
sebanyak
85.870 jiwa dan perempuan sebanyak 89.013 jiwa.Perkembangan penduduk
Kabupaten
Nias kurun waktu 2011 s.d. 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel: 4.4
Tahun

Perkembangan Penduduk Kabupaten Nias Tahun 2011 s.d
2015
Penduduk

Jumlah
(Jiwa)

Laki-laki Perempuan

Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)

2011

76.440 78.216

154.656

181,22

2012

79.533 81.438

160.971

188,62

2013

81.682 83.632

165.314

193,71

2014

84.455 86.647

171.102

200,49

2015

85.870 89.013

174.883

204,92

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.
Kepadatan penduduk Nias tergolong jarang bila dibandingkan dengan
kepadatan penduduk di Sumatera Utara. Pada Tahun 2011 kepadatan penduduk
Kabupaten Nias sebesar 181,22 jiwa/Km2 dan Tahun 2015 kepadatan penduduk
Nias mengalami peningkatan menjadi sebesar 204,92 jiwa/Km2. Dengan wilayah
Kabupaten Nias yang masih relatif luas serta terdapat daerah yang tidak bisa
dihuni karena merupakan hutan, rawa, dan lainnya, mengakibatkan di beberapa
daerah tertentu ada kepadatan penduduk dan di sebagian daerah lain merupakan
daerah yang kepadatan penduduknya masih rendah.
Tahun 2015 daerah terpadat penduduknya adalah Kecamatan Sogaeadu
dengan kepadatan penduduknya sebesar 340,89 jiwa/Km2, sebaliknya Kecamatan

Universitas Sumatera Utara

Bawolato merupakan daerah paling jarang penduduknya dengan tingkat kepadatan
penduduk hanya sekitar 153,48 jiwa/Km2.

Tabel:

4.5 Distribusi Penduduk, Luas dan Kepadatan Penduduk Kabupaten
NiasMenurut Kecamatan Tahun 2015

No

Kecamatan

Distribusi
Penduduk

Distribusi Luas
(Km²)

(jiwa)
[1]

[2]

Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)

[3]

[4]

[5]

1

Idanogawo

31.314

138,65

225,85

2

Bawolato

31.378

204,45

153,48

3

Ulugawo

12.834

65,96

194,57

4

Gido

26.275

110,05

238,76

5

Mau

13.203

61,18

215,81

6

Somolo-molo

7.344

44,85

163,75

7

Hiliduho

11.624

65,07

178,64

8

Hiliserangkai

15.557

61,91

251,28

9
10

Botomuzoi
Sogae’adu

11.289
14.065

59,98
41,26

188,21
340,89

174.883

853,34

Kabupaten Nias

204,92

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias (data diolah)
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dengan
banyaknya penduduk perempuan. Bila ditinjau dari jenis kelamin penduduk
perempuan di Nias dari Tahun 2011 s.d. 2015 lebih banyak dibanding penduduk
laki-laki, kondisi ini tergambar oleh nilai sex ratio sebagaimana tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel: 4.6

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio
Kabupaten Nias Tahun 2011 s.d 2015

Kecamatan

Jenis Kelamin

Jumlah

Sex Ratio
(%)
Laki-laki

Perempuan
2011

76.440

78.216

154.656

97,73

2012

79.533

81.438

160.971

97,66

2013

81.682

83.632

165.314

97,67

2014

84.455

86.647

171.102

97,47

2015

85.870

89.013

174.883

96,47

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias (data diolah)
4.1.2.2 Ketenagakerjaan
Pembangunan ketenagakerjaan dititikberatkan pada tiga masalah pokok,
yakni perluasan dan pengembangan lapangan kerja, peningkatan kualitas dan
kemampuan

tenaga

kerja

serta

perlindungan

tenaga

kerja.

Masalah

ketenagakerjaan sampai saat ini masih merupakan permasalahan dan isu yang
komplek serta terus berkembang, sehingga tidak hanya menjadi masalah daerah
namun telah menjadi masalah nasional bahkan regional dan internasional.
Masalah ketenagakerjaan harus membutuhkan perhatian yang sangat serius dari
semua pihak terkait, baik pemerintah, pengusaha, pekerja itu sendiri dan pihak
lainnya.
Tenaga kerja didefenisikan sebagai penduduk yang mampu bekerja
memproduksi barang dan jasa. Pada analisis ketenagakerjaan ini digunakan
batasan bahwa penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun
keatas. Penduduk 15 tahun keatas (tenaga kerja) terdiri dari angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja.
Dalam analisis tenaga kerja, bagian yang sangat penting mendapat

