Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Chapter III VI

36

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kunjungan antenatal care pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak
Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Alasan memilih lokasi ini
karena kunjungan pemeriksaan kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak
masih dibawah target yaitu K1 sebesar 63% dan K4 sebesar 54% pada tahun
2016. Angka ini menunjukkan bahwa kunjungan pemeriksaan kehamilan masih
belum sesuai standar yang telah ditetapkan pemerintah yaitu K1: 95% dan K4:
90%.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan Mei tahun
2017.


36
Universitas Sumatera Utara

37

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang
memiliki bayi usia 0 - 12 bulan dengan alasan sudah melewati masa kehamilan
dan telah melakukan pemeriksaan kehamilan mulai dari trimester pertama hingga
trimester ketiga, masa lalu nya baru 1 tahun dan masih memungkinkan untuk
diwawancarai. Jumlah populasi diperoleh dari data ibu hamil bulan Maret 2016
sampai Februari 2017 sebanyak 728 orang, ibu hamil tersebut melahirkan di tahun
2016 sampai Februari 2017 sehingga yang dijadikan populasi adalah ibu yang
memiliki bayi usia 0-12 bulan di Kecamatan Angkola Barat (Lampiran 1).
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam
penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan di Kecamatan
Angkola Barat.

3.3.2.1 Besar Sampel Penelitian
Besar sampel dari populasi penelitian dihitung menggunakan rumus
Lameshow (1997) :

Universitas Sumatera Utara

38

Keterangan :
n : Besar populasi yang diperlukan
Z : Tingkat Kemaknaan 95% (1,96)
P : Proporsi variabel yang dikehendaki 30% (0,3)
N: Besar Populasi
d : Persisi yang ingin dicapai dinyatakan dalam desimal 0,1
Maka dari rumus diatas besar sampel penelitian:

Berdasarkan perhitungan, maka besar sampel yang dibutuhkan untuk
penelitian sebanyak 73 responden.
3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik probality sampling yaitu

dengan menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling). Cara
penarikan sampel ini dengan menggunakan tabel angka random, dengan ini kita

Universitas Sumatera Utara

39

dapat menarik

bilangan secara random dari kumpulan bilangan dari 1 sampai

ke n. untuk menentukan angka-angka yang akan ditarik digunakan 3 kolom karena
populasi terdiri dari 3 digit (Lampiran 1).
3.4 Metode Pengumpulan data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) jenis,
yaitu data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Primer
Pengumpulan data primer diperoleh secara langsung dari ibu hamil dengan
menggunakan kuesioner yang telah disusun dan mengacu pada variabel yang
diteliti.

3.4.2 Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari
dokumen atau catatan yang diperoleh dari Kantor Dinas kesehatan Kabupaten
Tapanuli Selatan dan Puskesmas Sitinjak, yaitu data cakupan antenatal care dan
data jumlah ibu hamil.
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.4.3.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Sampel pada uji validitas dan reliabilitas berjumlah 30 orang di
Puskesmas Batangtoru dengan karakteristik tidak jauh berbeda dengan Puskesmas
Sitinjak. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/ valid atau tidaknya suatu
keuisioner. Kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada angket mampu untuk

Universitas Sumatera Utara

40

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh pernyataan tersebut. Untuk
menguji validitas alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagianbagian dari alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir,
dimana nilai r tabel = 0,361.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program komputer.
Kriteria yang digunakan untuk uji validitas adalah sebagai berikut :
a. Jika r hitung > r tabel , dengan taraf signifikan α = 0,05 maka pertanyaan
dikatakan valid
b. Jika r hitung < r tabel ,dengan taraf signifikan α= 0,05 maka pertanyaan
dikatakan tidak valid
Uji validitas pada variabel pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan
petugas kesehatan dapat1dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan, Sikap, Dukungan Suami
dan Dukungan Petugas Kesehatan
Corrected ItemNo Variabel
Keterangan
Total Correlation
1
Pengetahuan
Pengetahuan 1
0,385
valid
Pengetahuan 2
0,449

valid
Pengetahuan 3
0,775
valid
Pengetahuan 4
0,449
valid
Pengetahuan 5
0,390
valid
Pengetahuan 6
0,577
valid
Pengetahuan 7
0,724
valid
Pengetahuan 8
0,703
valid
Pengetahuan 9

