Strategi Bertahan Hidup Pedagang Pakaian Pasca Kebakaran Pasar Aksara Di Kota Medan

BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia negara rawan bencana, baik bencana yang disebabkan oleh alam
serta bencana yang disebabkan oleh perbuatan manusia (human erorr). Salah satu
bencana yang terjadi karena perbuatan manusia adalah bencana kebakaran, mulai dari
kompor meledak, huru-hara, tindak kriminalitas maupun karena arus pendek listrik
(korsleting). Kebakaran yang disebabkan oleh arus pendek listrik merupakan bagian
dari human erorr di mana jaringan listrik yang sudah lama tidak diperiksa, kemudian
adanya kawat-kawat yang sudah tua namun enggan untuk diganti/diperbaiki.
Kebakaran kerap terjadi karena faktor kelalaian manusia itu sendiri serta kurangnya
rasa ketidakpeduliaan terhadap bahaya dan ancaman kebakaran sehingga terjadi
korsleting dan akhirnya menyebabkan kebakaran.
Menurut Thiang dan Indratanoto (2016), Human error merupakan kegagalan
manusia melakukan tugas yang telah didesain dalam batas ketepatan, rangkaian, atau
waktu tertentu. Human error adalah sebuah hasil kerja manusia yang dapat muncul
sewaktu-waktu, dimana saja dan kapan saja. Human error dapat terjadi karena
disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan fisik kerja yang ekstrem. Terjadinya
human error akan diikuti oleh menurunnya efektivitas dan efisiensi dalam suatu
pekerjaan


tersebut

(digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergraduate-9441-2505100119-

Chapter1.pdf. diakses 28/12/2016).
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP IKAPPI)
mencatat telah terjadi 283 kasus kebakaran pasar sepanjang tahun 2016 di seluruh

1

Universitas Sumatera Utara

Indonesia, karena itu IKAPPI memandang kasus kebakaran sebagai masalah serius,
satu kios saja yang terbakar pasti akan menimbulkan ekses negatif. Apalagi bila
sampai ratusan dan ribuan, dampaknya akan jauh lebih besar. Bukan hanya bagi para
korban tetapi juga bagi roda perekonomian di daerah tersebut (www.ikappi.org diakses
28/12/2016).
Pasar merupakan salah satu penggerak dinamika kehidupan ekonomi.
Berfungsinya lembaga pasar sebagai institusi ekonomi yang menggerakkan kehidupan

ekonomi dan tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh pedagang dan pembeli
(Damsar, 1997:101). Dalam kegiatan ekonomi pasar menjadi pusat interaksi antara
pedagang dan pembeli. Keberadaan pasar tradisional terkait dengan penataan dan
pembinaan pasar sudah diatur dalam Peraturan Presiden nomor 112 Tahun 2007 yang
tertera di Pasal 1 angka 2 berbunyi “Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan
dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah termaksuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil
dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar”.
Begitu banyak permasalahan yang timbul terkait dengan pasar tradisional,
terutama sering terjadinya kebakaran pasar yang menimbulkan banyak kerugian bagi
para pedagang dan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru bagi Pemerintah.
Seperti yang diutarakan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia
(DPP IKKAPI) Abdullah Mansuri, dalam acara Rapat Pimpinan Nasional
(RAPIMNAS) ke empat mengatakan “Menurut data yang kami himpun dari berbagai
sumber, diperkirakan kurang lebih sekitar 30 juta masyarakat kita selama ini telah

