Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kota di Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Pendapatan Asli Daerah
2.1.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Halim (2007:96), “Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah”. Sedangkan menurut Undang-undang No.33 Tahun 2004 pasal
1 menyebutkan: “Pendapatan asli daerah merupakan penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang
dipungut

berdasarkan

peraturan

daerah

sesuai

dengan


peraturan

perundang-undangan yang berlaku.
2.1.1.2 Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Unsur terpenting dari pembiayaan pemerintah daerah adalah
kontribusi dari pendapatan asli daerah. Pendapatan asli daerah merupakan
bukti nyata dukungan masyarakat lokal kepada pemerintahnya untuk
menjalankan proses pemerintahan secara otonom. Berdasarkan Undangundang No.32 Tahun 2004 disebutkan

bahwa pendapatan asli daerah

sendiri terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah.

20
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Pajak Daerah

2.1.2.1 Pengertian Pajak Daerah
Menurut Marihot.P.Siahaan ( 2005:7 ) pajak daerah adalah :
Pungutan dari masyarakat oleh daerah ( pemerintah ) berdasarkan
undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan wajib
membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali ( kontra
prestasi/balas jasa ) secara langsung, yang hasilnya digunakan
untuk membiayai pengeluaran daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Pajak Daerah merupakan Pajak yang diterima dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah, baik Propinsi maupun Kabupaten / Kota yang
berguna untuk menunjang penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan
hasil penerimaan tersebut masuk kedalam APBD. Pajak Daerah yang
bersumber dari Pendapatan Asli Daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh Orang Pribadi atau Badan kepada Daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
perundang undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah.
Dasar hukum Pajak Daerah yaitu Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah.

Dalam pemungutan Pajak Daerah memerlukan
pengelolaaan

suatu sistem agar

Pajak Daerah tersebut dapat berjalan dengan baik.

Maka diperlukan suatu sistem pemungutan yang baik pula. Sistem
Pemungutan Pajak daerah sama dengan Pajak pusat daerah yaitu :

21
Universitas Sumatera Utara

1. Official Assesment System.
2. Self Assesment System
3. Witholding System.
Sedangkan menurut UU No.34 tahun 2000 tentang perubahan
atas UU No.18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yang dimaksud pajak daerah adalah :
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Orang

Pribadi atau Badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan
yang
berlaku
yang
digunakan
untuk
membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat
diartikan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang
daerah yang diatur dalam undang-undang tentang pokok-pokok
Pemerintahan Daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan
rumah tangga daerah itu sendiri.
2.1.2.2 Klasifikasi Pajak Daerah
Menurut Undang-undang No.28 Tahun 2009 pasal 2, jenis pajak
daerah terbagi 2 yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
1. Pajak Provinsi
Jenis pajak provinsi berdasarkan UU No.28 Tahun 2009
pasal 2 antara lain:

1. Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air
adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan

22
Universitas Sumatera Utara

kandaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua
kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan
di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan
teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energy
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar
yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor
dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air. Wajib pajaknya
adalah orang pribadi atau badan. Tariff pajak kendaraan
bermotor adlah paling tinggi 10%.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea balik nama kendaraan bermotor adlah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau
keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar,
hibah,warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.
Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang
dapat menerima penyerahan kendaraan bermotor. Tariff
bea balik nama kendaraan bermotor ditetapkan paling
tinggi masing-masing sebagai berikut:

23
Universitas Sumatera Utara

a. Penyerahan pertama sebesar 20%
b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan
alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum
tariff pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing
sebagai berikut:
a. Penyerahan pertama sebesar 0,75%

b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.
Tarif bea balik nama kendaraan bermotor ditetapkan
dengan peraturan daerah.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan
bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan
bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan
bermotor. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan bahan bakar kendaraan
bermotor. Tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor
ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Khusus tarif pajak
bahan bakar kendaraan bermotor untuk bahan bakar
kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50%

24
Universitas Sumatera Utara

lebih rendah dari tarif pajak bahan bakar kendaraan
bermotor untuk kendaraan pribadi.