0,804
valid
Pengetahuan 10
0,577
valid

Universitas Sumatera Utara

41

Tabel 3.1 (Lanjutan)
No
2

3

4

Variabel
Sikap

Sikap 1
Sikap 2
Sikap 3
Sikap 4
Sikap 5
Sikap 6
Sikap 7
Sikap 8
Sikap 9
Sikap 10
Dukungan Suami
Dukungan Suami 1
Dukungan Suami 2
Dukungan Suami 3
Dukungan Suami 4
Dukungan Suami 5
Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan Petugas Kesehatan 1
Dukungan Petugas Kesehatan 2
Dukungan Petugas Kesehatan 3


Corrected ItemTotal Correlation

Keterangan

0,450
0,612
0,489
0,700
0,687
0,611
0,475
0,625
0,577
0,750

valid
valid
valid
valid

valid
valid
valid
valid
valid
valid

0,872
0,677
0,736
0,814
0,758

valid
valid
valid
valid
valid

0,812

0,608
0,608

valid
valid
valid

3.4.3.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan yang sama adalah tetap
atau konsisten dari waktu ke waktu. Teknik yang digunakan dalam pengujian
reliabilitas instrumen adalah menggunakan Cronbach Alpha. Jika hasil uji
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka variabel tersebut dikatakan
reliabel (Nursalam, 2008).

Universitas Sumatera Utara

42

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Sikip, Dukungan
Suami dan Dukungan Petugas Kesehatan
No
Variabel
Cronbach Alpha
Keterangan
1
Pengetahuan
0,854
Reliabel
2
Sikap
0,873
Reliabel
3
Dukungan Suami
0,903
Reliabel
4
Dukungan Petugas Kesehatan
0,807
Reliabel

3.5 Defenisi Operasional
1.

Kunjungan Antenatal care adalah Jumlah kunjungan Antenatal Care selama
hamil

2.

Umur adalah Lama hidup ibu yang dihitung sejak tahun dilahirkan sampai
tahun pada saat penelitian dilakuan

3.

Pendidikan adalah Jenjang sekolah formal yang pernah ditempuh ibu sampai
memperoleh surat tanda tamat (ijazah)

4.

Pengetahuan adalah Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care)

5.

Paritas adalah jumlah kelahiran baik lahir hidup maupun lahir mati yang
dialami ibu

6.

Sikap adalah pandangan atau tanggapan dari ibu hamil dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan

7.

Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga yang didapatkan dalam satu
bulan berdasarkan standar upah minimum kabupaten (umk)

8.

Jarak rumah ke fasilitas kesehatan adalah lama waktu untuk mencapai tempat
pelayanan kesehatan dari tempat tinggal ibu

9.

Dukungan suami adalah mendukung atau tidak mendukung yang diperoleh
ibu dari suami untuk melakukan antenatal care

Universitas Sumatera Utara

43

10. Dukungan petugas kesehatan adalah dorongan dari petugas kesehatan dalam
memberikan informasi atau penyuluhan kepada ibu hamil tentang antenatal
care
3.6 Metode Pengukuran
1.

Kunjungan Antenatal care
Standar kunjungan antenatal care :
a. Minimal 1 kali trimester pertama ( kehamilan usia 0-13 minggu )
b. Minimal 1 kali trimester kedua ( kehamilan usia 14-27 minggu )
c. Minimal 2 kali trimester ketiga ( kehamilan usia 28-36 minggu )
Kunjungan antenatal care dikategorikan menjadi 2 bagian :
a. Lengkap, apabila ibu melakukan kunjungan antenatal care minimal 4 kali
sesuai dengan standar diatas.
b. Tidak lengkap, apabila ibu melakukan kunjungan tetapi tidak sesuai
standar ataupun tidak melakukan kunjungan minimal 4 kali
Skala ukur ordinal

2.