Universitas Sumatera Utara

perhatian adalah angkatan kerja. Angkatan kerja (economically act4e)
didefenisikan sebagai bagian dari tenaga kerja yang benar-benar siap bekerja
untuk memproduksi barang dan jasa. Mereka yang siap bekerja ini terdiri dari
yang benar-benar bekerja dan mereka yang tergolong sebagai pengangguran.
Pengangguran disini didefenisikan sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja dan
saat sedang mencari kerja atau mempersiapkan usaha atau juga orang yang sudah
merasa putus asa untuk mendapatkan pekerjaan. Selanjutnya tenaga kerja yang
termasuk ke dalam bukan angkatan kerja (uneconomically act4e)

adalah

mencakup mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga, penerima
pendapatan (pensiunan) dan lain-lain. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia
termasuk di Kabupaten Nias diperkirakan akan semakin kompleks. Indikasi ini
terlihat di samping pertambahan penduduk usia kerja setiap tahunnya yang terus
meningkat sebagai implikasi dari jumlah penduduk yang cukup besar disertai
struktur umur yang cenderung mengelompok pada usia muda juga masih
tingginya angka pengangguran terutama pengangguran terbuka.
Selain pengangguran terbuka (disguised unemployed) dan pengangguran
terselubung yaitu mereka yang bekerja kurang dari jam kerja normal(under
employed) juga merupakan permasalahan ketenagakerjaan yang perlu mendapat
perhatian. Kondisi tersebut banyak terjadi di Kabupaten Nias yang antara lain
sebagai konsekuensi dari masyarakat bercorak agraris dan lapangan pekerjaan
yang sangat terbatas serta semakin banyak calon tenaga kerja baru baik yang
berpendidikan maupun tidak.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7

Jumlah dan Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas
Tahun 2013-2014

Kegiatan Utama

2013

2014

Jumlah

%

Jumlah

%

[2]

[3]

[4]

[5]

[1]
Angkatan Kerja

66.468

86,54

72.805

90,84

- Bekerja

65.890

99,13

72.485

99,56

578

0,87

320

0,43

Bukan Angkatan Kerja

10.338

13,46

7.344

9,16

Jumlah

76.806

100

80.144

100

- Pengangguran

T P A K (%)

86,54

90,84

TPT (%)

0,87

0,44

Sumber : BPS Kabupaten Nias
4.1.3. Kondisi Pemerintahan
4.1.3.1 Visi dan Misi Kabupaten Nias
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 13 Tahun 2011
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Nias 2006 – 2011, telah ditetapkan Visi Pembangunan Daerah Tahun 2011 – 2016
yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai, yaitu “Terwujudnya Masyarakat
Kabupaten Nias Yang Berkeadilan, Sejahtera dan Mandiri Yang Dilayani Oleh
Pemerintah Yang Bersih dan Responsif ”.
Berkeadilan

:

Mengandung arti perwujudan pelayanan dan pembangunan yang
adil dan merata, tanpa diskriminasi baik antar ind4idu, gender,
maupun antar wilayah, sehingga hasil dari pembangunan dapat
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat
Kabupaten Nias.

Universitas Sumatera Utara

Sejahtera

:
Mengandung makna bahwa kondisi semua lapisan masyarakat
secara menyeluruh dapat terpenuhi hak-hak dasarnya, terbebas
dari kemiskinan, kemelaratan hidup dan buta aksara, serta sehat
jasmani dan rohani.

Mandiri

:

Kondisi dimana masyarakat dan daerah memiliki kehidupan

yang sejajar dengan masyarakat dan daerah lainnya yang
telah maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan
sendiri, serta memiliki daya saing dan kesiapan menghadapi
era
globalisasi.
Dilayani oleh
:
Pemerintah yang
bersih dan
responsif

Mengandung makna bahwa pemerintah adalah pelayan
masyarakat, dimana penyelenggaraan pemerintahan dilakukan
secara bertanggungjawab, tertib administrasi dan tertib anggaran,
bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme, dengan

kebijakan yang selalu berpihak kepada kepentingan rakyat
serta tanggap terhadap permasalahan masyarakat.
Misi Daerah Kabupaten Nias Tahun 2011 – 2016 yaitu:
a.

Menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik , bersih dan
efektif (Good Governance and Clean Gorvernment).

b.

Peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas,
terjangkau dan berkeadilan.

c.

Peningkatan kualitas dan ketersediaan Infrastruktur wilayah dan
prasarana daerah.

d.

Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

e.

Mengembangkan kehidupan masyarakat Nias yang religius, berbudaya
dan taat hukum.

