Uji Efikasi Herbisida Pratumbuh untuk Pengendalian Gulma Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) | Brian Wijaya, Prapto Yudono, Rohlan Rogomulyo | Vegetalika 1350 2492 1 PB

Uji Efikasi Herbisida Pratumbuh untuk Pengendalian Gulma Pertanaman
Tebu (Saccharum officinarum L.)
Efficacy Trial of Pre Emergence Herbicides to Control Weeds in Sugarcane
(Saccharum officinarum L.) Plantation
Rizky Brian Wijaya1, Prapto Yudono2, Rohlan Rogomulyo2

ABSTRACT
The research entitled Efficacy Trial of Pre Emergence Herbicides to
Control Weeds in Sugar Cane (Saccharum officinarum L.) Plantation was
conducted at the experimental field in The Research & Development Department
of PT Gula Putih Mataram, Lampung Tengah from December 2011 to March
2012. The experimental used Random Complete Block Design (RCBD) with three
blocks which were consisted of 9 plots of pre emergence herbicide’ treatment and
1 plot of control. Those of pre emergence herbicides treatments were Diuron, 2,4D and Ametrin as variable rates.
The results showed, from all plots in the experiment of pre emergence
herbicide’ treatments, the efficacy of Diuron 2 kg/ha, 2,5 kg/ha, and 3,5 kg/ha
suppressed weed of Dactyloctenium aegyptium, Boreria alata, Cynodon dactylon
and Cleome rutidospermae till 8 Weeks After Application. Pre emergence
herbicides applied on all plots did not show any negative effect on the growth of
sugarcane shoots. Diuron mixed with 2,4-D at rate of 2.5 kg/ha + 1.5 l/ha showed
an increase in population of stem and tillers of sugarcane.

Key words : efficacy, diuron, 2,4-D, ametrin, pre emergence
INTISARI
Penelitian yang berjudul uji efikasi herbisida pratumbuh untuk
pengendalian gulma pada pertanaman tebu (Saccharum officinarum L.) telah
dilaksanakan di kebun percobaan Departemen Research & Development PT
Gula Putih Mataram, Lampung Tengah pada bulan Desember 2011 sampai
dengan Maret 2012. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan
acak kelompok lengkap terdiri dari tiga blok yang masing-masing bloknya terdiri
dari 9 perlakuan dan 1 kontrol. Perlakuan diterapkan adalah kombinasi dosis dan
jenis herbisida pratumbuh diantaranya Diuron, Ametrin dan 2,4-D.
Hasil penelitian menunjukkan dari seluruh petak perlakuan herbisida
pratumbuh, efikasi perlakuan Diuron 2 kg/ha, 2,5 kg/ha, dan 3,5 kg/ha mampu
menekan pertumbuhan gulma utama yaitu Dactyloctenium aegyptium, Boreria
alata, Cynodon dactylon dan Cleome rutidospermae dengan lebih baik sampai
dengan 8 Minggu Setelah Aplikasi. Aplikasi herbisida pra tumbuh tidak
menunjukkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tunas tebu. Perlakuan
kombinasi herbisida Diuron + 2,4-D dengan dosis 2,5 kg/ha + 1,5 l/ha
menunjukkan peningkatan populasi induk dan anakan tebu.
Kata kunci : efikasi, diuron, 2,4-D, herbisida pratumbuh
1 Alumni

2

Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Fakultas Pertanian Gadjah Mada, Yogyakarta

PENDAHULUAN
Salah satu daerah pengembangan tebu lahan kering adalah Lampung.
Masalah utama yang dihadapi pada budidaya tebu lahan kering adalah gulma.
Gulma tidak dikehendaki karena mengadakan persaingan dengan tanaman
pokok berupa: berkompetisi dengan tanaman dalam hal memperebutkan unsur
hara; kelembaban; cahaya; CO2; dan ruang tumbuh; serta gulma mengeluarkan
senyawa allelokimia, lalu biaya pengendalian gulma merupakan bagian terbesar
dari biaya produksi. Agar tumbuh dengan baik, tebu memerlukan masa bebas
dari persaingan dengan gulma antara 2-3 bulan setelah tanam (Kropff, 1988 cit.
Sembodo et al., 1996). Selepas masa kritis tersebut, tebu telah mampu bersaing
dengan gulma.
Gulma berkompetisi sepanjang siklus hidup tanaman pokok tetapi
keberadaan gulma lebih sensitif pada periode siklus hidup tertentu yang
diketahui sebagai periode kritis kompetisi dengan tanaman. Selama periode
tersebut, gulma menyebabkan kehilangan hasil tanaman. Periode kritis kompetisi

gulma pada tanaman tebu terjadi pada kisaran 27-50 hari setelah tanam
(Srivastava et al., 2003). Kompetisi gulma pada 3, 6, dan 9 minggu setelah
tanam menurunkan hasil tanaman tebu berturut-turut sebesar 77,6 %, 50,6 %,
dan 41,7 % (Zimdahl, 1980).
Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Lampung, tepatnya di PT Gula
Putih

Mataram.