Umur
Umur dikategorikan menjadi bagian :
a. 35 tahun

3.

Pendidikan
Pendidikan dikategorikan menjadi 4 yaitu :
a. Tamat SD

Universitas Sumatera Utara

44

b. Tamat SMP
c. Tamat SMA
d. Tamat perguruan tinggi
4.

Pengetahuan
Pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan dari nomor 1-10 dengan total skor

adalah 10. Menurut Arikunto (2007) tingkat pengetahuan ibu dalam kunjungan
pemeriksaan kehamilan, di bagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :
1. Kurang bila nilai 75% dari nilai seluruh pertanyaan tentang
pengetahuan, dengan nilai 8-10
Skala ukur ordinal
5.

Paritas
1. Primipara ( 1 orang anak )
2. Multipara ( 2-4 orang anak )
3. Grande multipara ( >4 orang anak )

Skala ukur ordinal

Universitas Sumatera Utara

45

6. Sikap
Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 40 dan nilai terendah 10 dengan
kriteria sebagai berikut:
Pertanyaan Positip

Pertanyaan Negatif

Sangat setuju = 4

Sangat Setuju = 1

Setuju = 3

Setuju = 2

Kurang Setuju = 2

Kurang Setuju = 3

Tidak Setuju = 1

Tidak Setuju = 4

Cara menentukan kategori tingkat sikap responden mengacu pada persentase
berikut (Arikunto, 2007):
1. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh 70% dari seluruh pertanyaan
dengan nilai 32-40
Skala ukur ordinal
7. Pendapatan
Pendapatan dikategorikan atas:
1. Rendah jika 15 menit.
Jarak ke pelayanan kesehatan dikategorikan :
1. Dekat ≤ 15 menit
2. Jauh > 15 menit
Skala ukur ordinal
9. Dukungan suami
Dukungan suami terdiri dari 5 pertanyaan dengan nilai tertinggi 5.
Dikategorikan atas:
1. Kurang, apabila nilai yang diperoleh 60% dari seluruh pertanyaan dengan
nilai 4-5
Skala ukur ordinal
10. Dukungan petugas kesehatan
Dukungan petugas kesehatan terdiri dari 3 pertanyaan dapat dikategorikan
menjadi 2, yaitu :
1. Baik, apabila responden menjawab dengan skor ≥ 2
2. Kurang, apabila responden menjawab dengan skor α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat.

Universitas Sumatera Utara

48

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Angkola Barat
Puskesmas Sitinjak merupakan salah satu dari 16 Puskesmas di Kabupaten
Tapanuli Selatan yang terletak di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli
Selatan. Batas wilayah Kecamatan Angkola Barat adalah sebesar 74,10 Km2 dan
terdiri dari 12 desa dan 2 kelurahan. dengan batas wilayah sebagai berikut :
1.

Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Kecamatan Marancar

2.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan dan
Kecamatan Angkola Sangkunur

3.

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Kota Padangsidimpuan

4.

Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Kecamatan Batang Toru

Kecamatan Angkola Barat memiliki jumlah penduduk sebanyak 24.468 jiwa,
terdiri dari 11.975 jiwa penduduk laki-laki dan 12.493 jiwa penduduk perempuan
dengan kepadatan penduduk 330 jiwa.
4.2. Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
Umur ibu paling banyak pada kategori umur tidak beresiko 20-35 tahun
yaitu sebanyak 57 orang (78,1%). Tingkat pendidikan mayoritas responden yaitu
SMA sebanyak 39 orang (53,4%). Paritas responden paling banyak adalah 2-4
orang anak yaitu sebanyak 38 orang (52,1%). Pendapatan keluarga paling banyak
adalah dibawah Rp. 1.750.000,- sebanyak 51 orang (61,6%). Hal ini dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut ini :