4.1.3.2

Prioritas Daerah
Dalam mendukung Visi dan Misi Kepala Daerah serta strategi dan arah

kebijakan daerah
Pembangunan

sebagaimana

yang

telah

dituangkan

dalam

Rencana

Jangka Menengah Daerah Kabupaten Nias Tahun 2011-2016, maka pada Tahun
2012 Pemerintah Daerah telah menetapkan prioritas pembangunan daerah yang
terfokus pada upaya penyelesaian masalah yang mendesak dan berdampak luas
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Prioritas-prioritas pembangunan tersebut
adalah sebagai berikut:
Prioritas 1

:

Infrastruktur, dengan fokus kegiatan :

Universitas Sumatera Utara

Pembangunan infrastruktur daerah yang memiliki daya dukung
dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang
berkeadilan dan mengutamakan kepentingan masyarakat umum
dengan mendorong partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, fokus
kegiatan pembangunan di Kabupaten Nias pada bidang
infrastruktur adalah sebagai berikut:
a. Percepatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
b. Peningkatkan kualitas lingkungan pemukiman dan perumahan

melalui penyediaan prasarana, sarana dasar, dan utilitas umum
terutama air bersih dan jaringan listrik.
c. Pembangunan prasarana produksi (irigasi) dan perdagangan
d. Pembangunan prasarana kantor Pemerintah Daerah

Prioritas 2

: Pendidikan, dengan fokus kegiatan :

Peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau
dan berkeadilan menuju terangkatnya kesejahteraan hidup
masyarakat Kabupaten Nias, kemandirian dan keluhuran budi
pekerti dan karakter bangsa yang kuat. Pembangunan bidang
pendidikan

diarahkan

demi

tercapainya

pertumbuhan

ekonomi yang didukung keselarasan antara kualitas mutu
pendidikan, ketersediaan sarana serta ketersediaan tenaga
terdidik melalui fokus kegiatan sebagai berikut:
a. Peningkatan pendidikan anak usia dini (PAUD)
b. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan

Universitas Sumatera Utara

c. Peningkatan

relevansi dan daya saing pendidikan

menengah kejuruan (SMK)
d. Peningkatan

mutu,

kualifikasi,

kompetensi

dan

kesejahteraan guru
e. Pemberdayaan kepala sekolah dan pengawas sekolah
f. Pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi
g. Fasilitasi pendirian Perguruan Tinggi Negeri.
h. Percepatan pencapaian sasaran MDGs Bidang Pendidikan
Prioritas 3 : Kesehatan, dengan fokus kegiatan :
Penitikberatan pembangunan
pendekatan

preventif,

tidak

bidang

kesehatan melalui

hanya

kuratif,

melalui

peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan dengan
fokus kegiatan sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas
dasar di

pelayanan

kesehatan

Puskesmas dan jaringannya
b. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
c. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak
menular
d. Pengembangan

kemampuan,

kealihan,

dan

profesionalisme sumber daya manusia kesehatan
e. Pengembangan sistem jaminan pembiayaan kesehatan
bagi masyarakat
f. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan
g. Peningkatan kualitas pelayanan RSU Gunungsitoli

Universitas Sumatera Utara

h. Revitalisasi layanan program keluarga berencana
i. Percepatan pencapaian sasaran MDG’s Bidang Kesehatan
Prioritas 4 : Ekonomi, dengan fokus kegiatan :
a.

Peningkatan ketahanan pangan

b.

Penyediaan prasarana dan sarana produksi pertanian,
perkebunan peternakan, dan perikanan

c.

Peremajaan dan perluasan tanaman perkebunan rakyat

d.

Penyediaan infrastruktur pendukung pertanian dan
perikanan

e.

Peningkatan nilai tambah dan pemasaran hasil pertanian

f.

Penumbuhan

industri pengolahan (agroindustri) hasil

pertanian dan perikanan
g.

Peningkatan kapasitas dan kemampuan

kelembagaan

petani dan nelayan
h.

Peningkatan
perikanan

kuantitas

penyuluhan

pertanian

dan

i.

Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur perikanan yang
telah dibangun (BBI dan TPI)

j.

Penyehatan Badan Usaha Milik Daerah

k.

Pendirian BUMD industri pengolahan karet

l.

Pemberdayaan koperasi dan usaha kecil dan menengah
Pengembangan destinasi pariwisata dan peningkatan
kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung
pariwisata

m.

Universitas Sumatera Utara

Prioritas 5

: Penanggulangan kemiskinan, dengan fokus kegiatan :
a.

Peningkatan pelayanan dan perlindungan

bagi penyandang

masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
b.

Pemberdayaan

ekonomi

bagi

penyandang

masalah

kesejahteraan melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau
kelompok sosial ekonomi lainnya.
c.

Peningkatan kesempatan kerja.

d.

Optimalisasi program PNPM, PKH, BOS, JAMKESMAS

Prioritas 6
: Lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana, dengan
fokus kegiatan:
a.

Pencegahan dan pengurangan resiko bencana

b.

Pemberdayaan masyarakat dalam kesiapan menghadapi
bencana

c.

Peningkatan rehabilitasi hutan dan lahan.

d.

Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup

Prioritas 7 : Pemerintahan dan aparatur, dengan fokus kegiatan :
a.

