Strategi Bertahan Hidup Dalam Perkembangan Kota Medan.

(1)

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETERNAK BABI DALAM

PERKEMBANGAN KOTA MEDAN

(Studi Deskriptif Perumnas Mandala Kelurahan Tegalsari Mandala II,

Kecamatan Medan Denai)

SKRIPSI

PURNAWAN ZARON HAREFA

050901023

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

Strategi bertahan hidup adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap orang untuk dapat mempertahankan hidupnya melalui pekerjaan apapun yang dilakukannya. Strategi bertahan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat dasar agar dapat melangsungkan hidupnya. Manusia sebagai mahluk sosial yang hidup dengan makhluk sosial lainnya harus bertingkah laku sesuai tuntutan lingkungan tempat dimana manusia itu tinggal, dan tuntutan itupun tidak hanya berasal dari dirinya sendiri. Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap manusia. Karena permasalahan ekonomi merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak. Berbagai cara/strategi bertahan hidup dilakukan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia. Perkembangan kota Medan menimbulkan tingginya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup lebih dari sekedar kebutuhan sandang, pangan, dan papan seperti pendidikan. Salah satu jenis pekerjaan di sektor informal di kota Medan adalah peternak babi. Salah satu lokasi peternak babi di kota Medan adalah di daerah Perumnas Mandala. Pekerjaan sebagai seorang peternak babi merupakan suatu hal yang krusial sekaligus bisa mengandung unsur kontroversi jika digeluti. Dengan situasi ekonomi yang demikian sulit menuntut suatu kebijakan untuk dapat beradaptasi/bertahan sebagai komunitas peternak babi. Pemenuhan kebutuhan hidup dengan pendapatan mereka yang bermata pencaharian pokok sebagai peternak babi yang cukup minim. Karena keluarga peternak babi merupakan kelompok masyarakat yang termasuk keluarga miskin, dibanding dengan kelompok masyarakat lain. Keluarga-keluarga yang bertempat tinggal di Perumnas Mandala tersebut bermata pencaharian tetap sebagai peternak babi.

Atas dasar tersebut, peneliti ingin mencoba untuk mengangkat topik permasalahan mengenai bagaimana strategi bertahan hidup peternak babi dalam perkembangan kota Medan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi langsung, studi dokumentasi, wawancara mendalam serta studi kepustakaan. Interpretasi data penelitian dilakukan dengan menggunakan catatan dari hasil lapangan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk 10 informan, dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki strategi agar dapat bertahan hidup sebagai peternak babi. Strategi yang dilakukan mereka adalah Pertama mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk melakukan aktivitas sendiri, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya). Kedua menekan biaya kehidupan mereka, misalnya biaya pendidikan, kebutuhan sandang, pangan, dan sebagainya, Ketiga Pemanfaatan jaringan. Ini terlihat jelas dalam mengatasi masalah ekonomi dengan pinjam uang kepada tetangga, mengutang ke warung terdekat, memanfaatkan program anti kemiskinan, bahkan ada yang pinjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, dengan judul:

STRATEGI BERTAHAN HIDUP DALAM PERKEMBANGAN KOTA MEDAN. Skripsi ini penulis persembahkan khusus buat kedua orang tua tercinta penulis, Bapak (Y. Harefa) dan Ib u (L. Marbun), terima kasih atas semua kasih sayang, doa, pengertian, pengorbanan yang tulus, dukungan dan semangatnya yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Tuhan memberikan limpahan RahmatNya dan berkatNya kepada orang tua penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya tanpa ada campur tangan dari semua pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. Badaruddin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, MSi, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs Henry Sitorus MSi, selaku dosen pembimbing penulis, yang membimbing penulis dengan penuh kesabaran sampai pada penyelesaian


(4)

skripsi ini. Dimana dengan begitu banyaknya kesibukan, beliau masih bersedia meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan masukan berupa saran bagi penulisan skripsi ini.

4. Kepada seluruh dosen Sosiologi dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi selama penulis menjalani perkuliahan di FISIP USU.

5. Seluruh staf administrasi FISIP USU khususnya Departemen Sosiologi, Kak betty, kak Feny.

6. Buat Abang dan Kakakku tercinta, Brill Harefa, Lyla Harefa dan Thomy Harefa. Terimahkasih atas bantuan dan doanya yang diberikan selama ini. 7. Buat sahabat-sahabatku, teman seperjuangan dari awal kuliah hingga saat

ini dan untuk selamanya, Franklin Sitohang, Benny, Twince, Gorenty, Leokrispat, Bang Ferdinand, dan teman-teman mahasiswa lainnya mulai dari stambuk 2005, 2004, 2003 dan adek-adek kami stambuk 2007, 2008, 2009 dan 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimahkasih buat dukungan, semangat dan kebersamaan yang kalian berikan. Semoga sukses dan selamat berjuang.

8. Buat Sir Agus yang juga sudah banyak membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini sampai selesai.

9. Buat Bang Frans, Kak Neni, Bang Valen dan Bang Leo, terimakasih atas perhatian, dukungan serta bantuannya yang sangat berarti selama ini.


(5)

10. Kepada semua informan dan semua pihak yang turut membantu namun tidak bisa disebutkan satu persatu selama penelitian skripsi, terimakasih atas kerjasama, kepercayaan dan dukungannya.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2011

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI………… ………... v

DAFTAR TABLE ………. vii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 9

1.5. Defenisi Konsep ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 12

2.1 Sistem Pengembangan Peternakan ……….. 12

2.2 Konsep Manajemen Strategi Bertahan ……… … 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 21

3.2. Lokasi Penelitian……… 21

3.3. Unit Analsis dan Informan …..………....……….... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data………..…..………..………... 22

3.5 Teknik Sampling ………..……….…… 24

3.6.Interpretasi data ……….………... 24

3.7 Keterbatasan Penelitian ……… 25

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN ... 26


(7)

4.1.1 Gambaran umum peternakan babi ……… 26

4.1.2 Sampel Penelitian ……… 27

4.1.3 Profil Informan ……… 27

4.2 Interpretasi Data Penelitian ………. 28

4.2.1 Kehidupan Ekonomi dan Pembagian Penghasilan Perekonomian Peternak Babi ……… 28

4.2.2 Upaya Yang Dilakukan Peternak Babi Dalam Mengatasi Masalah Ekonomi ……… 35

BAB V PENUTUP ……… 45

5.1 Kesimpulan ……….. 45

5.2 Saran ………. 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABLE

Table 1.1 Populasi Ternak (000) 2000-2008 ……… 1 Table 1.2 Tabel 1.2 Konsumsi Daging di Indonesia 2005-2007 ………… 2 Tabel 1.3 Konsumsi Ternak Tahun 2002-2005 (kg/kapita/tahun) ………. 5 Tabel 4.1 Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Lama Tinggal 27


(9)

ABSTRAK

Strategi bertahan hidup adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap orang untuk dapat mempertahankan hidupnya melalui pekerjaan apapun yang dilakukannya. Strategi bertahan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat dasar agar dapat melangsungkan hidupnya. Manusia sebagai mahluk sosial yang hidup dengan makhluk sosial lainnya harus bertingkah laku sesuai tuntutan lingkungan tempat dimana manusia itu tinggal, dan tuntutan itupun tidak hanya berasal dari dirinya sendiri. Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap manusia. Karena permasalahan ekonomi merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak. Berbagai cara/strategi bertahan hidup dilakukan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia. Perkembangan kota Medan menimbulkan tingginya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup lebih dari sekedar kebutuhan sandang, pangan, dan papan seperti pendidikan. Salah satu jenis pekerjaan di sektor informal di kota Medan adalah peternak babi. Salah satu lokasi peternak babi di kota Medan adalah di daerah Perumnas Mandala. Pekerjaan sebagai seorang peternak babi merupakan suatu hal yang krusial sekaligus bisa mengandung unsur kontroversi jika digeluti. Dengan situasi ekonomi yang demikian sulit menuntut suatu kebijakan untuk dapat beradaptasi/bertahan sebagai komunitas peternak babi. Pemenuhan kebutuhan hidup dengan pendapatan mereka yang bermata pencaharian pokok sebagai peternak babi yang cukup minim. Karena keluarga peternak babi merupakan kelompok masyarakat yang termasuk keluarga miskin, dibanding dengan kelompok masyarakat lain. Keluarga-keluarga yang bertempat tinggal di Perumnas Mandala tersebut bermata pencaharian tetap sebagai peternak babi.

Atas dasar tersebut, peneliti ingin mencoba untuk mengangkat topik permasalahan mengenai bagaimana strategi bertahan hidup peternak babi dalam perkembangan kota Medan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi langsung, studi dokumentasi, wawancara mendalam serta studi kepustakaan. Interpretasi data penelitian dilakukan dengan menggunakan catatan dari hasil lapangan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk 10 informan, dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki strategi agar dapat bertahan hidup sebagai peternak babi. Strategi yang dilakukan mereka adalah Pertama mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk melakukan aktivitas sendiri, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya). Kedua menekan biaya kehidupan mereka, misalnya biaya pendidikan, kebutuhan sandang, pangan, dan sebagainya, Ketiga Pemanfaatan jaringan. Ini terlihat jelas dalam mengatasi masalah ekonomi dengan pinjam uang kepada tetangga, mengutang ke warung terdekat, memanfaatkan program anti kemiskinan, bahkan ada yang pinjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk – produk peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya. Peternakan sebagai penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi guna meningkatkan kualitas hidup.