48
Universitas Sumatera Utara

49

Tabel 4.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja
Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat
Karakteristik Responden
f
%
Umur
35 tahun
11
15,1
Total
73
100,0
Pendidikan
SD
9
12,3
SMP
17
23,3
SMA
39
53,4
Perguruan Tinggi
8
11,0
Total
73
100,0
Paritas
1 anak
24
33,0
2-4 anak
38
52,0
>4 anak
11
15,0
Total
73
100,0
Pendapatan
4 anak terdapat 4 responden (36,4%) yang
melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 7 responden (63,6%)
melakukan kunjungan antenatal care dengan tidak lengkap. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,526, artinya tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan
kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak, seperti pada tabel
4.14 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

59

Tabel 4.14 Hubungan Paritas dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah
Puskesmas Sitinjak
No
1
2
3

4.3.4

Paritas
1 anak
2-4 anak
>4 anak

Kunjungan Antenatal Care
Tidak
Lengkap
Lengkap
f
%
f
%
11
45,8
13
54,2
17
44,7
21
55,3
7
63,6
4
36,4

Total
f
24
38
11

%
100,0
100,0
100,0

p

0,526

Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan Antenatal Care di
Wilayah Puskesmas Sitinjak
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan kunjungan

antenatal care di peroleh data bahwa dari 3 responden dengan pengetahuan kurang
terdapat 3 responden (100,0%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan
tidak lengkap. Dari 30 responden dengan pengetahuan sedang terdapat 9
responden (30,0%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan
21 responden (70,0%) melakukan kunjungan antenatal care dengan tidak lengkap.
Dari 40 responden dengan pengetahuan baik terdapat 29 responden (72,5%) yang
melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 11 responden (27,5%)
melakukan kunjungan antenatal care dengan tidak lengkap. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,000 , artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan
kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak, seperti pada tabel
4.15 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

60

Tabel 4.15 Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan Antenatal Care di
Wilayah Puskesmas Sitinjak
No
1
2
3

4.3.5

Pengetahuan
Kurang
Sedang
Baik

Kunjungan Antenatal Care
Tidak
Lengkap
Lengkap
f
%
f
%
3
100.0
0
0,0
21
70,0
9
30,0
11
27,5
29
72,5

Total
f
3
30
40

%
100,0
100,0
100,0

P

0,000

Hubungan Sikap dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah
Puskesmas Sitinjak
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara sikap dengan kunjungan antenatal

care di peroleh data bahwa dari 2 responden dengan sikap baik terdapat 2
responden (100,0%) yang tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan
lengkap. Dari 62 responden dengan sikap sedang terdapat 32 responden (51,6%)
yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 30 responden
(48,4%) tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap. Dari 9
responden dengan sikap kurang terdapat 6 responden (66,7%) yang melakukan
kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 3 responden (33,3%) tidak
melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,229 , artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan kunjungan
antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak, seperti pada tabel 4.16 berikut
ini :

Universitas Sumatera Utara

61

Tabel 4.16 Hubungan Sikap dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah
Puskesmas Sitinjak
No
1
2
3

4.3.6

Sikap
Kurang
Sedang
Baik

Kunjungan Antenatal Care
Tidak
Lengkap
Lengkap
f
%
f
%
3
33,3
6
66,7
30
48,4
32
51,6
2
100,0
0
0,0

Total
f
9
62
2

%
100,0
100,0
100,0

p

0,229

Hubungan Pendapatan dengan Kunjungan Antenatal Care di
Wilayah Puskesmas Sitinjak
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pendapatan dengan kunjungan

antenatal care di peroleh data bahwa dari 51 responden dengan pendapatan
35 tahun, resiko tinggi
dapat terjadi jika usia ibu lebih muda yaitu mengalami pendarahan berat saat
melahirkan anak, anak lahir mati, anak lahir dengan berat badan rendah dan
proses kelahiran yang sulit, oleh karena itu ibu hamil dengan usia 35 tahun harus mendapatkan perawatan yang lebih intensif sehingga sudah
seharusnya mereka lebih sering melakukan pemeriksaan kehamilannya.
5.2 Hubungan Pendidikan dengan Kunjungan Antenatal Care
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi
keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih
baik. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting karena merupakan dasar dari
mengertinya orang dalam menerima informasi . Informasi dapat lebih mudah
diterima dan diadopsi pada orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
dibandingkan pendidikan rendah.

