Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

(1)

Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil di Kecamatan Angkola

Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

Nengsi Sartika Siregar

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

Judul : Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi pada Ibu Hamil di Kecamatan Angkola Barat

Kabupaten Tapanuli Selatan Nama Mahasiswa : Nengsi Sartika Siregar Nim : 101121021

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012

Tanggal Lulus : 04 Februari 2012

Pembimbing Penguji I

Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat NIP. 19710312 200003 2 001 NIP.19750327 200112 2 001

Penguji II

Ellyta Aizar, S.Kp

NIP. 19741013 200012 2 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Februari 2012

a.n Dekan,

Pembantu Dekan I

Fakultas Keperawatan USU

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

ABSTRAK

Judul : Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil

Nama : Nengsi Sartika Siregar

Jurusan : Keperawatan Fakultas Keperawatan Tahun : 2011/2012

Antenatal care adalah program terencana berupa observasi, edukasi, pelayanan medik pada ibu hamil untuk mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi kehamilan, memantau kemajuan kehamilan, mempersiapkan ibu dan keluarga menerima bayi. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan antenatal care, faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil, hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor yang mempengaruhi ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat dan faktor-faktor yang dominan mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil. Responden berjumlah 45 orang ibu hamil. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner dan dianalisa dengan uji korelasi yang digunakan adalah uji

Spearman’r. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan

antara pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil dengan nilai koefisien korelasi 0,68 dengan interpretasi sedang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus pada ibu hamil berupa peningkatan kegiatan program pelaksanaan antenatal care di Kecamatan Angkola Barat, dan program lintas sektoral khususnya pada wilayah yang tidak tersedia sarana pelaksanaan antenatal care dan desa-desa yang sulit dijangkau sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Kata Kunci : Antenatal Care, pelaksanaan antenatal care, faktor-faktor yang mempengaruhi.


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Skripsi penelitian ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Dalam menyelesaikan skripsi ini saya banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku dosen pembimbing skripsi atas waktu yang diluangkan dalam memberikan saran, bimbingan, dan sumbangan pemikiran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih kepada dosen penguji ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat dan ibu Ellyta Aizar, S.Kp, yang telah memberikan masukan yang berharga demi kesempurnaan skripsi ini. Kepada Dekan Fakultas Keperawatan dr. Dedi Ardinata, M.Kes demikian juga kepada ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I dan seluruh staf dan dosen pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta dan tersayang yang sangat saya banggakan yang telah memberikan kasih sayang, kekuatan dan dukungan yang tiada henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan. Kepada Bang Ivan, Kak Jerry, adik-adikku Shusi dan Didi tercinta, terima kasih atas segala dukungan dan doanya.


(5)

Kepada Bapak Camat beserta staf pegawai Kecamatan Angkola Barat, staf pegawai Puskesmas Kecamatan Angkola Barat, Ibu-ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat terima kasih atas partisipasinya. Kepada semua abang, kakak, kawan-kawan, beserta adik-adik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini saya ucapkan terima kasih.

Saya berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya keperawatan serta bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2012


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SKEMA ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Pertanyaan Penelitian... 4

1.4 Hipotesa Penelitian ... 4

1.5 Tujuan Penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kehamilan ... 7

2.1.1 Defenisi Kehamilan ... 7

2.1.2 Faktor Resiko pada Ibu Hamil ... 7

2.2 Konsep Antenatal Care ... 10

2.2.1 Defenisi Antenatal Care ... 10

2.2.2 Tujuan Antenatal Care ... 10


(7)

2.2.4 Jadwal Pelaksanaan Antenatal Care ... 12

2.2.5 Standar Antenatal Care ... 13

2.2.6 Kegiatan Pelaksanaan Antenatal Care ... 15

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care ... 20

2.3.1 Faktor Internal ... 20

2.3.2 Faktor Eksternal ... 21

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 28

3.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 30

BAB IV METOLOGI PENENLITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 34

4.2 Populasi dan Sampel ... 34

4.2.1 Populasi ... 34

4.2.2 Sampel ... 34

4.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 35

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 35

4.5 Instrumen Penelitian ... 36

4.6 Validitas dan Reliabilitas Penelitian ... 37

4.7 Pengumpulan Data ... 38

4.8 Analisa Data ... 38

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 42

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 42

5.12. Gambaran Pelaksanaa Antenatal Care ... 43

5.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care ... 46


(8)

5.1.4 Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care

dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil ... 47

5.2 Pembahasan ... 48

5.2.1 Gambaran Pelaksanaa Antenatal Care ... 48

5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care ... 50

5.2.3 Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil ... 57

5.2.4 Faktor yang Dominan Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care ... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil Hitung Reliabilitas KR 21 4. Hasil Uji Korelasi Spearman 5. Hasil Uji Regresi Linear Ganda

6. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan

7. Surat Keterangan Penelitian dari Kecamatan Angkola Barat


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 5.1 Deskripsi karakteristik ibu hamil

yang tinggal di Kecamatan Angkola Barat ... 43 Tabel 5.2 Gambaran pelaksanaan antenatal care

di Kecamatan Angkola Barat ... 44 Tabel 5.3 Deskripsi karakteristik kunjungan ibu hamil

di Kecamatan Angkola Barat ... 45 Tabel 5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

antenatal care di Kecamatan Angkola Barat ... 46 Tabel 5.4 Hasil uji korelasi Spearman pelaksanaan antenatal care


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

1. Kerangka konsep hubungan pelaksanaan antenatal care


(11)

ABSTRAK

Judul : Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil

Nama : Nengsi Sartika Siregar

Jurusan : Keperawatan Fakultas Keperawatan Tahun : 2011/2012

Antenatal care adalah program terencana berupa observasi, edukasi, pelayanan medik pada ibu hamil untuk mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi kehamilan, memantau kemajuan kehamilan, mempersiapkan ibu dan keluarga menerima bayi. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan antenatal care, faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil, hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor yang mempengaruhi ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat dan faktor-faktor yang dominan mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil. Responden berjumlah 45 orang ibu hamil. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner dan dianalisa dengan uji korelasi yang digunakan adalah uji

Spearman’r. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan

antara pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil dengan nilai koefisien korelasi 0,68 dengan interpretasi sedang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus pada ibu hamil berupa peningkatan kegiatan program pelaksanaan antenatal care di Kecamatan Angkola Barat, dan program lintas sektoral khususnya pada wilayah yang tidak tersedia sarana pelaksanaan antenatal care dan desa-desa yang sulit dijangkau sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Kata Kunci : Antenatal Care, pelaksanaan antenatal care, faktor-faktor yang mempengaruhi.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang besar. Angka kematian ibu (AKI) berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010). Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan obstetri belum menyentuh masyarakat dengan cakupan bermutu dan menyeluruh. Selain itu, kematian ibu selalu berdampak menyedihkan bagi kerukunan keluarga dan bagi anak yang ditinggalkan (Manuaba, 2008). Dalam upaya pencapaian MDG’s dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT) (Depkes RI, 2010).

Penyebab kematian ibu dan perinatal dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang memadai (Manuaba, 2008). Target Cakupan kesehatan ibu yang dicapai pada tahun 2009 masing-masing sebesar 94% untuk akses pelayanan antenatal (cakupan ibu hamil K1), 84% untuk cakupan pelayanan ibu hamil sesuai standar (K4) (Depkes RI, 2010). Kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Mother Hood” yaitu; 1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan antenatal care, 3) Persalinan yang


(13)

aman, 4) Pelayanan obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal care yang bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, 2006).

Antenatal Care (ANC) adalah salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care bertujuan untuk mendeteksi secara dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin (Winkjosastro, 2006).

Pelaksanaan antenatal care 12-13 kali selama kehamilan. Namun, di negara berkembang melakukan sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trimester I dan II, dua kali pada trimester III (Manuaba, 2008). Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Depkes RI, 2010).

