Pengaruh Rasio Camel, Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Return Saham Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1
Teori Sinyal (Signalling Theory)
Informasi mengenai kondisi perusahaan sangat dibutuhkan oleh
investor dan hendaknya para pelaku bisnis menyediakan informasi tersebut.
Informasi ini berisi keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan
masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang suatu perusahaan.
Informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi. Apabila pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima
oleh pasar.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada
waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau
sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal
baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham saham, dimana
harga saham menjadi naik sehingga return saham juga akan meningkat. Teori
sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai
dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak
8
Universitas Sumatera Utara
eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat
asimetri informasi.
Perusahaan lebih mengetahui kondisi dan prospek yang akan datang
yang akan dialami perusahaan daripada pihak luar (investor, kreditor). Oleh
karena itu, perusahan merasa perlu untuk memberikan informasi kepada
investor. Asimetri informasi dapat terjadi di antara dua kondisi yaitu
perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen,
atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap
manajemen dan return saham (Purwasih, 2010).
Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya
sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau
pun pihak yang berkepentingan lainnya (contoh: investor). Sinyal yang
diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan, laporan kegiatan yang telah dilakukan oleh manajemen
untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi
serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik
dari pada perusahaan lain. Dengan adanya informasi tersebut diharapkan akan
mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi sehingga nantinya akan
berdampak pada return saham.
9
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Efficient Market Theory (Efficient Market Hypothesis/EMH)
Menurut Jogiyanto (2003), kunci untuk mengukur pasar yang efisien
adalah hubungan antara harga saham dengan informasi. Informasi yang
digunakan untuk menilai kefektifitasan pasar yaitu informasi yang memiliki
keterkaitan dengan sekuritas tersebut. Menurut Fama (dalam Jogiyanto, 2003)
informasi yang digunakan untuk menilai keefektifitasan pasar yaitu:
informasi masa lalu, informasi yang sekarang sedang dipublikasikan dan
informasi privat. Karakteristik suatu pasar modal yang efisien yaitu
terdapatnya investor - investor yang berpengetahuan luas dan tersedianya
informasi yang memadai sehingga mereka dapat merespon secara cepat atas
informasi baru yang terjadi di pasar.
Fama (dalam Jogiyanto, 2003) menyajikan tiga macam bentuk utama
dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu:
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari
sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) informasi masa
lalu.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika hargaharga
sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang dipublikasikan (all publicly available information)
termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan emiten.
10
Universitas Sumatera Utara
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga dari
sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat.
2.1.3 Bank
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998
pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kuncoro (2002;68) bank adalah lembaga
keuangan yang pokok usahanya adalah menghimpun dana dan menyalurkan
dananya kembali tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta
memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Menurut Ktut Silvanita (2009:14) Bank adalah anggota lembaga keuangan
yang paling dominan,mampu memobilisasi dana-mengumpulkan dana dan
mengalokasikan dana-dalam jumlah besar dibandingkan anggota lembaga
keuangan lainnya.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, yang artinya dari setiap kegiatan
perusahaan berhubungan dengan masalah keuangan. Selain itu badan usaha
ini memiliki fungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran. Dalam arti
11
Universitas Sumatera Utara
badan usaha yang memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang.
Bank mempunyai 3 kegiatan utama,yaitu :
1. Menghimpun dana
Menghimpun dana adalah mengumpulkan atau mencari dana dari
masyarakat, kegiatan ini biasanya disebut funding. Adapun bentuk dari
kegiatan ini yaitu :
a. Giro
Rekening giro atau checking account adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek
untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan,
sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan
sebagai alat pembayaran.
b. Deposito Berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara
deposan dan bank.
c. Tabungan
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
12
Universitas Sumatera Utara
2. Menyalurkan Dana
Menyalurkan dana biasanya dalam bentuk kredit,dimana dananya berasal
dari kegiatan bank yang pertama yaitu menghimpun dana. Berdasarkan
UU No.10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992
tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihakpeminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kegiatan penyaluran dana ini
biasanya sering disebut dengan istilah lending
3. Memberikan Jasa Bank Lainnya
Memberikan jasa bank lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran
kegiatan utama,yaitu kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Jasa
perbankan lainnya meliputi:
a. Jasa menerima setoran
b. Jasa melayani pembayaran
c. Jasa Pengiriman Uang ( transfer )
d. Jasa Letter of Credit
e. Jasa Kliring
f. Jasa Money Changer
g. Jasa Bank Garansi
h. Jasa Safe Deposit Box
i. Jasa Travelers Cheque
13
Universitas Sumatera Utara
Fungsi Utama Bank Secara Spesifik :
1. Agent Of Trust
Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama
kegiatan perbankan adalah kepercayaan ( trust ), baik dalam
penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menyimpan dananya di bank apabila dilandasi kepercayaan. Dalam
fungsi ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana
maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini akan terus berlanjut
kepada pihak debitUr. Kepercayaan ini penting dibangun karena dalam
keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik dari segi
penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran
dana tersebut.
2. Agent Of Development
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan
ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat
diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil.
Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan
investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa,
mengingat bahwa kegiatan investasi , distribusi dan konsumsi tidak
dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan
investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan
pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
14
Universitas Sumatera Utara
3. Agent Of Services
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan
ekonomi. Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur
dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain
kepada masyarakan. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya
dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
Menurut Kashmir (2004:61), bahwa hal ini sesuai dengan
fungsinya bahwa bank adalah lembaga keuangan di mana kegiatan
sehari-harinya adalah dalam bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum
menjual uang ( memberikan pinjaman) bank harus lebih dulu membeli
uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank
mencari keuntungan.
Sumber- Sumber dana bank
Sumber-sumber dana bank terdiri dari :
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal
sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang
sahamnya.Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri
terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham
b. Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan
bank pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang
15
Universitas Sumatera Utara
sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi
laba yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum
dibagikan
pada
tahun
yang
bersangkutan
sehingga
dapat
dimanfaatkansebagai modal untuk sementara waktu.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami
kesulitan
dalam
pencarian
sumber
dana
pertama
dan
kedua
diatas.Secara umum kegiatan penghimpunan dana ini di bagi ke dalam
3 jenis yaitu :
‐Simpanan Giro ( Demand Deposit )
‐Simpanan Tabungan ( Saving Deposit )
‐Simpanan Deposito ( Time Deposit )
16
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Pengertian Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan
perseroan terbatas dengan manfaat yang dapat diperoleh berupa dividen,
capital gain dan manfaat non finansial antara lain berupa konsekuensi atas
kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara
dalam menentukan jalannya perusahaan.
Menurut
Tjiptono
dan
Hendy
(2006,h.6),
saham
dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh
seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Menurut Jogiyanto (2003) saham dibagi menjadi dua yaitu:
saham preferen dan saham biasa.
1. Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham
biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham
preferen juga memberikan hasil tetap berupa dividen preferen. Dalam hal
likuidasi pemegang saham preferen di bawah pemegang obligasi. Jika
dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen memiliki beberapa
kelebihan, yaitu hak untuk menerima dividen secara tetap dan hak
pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.
17
Universitas Sumatera Utara
2. Saham biasa
Hak pemegang saham biasa:
a. Hak kontrol saham biasa
Hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan dalam
perusahaan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pemegang saham biasa
memiliki kontrol untuk menentukan siapa yang akan memimpin
perusahaan tersebut
b. Hak menerima pembagian keuntungan
Hak pemegang saham untuk menerima bagian dari keuntungan
perusahaan.
c. Hak preemptive
Hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika
perusahaan mengeluarkan tambahan jumlah lembar saham. Hak
preemptive memberikan prioritas kepada pemegang saham lama untuk
membeli tambahan saham yang baru, sehingga persentase kepemilikan
pemegang saham lama tidak berubah.
2.1.5 Return Saham
Salah satu tujuan investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan
return. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi,
tentunya investor tidak akan melakukan investasi. Jadi semua investasi
mempunyai tujuan utama mendapatkan return (Ang, 1997: 202)
18
Universitas Sumatera Utara
a. Pengertian Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009: 199), return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi. Menurut Samsul (2006: 291), return adalah
pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi.
Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan keuntungan yang
diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan
jika rugi disebut capital loss.
Menurut Brigham dan Houston (2006: 215), return atau tingkat
pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang
diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa return saham
merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil
jual beli saham.
b. Jenis-jenis Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009: 199), return saham dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
1) Return realisasian
Return realisasian merupakan return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis.
2) Return ekspektasian
Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa mendatang.
