Kedudukan Anak Sumbang Dalam Penerimaan Harta Warisan ( Analisis Hukum Islam Terhadap PasaL 867 KUH Perdata )

ABSTRAK
Ade Ananda*
Dr. Utary Maharani Barus,SH.,Mhum**
Dra. Zakiah, M.Pd***

Anak adalah termasuk ahli waris dari orang tuanya kelak ketika mereka
meninggal, namun dalam kasus anak sumbang dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata pasal 867 bahwa undang-undang tidak memberikan hak waris,
hanya memberikan hak menuntut pemberian nafkah kepada anak sumbang
seperlunya terhadap harta orang tuanya, dalam hukum Islam anak sumbang
mendapatkan hak waris dari garis ibunya, hal ini sesuai dengan KHI pasal 186
bahwa anak sumbang mempunyai hubungan saling mewarisi dengan ibunya dan
keluarga pihak ibunya.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini yaitu metode
penelitian hukum normatif, dengan pendekatan filosofis-normatif. Jenis bahan
baku yang digunakan yaitu berupa bahan hukum primer dan sekunder. Teknik
pengolahan bahan hukum yaitu dengan kepustakaan (Library Research).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa
Anak sumbang menurut KUHPerdata yaitu anak yang dilahirkan dari hubungan
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang diantara keduanya terdapat
larangan untuk menikah, dan anak tersebut bukan anak sah dan tidak dapat diakui

pula. Oleh karena kedudukannya sebagai anak luar kawin, maka berdasarkan
Pasal 867 KUHPerdata ia tidak mendapatkan harta warisan dari orang tuanya,
melainkan hanya mendapatkan nafkah saja, itupun sebatas kemampuan orang
tuanya, sedangkan Hukum Islam memandang bahwa anak sumbang dinasabkan
kepada ibunya, dan juga akan mendapatkan waris dari pihak ibunya. 1
Keyword : anak sumbang, kedudukan hak waris

*Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembibing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Dosen Pembibing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

iii

Universitas Sumatera Utara