Perbaikan manajemen kepegawaian

b.

Perbaikan tata kelola keuangan dan aset daerah

c.

Optimalisasi pendapatan asli daerah

d.

Penataan
Sistem
administrasi
dan
tatalaksana
pemerintahan
Peningkatan Kualitas pelayanan publik, utamanya dalam

e.

pelayanan perizinan dan administrasi kependudukan
f.

Optimalisasi fungsi pengawasan

Universitas Sumatera Utara

g.

Penetapan dan penataan ibu kota kabupaten Nias (pasca
pemekaran)

h.

Penataan kecamatan dan desa

4.1.3.3 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Nias
Untuk

mendukung

dan

menjamin

berjalannya

fungsi

Pemerintahan, Pembangunan dan Pelayanan Kemasyarakatan, Pemerintah
Kabupaten Nias telah mengundangkan dan melaksanakan Peraturan Daerah
Kabupaten Nias Nomor 5, Nomor 6, Nomor 7, Nomor 8, Nomor 9 dan Nomor 10
Tahun 2008 tentang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Nias,
Pembentukan dan Susunan Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD,
Pembentukan Susunan Organisasi Dinas dan Lembaga Teknis Daerah,
Pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan dan Kelurahan, Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Nias
yang merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten
Nias. Susunan organisasi perangkat daerah lingkup Pemerintah Kabupaten Nias
adalah terdiri dari:
A.

SEKRETARIAT DAERAH

B.

SEKRETARIAT DPRD

C.

10 (sepuluh) KECAMATAN

D.
E.

13 (Tiga belas) DINAS
10 (Sepuluh) Lembaga Teknis Daerah Berbentuk Badan

F.

2 (dua) Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Kantor

Universitas Sumatera Utara

G.

Inspektorat Kabupaten.

H.

Satuan Polisi Pamong Praja.

I.

Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli.

4.1.4. Kondisi Perekonomian
Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Nias pada tahun 2015
mengalami perningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan
PDRB Kabupaten Nias tahun 2015 mencapai 5,96 persen, sedangkan tahun 2014
sebesar 5,90 persen. Peningkatan ini bersumber dari peningkatan laju
pertumbuhan 3 sektor yakni sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, sektor
Konstruksi, dan sektor Jasa Keuangan dan Asuransi. Sedangkan sektor lainnya
dapat dikatakan mengalami perlambatan, namun tetap mencatat pertumbuhan
yang positif.

Sumber : Nias Dalam Angka 2016
Gambar 4. 2 Perkembangan PDRB Kabupaten Nias 2013-2015( Juta rupiah)

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Nias Dalam Angka 2016
Gambar 4.3

Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Nias 2013 - 2015

Selama tahun 2015 di Kabupaten Nias terdapat Perusahaan atau
Usaha Industri Kecil Binaan sebanyak 86 unit yang paling banyak terdapat di
Kecamatan Hili Serangkai dan Idanogawo. Perusahaan yang berbadan hukum ada
sebanyak 276 unit dengan konsentrasi usaha yang paling banyak terdapat di
kecamatan Gido dan Idanogawo.
Tabel 4. 8

No

Perkembangan Jumlah Perusahaan/Usaha Perdagangan di Kab.
Nias 2013 – 2015
Perincian Detail

2013

2014

2015

(1)

(2)

(3)

(4)

-

-

-

Menurut Golongan Usaha
1.

Perusahaan Besar

2.

Perusahaan Menengah

17

9

14

3.

Perusahaan Kecil

259

219

48

4.

Perusahaan Mikro

-

-

126

276

228

188

Jumlah Total

Universitas Sumatera Utara

Menurut Bentuk Badan Hukum
1.

PT (Perseroan Terbatas)

1

1

-

2.

Koperasi

6

2

1

3.

Persekutuan Komanditer (CV)

17

20

18

4.

Perorangan

249

169

199

5.

Badan Usaha Lain

3

6

-

276

228

188

Jumlah Total

Sumber : Nias dalam Angka 2016
4.2.

Analisis Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di
Kabupaten Nias

4.2.1. Penyebab kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) Belum Terlaksana

Sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, pemerintah merumuskan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyelenggraan Pelayanan Terpadu Kecamatan (PATEN). Seperti yang telah
dijelaskan pada BAB II, tujuan penyelenggraan PATEN adalah untuk
mewujudkan pelayanan yang berkualitas yang dilihat dari aspek dekatnya (waktu)
pelayanan. Sedangkan pada pelaksanaannya, melalui PATEN ini penyelenggaraan
pelayanan publik di kecamatan yang proses pengelolaannya, mulai dari
permohonan sampai tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat,
sehingga masyarakat hanya berhubungan dengan petugas di meja/loket pelayanan.