�
ℎ
=
� − � ‐₁
×
� ‐₁
19
Universitas Sumatera Utara
Pt = harga saham pada periode t
Pt-1 = harga saham pada periode t-1
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk meningkatkan
nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa melupakan
faktor
risiko
yang
dihadapinya.
Return
saham
yang
tinggi
mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila
suatu saham aktif diperdagangkan, maka agen tidak akan lama menyimpan
saham tersebut sebelum saham tersebut diperdagangkan (Fuadi, 2009).
2.1.6
Komponen CAMEL
2.1.6.1. Permodalan (Capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku
b. Komposisi permodalan
c. Tren ke depan/ proyeksi KPMM
d. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank
e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan (laba ditahan)
f. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
g. Akses kepada sumber permodalan dan
h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan.
20
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur
aspek permodalan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).
2.1.6.1 Kualitas Aset (Asset Quality)
Dalam mengukur kualitas asset dapat dinilai dengan menggunakan
aktiva produktifnya. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen
komponen
sebagai berikut:
a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva
produktif
b. Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit
c. Perkembangan aktiva produktif bermasalah (nonperforming asset)
dibandingkan aktiva produktif
d. Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP)
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif
f. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif
g. Dokumentasi aktiva produktif dan
h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur aspek
kualitas aset adalah Non Performing Loan (NPL)
21
Universitas Sumatera Utara
2.1.6.2 Manajemen (Management)
Menilai kualitas manajemen dapat diketahui dari sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen tersebut. Kualitas sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen ini dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan kemampuan karyawan dalam menangani kasus. Penilaian
terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Manajemen umum
b. Penerapan sistem manajemen risiko
c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen
kepada bank Indonesia dan atrau pihak lainnya.
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur aspek
manajemen adalah Operating Expense to Operating Income (OEOI).
2.1.6.3 Rentabilitas (Earning)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
a. Return On Assets (ROA)
b. Return On Equity (ROE)
c. Net Interest Margin (NIM)
d. Pertumbuhan laba operasional
e. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan
f. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya dan
22
Universitas Sumatera Utara
g. Prospek laba operasional.
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur
aspek rentabilitas adalah Return on Assets (ROA).
2.1.6.4 Likuiditas (Liquidity)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang
dari 1 bulan
b. 1-month maturity mismatch ratio
c. loan to deposit ratio (LDR)
d. Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang
e. Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti
f. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas
g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar
modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya dan
h. Stabilitas dana pihak ketiga (DPK).
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur aspek
likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).
23
Universitas Sumatera Utara
2.1.7
Aturan Kesehatan Bank
Aturan Kesehatan Bank Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, Pembinaan dan Pengawasan Bank dilakukan oleh Bank
Indonesia, menciptakan bahwa:
1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, solvabilitas,
dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatia-hatian,
2. Dalam menerbitkan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang
tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank,
3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia,
4. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku, berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib
memberikan bantuan dalam rangka memeperoleh kebenaran dari segala
keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut,
5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala
maupun setiap waktu apabila diperlukan Bank Indonesia dapat menugaskan
akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan
pemeriksaaan terhadap bank,
24
Universitas Sumatera Utara
6. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba
rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu
dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi
tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik,
7. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan
bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2.1.8
Rasio CAMEL
Dalam melakukan penelitian terhadap kesehatan bank, Bank Sentral
biasanya menggunakan kriteria CAMELS yaitu, Capital Adequacy, Assets
Quality,Manajemen Quality, Earnings, Liquidity, Sensitivity to market risk.
Berikut ini akan merupakan penjelasan pada periode tertentu, dan dapat dijadikan
tolok ukur untuk menilai tingkat dari faktor CAMELS yang dapat diukur dalam
bentuk rasio untuk melakukan perhitungan penilaian tingkat kesehatan bank yaitu
sebagai berikut :
2.1.8.1 Capital Adequacy Ratio
Aspek permodalan yang dinilai dari CAR (Capital Adequacy
Ratio) adalah permodalan yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan
modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital
Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, yakni paling
sedikit 8%. Menurut Siamat (2005) “perhitungan rasio kecukupan modal
dilakukan dengan membandingkan jumlah modal yang dimiliki bank
dengan aktiva tertimbang menurut risiko rasio ini dirumuskan sebagai
berikut
25
Universitas Sumatera Utara
�� =
�
� �
×
Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 (dua)
faktor utama itu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva
Tertimbang menurut Risiko (AMTR) yang dikelola oleh bank tersebut.
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko adalah nilai total masing-masing
aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva
tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva
yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian ATMR
menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal
dalam jumlah yang cukup (Susilo, 2000:28).
Menurut standar internasional, yaitu Banking for International
Settlement (BIS) yang berpusat di Jenewa minimum bobot Capital
Adequacy Ratio adalah sebesar 8% dan dari waktu ke waktu akan
disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi.
Tabel 2.1
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Permodalan
Rasio
CAR ≥ 12%
9% ≤ CAR < 12%
8% ≤ CAR < 9%
6% < CAR < 8%
CAR ≤ 6%
Peringkat
1
2
3
4
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
26
Universitas Sumatera Utara
2.1.8.2 Non Performing Loan
Asset quality yang dinilai dari NPL (Non Performing Loan)
merupakan rasio yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan memungkinkan
pencapaian laba semakin rendah.
Rasio ini dapat dirumuskan
=
�
�
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal
12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL
yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank.
Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin
berkurang sehingga pertumbuhan tingkat return saham bank akan
mengalami penurunan.
27
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Non Performing Loan
Rasio
Predikat
NPL ≤ 5%
Sehat
NPL > 5%
Tidak Sehat
(Sumber: Bank Indonesia 2004)
2.1.8.3 Operating Expense to Operating Income (OEOI/Rasio BOPO)
Aspek manajemen bank dapat dinilai dengan menggunakan rasio
Operating Expense to Operating Income (OEOI) atau disebut juga rasio
Beban Opersaional terhadap Pendapatan Operasional. Aspek manajemen
bank dinilai oleh bank Indonesia dengan menggunakan kuesioner yang
harus direspons oleh pengelola bank dalam rangka mengetahui dan
memetakan kualitas manajemennya. Informasi yang sangat privat sehingga
sulit memperolehnya. Sebagai alternative, dapat digunakan pemeringkatan
bank oleh lembaga independen atau dengan menggunakan rasio keuangan
yaitu rasio Operating Expense to Operating Income (OEOI). Rasio ini
menunjukan perbandingan antara operating expense dengan operating
income. Rumus perhitungan rasio OEOI adalah
�=
�
�
�
Menurut Suardana (2007) semakin besar rasio ini menunjukan
bahwa manajemen bank cenderung menghasilkan laba operasi yang lebih
kecil sebagai akibat kegiatan operasionalnya kurang efisien atau biaya
operasional yang relatif lebih besar.
28
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3
Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO
Rasio
Peringkat
BOPO ≤ 94%
1
94% < BOPO ≤ 95%
2
95% < BOPO ≤ 96%
3
96% < BOPO ≤ 97%
4
BOPO > 97%
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2.1.8.4 Return on Assets
Tingkat laba atau profitability yang diperoleh oleh bank ini dapat
diukur dengan Return on Asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk
mengukur efektifitas manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
atau laba keseluruhan. Besarnya laba
keberhasilan
perusahaan.
Kurangnya
merupakan ukuran pokok
laba
akan
mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dan penanaman
ekuitas. Menurut Dendawijaya (2003), semakin besar ROA suatu bank,
maka semakin baik pula posisi bank tersebut dalam hal penggunaan aset.
Dengan pencapaian laba yang tinggi, maka investor dapat
mengharapkan keuntungan lebih dari dividen yang diterima. Dividen yang
tinggi akan membuat ketertarikan investor pada bank tersebut sehingga
mampu mempengaruhi peningkatan harga saham, sehingga return saham
pun akan meningkat
� =
�
×
29
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4
Matriks kriteria Peringkat Komponen ROA
Rasio
Predikat
Di atas 1,22 %
Sehat
0.99 – 1,22 %
Cukup Sehat
0,77 – 0,99 %
Tidak Sehat
2.1.8.5 Loans to Deposits Ratio
Aspek likuiditas pada penelitian ini diproksikan dengan LDR.
Loans to Deposits Ratio merupakan perbandingan total pinjaman yang
diberikan dengan total dana pihak ketiga atau total deposit. Berikut
disajikan rumus perhitungan LDR menurut Martono (2003).