Terdapat

beberapa

gulma

yang

paling

diperhatikan


pertumbuhannya di perkebunan tebu di PT Gula Putih Mataram, Lampung yaitu
Gulma berdaun lebar yaitu Boreria alata; Cleome rutidospermae; Ricardia
brasiliensis, yang termasuk dalam golongan gulma daun sempit yaitu
Dactyloctenium aegyptium; Digitaria sp.; dan Brachiaria sp. Pengendalian harus
dilakukan secara intensif agar didapatkan penekanan pertumbuhan gulma-gulma
utama tersebut dengan baik. Pengendalian lebih banyak dilakukan secara
kimiawi menggunakan herbisida, karena area lahan perkebunan yang cukup luas
sehingga terjadi efisiensi biaya produksi.
Hal yang mendasari dalam penelitian ini adalah di perkebunan tebu muda
mengalami banyak kendala, khususnya menghindari dalam persaingan yang
tinggi dengan gulma paling tidak sampai umur tebu 4 bulan; penelitian ini
merupakan hal yang belum pernah dilakukan, jenis aplikasi perpaduan herbisida

ini akan menjadi tolak ukur bagi penggunaan herbisida pratumbuh di perkebunan
tebu; penggunaan herbisida post-emergence tidak menjadi pilihan dalam
mengendalikan gulma di perkebunan tebu karena tingkat efektivitas yang rendah
dikarenakan tajuk tanaman yang tinggi dan menutupi kanopi tanah sehingga
kesulitan dalam aplikasi dan dikhawatirkan herbisida akan mematikan tanaman
tebu.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efikasi herbisida
pratumbuh dalam mengendalikan gulma pada pertanaman tebu, mengetahui
pengaruh aplikasi herbisida pratumbuh terhadap pertumbuhan tanaman tebu,
dan mengetahui jenis dan dosis herbisida yang baik dalam menekan
pertumbuhan gulma pada periode kritis pertanaman tebu.
BAHAN DAN METODE
Bahan yang diperlukan adalah stek tebu varietas TC 90, herbisida pra
tumbuh yaitu Diuron 80 WP, 2,4-D, dan Ametrin 500 EC dan pupuk anorganik
berupa TSP dan ZA. Sedangkan alat yang digunakan antara lain drum volume
200 liter, ember, patok dari bambu, papan dari seng, tali raffia, meteran, plastik,
kertas pembungkus, alat tulis, oven, gelas ukur, timbangan digital, bambu yang
dibentuk persegi berukuran 1m x 1m dan 3 buah knapsack sprayer 400 l/Ha.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode Rancangan
Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri dari 3 blok dimana setiap blok
memiliki 9 petak perlakuan herbisida dan 1 kontrol. Perlakuan pada percobaan
terdiri dari berbagi jenis dan dosis herbisida pra tumbuh yaitu P1 (Diuron 2
kg/ha), P2 (Diuron 2,5 kg/ha), P3 (Diuron 3,5 kg/ha), P4 (2,4-D 1 l/ha), P5 (2,4-D
1,5 l/ha), P6 (2,4-D 2 l/ha), P7 (Diuron + 2,4-D 2,5 kg/ha + 1,5 l/ha), P8 (Ametrin
2,5 l/ha), P9 (Ametrin 2,5 l/Ha + 2,4-D 1,5 l/Ha) dan P0 (kontrol atau tanpa
pemberian herbisida pra tumbuh).

Parameter yang diamati meliputi pengamatan gulma, dan pengamatan
tanaman tebu. Pengamatan gulma meliputi Summed dominance ratio (SDR),
kerapatan gulma, penekanan gulma, dan bobot kering gulma total. Pengamatan
tanaman tebu meliputi tinggi tanaman, tinggi batang, populasi induk tebu,
populasi anakan tebu dan fitotoksitas tanaman tebu.
Pengamatan dimulai sejak 2 MSA (Minggu Setelah Aplikasi) sampai
dengan 12 MSA (Minggu Setelah Aplikasi). Pengamatan gulma, antara lain