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2010)

Tabel 1.1 Populasi ternak (000 ekor) 2000-2008

TERNAK 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sapi Potong 11,008 11,137 11,298 10,504 10,533 10,569 10,875 11,515 11,869

sapi perah 354 347 358 374 364 361 369 374 408

Kerbau 2,405 2,333 2,403 2,459 2,403 2,128 2,167 2,086 2,192

Kuda 412 422 419 413 397 387 398 401 411

Kambing 12,566 12,464 12,549 12,722 12,781 13,409 13,790 14,470 15,806

Domba 7,427 7,401 7,641 7,811 8,075 8,327 8,980 9,514 10,392

Babi 5,357 5,369 5,927 6,151 5,980 6,801 6,218 6,711 7,376

Ayam Buras 259,257 268,039 275,292 277,357 276,989 278,954 291,085 272,251 290,803

Ayam Ras Petelur 69,366 70,254 78,039 79,206 93,416 84,790 100,202 111,489 116,474


(11)

Berdasarkan tabel diatas dalam waktu antara tahun 2007 – 2008 terjadi peningkatan populasi hewan ternak terjadi di Indonesia. Peningkatan paling signifikan terjadi pada hewan jenis ayam ras pedaging. Hal ini berarti masyarakat juga menyadari bahwa usaha peternakan juga dapat menjanjikan dan memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan. Karena salah satu produk yang dihasilkan adalah daging. Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging secara umum setiap tahun cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini

Tabel 1.2 Konsumsi Daging di Indonesia 2005-2007

Tahun 2005 R (%)

2005-2007

Sapi 1.08 1.13 1.20 10

Hewan lain 2.07 2.28 2.30 10

Ayam Ras 1.90` 2.10 2.20 20

Unggas Lain 0.74` 0.84 0.90 20

Sumber : Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Dirjen Peternakan (2008)

Berdasarkan tabel diatas dalam waktu dua tahun terakhir terjadi peningkatan konsumsi daging antara sepuluh persen hingga 20 persen. Peningkatan secara signifikan terjadi pada konsumsi hewan unggas yaitu dua kali lipat dibandingkan dengan hewan yang bukan unggas. Peningkatan jumlah konsumsi daging masih akan terus meningkat mengingat jumlah penduduk akan terus meningkat.

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Konsumsi (kg/kapita/tahun)


(12)

Untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi ini, maka usaha untuk meningkatkan produksi daging menjadi hal yang perlu diperhatikan bagi semua pihak khususnya pemerintah, disamping hal ini juga menjadi peluang tersendiri bagi masyarakat yang ingin mengembangkan sektor peternakan.

Pembangunan peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang unggul. Selain itu, tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, pelesatarian lingkungan hidup serta peningkatan devisa negara.

Kondisi peternakan di Indonesia telah mengalami pasang surut. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter tahun 1997, telah membawa dampak terpuruknya perekonomian nasional, yang diikuti penurunan beberapa usaha peternakan. Dampak krisis secara bertahap telah pulih kembali dan mulai tahun 1998-1999 pembangunan peternakan telah menunjukkan peningkatan. Kontribusi peternakan terhadap PDB pertanian terus meningkat sebesar 6,35% pada tahun 1999. Bahkan tahun 2002 meningkat mencapai 9,4% tertinggi diantara sub sektor pertanian.

Peran strategis peternakan juga berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah menetapkan tiga sasaran utama program penanggulangan kemiskinan, yakni; menurunnya persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan menjadi, terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau, dan terpenuhinya pelayanan kesehatan yang bermutu.

Pembangunan peternakan tidak terlepas dari berbagai masalah dan tantangan. Globalisasi ekonomi merupakan salah satu ancaman dan sekaligus peluang bagi


(13)

sektor peternakan. Menjadi ancaman jika Indonesia tetap menjadi importir input dan teknologi peternakan untuk menggerakkan proses produksi dalam negeri dan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dalam negeri. Ketergantungan pada impor jika tidak ditunjang oleh usaha-usaha kemandirian yang produktif, akan mendorong ketergantungan semakin sulit dipecahkan. Indonesia mempunyai peluang untuk mengisi pangsa pasar dunia karena Indonesia dianggap sebagai negara produsen yang aman karena produk ternak yang masih murni dan bebas dari penyakit mulut dan kuku. Berdasarkan Statistik Peternakan 2005 ekspor Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 17% per tahun

Dalam sisi dalam negeri yang menjadi penghambat tumbuhnya sektor peternakan, antara lain:

1. Struktur industri peternakan sebagian besar tetap bertahan dalam bentuk usaha rakyat. Yang dicirikan oleh tingkat pendidikan peternak rendah, pendapatan rendah, penerapan manajemen dan teknologi konvesional, lokasi ternak menyebar luas, ukuran usaha relatif kecil, serta pengadaan input utama yakni HMT (Hijauan Makanan Ternak) yang masih tergantung pada musim, ketersediaan tenaga keluarga, serta penguasaan lahan HMT yang terbatas.

2. Ketersedian bibit bermutu. Penelitian tentang pembibitan telah banyak dilakukan namun belum tersosialisasikan dalam skala besar. Terjadi kegagalan komunikasi baik Badan Litbang maupun Perguruan Tinggi. Selain itu, peternak tidak mempunyai insentif dalam mengadopsi teknologi baru yang disertai peningkatan biaya.


(14)

3. Masalah agroindustri peternakan yang belum mampu menggerakkan sektor peternakan. Misalnya, industri pengolahan susu, sebgaian besar menggunakan input dari negara asal. Industri perhotelan membutuhkan daging dari impor.

4. Derasnya impor illegal produk-produk peternakan

5. Bencana penyakit (mewabahnya virus flu burung dan antraks) 6. Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku pakan

Peluang sektor peternakan di masa yang akan datang sangat besar karena permintaan hasil ternak yang terus bertambah akibat pertambahan jumlah penduduk. Berikut ini data konsumsi ternak nasional tahun 2002-2005

Tabel 1.3 Konsumsi Ternak Tahun 2002-2005 (kg/kapita/tahun)

No Uraian 2002 2003 2004 2005

1 Daging 5.75 5.96 6.17 7.11

2 Telur 4.04 4.11 4.38 4.71

3 Susu 7.05 6.69 6.78 6.80

Sumber: dinas peternakan kota Medan (2009)

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa permintaan akan konsumsi ternak terus meningkat. Konsumsi daging meningkat dari 5,75 kg/kapita/tahun pada tahun 2002 menjadi 7,11 kg/kapita/tahun pada tahun 2005.

FAO sejak tahun 1999 juga sudah memprediksi akan terjadinya perubahan signifikan pada sektor peternakan dunia. Ketika konsumsi daging dunia meningkat 2,9%, maka di negara-negara berkembang sudah melaju sampai 5,4%, bahkan di Asia


(15)

Tenggara mencapai 5,6%. Sementara di negara-negara maju hanya meningkat 1%. Sampai tahun 2020 diperkirakan pertumbuhan konsumsi daging negara-negara berkembang rata-rata 2,8% per tahun, sementara di negara-negara maju hanya 0,6% per tahun2.

Dengan segala keterbatasan peternak, perlu dikembangkan sebuah sistem peternakan yang berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan. Yaitu dengan mengembangkan peternakan industri dan peternakan rakyat yang dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mengantaskan kemiskinan. Selain itu para peternak juga harus memperhatikan 3 aspek agar usaha peternakan mereka dapat berjalan dengan baik yaitu:

1. Aspek Manajemen Pemeliharaan yaitu tidak memperhitungkan kualitas dan kuantitas pakan, tidak ada sumber air untuk minum, tidak ada control dan pengobatan penyakit, tidak ada sarana perkandangan yang memadai (kapasitas tampung dan peralatan kandang), tidak ada eksplorasi daya dukung lahan penghasil limbah pertanian,

2. Aspek Pengetahuan yaitu tidak ada penyuluhan berkala di kelompok oleh dinas terkait, tidak ada program pemberdayaan peternak baik dari kelompok maupun dari luar kelompok

3. Aspek Genetis yaitu kenyataan dari generasi ke generasi performa ternak terjadi penurunan, tidak ada kartu recording untuk data kelahiran, sapih maupun produksi, tidak ada pengaturan perkawinan, tidak ada seleksi untuk memilih bibit yang baik


(16)

Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap manusia. Karena permasalahan ekonomi merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak. Berbagai cara/strategi bertahan hidup dilakukan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Kondisi bangsa Indonesia yang sedang berat dalam mengatasi krisis di setiap elemen, bangsa Indonesia dihadapkan tidak hanya pada satu masalah saja melainkan berbagai masalah seperti ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Dimana masalah tersebut sudah rumit, sehingga mengharuskan orang untuk benar-benar siap dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk dapat menyelesaikannya. Untuk mengatasi salah satu permasalahan tersebut terutama masalah ekonomi yang menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup, dibutuhkan pekerjaan yang cukup untuk membiayai/mencukupi kebutuhan hidup yang semakin banyak.

Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia. Perkembangan kota Medan menimbulkan tingginya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup lebih dari sekedar kebutuhan sandang, pangan, dan papan seperti pendidikan.

Salah satu jenis pekerjaan di sektor informal di kota Medan adalah peternak babi. Salah satu lokasi peternak babi di kota Medan adalah di daerah Perumnas Mandala. Pekerjaan sebagai seorang peternak babi merupakan suatu hal yang krusial sekaligus bisa mengandung unsur kontroversi jika digeluti. Dengan situasi ekonomi yang demikian sulit menuntut suatu kebijakan untuk dapat beradaptasi/bertahan sebagai komunitas peternak babi.


(17)

Strategi bertahan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat dasar agar dapat melangsungkan hidupnya. Manusia sebagai mahluk sosial yang hidup dengan makhluk sosial lainnya harus bertingkah laku sesuai tuntutan lingkungan tempat dimana manusia itu tinggal, dan tuntutan itupun tidak hanya berasal dari dirinya sendiri.