�=
�
LDR ratio menggambarkan perbandingan antara kredit yang
dikeluarkan bank dengan dana dari pihak ketiga. Meningkatnya LDR ratio
berarti meningkat pula pendapatan
bunga yang diperoleh oleh bank.
Dengan semakin meningkatnya LDR berarti profitabilitas meningkat yang
mengindikasikan pertumbuhan laba yang semakin besar. Sebaliknya, akan
berdampak terhadap penurunan harga saham jika semakin kecil rasio ini.
30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5
Matriks Kriteria Peringkat Komponen LDR
Rasio
Peringkat
LDR ≤ 75%
1
75% < LDR ≤ 85%
2
85% < LDR ≤ 100%
3
100% < LDR ≤ 120%
4
LDR > 120%
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2.1.9
Suku Bunga
Menurut Anatoly Karvof (2004:79), Tingkat bunga merupakan ukuran
keuntungan investasi yang dapat diperoleh investor dan juga merupakan ukuran
biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana
dari pemodal. Menurut Ross SA Westerfield Ross and Jaffe J.F (2002) Tingkat
suku bunga terdiri dari dua tipe yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga
rill. Menggunakan tingkat bunga. Naik turunnya suku bunga SBI ditentukan oleh
bank sentral dimana di
Indonesia adalah Bank Indondesia yang tujuannya
mengendalikan jumlah uang yang beredar. Untuk mendorong investasi, Bank
Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga sehingga perusahaan- perusahaan
akan lebih mudah melakukan investasi.
Kebijakan bunga rendah dengan meningkatkan suku bunga sehingga
masyarakat akan
lebih suka menabung daripada melakukan investasi atau
konsumsi. Suku bunga yang dimaksud adalh suku bunga yang diumumkan oleh
bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia yaitu suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia . Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan
31
Universitas Sumatera Utara
utang berjangka waktu pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan
sistem diskonto. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank
Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah.
Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang
primer yang
beredar. Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan
mekanisme BI Rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga
SBI yang diinginkan oleh Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode
tertentu. BI Rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar
dalam mengikuti pelelangan. BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku
bunga SBI satu bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI Rate.
Selanjutnya suku bunga SBI satu bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga
pasar uang antar bank dan suku bunga jangka yang lebih
2.1.10 Inflasi
Menurut Sukirno (2008, h.14), inflasi didefinisikan sebagai suatu proses
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.Tingkat inflasi
berbeda dari satu periode ke periode lain dan berbeda pula dari satu negara ke
negara lain. Ada kalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai dua atau
tiga persen. Tingkat inflasi
yang moderat mencapai
diantara empat sampai
sepuluh persen. Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa puluh
atau beberapa ratus persen dalam setahun.
Menurut Sukirno (2000) terdapat dua faktor yang mempengaruhi inflasi yaitu:
32
Universitas Sumatera Utara
a. Inflasi tarikan-permintaan (demand-pull inflation)
Inflasi terjadi apabila perusahaan tidak mampu melayani permintaan konsumen
terhadap barang. Hal tersebut berdampak pada kelangkaan barang di pasar
sehingga akan memicu peningkatan harga.
b. Inflasi dorongan-biaya (cost-push imflation)
Inflasi yang disebakan karena terdapat kenaikan biaya produksi. Pertambahan
biaya produksi akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk menaikkan
harga produk, walaupun perusahaan-perusahaan tersebut harus menanggung
risiko perurunan permintaan barang yang diproduksi.
Indikator inflasi adalah sebagai berikut (www.bi.go.id):
a. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan
untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang di konsum si
oleh masyarakat. Tingkat inflasi di Indonesia biasanya diukur dengan IHK.
b.
Indeks
Harga
menggambarkan
Perdagangan
pergerakan
Besar
harga
dari
merupakan
indikator
yang
komoditi-komoditi
yang
diperdagangkan di suatu daerah.
Menurut Samsul (2006) tingkat inflasi dapat memberikan pengaruh positif
maupun negatif tergantung pada tingkat inflasi tersebut. Tingkat inflasi yang
tinggi dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, banyak perusahaan
akan mengalami kebangkrutan. Inflasi yang tinggi dapat menurunkan harga
saham di pasar, sedangkan tingkat inflasi yang sangat rendah akan
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak lamban, sehingga pergerakan
33
Universitas Sumatera Utara
harga saham juga sangat lamban. Merupakan suatu pekerjaan yang sulit untuk
menciptakan tingkat inflasi yang mampu mendorong pergerakan usaha,
sehingga perusahaan akan mampu memperoleh keuntungan yang
maksimal dan harga saham dapat bergerak normal.
Inflasi ini disebabkan oleh berbagai hal. Menurut Sukirno (2000)
penyebab inflasi yaitu:
a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa
b. Pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah apabila
pekerja kesulitan dalam mencari tambahan penghasilan. Hal tersebut memaksa
pekerja untuk menuntut kenaikan upah sehingga menaikan biaya produksi dan
akhirnya akan menaikkan harga produk.
Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya
a.
Inflasi Ringan : Pengertian inflasi ringan adalah inflasi yang belum terlalu
mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ringan mampu dikendalikan
dengan tingkat nilai dibawah 10% per tahun.
b.
Inflasi Sedang : Pengertian inflasi sedang adalah inflasi yang dapat
menurunkan kesejahteraan masyarakat bagi penghasilan tetap dengan
tingkat laju inflasi sebesar 10%-30% per tahun.
c.
Inflasi Berat : Pengertian inflasi berat adalah inflasi yang mampu
mengacaukan perekonomian yang berakibat pada kurangnya minat
masyarakat dalam menabung karna bunga bank lebih rendah dari laju
angkat inflasi, inflasi berat memiliki laju sekitar 30%-100% per tahun.
34
Universitas Sumatera Utara
d.
Inflasi Sangat Berat atau Hiperinflasi : Pengertian inflasi sangat berat
adalah inflasi yang telah mengacaukan kondisi perekonomian dan sulit
dikendalikan walapun dengan melakukan kebijakan moneter atau
kebijakan fiskal dengan laju inflasi diats 100% per tahun.
35
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Peneltian Terdahulu
Tabel 2.6
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Variabel
Penelitian
NO
Judul Penelitian
Peneliti
1
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan
Bank
Terhadap Perubahan
Harga
Saham
Perusahaan
Perbankan
yang
Terdaftar di Bank
Indonesia (BI)
Pasaribu
(2010)
CAR, ROE,
NPM, RORA,
BOPO, LDR
Secara simultan, hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa CAR,
ROE, NPM, RORA, BOPO, dan
LDR memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan
harga
saham
perusahaan
perbankan.sedangkan
secara
parsial NPM, RORA, BOPO, dan
LDR tidak memiliki pengaruh
yang
signifikan
terhadap
perubahan
harga
saham
perusahaan perbankan.
2
Analisis
Pengaruh
Nilai Tukar Uang,
Suku Bunga dan
Inflasi
terhadao
Return Saham sector
Properti yang tercatat
di Bursa Efek Jakarta
Tahun 2001-2005
Suytanto
(2013)
Nilai
tukar
uang,
suku
bunga, inflasi
Hasil tersebut menunjukan nilai
tukar uang berpengaruh negative
terhadap return saham begitu juga
suku bunga yang berpengaruh
negative
sedangkan
inflasi
berpengaruh positif terhadap
return saham
3
Analisis Kausalitas
Suku
Bunga
Deposito, Inflasi dan
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Di
Indonesia
Yani
Kausalitas
suku
bunga
deposito,
inflasi , harga
saham
Hasil dari uji stasioneritas
menunjukan bahwa Suku Bunga
Deposito stasioner pada tingkat
Second difference, inflasi yang
stasioner pada tingkat dan begitu
juga dengan IHSG yang telah
Stasioner pada tingkat first
difference
Pengaruh
Rasio
Camel
Terhadap
Kinerja
Keuangan
Perbankan
yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Lestari
(2010)
CAR,
NPL,
ROA, ROE,
NIM, BOPO,
LDR.