Universitas Sumatera Utara

Didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyelenggraan Pelayanan Terpadu Kecamatan, dijelaskan
bahwa kecamatan ditetapkan sebagai penyelenggara PATEN apabila telah
memenuhi
sejumlah syarat, yaitu syarat subtantif, administratif, dan teknis. Pada bagian ini
akan diuraikan mengapa penyelenggaraan PATEN di Kabupaten Nias belum
terlaksana yang dapat dilihat dari pemenuhan 3 (tiga) syarat penyelenggaraan
PATEN dan Faktor – faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan menurut
George Edward III yakni Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan Struktur
Birokrasi.

4.2.1.1

Faktor Pemenuhan Persyaratan PATEN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang analisis

kebijakan PATEN di Kabupaten Nias, diketahui bahwa kebijakan PATEN belum
dapat terlaksana di Kabupaten Nias. Hal ini disadari oleh pemerintah Kabupaten
Nias karena
belum mampu memenuhi persyaratan penyelenggaraan PATEN sebagaimana
diamanatkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang
PATEN. Berikut petikan wawancara dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Nias
(Bapak F. Yanus Larosa, M.AP pada tanggal 5 September 2016).
“ Sebenarnya tujuan dan manfaat PATEN ini sangat baik dan kita
sadari itu. Tetapi hingga saat ini kita belum bisa memenuhi syarat –
syarat yang telah ditentukan dalam Permendagri no.4 tahun 2010
itu. Kita masih dalam masa transisi pasca pemekaran 4 daerah
otonom baru, sehingga yang perlu kita lakukan terlebih dahulu
adalah membenahi wilayah – wilayah kecamatan kita...untuk
pelayanan perizinan dan non perizinan itu sendiri, kita sudah ada
BPPT. Ya, memang kita sadari sangat baik ketika PATEN ini

Universitas Sumatera Utara

dilaksanakan, tetapi seperti yang saya katakan tadi, kita belum bisa
memenuhi syarat – syarat tersebut”

Persyaratan utama untuk menyelenggarakan PATEN adalah
Persyaratan Substantif, yaitu adanya pendelegasian atau pelimpahan sebagian
wewenang bupati kepada camat yang meliputi bidang perizinan dan non
perizinan,Kemudian diikuti dengan persyaratan administrastif yaitu berupa standar
pelayanan dan uraian tugas personil kecamatan serta persyaratan teknis berupa
sarana dan prasarana dan pelaksana teknis PATEN.
Selanjutnya Larosa menyatakan bahwa :
“ PATEN ini kan artinya pelayanan perizinan di BPPT dialihkan ke
kecamatan, kita pahami itu, tetapi pemenuhan syarat administratf
dan teknis, kita perlu persiapan yang lebih matang lagi. Yang perlu
kita lakukan terlebih dahulu adalah pembenahan dan peningkatan
sarana dan prasarana serta kualitas sumber daya aparatur khusunya
di kecamatan..”(wawancara pada tanggal 5 September 2016).
Hal senada juga disampaikan Asisten Pemerintahan dan Kesra (Bapak
Marulam Sianturi, SE) dalam wawancara pada 11 Juli 2016. Beliau berpendapat
bahwa
:
“Dulu pada saat menjadi Camat Gido tahun 2008, kewenangan
yang diberikan kepada camat itu hanya sebatas surat pengantar dan
rekomendasi saja, gak ada hebat – hebatnya,”canda beliau. Jadi,
untuk pelimpahan kewenangan tentang pelayanan perizinan dan
non perizinan ini sudah kita limpahkan kepada BPPT selaku SKPD
pelaksana pelayanan tersebut.”
Belum adanya pelimpahan sebagian kewenangan bupati kepada
camat
dibidang pelayanan perizinan dan non perizinan seperti yang diamanatkan oleh
Peraturan Menteri tersebut juga dibenarkan oleh Camat Idanogawo (Bapak
Jellysman B. Geya, S.STP, M.Si) pada wawancara yang dilakukan pada 9
September 2016. Pernyataan beliau sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

“..Hingga saat ini kita pihak kecamatan bisa dikatakan hanya
sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah kabupaten. Tugas –
tugas kita pun sangat sedikit. Misalnya, ketika ada warga yang
hendak mengurus IMB, kita hanya mengeluarkan pengantar atau
rekomendasi saja untuk nanti diteruskan ke BPPT. Padahal, jika
PATEN ini dilaksanakan masyarakat tidak perlu lagi harus mondar
– mandir dari kecamatan ke BPPT. Karena semuanya akan diproses
di kantor kecamatan dengan sistem PATEN ini. Tapi, semua
kebijakan itu kita percayakan kepada Bapak Bupati sebagai
pengambil kebijakan”.
Berdasarkan hasil dokumentasi, peneliti menemukan bahwa
pelimpahan sebagian kewenangan oleh Bupati Nias kepada Camat sebenarnya
telah dilakukan yaitu sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Nias Nomor 60
Tahun 2005 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Bupati Nias kepada
Camat di Lingkungan Pemerintahan