4. Pajak Air Permukaan
Pajak air permukaan adalah pajak atas pengembilan
dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan
adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah,
tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun
di darat. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan
yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Tarif pajak air permukaan ditetapkan paling
tinggi sebesar 10%.
5. Pajak Rokok
Subjek pajak rokok adalah konsumen rokok. Wajib pajak
rokok adalah pengusaha pabrik rokok/produsen dan
importir rokok yang memiliki izin berupa nomor pokok
pengusaha barang kena cukai. Tarif pajak rokok
ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok.
2. Pajak Kabupaten/Kota
Jenis pajak kabupaten/kota berdasarkan UU No.28 Tahun
2009 pasal 2 antara lain:
1. Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel, yaitu

bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk

25
Universitas Sumatera Utara

dapat menginap atau istirahat, memperoleh pelayanan,
dan/ atau yang fasilitas lainnya dengan dipungut
bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu,
dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali
untuk pertokoan dan perkantoran. Pengenaan pajak hotel
tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau
kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan
kewenangan

yang

diberikan

kepada


pemerintah

kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak
mengenakan

suatu

jenis

pajak

kabupaten/kota.

Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah
kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu
menerbitkan peraturan daerah tentang

Pajak Hotel.

Peraturan ini akan menjadi landasan hukum operasional

dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan
Pajak Hotel di daerah kabupaten atau kota yang
bersangkutan. Subyek Pajak Hotel adalah orang atau
badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan.
Wajib pajaknya adalah pengusaha hotel. Obyek Pajak
Hotel adalah pembayaran yang disediakan hotel dengan
pembayaran termasuk :
a) Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal Jangka
Panjang

26
Universitas Sumatera Utara

b) Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas
penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya
memberikan kemudahan dan kenyamanan.
c) Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan
khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum.
Tariff pajak hotel sebesar 10%.
2. Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan dengan pembayaran di restoran yaitu adalah
tempat yang disediakan untuk menyantap makanan dan
minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai nasi,
kedai mie, kedai kopi, warung tempat jual makanan/
minuman, tempat karaoke, usaha jasa katering dan usaha
jasa boga.
Pengenaan pajak Restoran tidak mutlak ada pada seluruh
daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal
ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau
tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah
kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu
menerbitkan peraturan daerah tentang pajak restoran.
Peraturan ini akan menjadi landasan hukum operasional

27
Universitas Sumatera Utara

dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan
Pajak Restoran di daerah kabupaten atau kota yang
bersangkutan. Subyek Pajak Restoran adalah orang
pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas
pelayanan restoran. Wajib pajaknya adalah pengusaha
restoran. Obyek Pajak Restoran adalah pelayanan yang
disediakan restoran dengan pembayaran.
Tariff pajak restoran sebesar 10%.
3. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan
hiburan, yaitu semua jenis pertunjukkan, permainan,
permainan ketangkasan, dan/ atau keramaian

dengan

nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati
oleh setiap orang dengan dipungut bayaran tidak
termasuk

penggunaan

fasilitas

untuk

berolahraga.

Mengingat kondisi kabupaten dan kota di Indonesia
tidak sama, termasuk dalam hal jenis hiburan yang
diselenggarakan, maka untuk dapat diterapkan pada
suatu daerah kabupaten atau kota pemerintah daerah
setempat harus mengeluarkan peraturan daerah tentang
Pajak Hiburan yang akan menjadi landasan hukum
operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan
pungutan pajak hiburan di daerah kabupaten atau kota

28
Universitas Sumatera Utara

yang bersangkutan. Subyek Pajak Hiburan adalah orang
pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati
hiburan. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan
yang menyelenggarakan hiburan. Obyek Pajak Hiburan
yakni penyelenggaraan hiburan yang dipungut bayaran.
Tariff pajak hiburan paling tinggi 35%.
4. Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan
reklame yaitu benda, alat, perbuatan atau media yang
menurut bentuk susunan dan jenis ragamnya untuk
tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau
orang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada
suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau
yang dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat
umum kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah. Untuk
dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten/kota,
pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan
peraturan daerah tentang Pajak Reklame yang akan
menjadi landasan hukum operasional dalam teknis
pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Reklame
di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.
Subyek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan

29
Universitas Sumatera Utara

yang menyelenggarakan atau memesan reklame. Wajib
pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan reklame. Obyek Pajak Reklame yakni
semua penyelenggara reklame.
Tariff pajak reklame paling tinggi 25%.
5. Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan
tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah
tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya
dibayar oleh pemerintah daerah. Penerangan jalan adalah
penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum
yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. Pajak
penerangan jalan tidak mutlak ada pada seluruh daerah
kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini
berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau
tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
Untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau
kota maka pemerintah daerah harus terlebih dahulu
menerbitkan Peraturan Daerah tentang Pajak Penerangan
Jalan yang akan menjadi landasan hukum operasional
dalam pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak
Penerangan Jalan di daerah kabupaten atau kota yang