2


Universitas Sumatera Utara

menggantungkan hidupnya dengan berjualan di pasar-pasar tradisional yang tersebar
di seluruh Indonesia, mereka tetap bertahan dan optimis meskipun di tengah
keterbatasan terutama terkait dengan sarana dan prasarana infrastruktur yang kurang
mendukung dan masih jauh dari layak” (www.cendananews.com diakses 29/10/2016).
Salah satu kebakaran pasar adalah Pasar Aksara di Kota Medan. Pada tanggal
12 Juli 2016 terjadi kebakaran besar di Pasar Aksara, yang menghanguskan seluruh isi
gedung bahkan Gedung Buana Plaza atau Ramayana Departement Store juga habis
terbakar. Pasar Aksara yang terbakar mencangkup seluas 4.000 m2. Pasar ini dulunya
terus berkembang dari tahun ke tahun, begitu juga dengan pedagang. Pada umumnya
Pasar Aksara merupakan tempat berjualan pedagang-pedagang kecil, menengah
maupun pedagang kaki lima. Letak pasar yang mudah dijangkau oleh masyarakat
sekitar serta kelengkapan barang yang diperjualbelikan di pasar ini mengundang para
pembeli datang berbondong-bondong untuk berbelanja melengkapi kebutuhan seharihari. Selain itu, Pasar Aksara juga sangat diminati masyarakat kawasan Daerah
Pancing, Percut, Tembung dan di daerah lain yang berada di kawasan Pasar Aksara.
Menurut Benny Sihotang Kepala Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan
“Dari jumlah pedagang yang terdata, ada 340 kios di pasar tradisional dua lantai itu
yang terdiri dari 320 kios di lantai dua yang memperjualbelikkan pakain, sepatu, emas
dan sebagainya sedangkan di lantai satu berjumlah 479 kios dan stan yang

memperdagangkan berbagai jenis ikan, daging, makanan, tas, serta barang pecah belah
lainnya. Akibat kebakaran tersebut kerugian mencapai ratusan miliar rupiah” (Harian
Tribun Medan Rabu, 13/7/2016).
Setelah beberapa hari terjadi kebakaran para pedagang yang tak kunjung
direlokasi melakukan aksi demonstrasi besar-berasan ke Kantor Walikota Medan

3

Universitas Sumatera Utara

untuk meminta Walikota menerima aspirasi mereka. Pemko Medan memberikan opsi
pertama kepada para pedagang agar direlokasi ke Komplek Medan Mega Trade
Centre (MMTC) yang berlokasi di Jalan Pancing, Kota Medan. Opsi lainnya,
pedagang akan direlokasi ke eks lahan Rumah Sakit Martondi yang berlokasi di Jalan
Letda Sujono, Kota Medan. Akan tetapi para pedagang menolak dengan menilai
tempat yang akan direlokasi tidak layak dijadikan tempat berjualan. Para pedagang
menuntut agar Pemko membangun kembali Pasar Aksara ataupun merelokasi para
pedagang ke pelataran parkir Gedung Buana Plaza.
Sejak kebakaran Pasar Aksara delapan bulan yang lalu (12/07/2016), para
pedagang korban kebakaran berpencar mencari tempat berjualan yang baru. Seperti

yang diketahui peneliti dari observasi yang dilakukan, para pedagang tersebut pindah
berjualan di rumah, Pasar Sukaramai, Pasar Bengkok dan yang paling banyak
pedagang memilih berjualan mendirikan lapak di trotoar hingga ke badan Jalan
Aksara, Kota Medan. Pedagang membuka lapak samping kanan dan kiri badan jalan
maupun di trotoar sebagai tempat pengganti berjualan mereka. Pembuatan lapak
tersebut tentu saja mengakibatkan arus lalu lintas terganggu, sehingga kerap terdengar
keluhan dari pejalan kaki maupun kendaraan yang melintasi jalan tersebut.
Masyarakat yang terhambat perjalanannya dapat memaklumi kondisi ini, di sepanjang
Jalan Aksara banyak dijumpai pedagang yang tetap berjualan termaksuk pedagang
pakaian, demi untuk melanjutkan hidup para pedagang terpaksa berdagang di trotoar
dan badan jalan.
Dampak dari kebakaran Pasar Aksara membuat pendapatan semua pedagang
berkurang. Penurunan pendapatan hasil penjualanan pedagang sangat berimplikasi
pada keberlangsungan hidup keluarga mereka. Kebakaran ini juga memberikan

