Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Daerah Di Provinsi Jawa Tengah 2012 -2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Landasan Teori
Menurut Mardiasmo (2002), anggaran merupakan pernyataan mengenai
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan
dalam ukuran secara finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau
metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Adapun pengertian anggaran
publik adalah rencana kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatan dan belanja
dalam satuan moneter.
1.1.1

Otonomi Daerah

Pembangunan ekonomi nasional selama pemerintahan Orde Baru yang lebih
terfokus pada pertumbuhan ternyata tidak membuat banyak daerah-daerah ditanah
air berkembang dengan baik. Proses pembangunan dan peningkatankemakmuran
sebagai hasil dan pada pembangunan selama masa itu lebihterkonsentrasi di pusat
(Jawa). Pada tingkat nasional memang laju pertumbuhanekonomi rata-rata per
tahun cukup tinggi dan tingkat pendapatan per kapita naikterus setiap tahun
(hingga krisis terjadi).

Masalah ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan antaralain
karena

selama

danmengontrol

pemerintah
hampir

Orde

semua

Baru,

pemerintah

sumber-sumber


pusat

pendapatan

menguasai

daerah

yang

ditetapkansebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dan hasil SDA sektor-

Universitas Sumatera Utara

sektorpertambangan,

perkebunan,

kehutanan


dan

perikanan

/

kelautan.

Akibatnya,selama itu daerah-daerah yang kaya SDA tidak dapat menikmati
hasilnya secaralayak juga pinjaman dan bantuan luar negeri, PMA, dan tata niaga
di dalam negeridiatur sepenuhnya oleh pemerintah pusat sehingga hasil yang
diterima daerahlebih rendah dan pada potensi ekonominya.Hubungan keuangan
pusat dan daerah yang berlaku sejak pemerintah Orde Baru hingga
diberlakukannya Otonomi Daerah (OD) menyebabkan relatif kecilnyaperanan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di dalam struktur Anggaran Pendapatandan
Belanja Daerah (APBD). Dengan kata lain peranan kontribusi penerimaanyang
berasal dari pemerintah pusat dalam bentuk bagi hasil pajak dan bukanpajak,
sumbangan

dan


bantuan

mendominasi

konfigurasi

APBD.

Sumber-

sumberpenerimaan yang relatif besar pada umumnya dikelola oleh pemerintah
daerah.
2.1.2 Konsep Anggaran Pemerintah
Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 23, pendapatan
daerahmeliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah,
yangmenambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahunanggaran
dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerahdapat
dikelompokkan antara lain sebagai berikut.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari sebagai berikut ini.

A. Pajak daerah,
B. Retribusi daerah,

Universitas Sumatera Utara

C. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang
mencakup sebagai berikut.
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaanmilik
daerah/BUMD,
2.

Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah / BUMN,

3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
swasta atau kelompok usaha masyarakat.
a. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk
menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk
dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah dirinci menurut objek
pendapatan yang mencakup.
1. Hasil

penjualan

kekayaan

daerah

yang

tidak

dipisahkan,
2. Jasa giro,
3. Pendapatan bunga,
4. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,
5. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau

jasa oleh daerah,

Universitas Sumatera Utara

6. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing,
7. Pendapatan

denda

atas

keterlambatan

pelaksanaan

pekerjaan,
8. Pendapatan denda pajak,
9. Pendapatan denda retribusi,
10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan.

2. Dana Perimbangan.
Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 27, dana perimbangan
dibagi menjadi.
A. Dana Bagi Hasil (DBH), terdiri dari sebagai berikut.
1. Bagi hasil pajak, dan
2.

Bagi hasil bukan pajak.

B. Dana Alokasi Umum (DAU), dan
C. Dana Alokasi Khusus (DAK)
3. Lain-lain pendapatan daerah yang mencakup.
A. Hibah, yaitu penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah
negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional,
pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, balk
dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa,
termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar
kembali,

Universitas Sumatera Utara


B. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan
korban/kerusakan akibat bencana alam,
C. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota,
D. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan
oleh pemerintah, dan
E. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah
lainnya.
Pada akhirnya pemerintah akan melakukan transfer dana. Transfer dana
iniberupa

dana

perimbangan.