30
Universitas Sumatera Utara

bersangkutan. Subyek Pajak Penerangan Jalan adalah
orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga
listrik dari PLN atau tenaga listrik bukan PLN. Wajib
pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menjadi
pelanggan lisrik dan atau pengguna tenaga listrik. Obyek
Pajak Penerangan Jalan yakni penggunaan tenaga listrik
di wilayah yang tersedia penerangan jalan yang
rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi
sebesar 10% dan ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang
dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah
kabupaten/kota.

Dengan

demikian,

setiap

daerah

kabupaten/kota diberi kewenangan untuk menetapkan
besarnya tarif pajak yang mungkin berbeda dengan
kabupaten/kota lainnya asalkan tidak lebih dari 10%.
6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C
Pajak Pengambilan bahan galian golongan C adalah
pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan
C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Bahan galian golongan

adalah bahan galian

31
Universitas Sumatera Utara

golongan C sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Bahan-bahan galian dibagi atas dua golongan, yaitu :
a. Golongan bahan galian strategis.
b. Golongan bahan galian vital.
Subyek Pajak pengambilan Bahan Galian Golongan C
adalah orang pribadi atau badan yang mengambil bahan
galian golongan C. Wajib pajaknya adalah orang pribadi
atau badan yang menyelenggarakan pengambilan galian
golongan C. Obyek Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C yakni kegiatan pengambilan bahan golongan
C. Tarif Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
ditetapkan paling tinggi sebesar dua puluh persen dan
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk
menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan
kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota. Dengan
demikian,

setiap

daerah

kabupaten/kota

diberi

kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang
mungkin berbeda dengan kabupaten/kota lainnya asalkan
tidak lebih dari 20%.

32
Universitas Sumatera Utara

7.

Pajak Parkir
Pajak Parkir

adalah pajak

yang dikenakan atas

penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh
orang pribadi atau badan , baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha.
Pengenaan pajak parkir tidak mutlak ada pada seluruh
daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal
ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau
tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
Untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau
kota,

pemerintah

daerah

harus

terlebih

dahulu

menerbitkan Peraturan Daerah tentang Pajak Parkir yang
akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis
pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak parkir di
daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan. Subyek
Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan melakukan
pembayaran atas tempat parkir. Wajib pajaknya adalah
orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat
parkir. Obyek Pajak Parkir yakni penyelenggaraan
tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan

33
Universitas Sumatera Utara

sebagai usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor. Tarif pajak parkir ditetapkan paling
tinggi 20%.
8. Pajak Air Tanah
Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat
dalam lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan
tanah. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan
yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah. Tarif pajak air tanah ditetapkan paling tinggi 20%.
9. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak sarang burung wallet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan dan/atau pengusaha sarang burung wallet.
Burung wallet adalah satwa yang teramsuk marga
collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia
maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.
Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang
burung wallet.
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki,
dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau

34
Universitas Sumatera Utara

badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi
adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan
pedalaman dan/atau laut. Wajib pajaknya adalah orang
pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu
hak atasbumi dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan. Tarif pajaknya paling tinggi adalah sebesar
0,3%.
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak
atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah
perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh
orang pribadi atau badan. Hak atas tanah dan/atau
bangunan

adalah

hak

atas

tanah

termasuk

hak

pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan
dan bangunan. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau
badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau

35
Universitas Sumatera Utara

bangunan. Tarif bea perolehan hak atas tanah dan/atau
bangunan paling tinggi adalah 5%.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa
pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam
undang-undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah dan hasilnya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.
2.1.2.3 Tarif Pajak Kabupaten / Kota
Dilihat dari wewenang Pemungutan Pajak Daerah atas Objek
Pajak Daerah dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu : Pajak daerah yang
dipungut oleh Propinsi, dan Pajak Daerah yang dipungut oleh Kota.
Tabel 2.1
Tarif Pajak Daerah yang dipungut oleh Kota
DESKRIPSI

TARIF

1. Daerah Retribusi :

2.

a.