Universitas Sumatera Utara

67

Berdasarkan hasil penelitian Widyastuti (2010) mengatakan bahwa ada
hubungan pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan, hal ini disebabkan ibu akan
membuat keputusan menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri, semakin
tinggi pendidikan seorang wanita ,maka semakin mampu mandiri dalam
mengambil keputusan menyangkut diri mereka sendiri termasuk dalam melakukan
perawatan kehamilan dan pemeriksaan kehamilan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo (2010) bahwa manusia yang memiliki sumber daya manusia yang
lebih baik, dalam arti tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka akan semakin
memiliki wawasan yang semakin baik pula.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas pendidikan ibu adalah SMA
dengan distribusi 22 orang (56,4%) yang melakukan Antenatal Care dengan
lengkap. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan
dengan kunjungan antenatal care. Artinya ibu yang berpendidikan tinggi ataupun
rendah memiliki peluang yang sama untuk tidak memeriksakan kehamilnnya.
Seharusnya ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih baik dalam melakukan
kunjungan antenatal karena akan lebih mudah mendapatkan informasi dan
memahami bahawa antenatal itu penting tetapi dalam penelitian ini berbeda ibu
yang berpendidikan tinggi justru masih ada yang tidak melakukan kunjungan
antenatal dengan lengkap.
Hal ini disebabkan karena ibu merasa malas dan tidak perlu melakukan
pemeriksaan kehamilan karena tidak ada keluhan dan walaupun ibu mengalami
keluhan selama masa kehamilan tetapi jika keluhan tersebut tidak menghambat
aktifitas sehari-hari maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan selain itu

Universitas Sumatera Utara

68

mereka merasa dirinya berpengalaman karena kebanyaan dari mereka sudah
memiliki lebih dari 1 anak dan hal ini yang menyebabkan rendahnya kujungan
antenatal care di wilayah tersebut.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa pendidikan tidak menjamin perilaku ibu untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan, artinya ibu yang berpendidikan SD, SMP,
SMA dan perguruan tinggi memiliki peluang yang sama untuk memeriksakan
kehamilannya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraijah
(2012), bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan
pemanfaatan Antenatal care dengan nilai p=0,682, hal ini di dukung juga oleh
penelitian sembiring (2015), yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara
pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan .
5.3 Hubungan Paritas dengan Kunjungan Antenatal Care
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, dari 24 ibu yang memiliki 1 orang
anak ada 13 ibu (54,2%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan
lengkap diikuti ibu yang memiliki 2-4 anak ada 21 ibu (55,3%) yang melakukan
kunjungan lengkap yang memiliki >4 anak ada 4 ibu (36,4%) yang melakukan
kunjungan dengan lengkap. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan
antara paritas dengan kunjungan antenatal care. Artinya, ibu paritas tinggi atau
rendah memiliki peluang yang sama untuk tidak melakukan kunjungan antenatal.
Dalam penelitian ini banyak ibu yang tidak melakukan kunjungan antenatal
karena kebanyakan mereka mengatakan sudah berpengalaman dan apabila ada
keluhan seperti mual, muntah, pusing itu sudah hal yang wajar sehingga tidak
perlu dilakukan pemeriksaan lagi. Hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang

Universitas Sumatera Utara

69

memiliki anak >4 masih banyak yang tidak melakukan kunjungan antenatal,
padahal semakin tinggi paritas ibu maka akan semakin tinggi maternal hal ini
disebabkan karena kebanyakan ibu paritas tinggi tidak melakukan perawatan dan
pemeriksaan kehamilan dan ini disebabkan pengalaman dari kehamilan
sebelumnya.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Manurung (2015),
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kunjungan
antenatal care di wilayah Puskesmas Sitinjak. Hasil penelitian Widyastuti (2010)
menunjukkan bahwa ada hubungan paritas dengan pemeriksaan kehamilan dan
hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing
(2012) di kota Medan yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara
variabel paritas dengan pemanfaatan ANC .
Ibu yang pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru bagi dirinya
sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan,
sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang anak
mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi
untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005). Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, ibu yang memiliki > 2 orang anak
mengatakan kehamilan adalah hal biasa sehingga tidak diperlukan pemeriksaan
rutin dan berpendapat ibu tersebut sudah berpengalaman dalam menjalani
kehamilannya.
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal care
(ANC) sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk

Universitas Sumatera Utara

70

menjaga kesehatan kehamilannya. wanita dengan paritas tinggi cenderung kurang
melakukan perawatan kehamilan, ibu paritas tinggi lebih percaya diri tentang
kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan perawatan kehamilan
dan merupakan penghalang untuk menggunakan pelayanan ANC.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa perubahan
perilaku untuk orang dewasa pada umumnya lebih sulit jika dibandingkan dengan
perubahan perilaku anak- anak, hal ini dikarenakan orang dewasa sudah memiliki
pengetahuan dan sikap tertentu yang sudah mereka yakini secara bertahun-tahun
yang berasal dari pengalaman. Hal ini juga termasuk mengenai seorang ibu yang
telah melakukan persalinan sebelumnya tentunya memiliki pendapat dan sikap
tertentu tentang pemeriksaam kehamilan yang telah didapatkan yang dapat
mengakibatkan ibu telah memiliki pengetahuan, sikap dan persepsi dan keyakinan
tentang pemeriksaan kehamilan dari persalinan sebelumnya sehingga akan
memberikan pengetahuan dan kepercayaan tersendiri bagi ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan.
Menurut Wibowo (1992) dalam Nuraijah (2013), bahwa paritas berada di
dalam kelompok yang sama dengan variabel umur ibu dan jarak kelahiran. Arah
hubungan ketiga variabel tersebut adalah positif, yang berarti bahwa pertambahan
umur ibu akan diikuti dengan pertambahan paritas yang dialami. Dengan
demikian dapt dikatakan bahwa semakin bertambah umur ibu, dan semakin dekat
jarak kelahiran, akan semakin sering ibu memanfaatkan pelayanan antenatal.
Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal jika ibu melakukan pemeriksaan kehamilan. Paritas 1 dan paritas tinggi

Universitas Sumatera Utara

71

(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi jika tidak diikuti
dengan pemeriksaan kehamilan. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian
maternal, tetapi hal ini dapat dicegah jika ibu melakukan pemeriksaan kehamilan
secara rutin walaupun tidak mengalami gangguan kehamilan.
5.4 Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan Antenatal Care
Hasil uji statistik menunjukkan pengetahuan ibu dengan kunjungan antenatal
care diperoleh semua ibu yang memiliki pengetahuan kurang tidak melakukan
kunjungan antenatal care dengan lengkap yaitu 3 ibu (100,0%), diikuti ibu dengan
pengetahuan sedang ada 9 ibu (30,0%) yang melakukan kunjungan lengkap dan
21 ibu (70,0%) yang tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap
sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan baik ada 29 ibu (72,5%) yang
melakukan kunjungan antenatal dengan lengkap dan 11 ibu (27,5%) yang tidak
melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap.
Secara statistik ada hubungan yang antara pengetahuan ibu dengan kunjungan
antenatal care (p=0,000). Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan memiliki
pengaruh terhadap peningkatan kunjungan antenatal care. Artinya, pengetahuan
memiliki peluang yang lebih tinggi dalam meingkatkan pemeriksaan kehamilan.
pengetahuan yang baik membuat ibu lebih sering memeriksakan kehamilannya
sesuai

dengan

umur

kehamilannya

dibandingkan

dengan

ibu

yang

pengetahuannya kurang atau buruk. Ibu yang pengetahuannya baik akan merasa
pemeriksaan antenatal itu penting karena akan melihat bagaimana kondisi janin
yang dikandungnya apakah terdapat masalah atau tidak. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2015) di Puskesmas Padangmatinggi

