Pengaruh herbisida diuron 78.5% WP terhadap pengendalian gulma pada pertanaman tebu (Saccharum officinarum L.)

PENGA
ARUH HERBISIDA
A DIURON
N 78.5% W
WP TERH
HADAP
PENGE
ENDALIA
AN GULM
MA PADA
A PERTAN
NAMAN TEBU
T
(Saccharu
um officinaarum L.)

AFR
RYAN LIK
KKARDO
O SARAGIH
A

A240701655

DEPA
ARTEME
EN AGRO
ONOMI DA
AN HORT
TIKULTU
URA
FAKULT
TAS PERT
TANIAN
INS
STITUT PERTANIA
AN BOGO
OR
2011

PENGARUH HERBISIDA DIURON 78.5% WP TERHADAP
PENGENDALIAN GULMA PADA PERTANAMAN TEBU

(Saccharum officinarum L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

AFRYAN LIKKARDO SARAGIH
A24070165

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: PENGARUH HERBISIDA DIURON 78.5% WP TERHADAP
PENGENDALIAN GULMA PADA PERTANAMAN
TEBU (Saccharum officinarum L.)


Nama

: AFRYAN LIKKARDO SARAGIH

NIM

: A24070165

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Hariyadi, MS
NIP. 19611008 198601 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M. Agr
NIP. 19611101 198703 1 003


Tanggal lulus :

RINGKASAN

AFRYAN LIKKARDO SARAGIH. Pengaruh Herbisida Diuron 78.5% WP
terhadap Pengendalian Gulma pada Pertanaman Tebu (Saccharum
officinarum L.). (Dibimbing oleh HARIYADI).
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh dan keefektifan

herbisida Maron 80 WP ( Diuron 78.5 %) pada berbagai tingkat dosis dalam
mengendalikan gulma pada pertanaman tebu. Penelitian ini dilakukan di PG
Rajawali II Subang Jawa Barat pada bulan Desember 2010 sampai Maret 2011.
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan faktor tunggal
dan terdiri dari empat ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah : Herbisida
Maron 80 WP dengan dosis 2.0 kg/ha, herbisida Maron 80 WP dengan dosis 1.5
kg/ha, Herbisida Maron 80 WP dengan dosis 1.0 kg/ha, Herbisida Maron 80 WP
dengan dosis 0.5 kg/ha, pengendalian manual dan kontrol.

Berdasarkan analisis vegetasi sebelum aplikasi herbisida didapatkan empat
spesies gulma dominan yaitu Digitaria adscendes, Borreria alata, Cleome
rutidosperma dan Brachiaria distachya. Spesies gulma lain sebelum aplikasi
herbisida ini adalah Cynodon dactylon, Croton hirtus, Alocasia maccorhiza. Hasil
analisis vegetasi akhir memberikan gambaran umum tentang dominasi gulma
setelah aplikasi herbisida.
Perlakuan herbisida Maron 80 WP (Diuron 78.5%) pada semua taraf dosis
yang diberikan cukup efektif dalam mengendalikan gulma hingga 10 Minggu
Setelah Aplikasi (MSA). Secara umum aplikasi herbisida Maron 80 WP (Diuron
78.5%) memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa
pengendalian (kontrol) dalam menekan bobot kering gulma total, gulma daun
lebar dan gulma rumput. Perlakuan pengendalian manual kurang efektif dalam
mengendalikan gulma dipertanaman tebu lahan kering. Hal ini dilihat dari biaya
pengendalian yang cukup tinggi yaitu Rp. 350.000,00/ha dan bobot kering gulma
yang masih tinggi.
Selama percobaan tidak ditemukan gejala keracunan pada tanaman tebu
yang sampai mematikan tanaman. Gejala keracunan ringan hanya terdapat pada
sebagian kecil tanaman contoh yang diamati.

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Banjaran, Sumatera Utara pada tanggal 16 Maret
1989 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Johaman
Saragih dan Ibu Rulianna Girsang.
Pengalaman pendidikan penulis diawali dari Sekolah Dasar Negeri
No.122381 Pematangsiantar pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001. Penulis
menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 7 Pematangsiantar
dan lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan menengah tingkat atas
ke SMA Negeri 4 Pematangsiantar pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2008 penulis masuk program
studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi kerohanian
PMK-IPB sebagai wakil koordinator pembinaan komisi diaspora PMK-IPB
periode 2009-2010. Penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa daerah
IKANMASS-IPB sebagai sekretaris periode 2009-2010. Selain itu penulis aktif
dalam organisasi HIMAGRON-IPB sebagai anggota Divisi Internal periode 20082009. Penulis juga pernah berperan serta dalam beberapa kepanitiaan di kampus.

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan

rahmat,

berkat

dan

karunia-Nya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi
yang berjudul Pengaruh Herbisida Diuron 78.5% WP terhadap Pengendalian
Gulma pada Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) ini disusun

sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikannya dan sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Dr. Ir. Hariyadi, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama penelitian dan
penyusunan skripsi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Ir. Is Hidayat Utomo, MS. dan Ir. Sofyan Zaman, MP. selaku dosen
penguji atas saran dan masukannya untuk penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Memen Surahman, M.Sc.Agr. selaku dosen pembimbing akademik
atas saran dan bimbingannya selama kegiatan akademik.
4. Staf dan Karyawan Kebun PG Rajawali II Subang Jawa Barat yang telah
membantu selama kegiatan penelitian sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Orangtua dan keluarga tercinta atas kasih sayang dan dukungan serta
motivasi yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Pak Agus atas saran dan bantuan yang diberikan selama di laboratorium.
7. Boru, Mei2 dan Merry sahabat-sahabatku terkasih atas bantuan, dukungan
dan motivasi selama penelitian, seminar sampai ujian sidang.

8. Dicky teman seperjuangan selama penelitian, seminar dan sidang serta
teman-teman AGH 44 yang secara langsung dan tidak langsung membantu
penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman KKP : Miftah, Corry, Riska dan Ekowati atas kebersamaan
yang indah dan tak terlupakan selama 57 hari di Desa Pucangluwuk,
Kabupaten Tegal.
10. Teman-teman diaspora 44 dan adik-adikku diaspora atas doa, semangat
dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman dan sodaraku di OMDA Parmasi dan IKANMASS atas
semangat dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.
12. Teman-teman terkasih di PMK... God Bless.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.

Bogor, Juli 2011

Penulis
 


 

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

viii

PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan ...........................................................................................................