PKB & Kendaraan di Atas Air

5%

b.

BBNKB & Kendaraan Di Atas Air

10%

c.

PBBKB

5%

d.

Pajak PPABT-AP

20%

Daerah Kota :
a.

Pajak Hotel

10%

b.

Pajak Restoran

10%

c.

Pajak Hiburan

35%

d.

Pajak Reklame

25%

e.

Pajak Penerangan Jalan

10%

f.

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

20%

g.

Pajak Parkir

20%

Sumber : Berdasarkan Undang-Undang PBB tahun 1984

36
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2
Presentase Bagi Hasil Penerimaan Pajak Daerah
NO

JENIS PAJAK

PROVINSI

KOTA

DAERAH
1

PKB

70 %

30 %

2

BBN-KB

70 %

30 %

3

Pajak Pengambilan

30 %

70%

KOTA

DESA

Dan Pemanfaatan Air
Bawah Tanah
(PPABT- AP )
NO

JENIS PAJAK
DAERAH

1

Pajak Hotel

90 %

10 %

2

Pajak Restoran

90 %

10 %

3

Pajak Hiburan

90 %

10 %

4

Pajak Reklame

90 %

10 %

5

Pajak Penerangan

90 %

10 %

90 %

10 %

90 %

10 %

Jalan
6

Pajak Pengambilan
Bahan Galian
Golongan C

7

Pajak Parkir

Sumber : Sudin Rencana dan Pengembangan Dinas pendapatan Daerah.

2.1.3 Retribusi Daerah
2.1.3.1 Pengertian Retribusi Daerah
Definisi retribusi daerah menurut Panca Kurniawan ( 2005:5 ) yang
juga diambil berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang

37
Universitas Sumatera Utara

perubahan atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, yaitu “ Retribusi daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.”
Pemungutan retribusi daerah yang saat ini didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagai perubahan UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997 mengatur beberapa istilah yang umum
digunakan, yaitu :
a. Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas batas daerah tertentu,
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat

menurut

prakarsa

sendiri

berdasarkan

aspirasi

masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah
otonom lainnya sebagai badan eksekutif daerah.
c. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati
bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
d. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang
retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
e. Peraturan daerah adalah peraturan yang ditetapkan oleh kepaa
daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

38
Universitas Sumatera Utara

f. Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
g. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan
yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian
dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
h. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut
peraturan perundang-undangan retribusi daerah diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi termasuk

pemungut

atau

pemotong retribusi tertentu.
i.

Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan
perizinan tertentu dari pemerintah daerah yang bersangkutan.

j.

Jasa usaha adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

39
Universitas Sumatera Utara

2.1.3.2 Klasifikasi Retribusi Daerah
Sesuai dengan Undang - undang Nomor 28 tahun 2009 pasal 108
retribusi daerah dibagi atas 3 golongan, yakni :
1. Retribusi Jasa Umum.
Retribusi jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan
oleh

pemerintah

daerah

untuk

tujuan

kepentingan

dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan. Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum
bersangkutan. Objek retribusi jasa umum adalah pelayan yang
disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh oaring pribadi atau
badan.
Jenis retribusi jasa umum antara lain:
a.

Retribusi Pelayanan Kesehatan
Retribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 110 ayat 1 huruf a adalah pelayanan kesehatan di
puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai
pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau
dikelola

oleh

pemerintah

daerah,

kecuali

pelayanan

pendaftaran. Dikecualikan dari objek retribusi pelayanan

40
Universitas Sumatera Utara

kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan
pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
b.

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Retribusi persampahan/kebersihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 110 ayat (1) huruf b adalah pelayanan
persampahan/kebersihan
pemerintah

daerah

yang

melalui:

diselenggarakan

oleh

pengambilan/pengumpulan

sampah dari sumbernyake lokasi pembuangan sementara,
pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi
pembuangan
pembuangan

sementara
akhir

ke

lokasi

sampah,

pembuangan/atau

penyediaan

lokasi

pembuangan/pemusnahan akhir sampah. Dikecualikan dari
objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah,
social dan tempat umum lainnya.
c.