Pelaksanaan antenatal care dipengaruhi beberapa faktor, Menurut Green yang dikutip dalam Notoatmodjo (2005), perilaku seseorang dalam memeriksakan kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: faktor pemudah (predisposing

factor) yang mencakup pengetahuan, tingkat ekonomi, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya; faktor pendukung (enabling factor) mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan; dan faktor pendorong (reinforcing factor) mencakup sikap dan perilaku dari petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.


(14)

Hasil penelitian Umayah (2010) tentang hubungan tingkat ekonomi dengan keteraturan pelaksanaan perawatan antenatal di RB & BP ASY-SYIFA’ PKU Muhammadiyah Wedi Klaten menunjukkan bahwa tingkat ekonomi berhubungan dengan keteraturan dalam pelaksanaan perawatan antenatal pada ibu hamil.

Dampak ibu hamil yang tidak melaksanakan perawatan antenatal meliputi tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan pada ibu, kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini, meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas pada ibu (Saifudin, 2006).

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan Maret sampai April 2011 jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di puskesmas dan klinik bersalin Kecamatan Angkola Barat sebanyak 180 orang ibu hamil, terdapat 120 orang (67%) ibu hamil trimester tiga, 45 orang (38%) diantara ibu hamil tersebut melakukan pemeriksaan kehamilan 4 kali dan 75 orang (63%) melakukan pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali, 60 orang (33%) ibu hamil trimester pertama pada kunjungan pertama (K1) (Puskesmas Angkola Barat, 2011). Berdasarkan hasil informasi yang didapatkan dari petugas kesehatan menunjukkan bahwa pelaksanaan perawatan antenatal dipengaruhi adanya faktor ekonomi, faktor pengetahuan, faktor letak geografis atau jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan, dan faktor lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Pelaksanaan perawatan antenatal yang belum sesuai dengan target yang diharapkan di Kecamatan Angkola Barat, untuk mendeteksi dini terjadinya risiko


(15)

tinggi terhadap kehamilan dan persalinan yang dipengaruhi adanya faktor ekonomi, faktor pengetahuan, faktor letak geografis atau jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan, dan faktor lainnya. Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan mengidentifikasi hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu hamil di kecamatan Angkola Barat kabupaten Tapanuli Selatan.

1.3Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimana pelaksanaan antenatal care dan faktor – faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.3.2 Apakah ada hubungan pelaksanaan antenatal care dan faktor – faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4 Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.


(16)

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor – faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil di kecamatan Angkola Barat kabupaten Tapanuli Selatan.

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

c. Mengidentifikasi hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor – faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil di kecamatan Angkola Barat kabupaten Tapanuli Selatan.

d. Mengidentifikasi faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Pendidikan

Manfaat penelitian ini bagi pendidikan keperawatan adalah bila hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor –faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil dapat sebagai


(17)

bahan masukan dan tambahan dalam penyampaian pemberian pendidikan khusunya bidang keperawatan maternitas.

1.6.2 Bagi Praktek Keperawatan

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktek keperawatan dengan adanya hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor–faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil dalam memberikan pelayanan yang berkualitas.

1.6.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dasar untuk penelitian yang sejenis bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian selanjutnya


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Kehamilan

2.1.1 Pengertian kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009). Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Sarwono, 2008).

Kehamilan disimpulkan sebagai masa dimana wanita membawa embrio dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat terjadinya proses konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin.

2.1.2 Faktor resiko pada ibu hamil

Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Faktor-faktor resiko kehamilan meliputi primipara muda kurang umur 20 tahun, primipara tua umur di atas 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk (Manuaba, 2008).


(19)

Ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mempunyai resiko atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan/persalinannnya dibandingkan dengan ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal. Faktor resiko pada ibu hamil meliputi riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik yaitu riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati; Ibu hamil yang kurus/berat badan kurang; sudah memiliki 4 anak atau lebih; jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun; Ibu menderita anemia atau kurang darah; perdarahan pada kehamilan ini; tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada tungkai; kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak normal; riwayat penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi, asma dan lain-lain (Suririnah, 2007).

2.1.3 Tanda bahaya kehamilan

Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyulit penyerta sebaiknya diketahui sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya, diantaranya perdarahan, preeklamsi, nyeri hebat di daerah abdominopelvikum.


(20)

Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan adalah muntah berlebihan, disuria, menggigil atau demam, ketuban pecah dini atau sebelum waktunya, uterus lebih besar atau lebih kecil dari kehamilan yang sesungguhnya. (Sarwono, 2008)

Menurut Yeyeh (2009), Pada ibu hamil ada enam tanda bahaya dalam kehamilan, meliputi :

Pertama, Perdarahan vagina pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri.

Kedua, sakit kepala yang hebat. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Dengan sakit kepala yang hebat, penglihatan ibu menjadi kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsi.

Ketiga, perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja). Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak.

Keempat, nyeri abdomen yang hebat. Nyeri abdomen yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini seperti appendicitis, persalinan preterm, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, gastritis, penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih dan infeksi lain.

Kelima, bengkak pada muka atau tangan. Bengkak bisa menunjukkan masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.


(21)

Keenam, bayi kurang bergerak seperti biasa. Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah.

2.2 Konsep Antenatal care

2.2.1 Pengertian antenatal care

Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan (Depkes RI, 2010). Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan (Yulifah, dkk, 2009). Perawatan kehamilan merupakan suatu program berkesinambungan selama kehamilan, persalinan, kelahiran dan nifas yang terdiri atas edukasi, screening, deteksi dini, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan baik (Sosroatmodjo, 2010).

2.2.2 Tujuan Antenatal care

Menurut Mansjoer (2005), tujuan perawatan kehamilan adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi; meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi; mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan


(22)

dan pembedahan; mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif; mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Tujuan antenatal care pada ibu hamil meliputi mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi; mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, atau obstetri selama kehamilan; mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi; membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial (Kusniyati, 2009)

2.2.3 Manfaat antenatal care

Menurut Wiknjosastro (2006), manfaat antenatal care adalah tersedianya fasilitas rujukan yang baik bagi kasus resiko tinggi ibu hamil sehingga dapat menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetrik buruk, dan perdarahan selama kehamilan.

Perawatan antenatal care berguna untuk mendeteksi /mengoreksi/ menatalaksanakan/mengobati sedini mungkin kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya. Dapat juga sebagai penyampaian komunikasi, informasi, dan edukasi dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu hamil, agar dapat


(23)

percaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera dirujuk ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas yang lebih lengkap (Yani, 2006).

2.2.4 Jadwal pelaksanaan antenatal care

Pelaksanaan antenatal care dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan menurut kebutuhan masing- masing. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dikatakan teratur jika melakukan pemeriksaan kehamilan ≥ 4 k ali kunjungan, kurang teratur jika pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali kunjungan (WHO, 2006).

Kunjungan ibu hamil atau kontak ibu hamil merupakan kunjungan dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan perawatan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan antenatal care tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak tenaga kesehatan (di posyandu, polindes/poskesdes, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar (Meilani,dkk, 2009).

K-1 ( Kunjungan Pertama ) adalah kunjungan/ kontak pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester pertama selama masa kehamilan yang dimaksudkan untuk diagnosis kehamilan. K-2 (Kunjungan Kedua) adalah kunjungan/ kontak kedua ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester kedua selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan atau cacat bawaan. K-3 (Kunjungan ketiga) adalah kunjungan/ kontak


(24)

ketiga ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester ketiga pada masa kehamilan. Pemeriksaan terutama menilai resiko kehamilan juga melihat aktivitas janin dan pertumbuhan secara klinis. K-4 (Kunjungan keempat) adalah kunjungan/ kontak keempat ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester ke tiga selama masa kehamilan pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan (Mitayani, 2009).