Dana

perimbangan

adalah


pengeluaran

alokatifanggaran pemerintah pusat untuk pemerintah daerah yang ditujukan
untukkeperluan pemerintah daerah (www.ksap.org). Kuncoro (2007) juga
menyebutkanbahwa PAD hanya mampu membiayai belanja pemerintah daerah
paling tinggisebesar 20%. Kemandirian bagi daerah belum sepenuhnya terlaksana,
karenamereka masih menggantungkan dengan adanya aliran dana dari pemerintah
pusat,khususnya DAU. Dana Perimbangan ini terdapat berbagai macam, yaitu
DAU(Dana Alokasi Umum), DAK (Dana Alokasi Khusus), dan DBH (Dana
BagiHasil). Dana perimbangan tersebut diperuntukkan untuk: (i) menjamin
terciptanyaperimbangan secara vertikal di bidang keuangan antar tingkat
pemerintahan; (ii)menjamin terciptanya perimbangan horizontal di bidang
keuangan

antarpemerintah

di

tingkat


yang

sama;

(iii) dan menjamin

terselenggaranya kegiatankegiatan tertentu di daerah yang sejalan dengan
kepentingan nasional. Dana yangbiasanya ditransfer dari pemerintah pusat adalah
DAU. Pada kenyataannyaproporsi DAU terhadap penerimaan daerah masih yang

Universitas Sumatera Utara

tertinggi dibandingkandengan penerimaan daerah yang lain, termasuk PAD
(Pendapatan Asli Daerah).
Berkaitan

dengan

hal

itu,

strategi

alokasi

belanja

daerah

memainkanperanan yang tidak kalah penting guna meningkatkan penerimaan
daerah. Dalamupaya untuk meningkatkan kontribusi publik terhadap penerimaan
daerah, alokasibelanja modal hendaknya lebih ditingkatkan. Belanja Modal yang
dilakukan olehpemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor
pendidikan,kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat
daripembangunan daerah. Oleh karena itu, anggaran belanja daerah akan tidak
logisjika proporsi anggarannya lebih banyak untuk belanja rutin (Abimanyu,
2005).Semakin banyak pendapatan yang dihasilkan oleh daerah, baik dari DAU
maupunpendapatan asli daerah sendiri, daerah akan mampu memenuhi dan
membiayaisemua keperluan yang diharapkan oleh masyarakat.

2.1.3

Belanja Daerah
Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode

tahunbersangkutan yang mengurangi kekayaan pemerintah daerah. Dalam
strukturanggaran daerah dengan pendekatan kinerja, pengeluaran daerah dirinci
menurutorganisasi, fungsi, kelompok dan jenis belanja.Belanja daerah menurut
organisasi adalah suatu kesatuan penggunaanseperti sekretariat daerah, dinas
daerah, dan lembaga teknis daerah lainnya.Fungsi belanja misalnya pendidikan,
kesehatan dan fungsi-fungsi lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Kelompok belanja misalnya belanja administrasi umum, belanja operasi
dan biayapemeliharaan serta belanja investasi. Jenis belanja misalnya belanja
pegawai,belanja barang, belanja perjalanan dinas, dan belanja lain-lain.Belanja
daerah dibagi menjadi belanja rutin, belanja investasi, pengeluarantransfer dan
pengeluaran tidak tersangka.

1. Belanja Rutin
Belanja rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun
anggaran dan tidak menambah aset kekayaan bagi daerah, belanja rutin
terdiridan:
Belanja administrasi umum:
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
e. Belanja operasi dan pemeliharaan saran dan prasarana umum
2. Belanja Investasi
Belanja investasi adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung
melebihisatu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah, danselanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya
operasional danpemeliharaannya. Belanja investasi terdiri dari:
a. Belanja Publik: belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara
langsungoleh masyarakat. Belanja publik merupakan belanja modal

Universitas Sumatera Utara

yang berupainvestasi fisik yang mempunyai nilai ekonomis lebih dan
satu tahun danmengakibatkan terjadinya penambahan aset daerah.
b.