Hasil penelitian menunjukkan
CAR, NPL, ROA, ROE, NIM,
BOPO, LDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan
Laba
4
(2014)
Hasil Penelitian
36
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merupakan model konspetual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai masalah
penting. Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian dan tinjauan
pustaka yang telah dikemukakan, kerangka konspetual dalam penelitian tercantum
dalam gambar 2.1
CAR
(x1)
NPL
(x2)
BOPO
(X3)
H1
H2
H3
H4
Return Saham
(Y)
ROA
(x4)
H5
LDR
(X5)
Suku bunga
H6
(X6)
inflasi
(X7)
H7
H8
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
37
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya banyak penelitian meneliti rasio-rasio CAMEL terhadap
struktur modal, kinerja perusahaan, pertumbuhan laba, dimana rasio CAMEL
digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank, bank yang sehat dilihat dari
struktur modal yang baik, pertumbuhan laba yang tinggi. Di Penelitian ini
dilakukan untuk melihat apakah bank yang sehat memiliki return saham yang
sehat dalam arti banyaknya Investor yang menanamkan modalnya akan selaras
dengan peningkatan terhadap return saham. Untuk melihat bank yang sehat
digunakan rasio CAMEL. Rasio CAMEL yang diwakili oleh CAR, NPL, BOPO,
ROA dan LDR dan apakah ada pengaruhnya terhadap masuknya faktor kebijakan
moneter dan fiscal berupa Suku Bunga dan Inflasi dimana menggunakan rumus
yang semuanya berhubungan dengan Return Saham. Dan penelitian ini ingin lebih
tau seberapa besar pengaruh faktor ekstenal dan internal apakah hasilnya akan
berpengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri setiap variabel independen
mempengaruhi dependennya, atau secara simultan atau secara bersama-sama
variabel independennya akan berpengaruh terhadap variabel dependennya.
2.4 Hipotesis Penelitian
1.
Hubungan Capital Adequacy Ratio Terhadap Return Saham
CAR adalah modal minimum yang cukup menjaminkepentingan
pihak ketiga. Modal ini sangat penting bagi kemajuan bank dan dapat
digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian
akibat dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya berasal sebagian
besar dari dana pihak ketiga. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit
38
Universitas Sumatera Utara
atau aktiva produktif yang berisiko. Informasi mengenai CAR yang
tinggi diterima investor sebagai
sinyal baik karena menunjukkan
bahwa bank dalam kondisi yang prima.
Persepsi terhadap kinerja bank akan meninggkat sebagai akibat
dari sinyal baik yang diberikan oleh bank. Hal tersebut akan berdampak
pada peningkatan permintaan saham sehingga memicu meningkatnya
harga saham dan pada akhirnya akan meningkatkan return saham.
Berdasar uraian tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan CAR
berpengaruh positif terhadap return saham
H1 : Capital Adequacy Ratio berpengaruh Terhadap Return
Saham
2. Hubungan Non Performing Loan terhadap Return Saham
Rasio non-performing loan menunjukan bahwa kemampuan
manajemen
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
diberikan oleh bank. Kredit bermasalah adalah kredit dengan
kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Sehingga semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit
bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar
maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar dan memungkinkan pencapaian laba semakin rendah. Hal
tersebut memberikan sinyal buruk kepada investor karena investor
menganggap bank tidak mampu mengelola kredit yang disalurkan
bank dengan baik. Oleh karena itu, para investor juga akan menilai
39
Universitas Sumatera Utara
suatu perbankan yang berujung pada keputusan investasi yang
dapat mempengaruhi tingkat harga saham standard an return saham
yang akan di dapat
H2 : Non Performing Loan berpengaruh terhadap Return
Saham
3. Hubungan Operating Expense to Operating Income terhadap
Return Saham
Rasio Operating Expense to Operating Income (OEOI) / rasio
BOPO digunakan untuk menilai kualitas manajemen bank.
Menurut Dendawijaya (2003) rasio ini menunjukkan perbandingan
antara operation expense dengan operation income. Rasio biaya
operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Biaya
operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban
bunga dan total beban operasional lainnya.
Pendapatan
operasional
adalah
penjumlahan
dari
total
pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
Sehingga jika semakin besarrasio ini berarti manajemen semakin
beroperasi kurang efisiens ehingga laba akhirpun akan semakin
kecil. Kondisi ini akan menurunkan reputasi bank meraih laba
sehingga pada akhirnya akan berdampak pada harga saham
perusahaan. Dan selanjutnya adalah semakin menurunnya return
saham.
40
Universitas Sumatera Utara
H3 : Operating Expense to Operating Income berpengaruh
terhadap Return Saham
4. Hubungan Return on Asset terhadap Return Saham
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang
dihasilkan dari ratarata total aset bank yang bersangkutan. Semakin
besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional
sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata volume
usaha atau aktiva (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Beradasarkan peraturan Bank Indonesia tingkat ROA yang baik
diatas 1,22%. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Hal tersebut
dinilai investor sebagai informasi yang baik karena menunjukkan
manajemen bank mampu memanfaatkan aset yang dimiliki untuk
memperoleh laba yang tinggi. Ketertarikan investor dengan saham
bank tesrsebut akan meninggkatsehingga mendorong kenaikan harga
saham dan return saham.
H4 : Return on Asset berpengaruh terhadap return Saham
41
Universitas Sumatera Utara
5. Hubungan Loans to deposits Ratio terhadap Return Saham
Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar
kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas.
Menurut Ariyani (2010) Semakin rendah LDR menunjukkan
kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit. LDR yang
rendah
menunjukkan
bank
belum
sepenuhnya
mampu
mengoptimalkan penggunaan dana masyarakat untuk melakukan
ekspansi kredit. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk
rasio LDR suatu bank adalah 80% hingga 110%. Apabila rasio
LDR suatu bank berada di bawah 80%, dapat dikatakan bahwa
kinerja bank kurang optimal sehingga bank tersebut kehilangan
kesempatan untuk memperoleh profit yang lebih.
Informasi mengenai peningkatan LDR pada suatu bank
memberikan sinyal baik pada investor karena dapat diartikan
bahwa bank mampu menyalurkan kreditnya dengan baik.
Peningkatan kredit akan meningkatkan pendapatan bunga bank
sehingga profit meningkat yang mengindikasikan pertumbuhan
laba yang semakin besar. Profit bank yang tinggi akan
meningkatkan ketertarikan investor terhadap saham bank tersebut.
Permintaan saham meningkat dan berdampak pada peningkatan
retun saham
42
Universitas Sumatera Utara
H5 : Loans Deposit to Ratio berpengaruh terhadap Return
Saham
6. Hubungan Suku Bunga terhadap Return Saham
Suku bunga merupakan harga atas dana yang dipinjam (Reilly
and Brown, 1997). Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan
kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku
saat
itu.
Apakah
akan
menerbitkan
sekuritas
ekuitas
atau
hutang/obligasi. Karena penerbitan obligasi/penambahan hutang hanya
dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari
penambahan modal tersebut (Riyanto,1990). Suku bunga yang rendah
akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah.
Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan
aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat.
Kaitan antara suku bunga dan return saham dikemukakan pula oleh
Boedie et al (1995) yang menyatakan bahwa perubahan harga saham
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang salah satunya adalah suku
bunga. Hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh Utami dan Rahayu (2003) yang menemukan secara empiris
pengaruh suku bunga terhadap harga saham selama masa krisis di
Indonesia. Dari paparan di atas dapat diajukan hipotesis berikut:
H6 : Suku Bunga berpengaruh terhadap Return Saham
43
Universitas Sumatera Utara
7. Hubungan Inflasi terhadap Return Saham
Inflasi menunjukkan arus harga secara umum (Samuelson,
1992). Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli,
baik individu maupun perusahaan. Penelitian tentang hubungan antara
inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo
(dalam Almilia, 2003) yang menyatakan bahwa makin tinggi inflasi
akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya
profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di
bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham
perusahaan tersebut.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu
(2003) membuktikan secara empirik pengaruh inflasi terhadap harga
saham, semakin tinggi tingkat inflasi semakin rendah return saham.
Penelitian tersebut juga dilakukan oleh Adams et al (2004) yang
menemukan secara signifikan pengaruh negatif inflasi terhadap return
saham. Inflasi yang tinggi bagi perusahaan properti akan menurunkan
profitabilitas
perusahaan
sehingga
return
saham
pun
dapat
terpengaruh.
H7 : Inflasi berpengaruh terhadap Return Saham
44
Universitas Sumatera Utara
8. Hubungan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Return
On Asset, Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga dan Inflasi
terhadap Return Saham
Menurut beberapa kesimpulan sementara yang telah disebutkan
sebelumnya hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, maka peneliti mengasumsi bahwa secara simultan Capital
Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional, Return On Asset, Loan to Deposit Ratio,
Suku Bunga, dan Inflasi berpengaruh terhadap Return Saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Dari penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskansebagai
berikut:
H8: Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Return On Asset,
Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga, dan Inflasi berpengaruh
simultan terhadap Return Saham
45
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1
Teori Sinyal (Signalling Theory)
Informasi mengenai kondisi perusahaan sangat dibutuhkan oleh
investor dan hendaknya para pelaku bisnis menyediakan informasi tersebut.