2.2.5 Standar antenatal care

Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan (Depkes RI, 2010).

Pelayanan antenatal care yang diberikan petugas kesehatan yang profesional pada ibu hamil sesuai dengan standar antenatal care yang telah ditetapkan dengan standar minimal “7T”, meliputi :

a. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan .

Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan masa tubuh (BMI : Body Massa Indeks), dimana metode ini untuk menentukan pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan. Mengetahui BMI


(25)

wanita hamil merupakan hal yang penting. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal adalah 11,5-16 kg. Adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil yaitu >145 cm (Yeyeh, 2009).

b. Ukur tekanan darah

Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi hipertens i(Yeyeh, 2009).

c. Ukur tinggi fundus uteri

Apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24 minggu memakai pengukuran Mc. Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus uteri memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya (Depkes RI, 2007).

d. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap.

Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali. Imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang kedua di berikan 4 minggu kemudian.

e. Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar haemoglobin. Fe diberikan satu tablet sehari segera setelah rasa mual hialng, diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamialan (Yeyeh, 2009).


(26)

f. Tes terhadap penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual (PMS) merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan pada saluran kemih dan reproduksi. Ibu hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap PMS. Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya penyakit menular seksual yang diderita ibu hamil, sangat penting dilakukan karena PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang dikandung/dilahirkan (Yulifah,dkk, 2009).

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ditujukan untuk ibu hamil dengan masalah kesehatan atau komplikasi yang membutuhkan rujukan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan konsultasi atau melakukan kejasama penanganan (Yulifah,dkk, 2009).

2.2.6 Kegiatan pelaksanaan antenatal care

a. Anamnesis

Melakukan anamnesa pada ibu hamil yang meliputi identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman antara 20-35 tahun. Pada kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada unsur penolakan psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi. Usia muda juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan preterm, abortus (Yani, 2006).


(27)

1. Keluhan utama

Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil, atau ada keluhan / masalah lain yang dirasakan.

2. Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang

Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada amenorea, kapan hari pertama haid terakhir, siklus haid biasanya berapa hari. Hal ini penting untuk memperkirakan usia kehamilan menstrual dan memperkirakan saat persalinan menggunakan Rumus Naegele (hari +7, bulan -3, tahun + 1). Ditanyakan apakah sudah pernah periksa kehamilan ini sebelumnya atau belum (jika sudah, berarti ini bukan kunjungan antenatal pertama, namun tetap penting untuk data dasar inisial pemeriksaan kita). Apakah ada keluhan / masalah dari sistem organ lain, baik yang berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun tidak .

3. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat kehamilan (penyakit jantung, paru, hati, diabetes melitus), riwayat alergi makanan/obat tertentu dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi umum lainnya maupun operasi.

4. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan sebagainya. 5. Riwayat khusus obstetri ginekologi

Adakah riwayat kehamilan/persalinan/abortus sebelumnya (dinyatakan dengan kode GxPxAx, gravida/para/abortus), berapa jumlah anak hidup. Ada/tidaknya masalah-masalah pada kehamilan /persalinan sebelumnya seperti prematuritas, cacat bawaan, kematian janin, perdarahan dan sebagainya. Penolong persalinan


(28)

terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir jika masih ingat. Riwayat menarche, siklus haid, ada/tidak nyeri haid atau gangguan haid lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya. Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada masalah/tidak.

6. Riwayat sosial/ekonomi

Pekerjaan, keadaan ekonomi, kebiasaan kehidupan sehari-hari ibu hamil yang mempengaruhi dalam melaksanakan perawatan antenatal.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan lengkap yang bertujuan untuk mendeteksi masalah fisik yang mempengaruhi kehamilan ibu. Pemeriksaan fisik yang meliputi pengkajian pada tanda-tanda vital, sistem kardiovaskuler, sistem muskuloskletal, sistem neurologi, sistem integumen, sistem endokrin, sistem gastrointestinal, sistem urinarius, sistem reproduksi (Mitayani, 2009). Pemeriksaan fisik pada status generalis/pemeriksaan umum : penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi. Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan. Kemungkinan resiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan < 45 kg atau > 75 kg. Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi sirkulasi plesenta). Mata konjungtiva pucat/tidak, sklera ikterik/ tidak. Mulut/THT dengan ada tanda radang/tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi. Paru/jantung/abdomen. Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi umum. Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada luka terbuka atau fokus


(29)

infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya (Yani, 2006).

1. Status obstetricus/ pemeriksaan khusus obstetric

Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen

mungkin belum nyata). Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri dengan tepi atas

simfisis os pubis). Pemeriksaan palpasi leopold pertama dilakukan untuk

menentukan tinggi fundus uteri dengan tujuan untuk mengetahui usia kehamilan, pemeriksaan leopold kedua dilakukan untuk menentukan letak punggung janin, menentukan batas samping rahim kanan dan kiri dan pemeriksaan leopold ketiga dilakukan untuk menentukan bagian presentase janin serta pemeriksaan leopold keempat untuk menentukan apakah bagian terbawah janin tersebut telah memasuki atau melewati pintu atas panggul.

Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Dopler yang

ditempelkan di daerah punggung janin. Pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-140 kali per menit. Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban/stress pada janin (fetal

distress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban/stress

pada janin (fetal distress/gawat janin). 2. Pemeriksaan luar

Inspeksi luar : keadaan vulva/uretra, ada tidaknya tanda radang, luka/perdarahan, discharge, kelainan lainnya.


(30)

3. Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan dalam (vaginal toucher) seringkali tidak dilakukan pada kunjungan antenatal pertama, kecuali ada indikasi. Umunya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk kepentingan obstetrik (persalinan), pemeriksaan ini dilakukan pada usia kehamilan di atas 34-46 minggu, untuk memperkirakan ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir, serta pelvimetri klinik untuk penilaian kemungkinan persalinan normal pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu, elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit dan sakit untuk eksplorasi.

c. Pemeriksaan lanjutan

Pemeriksaan lanjutan merupakan kunjungan antental setelah kunjungan pertama. Tujuan pemeriksaan lanjutan difokuskan pada pendeteksian komplikasi, mempersiapkan kelahiran, dan kegawatdaruratan. Dalam pemeriksaan lanjutan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pertama, riwayat kehamilan sekarang meliputi gerakan janin, setiap masalah atau tanda-tanda bahaya, keluhan-keluhan dalam kehamilan, kekhawatiran-kekhawatiran lain.

Kedua, pemeriksaan fisik pada berat badan, tekanan darah, pemeriksaan ekstremitas bawah (oedema, refleks tendon, varicositis), pengukuran tinggi fundus uteri, manuever leopold untuk mendeteksi kelainan letak (setelah 36 minggu), denyut jantung janin.


(31)

Ketiga, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pada protein urin untuk mendeteksi preeklampsi.

Keempat, pemeriksaan panggul, pemeriksaan dilakukan dengan pelvimetri klinis pada akhir trimester III jika perlu panggul dievaluasi kembali, lakukan pemeriksaan vagina jika ada indikasi/ibu memiliki tnda-tanda kurang bulan (Yeyeh, 2009).

2.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada

ibu hamil.

Faktor - faktor yang mempengaruhi ibu dalam pelaksanaan perawatan antenatal meliputi faktor internal dan faktor eksternal (Depkes RI, 2008).

2.3.1 Faktor internal a. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas atau jumlah kehamilan yang dialami ibu, dibedakan menjadi primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kali,

secondigravida yaitu wanita hamil yang kedua kalinya, multigravida yaitu wanita

hamil lebih dari 2 kali, grandemultigravida adalah seorang wanita yang hamil lebih dari lima kali (Mochtar, 2005).

Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal care, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya (Depkes RI, 2008).