Hipotesis .......................................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Botani Tanaman Tebu ..................................................................................
Gulma di Pertanaman Tebu Lahan Kering ...................................................
Pengendalian Gulma secara Kimiawi...........................................................
Diuron ...........................................................................................................
Aplikasi Herbisida ........................................................................................

3
3
4
5
7
8

BAHAN DAN METODE ................................................................................
Waktu dan Tempat .......................................................................................
Alat dan Bahan .............................................................................................
Metode Penelitian .........................................................................................
Pengamatan ..................................................................................................

9
9
9
9
11

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Kondisi Umum Penelitian ............................................................................
Bobot Kering Gulma ....................................................................................
Bobot Kering Gulma Total .......................................................................
Bobot Kering Daun Lebar Total ...............................................................
Bobot Kering Gulma Rumput ...................................................................
Bobot Kering Gulma Digitaria adscendes ...............................................
Bobot Kering Gulma Borreria alata ........................................................
Bobot Kering Gulma Cleome rutidosperma .............................................
Bobot Kering Gulma Brachiaria distachya ..............................................
Keracunan Tanaman Tebu ............................................................................
Perbandingan Analisis Biaya Pengendalian .................................................
Pembahasan Umum ......................................................................................

13
13
19
19
22
25
27
30
32
35
38
39
41

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan ...................................................................................................
Saran .............................................................................................................

42
42
42

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

43

LAMPIRAN .....................................................................................................

45 

iv 
 

 

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Volume Ekspor dan Impor Komoditas Tebu Indonesia
Tahun 2005-2009 ........................................................................................

1

2. Jenis-jenis Gulma di Kebun Tebu di Jawa Lahan Sawah dan Lahan
Tegalan ........................................................................................................

5

3. Nilai Ekologis Gulma dan Cara Pengendaliannya .......................................

6

4. Jenis Perlakuan dan dosis Herbisida ............................................................

10

5. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Tiap Waktu Pengamatan ...........................

14

6. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) Gulma di Lahan Sebelum Percobaan .....

15

7. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) Gulma Setelah Aplikasi Herbisida.........

16

8. Data Curah Hujan Selama Percobaan ..........................................................

17

9. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Persentase
Penutupan Gulma (PPG) .............................................................................

18

10. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering
Gulma Total ...............................................................................................

21

11. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering
Gulma Daun Lebar .....................................................................................

23

12. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering
Gulma Rumput ............................................................................................

26

13. Pengaruh Perlakuan Pengandalian Gulma terhadap Bobot Kering
Digitaria adscendes .....................................................................................

28

14. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering
Borreria alata ..............................................................................................

31

15. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering
Cleome rutidosperma .................................................................................

34

16. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering
Brachiaria distachya ...................................................................................

36

17. Nilai Keracunan Tanaman Tebu ................................................................

39

18. Perbandingan Analisis Biaya Pengendalian ...............................................

40 


 

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Bentuk molekul Herbisida Diuron ...............................................................

7

2. Kondisi Lahan Sebelum Aplikasi Herbisida ................................................

13

3.Cleome rutidosperma (kiri atas), Borreria alata (kanan atas), Digitaria
adscendes (kiri bawah) dan Brachiaria distachya (kanan bawah),.............

15

4. Grafik Persentase Penutupan Gulma (PPG) ................................................

19

5. Grafik Bobot Kering Gulma Total ..............................................................

22

6. Grafik Bobot Kering Gulma Daun Lebar....................................................

24

7. Grafik Bobot Kering Gulma Rumput..........................................................

27

8. Grafik Bobot Kering Digitaria adscendes ..................................................

29

9. Regresi Pengaruh Perlakuan Herbisida antara Dosis dengan Bobot
Kering Digitaria adscendes ........................................................................

29

10. Grafik Bobot Kering Borreria alata .........................................................

30

11. Regresi Pengaruh Perlakuan Herbisida antara Dosis dengan Bobot
Kering Borreria alata .................................................................................

32

12. Grafik Bobot Kering Cleome rutidosperma.............................................

33

13. Regresi Pengaruh Perlakuan Herbisida antara Dosis dengan Bobot
Kering Cleome rutidosperma .....................................................................

35

14. Grafik Bobot Kering Brachiaria distachya...............................................

37

15. Regresi Pengaruh Perlakuan Herbisida antara Dosis dengan Bobot
Kering Brachiaria distachya ......................................................................

38

16. Daun Tebu Normal (kiri), Daun Tebu yang Mengalami Keracunan
Herbisida (kanan) ......................................................................................

39 

vi 
 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total .....................................

46

2. Sidik Ragam Bobot Kering Gulma Total ..................................................

47

3. Sidik Ragam Bobot Kering Gulma Daun Lebar .......................................

48

4. Sidik Ragam Bobot Kering Gulma Rumput .............................................

49

5. Sidik Ragam Bobot Kering Digitaria adscendes ......................................

50

6. Sidik Ragam Bobot Kering Borreria alata ...............................................

51

7. Sidik Ragam Bobot Kering Cleome rutidosperma ...................................

52

8. Sidik Ragam Bobot Kering Brachiaria distachya ....................................

53

9. Kondisi Petak Percobaan pada Saat 4 MSA .............................................

54

10. Denah percobaan ......................................................................................

56

11. Analisis Vegetasi Sebelum Aplikasi Herbisida .......................................

57

12. Analisis Vegetasi Setelah Aplikasi Herbisida ..........................................

57

vii 
 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan suatu komoditi
perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Permintaan tebu sebagai
bahan baku gula pasir semakin meningkat (Sebayang et al., 2008). Hal ini
disebabkan karena gula merupakan salah satu sumber kalori dalam struktur
konsumsi masyarakat selain bahan pangan. Pentingnya gula bagi masyarakat di
Indonesia tercermin pada kebijakan pemerintah yang menetapkan bahwa gula
pasir adalah salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan rakyat banyak
(Hartono, 2009).
Dewasa ini negara kita harus mengimpor tebu untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat peningkatan volume impor tebu
terjadi pada tahun 2006-2009.
Tabel 1. Volume Ekspor dan Impor Komoditas Tebu Indonesia Tahun 2005-2009
Tahun

Ekspor

Impor

------------------------(ton)------------------2005

227,704

52,861

2006

553,278

47,014

2007

525,191

54,635

2008

945,859

60,056

2009

496,341

80,289

Sumber: http://www.ditjenbun.deptan.go.id (2011).
Pada tahun 2009 total kebutuhan gula di Indonesia mencapai 2,9 juta ton,
sedangkan produksi gula nasional hanya 2,55 juta ton (Heryawan, 2010). Dalam
rangka memenuhi kebutuhan tersebut semua permasalahan dalam usaha budidaya
tebu harus diatasi agar produksi tebu dapat ditingkatkan. Salah satu tindakan yang
dapat dilakukan yaitu tindakan pengendalian gulma sebagai organisme
pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman tebu karena kerugian
yang ditimbulkan akibat gulma mampu menurunkan produksi tebu hingga 60 %
(Mulyadi et al., 1998).

