Kajian Kondisi Vegetasi dan Tajuk Hutan Alam yang Belum Terganggu

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi
Sundawati (2004) menyatakan bahwa ekologi sering disebut sebagai
biologi lingkungan karena ekologi menekankan bagaimana fakto-faktor luar
mempengaruhi organisme. Lingkungan adalah suatu kombinasi khusus dari
keadaan luar yang mempengaruhi organisme. Pertumbuhan, perkembangan dan
reproduksi organisme dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan berarti semua
faktor eksternal yaitu bersifat biologi dan fisik.
Hal yang paling penting dari ekologi ini ialah konsep ekosistem.
Ekosistem ialah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Dalam sistem ini, semua komponen
bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen
hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) di suatu tempat yang berinteraksi
membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan terjadi disebabkan adanya
arus materi dan energi yang terkendali oleh arus informasi antara komponendalam
ekosistem itu. Keteraturan ekosistem memungkinkan adanya keseimbangan
tertentu dari ekosistem Silalahi (1992)
Hutan
Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang-undang

tersebut, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Departemen
Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
4

Universitas Sumatera Utara

Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuhtumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat
penting bagi kehidupan dibumi ini. Hutan

juga merupakan suatu asosiasi dari

tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi
berkayu yang menempati areal luas. Hutan juga sebagai suatu masyarakat tumbuhtumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon da mempunyai keadaan lingkungan
berbeda dengan keadaan di luar hutan. Di dalam hutan juga akan terjadi persaingan
antar anggota-anggota yang hidup saling berdekatan, misalnya persaingan dalam
penyerapan unsur hara, air, sinar matahari, ataupun tempat tumbuh. Persaingan tidak
hanya terjadi pada tumbuhan saja, tetapi juga pada binatang (Arief, 2001).
Fungsi hutan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh manusia dalam

memanipulasi penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan untuk kepentingan
kehidupan dan lingkungan. Dengan diterimanya posisi masyarakat sebagai pelaku
utama dalam pembangunan sumberdaya hutan di semua fungsi hutan (produksi,
lindung, dan konservasi), maka semangat dan kesadaran masyarakat dapat didorong
untuk membangun, memelihara, dan memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari.
Ketergantungan antara hutan dan masyarakat dapat dilihat dari ketergantungan
masyarakat terhadap produksi dan jasa hasil hutan. Hutan sebagai sumberdaya juga
memerlukan masyarakat untuk pengelolaannya (Awang, 2004).

Hutan mempunyai banyak manfaat (multi benefit) yang sangat berguna
bagi kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Manfaat hutan luar
biasa besarnya selain menyediakan kayu dan produk-produk lainnya, hutan
menyimpan sejumlah besar informasi genetik, mengatur iklim dan tata air,
melindungi dan memperkaya tanah, mengendalikan hama dan penyakit, mengatur
penyerbukan tumbuhan bermanfaat dan menyebarkan benihnya, menjaga kualitas

5

Universitas Sumatera Utara


air, menyediakan pemandangan indah dan memperkaya kita secara spritual
(Santoso dan Robert, 2002).
Struktur dan Komposisi Hutan
Struktur merupakan lapisan vertikal dari suatu komunitas hutan dalam
komunitas selalu terjadi kehidupan bersama saling menguntungkan sehingga
dikenal adanya lapisan-lapisan bentuk kehidupan (Syahbudin, 1987). Selanjutnya
(Daniel, dkk,1992), menyatakan struktur tegakan atau hutan menunjukkan sebaran
umur atau kelas diameter dan kelas tajuk.
Komposisi hutan merupakan penyusun suatu tegakan atau hutan yang meliputi
jumlah jenis spesies maupun banyaknya individu dari suatu jenis tumbuhan
(Wirakusuma, 1980). Komposisi hutan sangat ditentukan oleh faktor-faktor
kebetulan, terutama waktu-waktu pemencaran buah dan perkembangan biji. Pada
daerah tertentu komposisi hutan berkaitan erat dengan ciri habitat dan topografi
(Damanik,dkk, 2010).
Masing-masing menguraikan stratum hutan hujan tropis sebagai berikut.
1. Stratum A, yaitu lapisan tajuk (kanopi) hutan paling atas yang dibentuk oleh
pepohonan yang tingginya lebih dari 30 m. Pada umumnya tajuk pohon
pada stratum tersebut lebar, tidak bersentuhan ke arah horizontal dengan
tajuk pohon lainnya dalam stratum yang sama, sehingga stratum tajuk itu
berbentuk lapisan diskontinu. Pohon pada stratum A umumnya berbatang