analisis vegetasi, kerapatan gulma, penekanan gulma, dan bobot kering gulma
total diamati dari 2 MSA sampai dengan 8 MSA. Sedangkan pengamatan
tanaman tebu yang meliputi, tinggi tanaman diamati dari 4 MSA sampai dengan
12 MSA. Tinggi batang tebu diamati dari 8 MSA sampai dengan 12 MSA.
Populasi induk dan anakan tebu diamati dari 4 MSA sampai dengan 8 MSA.
Pengamatan analisis vegetasi digunakan analisis vegetasi metode kuadrat
dengan ukuran 1m x 1m. Variabel yang diamati adalah kerapatan gulma, jumlah
gulma, dan bobot kering gulma.
Analisis data yang digunakan adalah analisis varian dan dilanjutkan
dengan Uji DMRT apabila terdapat beda nyata antar perlakuan dengan tingkat
kepercayaan 95 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bedasarkan

hasil

pengamatan

pada

analisis

vegetasi

gulma,

mendapatkan dominansi gulma yang tumbuh pada semua petak percobaan dari
2 MSA sampai dengan 8 MSA. Dominansi gulma yang paling banyak dan cepat
tumbuh di lahan yaitu Dactyloctenium aegyptium. Dominansi gulma jenis ini
disebabkan oleh pertanaman tebu yang masih muda sehingga belum terjadinya
kanopi mengakibatkan pertumbuhan Dactyloctenium aegyptium menjadi cepat
dan banyak dalam waktu singkat. Selain itu, pertumbuhan gulma ini menjadi tidak

terkendali di petak tebu yang diaplikasikan herbisida pra tumbuh mengalami
resistensi. Selama pengamatan dari 2 MSA sampai dengan 8 MSA perlakuan P3
(Diuron 3,5 kg/ha) dan P7 (Kombinasi Diruon + 2,4-D 2,5 kg/ha dan 1,5 l/ha)
memberikan penekanan yang baik pada pertumbuhan gulma.
Pada pengamatan penekanan gulma pada perlakuan, didapatkan pada
tabel 1 perlakuan P3 (Diuron 3,5 kg/ha) menunjukkan penekenan yang paling
rendah pada 2 MSA sampai dengan 8 MSA. Pertumbuhan yang gulma yang
sedikit pada petak ini dibandingkan kontrol dikarenakan dosis yang digunakan
pada herbisida diuron cukup tinggi sehingga mampu mematikan biji-biji dan umbi
gulma sebelum tebu berkecambah.

Tabel 1. Pengamatan Penekanan Gulma Pada Petak Percobaan
Kode Perlakuan
Dosis
2 MSA
4 MSA
6 MSA
8 MSA
Asli Trans Asli Trans Asli Trans Asli
Trans

P1
Diuron
2 kg/ha
1,00 0,30cd 1,89 0,46d 2,33 0,52e 3,33 0,63d
P2
Diuron
2,5kg/ha
1,00 0,30cd 2,00 0,48cd 2,44 0,53e 3,00 0,60d
P3
Diuron
3,5kg/ha
1,00 0,30d 1,44 0,39d 2,00 0,48e 2,00 0,48e
P4
2,4-D
1 l/ha
1,39 0,38bc 3,44 0,63cd 4,56 0,74c 7,67 0,30ab
P5
2,4-D
1,5 l/ha
2,11 0,49b 4,11 0,71b 5,78 0,83b 8,22 0,96ab

P6
2,4-D
2 l/ha
2,00 0,48b 4,78 0,74b 6,44 0,87b 8,33 0,97ab
P7
Diuron+ 2,5kg/ha+
1,50 0,40bc 1,56 0,46d 2,11 0,49e 2,56 0,54de
2,4D
1,5 l/ha
P8
Ametrin
2,5 l/ha
1,33 0,37bc 2,11 0,49cd 3,67 0,67d 6,67 0,88bc
P9
Ametrin+ 2,5 l/ha+
1,00 0,30cd 2,11 0,49cd 4,44 0,73cd 5,56 0,82c
2,4D
1,5 l/ha
P0
Kontrol

5,00 0,78a 9,00 1,00a 9,00 1,00a 9,00 1,00a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
faktor pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada
taraf uji 5 %. Trans = data hasil transformasi √ .
Dari seluruh perlakuan herbisida dalam tabel 1, herbisida yang mampu