 
 


 

Pengendalian secara kimia dengan herbisida merupakan pengendalian
yang umum dilakukan diperkebunan Indonesia. Menurut Purba (2005)
penggunaan bahan kimia dianggap lebih praktis dan ekonomis terutama kalau
dikaitkan dengan ketersediaan tenaga kerja dan waktu. Pengendalian kimia
dengan herbisida sangat cocok dilakukan pada periode kritis tanaman tebu yaitu
1-2 bulan setelah tanam. Karena pada periode tersebut tanaman sangat peka
terhadap gangguan gulma.
Herbisida ialah bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma
sementara atau seterusnya bila diperlakukan pada ukuran tepat. Dengan kata lain
jenis dan kadar racun bahan kimia suatu herbisida menentukan arti daripada
herbisida itu sendiri (Moenandir, 1988). Kemampuan mengendalikan gulma
sasaran antara satu herbisida dengan herbisida lainnya sangat ditentukan oleh
beberapa faktor, seperti jenis gulma sasaran, jenis dan dosis herbisida, teknik
aplikasi dan kondisi lingkungan (Moenandir, 1988).
Beberapa penelitian mengenai pengendalian gulma pada tanaman tebu
dengan menggunakan herbisida telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil
yang cukup signifikan. Penelitian Agustanti (2006) menunjukkan bahwa herbisida
diuron 50 % dosis 1-3 l/ha dan diuron 80 % 1-3 kg/ha efektif dalam
mengendalikan gulma di pertanaman tebu lahan kering hingga 12 MSA. Selain itu
penelitian Sembodo et al. (2001) melaporkan bahwa herbisida tebuthiuron pada
dosis 2.5 L/ha cukup baik untuk mengendalikan gulma Cleome rutidosperma dan
Digitaria ciliaris. Tampubolon (2009) menambahkan perlakuan herbisida
paraquat 600 g b.a/ha + diuron 300 g b.a/ha efektif mengendalikan Stenoclaena
palustris berdasarkan berat kering pada 21 HSA.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan keefektifan
herbisida Maron 80 WP ( diuron 78,5 %) pada berbagai tingkat dosis dalam
mengendalikan gulma pada pertanaman tebu.
Hipotesis
Peningkatan dosis herbisida sampai batas tertentu akan semakin efektif
dalam mengendalikan gulma.

 

 

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tebu
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman tahunan tropis suku
rerumputan yang memiliki anakan di pangkal dan memiliki batang yang tidak
bercabang dengan ketinggian 2 sampai 4 m atau lebih dan memiliki diameter
sekitar 5 cm (James, 2004). Tanaman tebu dibudidayakan untuk menghasilkan
batang atau tangkai batang yang merupakan bahan dasar gula. Batang dapat
dipanen pada saat rendemen 10-18 % dan kandungan serat 10-15 %.
Tanaman tebu terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang,
daun dan bunga. Masing-masing bagian tanaman ini memiliki karakteristik
tertentu. Tebu merupakan tanaman monokotil yang memiliki perakaran serabut
yang memiliki panjang mencapai 2 m jika ditanam pada lingkungan yang
optimum.

Akar

tanaman

ini

akan

mengalami

perkembangan

selama

pertumbuhannya. Pertumbuhan akar ada yang tegak lurus kebawah dan ada yang
mendatar

dekat

permukaan

tanah

(Supriyadi,

2002).

Berdasarkan

perkembangannya akar dibedakan menjadi akar primer dan akar sekunder.
Tebu memiliki jenis batang yang beruas-ruas. Batang tebu merupakan
bagian yang penting karena bagian inilah yang akan dipanen hasilnya. Pada
bagian ini banyak terdapat nira yang mengandung gula dengan kadar mencapai 20
%. Bagian ujung atau pucuknya memiliki kandungan gula yang lebih tinggi
daripada bagian pangkal batang. Gula pada tebu berupa sukrosa yang akan
mencapai kadar maksimum jika tebu berumur 12-14 bulan atau telah mencapai
masak fisiologis.
Daun tebu terdiri atas dua bagian yaitu helai daun dan pelepah daun. Helai
daun berbentuk pita yang panjangnya 1-2 m (tergantung varietas dan keadaan
lingkungan), lebar 2-7 cm (Setyamidjaja dan Azharni, 1992). Tebu tidak memiliki
tangkai daun. Menurut Supriyadi (2002) bentuk ujung daun meruncing dan bagian
tepi bergerigi.
Tebu memiliki bunga yang tersusun berupa malai. Tipe penyerbukan
tanaman ini adalah menyerbuk silang yang secara alami dibantu oleh angin.
Pembungaan terjadi setelah tebu mencapai umur dewasa yaitu antara 12-14 bulan.
 
 


 

Gulma di Pertanaman Tebu Lahan Kering
Gulma dideskripsikan sebagai tumbuhan yang berada tidak pada tempat
yang diinginkan dan ada suatu ketentuan bahwa tidak ada tempat untuk gulma
untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman tebu yang baik. Ketika gulma
dibiarkan tumbuh tanpa adanya pengendalian, akibatnya secara perlahan gulma
akan dengan cepat merusak tanaman tebu. Menurut James (2004) efek gulma
terhadap tanaman tebu terdapat melalui berbagai cara, diantaranya:


gulma akan bersaing dengan tanaman tebu untuk memperoleh air, nutrisi,
cahaya dan ruang, serta memiliki efek pada saat perkecambahan



gulma juga menyebabkan penyakit dan hama pada tanaman tebu



gulma mampu mengekstrak senyawa kimia kedalam tanah.
Jenis gulma dapat dibedakan berdasarkan tempat hidup, siklus hidup dan

morfologinya. Berdasarkan morfologinya Moenandir (1993) mengklasifikasikan
gulma dari golongan