lurus, batang bebas cabang tinggi, dan bersifat intoleran (tidak tahan
naungan). Menurut Ewuise (1994), sifat khas bentuk-bentuk tajuk pohon
tersebut sering digunakan untuk identifikasi spesies pohon dalam suatu
daerah.

6

Universitas Sumatera Utara

2. Sratum B, yaitu lapisan tajuk kedua dari atas yang dibentuk oleh pepohonan
yang tingginya 20-30 m. Bentuk tajuk pohon pada stratum B membulat
atau memanjang dan tidak melebar seperti pada tajuk pohon pada stratum
A. Jarak antar pohon lebih dekat, sehingga tajuk-tajuk pohonnya
cenderung membentuk lapisan tajuk yang kontinu. Spesies pohon yang
ada, bersifat toleran (tahan naungan) atau kurang memerlukan cahaya.
Batang pohon banyak cabangnya dengan batang bebas cabang tidak begitu
tinggi.
3. Stratum C, yaitu tajuk ketiga dari atas yang dibentuk oleh pepohonan yang
tingginya 4-20 m. Pepohonan pada stratum C mempunyai bentuk tajuk
yang berubah-ubah tetapi membentuk suatu lapisan tajuk yang tebal.

Selain itu, pepohonannya memiliki banyak percabangan yang tersusun
dengan rapat, sehingga tajuk pohon menjadi padat. Menurut Vickery
(1984), pada stratum C, pepohonan juga berasosiasi dengan berbagai
populasi epipit, tumbuhan memanjat dan parasit.
4. Stratum D, yaitu lapisan tajuk ke empat dari atas yang dibentuk oleh
spesies-spesies tumbuhan semak dan perdu yang tingginya 1-4 m. Pada
stratum ini juga terdapat dan dibentuk oleh spesies pohon yang masih
muda atau dalam fase anakan (seedling), terdapat palma-palma kecil,
herba besar, dan paku-pakuan besar.
5. Stratum E, yaitu tajuk paling bawah atau lapisan ke lima dari atas yang
dibentuk oleh spesies-spesies tumbuhan penutup tanah (groun cover) yang
tingginya 0-1 m. Keadaan spesies pada stratum E lebih sedikit
dibandingkan dengan stratum lainnya.

7

Universitas Sumatera Utara

(Arief, 1994; Ewusie, 1990; Soerianegara dan Indrawan, 1998).


Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuhtumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter, dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan
dominasi setiap jenis (Marsono 1977).
Analisis vegetasi berfungsi untuk mengetahui struktur vegetasi dan
komposisi jenis tumbuhan. Menurut Fachrul (2007), analisis vegetasi dapat juga
digunakan untuk mengetahui pengaruh dampak lingkungan merupakan suatu cara
pendekatakan yang khas, karena pengamatan terhadap berbagai aspek vegetasi
yang dilakukan harus secara mendetail dan terdiri atas vegetasi yang belum
terganggu (alamiah). Aspek-aspek vegetasi yang perlu diketahui antara lain:
a. Ada atau tidaknya jenis tumbuhan tertentu,
b. Luas basal area,
c. Luas daerah penutup (cover),
d. Frekuensi,
e. Kerapatan,

f. Dominansi,
g. Nilai penting.