menekan pertumbuhan gulma dengan optimal yaitu Diuron 3.5 kg/ha. Pada petak
perlakuan P3 (Diuron 3.5 kg/ha) dijumpai 1- 2 spesies gulma dan ukurannya
masih sangat kecil. Kemudian perlakuan herbisida P5 (2,4-D 1.5 l/ha) merupakan
perlakuan yang penekanannya tidak terlalu optimal, ditunjukkan dengan
munculnya lebih dari 3 jenis gulma dalam petak tersebut. Petak perlakuan P5
(2,4-D 1.5 l/ha) memang tidaklah maksimal, dikarenakan intensitas hari hujan
yang cukup tinggi pada beberapa hari setelah aplikasi herbisida mengakibatkan
larutan herbisida mengalami pelindian sehingga tidak berada lapisan letak biji-biji
gulma berada.
Pada pengamatan 4 dan 6 MSA, perlakuan Diuron 3.5 kg/ha dan
kombinasi Diuron + 2.4-D (2.5 kg/ha + 1.5 l/ha) menunjukkan kemampuan
penekanan terhadap tumbuhnya gulma dengan sangat baik di petak percobaan
dengan nilai 1.5 - 2. Hampir pada satu bulan setelah aplikasi gulma yang muncul
pada kedua petak tersebut masih dalam jumlah yang cukup sedikit, dan hanya
jenis gulma yang telah tumbuh pada 2 MSA yang terus tumbuh dan berkembang.
Terjadi peningkatan kemampuan penekanan gulma pada perlakuan P7 herbisida
kombinasi Diuron + 2.4-D (2.5 kg/ha + 1.5 l/ha). Hal ini bisa disebabkan
pertumbuhan gulma pada 2 MSA di petak P7 merupakan gulma yang sudah
resisten terhadap herbisida seperti Dactyloctenium aegyptium dan Cynodon

dactylon, lalu untuk biji jenis gulma lain yang tidak resisten akan mati dan tidak
berkecambah.

Gambar 1. Bobot Kering Gulma Total
Pada pengamatan berat kering gulma total, berat kering menunjukkan
tingkat populasi pada suatu petak percobaan, semakin berat bobot kering gulma
maka populasi gulma tersebut sangat banyak di lahan. Berat kering gulma total
pada 8 MSA pada gambar 1 menunjukkan pada perlakuan herbisida diuron
memiliki berat kering total gulma yang paling sedikit dibandingkan perlakuan
herbisida lain. Herbisida diuron mampu menekan pertumbuhan gulma utama
yaitu Dactyloctenium aegyptium dan Cynodon dactylon yang termasuk gulma
daun sempit tumbuh dengan cepat dan banyak, serendah mungkin sampai
dengan 8 MSA.
Bobot kering gulma total dengan perlakuan Diuron 2 kg/ha, 2,5 kg/ha dan
3,5 kg/ha mengalami pertumbuhan gulma yang konstan dan stabil hingga 8 MSA
dikarenakan penekanan gulma yang baik. Namun pada perlakuan P4, P5, P6
(herbisida 2,4-D) setelah 4 MSA berat kering gulma sampai dengan 8 MSA terus
mengalami peningkatan termasuk pada kontrol. Keadaan ini hampir sesuai
dengan penelitian Sastroutomo (1990) yang menyatakan bahwa secara umum
hampir semua biji gulma yang ada dalam tanah berkecambah dalam waktu relatif
singkat (2 minggu). Rata-rata perkecambahan gulma dimulai setelah 2 minggu
dan meningkat jumlahnya setelah 2 bulan (8 MSA).

Pada 6 MSA, terdapat adanya peningkatan yang cukup nyata dari 4 MSA
ke 6 MSA pada perlakuan P4, P5, P6, dan P0 (kontrol). Perlakuan perlakuan
Diuron 2 kg/ha, 2,5 kg/ha dan 3,5 kg/ha memiliki beda nyata yang kecil
dibandingkan perlakuan kontrol. Beda nyata yang sangat kecil pada perlakuan
P3 menunjukkan penekanan pertumbuhan gulma yang sangat baik, sehingga
populasi gulma dapat ditekan sehingga berat kering total lebih kecil dibandingkan
yang lain.
Gulma sudah memasuki fase recovery pada 8 MSA, dengan kondisi yang
cenderung meningkat pada setiap perlakuan herbisida terutama kontrol. Diuron
3.5 kg/ha mampu menekan pertumbuhan gulma dengan konstan dan
efektifitasnya cukup lama sebagai herbisida pra tumbuh. Recovery terlihat sangat
jelas pada petak kontrol, kondisi tinggi gulma yang sudah setinggi tanaman tebu
dan sangat lebat populasinya sehingga dikhawatirkan tanaman tebu akan
mengalami penurunan kualitas.
Pada pengamatan tinggi tanaman tebu, hasil analisis data menunjukkan
tidak ada beda nyata antara kontrol dengan perlakuan yang diberikan herbsida
pra tumbuh. Hal ini menunjukkan pertumbuhan tebu tidak terpengaruh dari
adanya perlakuan aplikasi herbisida. Pada pengamatan tinggi batang tebu,
tujuannya untuk mengetahui kemampuan tebu dalam menyimpan nira (gula) dan
melihat ada tidaknya pengaruh cekaman populasi gulma terhadap pertumbuhan
tebu itu sendiri. Terlihat pada tabel 2, sejak 8 MSA sampai dengan 12 MSA tinggi
batang tebu pada perlakuan kontrol lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan
yang diberikan herbisida pra tumbuh. Dari hasil pengamatan ini dapat melihat
pertumbuhan tebu selanjutnya akan seperti apa pada bulan berikutnya,
kemungkinan besar akan tumbuh kerdil dan kemampuan menyimpan gula
menjadi sedikit.
Dactyloctenium aegyptium, Boreria alata, Cynodon dactylon dan Cleome
rutidospermae merupakan beberapa gulma yang menjadi masalah utama di
perkebunan tebu di Lampung. Setelah dilakukan aplikasi herbisida pra tumbuh
menggunakan Diuron, 2.4-D, dan Ametrin dengan dosis dan perlakuan yang
berbeda-beda, menunjukkan kehadiran gulma tersebut tetap mendominasi
dibandingkan gulma yang lain.