(32)

b. Usia

Usia adalah waktu hidup individu mulai saat berulang tahun (Nursalam, 2001). Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2008). Ibu hamil dengan usia yang masih sangat muda memiiliki kepribadian immature (kurang matang), introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain), perasaan dan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi kehamilan sehingga ibu hamil tidak berminat untuk melaksanakan antenatal care (Yeyeh, 2009).

Hasil penelitian Tania (2010) tentang gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pengawasan kehamilan (antenatal care) di poliklinik ibu hamil RSU Dr. Pirngadi menyatakan bahwa usia ibu mempengaruhi, dalam memeriksakan kehamilannya pada pelaksanaan antenatal care.

2.3.1 Faktor eksternal

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Hanya sedikit yang diperoleh melalui penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain


(33)

yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoadmodjo, 2010)

Pengetahuan merupakan faktor yang dapat memudahkan seseorang atau masyarakat terhadap apa yang akan dilakukan. Ibu yang akan memeriksakan kehamilannya akan dipermudah apabila ibu mengetahui apa manfaat memeriksakan kehamilan, siapa dan dimana memeriksakan kehamilan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Kurangnya pemahaman dan pengetahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil (Depkes RI, 2008).

Hasil penelitian Mariam (2006) tentang faktor-faktor penyebab belum tercapainya cakupan K4 antenatal care di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap positif yang dimiliki oleh seorang ibu hamil akan mempermudah dalam melaksanakan antenatal care (Notoatmodjo, 2005).

Sikap merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah


(34)

satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan antenatal care. Adanya sikap yang baik tentang pelaksanaan antenatal care, mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan diri dan janinnya (Depkes, 2008).

Sikap ibu hamil yang proaktif untuk melaksanakan antenatal care sangat diharapkan untuk memelihara kesehatan dan janinnya sehingga meningkatkan kesehatan ibu hamil dan tidak ada komplikasi kehamilan (Meilani,dkk, 2009).

Seorang ibu hamil diharapkan bersikap otonom dan mandiri serta dapat mengambil keputusan sendiri dalam mengikuti pelaksanaan antenatal care sehingga terdeteksi komplikasi kehamilan sejak dini dan tidak memeriksakan kehamilan setelah terjadi komplikasi (Schott, 2008).

c. Ekonomi

Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas penghasilan, produksi, distribusi, pemasukan, pemakaian barang serta kekayaan dan penghematan (Dani, 2005). Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein. Hal ini disebabkan tidak mampu nya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan (Depkes RI, 2008).

Penghasilan masyarakat Indonesia (75-100%) digunakan untuk membiayai keperluan hidup. Persoalan ekonomi merupakan proritas utama, pendapatan keluarga hanya berfokus kepada pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga hampir


(35)

tidak ada penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu hamil jarang diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak adanya biaya (Yulifah,dkk, 2009).

Hasil penelitian Mariam (2006) tentang faktor-faktor penyebab belum tercapainya cakupan K4 antenatal care di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa masyarakat khususnya ibu hamil memiliki masalah dengan faktor ekonomi dalam melaksanakan antenatal care.

d. Sosial budaya

Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya pernyataan intelektual dan nilai-nilai artistik yang menjadi ciri khas masyarakat (Eppink, 2010). Di berbagai wilayah Indonesia terutama dalam masyarakat yang masih memegang teguh budaya tradisional

(patrilineal), suami lebih dominan dalam mengambil keputusan untuk

menentukan tindakan yang akan dilakukan pada istrinya sehingga mempengaruhi ibu hamil dalam melaksanakan antenatal care (Yulifah,dkk, 2009).

Faktor budaya mempengaruhi berbagai perubahan yang relevan dengan kehamilan dengan norma budaya yang mayoritas dan tidak semua berlaku bagi orang yang berasal dari budaya lain. Orang yang berasal dari budaya yang berbeda akan dibesarkan sesuai dengan kebudayaan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang dianut. Ibu yang melakukan perawatan kehamilan yang mempunyai keyakinan dan kepercayaan dengan dukun akan lebih memilih keyakinan tersebut dibandingkan dengan perawatan kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan (Schott, 2008). Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang


(36)

menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Tatanan budaya yang turun temurun mempengaruhi keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan. Misalnya ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke dukun misalnya dengan khusuk, dan meminta zimat atau pelindung selama kehamilan sesuai dengan komplikasi yang dialami oleh ibu hamil (Depkes RI, 2008).

e. Letak Geografis

Letak geografis adalah letak suatu tempat yang didasarkan pada letak keadaan alam di sekitarnya (Gussa, 2010). Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan antenatal care. Ibu hamil yang tinggal ditempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih terisolisir dan transportasi yang sulit terjangkau, sehingga untuk menempuh perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan akan memerlukan waktu yang lama, sementara ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya (Meilani,dkk, 2009).

Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani (Yeyeh, 2009).

f. Informasi

Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas seseorang. Informasi yang diperoleh ibu hamil baik dari


(37)

tenaga kesehatan, dan media lain dan berapa lama ibu hamil menyerap apa yang mereka dengarkan. Rentang perhatian manusia terhadap informasi rata-rata adalah sekitar 20 menit, kehamilan memperpendek rentang skala tersebut karena kecemasan dan kelelahan mengganggu kemampuan mendengar secara aktif (Schott, 2008).

Menurut Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care (Notoatmodjo, 2005).

g. Dukungan

Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang terdekat untuk melakukan suatu tindakan. Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan, 2007).

Menurut Yeyeh (2009), ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya, meliputi dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya memberi dukungan secara psikologis kepada istrinya dengan


(38)

menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibu hamil, dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya, dukungan informasi yaitu dukungan suami dalam memberikan informasi yang diperoleh mengenai kehamilan, dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan istrinya.

Dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan ibu dapat berjalan lancar meliputi memberikan dukungan pada ibu untuk menerima kehamilannya, memberikan dukungan pada ibu untuk mepersiapkan peran sebagai ibu, memberi dukungan pada ibu untuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungya melalui perawatan kehamilan, menyiapkan keluarga lainnya untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru. Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Sebaliknya, adanya dukungan dari lingkungan keluarga akan membuat ibu hamil nyaman dalam melewati kehamilannya. Psikologi ibu hamil sangat unik dan sensitif, oleh karena itu dukungan yang diberikan harus harus serius dan maksimal (Yeyeh, 2009).


(39)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu hamil. Pelaksanaan antenatal care sangat penting pada ibu hamil untuk mendeteksi/mengoreksi/menatalaksanakan/mengobati sedini mungkin kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya (Yani, 2006). Pelaksanaan antenatal care dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan disesuaikan menurut kebutuhan masing- masing ibu hamil (WHO, 2006). Ada 2 faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care meliputi faktor internal yaitu paritas, usia dan faktor eksternal yaitu pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, letak geografis, informasi, dukungan (Depkes RI, 2008) yang akan digambarkan sebagai berikut :


(40)

Keterangan :

= Variabel yang diteliti = Hubungan antara variabel

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian

Fakto-faktor yang mempengaruhi • Faktor internal : Usia

Paritas • Faktor eksternal : Pengetahuan Sikap

Ekonomi Sosial buda ya Geografis Informasi Dukungan Pelaksanaan antenatal care


(41)

3.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Defenisi operasional Alat ukur Cara ukur

Hasil ukur Skala ukur Kunjungan

antenatal care

Jumlah kedatangan ibu hamil dalam melaksanakan perawatan kehamilan.