monokotil disebut gulma berdaun sempit (gulma jenis

rumput), sedangkan gulma dari golongan dikotil disebut gulma berdaun lebar.
Gulma jenis lain adalah gulma yang berasal dari golongan teki-tekian.
Terdapat berbagai macam jenis gulma pada pertanaman tebu lahan kering.
Menurut Agustanti (2006) terdapat gulma dominan diantaranya gulma golongan
daun lebar : Borreria alata, Centrosema pubescens, Ageratum conyzoides,
Phyllanthus amarus, Stachytarpeta indica dan Hyptis brevipes. Gulma golongan
rumput yaitu : Digitaria sanguinalis, Echinochloa crusgalli, Paspalum
conjugatum dan Axonopus compressus sedangkan dari golongan teki : Cyperus
rotundus dan Cyperus iria.
Gulma merupakan kendala utama di areal pertanaman tebu. Jenis gulma
pada lahan tegalan dan sawah dapat dilihat pada Tabel 2. Kehadiran gulma akan
mempersulit pemeliharaan dan pemanenan serta menurunkan kualitas penebangan
yang dilakukan secara manual dan mekanik. Kerugian akibat gulma terhadap
penurunan bobot tebu di lahan sawah pola reynoso sebanyak 18.1-53.7 %,
sedangkan dengan pola mekanis 22.4 %. Kerugian akibat gulma di lahan tegalan
dengan tanaman yang baru ditanam sekitar 3.7 – 45.7 %. Gulma Teki (Cyperus
Rotundus) pada pola reynoso mampu menurunkan bobot tebu 30.4 – 34.6 %,
sedangkan pada pola mekanis lahan sawah, hanya menurunkan 1.2 – 6.6 %.

 


 

Tabel 2. Jenis-jenis Gulma di Kebun Tebu di Jawa Lahan Sawah dan Lahan
Tegalan
Lahan Sawah

Lahan tegalan

Reynoso*

Mekanisasi

Tanaman baru

Keprasan

Polystris amaura

Cyperus rotundus

Momordica
Charantia

Momordica
Charantia

Cynodon dactylon

Euphorbia sp

Digitaria spp.

Digitaria spp.

Echinochloa

Portulaca

Cyperus

Panicum spp.

colonum

oleraceae

rotundus

Cyperus rotundus

Echinochloa
colonum

Axonopus
spinosus

Axonopus
spinosus

Keterangan : *) merupakan cara bercocok tanam tebu secara tradisional di Jawa

Pengendalian Gulma secara Kimiawi
Pengendalian gulma pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mengubah
keseimbangan ekologis yang bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, tetapi
tidak berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya (Sukman dan Yakup,
2002). Pengendalian dilakukan untuk menekan populasi gulma agar tidak
merugikan secara ekonomi. Terdapat beberapa metode/cara pengendalian yang
dapat dipraktekkan di lapangan. Menurut Sukman dan Yakup (2002) beberapa
teknik pengendalian yang tersedia yaitu: pengendalian preventif, mekanis/fisik,
kultur teknis, pengendalian hayati, pengendalian secara kimia dan pengendalian
dengan upaya memanfaatkannya.
Pengendalian gulma dengan cara kimia lebih diminati dan sangat cocok
untuk diterapkan pada lahan pertanian yang cukup luas. Menurut James (2004)
pengendalian gulma secara kimia pertama kali dicoba pada tahun 1920-an dan
1930-an, tetapi zat yang digunakan sangat berbahaya, misalnya natrium klorat
(mudah terbakar) dan arsenate natrium (mamalia toksisitas tinggi). Oleh sebab itu
penggunaan zat-zat tersebut sangat jarang. Semakin berkembangnya teknologi
pengembangan herbisida jenis hormon (misalnya 2,4-D dan MPCA) telah
dilakukan dan itu merupakan awal dari sebuah era baru dalam pengendalian

 


 

gulma. Dengan perkembangan triazina herbisida (misalnya atrazin, ametryn,
metribuzin dan hexazinone) dan urea (diuron misalnya) yang relatif tidak larut,
herbisida dapat disemprotkan setelah penanaman teapi sebelum benih-benih
gulma berkecambah. Akibatnya, perkembangan yang lebih luas dari gulma dapat
dikendalikan termasuk jenis rumput tahunan.
Herbisida bahan kimia yang digunakan dalam pengendalian gulma, serta
memberikan keuntungan lebih dalam pemakaiannya. Menurut Sukman dan Yakup
(2002) beberapa keuntungan yang didapatkan melalui pemakaian herbisida antara
lain:


dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu



dapat mengendalikan gulma dilarikkan tanaman



dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman



lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar



dalam dosis rendah dapat sebagai hormon tumbuh



dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan
penyiangan biasa.
Pemakaian herbisida dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan

dengan pengendalian manual. Tabel

dibawah ini menunjukkan kelebihan

pengendalian gulma dengan herbisida terhadap pengendalian manual.

Tabel 3. Nilai Ekologis Gulma dan Cara Pengendaliannya
Tanaman

Persentase hasil panen
Hilang karena gulma

Barley

19,2

Kenaikan dibanding
penyiangan
15,6

Kacang-kacangan

51,1

24,1

Jagung

45,6

21,3

Kentang

16,6

20,1

Padi

54,4

24,4

Gandum

28,7

16,9

Sumber: Colombia (Amerika Serikat) dalam Sukman dan Yakup (2002).

 


 

Diuron
Diuron merupakan herbisida dari turunan urea yang memiliki bentuk
molekul seperti pada Gambar 2. Herbisida jenis ini merupakan herbisida selektif
dan dipakai lewat tanah, walaupun ada beberapa yang lewat daun. Termasuk
dalam grup ini adalah diuron, linuron, monuron. (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).
Menurut Sukman dan Yakup (2002) pada umumnya herbisida yang diberikan
melalui tanah adalah herbisida bersifat sistemik. Herbisida sistemik adalah
herbisida yang mematikan gulma dengan terlebih dahulu masuk melalui akar atau
kultiukula epidermis dan mulut daun (stomata), kemudian ditranslokasikan ke
seluruh bagian tumbuhan dan biasanya langsung mengganggu metabolisme,
terutama dalam proses pembuatan enzim-enzim melalui akar atau daun.
Herbisida sistemik disemprotkan melalui tanah kemudian diserap oleh
akar dan ditranslokasikan bersama aliran transpirasi sampai ke side of action pada
jaringan daun dan menghambat proses pada photosystem II pada fotosintesis.
Yang termasuk dalam jenis herbisida ini adalah diuron, golongan triazine, uracil,
urea dan Ioxynill.
Absorpsi lewat akar akan ditranslokasikan ke daun melalui batang.
Pemakaian lewat daun tidak ditranslokasikan lagi. Didalam tubuh tanaman ia
mengalami degradasi, terutama melalui pelepasan gugus metil. Herbisida turunan
urea menghambat reaksi hill pada fotosintesis, yaitu dalam fotosistem II. Dengan
demikian pembentukan ATP dan NADPH terganggu. Berikut merupakan bentuk
molekul dari diuron:
O
N