Belanja

Aparatur

:

belanja

yang

manfaatnya

tidak

secara

langsungdinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan langsung oleh
aparatur.Belanja aparatur diperkirakan akan memberikan manfaat pada
periodeberjalan dan periode yang akan datang.
3. Pengeluaran Transfer
Pengeluaran transfer adalah pengalihan utang pemerintah daerah
dengankriteria:
a. Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti
layakterjadi dalam pembelian dan penjualan.
b. Tidak mengharapkan dibayar kembali di masa yang akan datang,
sepertiyang diharapkan pada suatu pinjaman.
c. Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan, seperti layaknya
yangdiharapkan pada kegiatan investasi.
Pengeluaran transfer terdiri atas angsuran pinjaman, dana bantuan dan
danacadangan.
4. Pengeluaran Tidak Tersangka
Pengeluaran tidak tersangka adalah pengeluaran yang disediakan
untukpembiayaan:
a. Kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang
dapatmembahayakan daerah.

Universitas Sumatera Utara

b. Tagihan tahun lain yang belum diselesaikan dan / atau yang tidak
tersediaanggarannya pada tahun lalu yang bersangkutan.
c. Pengembalian penerimaan yang bukan haknya atau penerimaan
yangdibebaskan (dibatalkan) dan / atau kelebihan penerimaan.

2.1.4

Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 25 tahun 1999, PAD merupakan semua penerimaan

daerah yang berasal dari potensi sumber daya yang ada di daerah. Sumber-sumber
PAD meliputi hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah
yang berasal dari pajak. Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang
berasal dari retribusi daerah. Jenis pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan
retribusi daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, dirinci menjadi sebagai berikut.
a. Pajak Provinsi, yang terdiri atas hal-hal berikut ini.
• Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
• Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) dan kendaraan di atas air.
• Pajak bahan bakar kendaran bermotor.
• Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
b. Pajak Kabupaten/ kota, yang terdiri atas sebagai berikut.
• Pajak Hotel.
• Pajak Restoran.

Universitas Sumatera Utara

• Pajak Hiburan.
• Pajak Reklame.
• Pajak penerangan Jalan.
• Pajak pengambilan Bahan Galian Golongan C.
• Pajak Parkir.
c. Retribusi, yang terdiri atas sebagai berikut.
• Retribusi Jasa Umum.
• Retribusi Jasa Usaha.
• Retribusi Perijinan Tertentu.

Menurut UU No. 32 tahun 2004, PAD adalah pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali
pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.

2.1.5

Dana Alokasi Umum

Menurut UU No. 33 tahun 2004, DAU adalah dana yang bersumber dari APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU
diberikan pemerintah pusat untuk membiayai kekurangan dari pemerintah daerah
dalam memanfaatkan PAD-nya. DAU bersifat “Block Grant” yang berarti
penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah.
DAU sebagai salah satu bagian dari dana perimbangan yang ditujukan
untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar Pemda. Menurut Mardiasmo
(2002:142) mengidentifikasi beberapa tujuan pemerintah pusat memberikan dana
bantuan dalam bentuk DAU kepada pemerintah daerah yaitu:
1. Untuk mendorong terciptanya keadilan antar wilayah
2. Untuk meningkatkan akuntabilitas
3. Untuk meningkatkan sistem pajak yang progresif
4. Untuk meningkatkan keberterimaan pajak daerah
DAU merupakan salah satu alat bagi pemerintah pusat sebagai alat
pemerataan pembangunan di Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi
ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat
dan daerah telah diatasi dengan adanya perimbangan tersebut, khususnya dari
DAU akan memberikan kepastian bagi daerah dalam memperoleh sumber-sumber
pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung
jawabnya.
Menurut UU No. 25 Tahun 1999, alokasi DAU ke suatu daerah ditetapkan
berdasarkan dua faktor, yaitu potensi perekonomian dan kebutuhan daerah.
Kebutuhan daerah (fiscal need) dicerminkan oleh jumlah penduduk, luas wilayah,
keadaan geografis, dan tingkat pendapatan masyarakat. Potensi perekonomian
antara lain dicerminkan oleh potensi penerimaan pemerintah daerah (fiscal
capacity), seperti dari hasil industri dan sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan PDRB.