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
dan Akta Catatan Sipil
Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan
akta catatan sipil sebagaimana dimaksud dalam pasal 110
ayat (1) huruf c adalah pelayanan:
a) Kartu tanda penduduk
b) Kartu keterangan tempat tinggal
c) Kartu identitas kerja

41
Universitas Sumatera Utara

d) Kartu penduduk sementara
e) Kartu identitas penduduk musiman
f) Kartu keluarga
g) Akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta
perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akta
ganti nama bagi warga negagra asing, dan akta kematian.
d.

Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf d
adalah pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang
meliputi:

pelayanan

penguburan/pemakaman

termasuk

penggalian dan pengukuran, pembakaran/pengabuan mayat.
Sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat
yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah.
e.

Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
Retribusi pelayanan parker di tepi jalan umum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf e adalah penyediaan
pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

f.

Retribusi Pelayanan Pasar
Pelayanan pasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 110 ayat
(1)

huruf

f

adalah

penyediaan

fasilitas

pasar

42
Universitas Sumatera Utara

tradisional/sederhana berupa pelataran, los yang dikelola
pemerintah daerah, dan khusus yang disediakan pedagang,
dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh
BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
g.

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
Pelayanan pengujian kendaraan bermotor sebagaimana
dimaksud pada pasal 110 ayat (1) huruf g adalah pelayanan
pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang diselenggarakan
oleh pemerintah daerah.

h.

Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Pelayanan

pemeriksaan

alat

pemadam

kebakaran

sebagaimana dimaksud pada pasal 110 ayat (1) huruf h
adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat
pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan
alat penyelamatan jiwa oleh pemerintah daerah terhadap alatalat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran,
alat

penanggulangan

jiwa

yang

dimiliki

dan/atau

dipergunakan oleh masyarakat.
i.

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
Retribusi penggantian biaya cetak peta sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf I adalah penyediaan

43
Universitas Sumatera Utara

peta yang dibuat oleh pemerintah daerah seperti peta dasar
(garis), peta foto, peta digital, peta tematik dan peta teknis
(struktur).
j.

Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
Retribusi pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf j
adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus
yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dikecualikan dari
objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang
disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD
dan pihak swasta.

k.

Retribusi Pengelolaan Limbah Cair
Retribusi pengelolaan limbah cair sebagaimana dimaksud
dalam pasal 110 ayat (1) huruf k adalah pelayanan
pengelolaan limbah cair rumah tangga, perkantoran dan
industry yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara
khusus oleh pemerintah daerah dalam bentuk instalasi
pengolahan limbah cair. Dikecualikan dari objek retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan
pengolahan limbah cair yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, pihak swasta, dan

44
Universitas Sumatera Utara

pembuangan limbah cair secara langsung ke sungai, drainase,
dan/atau sarana pembuangan lainnya.
l.

Retribusi Pelayanan Tera-Tera Ulang
Retribusi pelayanan tera-tera ulang sebagaimana dimaksud
dlam pasal 110 ayat (1) huruf l adalah pelayanan pengujian
alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya, dan
pengujian barang dalam keadaan terbungkus yangwajib
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan
Retribusi pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 110 ayat (1) huruf m adalah pelayanan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh
pemerintah daerah.

Dikecualikan dari objek

retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a) Pelayanan pendidikan dasar dan menengah yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah;
b)

Pendidikan/pelatihan

yang

diselenggarakan

oleh

pemerintah;
c) Pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh BUMN,
BUMD; dan
d) Pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak
swasta.

45
Universitas Sumatera Utara

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
Retribusi pengendalian menara telekomunikasi sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf n adalah
pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan
memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan
umum.
2. Retribusi Jasa Usaha.
Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena
pada dasarnya jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta, meliputi
pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah
yang belum dimanfaatkan secara optimal. Subjek retribusi jasa
usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau
menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Objek
retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial.
Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Pelayanan pemakaian kekayaan daerah yang dimaksud dalam
pasal 127 ayat (1) huruf a adalah pemakaian tanah dan
bangunan, pemakaian ruangan untuk pesta, pemakaian
kendaraan/alat-alat berat/alat-alat besar milik daerah. Tidak
termasuk dalam pengertian pelayanan pemakaian kekayaan