Tabel 2. Tinggi Batang Tanaman Tebu
Kode Perlakuan
Dosis
8 MSA
10 MSA
Asli
Trans
Asli
Trans
P1
Diuron
2 kg/ha
18,00 1,28a 24,00 1,39ab
P2
Diuron
2,5kg/ha
17,33 1,26a 27,67 1,46ab
P3
Diuron
3,5kg/ha
17,67 1,27a 23,00 1,37ab
P4
2,4-D
1 l/ha
17,00 1,25a 24,67 1,41ab
P5
2,4-D
1,5 l/ha
17,00 1,26a 25,00 1,41ab
P6
2,4-D
2 l/ha
15,67 1,22a 23,33 1,38ab
P7
Diuron+ 2,5kg/ha+
17,33 1,26a 23,67 1,37ab
2,4D
1,5 l/ha
P8
Ametrin
2,5 l/ha
17,67 1,27a 29,33 1,48ab
P9
Ametrin+ 2,5 l/ha+
18,33 1,28a 31,67
1,51a
2,4D
1,5 l/ha
P0
Kontrol
13,00 1,14b 21,00 1,34b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
faktor pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
taraf uji 5 %. Trans = data hasil transformasi log (x).

12 MSA
Asli
Trans
35,67
1,56a
40,67
1,62a
36,00
1,52a
39,67
1,60a
41,00
1,62a
34,00
1,54a
42,33

1,63a

37,33

1,58a

40,67

1,61a

33,67
1,53a
masing-masing
uji DMRT pada

Dominansi yang terjadi pada Dactyloctenium aegyptium, Boreria alata,
Cynodon dactylon dan Cleome rutidospermae menunjukkan gulma-gulma ini
telah mengalami adanya resistensi terhadap berbagai kombinasi, dosis, dan jenis
herbisida pra tumbuh yang digunakan. Oleh karena itu, seluruh petak perlakuan
herbisida ditumbuhi oleh keempat gulma ini sama seperti perlakuan kontrol, yang
membedakannya hanya kerapatan dari pertumbuhan gulma dipengaruhi oleh
kemampuan penekanan herbisida pra tumbuh di petak perlakuan.
KESIMPULAN
1. Dari seluruh petak perlakuan herbisida pratumbuh pada percobaan, efikasi
perlakuan Diuron 2 kg/ha, 2,5 kg/ha, dan 3,5 kg/ha mampu menekan
pertumbuhan gulma utama yaitu Dactyloctenium aegyptium, Boreria alata,
Cynodon dactylon dan Cleome rutidospermae dengan lebih baik sampai
dengan 8 Minggu Setelah Aplikasi.
2. Aplikasi herbisida pra tumbuh tidak menunjukkan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan tunas tebu.

DAFTAR PUSTAKA
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sembodo, D. R. J., H. Susanto, A. T. Lubis, M. Utomo, H. Suprapto, dan R.
Subiantoro. 1996. Uji efikasi herbisida klomazon dan sulfetrazon pada
tanaman tebu lahan kering. Prosiding Konferensi XIII HIGI: 557-568.
Srivastava, T. K. 2003. Bio-efficacy of sulfentrazone against nut-sedge (Cyperus
rotundus) and other weeds in sugarcane. Indian Journal of Weed Science
35: 82-86.
Zimdahl, R. L. 1980. Weed crop competition: A review. International Plant
Protection Center: 68-69.