Universitas Sumatera Utara

Hal tersebut diatas sesuai dengan prinsip fiscal gap yang dirumuskan oleh
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan yang sejalan/
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu
daerah ditentukan dengan menggunakan pendekatan konsep fiscal gap dimana
kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan oleh kebutuhan daerah (fiscal needs) dan
potensi daerah (fiscal capacity). Dengan pengertian lain, DAU digunakan untuk
menutup celah/gap yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi
penerimaan daerah yang ada. Berdasarkan konsep fiscal gap tersebut distribusi
DAU kepada daerah-daerah yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih
kecil akan memperoleh DAU yang relatif besar. Dengan konsep ini beberapa
daerah, khususnya daerah yang kaya sumber daya alam dapat memperoleh DAU
yang negatif.
Adapun cara menghitung DAU menurut ketentuan adalah sebagai berikut:
a. Dana Alokasi umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25% dari
penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.
b. Dana Alokasi umum (DAU) untuk daerah propinsi dan untuk daerah
kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari dana
alokasi umum sebagaimana ditetapkan diatas.
c. Dana Alokasi umum (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu
ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk
daerah/kabupaten yang ditetapkan APBN dengan porsi daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

d. Porsi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud di atas merupakan
proporsi bobot daerah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. (Prakosa,
2004)
DAU ditetapkan minimal 25% dari penerimaan Dalam Negeri. 10% untuk
DAU daerah provinsi, 90% untuk DAU daerah kabupaten/kota.

DAU Provinsi = jml DAU seluruh provinsi x bobot daerah provinsi yang bersangkutan
bobot seluruh daerah provinsi
DAU Kab/Kota = jml DAU seluruh kab/kota x bobot daerah kab/kota yang bersangkutan
bobot seluruh daerah kab/kota

Berdasarkan Undang-undang No.33 tahun 2004 pengalokasian DAU
ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang
merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal
capacity). Apabila suatu daerah memiliki potensi fiscal dan pertumbuhan ekonomi
yang besar tetapi kebutuhan fiscal kecil maka akan memperoleh alokasi DAU
yang relative kecil. Sebaliknya untuk daerah yang potensi fiskalnya kecil dan
pertumbuhan ekonomi yang kecil sedangkan kebutuhan fiskalnya besar maka
akan memperoleh alokasi DAU yang relative besar.
Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota
ditetapkan

sesuai

dengan

imbangan

kewenangan

antara

provinsi

dan

kabupaten/kota.

2.1.6

Dana Alokasi Khusus

Universitas Sumatera Utara

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN, yang
dialokasikan

kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus.

Pengalokasian DAK memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN, yang berarti
bahwa besaran DAK tidak dapat dipastikan setiap tahunnya. DAK diberikan
kepada daerah apabila daerah menghadapi masalah-masalah khusus. Kebutuhan
khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum,
dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Menurut
Hairul dan Aswadi dalam Halim (2001) tujuan dari penggunaan DAK dapat
diarahkan pada untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
merupakan salah satu isu nasional yang perlu dituntaskan. Hal ini dikarenakan
besarnya tingkat kemiskinan yang ada di daerah.
Dua peraturan perundangan tentang desentralisasi dan otonomi daerah,
yaitu UU No.32 Tahun 2004 dan UU No.33 Tahun 2004saat ini menjadi dasar
bagi penerapan struktur politik dan administrasi pemerintahan, khususnya
keuangan (fiskal) di Indonesia. UU No. 32 Tahun 2004 mengatur pelimpahan
penyelenggaraan sebagian besar urusan pemerintahan menjadi kewenangan
daerah, sementara UU No.33/2004 menata kebijakan perimbangan keuangan
sebagai konsekuensi atas pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah didanai dari dan atas beban APBD. Namun, di
lain sisi kemampuan asli sebagian besar daerah yang tercermin dalam Pendapatan
Asli Daerah (PAD) hanya mampu mengumpulkan tidak lebih dari 15% nilai
APBD. Oleh karena itu, kekurangannya harus dibantu oleh Pemerintah Pusat

Universitas Sumatera Utara

melalui mekanisme dana perimbangan yang terdiri dari DBH, DAU, dan DAK
yang satu sama lain saling mengisi dan melengkapi. Kajian berikut akan
mendeskripsikan bagaimana penganggaran, penyaluran, pemanfaatan, dan
pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus.
Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan
Keuangan Daerah, yang menyebutkan bahwa:

“Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber
daripendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untukmembantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuaidengan prioritas nasional.”