Informasi ini berisi keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan
masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang suatu perusahaan.
Informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi. Apabila pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima
oleh pasar.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada
waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau
sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal
baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham saham, dimana
harga saham menjadi naik sehingga return saham juga akan meningkat. Teori
sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai
dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak
8
Universitas Sumatera Utara
eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat
asimetri informasi.
Perusahaan lebih mengetahui kondisi dan prospek yang akan datang
yang akan dialami perusahaan daripada pihak luar (investor, kreditor). Oleh
karena itu, perusahan merasa perlu untuk memberikan informasi kepada
investor. Asimetri informasi dapat terjadi di antara dua kondisi yaitu
perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen,
atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap
manajemen dan return saham (Purwasih, 2010).
Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya
sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau
pun pihak yang berkepentingan lainnya (contoh: investor). Sinyal yang
diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan, laporan kegiatan yang telah dilakukan oleh manajemen
untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi
serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik
dari pada perusahaan lain. Dengan adanya informasi tersebut diharapkan akan
mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi sehingga nantinya akan
berdampak pada return saham.
9
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Efficient Market Theory (Efficient Market Hypothesis/EMH)
Menurut Jogiyanto (2003), kunci untuk mengukur pasar yang efisien
adalah hubungan antara harga saham dengan informasi. Informasi yang
digunakan untuk menilai kefektifitasan pasar yaitu informasi yang memiliki
keterkaitan dengan sekuritas tersebut. Menurut Fama (dalam Jogiyanto, 2003)
informasi yang digunakan untuk menilai keefektifitasan pasar yaitu:
informasi masa lalu, informasi yang sekarang sedang dipublikasikan dan
informasi privat. Karakteristik suatu pasar modal yang efisien yaitu
terdapatnya investor - investor yang berpengetahuan luas dan tersedianya
informasi yang memadai sehingga mereka dapat merespon secara cepat atas
informasi baru yang terjadi di pasar.
Fama (dalam Jogiyanto, 2003) menyajikan tiga macam bentuk utama
dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu:
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari
sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) informasi masa
lalu.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika hargaharga
sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang dipublikasikan (all publicly available information)
termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan emiten.
10
Universitas Sumatera Utara
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga dari
sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat.
2.1.3 Bank
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998
pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kuncoro (2002;68) bank adalah lembaga
keuangan yang pokok usahanya adalah menghimpun dana dan menyalurkan
dananya kembali tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta
memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Menurut Ktut Silvanita (2009:14) Bank adalah anggota lembaga keuangan
yang paling dominan,mampu memobilisasi dana-mengumpulkan dana dan
mengalokasikan dana-dalam jumlah besar dibandingkan anggota lembaga
keuangan lainnya.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, yang artinya dari setiap kegiatan
perusahaan berhubungan dengan masalah keuangan. Selain itu badan usaha
ini memiliki fungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran. Dalam arti
11
Universitas Sumatera Utara
badan usaha yang memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang.
Bank mempunyai 3 kegiatan utama,yaitu :
1. Menghimpun dana
Menghimpun dana adalah mengumpulkan atau mencari dana dari
masyarakat, kegiatan ini biasanya disebut funding. Adapun bentuk dari
kegiatan ini yaitu :
a. Giro
Rekening giro atau checking account adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek
untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan,
sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan
sebagai alat pembayaran.
b. Deposito Berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara
deposan dan bank.
c. Tabungan
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
12
Universitas Sumatera Utara
2. Menyalurkan Dana
Menyalurkan dana biasanya dalam bentuk kredit,dimana dananya berasal
dari kegiatan bank yang pertama yaitu menghimpun dana. Berdasarkan
UU No.10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992
tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihakpeminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kegiatan penyaluran dana ini
biasanya sering disebut dengan istilah lending
3. Memberikan Jasa Bank Lainnya
Memberikan jasa bank lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran
kegiatan utama,yaitu kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Jasa
perbankan lainnya meliputi:
a. Jasa menerima setoran
b. Jasa melayani pembayaran
c. Jasa Pengiriman Uang ( transfer )
d. Jasa Letter of Credit
e. Jasa Kliring
f. Jasa Money Changer
g. Jasa Bank Garansi
h. Jasa Safe Deposit Box
i. Jasa Travelers Cheque
13
Universitas Sumatera Utara
Fungsi Utama Bank Secara Spesifik :
1. Agent Of Trust
Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama
kegiatan perbankan adalah kepercayaan ( trust ), baik dalam
penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menyimpan dananya di bank apabila dilandasi kepercayaan. Dalam
fungsi ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana
maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini akan terus berlanjut
kepada pihak debitUr. Kepercayaan ini penting dibangun karena dalam
keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik dari segi
penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran
dana tersebut.
2. Agent Of Development
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan
ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat
diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil.
Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan
investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa,
mengingat bahwa kegiatan investasi , distribusi dan konsumsi tidak
dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan
investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan
pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
14
Universitas Sumatera Utara
3. Agent Of Services
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan
ekonomi. Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur
dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain
kepada masyarakan. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya
dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
Menurut Kashmir (2004:61), bahwa hal ini sesuai dengan
fungsinya bahwa bank adalah lembaga keuangan di mana kegiatan
sehari-harinya adalah dalam bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum
menjual uang ( memberikan pinjaman) bank harus lebih dulu membeli
uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank
mencari keuntungan.
Sumber- Sumber dana bank
Sumber-sumber dana bank terdiri dari :
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal
sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang
sahamnya.Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri
terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham
b. Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan
bank pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang
15
Universitas Sumatera Utara
sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi
laba yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum
dibagikan
pada
tahun
yang
bersangkutan
sehingga
dapat
dimanfaatkansebagai modal untuk sementara waktu.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami
kesulitan
dalam
pencarian
sumber
dana
pertama
dan
kedua
diatas.Secara umum kegiatan penghimpunan dana ini di bagi ke dalam
3 jenis yaitu :
‐Simpanan Giro ( Demand Deposit )
‐Simpanan Tabungan ( Saving Deposit )
‐Simpanan Deposito ( Time Deposit )
16
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Pengertian Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan
perseroan terbatas dengan manfaat yang dapat diperoleh berupa dividen,
capital gain dan manfaat non finansial antara lain berupa konsekuensi atas
kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara
dalam menentukan jalannya perusahaan.
Menurut
Tjiptono
dan
Hendy
(2006,h.6),
saham
dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh
seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Menurut Jogiyanto (2003) saham dibagi menjadi dua yaitu:
saham preferen dan saham biasa.
1. Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham
biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham
preferen juga memberikan hasil tetap berupa dividen preferen. Dalam hal
likuidasi pemegang saham preferen di bawah pemegang obligasi. Jika
dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen memiliki beberapa
kelebihan, yaitu hak untuk menerima dividen secara tetap dan hak
pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.
17
Universitas Sumatera Utara
2. Saham biasa
Hak pemegang saham biasa:
a. Hak kontrol saham biasa
Hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan dalam
perusahaan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pemegang saham biasa
memiliki kontrol untuk menentukan siapa yang akan memimpin
perusahaan tersebut
b. Hak menerima pembagian keuntungan
Hak pemegang saham untuk menerima bagian dari keuntungan
perusahaan.
c. Hak preemptive
Hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika
perusahaan mengeluarkan tambahan jumlah lembar saham. Hak
preemptive memberikan prioritas kepada pemegang saham lama untuk
membeli tambahan saham yang baru, sehingga persentase kepemilikan
pemegang saham lama tidak berubah.
2.1.5 Return Saham
Salah satu tujuan investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan
return. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi,
tentunya investor tidak akan melakukan investasi. Jadi semua investasi
mempunyai tujuan utama mendapatkan return (Ang, 1997: 202)
18
Universitas Sumatera Utara
a. Pengertian Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009: 199), return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi. Menurut Samsul (2006: 291), return adalah
pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi.
Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan keuntungan yang
diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan
jika rugi disebut capital loss.
Menurut Brigham dan Houston (2006: 215), return atau tingkat
pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang
diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa return saham
merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil
jual beli saham.
b. Jenis-jenis Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009: 199), return saham dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
1) Return realisasian
Return realisasian merupakan return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis.
2) Return ekspektasian
Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa mendatang.