46
Universitas Sumatera Utara

daerah adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi
dari tanah tersebut, seperti pemancangan tiang listrik/telepon
maupun penanaman/pembentangan kabel listrik/telepon di tepi
jalan umum.
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
Pasar grosir dan atau pertokoan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 127 ayat (1) huruf b adalah pasar grosir berbagai jenis
barang dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang
disediakan/diselenggarakan oleh pemerintah daerah, tidak
termasuk yang disediakan oleh BUMD dan pihak swasta.
c. Retribusi Tempat Pelelangan
Tempat pelelangan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
127 ayat (1) huruf c adalah tempat yang secara khusus
disediakan

oleh

pemerintah

daerah

untuk

melakukan

pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk
jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di
tempat pelelangan. Termasuk dalam pengertian tempat
pelelangan adalah tempat yang dikontrakkan oleh pemerintah
daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat
pelelangan. Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana
yang pada ayat (1) adalah tempat pelelangan yang disediakan,
dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak
swasta.

47
Universitas Sumatera Utara

d. Retribusi Terminal
Retribusi terminal sebagaimana dimaksud dalam pasal 127
ayat (1) huruf d adalah tempat pelayanan penyediaan tempat
parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat
kegiatan usaha dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal,
yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.
Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir
Pelayanan tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud dalam
pasal 127 ayat (1) huruf e adalah pelayanan penyediaan tempat
parkir yang khusus disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
pemerintah daerah, tidak termasuk yang disediakan dan
dikelola oleh BUMD dan pihak swasta.
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
Retribusi pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa
sebagaimana dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf f adalah
pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang
dikelola oleh BUMD dan pihak swasta.

48
Universitas Sumatera Utara

g. Retribusi Rumah Potong Hewan
Retribusi pelayanan rumah potong hewan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf g adalah pelayanan
penyediaan fasilitas rumah potong hewan ternak termasuk
pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah
dipotong yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah
daerah. Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan fasilitas
rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
Retribusi pelayanan pelabuhan kapal sebagaimana dimaksud
dalam pasal 127 ayat (1) huruf h adalah pelayanan pada
pelabuhan kapal perikanan dan/atau bukan kapal perikanan,
termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan kapal yang
dimiliki dan/atau dikelola oleh pemrintah daerah, tidak
termasuk yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak
swasta.
i.

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Retribusi pelayanan tempat rekreasi dan olahraga sebagaimana
dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf i adalah tempat
rekreasi, pariwisata dan olahraga yang dimiliki dan/atau
dikelola oleh pemerintah daerah. Dikecualikan dari objek

49
Universitas Sumatera Utara

retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah,
BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
j.

Retribusi Penyeberangan di Air
Retribusi pelayanan penyeberangan di atas air sebagaimana
dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf j adalah pelayanan
penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan
kendaraan di atas air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
pemrintah daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Retribusi penjualan produksi usaha daerah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf k adalah penjualan
hasil produksi usaha pemerintah daerah, antara lain bibit/benih
tanaman, bibit ternak, dan bibit/benih ikan, tidak termasuk
penjualan produksi usaha BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
3. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah
daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan

yang

dimaksudkan

untuk

pembinaan,

pengaturan,

pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang,
serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana

50
Universitas Sumatera Utara

atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan. Subjek perizinan tertentu adalah
orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari
pemerintah daerah. Objek perizinan retribusi tertentu adalah
pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang
pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi

kepentingan

umumdan

menjaga

kelestarian

lingkungan.
Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu adalah:
a)

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ) adalah pemberian izin
untuk

mendirikan

suatu

bangunan,

termasuk

dalam

pemberian izin ini adalah kegiatan peninjauan desain dan
pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai
dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang yang
berlaku, dengan tetap memperhatikan Koefisien Luas
Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB),
dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi
pemeriksaan

dalam

rangka

memenuhi

syarat-syarat

keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

51
Universitas Sumatera Utara

b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
Izin

tempat

penjualan

minuman

beralkohol

adalah

pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman
beralkohol di suatu tempat tertentu.
c) Retribusi Izin Gangguan
Izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/ kegiatan
kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang
dapat menimbulkan bahaya, kerugian atau gangguan, tidak
termasuk tempat usaha/ kegiatan yang telah ditentukan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
d) Retribusi Izin Trayek
Izin trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan usaha untuk menyediakan pelayanan angkutan
penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu.
Pemberian izin oleh pemerintah daerah dilaksanakan sesuai
dengan kewenangan masing-masing daerah, tidak termasuk
tempat usaha/ kegiatan yang telah ditentukan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
e.