Kabupaten Nias. Didalam keputusan

tersebut, camat hanya diberikan tugas dalam aspek fasilitasi, rekomendasi,
koordinasi, dan pembinaan. Hal ini didukung oleh pernyataan Camat Idanogawo (
Bapak Jellysman B. Geya, S.STP, M.Si) dalam wawancara pada 9 September
2016, sebagai
berikut :
“...setahu saya, pelimpahan kewenangan kepada camat telah ada
sesuai dengan surat keputusan pada tahun 2005 yang lalu, itu yang
terakhir sepertinya. Sampai ssaat ini tidak ada lagi pelimpahan
kewenangan yang diberikan kepada camat. Ya, tugas kita itu – itu
saja. Hanya bisa memfasilitasi kegiatan – kegiatan dari SKPD yang
dilaksanakan di wilayah kita..”

Pelimpahan sebagian wewnang dari bupati/walikota kepada camat
merupakan faktor yang strategis untuk mengoptimalkan peran dan fungsi
kecamatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Manfaat
utama pelimpahan wewenang ini adalah mendekatkan pelayanan administrasi

Universitas Sumatera Utara

kepada masyarakat, sehingga pelayanan menjadi lebih berkualitas, dan
mempersempit rentang kendali dari bupati kepada masyarakat. Hasil wawancara
dengan Kepala Bagian Administrasi Pemerintahan Setda Kab. Nias (Bapak Drs.
Dahlanroso Lase, 9 September 2016) pada , beliau berpendapat bahwa :
“.. yang namanya pelimpahan kewenangan itu kan kemauan politik
dari bapak bupati selaku pemilik kewenangan. Untuk PATEN ini
sendiri, dulu pada tahun 2014 kita pernah merencanakan akan
membentuk tim teknis PATEN tersebut, tetapi pasca peralihan
pejabat Sekretaris Daerah yang baru tidak ada lagi kelanjutan
rencana tersebut. Kalau pun kita perhatikan, kondisi kecamatan kita
saat ini belum siap untuk dilimpahkan kewenangan dibidang
PATEN ini. Seperti anggaran, infrastruktur, dan SDM di
kecamatan masih kurang..”
Wawancara dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Nias (Bapak Drs.
F.
Yanus Larosa, M.AP) pada tanggal 6 September 2016, beliau menyatakan bahwa :
“..tidak mungkinlah bapak bupati tidak mau kecamatan kita maju,
masyarakat kita maju. Tentu keinginan untuk melimpahkan
wewenagan di bidang perizinan itu ada, tetapi kita harus mengkaji
lebih dalam mengenai siap tidaknya personil kecamatan kita
melaksanakan PATEN ini. Kita tidak mau hanya sekedar
merencanakan, membuka jalan program ini, tapi kedepannya
nanti menemukan kendala – kendala yang bersifat teknis sehingga
kegiatan ini tidak efektif. Kedepan ini akan menjadi wacana kita,
bahkan bukan hanya PATEN ini saja. Yang perlu kita lakukan
sekarang yaitu, membenahi kecamatan kita. Karena dari 10
(sepuluh) kecamatan yang ada, hanya sekitar 2 – 3 kecamatan saja
yang kita anggap layak. Kita tidak mau nantinya muncul
kecemburuan sosial bagi masyarakat kecamatan lain..”

Persyaratan berikutnya untuk menyelenggarakan PATEN adalah syarat
Administratif, yaitu berupa standar pelayanan dan uraian tugas personil kecamatan.
Standar pelayanan merupakan tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan

dan

acuan penilaian

kualitas

PATEN

Universitas Sumatera Utara

sebagai

janji penyelenggara/pemberi layanan yang berkualitas, cepat, mudah,

terjangkau, dan terukur. Didalam standar pelayanan tersebut, sekurang – kurangnya
berisi, yaitu :
a.

Jenis – jenis pelayanan yang dilaksankan di kecamatan;

b.

Persyaratan untuk memdapatkan pelayanan;

c.

Proses / prosedur pelayanan;

d.

Pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelayanan;

e.

Waktu pelayanan; dan

f. Biaya pelayanan.
Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi yang dilakukan
dalam
penelitian, Pemerintah Daerah Kabupaten Nias telah menerbitkan Peraturan
Bupati
Nias Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pedoman Standar Pelayanan Umum
Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Nias dan Peraturan
Bupati Nias Nomor 17 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Nias. Peraturan Bupati ini pada dasarnya
merujuk pada standar pelayanan konvensional yang selama ini dilaksanakan dan
tidak dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan PATEN.
Persyaratan lainnya untuk menyelenggarakan PATEN adalah
Persyaratan teknis, yang meliputi sarana dan prasarana dan pelaksana teknis
PATEN.
Sarana dan prasarana PATEN ini berupa :
a.