R2
N-C-N

R1

R3

Gambar 1. Bentuk molekul Herbisida Diuron
Beberapa kelebihan diuron sebagai herbisida pratumbuh yaitu lebih cepat
diserap oleh biji-biji gulma yang masih dorman yang akan segera ditranslokasikan
saat proses perkecambahan. Selain itu diuron dapat tetap berada di permukaan
tanah dalam waktu yang relatif lama karena jenis herbisida ini tidak mudah larut
dalam air sehingga tidak mudah mengalami pencucian didalam tanah.

 


 

Aplikasi Herbisida
Menurut Mu’in (2004) berdasarkan waktu aplikasinya herbisida dibagi
kedalam 3 golongan, yaitu : Herbisida pra tumbuh (Pre-emergence) adalah
herbisida yang diaplikasikan sebelum gulmanya tumbuh dan sebelum tanaman
berkecambah, herbisida pra tanam (Pre-planting) diaplikasikan pada gulma yang
sedang tumbuh sebelum tanam, herbisida pasca tumbuh (Post-emergence) adalah
herbisida yang diaplikasikan sesudah gulma tumbuh dan tanaman tumbuh.
Apapun jenis herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma,
maka diharapkan herbisida yang diberikan harus tepat dosis, waktu dan cara
aplikasi. Untuk mencapai hal tersebut sanagat diperlukan keterampilan yang
memadai,

pengetahuan

yang

cukup

baik

tentang

herbisida

dan

cara

penyemprotannya dan pengetahuan tentang lingkungan dan kesehatan (Sukman
dan Yakup, 2002).
Menurut Agustanti (2006) terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
aplikasi herbisida yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal adalah
faktor yang terdapat pada gulma yaitu fase pertumbuhan gulma. Berdasarkan
faktor internalnya, waktu aplikasi herbisida yang paling tepat adalah pada saat
gulma masih muda dan belum memasuki pertumbuhan generatif. Faktor eksternal
yaitu faktor lingkungan seperti curah hujan, angin, sinar matahari (cahaya),
temperatur dan kelembaban udara. Curah hujan dapat menyebabkan terjadinya
pencucian dan sinar matahari menyebabkan penguapan.
Mengurangi pengaruh negatif dari faktor-faktor tersebut merupakan suatu
hal yang harus dilakukan agar aplikasi herbisida yang dilakukan bermanfaat.
Untuk mengurangi pengaruh negatif tersebut beberapa aspek dalam proses
aplikasi herbisida perlu diperhatikan, yaitu: (1) penyediaan larutan yang sesuai
menyangkut tipe diluent atau cairan pengencer yang harus dipakai dan
kebanyakan cairan pengencer yang dipakai adalah air, (2) pembuatan butiran
cairan semprot yang tepat dengan menggunakan nozel yang tepat, (3) kecepatan
jalan penyemprot dan (4) penetapan lebar semprotan. Dengan demikian sebelum
aplikasi herbisida kalibrasi hendaknya dilakukan dengan cermat disertai
perhitungan yang tepat.

 

 

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di lahan perkebunan PG Rajawali II Subang,
Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat. Lokasi berada
pada ketinggian 33 m dpl dengan jenis tanah latosol merah dan curah hujan ratarata 1.200 – 2.000 mm per tahun. Penelitian ini diadakan pada bulan Desember
2010 sampai Maret 2011.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tebu dengan
semua klon tebu yang diajurkan dengan umur sesuai dengan keperluan pengujian.
Pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan anjuran perusahaan.
Herbisida yang diuji adalah Maron 80 WP (Diuron 78.5%) yang telah diperiksa
kadar bahan aktifnya oleh laboratorium Batan dan disegel.
Alat-alat yang digunakan yaitu knapsack sprayer dengan nozel biru,
ember, pengaduk, timbangan analitik, spidol, kertas pembungkus, label dan
kuadran dengan ukuran 0.5 m × 0.5 m.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
satu faktor tunggal yaitu dosis formulasi herbisida. Percobaan terdiri dari 6
perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ulangan sehingga
terdapat 24 petak percobaan. Perlakuan yang diberikan untuk petak percobaan
dapat dilihat pada Tabel 4 dengan penjelasan sebagai berikut:


Herbisida yang diuji dengan dosis ; ½ A, A, 1 ½ A, dimana A adalah dosis
anjuran.



Penyiangan secara manual, akan dilakukan secara periodik menurut cara
yang dilakukan di lokasi setempat.



Kontrol adalah pembanding tanpa penyiangan dan perlakuan apapun.

 
 

10 
 

Tabel 4. Jenis Perlakuan dan dosis Herbisida
Herbisida

Dosis formulasi

1. Maron 80 WP

0,5 kg/ha (½ A )

2. Maron 80 WP

1,0 kg/ha ( A )

3. Maron 80 WP

1,5 kg/ha (1 ½ A )

4. Maron 80 WP

2,0 kg/ha

5. Penyiangan manual

---

6. Kontrol

---

Didalam penelitian dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) untuk
mengetahui pengaruh perlakuan terhadap percobaan yang diamati, digunakan
metode linier sebagai berikut (Mattjik et al., 2000) :
Yij = µ + αi + βj + £ij
Dimana:
Yij

= Nilai pengamatan untuk perlakuan dosis herbisida ke-i dan
ulangan ke-j

µ

= Rataan umum

αi

= Pengaruh perlakuan dosis herbisida ke i

βj

= Pengaruh ulangan ke-j

£ij

= Pengaruh galat percobaan

Pengaruh perlakuan terhadap tolak ukur yang diamati dilakukan analisis
ragam. Selanjutnya dilakukan uji DMRT ( Duncan Multiple Range Test) terhadap
perlakuan yang berpengaruh nyata pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian
Analisis vegetasi dilakukan sebelum dan setelah percobaan. Analisis
vegetasi sebelum melakukan aplikasi bertujuan untuk mengetahui jenis gulma
dominan dilahan percobaan. Sedangkan analisis vegetasi setelah percobaan
bertujuan untuk mengetahui perubahan dominansi gulma setelah perlakuan
herbisida. Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan alat kuadran yang