Kuisioner Mengisi lembar kuisioner

1. Teratur bila ≥ 4 kali kunjungan

2.Kurang teratur bila 2-3 kali

kunjungan 3.Tidak teratur bila < 2 kali kunjungan

Ordinal

Paritas Banyaknya

kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita

Kuisioner Mengisi lembar kuisioner

1. Belum ada 2. 1 orang 3. ≥2 orang

Ordinal

Usia Keadaan

kematangan ibu hamil selama kehamilan

Kuisioner Mengisi lembar kuisioner

1.< 20 tahun 2. 20-35 tahun 3. > 35 tahun

Ordinal

Pengetahuan Segala sesuatu atau informasi yang diketahui ibu hamil tentang perawatan kehamilan Kuisioner yang terdiri dari 4 pernyataan dengan pilihan Mengisi lembar kuisioner

1. Baik : Pernyataan ya 76% - 100% 2. Cukup :

Pernyataan ya 56% -


(42)

jawaban 0 : tidak 1 : ya

75% 3. Kurang :

Pernyataan ya ≤ 55 % Sikap Reaksi atau respon

ibu dalam melakukan perawatan kehamilan Kuisioner yang terdiri dari 4 pernyataan dengan pilihan jawaban 0 : tidak 1 : ya

Mengisi lembar kuisioner

1. Baik : Pernyataan ya 76% - 100% 2. Cukup :

Pernyataan ya 56% - 75% 3. Kurang :

Pernyataan ya ≤ 55

%

Ordinal

Ekonomi Jumlah penghasilan yang diterima oleh keluarga ibu hamil perbulan Kuisioner yang terdiri dari 4 pernyataan dengan pilihan jawaban 0 : tidak 1 : ya

Mengisi lembar kuisioner

1. Tinggi : >1.000.000 2. Cukup :

850.000-1.000.000,. 3. Kurang : <

850.000,.

Ordinal

Sosial budaya

Tradisi masyarakat, keyakinan atau kepercayaan ibu Kuisioner yang terdiri dari 4 Mengisi lembar kuisioner

1. Baik : Pernyataan ya 76% -


(43)

dalam melakukan perawatan antenatal pernyataan dengan pilihan jawaban 0 : tidak 1 : ya

2. Cukup : Pernyataan ya 56% - 75% 3. Kurang :

Pernyataan ya ≤ 55 % Letak

geografis

Kondisi antara tempat tinggal ibu hamil di kecamatan Angkola Barat dengan tempat pelayananan kesehatan Kuisioner yang terdiri dari 4 pernyataan dengan pilihan jawaban 0 : tidak 1 : ya

Mengisi lembar kuisioner

1. Sulit

ditempuh ≥ 50 % pernyataan ya

2. Mudah ditempuh < 50 % pernyataan ya

Ordinal

Informasi Segala hal-hal yg terkait dengan perawatan antenatal pada ibu hamil

Kuisioner yang terdiri dari 4 pernyataan dengan pilihan jawaban 0 : tidak 1 : ya

Mengisi lembar kuisioner

1. Baik : Pernyataan ya 76% - 100% 2. Cukup :

Pernyataan ya 56% - 75% 3. Kurang :

Pernyataan ya ≤ 55 %

Ordinal 32


(44)

Dukungan Segala sesuatu yang diberikan oleh suami terhadap ibu hamil dalam melaksanakan perawatan antenatal

Kuisioner yang terdiri dari 4 pernyataan dengan pilihan jawaban 0 : tidak 1 : ya

Mengisi lembar kuisioner

1. Baik : Pernyataan ya 76% - 100% 2. Cukup :

Pernyataan ya 56% - 75% 3. Kurang :

Pernyataan ya ≤ 55 %


(45)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu hamil yang ada di Kecamatan Angkola Barat. Jumlah populasi yang diperolah peneliti di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan terhitung bulan Maret sampai April 2011 sebanyak 180 orang ibu hamil.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penentuan jumlah sampel yang akan dilakukan pada penelitian in adalah berdasarkan (Arikunto, 2010). Jika besar populasi lebih dari 100 maka sampel yang diambil 20% - 25%. Maka sampel pada penelitian ini adalah 25/100 x 180 = 45. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang responden. Tehnik sampel yang


(46)

sebagai subjek penelitian adalah ibu-ibu hamil dengan usia kehamilan trimester ketiga dan tidak mempunyai komplikasi kehamilan di kecamatan Angkola Barat kabupaten Tapanuli Selatan, bersedia menjadi responden penelitian.

4.2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan pada bulan Juli tahun 2011. Lokasi ini dipilih karena belum pernah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena di daerah tersebut masih banyak ibu-ibu yang tidak melaksanakan perawatan antenatal selama masa hamil yang dipengaruhi adanya beberapa faktor sehingga bisa diidentifikasi apakah ada hubungannya dengan pelaksanaan perawatan antenatal.

4.2.4 Pertimbangan Etik

Peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakekatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa ada sanksi apapun, tidak menimbulkan penderitaan bagi responden. Responden harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian, responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk melanjutkan menjadi subjek penelitian. Data yang diberikan harus


(47)

dirahasiakan untuk itu perlu adanya anonymity (tanpa nama) dan confidentialility (rahasia).

4.2.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk lembar kuisioner dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Pada bagian instrumen penelitian yaitu kuisioner terdiri atas data demografi responden, gambaran pelaksanaan antenatal care, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil.

Kuisioner data demografi responden meliputi agama, suku, usia, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan perbulan, jumlah kelahiran anak (paritas). Data demografi responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden, dan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan presentase terhadap pelaksanaan antenatal care dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Kuisioner gambaran pelaksanaan antenatal care bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah kunjungan kehamilan yang dilakukan ibu hamil. Pilihan pernyataan dengan teratur bila ≥ 4 kali kunjungan kehamilan, kurang teratur bila 2-3 kali kunjungan, tidak teratur bila < 2 kali kunjungan.

Kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care adalah kuisioner berisi pernyataan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil yang terdiri dari 24 pernyataan. Pilihan pernyataan menggunakan skala dichotomy dengan jawaban “ya” nilainya 1 dan “tidak” nilainya 0. Kuisioner pada pernyataan 1-4 berdasarkan faktor pengetahuan. Pernyataaan 5-8 berdasarkan faktor sikap. Pernyataaan 9-12 berdasarkan faktor


(48)

sosial budaya. Pernyataaan 13-16 berdasarkan faktor geografis. Pernyataaan 17-20 berdasarkan faktor informasi. Pernyataaan 21-24 berdasarkan faktor dukungan.

4.2.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Nursalam, 2010). Validitas dalam penelitian ini dengan validitas isi yaitu dengan instrumen sesuai dengan variabel yang diteliti dan selanjutnya dikonsultasikan kepada salah seorang Staf Dosen Keperawatan Maternitas pada Departeman Keperawatan Maternitas – Anak Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Reliabilitas adalah suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang mau diukur walaupun sudah berulang-ulang kali (Nursalam, 2010). Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data pada sampel sebanyak 45 orang responden. Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang (Nursalam, 2010).

Menurut Arikunto (2010) salah satu uji reliabilitas internal untuk jenis kuisioner dichotomy adalah menggunakan KR 21. Hasil uji reliabilitas untuk kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil terhadap 10 0rang responden adalah 0,89.

Menurut Polit & Hungler (1997) suatu instrumen dikatakan reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih. Jadi dapat disimpulkan bahwa kuisioner gambaran


(49)

pelaksanaan antental care pada ibu hamil dan kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

4.2.7 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengisi lembar kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Bapak Camat Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan, dan prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta menandatangani informed consent. Responden diminta menjawab lembar isian kuisioner yang diberikan dengan tetap didampingi oleh peneliti, bila ada pertanyaan yang tidak jelas dapat langsung menjelaskan kepada responden dengan tidak bermaksud mengarahkan jawaban responden, selanjutnya data yang terkumpul dianalisis.

4.2.8 Analisa Data

Pengolahan data demografi yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jumlah kelahiran hidup (paritas), dilakukan dengan mendeskripsikan distribusi frekwensi dan persentase dalam bentuk tabel.