Universitas Sumatera Utara

72

yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan
kunjungan antenatal care (p=0,001).
Ibu yang berpengetahuan baik lebih banyak memeriksakan kehamilannya, hal
ini mungkin disebabkan karena ibu yang berpengetahuan baik peduli dengan
kesehatannya

dan

terdapat

perhatian

terhadap

keadaan

kehamilannya.

Pengetahuan yang dimiliki ibu membuat ibu lebih ingin mengetahui dengan
keadaan kehamilannya sehingga lebih sering melakukan kunjungan antenatal care.
Pegetahuan yang baik diperoleh dari pendidikan yang baik pula dimana mayoritas
responden adalah berpendidikan tamat SMA dan bisa juga didapat dari
pengalaman sebelumnya.
Pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan,
jika seseorang didasari dengan pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka
orang tersebut akan memahami pentingnya menjaga kesehatan dan memotivasi
diri untuk diaplikasikan dalam kehidupannya. Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku
setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang
mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan atau kognitif domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, pengetahuan dipengaruhi oleh factor pendidikan formal,
pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana pendidikan
yang tinggi maka akan semakin luas pula pengetahuannya, akan tetapi bukan
berarti orang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah .

Universitas Sumatera Utara

73

Hal ini di dukung oleh penelitian Surtama (2013) memperlihatkan bahwa
pengetahuan mempunyai hubungan dengan pemeriksaan kehamilan. Pentingnya
aspek pengetahuan dalam pemamfaatan antenatal care (ANC) dapat di lihat dari
pendapat Choli (2014) yang menyatakan bahwa pemanfaatan antenatal care
(ANC) perlu di lakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat kehamilan dan
melahirkan. Hal sejalan didapat dalam penelitian Sihombing (2009) dan Murniati
(2007) bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan
pemanfaatan ANC .
5.5 Hubungan Sikap dengan Kunjungan Antenatal Care
Hasil uji statistik menunjukkan pengetahuan ibu dengan kunjungan antenatal
care diperoleh semua ibu yang memiliki sikap baik tidak melakukan kunjungan
antenatal care dengan lengkap yaitu 2 ibu (100,0%), diikuti ibu yang memiliki
sikap sedang ada 32 ibu (51,6%) yang melakukan kunjugan antenatal care dengan
lengkap sedangkan ibu yang memiliki sikap kurang ada 6 ibu (66,7%) yang
melakukan kunjungan dengan lengkap.
Hasil statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang antara sikap dan
kunjungan antenatal care (p=0,229). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat
dijelaskan bahwa sikap baik yang dimiliki ibu akan kunjungan antenatal tidak
diikuti dengan tindakan pemeriksaan kehamilan yang lengkap. Artinya, ibu yang
memiliki sikap baik tidak peduli dengan kehamilannya bahkan ibu yang memiliki
sikap sedang dan kurang yang lebih banyak memanfaatkan antenatal care. Ini
mungkin disebabkan adanya dorongan yang didapat dari sekitar khususnya suami,
biarpun ibu tidak merespon dengan baik tetapi karna adanya dukungan dari suami

Universitas Sumatera Utara

74

membuat ibu melakukan pemeriksaan berbeda dengan ibu yang sikapnya baik, ini
disebabkan ibu mera

Dokumen yang terkait

Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

3 32 97

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal Care Kunjungan Pertama (K1) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tanggerang Selatan

0 13 117

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 19

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 18

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

1 3 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 10

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 1 25

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

1 25 4

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 2 35