�
ℎ
=
� − � ‐₁
×
� ‐₁
19
Universitas Sumatera Utara
Pt = harga saham pada periode t
Pt-1 = harga saham pada periode t-1
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk meningkatkan
nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa melupakan
faktor
risiko
yang
dihadapinya.
Return
saham
yang
tinggi
mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila
suatu saham aktif diperdagangkan, maka agen tidak akan lama menyimpan
saham tersebut sebelum saham tersebut diperdagangkan (Fuadi, 2009).
2.1.6
Komponen CAMEL
2.1.6.1. Permodalan (Capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku
b. Komposisi permodalan
c. Tren ke depan/ proyeksi KPMM
d. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank
e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan (laba ditahan)
f. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
g. Akses kepada sumber permodalan dan
h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan.
20
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur
aspek permodalan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).
2.1.6.1 Kualitas Aset (Asset Quality)
Dalam mengukur kualitas asset dapat dinilai dengan menggunakan
aktiva produktifnya. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen
komponen
sebagai berikut:
a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva
produktif
b. Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit
c. Perkembangan aktiva produktif bermasalah (nonperforming asset)
dibandingkan aktiva produktif
d. Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP)
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif
f. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif
g. Dokumentasi aktiva produktif dan
h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur aspek
kualitas aset adalah Non Performing Loan (NPL)
21
Universitas Sumatera Utara
2.1.6.2 Manajemen (Management)
Menilai kualitas manajemen dapat diketahui dari sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen tersebut. Kualitas sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen ini dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan kemampuan karyawan dalam menangani kasus. Penilaian
terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Manajemen umum
b. Penerapan sistem manajemen risiko
c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen
kepada bank Indonesia dan atrau pihak lainnya.
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur aspek
manajemen adalah Operating Expense to Operating Income (OEOI).
2.1.6.3 Rentabilitas (Earning)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
a. Return On Assets (ROA)
b. Return On Equity (ROE)
c. Net Interest Margin (NIM)
d. Pertumbuhan laba operasional
e. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan
f. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya dan
22
Universitas Sumatera Utara
g. Prospek laba operasional.
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur
aspek rentabilitas adalah Return on Assets (ROA).
2.1.6.4 Likuiditas (Liquidity)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang
dari 1 bulan
b. 1-month maturity mismatch ratio
c. loan to deposit ratio (LDR)
d. Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang
e. Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti
f. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas
g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar
modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya dan
h. Stabilitas dana pihak ketiga (DPK).
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur aspek
likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).
23
Universitas Sumatera Utara
2.1.7
Aturan Kesehatan Bank
Aturan Kesehatan Bank Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, Pembinaan dan Pengawasan Bank dilakukan oleh Bank
Indonesia, menciptakan bahwa:
1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, solvabilitas,
dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatia-hatian,
2. Dalam menerbitkan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang
tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank,
3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia,
4. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku, berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib
memberikan bantuan dalam rangka memeperoleh kebenaran dari segala
keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut,
5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala
maupun setiap waktu apabila diperlukan Bank Indonesia dapat menugaskan
akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan
pemeriksaaan terhadap bank,
24
Universitas Sumatera Utara
6. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba
rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu
dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi
tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik,
7. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan
bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2.1.8
Rasio CAMEL
Dalam melakukan penelitian terhadap kesehatan bank, Bank Sentral
biasanya menggunakan kriteria CAMELS yaitu, Capital Adequacy, Assets
Quality,Manajemen Quality, Earnings, Liquidity, Sensitivity to market risk.
Berikut ini akan merupakan penjelasan pada periode tertentu, dan dapat dijadikan
tolok ukur untuk menilai tingkat dari faktor CAMELS yang dapat diukur dalam
bentuk rasio untuk melakukan perhitungan penilaian tingkat kesehatan bank yaitu
sebagai berikut :
2.1.8.1 Capital Adequacy Ratio
Aspek permodalan yang dinilai dari CAR (Capital Adequacy
Ratio) adalah permodalan yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan
modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital
Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, yakni paling
sedikit 8%. Menurut Siamat (2005) “perhitungan rasio kecukupan modal
dilakukan dengan membandingkan jumlah modal yang dimiliki bank
dengan aktiva tertimbang menurut risiko rasio ini dirumuskan sebagai
berikut
25
Universitas Sumatera Utara
�� =
�
� �
×
Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 (dua)
faktor utama itu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva
Tertimbang menurut Risiko (AMTR) yang dikelola oleh bank tersebut.
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko adalah nilai total masing-masing
aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva
tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva
yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian ATMR
menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal
dalam jumlah yang cukup (Susilo, 2000:28).
Menurut standar internasional, yaitu Banking for International
Settlement (BIS) yang berpusat di Jenewa minimum bobot Capital
Adequacy Ratio adalah sebesar 8% dan dari waktu ke waktu akan
disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi.
Tabel 2.1
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Permodalan
Rasio
CAR ≥ 12%
9% ≤ CAR < 12%
8% ≤ CAR < 9%
6% < CAR < 8%
CAR ≤ 6%
Peringkat
1
2
3
4
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
26
Universitas Sumatera Utara
2.1.8.2 Non Performing Loan
Asset quality yang dinilai dari NPL (Non Performing Loan)
merupakan rasio yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan memungkinkan
pencapaian laba semakin rendah.
Rasio ini dapat dirumuskan
=
�
�
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal
12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL
yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank.
Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin
berkurang sehingga pertumbuhan tingkat return saham bank akan
mengalami penurunan.
27
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Non Performing Loan
Rasio
Predikat
NPL ≤ 5%
Sehat
NPL > 5%
Tidak Sehat
(Sumber: Bank Indonesia 2004)
2.1.8.3 Operating Expense to Operating Income (OEOI/Rasio BOPO)
Aspek manajemen bank dapat dinilai dengan menggunakan rasio
Operating Expense to Operating Income (OEOI) atau disebut juga rasio
Beban Opersaional terhadap Pendapatan Operasional. Aspek manajemen
bank dinilai oleh bank Indonesia dengan menggunakan kuesioner yang
harus direspons oleh pengelola bank dalam rangka mengetahui dan
memetakan kualitas manajemennya. Informasi yang sangat privat sehingga
sulit memperolehnya. Sebagai alternative, dapat digunakan pemeringkatan
bank oleh lembaga independen atau dengan menggunakan rasio keuangan
yaitu rasio Operating Expense to Operating Income (OEOI). Rasio ini
menunjukan perbandingan antara operating expense dengan operating
income. Rumus perhitungan rasio OEOI adalah
�=
�
�
�
Menurut Suardana (2007) semakin besar rasio ini menunjukan
bahwa manajemen bank cenderung menghasilkan laba operasi yang lebih
kecil sebagai akibat kegiatan operasionalnya kurang efisien atau biaya
operasional yang relatif lebih besar.
28
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3
Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO
Rasio
Peringkat
BOPO ≤ 94%
1
94% < BOPO ≤ 95%
2
95% < BOPO ≤ 96%
3
96% < BOPO ≤ 97%
4
BOPO > 97%
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2.1.8.4 Return on Assets
Tingkat laba atau profitability yang diperoleh oleh bank ini dapat
diukur dengan Return on Asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk
mengukur efektifitas manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
atau laba keseluruhan. Besarnya laba
keberhasilan
perusahaan.
Kurangnya
merupakan ukuran pokok
laba
akan
mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dan penanaman
ekuitas. Menurut Dendawijaya (2003), semakin besar ROA suatu bank,
maka semakin baik pula posisi bank tersebut dalam hal penggunaan aset.
Dengan pencapaian laba yang tinggi, maka investor dapat
mengharapkan keuntungan lebih dari dividen yang diterima. Dividen yang
tinggi akan membuat ketertarikan investor pada bank tersebut sehingga
mampu mempengaruhi peningkatan harga saham, sehingga return saham
pun akan meningkat
� =
�
×
29
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4
Matriks kriteria Peringkat Komponen ROA
Rasio
Predikat
Di atas 1,22 %
Sehat
0.99 – 1,22 %
Cukup Sehat
0,77 – 0,99 %
Tidak Sehat
2.1.8.5 Loans to Deposits Ratio
Aspek likuiditas pada penelitian ini diproksikan dengan LDR.
Loans to Deposits Ratio merupakan perbandingan total pinjaman yang
diberikan dengan total dana pihak ketiga atau total deposit. Berikut
disajikan rumus perhitungan LDR menurut Martono (2003).