Pengolahan data gambaran pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil diidentifikasi dengan mendeskripsikan distribusi frekwensi dan persentase dalam


(50)

bentuk tabel. Sehingga untuk mengetahui pelaksanaan antenatal care pada kunjungan ibu hamil teratur, kurang teratur, tidak teratur, dapat dilihat dari persentase tertinggi.

Pengolahan data faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil diidentifikasi dengan mendeskripsikan distribusi frekwensi dan persentase dalam bentuk tabel. Sehingga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi, dapat dilihat dari persentase tertinggi.

Untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan dianalisa secara statistik dengan menggunakan koefisien korelasi Spearman, interpretasi hasil korelasi didasarkan pada nilai P, kekuatan korelasi, serta arah korelasinya. Peluang untuk diterima dan ditolaknya suatu hipotesis tergantung besar kecilnya perbedaan antara nilai sampel dengan nilai hipotesis. Bila perbedaan tersebut kecil, maka peluang untuk menolak hipotesis menjadi kecil, dan bila perbedaan besar maka makin besar peluang untuk menerima hipotesis. Menurut Hatsono (2001) dari uji tersebut akan diperoleh nilai P, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian. Peluang hasil penelitian selanjutnya akan dianalisa dengan membandingkannya dengan nilai alpha (α = 0,05). Maka kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan nilai alpha (α = 0,05). Maka kesimpulannya :

Bila nilai P ≤ α, maka keputusannya adalah Ho ditolak. Bila nilai P > α, maka keputusannya adalah Ho gagal ditolak.

Jika nilai koefisien korelasi berada pada level 0.70 – 1.00 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang kuat, level 0.40 - < 0.70 (baik


(51)

plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang sedang atau sustansial, level 0.20 - < 0.40 menunjukkan adanya derajat hubungan yang lemah dan level < 0.20 berarti dapat diabaikan. Sedangkan untuk menginterpretasikan data nilai signifikan (p) untuk uji 1 arah, jika nilai p kurang dari atau sama dengan nilai α (0.05) berarti terdapat hubungan yang signifikan dan bila nilai p lebih dari nilai α (0.05) berarti terdapat hubungan yang tidak signifikan (Devore, 1986 ; Sulaiman, 2003)

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistik deskriptif untuk hubungan pelaksanaan antenatal care dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil. Dimana data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau di editing, untuk memeriksa apakah pertanyaan dan kuisioner telah di isi sesuai petunjuk. Setelah diberi kode atau coding terhadap pertanyaan yang telah di ajukan untuk mempermudah tabulasi dan analisa. Analisa yaitu menganalisa data yang terkumpul dengan menentukan bahwa persentase jawaban dari setiap responden. Selanjutnya peneliti memasukkan data kedalam komputer dengan data yang sudah berdistribusi normal dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi yang menggunakan program statistik (Polit & Hungler, 2002). Untuk menentukan faktor yang paling dominan mempengaruhi pelaksanaan antenatal care, metode statistik yang digunakan adalah regresi linier ganda dengan metode backward melalui program SPSS versi 17.0 yaitu memasukkan semua variabel ke dalam model, kemudian satu persatu variabel independent dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik tertentu. Variabel yang pertama kali dikeluarkan adalah variabel yang mempunyai korelasi parsial terkecil dengan variabel dependent. Kriteria


(52)

pengeluaran atau P-out (POUT) adalah 0,10 artinya variabel yang mempunyai nilai p lebih besar atau sama dengan 0,10 dikeluarkan dari model (Hatsono, 2001)


(53)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan data dari tanggal 16 sampai 30 Juli 2011 di Kecamatan Angkola Barat.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian akan dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik responden, gambaran pelaksanaan antenatal care, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat.

5.1.1 Deskripsi karakteristik responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak (paritas), jumlah kunjungan kehamilan.

Dari 45 responden yang terkumpul, mayoritas berada pada usia 20-35 tahun (n=31; 68,9%), pendidikan sekolah dasar (SD) (n=16; 35,5% ), pekerjaan petani (n=15; 33,3%), penghasilan < 850.000 (n=29; 64,4%), paritas multipara (n=28; 62,2%), dan jumlah kunjungan kehamilan ibu < 2 kali (n=25; 55,5%) (Tabel 5.1)


(54)

Tabel 5.1 Deskripsi karakteristik ibu hamil yang tinggal di Kecamatan Angkola Barat bulan Juli 2011 (N=45)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Usia

- < 20 tahun - 20-35 tahun - > 35 tahun Pendidikan

- Tidak Sekolah - SD

- SMP - SMA

- Perguruan Tinggi Pekerjaan

- Tidak bekerja - Petani

- PNS - Wiraswasta - Lainnya Penghasilan

- < 850.000,. - 850.000 –

1.000.000,. - > 1.000.000,. Jumlah anak (paritas)

- Belum ada - 1 orang

- ≥ 2 orang

6 31 8 3 16 7 8 11 6 15 8 12 4 29 5 11 9 8 28 13,3 68,9 17,8 6,6 35,5 15,5 17,7 24,4 13,3 33,3 17,7 26,6 8,8 64,4 11,2 24,4 20 17,8 62,2

5.1.2 Gambaran Pelaksanaan Antenatal care

Dari hasil penelitian, mayoritas responden (n=25; 55,5%) melakukan kunjungan kehamilan tidak teratur (kunjungan < 2 kali, (n=11; 24,4%) melakukan kunjungan kehamilan kurang teratur (kunjungan 2-3 kali), dan (n=9; 20) melakukan kunjungan kehamilan teratur (kunjungan ≥ 4 kali).


(55)

Tabel 5.2 Gambaran pelaksanaan antenatal care di Kecamatan Angkola Barat bulan Juli 2011 (N=45)

Pelaksanaan antenatal care

Frekuensi (n) Persentase (%) - Kunjungan kehamilan

tidak teratur (kunjungan < 2 kali)

- Kunjungan kehamilan

kurang teratur (kunjungan 2-3 kali)

- Kunjungan kehamilan teratur (kunjungan ≥ 4 kali

25

11

9

55,5

24,4 20


(56)

Tabel 5.3 Karakteristik Kunjungan Antenatal Care Ibu Hamil di Kecamatan Angkola Barat bulan Juli 2011 (N=45)

Karakteristik K I (N) K II (N) K III (N) Usia

- < 20 tahun - 20-35 tahun - >35 tahun Pendidikan

- Tidak Sekolah - SD

- SMP - SMA - Perguruan

Tinggi Pekerjaan

- Tidak bekerja - Petani

- PNS - Wiraswasta - Lainnya Penghasilan

- < 850.000,. - 850.000 –

1.000.000,. - > 1.000.000,. Jumlah anak (paritas)

- Belum ada - 1 orang

- ≥ 2 orang

15 12 18 - - 6 12 6 - 6 5 10 2 8 10 12 10 5 4 5 10 - - 3 3 6 - 2 5 3 - 4 10 5 4 2 4 - 5 - - 1 2 6 1 1 5 2 1 4 4 5 2 2


(57)

5.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu melaksanakan antenatal care

Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa responden dengan multipara (n=28; 62,2%). Usia 20-35 tahun (n=31; 68,9%). Pengetahuan baik (n=30; 66,6%). Sikap kurang (n=32; 71,1 %). Ekonomi kurang (n=29; 64,4%). Sosial budaya baik (n=28; 62,2%). Letak geografis dengan sulit ditempuh (n=27; 60%). Informasi kurang (n=23; 51,1%). Dukungan cukup (n=24; 53,3%).