Sama halnya dengan komunitas masyarakat lainnya, komunitas masyarkat peternak babi juga memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam masyarakatnya terutama dalam keluaganya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Selain memikirkan bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka juga harus memikirkan bagaimana pemnuhan kebutuhan lain yang juga penting, yaitu: kebutuhan sandang, pendidikan anak, tempat tinggal, air minum, biaya sosial, dan lain-lain.

Pemenuhan kebutuhan hidup dengan pendapatan mereka yang bermata pencaharian pokok sebagai peternak babi yang cukup minim. Karena keluarga peternak babi merupakan kelompok masyarakat yang termasuk keluarga miskin, dibanding dengan kelompok masyarakat lain. Keluarga-keluarga yang bertempat tinggal di Perumnas Mandala tersebut bermata pencaharian tetap sebagai peternak babi. Meskipun memiliki pekerjaan sampingan seperti pencari botot, dan sebagai pemulung.

Pekerjaan sebagai peternak babi ini sudah mengundang kontroversi dari masyarakat sekitar khususnya yang beragama Islam yang tentu saja mereka akan keberatan dengan keberdaan mereka. Sebagai salah satu contoh: ada salah satu rumah warga yang langsung bertetangga dengan peternak babi tersebut. Ada juga yang


(18)

berdekatan dengan tempat ibadah mereka. Dari sini muncul masalah bagaimana yakni, pihak yang menyatakan keberatan tersebut telah menyatakan keberatan mereka kepada PEMKO Medan dan mengusulkan supaya mereka direlokasi ke tempat lain supaya tidak mengganggu mereka. Karena jika dilakukan relokasi ke tempat yang sudah diputuskan yakni di Deli Serdang atau ke luar kota Medan pada lokasi baru, PEMKO Medan harus siap membantu memfasilitasi. Bahkan jika peternak mau menutup usaha ternak itu khususnya peternak babi, PEMKO akan membantu ganti rugi sewajarnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana kondisi perekonomian keluarga peternak babi dan strategi bertahan yang dilakukan oleh peternak tersebut dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif terhadap masalah tersebut. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi bertahan yang dilakukan peternak babi dalam memenuhi kebutuhan dasar/pokok keluarga?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi bertahan yang dilakukan peternak babi dalam memenuhi kebutuhan/pokok keluarga


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: A. Manfaat Teroritis

- meningkatkan kemampuan dan pengetahuan serta wawasan peneliti mengenai strategi bertahan yang dilakukan peternak babi dalam memenuhi kebutuhan dasar/pokok keluarga

B. Manfaat Praktis

- penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil penelitian yang juga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Defenisi Konsep

Konsep adalah unsur penting dalam suatu penelitian. Konsep merupakan defenisi yang dipakai oleh para peneliti dalam menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena alami. Menurut Robert K. Merton konsep adalah defenisi dari apa yang perlu diamati. Konsep merupakan variable-variabel mana kita menentukan adanya hubungan empiris. Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah generalisasi dari kelompon fenomena tertentu yang akan diteliti (Singarimbun 1998)

Adapun konsep-konsep yang akan diteliti adalah:  strategi bertahan

strategi, cara, atau metode yang dilakukan oleh masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan baik


(20)

social maupun ekonomi, terutama dalam memenuhi syarat dasar untuk melangsungkan hidup.

peternak

individu atau kelompok yang pekerjaan nya adalah melakukan usaha ternak.

perkembangan kota


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pengembangan Peternakan

Pengembangan peternakan merupakan sebuah sistem pengelolaan terpadu dan menyeluruh yang meliputi semua kegiatan mulai dari pembuatan (manufacture), dan penyaluran (distribution) sarana produksi ternak atau sapronak, kegiatan usaha produksi (budidaya), penyimpanan dan pengolahan, serta penyaluran dan pemasaran produk peternakan yang didukung oleh lembaga penunjang seperti perbankan dan kebijakan pemerintah (Rahardi dan Hartono dalam Muttaqien, 2007).

Secara garis besar mata rantai agribisnis peternakan terdiri dari empat rangkaian kegiatan ekonomi yaitu:

1. Sub sistem agribisnis praproduksi merupakan kegiatan yang menghasilkan sapronak (bibit, peralatan dan perlengkapan, pakan, obat-obatan)

2. Sub sistem on farm (budidaya) merupakan kegiatan pengelolaan peternakan itu sendiri seperti penggemukan untuk menghasilkan daging, pemerahan susu untuk menghasilkan susu, pemeliharan ayam untuk menghasilkan telur atau dagingnya.

3. Sub sistem pasca produksi atau pengolahan yaitu kegiatan pengolahan terhadap hasil atau manfaat yang telah diambil dari ternak seperti pengolahan daging menjadi kornet, sosis, pengemasan susu maupun telur sehingga meningkatkan nilai jualnya.


(22)

4. Sub sistem penunjang yaitu lembaga penunjang yang menyediakan jasa dalam mengelola peternakan seperti perbankan, balai penelitian, maupun dinas peternakan

2.2 Konsep Manajemen Strategi Bertahan

Manajemen strategi merupakan suatu hal yang mutlak untuk mengembangkan usaha peternakan yang dijalankan oleh keluarga. Dengan menerapkan manajemen strategi usaha di sektor informal berupa peternakan ini akan mampu mengendalikan serta menentukan sendiri nasib keberlangsungan usahanya. Manfaat lain utama dari manajemen strategi yaitu membantu usaha sector informal ini dalam merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui pendekatan yang lebih sistematis, logis, dan rasional untuk menentukan pilihan-pilihan strategis. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi manajemen untuk dapat mengintegrasikan fungsi-fungsi manajemen dalam perkembangan usaha (Meisafitri, 2008). Pearce dan Robinson (1997) menyebutkan manajemen strategis didefinisikan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran. Menurut Dirgantoro (2004) manajemen strategis didefinisikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan sesuai dengan lingkungannya.

Manajemen strategi merupakan seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Tujuan dari manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang.


(23)

Manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu (David, 2006): (1) formulasi strategi

(2) implementasi strategi dan (3) tahap evaluasi strategi.

Dalam rangka meformulasikan strategi, langkah-langkah yang harus dilakukan berupa:

(1) Mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, (2) Menentukan kekuatan dan kelemahan internal,

(3) Menetapkan tujuan jangka panjang, (4) Merumuskan strategi alternatif serta

(5) Memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan

Secara umum pertumbuhan ekonomi selalu dijelaskan lebih karena factor eksternal seperti struktur system ekonomi. Tetapi, bagi McClelland lebih pada faktor internal yakni pada nilai-nilai motivasi yang mendorong untuk memanfaatkan peluang untuk meraih kesempatan.

McCleland menyimpulkan bahwa keinginan ada kaitannya dengan dorongan dan perilaku dalam kehidupan mereka yang dikenal dengan “Need For Achievment” yakni hasrat untuk bekerja dengan baik, tidak demi pengakuan dan gengsi yang didapat dari lingkungan sosialnya, melainkan dorongan kerja untuk memuaskan batin. Bagi mereka yang memiliki dorongan “Need For Achievment” tinggi akan bekerja lebih keras, belajar lebih cepat dalam menyelesaikan masalah dan sebagainya. Permasalahan pada negara berkembang selalu dihadirkan pada situasi dan kondisi yang menyebabkan tingginya tingkat resiko dalam menghasilkan pendapatan


(24)

yang bervariasi. Rumahtangga yang dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berisiko ini, harus memikirkan resiko manajemen dan resiko strategi bertahan. Termasuk didalamnya jaminan social untuk dirinya melalui menabung dan jaminan yang baik untuk menghadapi situasi yang diluar dugaan.

Dalam perjalan hidupnya, manusia hidup dengan alam secara timbal balik yakni bagaimana manusia beradaptasi dengan alam agar dapat Survive (bertahan hidup) dengan cara mengalihkan energi alam kepada dirinya. Sanderson (1995) mendefenisikan adaptasi sebagai sifat sosial akibat adanya kebutuhan tujuan, dan hasrat yang ada pada individu. Hal ini menggerakkan manusia untuk menciptakan inovasi baru dan cara-cara yang digunakan untuk menyerap sumber daya alam yang dibutuhkannya (Leo dan Ika:2002)

Suparlan (1999) mengatakan adaptasi pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk dapat melangsungkan hidup. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:

o Syarat dasar alamiah, biologis (manusia harus makan dan minum untuk kestabilan temperature tubuhnya untuk tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengann organ-organ tubuh lainnya)

o Syarat dasar kejiwaan, manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan-perasaan takut , keterpencilan, gelisah dan lain-lain. o Syarat dasar sosial, manusia membutuhkan hubungan untuk dapat

melangsungkan keturunan untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya.


(25)

Konsep mata pencaharian sangat penting dalam memahami strategi bertahan hidup, karena merupakan bagian dari strategi mata pencaharian. Strategi bertahan dalam mengatasi permasalahan khusunya tekanan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, dan sebagainya

2. Strategi Pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga

3. Strategi Jaring Pengaman, misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya, dan lingkungan kelembagaan.

Model pembangunan yang bertumpu pada industri padat modal dan terkonsentrasi di perkotaan, menjadikan perpindahan penduduk tanpa keterampilan dan pendidikan yang memadai dari desa hijrah ke kota merupakan konsekuensi awal yang harus ditanggung. Konsekuensi selanjutnya adalah muncul berbagai macam profesi yang digeluti oleh penduduk yang bertujuan untuk dapat bertahan hidup.