Retribusi Izin Usaha Perikanan
Retribusi izin usaha perikanan adalah pemberian izin
kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan kegiatan
usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.

52
Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Belanja Modal
2.1.4.1 Defenisi Belanja Modal
Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian belanja
modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris dan aset lainnya
yang ditetapka pemerintah yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk
biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah
masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Aset
tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari
suatu satuan kerja bukan untuk dijual.
Sedangkan menurut Permendagri (2006) belanja modal adalah
“Pengeluaran yang dianggarkan untuk pembelian/pengadaan asset
tetap dan asset lainnya yang digunakan dalam kegiatan
pemerintahan yang memiliki criteria masa manfaatnya lebih dari 12
(dua belas) bulan, merupakan objek pemeliharaan, dan jumlah nilai
rupiahnya material sesuai dengan kebijakan akuntansi”.
2.1.4.2 Klasifikasi Belanja Modal
Berdasarkan Permendagri (2006) jenis belanja modal terdiri dari 5
kategori utama yaitu:
1. Belanja modal tanah
Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan/pembelian/pembebasan, penyelesaian, balik nama
dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan
tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan

53
Universitas Sumatera Utara

dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam
kondisi siap pakai.
2. Belanja modal peralatan dan mesin
Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan

untuk

pengadaan/penambahan/penggantian,

dan

peningkatan kapasitas peralatan dan mesin, serta inventaris kantor
yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan
sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3. Belanja modal gedung dan bangunan
Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya
yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan
termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan
pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah
kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi
siap pakai.
4. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan
Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan

untuk

pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan

pembangunan/pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran
untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan
jaringan yang menambah kapasitas sampai jalanirigasi dan jaringan
dimaksud dalam kondisi siap pakai.

54
Universitas Sumatera Utara

5. Belanja modal fisik lainnya
Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan
pembangunan/pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya
yang tidakdapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi
dan jaringan. Termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal
kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang
purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman,
buku-buku, dan jurnal ilmiah.
Menyadari akan hal tersebut serta untuk memberikan kemudahan
dalam mekanisme pelaksanaan APBN dan penyusunan Laporan Keuangan
Kementerian

Negara/Lembaga,

maka

diterbitkan

Perdirjen

Perbendaharaan Nomor PER-33/PB/2008 tentang pedoman penggunaan
AKUN pendapatan, belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal
sesuai dengan BAS.
Menurut

Perdirjen

Perbendaharaan

tersebut,

suatu

belanja

dikategorikan sebagai belanja modal apabila :
1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau
aset lainnya yang menambah masa umur, manfaat dan kapasitas.
2. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap
atau aset lainnya yang telah ditetapkan pemerintah.
3. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
55
Universitas Sumatera Utara

2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut disajikan tinjauan penelitian terdahulu untuk mendukung

kerangka konseptual penelitian.
Tabel 2.3
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No

1.

Nama

Judul

Variabel yang Hasil

Peneliti

Penelitian

Digunakan

Penelitian

Anton Dwi Pengaruh

Pendapatan asli Pertumbuhan

Handoko

pertumbuhan

daerah

(2009)

pendapatan
daerah

dan PAD mempunyai

asli belanja modal

terhadap

pengaruh
signifikan positif

peningkatan

terhadap

belanja modal pada

peningkatan

kab/kota sumatera

belanja modal

utara
2.

Nur

Indah Penngaruh

Pendapatan asli DAU dan PAD

Rahmawati

pendapatan

(2010)

daerah (PAD) dan Dana

alokasi pengaruh

dana alokasi umum umum

(DAU), signifikan

(DAU)

asli daerah

(PAD), mempunyai

terhadap Belanja daerah

alokasi

belanja

daerah

(studi

pemerintahan

yang

terhadap alokasi
belanja daerah

di

56
Universitas Sumatera Utara

kab/kota

jawa

tengah)
3.