Tabel 5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelakasanaan antenatal care di Kecamatan Angkola Barat

Faktor Frekuensi (n) Persentase (%) Paritas

- Nulipara - Primipara - Multipara Usia

- < 20 tahun - 20-35 tahun - >35 tahun Pengetahuan

- Baik - Cukup - Kurang Sikap

- Baik - Cukup - Kurang Ekonomi

- Tinggi - Cukup - Kurang

9 8 28 6 31 8 30 6 9 4 9 32 11 5 29 20 17,8 62,2 13,3 68,9 17,8 66,6 13,4 20 8,9 20 71,1 24,4 11,2 64,4


(58)

Sosial budaya

- Baik 28 62,2 - Cukup 11 24,2 - Kurang 6 13,4

Letak geografis

- Sulit ditempuh 27 60 - Mudah ditempuh 18 40 Informasi

- Baik 16 35,5 - Cukup 6 13,4 - Kurang 23 51,1 Dukungan

- Baik 7 15,6 - Cukup 24 53,3 - Kurang 14 31,1

5.1.4 Hubungan gambaran pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi di Kecamatan Angkola Barat.

Penggunaan uji Spearman untuk mengetahui hubungan gambaran pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil. Faktor-faktor yaang mempengaruhi ibu hamil melaksanakan antenatal care menunjukkan nilai pada kolom sig 2 tailed sebesar 0,00 lebih kecil dari nilai level of significance (α) yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan bermakna anatara pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil. Dengan nilai koefisien korelasi R=0,68. Koefisien korelasi (R) 0,68 artinya hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care positif dengan interpretasi sedang. (Nugroho, 2005). Dari faktor-faktor yang dianalisa, faktor yang paling dominan mempengaruhi pelaksanaan antenatal care


(59)

pada ibu hamil adalah faktor ekonomi, paritas, sosial budaya, letak geografis (R=0,981; Sig=0,00).

Tabel 5.4 Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-faktor yang mempengaruhi pada Ibu Hamil di Kecamatan Angkola Barat

Kunjungan Antenatal Care Faktor-Faktor yang Mempengaruh i ANC

Spearman's rho Kunjungan Antenatal

Care

Correlation Coefficient 1,000 ,684(**)

Sig. (2-tailed) . ,000

N 45 45

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ANC

Correlation Coefficient ,684(**) 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 45 45

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Gambaran Pelaksanaan Antenatal Care pada Ibu Hamil

Gambaran pelaksanaan antenatal care merupakan pelaksanaan antenatal care yang menyangkut kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 1995). Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa mayoritas responden (n=25; 55,5%) melakukan kunjungan tidak teratur (kunjungan < 2 kali), (n=11; 24,4%) melakukan kunjungan kurang


(60)

teratur (kunjungan 2-3 kali), dan (n=9; 20%) melakukan kunjungan teratur (kunjungan ≥ 4 kali).

Pelaksanaan antenatal care yang tidak teratur dan kurang teratur dengan mayoritas karakteristik pendidikan ibu hamil adalah sekolah dasar. Sedangkan yang melakukan kunjungan yang teratur, merupakan ibu hamil dengan pendidikan perguruan tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ulina (2004) tentang pengaruh karakteristik ibu hamil terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal menunjukkan ibu yang mempunyai pendidikan tinggi melakukan kunjungan yang teratur. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam usaha perlindungan obstetri. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, semakin meningkat kesadarannya terhadap pelaksanaan antenatal care secara teratur (Prichard, 1991). Muzaham (1995) menyatakan bahwa pendidikan formal pada dasarnya memberikan kemampuan pada seseorang untuk berfikir rasional dan objektif dalam menghadapi masalah hidup dan akan berdampak timbulnya suatu proses pengembangan atau pematangan pandagan hidup pribadi.

Selain karakteristik tingkat pendidikan, pekerjaan juga mempengaruhi pelaksanaan antenatal care, dengan kunjungan yang tidak teratur dan kurang teratur dengan pekerjaan sebagai petani dan wiraswasta dikarenakan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan kunjungan antenatal care yang teratur. Menurut Chandra & Suharni (1995) menyatakan bahwa ibu yang bekerja di sektor non formal tidak memiliki akses yang baik terhadap informasi dan ini menyebabkan ketidaktahuan dalam pelaksanaan antenatal care serta pekerjaan ibu yang berat baik fisik dan tekanan mental. Sedangkan kunjungan yang teratur


(61)

dengan ibu hamil tidak bekerja dan pegawai negeri sipil yang mempunyai waktu yang cukup dalam melaksanakan antenatal care.

5.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Antenatal Care pada ibu hamil

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil meliputi faktor paritas, usia, pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis, informasi, dan dukungan.

1. Faktor Paritas

Paritas merupakan banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden multipara yaitu 28 orang (62,2%). 8 orang (17,8%) primipara dan 9 orang (20%) nulipara. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suprapto (1993) dalam penelitiannya paritas akan mempengaruhi ibu dalam melakukan antenatal care yang teratur. Paritas merupakan faktor internal pada ibu hamil, paritas yang tinggi akan menyebabkan kurangnya perhatian ibu terhadap kehamilannya karena kesibukan mengatur anak dan keluarga sehingga tidak melaksanakan kunjungan antenatal yang teratur.

Menurut asumsi peneliti, nulipara akan lebih memperhatikan kehamilannya karena merupakan kehamilan yang pertama, dan akan cenderung melaksanakan antenatal care.


(62)

2. Faktor Usia

Usia ibu hamil merupakan keadaan kematangan ibu hamil selama kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 20-35 tahun yaitu 31 orang (68,9,%). Bila dikaitkan dengan jumlah kunjungan responden tersebut maka hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2005) yang mengatakan bahwa usia reproduksi optimal bagi seorang wanita berada pada usia 20-35 tahun. Usia merupakan faktor internal pada ibu hamil, pada usia reproduksi optimal tersebut rahim wanita sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang, dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya (Drapper, 2001). Menurut asumsi penulis, hal ini terjadi disebabkan karena ibu merasa berada pada rentang usia yang masih belum memasuki kehamilan resiko tinggi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Amiruddin (2005) di puskesmas Ulaweng Jawa Timur yang menyebutkan bahwa fasilitas antenatal lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok resiko tinggi, salah satunya usia > 35 tahun daripada usia 20-35 dan > 20 tahun.

3. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo, 2010). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pengetahuan baik yaitu 30 orang (66,6%).

Mayoritas pendidikan responden adalah Sekolah Dasar, yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pengetahuannya dibandingkan yang tidak


(63)

berpendidikan. Pendidikan seseorang akan lebih banyak berperan dalam pengambilan keputusan. Pendidikan merupakan alat yang dapat mengubah nilai dan norma keluarga, dengan pendidikan seseorang dapat memperluas cakrawala berfikir sehingga mudah mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan formal akan semakin baik wawasan dan pengetahuannya tentang kesehatan sehingga akan cenderung melakukan kunjungan antenatal yang teratur.

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan indikator dari melakukan tindakan terhadap sesuatu, jika seseorang didasari pada pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami bagaimana kesehatan itu dan mendorong untuk mengaplikasikan apa yang diketahuinya.

4. Faktor Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2005). Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Dengan demikian ibu hamil melakukan reaksi terhadap stimulus kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur agar kehamilannya berkembang dengan sehat dan untuk memperkecil resiko komplikasi saat melahirkan, kelahiran premature, serta kematian ibu dan bayi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai sikap yang kurang yaitu 32 orang (71,1%). Sikap merupakan proses mental yang terjadi pada individu yang akan menentukan respon yang baik dan nyata, ataupun potensial diri setiap orang berbeda.


(64)

5. Faktor Ekonomi

Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas penghasilan, produksi, distribusi, pemasukan, pemakaian barang serta kekayaan dan penghematan (Dani, 2005). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan keadaan ekonomi rendah dibawah delapan ratus lima puluh ribu rupiah yaitu 29 orang (64,4%). Dapat disimpulkan bahwa kondisi ekonomi responden akan mempengaruhi kemampuan untuk melakukan kunjungan antenatal yang teratur. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Anderson yang dikutip oleh Siska (2001), ekonomi termasuk dalam karakteristik pendukung yang mempengaruhi kemampuan individu untuk membayar dalam melaksanakan antenatal care selama kehamilan.