Kota Medan yang sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara adalah kota terbesar ketiga di Indonesia. Oleh karena itu juaga merupakan sebagai salah satu merupakan bagian penting dari pembangunan negara Indonesia. Dalam perkembangan kota Medan, yang sudah menuju ke arah kota metropolitan, masyarakat dituntut untuk memiliki kemampuan/skill yang bisa diperolh dari pendidikan. Keterbatasan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh parapendatang menyebabkan mereka lebih memilih pada jenis kegiatan usaha yang


(26)

tidak terlalu menuntut pendidikan dan keterampilan yang tinggi. Kata strategi sama maknanya dengan siasat, kiat atau taktik. Dalam arti umum menurut Gibbs “strategi adalah rencana untuk pencapaian tujuan yang telahditetapkan dengan biaya sekecil mungkin”. Sedangkan menurut Ivor K. Davies "strategi berarti rencana pokok mengenai pencapaian, beberapa tujuan yang lebih umum" (PEPAK, 24 Juli 2003)

Resistensi berarti perlawanan. Merupakan gerakan atau perlawanan yang terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap sesuatu hal. Menurut Pearce J. A Robinson (1997) definisi resistensi adalah setiap (semua) tindakan para anggota kelas masyarakat yang rendah dengan maksud untuk melunakkan atau menolak tuntutan-tuntutan(misalnya sewa, pajak, penghormatan) yang dikenakan pada kelas itu oleh kelas-kelas yang lebih atas (misalnya tuan tanah, negara, pemilik mesin, pemberipinjaman uang) atau untuk mengajukan tuntutan-tuntutannya sendiri (misalnyapekerjaan, lahan, kemurahan hati, penghargaan) terhadap kelas-kelas atasan ini.

Keberanian sektor ini untuk melakukan resistensi adalah sebuah proses akumulasi dari berbagai fenomena yang melatarbelakangi, antara lain: Pertama, adanya model penataan sektor informal yang selalu menggunakan pendekatan represif, bukan persuasif. Kedua, adanya sikap ketidakpedulian pemerintah kotaterhadap keberadaan sektor informal sehingga selalu dimarjinalkan. Ketiga, terbungkamnya suara sektor informal. Budaya top down dalam setiap pembuatankebijakan yang mengatur sektor informal juga menyebabkan terjadinya resistensisektor informal terhadap Pemerintah Kota. Keempat, adanya stigma negatif yangselama ini sengaja ditempelkan oleh Pemerintah Kota terhadap keberadaan


(27)

sector informal. Kelima, berhembusnya era reformasi. Era reformasi merupakan variabel penting yang bisa memicu terjadinya resistensi sektor informal, karena era itu mampu memberikan suasana atau ruang bagi terwujudnya resistensi sektorinformal dalam bentuk yang riil

Kalau dilihat dari beberapa alasan yang melatar belakangi peternak babi untuk tetap bertahan di daearah Mandala ini, fenomena ini sejalan dengan teori pilihan rasional yang memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dalam hal ini dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Aktor dipandang mempunyai pilihan atau nilai, dan keperluan sehingga tindakan yang dilakukanbertujuan untuk memaksimalkan keinginan dan kebutuhannya (Ritzer, 2005).

Salah satu cara yang dilakukan Pemerintah untuk menata keberadaan peternak babi adalah dengan melakukan “relokasi”. Relokasi dalam kehidupan peternak babi merupakan pemindahan lokasi peternakan dari satu tempat ke tempat yang lain dan ini merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah untuk menertibkan para peternak. Relokasi akan dilakukan ke daerah Deli Serdang. Relokasi tersebut ternyata tidak sepenuhnya mendapat tanggapan yang positif dari para warga yang bekerja sebagai peternak babi karena tidak semua warga yang berprofesi tersebut yang bersedia untuk menempati area relokasi tersebut. Alasan penolakan karena tidak jarang relokasi yang dilakukan cenderung kurang menguntungkan bagi mereka karena harus memakan biaya lagi jika ingin merewat ternak mereka. Disamping itu relokasi bukan untuk memecahkan masalah, tetapi cenderung memunculkan masalah baru bagi


(28)

peternak tersebut karena sebagai pihak yang lemah dan terkesan selalu tertelikung oleh kebijakan-kebijakan yang ada. Relokasi yang nota bene bertujuan untuk menertibkan tetapi justru malah bisa membenani dengan permasalahan modal dan mahalnya harga sewa tanah.

Para peternak tersebut menolak relokasi dan alasan-alasan yang melatarbelakangi tersebut berkaitan erat dengan pilihan secara rasional. Fenomena ini didukung teori rasionalitas yang dikemukakan oleh Weber. Rasionalitas ekonomi seringkali menjadi pilihan utama karena rasional tersebut mampu menggerakkan banyak perubahan sosial dan perilaku kehidupan orang-orang (Salim, 2002).

Bekerja sebagai peternak babi merupakan salah satu bentuk usaha yang mempunyai jiwa kewirausahaan yang tinggi dan mampu bersaing di tengah persaingan perekonomian kota. Bertahannya peternak babi di kawasan Mandala semata-mata dilakukan untuk menentang kebijakan pemerintah (PERDA) tetapi lebih disebabkan karena faktor pilihan rasional yang harus diambil sehingga mereka bisa tetap bertahan hidup. Peternak babi bukanlah sektor yang membebani pemerintah sehingga mereka seharusnya tidak dimarginalkan oleh peraturan-peraturan yang berlaku. Peternak babi adalah salah satu bentuk kewirausahaan yang mandiri sehingga diperlukan ruang untuk para peternak tersebut agar bisa melangsungkan kehidupannya. Ruang yang diberikan hendaknya mampu menunjang kegiatan yang dilakukan bukan malah sebaliknyayang menjauhkan peternak babi dari aset hidupnya yaitu para pembeli. Kebijakan yang diberlakukan pun hendaknya bisa memberi payung bagi kegiatan mereka bukan hanya membatasi ruang gerak.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan, mencari, dan menganalisis fakta-fakta mengenai suatu masalah. Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suat kelas peristiwa pada masa sekarang.

Penelitan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang di dapat dari apa yang diamati. Pendekatan kulaitatif juga dapat di maksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara utuh misalnya tentang perilaku, tindakan, mitivasi dll.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Perumnas Mandala di Medan

3.3 Unit Analisa dan Informan

1. Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah keluarga peternak babi yang bermukim di Mandala. Peternak babi yang berada di lokasi penelitian berjumlah 610 keluarga (BPS 2010).


(30)

2. Informan

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah warga yang memiliki peternak babi dan juga sebagai pemulung yang tinggal di daerah Mandala.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in– depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan


(31)

menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.

2. Observasi

Tehnik observasi yang digunakan adalah tehnik observasi non-partisipan. Observas non-partisipan adalah suatu bentuk pengamatan dimana peneliti menjadi pengamat pasif. (K. YIN, 2002). Disini peneliti akan melakukan observasi kelapangan tempat peternakan babi tersebut. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan tehnik observasi ini adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

3. Dokumen

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.


(32)

3.5 Teknik Sampling

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menarik sampel adalah

Purposive sampling. Purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan

pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dan purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal

3.6. Interpretasi Data

Boglan dan Biklei menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, mencari apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan orang lain ( Moleong, Lexi. 2005)

Data yang diperoleh dalam catatan hasil wawancara dengan bantuan catatan lapangan, hasil observasi langsung, dan hasil kajian pustaka akan dibaca dan ditelaah kembali. Kemudian selanjutnya, data-data yang sudah terkumpul akan dilakukan analisa data. Data-data yang diperoleh tersebut akan dikelompokkan sesuai dengan permasalahan yang telah ditetapkan, lalu dipisahkan secara kategorial dan dicari hubungan yang muncul dari data, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu analisis data yang baik yang dapat mengungkapkan permasalahan dari penelitian yang dilakukan. Sedangkan hasil observasi akan diuraikan untuk memperkaya hasil


(33)

wawancara sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang diperoleh akan diinterpretasikan untuk menggambarkan dengan jelas keadaan yang ada.

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini termasuk dalam izin masuk lokasi penelitian untuk melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan daerah tersebut jarang menerima mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, sehingga hal ini menyebabkan kepala daerah tersebut juga tidak tahu harus berbuat apa terhadap peneliti. Misalnya saja dalam hal pembuatan surat izin bahwa peneliti telah melakukan penelitian di daerah tersebut, sehingga menyebabkan lamanya waktu yang peneliti habiskan untuk mengurus surat di daerah tempat peneliti melakukan penelitian yang terlalu berhati-hati dalam memberikan izin penelitian.

Keterbatasan data sekunder atau tambahan berupa buku, dokumen, jurnal maupun yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini menyebabkan peneliti mengalami kesulitan di dalam melakukan penganalisisan data lapangan dan memerlukan waktu cukup lama. Keterbatasan lainnya juga disebabkan oleh kesibukan peternak tersebut mengurus ternak mereka sehingga mengakibatkan sedikitnya waktu yang dimiliki oleh peneliti ketika mengadakan proses wawancara terhadap buruh kontrak yang sedang bekerja di perusahaan itu. Namun penelitian ini berjalan dengan lancar karena adanya kerjasama yang baik dan saling pengertian dari pihak keluarga peternak.


(34)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Peternakan Babi

Peternakan babi yang berada di Mandala ini sudah berdiri sejak tahun 1990 yang dikelola oleh penduduk setempat sendiri. Peternakan ini adalah usaha dari penduduk lokal yang bertempat tinggal di daerah itu dan digunakan sebagai mata pencaharian pokok. Lokasi peternakan babi yang dimiliki oleh penduduk setempat ini berada langsung di belakang rumah penduduk, yakni di Perumnas Mandala Kelurahan Tegalsaari, Kecamatan Medan Denai, Kabupaten Deli Serdang.

Lokasi tempat pemeliharaan atau kandang hewan yang berada langsung di belakang rumah penduduk tersebut berukuran 10 m x 10 m. Sedangkan banyaknya ternak yang dimiliki oleh penduduk tersebut sebanyak 3 - 4 ekor.