Okto

Kontribusi

pajak Pajak

daerah, Pajak daerah dan

Arbincan

daerah dan retribusi Retribusi daerah Retribusi Daerah

(2012)

daerah pada APBD dan APBD

secara

di

memberikan

pemerintahan

kota sumatera utara

bersama

kontribusi positif
terhadap APBD

Sumber: data diolah oleh penulis, 2012
Anton Dwi Handoko (2009) judul penelitian adalah “pengaruh pendapatan
asli

daerah

terhadap

peningkatan

belanja

modal

pada

pemerintahan

kabupaten/kota di sumatera utara”. Penelitian ini menunjukkan pertumbuhan PAD
mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap peningkatan belanja modal.
Nur Indah Rahmawati (2010) meneliti “pengaruh pendapatan asli daerah
(PAD) dan dana alokasi umum (DAU) terhadap alokasi belanja daerah (studi
pemerintah di kabupaten/kota Jawa Tengah)”. Peneliti ini menunjukkan bahwa
DAU dan PAD mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap alokasi belanja
daerah. Jika dilihat lebih lanjut, tingkat ketergantung alokasi belanja daerah lebih
dominan terhadap PAD dari pada DAU.
Okto Arbincan (2012) meneliti Kontribusi pajak daerah dan retribusi
daerah pada APBD di pemerintahan kota sumatera utara. Penelitian ini

57
Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa Pajak daerah dan Retribusi Daerah secara bersama
memberikan kontribusi positif terhadap APBD.
2.3

Pengaruh

Pajak

Daerah

dan

Retribusi

Daerah

terhadap

Pengalokasian Belanja Modal
Menurut Mohammad Riduansyah ( 2003 )
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) merupakan sumber
penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan
di suatu daerah otonom. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah
dan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak
daerah dan retribusi daerah yang diterapkan serta disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku yang terkait dengan penerimaan kedua
komponen tersebut.
Menurut Raksa Mahi (2005 )
Pengelolaan PAD masih belum optimal, hal ini tercermin dari belum
optimalnya kinerja pemungutan pajak dan retribusi di berbagai
daerah. Sumbangan PAD bagi penerimaan daerah rata-rata masih
sekitar 5 sampai 6 persen dari total penerimaan. Pada umumnya
ruang lingkup pilihan kebijakan pemungutan pajak dan retribusi
masih sangat terbatas pada kebijakan yang sifatnya klasik, yaitu
pembaharuan data wajib pajak daerah, penyederhanaan administrasi
pemungutan, pembuatan perda-perda baru sejalan dengan ketentuan
pusat. Sedangkan kebijakan yang lebih strategis, misalnya
perencanaan penerimaan keuangan, peningkatan pengawasan,
perbaikan tariff dan lainnya masih sangat terbatas.
Menurut Astuti dan Haryanto (2006 )
Selama 4 tahun ini kemandirian yang kuat diukur dari struktur PAD
yang antara lain terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan BUMD
dan juga Pendapatan diluar PAD yaitu PDRB Jasa serta Bagi Hasil
Pajak, didapatkan bahwa variabel Pajak Daerah dan Bagi Hasil Pajak
(BHP ) memliki hubungan signifikan terhadap kapasitas fiskal daerah.

58
Universitas Sumatera Utara

2.4

Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.4.1 Kerangka Konseptual
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah
diberikan kewenangan dalam menggali sumber keuangan sendiri dalam
membiayai

segala

kegiatan

daerahnya.

Pendapatan asli

daerah

merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah.
Belanja modal yang merupakan bagian dari APBD merupakan
suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu daerah di
dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya, jika
perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak
positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ), khususnya
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 157
menyebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah
b. Dana Perimbangan
c. Pinjaman Daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok pendapatan asli
daerah yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu :
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah

59
Universitas Sumatera Utara

Pajak Daerah dan Retribusi daerah merupakan sumber utama PAD
yang dialokasikan untuk belanja modal daerah. Dari uraian diatas dapat
digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :
Pajak Daerah
Pemko/Pemkab di
Sumatera Utara
( XI )

Belanja Modal
Di Sumatera Utara
(Y)

Retribusi Daerah
Pemko/Pemkab di
Sumatera Utara
( X2 )
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Erlina ( 2007:41 ), menyatakan hubungan yang
diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi
yang dapat diuji secara empiris.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang
diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
H1

:

Pajak

Daerah memberikan pengaruh

positif terhadap

pengalokasian belanja modal.
H2

: Retribusi Daerah memberikan pengaruh positif terhadap
pengalokasian belanja modal

H3

: Pajak daerah dan Retribusi Daerah secara bersama memberikan
pengaruh positif terhadap pengalokasian belanja modal.

60
Universitas Sumatera Utara