Bagi ibu hamil dengan keadaan ekonomi yang tinggi akan cenderung dengan kunjungan antenatal care yang teratur selama kehamilannya. Sosial ekonomi merupakan kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya secara finansial (Notoatmodjo, 2003). Menurut Wiludjeng (2005) dalam penelitiannya melahirkan di rumah dan merawat kehamilan dengan obat tradisional merupakan pilihan utama. Kondisi ini berkaitan erat dengan keadaan ekonomi, karena sebagian besar ibu tidak berpenghasilan dan rata-rata pekerjaan ibu hamil dan suami adalah petani.

6. Faktor Sosial Budaya

Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya pernyataan intelektual dan nilai-nilai artistik yang menjadi ciri khas masyarakat (Eppink, 2010). Berdasarkan hasil penelitian


(65)

menunjukkan bahwa mayoritas responden dipengaruhi sosial budaya yang baik dalam pelaksanaan antenatal yaitu 28 orang (62,2%). Faktor sosial budaya yang terdapat di masyarakat bahwa pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami, padahal menurut kesehatan reproduksi (2000) mengatakan bahwa dalam pengambilan keputusan dalam meningkatkan kesehatan ibu adalah ibu itu sendiri.

Menurut asumsi penulis, masyarakat lebih mempercayai perawatan dengan dukun daripada ke tempat pelayanan kesehatan, pada saat ibu hamil merasakan komplikasi-komplikasi yang mengganggu kehamilan, ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke dukun misalnya dengan khusuk, dan meminta zimat atau pelindung selama kehamilan.

7. Faktor Geografis

Letak geografis adalah letak suatu tempat yang didasarkan pada letak keadaan alam di sekitarnya (Gussa, 2010). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan letak geografis yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan dan sulit ditempuh yaitu 27 orang (60%). Responden mengatakan letak geografi mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan antenatal. Hal ini sesuai dengan penelitian Amiruddin (2005) mengatakan jarak ke tempat pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang membuat ibu hamil memanfaatkan pelayanan antenatal.

Menurut asumsi peneliti, yang banyak memanfaatkan pelayanan antenatal adalah ibu yang bertempat tinggal dekat dengan tempat pelayanan kesehatan, sehingga memudahkan untuk melaksanakan antenatal care.


(66)

8. Faktor Informasi

Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi (Schott, 2008). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memperoleh informasi yang kurang yaitu 23 orang (51,1%). Ibu hamil yang mendapatkan informasi yang baik akan cenderung melaksanakan antenatal care yang teratur, sebaliknya yang memperoleh informasi yang kurang akan cenderung tidak melaksanakan antenatal care yang teratur, yang memperoleh informasi yang baik sebanyak 16 orang (35,6%) melakukan kunjungan antenatal care yang baik, mayoritas yang berpendidikan tinggi.

Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani (2001) semakin tinggi pendidikan semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan ynag dimiliki begitu pula sebaliknya. Semakin rendah pendidikan maka akan sulit mencerna informasi yang disampaikan. Pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam prilaku dan gaya hidup sehari-hari (Depkes RI, 2004)

Menurut asumsi penulis, pendidikan akan mempengaruhi informasi yang diperoleh dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Dimana informasi yang diperoleh akan membantu dalam melaksanakan antenatal care.

9. Faktor Dukungan

Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang terdekat untuk melakukan suatu tindakan (Harymawan, 2007). Berdasarkan hasil penelitian


(67)

menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapat dukungan yang cukup yaitu 24 orang (53,3%).

Dukungan merupakan faktor penting, dan mempunyai dampak yang besar terhadap masalah pemeliharaan kesehatan dan pelaksanaan kesehatan pada ibu hamil. Dukungan yang berasal dari anggota keluarga yaitu suami berupa dukungan spiritual maupun material dapat memberikan ketenangan pada masa-masa sulit sehingga dapat melakukan penyesuaian yang lebih baik dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Salah satu mediator stress adalah dukungan dari keluarga, dimana seseorang merasa diperhatikan dan dihargai oleh orang lain. Menurut Wortman dan Dunkell Sceffer (1987), jenis dukungan yang meliputi ekspresi terhadap pemberitahuan ketepatan keyakinan perasaan ibu hamil, ajakan untuk membuka diri dan mendiskusikan keyakinan dan sumber-sumber juga merupakan bentuk dukungan. Disamping dukungan psikologis yang diterima ibu hamil, bantuan materil atau bantuan terampil seperti membantu pekerjaan rumah tangga atau perawatan anak merupakan hal yang meringankan penderitaan. Begitu juga dengan Johnson dan Jhonson yang dikutip oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa dukungan akan meningkatkan kesejahteraan psikologis, peningkatan harga diri, pengurangan stress serta penyediaan sumber atau bantuan yang dibutuhkan.


(1)

ANOVA(g)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 27,350 9 3,039 110,644 ,000(a)

Residual ,961 35 ,027

Total 28,311 44

2 Regression 27,342 8 3,418 126,991 ,000(b)

Residual ,969 36 ,027

Total 28,311 44

3 Regression 27,336 7 3,905 148,221 ,000(c)

Residual ,975 37 ,026

Total 28,311 44

4 Regression 27,281 6 4,547 167,683 ,000(d)

Residual 1,030 38 ,027

Total 28,311 44

5 Regression 27,243 5 5,449 198,871 ,000(e)

Residual 1,068 39 ,027

Total 28,311 44

6 Regression 27,242 4 6,810 254,779 ,000(f)

Residual 1,069 40 ,027

Total 28,311 44

a Predictors: (Constant), Faktor Dukungan, Faktor Pengetahuan, Faktor Usia, Faktor Ekonomi, Faktor Informasi, Faktor Paritas, Faktor Sosial budaya, Faktor Letak geografis, Faktor Sikap

b Predictors: (Constant), Faktor Dukungan, Faktor Pengetahuan, Faktor Ekonomi, Faktor Informasi, Faktor Paritas, Faktor Sosial budaya, Faktor Letak geografis, Faktor Sikap c Predictors: (Constant), Faktor Dukungan, Faktor Ekonomi, Faktor Informasi, Faktor Paritas, Faktor Sosial budaya, Faktor Letak geografis, Faktor Sikap

d Predictors: (Constant), Faktor Dukungan, Faktor Ekonomi, Faktor Informasi, Faktor Paritas, Faktor Sosial budaya, Faktor Letak geografis

e Predictors: (Constant), Faktor Dukungan, Faktor Ekonomi, Faktor Paritas, Faktor Sosial budaya, Faktor Letak geografis

f Predictors: (Constant), Faktor Ekonomi, Faktor Paritas, Faktor Sosial budaya, Faktor Letak geografis


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

CURICULUM VITAE

I.

Identitas

Nama

: Nengsi Sartika Siregar

Nim

: 101121021

Tempat/Tgl Lahir

: Sibangkua, 28 Juli 1989

Agama

: Islam

Alamat

: Jln. Jamin Ginting Gang Sarmin No.18 Padangbulan

Medan

II.

Nama Orang Tua

Ayah

: Ali Bangun Siregar

Ibu

: Tikholija Harahap

III.

Riwayat Pendidikan

SDN147533 Aek Nabara Tobotan

(1994 – 2000)

SLTP N 1 Sitinjak Angkola Barat (2000 – 2003)

SMA Nurul ‘Ilmi Padangsidempuan (2003 – 2007)

D-III Keperawatan USU Medan

(2007 – 2010)


Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Diversifikasi Produk Salak Di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

2 39 65

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Diversifikasi Produk Salak Di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 6 65

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 18

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

1 3 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 10

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 1 25

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Chapter III VI

0 0 50

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

1 25 4

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 2 35

Cover Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Diversifikasi Produk Salak Di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 9