�=
�
LDR ratio menggambarkan perbandingan antara kredit yang
dikeluarkan bank dengan dana dari pihak ketiga. Meningkatnya LDR ratio
berarti meningkat pula pendapatan
bunga yang diperoleh oleh bank.
Dengan semakin meningkatnya LDR berarti profitabilitas meningkat yang
mengindikasikan pertumbuhan laba yang semakin besar. Sebaliknya, akan
berdampak terhadap penurunan harga saham jika semakin kecil rasio ini.
30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5
Matriks Kriteria Peringkat Komponen LDR
Rasio
Peringkat
LDR ≤ 75%
1
75% < LDR ≤ 85%
2
85% < LDR ≤ 100%
3
100% < LDR ≤ 120%
4
LDR > 120%
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2.1.9
Suku Bunga
Menurut Anatoly Karvof (2004:79), Tingkat bunga merupakan ukuran
keuntungan investasi yang dapat diperoleh investor dan juga merupakan ukuran
biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana
dari pemodal. Menurut Ross SA Westerfield Ross and Jaffe J.F (2002) Tingkat
suku bunga terdiri dari dua tipe yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga
rill. Menggunakan tingkat bunga. Naik turunnya suku bunga SBI ditentukan oleh
bank sentral dimana di
Indonesia adalah Bank Indondesia yang tujuannya
mengendalikan jumlah uang yang beredar. Untuk mendorong investasi, Bank
Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga sehingga perusahaan- perusahaan
akan lebih mudah melakukan investasi.
Kebijakan bunga rendah dengan meningkatkan suku bunga sehingga
masyarakat akan
lebih suka menabung daripada melakukan investasi atau
konsumsi. Suku bunga yang dimaksud adalh suku bunga yang diumumkan oleh
bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia yaitu suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia . Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan
31
Universitas Sumatera Utara
utang berjangka waktu pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan
sistem diskonto. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank
Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah.
Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang
primer yang
beredar. Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan
mekanisme BI Rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga
SBI yang diinginkan oleh Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode
tertentu. BI Rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar
dalam mengikuti pelelangan. BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku
bunga SBI satu bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI Rate.
Selanjutnya suku bunga SBI satu bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga
pasar uang antar bank dan suku bunga jangka yang lebih
2.1.10 Inflasi
Menurut Sukirno (2008, h.14), inflasi didefinisikan sebagai suatu proses
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.Tingkat inflasi
berbeda dari satu periode ke periode lain dan berbeda pula dari satu negara ke
negara lain. Ada kalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai dua atau
tiga persen. Tingkat inflasi
yang moderat mencapai
diantara empat sampai
sepuluh persen. Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa puluh
atau beberapa ratus persen dalam setahun.
Menurut Sukirno (2000) terdapat dua faktor yang mempengaruhi inflasi yaitu:
32
Universitas Sumatera Utara
a. Inflasi tarikan-permintaan (demand-pull inflation)
Inflasi terjadi apabila perusahaan tidak mampu melayani permintaan konsumen
terhadap barang. Hal tersebut berdampak pada kelangkaan barang di pasar
sehingga akan memicu peningkatan harga.
b. Inflasi dorongan-biaya (cost-push imflation)
Inflasi yang disebakan karena terdapat kenaikan biaya produksi. Pertambahan
biaya produksi akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk menaikkan
harga produk, walaupun perusahaan-perusahaan tersebut harus menanggung
risiko perurunan permintaan barang yang diproduksi.
Indikator inflasi adalah sebagai berikut (www.bi.go.id):
a. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan
untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang di konsum si
oleh masyarakat. Tingkat inflasi di Indonesia biasanya diukur dengan IHK.
b.
Indeks
Harga
menggambarkan
Perdagangan
pergerakan
Besar
harga
dari
merupakan
indikator
yang
komoditi-komoditi
yang
diperdagangkan di suatu daerah.
Menurut Samsul (2006) tingkat inflasi dapat memberikan pengaruh positif
maupun negatif tergantung pada tingkat inflasi tersebut. Tingkat inflasi yang
tinggi dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, banyak perusahaan
akan mengalami kebangkrutan. Inflasi yang tinggi dapat menurunkan harga
saham di pasar, sedangkan tingkat inflasi yang sangat rendah akan
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak lamban, sehingga pergerakan
33
Universitas Sumatera Utara
harga saham juga sangat lamban. Merupakan suatu pekerjaan yang sulit untuk
menciptakan tingkat inflasi yang mampu mendorong pergerakan usaha,
sehingga perusahaan akan mampu memperoleh keuntungan yang
maksimal dan harga saham dapat bergerak normal.
Inflasi ini disebabkan oleh berbagai hal. Menurut Sukirno (2000)
penyebab inflasi yaitu:
a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa
b. Pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah apabila
pekerja kesulitan dalam mencari tambahan penghasilan. Hal tersebut memaksa
pekerja untuk menuntut kenaikan upah sehingga menaikan biaya produksi dan
akhirnya akan menaikkan harga produk.
Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya
a.
Inflasi Ringan : Pengertian inflasi ringan adalah inflasi yang belum terlalu
mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ringan mampu dikendalikan
dengan tingkat nilai dibawah 10% per tahun.
b.
Inflasi Sedang : Pengertian inflasi sedang adalah inflasi yang dapat
menurunkan kesejahteraan masyarakat bagi penghasilan tetap dengan
tingkat laju inflasi sebesar 10%-30% per tahun.
c.
Inflasi Berat : Pengertian inflasi berat adalah inflasi yang mampu
mengacaukan perekonomian yang berakibat pada kurangnya minat
masyarakat dalam menabung karna bunga bank lebih rendah dari laju
angkat inflasi, inflasi berat memiliki laju sekitar 30%-100% per tahun.
34
Universitas Sumatera Utara
d.
Inflasi Sangat Berat atau Hiperinflasi : Pengertian inflasi sangat berat
adalah inflasi yang telah mengacaukan kondisi perekonomian dan sulit
dikendalikan walapun dengan melakukan kebijakan moneter atau
kebijakan fiskal dengan laju inflasi diats 100% per tahun.
35
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Peneltian Terdahulu
Tabel 2.6
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Variabel
Penelitian
NO
Judul Penelitian
Peneliti
1
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan
Bank
Terhadap Perubahan
Harga
Saham
Perusahaan
Perbankan
yang
Terdaftar di Bank
Indonesia (BI)
Pasaribu
(2010)
CAR, ROE,
NPM, RORA,
BOPO, LDR
Secara simultan, hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa CAR,
ROE, NPM, RORA, BOPO, dan
LDR memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan
harga
saham
perusahaan
perbankan.sedangkan
secara
parsial NPM, RORA, BOPO, dan
LDR tidak memiliki pengaruh
yang
signifikan
terhadap
perubahan
harga
saham
perusahaan perbankan.
2
Analisis
Pengaruh
Nilai Tukar Uang,
Suku Bunga dan
Inflasi
terhadao
Return Saham sector
Properti yang tercatat
di Bursa Efek Jakarta
Tahun 2001-2005
Suytanto
(2013)
Nilai
tukar
uang,
suku
bunga, inflasi
Hasil tersebut menunjukan nilai
tukar uang berpengaruh negative
terhadap return saham begitu juga
suku bunga yang berpengaruh
negative
sedangkan
inflasi
berpengaruh positif terhadap
return saham
3
Analisis Kausalitas
Suku
Bunga
Deposito, Inflasi dan
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Di
Indonesia
Yani
Kausalitas
suku
bunga
deposito,
inflasi , harga
saham
Hasil dari uji stasioneritas
menunjukan bahwa Suku Bunga
Deposito stasioner pada tingkat
Second difference, inflasi yang
stasioner pada tingkat dan begitu
juga dengan IHSG yang telah
Stasioner pada tingkat first
difference
Pengaruh
Rasio
Camel
Terhadap
Kinerja
Keuangan
Perbankan
yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Lestari
(2010)
CAR,
NPL,
ROA, ROE,
NIM, BOPO,
LDR.