Usaha yang dilakukan oleh masyarakat mandala ini adalah serangkaian kegiatan usaha memelihara ternak baik dalam bentuk kelompok atau perorangan untuk menghasilkan produksi ternak yang dapat dipasarkan dan menguntungkan bagi petani atau kelompok usaha. Teknik budidaya ternak babi merupakan salah satu peluang bisnis bagi petani sesuai potensi dan sumberdaya yang tersedia, karena komoditi babi dapat dipelihara oleh sebagian besar rumah tangga petani untuk dijual sebagai sumber uang tunai

Sumber makanan untuk ternak babi ini masih tergantung dari sisa-sisa dari dapur dan ubi-ubian,dikandangkan tetapi kadang-kadang dilepas dengan sistem perkandangan tradisionial.


(35)

4.1.2 Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah masyarakat yang dianggap peneliti sudah sejak lama atau menjalankan usaha ternak babinya secara turun-temurun dari keluarganya terdahulu. Hal ini dilakukan agar hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat lebih akurat.

4.1.3 Profil Informan

Tingkat pendidikan kepala keluarga peternak babi memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda, dari tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Tabel 4.1 Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO Nama Informan SMU SMK Lama Tinggal

1 Roy  20 tahun

2 Herman  23 tahun

3 Yudha  25 tahun

4 Putra  21 tahun

5 Roni  21 tahun

6 Jony  22 tahun

7 David  24 tahun

8 Valent  25 tahun

9 Frans  20 tahun


(36)

4.2 PEMBAHASAN PENELITIAN

4.2.1 Kehidupan Ekonomi dan Pembagian Penghasilan Perekonomian Peternak

Babi

Berikut ini hasil wawancara terhadap para peternak babi yang berada di Mandala yang menunjukkan bagaimana strategi bertahan mereka yang bermatapencaharian pokok sebagai peternak babi.

Melalui hasil wawancara yang dilakukan langsung di rumah salah seorang penduduk yang bekerja sebagai peternak babi ternyata memiliki permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan pokok mereka, dengan hanya bekerja sebaga peternak babi saja. Hal tersebut terlihat seperti yang diungkapkan oleh para informan berikut ini:

Hal yang sama juga diutarakan oleh peternak yang lain, yang merasa penghasilan nya sebagai peternak saja tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.

“Penghasilan yang kami dapat kurang mencukupi kebutuhan kami, apalagi sejak harga kebutuhan semakin naik”

(Wawancara dengan Herman, 2010)


(37)

Hampir seluruh peternak babi berpendapat bahwa penghasilan yang mereka dapatkan kurang memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Namun karena adanya dari pihak keluarga mereka yang dapat membantu maka bisa dikatakan bahwa para peternak ini mampu memenuhi sedikit dari kebutuhan ekonominya.

Selain itu, sebagian dari peternak ini masih ada yang bisa terbantu karena tidak perlu memikirkan tempat untuk usaha ternak nya. Sebagian dari peternak ini ada yang memiliki halaman belakang rumahnya yang cukup untuk menjalankan usaha peternakannya, dan ada juga yang menyewa dari tetangganya. Bagi peternak yang menyewa tempat untuk menjalankan usaha ternaknya terkadang penghasilan yang diperoleh dari usaha ternaknya berkurang.

“kalo cuma mengandalkan penghasilan sebagai peternak babi saja, jujur aja lah ya, gk cukuplah untuk menghidupi isteri dan 3 orang anak. Belum lagi anak saya yang paling besar sedang dalam tahap penyelesaian kuliahnya. Makin banyaklah pengeluaran kami.Jadi bukan hanya kebutuhan untuk makan saha yang kami pikirkan”.

(Wawancara dengan informan Roni, 2010)

“Penghasilan saya tiap bulannya memang bisa dikatakan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya, apalagi kami harus menyewa tempat usaha ternak kami. Gak cukup kan? Tapi mau tidak mau ya, kami juga harus berusaha buat mencukupi kebutuhan kami”. (wawancara dengan informan Herman, 2010)


(38)

Hal yang sama juga dikemukakan oleh David dan Putra, mereka masih terbebani dengan memikirkan tempat tinggal mereka karena masih mengontrak, berikut ini penuturannya:

Tetapi ada juga peternak babi yang tidak perlu memkirkan lagi tempat tinggal mereka karena mereka sudah memiliki tempat tinggal mereka sendiri, ataupun menumpang dirumah orang tua mereka sendiri. Namun, hal ini juga tidak membuat para peternak itu harus tenang dalam menghadapi persoalan hidup mereka. Seperti yang diutarakan informan ini

“Saya masih sangat berat untuk memenuhi kebutuhan kami apalagi dengan harus memikirkan tempat tinggal kami yang masih mengontrak ini. Karena pada zaman sekarang ini semua serba mahal, apalagi untuk urusan tempat tinggal. (wawancara dengan informan David, 2010)

“Tempat tinggal saya sekarang ini masih mengontrak. Oleh sebab itu saya dan istri harus memutar otak untuk mengatur keuangan kami. Tapi, walaupun demkian mertua saya masih mau membantu kalau kami sudah mengalami kesulitan”.

(Wawancara dengan informan Putra, 2010)

“Pikiran saya masih sangat terbantu kalau ditanyakan soal tempat tinggal, karena keluarga saya tinggal di rumah orang tua saya. Jadi kami tidak perlu lagi memikirkan biaya untuk tempat tinggal kami”. (wawancara dengan informan Yudha, 2010)


(39)

Oleh sebab itu para peternak ini juga berusaha untuk membagi penghasilan mereka untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan keluarga mereka. Berikut ini hasil wawancara dengan informan mengenai cara pembagian dari penghasilan mereka yang digunakan untuk keperluan sehari-hari mereka:

“kebetulan saya masih lajang dan masih tinggal di rumah orang tua saya. Walaupun begitu, saya masih menjadi tulang punggung yang mengurus ternak kami”. Wawancara dengan informan Valent (2010)

“saya tinggal dirumah mertua saya karena saya untuk saat ini masih belum mampu untuk mengontrak rumah karena kebutuhan anak-anak saya masih banyak lagipula isteri saya tidak bekerja sehingga sayalah yang menjadi tulang pungung keluarga”.

Wawancara dengan informan Jony (2010)

“biasanya saya dan suami saya mengumpulkan penghasilan kami. Kemudian, saya sehemat mungkin membagi pengeluaran baik dari segi makanan sampai segala keperluan rumah tangga kami. Yang penting untuk susu anak saya harus saya beli. Beruntung saya bekerja sebagai karyawan kantor jadi masih bisa terbantu, dan yang pasti kami harus bisa menyisihkan uang Rp. 100.000 untuk pegangan dan buat tabungan untuk mengontrak rumah taun depan (wawancara dengan informan,istri dari Putra, 2010)


(40)

Meskipun informan masih belum menikah masih merasa kekurangan dari penghasilannya dikarenakan dia harus membantu biaya adik-adiknya sekolah, apa lagi dia adalah tulang punngung keluarganya berikut merupakan petikan wawancara nya,

Walaupun demikian sebagian dari para peternak ini masih ada yang dibantu oleh orang tua mereka dalam mengurus peternakan mereka, karena masih lajang atau

“saat memutuskan menikah, isteri saya masih bekerja sehingga dengan penghasilan kami berdua, kami bisa hidup sederhana. Ketika anak kami satu persatu lahir, masalah pun muncul. Pengeluaran terbesar setiap bulan membeli susu sekitar Rp. 300.000. Untuk makan sehari Rp. 20.000, atau Rp. 600.000 setiap bulan. Belum lagi bayar anak sekolah. Ini belum termasuk biaya pengeluaran kalau anak kami sakit.

Saya harus menanggung adik-adik saya. Paling tidak saya harus menanggung biaya mereka sebesar Rp. 350.000. Adik saya yang masih bersekolah STM membutuhkan biaya sekolah rutin. Belum lagi biaya makan kami, sewa rumah, listrik, dan air (wawancara dengan informan Valent 2010)

Anak kami yang kurus itu terliha sehat, tapi dia sering sakit.Biang keladinya mungkin keadaan lingkungan kami yang buruk dan rumah kami yang sedikit ventilasi udara”.


(41)

dibantu oleh mertua mereka bagi peternak yang sudah berkeluarga. Karena sebagian dari peternak ini masih ada yang baru berumah tangga. Hal ini terungkap dari wawancara berikut ini.

Berdasarkan hasil wawancara diatas mengenai pembagian penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan pokok dapat disimpulkan bahwa setiap informan memiliki strategi bertahan d bidang:

• Pangan

Berdasarkan hasil wawancara diatas sebagian peternak tersebut tidak sampai mengurangi jatah makan beserta porsinya. Tetapi mereka lebih menekankan untuk makan seadanya. Kenaikan harga barang-barang terutama kebutuhan pokok sangat diarasakan oleh para peternak ini. Sehingga mengakibatkan mereka menekan biaya belanja untuk makan sehai-hari. Keluarga peternak ini berusaha untuk menghemat biaya belanja keperluan makanan mereka seperti daging, dengan ikan ataupun ikan dengan telur dan lain-lainnya yang biasanya harganya lebih murah harganya.

Tapi orang tua saya masih mau membantu dengan cara makan masih ditanggung mereka. Jadi dengan begitu masih terbantu lah kami. Jadi, penghasilan dari ternak kami ini untuk tabungan kami dan keperluan anak kami yang masih kecil”.