Berdasarkan ketentuan Pasal 162 Ayat (4) UU Nomor 32 Tahun 2004
yang mengamanatkan agar DAK ini diatur lebih lanjut dalam bentuk PP,
Pemerintah telah mengeluarkan PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan.
Pelaksanaan

DAK

sendiri

diarahkan

pada

kegiatan

investasi

pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan/atau perbaikan sarana dan prasarana
fisik pelayanan masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk
pengadaan sarana fisik penunjangan dan tidak termasuk penyertaan modal.
Untuk menyatakan komitmen dan tanggung jawabnya, daerah penerima
wajib mengalokasikan dana pendamping dalam APBD-nya sebesar minimal 10%
dari jumlah DAK yang diterimanya. Untuk daerah dengan kemampuan fiskal

Universitas Sumatera Utara

tertentu tidak diwajibkan menyediakan dana pendamping yakni daerah yang
selisih antara Penerimaan Umum APBD dan belanja pegawainya sama dengan nol
atau negatif.4 Namun, dalam pelaksanaannyatidak ada daerah penerima DAK
yang mempunyai selisih antara Penerimaan Umum APBD dan belanja
pegawainya sama dengan nol atau negatif.
Unsur-unsur DAK dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN;
2. Dialokasikan kepada daerah tertentu;
3. Digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah;
4. Kegiatan khusus yang didanai dengan DAK harus sesuai dengan
prioritas nasional / fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN;
5. DAK ditentukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau diusulkan oleh daerah
tertentu;
6. DAK diperuntukan guna membiayai kegiatan fisik pelayanan
masyarakat tertentu.
Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundangundangan yang mengatur otonomi khusus dan karakteristik daerah. Untuk
perhitungan alokasi DAK, kriteria khusus yang digunakan yaitu:

a) Seluruh daerah kabupaten/kota di Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat,
dan daerah tertinggal/terpencil.

Universitas Sumatera Utara

b) Karakteristik daerah yang meliputi: daerah pesisir dan pulau-pulau
kecil,

daerah

perbatasan

dengan

negara

lain,

daerah

rawan

banjir/longsor, daerah yang masuk dalam kategori ketahanan pangan,
dan daerah pariwisata. Dari hal ini, seluruh daerah kabupaten/kota di
Provinsi

Papua,

Papua

Barat,

dan

daerah

tertinggal/terpencil

diprioritaskan untuk mendapatkan alokasi DAK.

2.1.7

Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No.33
Tahun 2004,Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah daerah). DBH yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah terdiri dari dua (2) jenis, yaitu DBH pajak dan DBH Sumber Daya Alam
(SDA). Pola bagi hasil penerimaan tersebut dilakukan dengan presentase tertentu
yang didasarkan atas daerah penghasil.
Penerimaan DBH pajak bersumber dari:
1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
3) Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri (PPh WPOPDN) dan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21).

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan

penerimaan

DBH

SDA

bersumber

dari:

Kehutanan,

Pertambangan Umum, Perikanan, Pertambangan Minyak Bumi, Pertambangan
Gas Bumi, dan Pertambangan Panas Bumi.
Pada umumnya setiap daerah memiliki sektor unggulan sendiri-sendiri
dalam hal keuangan dan hal ini sangat bergantung pada pemerintah daerah itu
sendiri dalam menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada. Demikian
halnya dalam sistem DBH yang bersumber dari pajak dan SDA. Mekanisme bagi
hasil SDA dan pajak bertujuan untuk mengurangi ketimpangan vertikal pusatdaerah. Namun, pola bagi hasil tersebut dapat berpotensi mempertajam
ketimpangan horisontal yang dialami antara daerah penghasil dan non penghasil.
horisontal tersebut disebabkan karena dalam kenyataannya karakteristik daerah di
Indonesia sangat beraneka ragam.
Ada daerah yang dianugerahi kekayaan alam yang sangat melimpah
seperti di Riau,Aceh, Kalimantan Timur dan Papua yang berupa minyak bumi dan
gas alam (migas), pertambangan, dan kehutanan. Ada juga daerah yang
sebenarnya tidak memiliki kekayaan alam yang besar namun karena struktur
perekonomian mereka telah tertata dengan baik maka potensi pajak dapat
dioptimalkan sehingga daerah tersebut menjadi kaya. (Astuti dan Joko, 2005)
menyatakan bahwa potensi penerimaan daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan,
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Pajak Penghasilan dimana
potensi yang cukup signifikan hanya dimiliki oleh beberapa daerah saja
Berdasarkan Undang-Undang PPh yang baru (UU Nomor 17 Tahun 2000), mulai
tahun anggaran 2001 Daerah memperoleh bagi hasil dari Pajak Penghasilan (PPh)

Universitas Sumatera Utara

orang pribadi (personal income tax), yaitu PPh Pasal 21 serta PPh Pasal 25/29
Orang Pribadi.Ditetapkannya PPh Perorangan sebagai objek bagi hasil
dimaksudkan sebagai kompensasi dan penyelaras bagi daerah-daerah yang tidak
memiliki SDA tetapi memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan negara
(APBN). Volume perolehan pajak di daerah berasosiasi kuat dengan besarnya
tingkat pendapatan sebagai basis pajak. Dengan demikian, daerah dengan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi cenderung akan memperoleh DBH pajak yang lebih
tinggi pula.DBH merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan
merupakansalah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana
pembangunan danmemenuhi belanja daerah yang bukan berasal dari Pendapatan
Asli Daerah selain Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan hasil reduplikasi penelitian terdahulu, yang
mungkin dengan variabel penelitian yang sama tetapi dengan skala waktu dan
tempat penelitian yang berbeda.
Halim (2004) meneliti Pengaruh Dana Alokasi Umum dan belanja langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi Bali). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara terpisah, Dana Alokasi Umum dan belanja langsung Pendapatan Asli
Daerah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi .
Sulistiawan (2005) meneliti Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan
Asli Daerah terhadap Belanja Pemerintah dan menemukan bahwa Dana Alokasi

Universitas Sumatera Utara

Umum dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Belanja
Daerah.
Maulida (2007) meneliti pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan
Asli Daerah terhadap prediksi Belanja Daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah secara terpisah dan
serentak berpengaruh terhadap prediksi Belanja Daerah.
Secara ringkas, hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu dapat
disajikan dalam Tabel 2.1 berikut :

Variabelyang
No
Peneliti
1. Halim(2004)

JudulPenelitan
PengaruhDana
Alokasi Umum dan

2.

Prakosa (2004)

digunakan
- DanaAlokasi
Umum

AlokasiUmum

PendapatanAsli

- Pendapatan

Daerahterhadap

AsliDaerah

BelanjaPemerintah
PengaruhDana

Hasil
Bahwa
Dana

danPendapatan
Asli

-Belanja Daerah
- DanaAlokasi Dana

Daerahbe
Alokasi

Alokasi Umum dan Umum(DAU)

Umum

PendapatanAsli

- Pendapatan

PendapatanAsli

Daerah

AsliDaerah

Daerah

(PAD)

berpengaruh

Prediksi

terhadap
Belanja

dan

Universitas Sumatera Utara

3.

Sulistiawan

Pengaruh

(2005)

4.

Dana
DanaAlo

6.

m,

Umum,

PendapatanAsli

Pendapatan

Pendapatan

Daerah

Maimunah

AsliDaer AsliDaerah,
Flypaper Effect Pada -Dana Alokasi

berpengaruh
Besarnyanilai

(2006)

Dana Alokasi Umum Umum

Dana

Maulida (2007)

Bawono (2008)

Sari (2009)