 

11 
 

berukuran 0.5 m × 0.5 m, dengan mengambil contoh gulma secara sistematis dari
areal percobaan. Pengendalian secara manual dilakukan dengan menggunakan
cangkul, koret dan sabit. Sebelum aplikasi herbisida dilakukan terlebih dahulu
pembagian petak percobaan. Lahan dibagi menjadi 24 petak sesuai dengan jumlah
satuan percobaan, setiap petak berukuran 10 × 7 m dengan jarak antar petak satu
juringan (1.3 m).
Herbisida diaplikasikan pada tiap petak percobaan dengan volume semprot
500 l/ha. Cara aplikasi herbisida dan alat yang digunakan disesuaikan dengan sifat
fisik, cara kerja dan bentuk formulasi herbisida yang diuji. Penelitian ini
menggunakan herbisida Maron 80 WP (Diuron 78.5 %) merupakan jenis herbisida
yang menggunakan air sebagai bahan pelarut. Aplikasi dilakukan dengan
menggunakan knapsack sprayer dan dilakukan satu kali pada awal percobaan pada
saat umur tebu 4 HST. Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari dan
diperkirakan cuaca mendukung kegiatan penyemprotan yaitu tidak turun hujan
pada saat penyemprotan serta keadaan tanah harus dalam keadaan lembab yaitu
memiliki kadar air sekitar 30 % agar herbisida semakin efektif bekerja saat
menghambat perkecambahan gulma.

Pengamatan
Pengamaatan percobaan terbagi kedalam dua bagian yaitu pengamatan
pada tanaman tebu dan gulma. Pengamatan dimulai dua minggu setelah aplikasi
(MSA). Parameter yang diamati antara lain:
1. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan pada awal percobaan dan diakhir pengamatan
untuk mengetahui perubahan populasi gulma di lahan percobaan.
2. Persentase Penutupan Gulma
Pengamatan dilakukan secara visual pada setiap petak percobaan baik
yang disebabkan oleh gulma re-growth (pertumbuhan gulma kembali) dan
new-growth (gulma baru). Selang persentase penutupan gulma antara 0% 100%, yang diamati pada 2,4,6,8 dan 10 MSA.
3. Bobot Kering Gulma

 

12 
 

Bobot kering gulma dihiting setiap petak dengan mengambil contoh
melalui dua kali pelemparan kuadran secara sistematis. Bobot kering
gulma dipisahkan berdasarkan bobot kering total, daun lebar, rumput dan
gulma dominan seperti Digitaria adscendes, Borreria alata, Cleome
rutidosperma dan Brachiaria distachya. Pengamatan bobot kering gulma
dilakukan pada 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MSA.
4. Keracunan Herbisida terhadap Tanaman Tebu
Terdapat 10 tanaman contoh yang diamati untuk masing-masing petak
percobaan yang diaplikasikan herbisida. Pengamatan dilakukan pada 4, 6
dan 8 Minggu Setelah Aplikasi (MSA). Penentuan nilai keracunan
tanaman contoh yang disebabkan oleh aplikasi herbisida dilakukan secara
visual dengan skoring keracunan sebagai berikut:

0 = Tidak ada keracunan, 0-5 % bentuk atau warna daun dan atau
pertumbuhan tanaman tebu tidak normal
1 = Keracunan ringan, >5-20 % bentuk atau warna daun dan atau
pertumbuhan tanaman tebu tidak normal
2 = Keracunan sedang, >20-50 % bentuk atau warna daun dan atau
pertumbuhan tanaman tebu tidak normal
3 =Keracunan berat, >50-75 % bentuk atau warna daun dan atau
pertumbuhan tanaman tebu tidak normal
4 = Keracunan sangat berat, >75 % bentuk atau warna daun dan
atau pertumbuhan tanaman tebu tidak normal.

5. Perbandingan

analisis

biaya

pengendalian.

Biaya

pengendalian

diperhitungkan sebagai perbandingan antara biaya pengendalian manual
dengan biaya perlakuan herbisida pada berbagai tingkat dosis. Hal ini
dilakukan untuk melihat efisiensi biaya tehadap hasil pengendalian gulma.

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian
Kondisi lahan pada awal penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 dengan
kondisi terlihat cukup baik. Hal ini terlihat dari kondisi lahan percobaan dimana
tanaman tebu ditanam dengan menggunakan stek batang sesuai dengan anjuran
perusahaan. Aplikasi herbisida dilakukan pada pagi hari yang diperkirakan tidak
turun hujan atau maksimal turun hujan 6 jam setelah aplikasi. Aplikasi dilakukan
pada pagi hari untuk menghindari terjadinya penguapan herbisida oleh sinar
matahari. Saat dilakukan aplikasi tanaman tebu sudah berumur 4 HST. Selama
penelitian berlangsung curah hujan cukup tinggi sehingga mempengaruhi populasi
gulma. Herbisida yang diaplikasikan efektif sampai pada 10 MSA setelah itu
harus dilakukan pengendalian lagi baik secara manual maupun kimia.

Gambar 2. Kondisi Lahan Sebelum Aplikasi Herbisida
Gambar. Kondisi Lahan Sebelum Aplikasi Herbisida
Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam pada setiap pengamatan pada
Tabel 5 terlihat bahwa peubah persentase penutupan gulma memberikan pengaruh
yang sangat nyata pada 2, 4, 6, 8, dan 10 MSA (Minggu Setelah Aplikasi). Pada
12 MSA tidak dilakukan pengamatan terhadap peubah persentase penutupan
gulma. Hasil rekapitulasi sidik ragam terhadap peubah pengamatan bobot kering
gulma total memberikan pengaruh yang sangat nyata pada 2, 4, 6, 8, 10 dan 12
 
 

14 
 

MSA. Peubah pengamatan bobot kering rumput total pada 4 MSA memberikan
pengaruh tidak nyata sedangkan pada 2, 8, 10 dan 12 MSA memberikan pengaruh
sangat nyata dan pada 6 MSA memberikan pengaruh nyata. Hasil rekapitulasi
terhadap Peubah pengamatan bobot kering daun lebar total memberikan pengaruh
sangat nyata pada pengamatan 4, 6, 8 dan 10 MSA sedangkan pada pengamatan 2
dan 12 MSA memberikan pengaruh nyata.

Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Tiap Waktu Pengamatan
Waktu

Peubah Pengamatan

(MSA)

PPG

BKT

BKRT

BKDT

BKD

BKB

BKCL

BKBR

2

**

**

**

*

tn

*

*

tn

4

**

**

tn

**

tn

tn

**

tn

6

**

**

*

**

tn

**

**

tn

8

**

**

**

**

*

*

**

tn

10

**

**

**

**

tn

*

tn

++

12

----

**

**

*

tn

++

*

tn

Keterangan:
*

= Berpengaruh nyata pada taraf 5 %

BKBR = Bobot Kering Brachiaria distachy

**

= Berpengaruh nyata pada taraf 1 %

PPG

= Persentase Penutupan Gulma

+

= Berpengaruh nyata pada taraf 10 %

BKT

= Bobot Kering Gulma Total

tn

= Tidak berpengaruh nyata

BKRT = Bobot Kering Rumput Total

BKD

= Bobot Kering Digitaria adscendes

BKDT = Bobot Kering Daun Lebar Total

BKB

= Bobot Kering Borreria alata

BKCL= Bobot Kering Cleome rutidosperma

-------

= Tidak dilakukan pengamatan

Gulma Dominan
Analisis vegetasi dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi herbisida untuk
mengetahui jenis gulma dominan serta dinamika populasi gulma dilahan
percobaan. Untuk mengetahui spesies gulma dominan dapat dilihat dari besarnya
Nilai Jumlah Dominansi (NJD) dalam satuan %. NJD diperoleh dari pengamatan
dilahan dengan cara pelemparan kuadran sebanyak dua kali dalam satu petak
percobaan. Selanjutnya NJD dihitung melalui rataan jumlah kerapatan nisbi,
frekuensi nisbi dan nilai berat kering nisbi gulma yang diperoleh dari hasil analisis
vegetasi dilahan. Hasil analisis vegetasi sebelum aplikasi herbisida diuron 78,5 %

 

15 
 

disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan hasil analisis vegetasi sebelum aplikasi
diperoleh empat spesies gulma dominan yaitu Cleome rutidosperma, Borreria alata,
Digitaria adscendes dan Brachiaria distachya. Spesies gulma lain adalah Cyperus
compressus, Cynodon dactylon, Alocasia macorhiza, Croton hirtus dan Centrosema
pubescens.

Tabel 6. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) Gulma di Lahan Sebelum Percobaan
No

Jenis Gulma

NJD (%)

1

Cleome rutidosperma

37,85%

2

Borreria alata

33,55%

3

Digitaria adscendes

20,05%

4

Brachiaria distachya

4,35%

5

Gulma lainnya

4,18%

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

Gambar 3.Cleome rutidosperma (kiri atas), Borreria alata (kanan atas),
Digitaria adscendes (kiri bawah) dan Brachiaria distachya
(kanan bawah)

16 
 

Pada akhir percobaan juga dilakukan analisis vegetasi untuk mengetahui
jenis gulma dominan dan dinamika populasi gulma dilahan percobaan. Analisis
vegetasi dilakukan pada pengamatan 12 MSA (Minggu Setelah Aplikasi) dengan
hasil analisis disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) Gulma Setelah Aplikasi Herbisida
No

Jenis Gulma

NJD (%)

1

Borreria alata

31,47%

2

Digitaria adscendes

29,53%

3

Cleome rutidosperma

17,96%

4

Brachiaria distachya

12,50%

5

Gulma lainnya

8,54%

Pada Tabel 7 ditunjukkan bahwa dominansi gulma mengalami perubahan.
Pada akhir percobaan gulma yang dominan adalah gulma golongan daun lebar
yaitu Borreria alata yang memiliki nilai NJD terbesar yaitu 31.47%. Analisis
vegetasi juga menunjukkan adanya perubahan dinamika populasi gulma. Hal ini
terlihat dari gulma Cleome rutidosperma yang mengalami penurunan Nisbah
Jumlah Dominansi (NJD). Gulma ini pada awal analisis vegetasi memiliki nilai
NJD sebesar 37.85 % menurun menjadi 17.96%. Selain itu gulma Borreria alata
juga mengalami penurunan NJD. Hal ini menunjukkan bahwa herbisida Maron 80
WP (Diuron 78.5 %) sudah cukup baik mengendalikan gulma golongan daun
lebar.
Peningkatan gulma Digitaria adscendes dan Brachiaria distachya
disebabkan karena kurangnya efektifitas herbisida Maron 80 WP (Diuron 78.5%)
dalam mengendalikan gulma dari golongan tersebut. Selain sifat herbisida faktor
lingkungan juga mempengaruhi efektifitas suatu herbisida dalam menekan
pertumbuhan gulma. Menurut Barus (2003) salah satu faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi efektivitas suatu herbisida adalah curah hujan.
Curah hujan selama penelitian di lahan perkebunan PG Subang cukup
tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya leaching
(pencucian) sehingga konsentrasi herbisida didalam tanah menjadi berkurang. Hal

 

17 
 

ini dapat mengurangi efektivitas herbisida yang diaplikasikan. Data curah hujan
selama percobaan disajikan pada Tabel 8.  
 
Tabel 8. Data Curah Hujan Selama Percobaan
Bulan

Curah Hujan
--------------(mm/bulan)--------------

Desember

247,7

Januari

125,0

Februari

163,6

Maret

142,6

Sumber : Litbang PG. Subang, 2011
Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan kelembaban tanah meningkat.
Kondisi ini sangat membantu proses re-growth (pertumbuhan kembali) gulma
yang ada di dalam tanah, baik yang berupa biji, umbi maupun organ vegetatif
lainnya yang berpotensi untuk menumbuhkan gulma.