(wawancara dengan informan Neni isteri Roy2010)


(42)

• Pendidikan

Pendidikan adalah pintu masuk utama untuk mengatasi kemiskinan. Kemisikinan yang selama ini terjadi di Indonesia seolah sulit terpecahkan karena kita hirau terhadap masalah , pendidikan. Pendidikan akan mwmbuat rakyat melek huruf, cerdas, kreatif, dan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari mancanegara. Di perguruan tinggi orang miskin akan semakin sulit untuk memeperoleh layanan pendidikan. Diciptakan beberapa jalur untuk tes masuk untuk menjadi mahasiswa. Jalur masuk dengan persaingan lebih sedikit atau jalur murah dengan persaingan lebih ketat. Kaum miskin memilih jalur murah dengan peluang masuk lebih kecil.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, sebagian dari peternak babi itu dapat menyekolahkan anak mereka, tetatpi sebagian besar lainnya tidak mampu menyekolahkan anak mereka sampai ke jenjang yang lebih tinggi sampai ke bangku kuliah.

Pada kasus ini pendapatan (hasil), keterampilan dan pendidikan merupakan satu mata rantai. Keduanya saling berkaitan dan saling berpengaruh. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan pandangan Jalaludin Rahmat (1999), bahwa produktivitas rendah, pendapatan rendah, menyebabkan pendidikan yang rendah. Pendidikan yang rendah mengakibatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah. Kualitas SDM yang rendah mengakibatkan produktivitas yang rendah. Rangkaian tersebut sering disebut sebagai vicious circle atau lingkaran setan kemiskinan.

• Kesehatan

Kesehatan adalah salah satu indikator kesejahteraan. Secara makro, ini dicerminkan oleh angka kematian bayi, harapan hidup dan angka kematian ibu


(43)

melahirkan. Indikator-indikator itu terkait dengan mudah tidaknya seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan, kuranganya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat.

4.2.2 Upaya Yang Dilakukan Peternak Babi Dalam Mengatasi Masalah

Ekonomi

Strategi keluarga peternak babi dalam menghadapi permasalahan keluarga, merupakan salah satu indikator potensi mereka. Dalam konteks ini kemiskinan tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang statis, tapi mempunyai dinamika sesuai dengan perubahan sosial dan tantangan. Walaupun sebagian dari informan penelitian ini menanggapinya dengan sikap pasrah, yang terkesan bersikap apatis.

Dalam tata kehidupan dan penghidupan masyarakat, setiap keluarga tidak akan terlepas dari masalah (goncangan dan tekanan). Permasalahan yang dimaksud disini dapat berupa masalah ekonomi dan sosial. Keluarga peternak memiliki potensi untuk survive dalam berbagai kondisi. Dinamika dan mobilitas mereka dalam pekerjaan relatif tinggi. Dalam rangka menanggapi goncangan dan tekanan pada dasarnya mereka mempunyai strategi yang cukup handal. Menurut Edi Suharto (2003) mereka adalah manajer dalam seperangkat aset dalam keluarganya.

Berdasarkan dari data yang terkumpul, melalui penelitian ini terungkap banyak strategi yang dipergunakan keluarga peternak babi dalam menghadapi persoalannya. Bentu-bentuk strategi itu dapat dikemukakan sebagai berikut:


(44)

1. Strategi Aktif

Strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk meningkatkan potensi keluarga karena tuntutan hidup yang semakin besar. Berbagai strategi yang digunakan oleh keluarga peternak antara lain: melakukan aktivitas sendiri, memanfaatkan anggota keluarga untuk memperoleh penghasilan. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan informan mengenai upaya-upaya yang dilakukan keluarga peternak babi dengan memanfaatkan anggota keluarga mereka sendiri.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh beberapa informan, mereka mendayagunakan anggota keluarga mereka untuk membantu perekonomian keluarga. Berikut ini penuturan mereka:

“Untuk membantu perekonomian keluarga saya, istri saya juga ikut bekerja sebagai pembantu rumah tangga harian. Setidaknya dengan begini perekonomian keluarga kami dapat terbantu sedikit walaupun terkadang setiap bulannya pasti selalu kehabisan uang”. (Wawancara dengan informan Yudha, 2008).

“Keluarga kami kalau Cuma mengandalkan gaji suami saya saja tentu gak akan bisa. Makanya saya sekarang berusaha untuk membantu yah dengan membuka warung makan kecil-kecilan ini. Apalagi saya sendiri tidak mempunyai keahlian apa-apa selain memasak, makanya saya membuka warung ini. Walaupun hasilnya tidak seberapa, tetapi bisa juga untuk membeli susu dan keperluan anak saya”. (Wawancara dengan informan Mirna, istri dari Frans, 2008).


(45)

Di, satu sisi strategi melibatkan anak dalam peran membantu pengembangan perekonomian keluarga dapat memupuk kemampuan anak dalam membaca peluang ekonomi ketika dia dewasa nanti. Mereka akan lebih mampu memanfaatkan situasi dan kondisi mengakses uang. Namun, di sisi lain strategi ini akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan anak terutama kebutuhan untuk memperoleh pendidikan yang merupakan kebutuhan wajib diperoleh anak. Sebagian besar waktu mereka yang seharusnya untuk belajar, mereka pergunakan untuk bekarja atau untuk membantu perekonomian keluarga. Akibatnya, kualitas pendidikan mereka akan rendah. Sadar atau tidak, pemanfaatan strategi ini dapat dikonotasikan sebagai suatu jebakan kemiskinan. Seperi yang diutarakan oleh informan berikut ini:

“Untungnya istri saya juga ikut membantu saya dengan cara bekerja di sebuah perusahaan juga. Dengan begini kami bisa sedikit terbantu karena tidak hanya mengandalkan dari gaji saya saja yang tentu saja tidak akan cukup”. (Wawancara dengan informan Putra, 2008).

“Pada saat sekarang ini istri dan anak saya cukup membantu, istri saya yang sehari-harinya bekerja sebagai penjahit cukup lumayan membantu perekonomian kami. Kalau pagi istri saya membuat kue untuk diantar kesekolah anak saya, sedangkan anak saya yang membawa kue-kue tersebut untuk dijual di sekolahnya. Setidaknya hal ini bisa membantu uang jajan anak saya dan uang sekolahnya. (Wawancara dengan informan Leo, 2009)


(46)

2. Strategi Pasif atau Penekanan/Pengetatan Pengeluaran

Penekanan/pengetatan pengeluaran merupakan strategi yang bersifat pasif, yaitu strategi yang bersifat mengurangi pengeluaran keluarga, (misalnya kebutuhan untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan sehari-hari lainnya). Berdasakan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka sering menekan biaya pengeluaran untuk pemenuhan akan kebutuhan dan menghindari resiko.

“Perekonomian keluarga saya dapat sedikit terbantu karena istri dan anak laki-laki saya yang baru tamat SMA ikut bekerja. Istri saya bekerja sebagai tukang cuci, sedangkan anak saya bekerja sebagai supir angkutan umum. Dengan cara ini anak laki-laki saya juga dapat membantu untuk uang jajan adik-adiknya”. (Wawancara dengan informan Monang, 2008).

“Keluarga kami untuk makan tidak dikurangin porsi maupun lauknya, tetapi untuk pengeluaran lainnya tentu saja harus dihemat dan dikurangi. Jadi barang-barang yang gak terlalu penting sebaiknya gak usah dibeli. Walaupun tanggungan kami belum ada tetapi kami harus menabung buat ngontrak rumah dan pegangan kami ke depannya”. (Wawancara dengan informan Rina istri dari Fahri, 2008).


(47)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informa Monang dan Yanto, dimana mereka bisa dikatakan keluarga yang sangat berhemat disebabkan banyaknya anggota keluarga mereka dan apabila hanya mengandalkan dari usaha peternakan mereka tidak akan cukup, berikut ini penuturannya:

“Kalau keluarga saya tidak sampai mengurangi jatah makan, tetapi mungkin kalau uang kami benar-benar tidak cukup terpaksa kami harus makan seadanya misalnya dengan telor ceplok saja, untuk transport mungkin saya biar hemat pergi dengan teman saya yang kebetulan rumahnya di dekat sini dan ke arah yang sama.biasanya kalau ada dari kami yang sakit Cuma minum obat yang dibeli diwarung aja lah atau kalau sakitnya parah biasanya saya minta rujukan rumah sakit dari puskesmas”. (Wawancara dengan informan Jony,)

“Keluarga saya biasanya akan mengurangi dari segi

pembelian barang-barang yang tidak perlu seperti baju dan kosmetik. Selagi masih belum dibutuhkan kali yah sebaiknya tidak usah dibeli. Untuk transport juga biasanya kami akan menekannya dengan cara jangan keluyuran diluar seandainya itu tidak penting, jadi isi BBM motor itu seperlunya saja.”. (Wawancara dengan informan Pipit, istri dari Putra, 2010)

“Saya dan istri memang harus berhemat, karena gaji saya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan kami, makanya anak saya yang paling besar memutuskan untuk tidak selanjutkan sekolahnya dan membantu saya., dengan menjadi supir angkot tadi Buat jajan adik-adiknya juga kalau gak ada uang ya gak dikasih. Kalau sakit pun selama sakitnya gak yang terlalu parah yah paling Cuma beli obat di warung aja”.


(48)

Dalam rangka penekanan biaya pengeluaran, seringkali mereka mengabaikan kebutuhan pelayanan kesehatan. Walaupun mereka sudah memiliki kartu AsKes (Asuransi Kesehatan). Pengurangan biaya kesehatan lebih banyak dilakukan, karena kesehatan bukan menjadi prioritas utama bagi mereka. Perhatian mereka lebih terfokus kepada kegiatan yang berhubungan dengan pencarian nafkah.

3. Pemanfaatan jaringan.

Strategi pemanfaatan jaringan, merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh keluarga fakir miskin dalam mengatasi masalah keluarga. Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial mereka, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan. Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas dalam mengatasi masalah ekonomi dengan pinjam uang kepada tetangga, mengutang ke warung terdekat, memanfaatkan program anti kemiskinan, bahkan ada yang pinjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya).