Tempat piket;

b.

Loket/meja pendaftaran;

Universitas Sumatera Utara

c.

Tempat pemrosesan berkas;

d.

Tempat pengolahan data dan informasi;

e.

Tempat finalisasi proses;

f.

Ruang tunggu;

g.

Tempat penyerahan dokumen;

h.

Tempat penanganan pengaduan; dan

i.

Perangkat pendukung lainnya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan bahwa dari
10 (sepuluh) kecamatan di Kabupaten Nias, sebagian besar sarana dan prasarana
tersebut belum ada bahkan masih ada kantor kecamatan yang kondisi
bangunannya sangat memprihatinkan seperti Kantor Kecamatan Ma’u, Somolo –
molo, Ulugawo, Botomuzoi, Hiliserangkai, dan Hiliduho. Hal ini dibenarkan oleh
Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Nias dalam wawancara pada tanggal 6
September 2016 sebagai
berikut :
“..keadaan sarana dan prasarana di kantor kecamatan kita masih
jauh dari kata layak, jangankan fasilitas umum, gedung dan
bangunannya saja seperti di Kecamatan Ma’u sudah tidak dapat
digunakan karena longsor. Oleh karena itu, kita sulit melaksanakan
ini..”

Dari beberapa hasil wawancara, observasi dan hasil dokumentasi
sebagaimana diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah
Kabupaten Nias menyadari sepenuhnya manfaat dan tujuan kebijakan PATEN.
Pelayanan perizinan dan non perizinan yang selama ini menjadi tugas Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu dianggap perlu untuk dilimpahkan kepada

Universitas Sumatera Utara

kecamatan demi terwujudnya pelayanan yang berkualitas. Namun, dengan melihat
kondisi sebagian besar kecamatan di Kabupaten Nias yangmasih terisolir,
minimnya sarana dan prasarana umum, serta kondisi sumber daya aparatur yang
kurang, pemerintah Kabupaten Nias enggan untuk memulai pelaksanaan
pelayanan Administrasi terpadu Kecamatan ini.
Kondisi tersebut diatas senada dengan yang ditemukan oleh Desman
Armando Gurning dalam penelitiannya tentang Implementasi Kebijakan
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kabupaten Siak.
Gurning (2013) menemukan bahwa penyelenggaraan PATEN di Kabupaten
Siak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Pihak yang kepentingannya dipengaruhi yaitu Bupati Siak, dinas
dan instansi terkait termasuk masyarakat sebagai penerima
pelayanan.
b. Political will dan komitmen Bupati Siak dalam mengawal
implementasi PATEN.
c. Sumber daya yang tersedia, terutama aspek kualitas dan kuantitas
personil yang ada di kecamatan yang masih belum memadai.
d. Pengawasan yang masih belum maksimal, sehingga masih
ditemukan adanya berbagai kekurangan.
4.2.1.2 Faktor – Faktor yang Berpengaruh Dalam Kebijakan PATEN di
Kabupaten Nias
Kebijakan Pelayanan Adminsitrasi Terpadu Kecamatan merupakan

Universitas Sumatera Utara

inovasi manajemen dibidang pelayanan perizinan dan non perizinan dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) terfokus pada
kualitas penyelenggaraan pelayanan publik.
Kebijakan ini dapat dilihat dari faktor – faktor yang mempengaruhi
Implementasi kebijakan menurut Edward III, yaitu Komunikasi, sumber daya,
disposisi dan struktur birokrasi.
1.

Komunikasi

Secara umum, Edward III membahas tiga hal penting dalam proses
komunikasi kebijakan, yaitu :
a.

Transmisi
Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan adalah bahwa

mereka yang harus mengimplementasikan suatu keputusan mesti tahu apa yang
mereka kerjakan. Hal ini berarti sebelum pejabat dapat mengimplementasikan
suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu
perintah untuk pelaksananya telah dikeluarkan. Dalam kebijakan pelayanan
administrasi terpadu kecamatan ( PATEN) ini, Pemerintah Daerah Kabupaten
Nias pada dasarnya telah mengetahui tentang adanya kebijakan PATEN sesuai
dengan Permendagri nomor 4 Tahun 2010. Meskipun demikian, Pemerintah
Daerah Kabupaten Nias pada awalnya belum memahami secara jelas bagaimana
mempersiapkan kecamatan – kecamatan di Kabupaten Nias dalam melakasanakan
kebijakan PATEN tersebut. Berikut petikan wawancara dengan Bupati Nias
(Bapak Drs. Sokhiatulo Laoli, MM) pada tanggal 5 September 2016 sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