8

Universitas Sumatera Utara

Analisis vegetasi yang dilakukan pada area luas tertentu umumnya
berbentuk segi empat, bujur sangkar, lingkaran serta titik-titik. Untuk tingkat
semai serta tumbuhan bawah yang rapat digunakan petak contoh titik atau bentuk
kuadrat untuk tumbuhan yang tidak rapat.
Humus Hutan
Humus merupakan senyawa kompleks agak resisten terhadap pelapukan,
berwarna cokelat, amorfus bersifat kolodial dan berasal dari jaringan tumbuhan
atau binatang yang telah dimodifikasikan dan disintesiskan oleh berbagai jasad
renik. Penggunaan humus sebagai media tanam pembibitan sangat baik karena
humus adalah bahan organik yang telah mengalami dekomposisi akan
berpenagruh terhadap pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap sifat
fisika, kimia dan biologi tanah. Selain itu merupakan sumber N, P, K dan S serta
karbon sekitar 55%-60% yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya

(Hakim, dkk, 1986).
Humus merupakan bagian dari komponen penyusun hutan yang memiliki
fungsi tersendiri dalam menjaga keseimbanagan alam. Tanpa humus, maka hutan
akan kehilangan fungsinya dalam menjaga kestabilan siklus hidrologi dan daur
hara tanah. Pengambilan humus hutan oleh masyarakat merupakan gangguan
terhadap kestabilan fungsi hutan. Berbagai dampak kelak di kemudian hari akan
timbul bila permasalahan ini tidak pernah diselesaikan dengan pendekatan dan
tinjauan yang ilmiah (Nopandry, dkk, 2005).
Bahan organik berperan dalam perbaikan sifat fisik dan kimia tanah.
Peranannya terhadap perbaikan sifat fisik menyangkut pemeliharaan struktur
tanah dengan stabilitas agregat yang tinggi, memperbaiki distribusi ukuran pori

9

Universitas Sumatera Utara

dan kapasitas tanah menyimpan air (water holding capacity), serta meningkatkan
daya retensi air. Adapun peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia,
diantaranya menyangkut peningkatan kapasitas tukar kation atau cation exchange
capacity (CEC), dan pelepasan unsur N, P, S dan unsur-unsur hara mikro dalam

proses mineralisasinya. Disamping itu, bahan organik dapat mengimmobilisasi
bahan-bahan kimia buatan yang diberikan ke tanah sehingga tidak memberi
dampak merugikan terhadap pertumbuhan tanaman, mengkomplek logam-logam
berat sehingga mengurangi tingkat pencemaran terhadap tanah dan air tanah, serta
meningkatkan kapasitas sangga (buffer capacity) tanah. Bahan organik tanah
merupakan indikator kunci kualitas tanah, baik untuk fungsi pertanian (produksi
dan ekonomi) maupun fungsi lingkungan. Kandungan bahan organik tanah
merupakan penentu aktivitas biologi tanah. Jumlah, keragaman dan aktivitas
fauna dan mikrobia tanah secara langsung berhubungan dengan bahan organik.
Agregasi dan kestabilan struktur tanah meningkat dengan meningkatnya
kandungan bahan organik tanah (Nurmi, 2005).
Akar
Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan
bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Walaupun memiliki sumbangan yang sangat penting, sering kali akar tidak
diperdulikan karena tidak tampak (Gardner,dkk,1991).
Akar merupakan pintu masuk bagi hara dan air dari tanah, yang sangat
penting untuk proses fisiologi pohon. Dengan demikian apabila fungsi akar
terganggu maka pertumbuhan bagian pucuk akan terganggu pula.Untuk dapat
diserap oleh tanaman, molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar.