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa mereka sering meminta bantuan kepada relasi sosialnya terutama kepada teman sekerja atau tetangga. Kondisi

“Memang kami selalu berusaha agar hidup

kami selalu hemat. Apalagi kalau anak-anak saya sering sakit-sakitan seperti ini, biasanya kami Cuma memberi obat yang dibeli di warung saja, tetapi apabila sakit saya dan keluarga parah saya menggunakan fasilitas perusahaan melalui Jamsostek”. (Wawancara dengan informan Yanto 2010)


(49)

ini menunjukkan, bahwa di antara mereka mempunyai solidaritas yang kuat dan saling percaya. Tampaknya teman merupakan tumpuan untuk memperoleh pertolongan dan sebagai tempat pertama yang akan dituju jika mereka mengalami masalah. Relasi mereka tidak hanya sebatas bidang ekonomi tapi juga di bidang-bidang yang lain, misalnya peningkatan mental dan spiritual. Kegiatan ini bersifat aktif dan berguna untuk memperoleh dukungan emosional.

Hal yang sama juga diutarakan oleh informan Hotma isteri Monang dan informan Frans Mereka memanfaatkan tetangga mereka sesama peternak apabila mereka dalam keadaan terjepit. Berikut petikan hasil wawancara dengan para informan tersebut:

“Pening kepala saya kalau sudah lewat tanggal 20, Kalau kekurangannya sangat besar, saya terpaksa meminta bantuan saudara atau berutang pada teman, walaupun hal ini adalah hal yang biasa dilakukan juga oleh teman-teman saya”. (Wawancara dengan Roni 2010)

“Untuk keperluan sehari-hari, saya sudah tidak

punya uang. Malah kadang harus ngutang , biasanya saya ngutang ke teman-teman saya, dan ibu saya ngutang ke warung untuk belanja makan kami apabila kami sudah tidak mempunyai uang lagi di akhir bulan. Upah tiap bulan itu memang tidak pernah sampai ke tanggal gajian bulan berikutnya. Sudah bagus kalau bias bertahan selama 20 hari”. (Wawancara dengan nforman Herman)


(50)

Namun, sebagian besar dari peternak ini juga memanfaatkan program anti kemiskinan seperti beras miskin, sembako murah dan sebagainya. Tetapi yang lebih penting bahwa para peternak ini menjalin relasi dan pergaulan dengan sesama karyawan juga para tetangga di lingkungan tempat tinggal mereka. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis, meningkatkan keakraban dan mempererat tali persaudaraan. Para peternak ini berusaha mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka seperti persekutuan doa dan sebagainya. Sehingga apabila suatu saat mereka membutuhkan pertolongan, mereka dapat meminta bantuan dari orang lain. Ketika para peternak ini membutuhkan uang maka mereka dapat meminjam dari keluarga maupun tetangga mereka.

“Biasanya kalau sudah akhir bulan, memang kami selalu kehabisan uang, tetapi saya biasanya ngutang ke warung untuk belanja makan. Terkadang saya pun meminjam uang ke majikan saya, untung saya mempunyai majikan yang baik, dan dia mau meminjamkan uangnya”. (Wawancara dengan informan Hotma istri Monang, 2010)

“Memang kalau akhir bulan saya dan keluarga pasti akan kekurangan, kalau sudah kayak gitu saya berusaha mencari pinjaman kepada tetangga saya yang paling dekat atau kepada teman kerja saya. Kalau istri saya mungkin dia berusaha untuk mengutang belanjaan dulu di warung, kalau sudah awal bulan kami bayar.


(51)

Hampir seluruh peternak ini juga memanfaatkan program anti kemiskinan yang diberikan pemerintah, misalnya Bantuan Langsung Tunai (BLT), sembako murah dan Raskin (Beras Miskin).hal ini diungkapkan oleh beberapa peternak sebagai berikut:

Secara umum keluarga peternak ini telah mampu mengatasi permasalahan mereka dalam memenuhi kebutuhan pokok walaupun dengan seadanya. Para peterna babi tersebut mampu bertahan dengan keadaan mereka dengan melakukan strategi bertahan yang paling besar adalah dengan mengoptimalkan anggota keluarga mereka untuk ikut bekerja membantu perekonomian mereka dan mengurangi pengeluaran

“Kami selalu memanfaatkan program anti kemiskinan yang diberikan oleh pemerintah, apabila ada program seperti Bantuan Langsung Tunai, maka kami akan rela untuk mengantri panjang agar kebagian BLT nya, kan lumayan untuk nambahin uang sehari-hari kami. Program pemerintahan lainnya yang kami manfaatkan adalah Raskin dan sembako murah, tetapi beberapa tahun belakangan ini kami tidak kebagian karena pembagian yang tidak merata”. (Wawancara dengan informan Monang 2010)

“Program pemerintahan yang kami

gunakan paling sering adalah sembako murah dan BLT. Walaupun hasil dari BLT hanya sedikit, tetapi hal itu cukup membantu perekonomian kami. Itu pun kami mesti ngantri lama untuk mendapatkan program pemerintah ini, tapi berhubung kami juga butuh makanya dijalanin juga ah”.(Wawancara dengan informan Leo)


(52)

untuk barang- barang yang tidak penting, makanan yang tidak terlalu mewah dan masih dapat ditunda pembeliannya.


(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kenaikan harga BBM pada tahun 2008 berdampak luas pada kehidupan masyarakat disemua lapisan masyarakat, terutama masyarakat yang tergolong tingkat ekonomi lemah seperti para buruh kontrak di perusahaan-perusahaaan. Hal yang paling nyata dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, contohnya dalam sebuah rumah tangga dimana para ibu-ibu sangat merasakan dampak dari kenaikan harga BBM dimana semua harga kebutuhan pokok menjadi melambung di atas harga yang biasanya ada dipasaran. Hal ini tentu sangat memberatkan kehidupan perekonomian dalam rumah tangga mereka, selain harga-harga kebutuhan pokok ini menjadi naik, harga kebutuhan pokok menjadi melambung di atas harga yang biasanya ada dipasaran.

Hal ini tentu sangat memberatkan kehidupan perekonomian dalam rumah tangga mereka. Kenaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan harga bahan-bahan pokok sangat dirasakan pada kalangan masyarakat yang mempunyai penghasilan menengah kebawah, seperti para buruh kontrak dimana mereka tidak mempunyai kepastian kerja.

Hal ini juga dialami oleh Peternak Babi yang berada di Perumnas Mandala Medan. Peternak ini dan keluarganya berusaha untuk memenuhi kebutuhan pokok atau dasar mereka dengan segala cara.

Di dalam pergaulan sehari-hari para peternak babi dengan para tetangga di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka terjalin dengan erat dan berjalan dengan


(54)

normal tanpa ada masalah dengan penuh keakraban dan kekeluargaan. Para peternak selalu berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan social seperti kegiatan pesekutua doa, arisan, pesta pernikahan, kemalangan, gotong royong dan lain-lain agar dapat rukun dan saling menghargai antar sesama tetangga. Akan tetapi intensitas pertemuan atau interaksi yang dilakukan para peternak ini dengan tetangga rumah setiap harinya sangat terbatas dikarenakan mereka harus mengurus ternak mereka.

Meskipun para peternak telah memiliki penghasilan, akan tetapi hampir dari semua peternak mengatakan bahwa penghasilan mereka yang mereka dapat dari usaha ternak mereka sekarang ini tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Sehingga mereka harus mencari pekerjaan lain, yakni sebagai permulung. Penghasilan mereka dari bekerja sebagai peternak dan sebagai pemulung adalah anya sekitar Rp. 300.00 sehari. Bagi peternak yang sudah menikah para peternak tersebut dapat sedikit terbantu dikarenakan istri ataupun anak mereka juga ikut membantu mengurus ternak mereka tersebut.

Para peternak melakukan berbagai cara atau strategi agar dapat memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya. Para peternak dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi melakukan berbagai cara dalam coping strategies. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Strategi Aktif

Yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk melakukan aktivitas sendiri, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya). Sebagian besar dari peternak di Perumnas Mandala mengoptimalkan potensi keluarganya dengan cara istri maupun anak mereka ikut bekerja agar dapat


(55)

membantu kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu beberapa peternak juga berusaha menyisihkan sedikit penghasilan mereka untuk ditabung demi masa depan.

b. Strategi Pasif atau Penekanan/pengetatan pengeluaran

Yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Beberapa peternak mengakui bahwa akibat dari penghasilannya yang tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka sedikit memperketat kebutuhan makanan untuk dikonsumsi sehari-hari. Para peternak juga mengontrol penghasilan dengan menghemat atau mengurangi pengeluaran dengan tidak membeli kebutuhan yang tidak terlalu penting.

c. Strategi Jaring Pengaman

“Jaring pengaman sosial (JPS) adalah istilah internasional yang dijadikan sebagai gerakan nasional untuk dapat keluar dari krisis ekonorni”. (Gunawan Sumodiningrat, Haryono Soyono dan Sarjono Jatiman, 1999).

Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial mereka, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan. Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas dalam mengatasi masalah ekonomi dengan pinjam uang kepada tetangga, mengutang ke warung terdekat, memanfaatkan program anti kemiskinan, bahkan ada yang pinjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya). Para peternak tersebut berusaha menciptakan hubungan yang harmonis dahulu antar sesama tetangga di sekitar tempat tinggal mereka agar kalau seandainya


(56)

para peternak ini merasa membutuhkan bantuan maka para tetangga maupun sesama pekerja akan membantu.