“..Kita tentunya sudah mengetahui adanya kebijakan PATEN
berdasarkan Permendagri nomor 4 Tahun 2010 ini, itu jelas. Nah,
sekarang bagaimana teknisnya kecamatan itu melaksanakan
PATEN itu kita belum pahami. Oleh karena itu, kita telah mengutus
PNS (Bag. ADPEM) dan perwakilan camat untuk mengikuti
sosialisasi penyelenggaraan PATEN yang dilaksanakan oleh
Pemprov Sumatera Utara pada tahun 2014. Itu merupakan bagian
dari niat kita untuk melaksanakan PATEN ini..”
Berdasarkan hasil dokumentasi, ditemukan benar adanya bahwa
Pemerintah Daerah Kabupaten Nias telah melakukan koordinasi baik ditingkat
Provinsi maupun di Kementerian Dalam Negeri dengan tujuan untuk menambah
pemahaman tentang Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 tersebut sekaligus
mengetahui bagaimana dan apa – apa saja yang perlu dipersiapkan dalam
melaksanakan kebijakan PATEN tersebut.
Setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan jika terjadi komunikasi
yang efektif antara para pelaksana kebijakan dengan para kelompok sasaran.
Dalam penyelenggaraan PATEN ini, selain melakukan koordinasi ke tingkat atas,
Pemerintah Daerah Kabupaten Nias juga pernah melakukan konsolidasi dengan
unit – unit terkait seperti camat, BPPT, dan BAPPEDA Kabupaten Nias, dengan
tujuan untuk melakukan analisis – analisis tentang kesiapan kecamatan sebagai
penyelenggara PATEN. Petikan wawancara dengan Kepala Bagian Administrasi
Kecamatan Setda Kabupaten Nias ( Bapak Drs. Dahlanroso Lase, 9 September
2016), sebagai berikut :
“..Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, kita pernah berniat untuk
melakasanakan PATEN ini. Tahun 2014 yang lalu setelah kita
mengikuti sosialisasi di Medan, kita mengundang camat, kepala
BPPT, dan BAPPEDA, untuk membicarakan persiapan
pelaksanaan PATEN. Selanjutnya juga kita telah memberi laporan
dan saran kepada Bapak Bupati perihal PATEN ini. Tetapi

Universitas Sumatera Utara

sepertinya, banyak hal yang menjadi pertimbangan beliau pada saat
itu, dukungan anggaran, kondisi kecamatan, SDM, dan lain – lain..”

Dari hasil wawancara tersebut diatas, dapat dipahami bahwa
meskipun penyelenggaraan PATEN di Kabupaten Nias belum terlaksana,
Pemerintah Daerah Kabupaten Nias pada dasarnya telah melakukan berbagai
upaya dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan PATEN meliputi
koordinasi dengan unit – unit kerja terkait, serta mengikuti sosialisasi
penyelenggaraan PATEN yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara.
b.

Kejelasan
Ketika

sebuah

kebijakan

diimplementasikan,

maka

sebaiknya kebijakan tersebut tersusun secara detail dan terperinci, kapan dan
bagaimana pelaksanaan kebijakan tersebut. Di dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang PATEN, telah dijelaskan bahwa dalam
rangka mewujudkan PATEN, ada 3 (tiga) persyaratan utama yang harus terpenuhi
yaitu syarat substantif, administratif, dan teknis. Pemenuhan ketiga syarat tersebut
melibatkan para stakeholders dalam menyusun kerangka penyelenggaraan
PATEN.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Daerah
Kabupaten Nias ( Bapak Drs. F. Yanus Larosa, M.AP, pada 6 September 2016),
beliau menjelaskan bahwa pada prinsipnya Pemerintah Daerah Kabupaten Nias
telah memahami apa yang menjadi tujuan dan maksud penyelenggaraan PATEN

Universitas Sumatera Utara

serta apa – apa saja yang diharapkan dari peraturan menteri tersebut. Berikut
petikan wawancara :
“.. Ya kan ada 3 (tiga) syarat yaitu substantif, administratif,
dan teknis. Kemudian ada Kepmendagri Nomor 138-270 Tahun 2010 tentang
petunjuk teknis, itu semua bagi kita sudah sangat jelas...”

Selain ketiga syarat utama penyelenggaraan PATEN
tersebut, di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 138-270 Tahun 2010 telah ditentukan
bagaimana penyelenggaraan PATEN mulai dari Pembentukan Tim Teknis
PATEN, Pejabat Penyelenggara, Pembiayaan dan Penerimaan, serta Pembinaan
dan Pengawasan. Selanjutnya di dalam Permendagri tersebut, ditentukan bahwa
seluruh kecamatan

ditetapkan sebagai penyelenggara PATEN selambat –

lambatnya 5 (lima) Tahun sejak ditetapkannya peraturan menteri tersebut sebagai
upaya dalam mempercepat penyelenggaraan PATEN.