Persentase Penutupan Gulma
Persentase penutupan gulma (PPG) diperoleh dari penutupan gulma
dilahan percobaan yang merupakan hasil pertumbuhan potensi gulma dari dalam
tanah. Hasil perhitungan sidik ragam untuk peubah pengamatan pesentase
penutupan gulma (PPG) memberikan pengaruh yang sangat nyata pada
pengamatan 2, 4, 6, 8 dan 10 MSA. Hal ini dapat dilihat dari Lampiran 1 sidik
ragam persentase penutupan gulma (PPG) pada bagian lampiran. Selain itu nilai
tengah antar perlakuan terlihat dari Tabel 9. Pengaruh perlakuan pengendalian
gulma terhadap persentase penutupan gulma total.
Aplikasi herbisida Maron 80 WP (Diuron 78.5%) cukup efektif menekan
persentase penutupan

gulma sampai pada pengamatan

10 MSA. Herbisida

Maron 80 WP (Diuron 78.5%) dengan dosis 0.5 kg/ha belum cukup mampu
menekan persentase penutupan gulma dengan baik jika dibandingkan dengan taraf
dosis yang lain. Pertambahan dosis yang lebih tinggi (1.0, 1.5 dan 2 kg/ha)

 

18 
 

cenderung menekan pertumbuhan gulma lebih baik. Hal ini terlihat dari
persentase penutupan gulma yang semakin rendah.
Secara umum dari enam perlakuan yang diberikan dengan dosis masingmasing menunjukkan pengaruh nyata, kecuali pada perlakuan antara manual
dengan

kontrol tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada

pengamatan 4, 6, 8 dan 10 MSA. Persentase penutupan gulma terendah
ditunjukkan oleh perlakuan Diuron 78,5% dengan dosis 2,0 kg/ha pada
pengamatan 2 MSA sebesar 14.00% sedangkan yang tertinggi ditunjukkan oleh
perlakuan tanpa pengendalian (kontrol) pada 10 MSA sebesar 93.75%. Diantara
dosis yang diberikan pada perlakuan herbisida dosis tertinggi (2,0 kg/ha)
menunjukkan persentase penutupan gulma yang terendah dibandingkan dosis lain
(0.5, 1.0, dan 1.5 kg/ha).
Perlakuan pengendalian manual mengalami penurunan persentase
penutupan gulma pada 8 MSA karena pada 6 MSA dilakukan pengendalian secara
manual. Namun PPG meningkat lagi 4 minggu setelah pengendalian. Hal ini
terlihat dari persentase penutupan pada pengamatan 10 MSA. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan kembali (re-growth) gulma cukup
tinggi jika dikendalikan secara manual tanpa mematikan bagian akar gulma.

Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Persentase Penutupan
Gulma (PPG)
Minggu Setelah Aplikasi (MSA)
Perlakuan

Dosis

2

4

6

8

10

-------------------------------(%)------------------------------------Diuron 78,5 % 2,0 kg/ha

14.00 e

16.75 d

19.50 d

24.50 d

31.00 d

Diuron 78,5 % 1,5 kg/ha

20.50 de

23.75 cd

27.50 cd

31.50 cd

39.50 cd

Diuron 78,5 % 1,0 kg/ha

26.25 d

31.50 c

34.75 c

40.00 c

48.00 c

Diuron 78,5 % 0,5 kg/ha

40.25 c

45.50 b

51.25 b

57.50 b

64.00 b

Manual

-

63.50 a

75.25 a

86.75 a

79.50 a

85.00 a

Kontrol

-

55.00 b

70.25 a

82.75 a

89.75 a

93.75 a

Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5 % uji duncan

 

19 
 

Grafik persentase penutupan gulma (PPG) diperlihatkan pada Gambar 4.
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa persentase penutupan gulma terendah
terdapat pada pengamatan 2 MSA dan mengalami peningkatan hingga akhir
pengamatan. Perlakuan dengan berbagai taraf dosis cenderung memberikan
persentase penutupan gulma lebih rendah daripada perlakuan tanpa pengendalian
(kontrol) dan manual. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida Maron 80
WP (Diuron 78.5%) efektif dalam menekan persentase penutupan gulma. Dari
berbagai taraf dosis yang digunakan, dosis tertinggi (2.0 kg/ha) memberikan
persentase penutupan lebih rendah jika dibandingkan dengan taraf dosis lainnya
(0.5, 1.0 dan 1.5 kg/ha). Berdasarkan gambar juga terlihat bahwa semakin tinggi
dosis yang diberikan maka persentase penutupan gulma cenderung lebih rendah.

100
90
80

PPG (%)

70
60

2,0 kg/ha

50

1,5 kg/ha

40

1,0 kg/ha

30

0,5 kg/ha

20

manual

10

kontrol

0
2

4

6

8

10

Minggu Setelah Aplikasi (MSA)
 

Gambar 4. Grafik Persentase Penutupan Gulma (PPG)

Bobot Kering Gulma
Bobot Kering Gulma Total
Hasil sidik ragam bobot kering gulma total diperlihatkan pada Lampiran 2.
Berdasarkan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa perlakuan herbisida Maron 80 WP
(Diuron 78.5%) berepengaruh sangat nyata pada pengamatan 2, 4, 6, 8, 10 dan 12

 

20 
 

MSA. Pengendalian gulma dengan herbisida Maron 80 WP (Diuron 78.5%)
berpengaruh pada bobot kering total gulma dapat dilihat pada Tabel 10.
Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa pada pengamatan 2 Minggu Setelah
Aplikasi (MSA) perlakuan tanpa pengendalian gulma (kontrol) menghasilkan
bobot kering total gulma tertinggi dibandingkan dengan perlakuan penggunaan
herbisida dan pengendalian manual. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pengendalian gulma dengan herbisida baik dengan dosis rendah maupun tinggi
sama-sama dapat menekan pertumbuhan gulma di awal pertumbuhan tanaman
tebu.
Pada pengamatan 4-10 MSA perlakuan tanpa pengendalian gulma
(kontrol) menghasilkan bobot kering total gulma yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan herbisida. Penggunaan herbisida Maron 80 WP (Diuron 78,5%)
dengan dosis tertinggi 2.0 kg/ha menghasilkan bobot kering total gulma yang
berbeda dan lebih kecil dibandingkan dengan bobot kering total gulma yang
dihasilkan dengan penggunaan dosis 0.5, 1.0 dan 1.5 kg/ha. Tetapi secara umum
penggunaan dosis tertinggi (2.0 kg/ha) tidak berbeda nyata dengan bobot kering
total gulma yang dihasilkan dengan penggunaan dosis lainnya. Sehingga dengan
dosis 1.0 kg/ha sudak cukup efektif dalam menekan bobot kering total gulma.
Pada pengamatan 12 Minggu Setelah Aplikasi (MSA) penggunaan
herbisida dengan dosis terendah (0.5 kg/ha) tidak menunjukkan hasil yang
berbeda nyata terhadap perlakuan tanpa pengendalian (kontrol) dan pengendalian
manual.

Penggunaan herbisida Maron 80 WP (Diuron 78,5%) dengan dosis

tertinggi