Alokasi

-Pendapatan

Umum dan

Pendapatan Asli

Asli Daerah

Pendapatan Asli

Daerah Terhadap
Pengaruh Dana

-Belanja Daerah Daerah
- Dana Alokasi Bahwa Dana

Alokasi Umum dan

Umum

Alokasi Umum

Pendapatan Asli

- Pendapatan

dan Pendapatan

Daerah terhadap

Asli Daerah

Asli

Prediksi Belanja
Pengaruh Dana

-Belanja Daerah secara terpish
- Dana Alokasi Bahwa

Alokasi Umum dan

Umum

Pendapatan Asli

Pendapatan

- Pendapatan

Daerah dan

Asli Daerah

Dana

Belanja Pemerintah
Pengaruh Dana

- Belanja
-Dana Alokasi

Umum baik
Dana Alokasi

Alokasi

Umum

Umum

Umum dan

(DAU)

Dan

-Pendapatan

Pendapatan Asli

Asli Daerah

Daerah secara

-Belanja

simultan

Daerah

7.

Alokasi

kasiUmum,

dan

5.

DanaAlokasiUmu

Pendapatan
Daerah

Asli
terhadap

Asli
(PAD)

Daerah

Alokasi

Universitas Sumatera Utara

8.

Rahmawati

Pengaruh Pendapatan -Pendapatan

(2010)

9.

10

Alokasi

Asli

Asli Daerah

Umum dan

Daerah,

Dana

(PAD),

Pendapatan Asli

Alokasi

Umum,

-Dana Alokasi

Daerah

Umum (DAU),
-Dana Alokasi

mempunyai
Bahwa terdapat

Alokasi Umum, dan

Umum

pengaruhyang

Pendapatan Asli

-Pendapatan

signifikan

Daerah

Asli Daerah

antaraDana

terhadap alokasi
Setiawan (2010) Pengaruh Dana

Ginting (2013)

Dana

terhadap

Belanja Daerah
Pengaruh Dana

-Belanja Daerah Alokasi Umum
- Dana Alokasi Secara simultan

Alokasi Umum, Dana Umum

DAU, DAK,

Alokasi Khusus dan - Dana Alokasi

LLPDYS

Pendapatan Asli

berpengaruh

Daerah terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi dengan
Desentralisasi Fiskal
sebagai Variable
Moderating di

Khusus

- Pendapatan Asli signifikan terhadap
Daerah

Pertumbuhan

- Desentralisasi
Fiskal

Desentralisasi

- Pertumbuhan
ekonomi

Ekonomi.

Fiskal bukan
merupakan

2.3 Kerangka Konseptual
Pendapatan Asli Daerah
(X1)

H1

Universitas Sumatera Utara

Dana Alokasi Umum

H2

(X2)
Belanja Daerah
(Y)
Dana Alokasi Khusus

H3
(X3)

Dana Bagi Hasil

H4
(X4)

H5
Dari semua penjelasan tinjauan teoritis penelitian menyusun kerangka
konseptual seperti gambar di atas. Kerangka konseptual adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting
yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan
menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel
bebas dan variabel terikat.
Kerangka Konseptual di atas menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara semua variabel bebas dengan variabel terikat baik secara
simultan maupun secara parsial.

2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah digambarkan dan diuraikan
diatas maka hipotesis penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

 Hipotesis 1 (H1)

: Pendapatan Asli Daerah berpengaruh

positif terhadap Belanja Daerah.
 Hipotesis 2 (H2)

: Dana Alokasi Umum berpengaruh positif

terhadap Belanja Daerah.
 Hipotesis 3 (H3)

: Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif

terhadap Belanja Daerah.
 Hipotesis 4 (H4)

: Dana Bagi Hasil berpengaruh positif

terhadap Belanja Daerah.
 Hipotesis 5 (H5)

: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi

Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil berpengaruh
terhadap Belanja Daerah.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah di Provinsi Aceh

1 50 99

The influence of original local government revenues, general allocation funds and special allocation funds to local government expenditures

0 12 99

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Pegawai (Studi Emipis Terhadap Kabupaten/Kota Di Provinsi J

0 2 18

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASILTERHADAP Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Pegawai (Studi Emipis Terhadap Kabupaten/Kota

0 4 15

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengaloka

0 3 22

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah (Tahun 2012)

0 3 12

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah (Tahun 2012)

0 2 14

DANA ALOKASI UMUM, DANA BAGI HASIL, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI BALI.

0 0 17