4

Universitas Sumatera Utara

dampak yang cukup signifikan terhadap perkembangan perekonomian masyarakat

khususnya pedagang pakaian yang menjadi korban kebakaran pasar.
Perdagangan pasca kebakaran yang berada di kawasan Jalan Aksara
merupakan salah satu sektor mata pencaharian pedagang dengan strategi mereka.
Pasca kebakaran terjadi para pedagang tetap berjualan dan enggan untuk pindah.
Sebesar 20.424 jiwa dari 2.468.429 jiwa penduduk Kota Medan (pemkomedan.go.id),
mencari nafkah di sektor perdagangan.
Berdasarkan dari observasi yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa
berjualan di badan jalan mempengaruhi tingkat pendapatan mereka, untung (laba)
yang diterima pedagang pakaian tidak sebanyak saat sebelum kebakaran terjadi,
bahkan ditemui pedagang yang setiap harinya tidak buka dasar (BD) saat berdagang.
Kondisi tersebut tentu sangat berpengaruh pada pendapatan dalam rumah tangga
mereka, dimana mulai dari pemenuhan kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier
harus tetap dapat terpenuhi. Dengan ini, menuntut para pedagang pakaian untuk
melakukan berbagai strategi dalam arti, mempertahankan keberlangsungan hidup
pedagang pakaian pasca bencana kebakaran yang menimpa mereka.
Dari penjelasan permasalahan yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik
malakukan penelitian dengan judul Strategi Bertahan Hidup Pedagang Pakaian
Pasca Kebakaran Pasar Aksara Di Kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

5

Universitas Sumatera Utara

1.

Bagaimana strategi bertahan hidup pedagang pakaian pasca kebakaran Pasar
Aksara di Kota Medan?

2.

Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pedagang pakaian tidak mau direlokasi
pasca kebakaran Pasar Aksara di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah:

1.

Untuk mengetahui bagaimana strategi bertahan hidup pedagang pakaian pasca
kebakaran Pasar Aksara di Kota Medan.

2.

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pedagang pakaian
tidak mau direlokasi pasca kebakaran Pasar Aksara di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan sesuatu yang diharapkan ketika penelitian telah
selesai dilaksanakan, adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.

Hasil penelitian

diharapkan dapat


menambah wawasan

ilmiah dalam

mengembangkan kajian sosiologi, terkhususnya untuk Mata Kuliah Sosiologi
Ekonomi.
2.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi
pembaca khususnya mahasiswa/i sosiologi untuk mengetahui tentang strategi
bertahan hidup pedagang pakaian pasca kerbakaran Pasar Aksara.

6

Universitas Sumatera Utara

1.4.2 Manfaat Praktis
1.


Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan sebagai informasi dan bahan masukan
dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pemerintah terkait kepada pedagang
yang menjadi korban kebakaran Pasar Aksara.

2.

Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
masyarakat khususnya pedagang pakaian, dalam menyikapi permasalahan
relokasi yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota Medan.

3.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain, dapat
memperluas pengetahuan ilmu dan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti
lain yang melakukan penelitian serupa.

1.5 Defenisi Konsep
Konsep adalah unsur penting dalam suatu penelitian, konsep merupakan
defenisi yang dipakai oleh para peneliti dalam menggambarkan secara abstrak suatu
fenomena sosial atau fenomena alami. Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep

sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah
generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang akan diteliti (Singarimbun,
1998:33). Adapun konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah:

1. Strategi Bertahan
Strategi bertahan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pedagang pakaian
dalam mempertahankan hidup dengan cara atau metode apapun yang dilakukannya.

7

Universitas Sumatera Utara

Strategi bertahan suatu proses untuk memenuhi syarat dasar agar tetap dapat
melangsungkan hidup pasca kebakaran terjadi.

2. Pedagang
Pedagang adalah seorang yang bekerja sebagai pedagang, yaitu pedagang
pakaian yang berjualan di trotoar dan badan Jalan Aksara, Kota Medan pasca
terjadinya kebakaran Pasar Aksara.

3. Relokasi
Relokasi adalah proses pemindahan tempat berjualan dari Pasar yang sudah
terbakar eks Pasar Aksara ke tempat yang telah ditentukan oleh Pemerintah eks
Rumah Sakit Martondi maupun Komplek MMTC.

4. Pasca Kebakaran
Pasca kebakaran adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan
pedagang pakaian pasca kebakaran Pasar Aksara agar tetap bisa berjualan kembali.

8

Universitas Sumatera Utara