Pemahaman tentang pentingnya berkelompok dan manfaat yang diperoleh apabila petani berusahatani berkelompok cukup baik sehingga ke depan apabila petani tergabung dalam kelompok tani akan menjadi unit agribisnis budidaya ternak babi dalam skala besar, Hal ini diukur bahwa peserta dapat merencanakan usaha agribisnis budidaya babi yang terencana yang tertuang. Pengetahuan dan ketrampilan petani dalam budidaya ternak babi khususnya pembibitan telah meningkat sehingga dapat mendorong petani untuk memperbaiki praktek berusahatani budidaya ternak babi.


(57)

5.2 Saran

Saran

Usaha ternak harus berani melakukan terobosan-terobosan yang bersifat agresif dalam rangka melakukan pengembangan baik itu berupa perluasan pasar, pengembangan produk maupun pengamanan sektor hulu berupa input usaha. Usahaternak harus lebih berfokus kepada pencarian pelanggan yang sebanyak-banyaknya agar keberlangsungan usaha dapat terus dipertahankan


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap , Jakarta : Pustaka Ilmu.

Aminuddin, 2000. Sosiologi : Suatu Pengantar Awal, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsini, 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Berry, David, 1982. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta : CV Rajawali. Faisal, Sanapiah.1995. Format-Format Penelitian Sosial , Jakarta :PT.Raja Grafindo

Persada.

Guiltinan dan Paul, 1997. Manajemen Pemasaran, Jakarta, Rineke Cipta Cetakan I. Moleong, Lexy, 2005. Metode Penelitian Kualitatif , Bandung : Remaja Rosda Karya. Mulyadi, 2002. Sistem Akuntansi Edisi ke-3, Yogyakarta, Bagian Penerbit Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Ritzer, Goerge-Douglas J Goudman, 2005. Teori Sosiologi Modern.Jakarta : Prenada Media.

Singarimbun, Masri, 1989. Metode Penelitian Survey, Jakrta, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Sisdmudjito, 2004. Kemiskinan di Sumatera Utara, Jurnal Pemberdayaan, Komunitas USU Volume 3, Nomor 3..

Soekanto, Soerjono, 1982. Teori Sosiologi Tentang Pribadi dan Masyarakat, Jakarta, Ghalia Indonesia.


(59)

Soelaeman, Munandar, 2006. Ilmu Sosial Dasar, Bandung : PT. Refika Aditama. Soepomo, imam, 1994. Hukum Perburuhan : Bidang Hubungan Kerja. Jakarta

Djambatan

Sunarto, Kamanto, 2000. Pengantar Sosiologi Edisi ke II , Jakarta : Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sumardi.M dan Evers Dieter, 1985. Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok, Jakarta Rajawali.

Suparlan, Parsudi, 1983. Kemiskinan di Perkotaan , Jakarta, yayasan Obor Indonesia. Syarif, Muhidin, 1981. Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung : STKS Bandung. Taneko, Soleman b, 1984. Struktur dan Proses Sosial, Jakarta : CV. Rajawali. Vembriarto, 1993. Psikologi Sosial, PT. Eresco Bandung.


(60)

DRAFT WAWANCARA

I. PROFIL INFORMAN

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan Terakhir :

Alamat Rumah :

Agama :

Suku :

Jumlah Anggota Keluarga :

A. Data Dasar

1. Berapakah kira-kira pendapatan yang anda peroleh sebagai seorang peternak babi?

2. Apakah pendapatan yang anda peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga sehari-hari?

3. Apakah anda memiliki tabungan dan menyisihkan penghasilan anda untuk ditabung?

4. Apakah saudara merupakan tulang punggung dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga anda?


(61)

B. Upaya Yang Dilakukan Keluarga Dalam Memenuhi Kebutuhan

Keluarga

1. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan untuk memperoleh tambahan penghasilan?

2. Apakah anda mempunyai potensi lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga? Kalau ada, apa saja yang dapat anda manfaatkan untuk menambah penghasilan anda?

3. Apakah anda berusaha untuk meminimalisir pengeluaran anda setiap bulannya? Kalu iya, pengeluaran apa saja yang dikurangi?

4. Bagaimana anda membagi pendapatan anda misalnya untuk konsumsi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain?

5. Upaya-upaya penghematan dalam keluarga seperti apa?

C. Kondisi Sosial

1. Bagaimanakah hubungan anda dengan tetangga anda?

2. Apakah anda cukup aktif dalam menjalin hubungan dan bergaul dengan warga seperti mengikuti kegiatan bersama tetangga misalnya arisan, gotong royong, ataupun perkumpulan doa, dan lainnya?

3. Apakah anda pernah meminjam uang atau berhutang dari tetangga yang telah memiliki jalinan hubungan?

4. Apakah anda pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah? Jika pernah bantuan apa saja yang pernah anda dapatkan? dan apakah bantuan tersebut cukup membantu keluarga anda?


(1)

47

para peternak ini merasa membutuhkan bantuan maka para tetangga maupun sesama pekerja akan membantu.

Pemahaman tentang pentingnya berkelompok dan manfaat yang diperoleh apabila petani berusahatani berkelompok cukup baik sehingga ke depan apabila petani tergabung dalam kelompok tani akan menjadi unit agribisnis budidaya ternak babi dalam skala besar, Hal ini diukur bahwa peserta dapat merencanakan usaha agribisnis budidaya babi yang terencana yang tertuang. Pengetahuan dan ketrampilan petani dalam budidaya ternak babi khususnya pembibitan telah meningkat sehingga dapat mendorong petani untuk memperbaiki praktek berusahatani budidaya ternak babi.


(2)

5.2 Saran Saran

Usaha ternak harus berani melakukan terobosan-terobosan yang bersifat agresif dalam rangka melakukan pengembangan baik itu berupa perluasan pasar, pengembangan produk maupun pengamanan sektor hulu berupa input usaha. Usahaternak harus lebih berfokus kepada pencarian pelanggan yang sebanyak-banyaknya agar keberlangsungan usaha dapat terus dipertahankan


(3)

49

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap , Jakarta : Pustaka Ilmu.

Aminuddin, 2000. Sosiologi : Suatu Pengantar Awal, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsini, 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Berry, David, 1982. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta : CV Rajawali. Faisal, Sanapiah.1995. Format-Format Penelitian Sosial , Jakarta :PT.Raja Grafindo

Persada.

Guiltinan dan Paul, 1997. Manajemen Pemasaran, Jakarta, Rineke Cipta Cetakan I. Moleong, Lexy, 2005. Metode Penelitian Kualitatif , Bandung : Remaja Rosda Karya. Mulyadi, 2002. Sistem Akuntansi Edisi ke-3, Yogyakarta, Bagian Penerbit Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Ritzer, Goerge-Douglas J Goudman, 2005. Teori Sosiologi Modern.Jakarta : Prenada Media.

Singarimbun, Masri, 1989. Metode Penelitian Survey, Jakrta, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Sisdmudjito, 2004. Kemiskinan di Sumatera Utara, Jurnal Pemberdayaan, Komunitas USU Volume 3, Nomor 3..

Soekanto, Soerjono, 1982. Teori Sosiologi Tentang Pribadi dan Masyarakat, Jakarta, Ghalia Indonesia.


(4)

Soelaeman, Munandar, 2006. Ilmu Sosial Dasar, Bandung : PT. Refika Aditama. Soepomo, imam, 1994. Hukum Perburuhan : Bidang Hubungan Kerja. Jakarta

Djambatan

Sunarto, Kamanto, 2000. Pengantar Sosiologi Edisi ke II , Jakarta : Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sumardi.M dan Evers Dieter, 1985. Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok, Jakarta Rajawali.

Suparlan, Parsudi, 1983. Kemiskinan di Perkotaan , Jakarta, yayasan Obor Indonesia. Syarif, Muhidin, 1981. Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung : STKS Bandung. Taneko, Soleman b, 1984. Struktur dan Proses Sosial, Jakarta : CV. Rajawali. Vembriarto, 1993. Psikologi Sosial, PT. Eresco Bandung.


(5)

51

DRAFT WAWANCARA

I. PROFIL INFORMAN

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan Terakhir :

Alamat Rumah :

Agama :

Suku :

Jumlah Anggota Keluarga :

A. Data Dasar

1. Berapakah kira-kira pendapatan yang anda peroleh sebagai seorang peternak babi?

2. Apakah pendapatan yang anda peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga sehari-hari?

3. Apakah anda memiliki tabungan dan menyisihkan penghasilan anda untuk ditabung?

4. Apakah saudara merupakan tulang punggung dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga anda?

5. Bagaimana status tempat tinggal yang anda tempati sekarang?


(6)

B. Upaya Yang Dilakukan Keluarga Dalam Memenuhi Kebutuhan Keluarga

1. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan untuk memperoleh tambahan penghasilan?

2. Apakah anda mempunyai potensi lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga? Kalau ada, apa saja yang dapat anda manfaatkan untuk menambah penghasilan anda?

3. Apakah anda berusaha untuk meminimalisir pengeluaran anda setiap bulannya? Kalu iya, pengeluaran apa saja yang dikurangi?

4. Bagaimana anda membagi pendapatan anda misalnya untuk konsumsi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain?

5. Upaya-upaya penghematan dalam keluarga seperti apa?

C. Kondisi Sosial

1. Bagaimanakah hubungan anda dengan tetangga anda?

2. Apakah anda cukup aktif dalam menjalin hubungan dan bergaul dengan warga seperti mengikuti kegiatan bersama tetangga misalnya arisan, gotong royong, ataupun perkumpulan doa, dan lainnya?

3. Apakah anda pernah meminjam uang atau berhutang dari tetangga yang telah memiliki jalinan hubungan?

4. Apakah anda pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah? Jika pernah bantuan apa saja yang pernah anda dapatkan? dan apakah bantuan tersebut cukup membantu keluarga anda?