Hasil penelitian menunjukkan
CAR, NPL, ROA, ROE, NIM,
BOPO, LDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan
Laba
4
(2014)
Hasil Penelitian
36
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merupakan model konspetual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai masalah
penting. Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian dan tinjauan
pustaka yang telah dikemukakan, kerangka konspetual dalam penelitian tercantum
dalam gambar 2.1
CAR
(x1)
NPL
(x2)
BOPO
(X3)
H1
H2
H3
H4
Return Saham
(Y)
ROA
(x4)
H5
LDR
(X5)
Suku bunga
H6
(X6)
inflasi
(X7)
H7
H8
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
37
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya banyak penelitian meneliti rasio-rasio CAMEL terhadap
struktur modal, kinerja perusahaan, pertumbuhan laba, dimana rasio CAMEL
digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank, bank yang sehat dilihat dari
struktur modal yang baik, pertumbuhan laba yang tinggi. Di Penelitian ini
dilakukan untuk melihat apakah bank yang sehat memiliki return saham yang
sehat dalam arti banyaknya Investor yang menanamkan modalnya akan selaras
dengan peningkatan terhadap return saham. Untuk melihat bank yang sehat
digunakan rasio CAMEL. Rasio CAMEL yang diwakili oleh CAR, NPL, BOPO,
ROA dan LDR dan apakah ada pengaruhnya terhadap masuknya faktor kebijakan
moneter dan fiscal berupa Suku Bunga dan Inflasi dimana menggunakan rumus
yang semuanya berhubungan dengan Return Saham. Dan penelitian ini ingin lebih
tau seberapa besar pengaruh faktor ekstenal dan internal apakah hasilnya akan
berpengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri setiap variabel independen
mempengaruhi dependennya, atau secara simultan atau secara bersama-sama
variabel independennya akan berpengaruh terhadap variabel dependennya.
2.4 Hipotesis Penelitian
1.
Hubungan Capital Adequacy Ratio Terhadap Return Saham
CAR adalah modal minimum yang cukup menjaminkepentingan
pihak ketiga. Modal ini sangat penting bagi kemajuan bank dan dapat
digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian
akibat dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya berasal sebagian
besar dari dana pihak ketiga. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit
38
Universitas Sumatera Utara
atau aktiva produktif yang berisiko. Informasi mengenai CAR yang
tinggi diterima investor sebagai
sinyal baik karena menunjukkan
bahwa bank dalam kondisi yang prima.
Persepsi terhadap kinerja bank akan meninggkat sebagai akibat
dari sinyal baik yang diberikan oleh bank. Hal tersebut akan berdampak
pada peningkatan permintaan saham sehingga memicu meningkatnya
harga saham dan pada akhirnya akan meningkatkan return saham.
Berdasar uraian tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan CAR
berpengaruh positif terhadap return saham
H1 : Capital Adequacy Ratio berpengaruh Terhadap Return
Saham
2. Hubungan Non Performing Loan terhadap Return Saham
Rasio non-performing loan menunjukan bahwa kemampuan
manajemen
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
diberikan oleh bank. Kredit bermasalah adalah kredit dengan
kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Sehingga semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit
bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar
maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar dan memungkinkan pencapaian laba semakin rendah. Hal
tersebut memberikan sinyal buruk kepada investor karena investor
menganggap bank tidak mampu mengelola kredit yang disalurkan
bank dengan baik. Oleh karena itu, para investor juga akan menilai
39
Universitas Sumatera Utara
suatu perbankan yang berujung pada keputusan investasi yang
dapat mempengaruhi tingkat harga saham standard an return saham
yang akan di dapat
H2 : Non Performing Loan berpengaruh terhadap Return
Saham
3. Hubungan Operating Expense to Operating Income terhadap
Return Saham
Rasio Operating Expense to Operating Income (OEOI) / rasio
BOPO digunakan untuk menilai kualitas manajemen bank.
Menurut Dendawijaya (2003) rasio ini menunjukkan perbandingan
antara operation expense dengan operation income. Rasio biaya
operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Biaya
operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban
bunga dan total beban operasional lainnya.
Pendapatan
operasional
adalah
penjumlahan
dari
total
pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
Sehingga jika semakin besarrasio ini berarti manajemen semakin
beroperasi kurang efisiens ehingga laba akhirpun akan semakin
kecil. Kondisi ini akan menurunkan reputasi bank meraih laba
sehingga pada akhirnya akan berdampak pada harga saham
perusahaan. Dan selanjutnya adalah semakin menurunnya return
saham.
40
Universitas Sumatera Utara
H3 : Operating Expense to Operating Income berpengaruh
terhadap Return Saham
4. Hubungan Return on Asset terhadap Return Saham
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang
dihasilkan dari ratarata total aset bank yang bersangkutan. Semakin
besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional
sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata volume
usaha atau aktiva (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Beradasarkan peraturan Bank Indonesia tingkat ROA yang baik
diatas 1,22%. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Hal tersebut
dinilai investor sebagai informasi yang baik karena menunjukkan
manajemen bank mampu memanfaatkan aset yang dimiliki untuk
memperoleh laba yang tinggi. Ketertarikan investor dengan saham
bank tesrsebut akan meninggkatsehingga mendorong kenaikan harga
saham dan return saham.
H4 : Return on Asset berpengaruh terhadap return Saham
41
Universitas Sumatera Utara
5. Hubungan Loans to deposits Ratio terhadap Return Saham
Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar
kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas.
Menurut Ariyani (2010) Semakin rendah LDR menunjukkan
kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit. LDR yang
rendah
menunjukkan
bank
belum
sepenuhnya
mampu
mengoptimalkan penggunaan dana masyarakat untuk melakukan
ekspansi kredit. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk
rasio LDR suatu bank adalah 80% hingga 110%. Apabila rasio
LDR suatu bank berada di bawah 80%, dapat dikatakan bahwa
kinerja bank kurang optimal sehingga bank tersebut kehilangan
kesempatan untuk memperoleh profit yang lebih.
Informasi mengenai peningkatan LDR pada suatu bank
memberikan sinyal baik pada investor karena dapat diartikan
bahwa bank mampu menyalurkan kreditnya dengan baik.
Peningkatan kredit akan meningkatkan pendapatan bunga bank
sehingga profit meningkat yang mengindikasikan pertumbuhan
laba yang semakin besar. Profit bank yang tinggi akan
meningkatkan ketertarikan investor terhadap saham bank tersebut.
Permintaan saham meningkat dan berdampak pada peningkatan
retun saham
42
Universitas Sumatera Utara
H5 : Loans Deposit to Ratio berpengaruh terhadap Return
Saham
6. Hubungan Suku Bunga terhadap Return Saham
Suku bunga merupakan harga atas dana yang dipinjam (Reilly
and Brown, 1997). Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan
kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku
saat
itu.
Apakah
akan
menerbitkan
sekuritas
ekuitas
atau
hutang/obligasi. Karena penerbitan obligasi/penambahan hutang hanya
dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari
penambahan modal tersebut (Riyanto,1990). Suku bunga yang rendah
akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah.
Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan
aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat.
Kaitan antara suku bunga dan return saham dikemukakan pula oleh
Boedie et al (1995) yang menyatakan bahwa perubahan harga saham
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang salah satunya adalah suku
bunga. Hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh Utami dan Rahayu (2003) yang menemukan secara empiris
pengaruh suku bunga terhadap harga saham selama masa krisis di
Indonesia. Dari paparan di atas dapat diajukan hipotesis berikut:
H6 : Suku Bunga berpengaruh terhadap Return Saham
43
Universitas Sumatera Utara
7. Hubungan Inflasi terhadap Return Saham
Inflasi menunjukkan arus harga secara umum (Samuelson,
1992). Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli,
baik individu maupun perusahaan. Penelitian tentang hubungan antara
inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo
(dalam Almilia, 2003) yang menyatakan bahwa makin tinggi inflasi
akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya
profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di
bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham
perusahaan tersebut.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu
(2003) membuktikan secara empirik pengaruh inflasi terhadap harga
saham, semakin tinggi tingkat inflasi semakin rendah return saham.
Penelitian tersebut juga dilakukan oleh Adams et al (2004) yang
menemukan secara signifikan pengaruh negatif inflasi terhadap return
saham. Inflasi yang tinggi bagi perusahaan properti akan menurunkan
profitabilitas
perusahaan
sehingga
return
saham
pun
dapat
terpengaruh.
H7 : Inflasi berpengaruh terhadap Return Saham
44
Universitas Sumatera Utara
8. Hubungan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Return
On Asset, Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga dan Inflasi
terhadap Return Saham
Menurut beberapa kesimpulan sementara yang telah disebutkan
sebelumnya hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, maka peneliti mengasumsi bahwa secara simultan Capital
Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional, Return On Asset, Loan to Deposit Ratio,
Suku Bunga, dan Inflasi berpengaruh terhadap Return Saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Dari penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskansebagai
berikut:
H8: Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Return On Asset,
Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga, dan Inflasi berpengaruh
simultan terhadap Return Saham
45
Universitas Sumatera Utara