10

Universitas Sumatera Utara

Dari permukaan akar ini air (bersama bahan-bahan terlarut) diangkut menuju
pembuluh xylem. Lintasan pergerakan air dari permukaan akar menuju pembuluh
xylem ini disebut lintasan radial pergerakan air. Xylem dan floem dikelilingi oleh
satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut perisikel. Jaringan vaskular dan
perisikel membentuk suatu tabung yang disebut stele. Ujung akar akan terus
tumbuh di dalam tanah. Hal ini tentunya juga akan memperluas permukaan kontak
antara akar dan tanah. Juga memperluas wilayah penjelajahan akar di dalam tanah.
Pada bagian ujung akar terdapat tudung akar yang berfungsi melindungi sel-sel
meristematik pada bagian ujung akar tersebut (Lakitan, 1991).
Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik tanahnya. Adanya
pemadatan tanah, misalnya yang ditimbulkan oleh kegiatan eksploitasi, akan
merubah struktur tanah dan pori-pori tanah, sehingga kandungan air tanahpun ikut
berubah. Karena tanah merupakan tempat berkembangnya akar pohon serta
interaksi hara dengan pohon, maka pemadatan tanah dan kandungan air tanah
akan mempengaruhi pertumbuhan akar pohon. Pada tingkat berapa kepadatan

tanah dan kandungan air tanah tersebut bisa mengganggu pertumbuhan
akar.Sistem pembuluh pada akar berkembang secara terpisah dari organ lateral
dan prokambium berkembang secara akropetal sebagai kelanjutan tak terputus
jaringan pembuluh pada bagian-bagian akar yang lebih matang. Diferensiasi dan
pematangan xilem dan floem juga secara akropetal dan mengikuti proses pada
prokambium. Pada umumnya diferensiasi jaringan akar dibelakang promaristem
apikal dapat dirangkum sebagai berikut : pembelahan periklinal dalam korteks
berhenti dekat tingkatan dengan unsur tipis menjadi matang; diluar daerah ini akar
mengalami pemanjangan cepat, dan pematangan protoxilem biasanya hanya

11

Universitas Sumatera Utara

berlangsung pada saat proses pemanjangan hampir selesai; jalur caspari
berkembang dalam sel-sel endodermis sebelum pematangan unsur-unsur
protoxilem dan pada umumnya juga sebelum timbulnya rambut-rambut akar
(Bardgett, 1989).
Akar lateral adalah bagian organ yang penting peranannya bagi
pertumbuhan tanaman karena pada bagian ini terdapat bulu-bulu akar yang
berfungsi untuk meyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Apabila akar lateral
berkembang dengan baik maka penyerapan unsur hara dan air akan baik pula
sehingga kebutuhan tanaman akan terpenuhi dan semakin banyak akar lateral
maka semakin banyak pula jumlah bulu-bulu akar sehingga luas bidang
penyerapan air dan mineral bagi tanaman makin besar pula Kartika (1997).
Perbandingan tajuk akar mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan suatu
tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian tanaman lainnya, dimana tajuk akan
meningkat secara rasio tajuk akar mengikuti peningkatan berat akar. Namun,
pertumbuhan tajuk dan akar dapat berjalan secara seimbang, sehingga nilai rasio
akar : tajuk tidak dapat menentukan pertumbuhan yang optimum. Nilai rasio akar
: tajuk menunjukkan pertumbuhan yang dominan ke tajuk atau ke perakaran
(Gardner, dkk, 1991).
Penelitian ini dilaksankan di Hutan Simpulan Angin Kabupaten Deli
Serdang. Suhu rata-rata 26º c dan curah hujan 3500mm. Iklimnya sejuk, Bulan
Januari sampai dengan akhir Bulan Desember mempunyai musim sebagai berikut
: Bulan Januari - Mei adalah musim kemarau, dari Bulan Juni – Agustus rawan
dengan angin puting beliung, Bulan September – Desember adalah musim hujan.

12

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Denah Lokasi Penelitian

13

Universitas Sumatera Utara